BAB II TINJAUAN PUSTAKA H. Hiperbilirubinemia 1. Pengertian

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
H. Hiperbilirubinemia
1. Pengertian
Hiperbilirubinemia merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana
kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama yang
ditandai berupa warna kekuningan pada bayi atau di sebut dengan ikterus.
keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang sering disebut ikterus
neonatarum yang bersifat patologis atau yang lebih dikenal dengan
hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan
meningkatnya kadar bilirubin dalam jaringan ekstravaskuler sehingga
konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut
yang berpotensi menyebabkan kern ikterus yang merupakan kerusakaan
otak akibat perlengketan bilirubin indirek di otak (Hidayat, 2005).
Hiperbilirubinemia adalah suatu istilah yang mengacu terhadap
kelainan
akumulasi
bilirubin
dalam
darah.
Karakteristik
dari
hiperbilirubinemia adalah jaundice dan ikterus (Wong, 2007).
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma
bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan
berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90%. Ikterus neonatarum adalah
keadaan klinis pada bayi yang ditandai pewarnaan ikterus pada kulit dan
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
10
11
sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus
akan secara klinis tanpak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin dalam
darah 5-6mg/dl (Soleh, 2010).
2. Jenis Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia patologis apabila terjadi saat 24 jam setelah
bayi lahir, peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5 mg/dL setiap jam.
Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau 14 hari pada
bayi kurang bulan dan adanya penyakit lain yang mendasari (muntah,
alergi, penurunan berat badan yang berlebihan, dan asupan kurang)
(Maharani, 2005).
hiperbilirubinemia fisiologi merupakan konsentrasi bilirubin
plasma meningkat dari nilai normal kurang dari 1 mg/dl menjadi rata-rata
5mg/dl selama 3 hari pertama kehidupan. Kemudian secara bertahap turun
kembali ke nilai normal sewaktu hati mulai berfungsi dan keadaan ini
berhubungan dengan ikterik ringan (kekuningan) pada kulit bayi dan
terutama pada sklera mata selama satu atau dua minggu (Guyton & hall,
2008).
Menurut Ganong (2003) hiperbilirubin merupakan akibat dari
bilirubin bebas atau terkonjugasi menumpuk dalam darah, warna kuning,
sklera dan membran mukosa menjadi kuning.Biasanya dapat terdeteksi
apabila bilirubin plasma lebih besar dari pada 2 mg/dl.
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
12
Penyebab hiperbilirubinemia:
1. Pembentukan bilirubin berlebih (anemiahemolitik)
2. Penurunan ambilan bilirubin oleh sel-sel hati.
3. Gangguan konjugasi atau peningkatan protein intra sel.
4. Gangguan sekresi bilirubin terkonjugasi kedalam kanalikulus biliaris.
5. Sumbatan duktus biliaris intra atau ekstra hepatik.
Sedangkan menurut Price (2005) ada empat mekanisme umum
yang menyebabkan hiperbilirubinemia dan ikterus:
a. Pembentukan bilirubin yang berlebih
b. Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh sel hati
c. Gangguan konjugasi bilirubin.
d. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor
intrahepatik dan ekskresi heparik yang bersifat fungsional atau
disebabkan oleh obstruksi mekanis.
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi terutama disebabkan oleh tiga
mekanisme
pertama,
Sedangkan
mekanisme
keempat
terutama
menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
13
3. Pembentukan Hiperbilirubinemia
Menurut Price (2005) pembentukan bilirubin yang berlebih atau
hiperbilirubinemia disebabkan Peningkatan hemolitik atau peningkatan
laju destruksi eritrosit yang merupakan penyebab tersering dari
pembentukan bilirubin yang berlebih.Ikterus yang sering timbul disebut
sebagai ikterus hemolitik. Konjugasi dan transfer pigmen empedu
berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui
kemampuan hati. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin tak
terkonjugasi dalam darah. Meskipun demikian, pada penderita hemolitik
berat, kadar bilirubin serum jarang melebihi 5 mg/dl dan ikterus yang
timbul bersifat ringan serta bersifat kuning pucat. Bilirubin tak
terkonjugasi tidak larut dalam air, sehingga tidak dapat diekskresikan
melalui urine dan tidak terjadi bilirubinuria.Namun demikian terjadi
peningkatan pembentukan urobilinogen (akibat peningkatan beban
bilirubin terhadap hati dan akibat peningkatan beban bilirubin terhadap
hati dan peningkatan konjugasi serta ekskresi), yang selanjutnya
mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam feses dan urine. Urine dan
feses akan berwarna lebih gelap.
Penyebab lazim ikterus hemolitik adalah hemoglobin abnormal
(hemoglobin S pada anemia sel sabit), eritrosit abnormal (sferositosis
herediter), antibody dalam serum (inkompatibilitas Rh atau transfusi atau
akibat penyakit hemolitik autoimun), pemberian beberapa obat, dan
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
14
peningkatan hemolisis. Sebagian besar kasus ikterus hemolitik dapat
disebabkan oleh suatu proses yang disebut sebagai eritropoiesis yang tidak
efektif. Proses ini meningkatkan destruksi eritrosit atau prekursornya
dalam sum-sum tulang (thalassemia, anemia pernisiosa dan porfiria).
4. Tanda hiperbilirubinemia (jaundice)
Jaundice dan ikterus merupakan keadaan diskolorasi kuning pada
jaringan (kulit, sclera, dan lain-lain), yang disebabkan oleh deposisi
bilirubin. Jaundice berasal dari bahasa prancis: jaune, yang berarti kuning.
Ikterus berasal dari bahasa yunani yaitu: ikteros. Jaundice merupakan
tanda dari hiperbilirubinemia (misalnya kadar total kadar bilirubin serum
lebih dari 1,4 mg/dl setelah usia 6 bulan: 1 mg/dl) (Juffrie, 2010).
Derajat kuning berhubungan dengan kadar bilirubin serum dan
jumlah deposisi bilirubin dalam jaringan ekstravaskuler. Hiperkarotemia
dapat menyebabkan kulit berwarna kuning, tetapi sclera akan tetap
berwarna putih. Banyak keadaan yang berhubungan dengan neonatal
jaundice.Beberapa keadaan ini begitu umum sehingga disebut fisiologis.
Sebaliknya jaundice dapat merupakn tanda hemolysis, infeksi ataupun
gagal hati. Secara umum tidak ada bayi yang jaundice sejak lahir,
walaupun
jaundice
akan
timbul
segera
setelahnya.
Hal
ini
dikarenakankemampuan plasenta untuk membersihkan bilirubin dari
sirkulasi fetus dalam beberapa hari berikutnya, hampir semua bayi
mengalami peningkatan kadar bilirubin serum (1,4mg/dl). Peningkatan
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
kadar bilirubin serum, kulit akan menjadi leih jaundice dengan urutan
sefalo-kaudal. Mula-mula ikterus tanpak dikepala dan bergerak kearah
kaudal ketelapak tangan dan telapak kaki. Kramer menemukan
kadarbilirubin indirek serum sebagai perkembangan jaundice, kepala dan
leher= 4-8mg/dl, tubuh sebelah atas= 5-12 mg/dl, tubuh sebelah bawah
dan paha= 8-16 mg/dl, lengan dan tungkai bawah = 11-18 mg/dl, telapak
tangan dan kaki jika >15mg/dl, walaupun demikian jika kadar bilirubin
>15mg/dl, seluruh tubuh akan ikterus. Cara terbaik untuk melihat jaundice
adalah dengan menekan kulit secara hati-hati dengan jari dibawah
peneranganyang cukup. Setidaknya 1/3 bayi akan jaundice (Juffrie, 2010).
5. Toksisitas neonatal Hiperbilirubinemia (jaundice)
Toksisitas ini berupa kern ikterus (kern= nucleus, icterus= kuning)
merupakan
temuan
neuropatologis
yang
berhubungan
dengan
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi berat dan dinamakan demikian karena
timbulnya warna kuning pada beberapa tempat di otak, misalnya ganglia
basalis, cereblum, dan nuclei di dasar ventrikel ke IV. Manifestasi klinis
yang berhubungan dengan kern ikterus disebut bilirubin enselopati,
termasuk gangguan reflek moro, opistotonus, hipotonia, vomitus dan
kematian. Manifestasi jangka panjang berupa spastisitas, koreoatetosis,
dan tuli sensorineural (Juffrie, 2005).
Ensefalopati bilirubin adalah komplikasi ikterus neonatorum non
fisiologis akibat efek toksis bilirubin indirek terhadap susunan saraf
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
pusat.Kejadian ensefalopati bilirubin tersebar di seluruh dunia, baik di
negara maju, maupun berkembang. Ensefalopati bilirubin klinis terdiri dari
2 tahap yaitu fase akut dan fase kronis. Pada fase awal dan intermediate
dari fase akut bersifat reversible (sementara) yang masih aman jika segera
diterapi (transfusi ganti dan foto terapi). Fase lanjut dan kronis bersifat
irreversible (menetap) yang berakhir dengan gejala sisa neurologis/bersifat
fatal, biarpun dilakukan transfusi ganti dan foto terapi. Ensefalopati
bilirubin sebagian besar bersifat preventable, apabila tenaga kesehatan dan
rumah sakit mau mengikuti rekomendasi petunjuk tatalaksana ikterus
neonatorum secara benar (Usman, 2007).
Menurut Madan (2005) mengatakan bahwa enselopati bilirubin
merupakan manifestasi klinis dari efek toksin bilirubin di SSP, sedangkan
istilah kern ikterus didefinisikan sebagai suatu perubahan neuropatologi
yang ditandai deposisi pigmen dari beberapa daerah diotak terutama di
ganglion basalis, pons dan cereblum.
I. Ikterus
1. Pengertian Ikterus
Ikterus berasal dari kata “ikterus” berarti warna kekunigan pada
jaringan tubuh termasuk kekuningan pada kulit dan jaringan dalam
(Guyton,2012). Ikterus merupakan keadaan klinis pada bayi yang ditandai
oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
terkoonjugasi yang berlebih. Secara klinis akan timbul dan tampak pada
bayi baru lahir (Soleh, 2010).
Penimbunan
pigmen
empedu
dalam
tubuh
menyebabkan
perubahan warna jaringan menjadi kuning dan disebut sebagai ikterus.
Ikterus biasanya dapat dideteksi pada sclera, kulit, atau urine yang menjadi
gelap bila bilirubin serum mencapai 2 sampai 3 mg/dl. Bilirubin serum
normal adalah 0,3 sampai 1,0 mg/dl. Jaringan yang kaya elastin, seperti
sclera dan permukaan bawah lidah, biasanya menjadi kuning pertama
kali.Ikterus (jaringan tubuh yang berwarna kuning) merupakan gejala yang
sering ditemukan dan timbul akibat gangguan ekskresi bilirubin
(Price,2005).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan derajat
kuning pada badan neonatus menurut kramer adalah dengan jari telunjuk
ditekan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang,
hidung, dada dan lutut (Saifuddin, 2007).
Tabel 1.1 penilaian ikterus menurut kramer
Derajat
ikterus
Luas ikterus
Perkiraan kadar
bilirubin
I
Kepala dan leher
5 mg/dl
II
Sampai badan atas (di atas umbilikus)
9 mg/dl
III
Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga
tungkai atas (di atas lutut)
11mg/dl
IV
Sampai lengan dan kaki di bawah lutut
12 mg/dl
V
Sampai telapak tangan dan kaki
16 g/dl
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
2. Jenis ikterus
a. Ikterus fisiologik
Ikterus fisiologik merupakan ikterus yang timbul pada hari kedua dan
hari ketigayang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak
melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi
kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiiditas pada bayi. Ikterus
ini biasanya menghilang pada minggu pertama atau selambat-lambanya 10
hari pertama (Wiknjosastro, 2007).
Ikterus fisiologi merupakan salah satu yang terjadi pada bayi cukup
bulan maupun kurang bulan selama satu minggu kehidupan yang
mempunyai frekuensi cukup bulan dan kurang bulan yaitu mencapai 50%60% dan 80% untuk kebanyakan bayi pada keadaan ini merupakaan
keadaan yang ringan dan dapat membaik tanpa pengobatan. Ikterus
fisiologik tidak disebabkan oleh satu faktor melainkan kombinasi dari
beberapa faktor yang berhubungan dengaan maturitas fisiologis bayi baru
lahir. Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam sirkulasi pada
bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan kombinasi peningkatan
ketersediaan bilirubin dan penurunan clearen bilirubin (Soleh, 2010).
Tanda-tanda dari ikterus dikatakan fisiologik apabila:
a. Timbul pada hari kedua dan ketiga.
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
b. Kadat bilirubin indirek sesudah 2 x 24 jam pada neonatus cukup
bulan kadar bilirubin > 12 mg/dl dan neonates kurang bulan kadar
bilirubin > 10 mg/dl.
c. Kecepatn peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl per
hari.
d. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1m/dl.
e. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
Dapat dimengerti bahwa walaupun ikterus fisiologi yang
mempunyai dasar etilogi tidak menutup kemungkinan kadarbilirubinya
dapat meningkat sedemikian rupa sehingga disebut hiperbilirubinemia
(Wiknjosastro, 2007).
b. Ikterus patologik
ikterus patologik merupaka ikterus yang mempunyai dasar patologi
atau
kadar
bilirubinya
mencapai
suatu
nilai
yang
disebut
hiperbilirubinemia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat
timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.Hal tersebut
kadar dari bilirubin dari ikterus patologis dapat membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan dapat menyebabkan
morbiditas pada bayi. Morbiditas sangat berperan dalam menetapkan
hiperbilirubinemia (Wiknjosastro, 2007).
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
Ikterus patologi mempunyai kriteria yang berbeda dari ikterus
ikterus fisiologi yaitu meliputi:
1) Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
2) Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan
fototerapi.
3) Peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5mg/dl/jam.
4) Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi
(muntah, letargi, malas menelan, penurunan berat badan yang
cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil).
5) Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah
14 hari pada bayi kurang bulan (Soleh, 2010).
3. Etiologi dan Faktor risiko ikterus
a. Etiologi
Menurut Guyton (2012)Banyaknya bilirubin di dalam cairan
ekstra sel. Kadar konsentrasi bilirubin plasma yang normal
mempunyai rata-rata 0,5 mg per 100 ml plasma. Tetapi keadaan
abnormal kadar tersebut dapat meningkat sampai tinggi yaitu 40mg
per 100 ml.Penyebab ikterus yang lazim adalah:
1. Peningkatan destruksi sel darah merah dengan pelepasaan bilirubin
yang cepat dalam darah.
2. Obstruksi saluran empedu atau kerusakan sel-sel hepar sehingga
bilirubin dalam keadaan yang biasapun tidak dapat diekskresikan
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
ke dalam saluran pencernaan, kedua jenis ikterus ini masingmasing dinamai ikterus hemolitik dan ikterus obstuktif.
Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri
ataupun disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etilogi
itu dapat dibagi menjadi (Rusepno, 2007):
a. Produksi yang berlebih, lebih dari pada kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya misalnya pada: hemolisia yang meningkat
inkopatibilitas darah Rh, ABO, devisiensi enzim G-6-PD,
piruvate kinase, perdarahan tertutup, dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan
ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjuugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim
glukoronil tranferase. Penyebab lain ialah defisiensi protein Y
dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke
sel-sel hepar.
c. Gangguan dalam transportasi yaitu bilirubin dalam darah
terikat oleh albumin kemudian dianggkut kehepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obatobatan misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang
bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
d. Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat
obstruksi dalam hepar. Kelainan didalam hepar biasanya
disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar
biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab
lain.
b. faktor risiko
American Academic of Pediatric (AAP) (2004) mengelompokan
faktor resiko menjadi 3 kelompok:
1. Resiko mayor
a. Kadar TSB/TCB pada zona / daerah risiko tinggi
b. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama.
c. Usia kehamilan 35-36 minggu
d. Saudara sebelumnya mendapat terapi sama.
e. Sefalhematom atau memar hebat.
f. ASI eksklusif, terutaa bila perawatan tak baik dan terjadi
penurunan berat badan.
g. Ras Asia Timur
2. Resiko minor
a. Bayi laki-laki
b. Usia ibu ≥ 25 tahun
c. Bayi makrosomia dari ibu DM
d. Saudara sekandung sebelumnya ikterus
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
e. Usi kehamilan 37-38 minggu.
f. Kadar TSB/TCB pada “area high intermediate risk”
3. Faktor resiko yang menurun(rendah):
a. Kadar TSB/TCB pada tingkat area zona low risk.
b. Kahamilan ≥ 41 minggu
c. PASI/ formula
d. Ras kulit hitam
e. Pulang dari RS setelah usia 3 hari.
J. Bilirubin
1. Pengertian Bilirubin
Salah satu produk hasil akhir utama dari pemecahan hemoglobin
merupakan bilirubin. Pemecahan yang dilakukan hemoglobin
yaitu di
pecah menjadi globin dan heme, lalu cincin hem cepat di konversi menjadi
bilirubin, dan di lepaskan kedalam plasma (Guyton,2012).
Bilirubin adalah pigmen Kristal yang berbentuk jingga ikterus yang
merupakan bentuk akhir dari pemecahan hasil katabolisme melalui
prosesreaksi oksidasi-reduksi (Wong,2007).Sedangkan menurut Juffrie
(2011) Bilirubin merupakan produk akhir katabolisme protoporfirin besi
atau heme, yang sebanyak 75% berasal dari hemoglobin, dan 25% berasal
dari heme di hepar (enzim sitokrom, katalase dan heme bebas) mioglobin
otot, serta eritropoiesis yang tidak efektif di sum-sum tulang.
Bilirubin (pigmen empedu) adalah hasil akhir metabolisme dan secara
fisiologi tidak penting, namun merupakan petunjuk adanya penyakit hati
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
dan saluran empedu yang penting karena bilirubin cenderung mewarnai
jaringan dan cairan yang kontak dengannya (Prince, 2005).
2. Pembentukan Bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen berwarna jingga dan merupakan hasil
akhir pemecahan katabolisme heme melalui reaksi oksidasi-reduksi.
Proses oksidasi yang pertama menghasilkan biliverdin yang dibentuk dari
heme dengan bantuan enzim heme oksigenase (enzim yang terdapat pada
hati). Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim
biliverdin reduktase. Keadaan bayi baru lahir, sekitar 75% produksi
bilirubin berasal dari katabolisme heme haemoglobin dari eritrosit
sirkulasi satu gram heme akan menghasilkan 34 mg bilirubin dan sisanya
25% terbentuk dari pelepasan hemoglobin karena eritropoesisyang tidak
efektif didalam sumsum tulang belakang (Soleh, 2010).
Bilirubin merupakan hasil akhir protoprofin besi atau heme, yang
sebanyak 75% berasal dari hemoglobin dan 25% dari heme di hepar(enzim
sitokrom, katalase dan heme bebas), myoglobin otot, serta eritropoieesis
yang tidak efektif di sum-sum tulang belakang (Juffrie, 2010).
3. Metabolisme Bilirubin
Pada individu normal, pembentukan sekitar 80 hingga 85% bilirubin
terbentuk dari pemecahan eritosit tua dalam system monosit makrofag.
Masa hidup rata-rata eritrosit adalah 120 hari.Setiep hari eritrosit
dihancurkan sekitar 50 ml darah, dan menghasilkan 250 sampai 350
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
bilirubin.Kini diketahui bahwa sekitar 15 sampai 20% pigmen empedu
berasal dari destruksi sel eritrosit matur dalam sum-sum tulang
(hematopoiesis tak efektif), dan dari hemoprotein lain, terutama dari hati
(price, 2005).
Pada katabolisme hemoglobin (terutama tejadi pada limpa), globin
mula-mula dipisahkan dari heme, setelah itu bilirubin diubah menjadi
biliverdin.Bilirubin
tak
terkonjugasi
kemudian
terbentuk
dari
biliverdin.Biliverdin merupakan pigmen kehijauan yang dibentuk melalui
oksidasi bilirubin.Bilirubin tak terkonjugasi larut dalam lemak, tidak larut
dalam air, dan tidak dapat di ekskresikan dalam empedu atau urine.
Bilirubin tak terkonjugasi berikatan dengan albumin, kemudian diangkut
oleh sel-sel darah ke sel-sel hati. Metabolisme bilirubin di dalam hati
berlangsung dalam tiga langkah: ambilan, konjugasi, dan ekskresi.
Ambilan oleh sel hati memerlukan dua protein hati, yaitu yang diberi
symbol sebagai protein Y dan Z. Konjugasi bilirubin dengan asam
glukuronat diikatalisis oleh enzim glukoronil tranferase dalam retikulo
endoplasma.Bilirubin terkonjugasi tidak larut dalam lemak,tetapi larut
dalam air, dan dapat diekskresikan dalam empedu dan urine. Langkah
terakhir dalam metabolism bilirubin dalam hati adalah transpot bilirubin
terkonjugasi melalui membrane sel ke dalam empedu melalui suatu proses
aktif. Bilirubin tak terkonjugasi tidak diekskresikan ke dalam empedu,
kecuali setelah proses foto-oksidasi atau fotoisomerisasi. Bilirubin
terkonjugasi terreduksi oleh bakteri usus menjadi serangkaian senyawa
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
yang disebut sterkobilin atau urobilinogen.Zat-zat ini yang menyebabkan
feses berwarna coklat. Sekitar 10 sampai 20% urobilinogen mengalami
siklus enterohepatik, sedangkan sejumlah kecil di ekskrasi dalam
urine(Price,2005).
Metabolismebilirubin pada janin hepar belum banya berfungsi karena
bilirubin dikeluarkan oleh janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin
indirek. Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat dari degradasi
hemoglobin dalam sistem retikoloendotelial, bilirubin indirekyaitu
bilirubin yang bereaksi tidak lansung dengan zat warna diazo, yang
bersifat tidak larut dalam airtetapi larut dalam lemak. Sedangkan bilirubin
direk terbentuk di dalam hati yaitu mengalami proses konjugasi yang
membutuhkan energi dan enzim glukoronin transferase sehingga terbentuk
bilirubin direk (Wiknjosastro,2007).
4. Peningkatan kadar bilirubin
Penyebab terjadinya peningkatan produksi bilirubin dini adalah
inkompatibilitas golongan darah fetus ibu akibat isoimunitas.Imunisasi ibu
terjadi eritosit bocor dari fetus ke sirkulasi maternal.Eritrosit fetus
membawa antigen yang berbeda yang dikenal sebagai benda asing oleh
system imun ibu yang membentuk antibodi untuk melawanya.Antibodi ini
(IgG) melewati barrier plasenta kedalam sirkulasi fetal dan terikat ke
eritrosit fetal. Inkompabilitas Rh, sekuestrasidan penghancuran eritrosit
yang
berlapis
retikuloendothelial
antibodi
mengambil
fetus.
Inkompabilitas
tempat
dalam
ABO,hemolysis
system
terjadi
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
intravaskuler, complement-mediated dan biasanya tidak seberat pada Rh
disase. Walaupun hemolisis berkaitan dengan peningkatan kadar bilirubin
tak terkonjugasi, fraksi bilirubin terkonjugasi juga dapat meningkat
(Juffrie, 2005).
K. Faktor-faktor yang berperan pada kejadian hiperbilirubinemia
1. Jenis Kelamin
Fakih (2006) mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat
yang
melekat
pada
kaum
laki-laki
maupun
perempuan
yang
dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Perubahan cirri dansifatsifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya
disebut konsep gender.
2. Masa gestasi
Menurut Soleh(2010) Klasifikasi masa gestasinya atau umur
kehamilan yaitu bayi kuarang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan
masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan adalah
bayi yang lahir dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293hari).
Sedangkan bayi lebih bulan merupakan bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi lebih dari 42 minggu(294 hari).
Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan usia gestasinya, disebut
bayi praterm atau premature yaitu bayi yang lahir sebelum usia gestasi 37
minggu dengan mengabaikan berat badan. Term (aterm) lahir antara awal
minggu ke 38 minggu dan akhir gestasi 42 minggu. Pascamatur lahir
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
setelah 42 minggu gestasinya mengalami efek insufisiensi plasenta yang
progresif (Bobak,2004).
Hasil penelitian Subanada (2003), menunjukan bahwa masa
gestasi mempengaruhi terjadinya hyperbilirubinemia.Serta penelitian
Keren (2006) juga mendapatkan hasil yang menunjukan bahwa masa
gestasi merupakan faktor risiko hiperbilirubinemia.
3. Berat badan lahir
Berat badan bayi lahir dinilai saat bayi baru lahir atau sebelum
satu jam usia kelahiran. Menurut Sholeh(2010)dapat di klarsifikasi
sebagai berikut:
1) berat badan lahir rendah yaitu bayi berat lahir rendah adalah bayi yang
dilahirkan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
2) Bayi berat lahir cukup atau normal adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat lahir lebih dari 2500-4000 gram
3) Sedangkan bayi dengan berat badan lahir lebih adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat badan lebih dari 4000gram.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar bayi ikterik memiliki berat
badan kurang dari normal yaitu kurang dari 2500 gram dengan presentasi
sebanyak 35,9% (Melati, 2013).
4. Ketuban pecah dini
Ketuban merupakan pembatas rongga amnion terdairi atas amnion dan
korin yang sangat erat kaitanya, sedangakan lapiskan ini terdiri atas
beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air
ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal,
selaput ketuban akan pecah dalam proses persalinan.Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila
ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu ketuban
pecah dini pada kehamilan prematur. Keadaan Pecahnya selaput ketuban
berkaitan dengan perubahan proses biokimia terjadi dalam kolagen
matriks ekstra selular amnion, korior, dan apoptosis membran
janin.Mekanisme pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada dareah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
rapuh. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm merupakan hal
fisiologis.Kehamilan prematur disebabkan oleh adanyafaktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalardari vagina(Prawirahardjo,
2010).
Ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini adalah
ketuban yang pecah sebelum ada pembukaan pada servik. Untuk
primigravida kurang dari 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm.
Bila keadaan ini terjadi dapat mengakibatkan infeksi yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Wiknjosastro, 2007).
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
5. Pemberian nutrisi bagi bayi
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi
lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang
dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah
satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan
bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2006).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Purwanti, 2007).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
kejadian hiperbilirubinemia cenderung lebih tinggi pada neonatus dengan
ASI dibanding dengan non ASI seperti susu formula hal ini pula yang
diperoleh dari hasil penelitian Putri (2014). Hiperbilirubinemia yang
berhubungan dengan pemberian ASI dapat berupa breastfeeding jaundice
(BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ). Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif dapat mengalami hiperbilirubinemia yang dikenal dengan BFJ
(Wong, 2007).
Menyusui eksklusif adalah tidak memberikan bayi makanan atau
makanan lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan
dan vitamin atau mineral tetes) (Riskesdas, 2010)
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
Non ASI (menyusui parsial) adalah menyusui bayi serta diberi
makanan buatan selain ASI yang berbasis air deperti susu formula, bubur
atau makanan lainnya sebalum bayi berumur enam bulan, baik diberikan
secara
kontinyu
maupun
diberikan
sebagai
makanan
prelakteal
(Riskesdas, 2010).
L. Kerangka Teori
Hiperbilirubinemia merupakan suatu akibat yang berasal dari
sebab. Dalam epidemiologi perkembangan dari rantai sebab akibat kesuatu
proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antar penjamu (Host)
dengan berbagai sifatnya biologis (jenis kelamin, umur, ras, status gizi,
keturunan), fisiologis(peningkatan kadar bilirubin, gangguan pada hati,dan
gangguan pada empedu) dengan penyebab (ibu mengonsumsi obat-obatan,
Pemberian nutrisi, ikterus, masa gestasi, bayi makrosomia dari ibu DM,
ketuban
pecah
dini,
saudara
kandung
sebelumnya
menderita
hiperbilirubin, ikterus) serta dengan lingkungan atau envirotment (Di
dalam Rahim atau di luar rahim).
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
Penjamu (Host):
Umur
Jenis kelamin
Ras
Status gizi: berat badan
Keturunan
Fungsi anatomi fisiologi
Kejadian
Hiperbilirubinemia
Unsur penyebab (Agent):
Ibu mengonsumsi obatobatan
Pembarian ASI atau susu
formula
Ikterus
Masa gestasi
Bayi makrosomia dari ibu
DM
Ketuban pecah dini
Saudara kandung sebelumnya
menderita hiperbilirubin
ikterus
Lingkungan
(Envirotment):
Di dalam Rahim
Di luar rahim
Gambar 2.1 Kerangka Teori proses terjadinya penyakit
Kerangka teori (Sumber): (Juffrie.M, 2011), (American Academi of Padiatric
(AAP), 2004), (Price, 2005), dan (Noor, 2008).
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
M. Kerangka konsep
Jenis Variable Independent:
1) Jenis Kelamin
2) Masa gestasi
Variable Dependent:
3) Berat badan lahir
4) Ketuban pecah dini
5) Pemberian nutrisi
Neonetus dengan
hiperbilirubinemia
6) Umur
7) Ras
8) Keturunan
Keterangan: yang tidak diteliti yang berada dalam garis: ------Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
N. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Sugiyono,2009).Ada hubungan antara jenis kelamin, masa gestasi, berat
badan lahir, ketuban pecah dini, dan pemberian nutrisi terhadap kejadian
neonatus dengan hiperbilirubinemia.
Faktor-Faktor yang..., Eko Waluyo, S1 Keperawatan UMP, 2015
Download