PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Antonius Wasi Wanggono NIM: 122114031 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Antonius Wasi Wanggono NIM: 122114031 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN “Anda harus menjadi ANEH terlebih dahulu untuk mencapai KESUKSESAN dalam hidup anda” (Antonius Wasi Wanggono) “Jika anda adalah seorang IDEALIS, maka JANGAN PERNAH mempunyai TAKUT dalam setiap langkah yang anda ambil” (Maria Magdalena Sunarmi) “Wasi Wanggono mempunyai arti orang yang PINTAR mencari UANG segede GAJAH” (Johanes Wagimin Hardjono Atmojo) Skripsi ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Kedua orang tua saya MM. Sunarmi dan J. Wagimin Hardjono Atmojo Ketiga kakak saya Mbak Yuni, Mas Wahyu dan Mas Didit Seluruh keluarga dan teman iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN (Studi kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 11 Agustus 2016 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahawa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah saya yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima. Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan, Antonius Wasi Wanggono v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Antonius Wasi Wanggono Nomor Mahasiswa : 122114031 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN (Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 31 Agustus 2016 Yang menyatakan Antonius Wasi Wanggono vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang telah memberikan cinta, berkat, kekuatan, keberanian, dan kasih sayang kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti memperoleh bantuan, bimbingan, dukungan, serta arahan dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada: 1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada peneliti. 2. Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma. 4. Drs. Gabriel Anto Listianto M.S.A., Akt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Fransisca Ninik Yudianti, M.Acc., QIA., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan memberikan nasehat-nasehat kepada peneliti selama proses pembelajaran di Universitas Sanata Dharma. 6. Ir. Tri Ananto MR., M.Si., selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Surakarta yang telah memberikan ijin dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini. 7. Pihak Bakesbangpol Yogyakarta, BPMD Provinsi Jawa Tengah, Kesbangpol Linmas Surakarta dan Bappeda yang telah menerbitkan dan memberikan ijin kepada peneliti. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. MM. Sunarmi S.Pd., dan J. Wagimin Hardjono Atmojo yang telah membesarkan dan memberikan nasehat, dukungan, doa serta pengharapan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. 9. Mbak Yuni, Mas Wahyu, dan Mas Didit yang selalu bertanya kapan kelar kerjain skripsi. 10. Teman-teman MPT kelas Pak Anto, Akuntansi kelas A, dan Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan dan nasehat. 11. Hewan-hewan kesayangan di kost 2 ekor ball python, 2 ekor common snapping turtle, 3 ekor green iguana, 4 ekor chinemys, 1 ekor indian star, dan 1 ekor ambon yang merepotkanku saat di kost. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Antonius Wasi Wanggono viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................................ v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................................. ix HALAMAN DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi HALAMAN DAFTAR GAMBAR................................................................................. xii ABSTRAK ....................................................................................................................... xii ABSTRACT .................................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 C. Batasan Penelitian ........................................................................................ 6 D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6 F. Sistematika Penelitian .................................................................................. 7 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 9 A. Lingkungan .................................................................................................. 9 1. Lingkungan ............................................................................................ 9 2. Pencemaran Lingkungan ....................................................................... 9 3. Pengertian Limbah ............................................................................... 10 4. Sumber Limbah Cair Lingkungan ....................................................... 10 B. Akuntansi Lingkungan ............................................................................... 12 1. Pengertian Akuntansi Lingkungan ...................................................... 12 2. Tujuan Akuntansi Lingkungan ............................................................ 12 C. Biaya .......................................................................................................... 13 1. Pengertian Biaya .................................................................................. 13 2. Pengertian Biaya Lingkungan ............................................................. 14 D. Tahap-Tahap Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan.............................. 16 1. Pengidentifikasi ................................................................................... 16 2. Pengakuan............................................................................................ 17 3. Pengukuran .......................................................................................... 18 4. Penyajian ............................................................................................. 20 5. Pengungkapan...................................................................................... 20 E. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 21 BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 24 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 24 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 24 C. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................... 25 D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 25 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 26 F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 27 ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................... 29 A. Sejarah Rumah Potong Hewan Surakarta .................................................. 29 B. Visi, Misi, Motto, dan Janji Layanan Rumah Potong Hewan Surakarta ............................................................... 31 C. Struktur Organisasi dan Tugas Struktur Jabatan Rumah Potong Hewan Surakarta ............................................................... 32 D. Jenis-Jenis Pelayanan Pemeriksaan dan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta ............................................................... 36 E. Prosedur Operasional (SOP) Rumah Potong Hewan Surakarta pada Ternak Sapi ........................................................................................ 37 F. Estimasi Waktu Proses Pemotongan Hewan Ternak Rumah Potong Hewan Surakarta ............................................................... 39 G. Jenis-Jenis Limbah Rumah Potong Hewan Surakarta................................ 40 H. Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta .............. 43 BAB V ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ...................................................... 47 A. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 47 B. Analisis Data .............................................................................................. 53 C. Pembahasan ................................................................................................ 68 BAB VI PENUTUP ....................................................................................................... 72 A. Kesimpulan ................................................................................................ 72 B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 73 C. Saran........................................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 75 LAMPIRAN..................................................................................................................... 77 x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel ` Tabel Tabel Tabel 4.1 Daftar Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta ............................. 37 4.2 Daftar Jenis Pemeriksaan dan Estimasi Waktu Pemotongan Hewan Ternak Rumah Potong Hewan ....................................................... 39 5.1 Daftar Akun Rumah Potong Hewan Surakarta............................................ 48 5.2 Perbandingan Identifikasi Biaya Lingkungan menurut Rumah Potong Hewan dengan menurut Hansen & Mowen ........................ 54 5.3 Perbandingan Pengakuan Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) .................................................................... 57 5.4 Perbandingan Pengukuran Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK).................................................................... 59 5.5 Perbandingan Penyajian Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ............... 62 5.6 Perbandingan Pengungkapan Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ............... 64 5.7 Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta dengan Teori dan Standar yang Digunakan.............................................................................. 66 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Tembok Bangunan Rumah Potong Hewan Surakarta ................................ 30 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Rumah Potong Hewan Surakarta................................ 33 Gambar 5.1 Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta............... 44 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN Studi Kasus di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta Antonius Wasi Wanggono 122114031 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta. Perlakuan akuntansi biaya lingkungan dimulai dari identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Teknik analisis data menggunakan analisis hasil wawancara. Analisis hasil wawancara dibandingkan dengan teori Hansen Mowen, Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan perlakuan akuntansi biaya lingkungan. Hasil tersebut disimpulkan karena Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan identifikasi, identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Kata kunci: perlakuan akuntansi, biaya lingkungan xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT AN ANALYSIS THE ACCOUNTING TREATMENT OF ENVIRONMENTAL COST A Case Study on Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta Antonius Wasi Wanggono 122114031 Sanata Dharma University Yogyakarta 2016 The purpose of this research is to find out the environmental cost accounting treatment Rumah Potong Hewan Surakarta. Environmental cost accounting treatment starts from the identification, recognition, measurement, presentation, and disclosure. Type of this research is a case study. The data was obtained by interviewing and documentation. Data analysis in this study uses comparative descriptive method. Data analysis techniques was done by comparing results of the interview. The results of interview compared with the Hansen Mowen theory, basic framework for the preparation of the presentation of the financial statements and the statement of financial accounting standards. The result shows that Rumah Potong Hewan Surakarta accounting treatment does not treat the environmental cost in accordance with the Hansen Mowen theory, basic framework for the preparation of the presentation of the financial statements and the statement of financial accounting standards. Key words: accounting treatment, environmental cost xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu lingkungan tidak lagi menjadi suatu isu yang baru. Permasalahan lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan era industri. Era industri tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidup, namun di sisi lain peningkatan jumlah industri tersebut berbanding lurus terhadap peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi perusahaan (Putri, 2016). Menurut UU 32 Nomor Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13 Tahun 2010, Rumah Potong Hewan merupakan suatu bangunan atau komplek bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi masyarakat umum. Rumah Potong Hewan Surakarta adalah entitas pemerintah yang bergerak dalam bidang penyembelihan hewan ternak. Rumah Potong Hewan Surakarta sebagai pelaku bisnis bergerak leluasa dalam kegiatan produksi di sekitar lingkungan masyarakat. Rumah Potong Hewan Surakarta tidak terlepas dari limbah industri terutama limbah yang berbentuk cair. 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta terdiri dari limbah hijau dan merah. Jika limbah cair jika dibuang ke lingkungan sekitar, maka dapat mengancam kesehatan dan kelangsungan makhluk hidup sekitar. Rumah Potong Hewan Surakarta perlu menyajikan biaya lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan. Terkait tanggung jawab yang dibebankan pada rumah potong hewan atas pengolahan limbah industri. Rumah potong hewan harus mengeluarkan biaya lingkungan terkait pengolahan limbah industri. Menurut Gunawan (2012), biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat terdapat kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biaya (Aditya, 2014). Hal ini dilakukan agar laporan biaya lingkungan dapat dijadikan informasi yang dapat dipahami untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan yang berdampak pada lingkungan. Beberapa kasus pelaporan dan perhitungan biaya terkait pengolahan limbah tidak selalu sama dalam setiap perusahaan. Hal ini disebabkan karena Standar Akuntansi Keuangan (SAK) belum diatur secara baku tentang bagaimana proses perlakuan akuntansi biaya yang telah dikeluarkan untuk pengolahan limbah (Mulyani, 2013). 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Penelitian yang dilakukan oleh Moedjanarko (2013) pada PT. Wonosari Jaya Surabaya menyatakan bahwa environmental cost diklasifikasikan dalam penggabungan biaya pencegahan dan deteksi lingkungan, penggabungan biaya kegagalan eksternal dan biaya kegagalan eksternal lingkungan telah diklasifikasikan dan diidentifikasikan menurut model penelitian Hansen dan Mowen. Penelitian lain yang menggunakan model identifikasi yang sama adalah penelitian yang dilakukan oleh Meilanawati (2013) pada PT. Semen Indonesia, penelitian ini membandingkan biaya-biaya lingkungan yang dilakukan perusahaan dengan model klasifikasi biaya lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan tidak mencatat semua biaya lingkungan sesuai dengan teori yang digunakan sehingga menimbulkan penyimpangan untuk perbaikan, proyek perlindungan lingkungan, dan lainlain. Penelitian yang dilakukan oleh Elyafei (2012) pada RSUD Tarakan Jakarta, penelitian ini menggunakan analisa perlakuan akuntansi lingkungan berdasarkan teori Hansen dan Mowen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah sakit telah mengidentifikasi semua biaya, namun biaya kegagalan eksternal belum dilakukan oleh rumah sakit. 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Beberapa penelitian terdahulu yang mengacu pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) dan konsep akuntansi lain yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) pada PT SUB Unit Jember. Hasil yang didapati adalah bahwa perusahaan telah mengidentifikasi, mengakui, mengukur dan menyajikan sesuai dengan konsep teori yang digunakan, namun pengungkapan yang dilakukan belum sesuai dengan konsep teori yang ada. Penelitian yang menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) seperti yang dilakukan oleh Kusumawati (2015) pada RSUD DR. R. Koesma Tuban. Hasil penelitian didapati bahwa rumah sakit telah mengidentifikasi beberapa biaya lingkungan dan mengakui beban serta pendapatan dari kegiatan pengolahan limbah. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2014) pada PT. Swasti Siddhi Amagra, penelitian tersebut menggunakan idenfikasi menurut teori Hansen dan Mowen serta PSAK. Hasil penelitian tersebut bahwa perusahaan telah mengakui dan mengukur sesuai dengan kebijakan sendiri, perusahaan belum mengidentifikasi dan mengungkapkan biaya tersebut sesuai dengan acuan teori yang digunakan. 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Berdasarkan penilitian yang sudah ada, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai perlakuan akuntansi biaya lingkungan terkait pengolahan limbah cair. Penelitian ini mengambil Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta sebagai objek penelitian. Objek ini dipilih karena rumah potong hewan berpotensi menghasilkan limbah dan jarang dilakukan penelitian pada tempat tersebut. Penelitian ini juga menggunakan beberapa acuan untuk menganalisa perlakuan akuntansi biaya lingkungan. Proses pengolahan limbah cair pada rumah potong hewan Kota Surakarta menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL dioperasikan untuk mengolah limbah cair yang berasal dari kegiatan produksi. Seiring proses pengolahan limbah cair terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah potong hewan. Seluruh biaya yang berhubungan biaya lingkungan akan dilakukan analisis mengenai identifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan”. 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perlakuan akuntansi biaya lingkungan di Rumah Potong Hewan Surakarta? C. Batasan Penelitian Penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas antara lain: Rumah Potong Hewan Surakarta menghasilkan limbah yang berbentuk padat, cair, dan gas. Penelitian ini hanya akan membahas biaya-biaya yang terjadi dalam unit kegiatan pengolahan limbah cair mengacu pada teori Hansen dan Mowen serta SAK 2015. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Rumah Potong Hewan Surakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai perlakuan akuntansi biaya lingkungan yang tepat untuk Rumah Potong Hewan Surakarta. 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 2. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman, serta menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah pada keadaan yang sungguh terjadi di lapangan. 3. Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan, sumber referensi bagi mahasiswa dan pihak lain yang membutuhkan. 4. Bagi Badan Penyusun Standar (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan wahana untuk mencermati lingkungan hidup dan mendorong pembakuan peraturan mengenai akuntansi lingkungan di Indonesia F. Sistematika Penelitian Demi mempermudah pemahaman mengenai isi skripsi, penelitian skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Perusahaan, Bab V Analisis, dan Pembahasan dan Bab VI Penutup. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan topik dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang dicari, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menguraikan secara singkat tentang sejarah dan perkembangan Rumah Potong Hewan Surakarta, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, jenis limbah yang dihasilkan oleh perusahaan, serta pengolahan limbah yang dilakukan oleh perusahaan. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan analisis terhadap data yang diperoleh dalam penelitian dengan dasar teknik analisa data yang telah ditentukan untuk menjelaskan masalah yang dikemukakan. BAB VI PENUTUP Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang diberikan oleh peneliti. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Lingkungan 1. Pengertian Lingkungan Pengertian lingkungan menurut Undang-Undang Replubik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 1 adalah: “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilaku, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” 2. Pencemaran Lingkungan Definisi pencemaran lingkungan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1 ayat 14 adalah sebagai berikut: ”Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.” Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus dan gas beracun). Ilmu lingkungan membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang dapat dicegah dan dikendalikan. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat agar tidak mencemari lingkungan. 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 3. Pengertian Limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun doamestik yang dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Ikhsan, 2009). Menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan pengertian limbah yang telah dijelaskan di atas, limbah dapat diartikan sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan dari rumah tangga, industri, pertambangan, dan kegiatan lain yang merupakan bahan berbahaya dan beracun bagi lingkungan sekitar. 4. Sumber Limbah Cair Menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan penjelasan di atas, Pengertian limbah cair adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok antara lain: a. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contoh: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja. b. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contoh: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur. c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contoh: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan. d. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair. 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Limbah cair yang tidak ditangani atau diolah dengan baik dapat menimbulkan dampak yang besar bagi pencemaran lingkungan serta dapat menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Limbah cair industri tidak terlalu diperhatikan dan dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. B. Akuntansi Lingkungan 1. Pengertian Akuntansi Lingkungan Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu oraganisasi kepada para pengguna yang berkepentingan (Weygandt, 2013). Menurut Suartana (2010), akuntansi lingkungan adalah suatu istilah yang berupaya untuk mengelompokkan pembiayaan yang dilakukan perusahaan atau pemerintah dalam melakukan konservasi lingkungan ke dalam pos lingkungan dan praktik bisnis perusahaan. 2. Tujuan Akuntansi Lingkungan Menurut Hermiyetti dan Dondokambey (2012), tujuan akuntansi lingkungan adalah: a. Sebagai alat manajemen lingkungan Untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, menilai tingkat keluaran dan capaian tiap tahun agar 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang berlangsung secara terus-menerus. b. Sebagai alat komunikasi dengan masyarakat Akuntansi lingkungan digunakan untuk menyampaikan dampak disampaikan kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari para pihak pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. C. Biaya 1. Pengertian Biaya Pengertian biaya sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat dalam menterjemahkan antara cost dan expense, sehingga mrngakibatkan kerancuan pengertian. Kerancuan pengertian ini mengakibatkan penjelasan antara cost dan expense sulit untuk dibedakan, sehingga cost diartikan expense begitu juga expense diartikan sebagai cost (Firmansyah, 2014). Menurut Hansen dan Mowen (2009) cost adalah nilai kas atau ekuivalen kas yang digunakan untuk barang dan jasa yang diperkirakan untuk membawa manfaat di masa sekarang atau masa depan pada organisasi. Expense adalah biaya yang telah kadaluwarsa. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2015) bahwa expense adalah penurunan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau penurunan aktiva atau timbul kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 2. Pengertian Biaya Lingkungan Menurut Hansen dan Mowen (2009), biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan (environmental quality costs). Biaya-biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan yang buruk atau kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori: a. Biaya pencegahan lingkungan (enviromental prevention cost) adalah biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk mencegah produksi limbah atau sampah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Contoh: biaya penelitian lingkungan, melatih pegawai, desain proses, dan produk untuk mengurangi atau menghapus limbah (Hansen dan Mowen, 2009). b. Biaya deteksi lingkungan (enviromental detection cost) adalah biayabiaya aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh audit aktivitas lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, pencemaran (Hansen dan Mowen, 2009). 14 dan pengukuran tingkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 c. Biaya kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure cost) adalah biaya-biaya aktivitas yang dilakukan karena produksi limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Biaya ini terjadi untuk menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika produksi. Contoh: pengoprasian peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun, dan pemeliharaan peralatan polusi (Hansen dan Mowen, 2009). d. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure cost) adalah biaya-biaya aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke luar lingkungan. Biaya ini terdiri dari dua macam yaitu: biaya kegagalan yang direalisasi (realized external failure cost) adalah biaya yang dialami dan dibayarkan oleh perusahaan dan biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasi (unrealized external failure cost) atau sering disebut biaya sosial, disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihakpihak di luar perusahaan (Hansen dan Mowen, 2009). 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 D. Tahap-Tahap Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan Menurut Munn (1999), bahwa pencatatan pembiayaan untuk mengelola sampah-sampah yang dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu usaha dialokasikan dalam tahap-tahap tertentu yang masing-masing tahap memerlukan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang ditentukan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tersebut antara lain sebagai berikut (SAK, 2015): 1. Pengidentifikasi Pertama kali entitas hendak menentukan biaya untuk pengelolaan biaya eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional usaha (Sudigyo, 2002). Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan bagi suatu organisasi tertentu. Setelah teridentifikasi peristiwaperistiwa ekonomi tersebut kemudian dicatat untuk menjadi alur aktivitas keuangan perusahaan. Pencatatan terdiri atas pembuatan jurnal peristiwaperistiwa secara sistematis dan kronologis yang diukur dalam satuan mata uang. Informasi keuangan akan disampaikan melalui laporan-laporan akuntansi. Agar laporan keuangan bisa bermanfaat, para akuntan melaporkan data yang tercatat dalam cara yang terstandarisasi (Weygandt, 2013). Sistem akuntansi secara khusus membagi biaya seperti biaya bahan dan tenaga kerja, biaya manufaktur atau overhead pabrik (biaya operasional), biaya penjualan, biaya umum dan adminsitrasi, biaya Riset dan Pengembangan (Ikhsan, 2009). 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 2. Pengakuan Menurut Suwardjono (2013), pengakuan (recognition) adalah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan tergambar dalam laporan keuangan. Prinsip Akuntansi Berlaku Umum memberikan pedoman tentang kriteria yang harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan atau beban. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 82 Tahun 2015, pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83 Tahun 2015, menyatakan bahwa pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika: a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari/ke dalam perusahaan. b. Pos tersebut mempunyai nilai/biaya yang dapat diukur dengan andal. Mulyani (2013) berpendapat, apabila unsur-unsur biaya lingkungan telah diidentifikasi. Kemudian unsur tersebut diakui sebagai akun atau rekening biaya pada saat penerimaan manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan. 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 3. Pengukuran Pengukuran (measurement) adalah penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah rupiah akan dicatat untuk dijadikan data dasar dalam penyusunan statemen keuangan. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah rupiah (kos) yang dicatat pertama kali pada saat suatu transaksi terjadi. Pengukuran disebut juga penilaian (valuation). Namun penilaian lebih ditujukan untuk penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu elemen/pos pada saat dilaporkan dalam statemen keuangan (Suwardjono, 2013). Menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 99 Tahun 2015, Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100, Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai macam dasar pengukuran tersebut sebagai berikut: a. Biaya historis Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. b. Biaya kini (current cost) Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. c. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value) Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal). d. Nilai sekarang (present value) Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Meskipun tidak ada dasar yang khusus dalam pengakuan dan pengukuran biaya lingkungan yang terjadi. Pengakuan dan pengukuran biaya lingkungan bisa menggunakan kebijakan yang telah diterapkan oleh perusahaan (Nilasari, 2014). 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 4. Penyajian Penyajian (presentation) menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat statemen kuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif (Suwardjono, 2013), Menurut PSAK No.1 paragraf 86 Tahun 2015 tentang Penyajian Laporan Keuangan mengungkapkan bahwa: “Beberapa entitas juga menyajikan, dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri, dimana faktor lingkungan hidup adalah signifikan dan ketika karyawan dianggap sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang peranan penting.” 5. Pengungkapan Pengungkapan (disclosure) berkaitan dengan cara pembebanan atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan. Memuat standar akuntansi yang berisi tentang informasi atau objek harus disajikan secara terpisah dari statemen utama, apakah suatu pos perlu dirinci atau apakah suatu informasi cukup disajikan dalam bentuk catatan kaki (foot note) (Suwardjono, 2013). 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 Menurut Ikhsan (2009), pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Hal tersebut dapat diartikan sebagai memberikan data untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan. Menurut PSAK No. 1 paragraf 117 Tahun 2015 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bahwa: “Entitas dapat mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan lebih memahami laporan keuangan.” E. Penelitian Terdahulu Peniliti dalam menyusun penilitian ini tidak terlepas dari acuan/penelitian terdahulu yang mempunyai kesamaan topik, analisis, maupun objek. Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang diacu oleh peneliti antara lain: Putri (2016) melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis bagaimana perusahaan mengidentifikasi, mengakui, mengukur, menilai, menyajikan, dan mengungkapkan biaya lingkungan PT Sejahtera Usaha Bersama Unit Jember. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil dari penelitian adalah terdapat beberapa perbedaan antara praktik yang dilakukan oleh PT Sejahtera Usaha Bersama Unit Jember dengan KDPPLK dan konsep akuntansi lain yang terkait. 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Kusumawati (2015) melakukan penilitian dengan tujuan mengetahui biaya-biaya terkait pengelolaan limbah dan mengetahui perlakuan akuntansi atas pengelolaan limbah RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Teknik analisis dilakukan dengan membandingkan hasil temuan dengan PSAK No. 1 Paragraf 85 Tahun 2013 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa biaya-biaya terkait pengelolaan limbah rumah sakit terdiri atas biaya pemeliharaan, biaya bahan bakar, biaya retribusi dan biaya listrik. Rumah sakit telah melakukan tahapan perlakuan akuntansi atas pengelolaan limbah, Aditya (2014) melakukan penilitian dengan tujuan mengetahui alokasi, pencatatan dan penyajian biaya lingkungan. Penilitaian ini menganalisis biaya lingkungan dengan model penelitian Hansen dan Mowen serta dibandingkan dengan PSAK yang terkait. Hasil yang diperoleh bahwa PT Swasti Siddhi Amagra mengeluarkan biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas lingkungan, namun biaya-biaya tersebut belum diidentifikasi dan disajikan secara khusus dalam laporan keuangan. Meilanawati (2013) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengungkapan biaya lingkungan yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT Semen Indonesia belum mencatat biaya lingkungan secara keseluruhan, namun dalam menyajikan laporan tahunan perusahaan telah didasarkan pada Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Moedjanarko (2013) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui penerapan akuntansi lingkungan pada PT Wonosari Jaya. Teknik analisis yang digunakan dengan cara wawancara, observasi dan analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa environmental cost diklasifikasikan dalam penggabungan biaya pencegahan dan deteksi lingkungan serta penggabungan biaya kegagalan eksternal dan biaya kegagalan eksternal lingkungan telah diklasifikasikan dan diidentifikasikan menurut model penelitian Hansen dan Mowen. Elyafei (2012) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perlakuan pihak RSUD Tarakan Jakarta terhadap penerapan akuntansi lingkungan oleh pihak rumah sakit dan proses pengelolaan limbah rumah sakit. Metode yang digunakan adalah kualitatif dalam pencarian data dan informasi yang dibutuhkan peneliti. Analisis laporan keuangan dibandingkan dengan SAK ETAP, PSAK 45 (revisi 2010), dan akuntansi lingkungan terkait pengidentifikasian, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Hasil dari penelitian tersebut masih belum ada perlakuan khusus terhadap akun-akun yang berhubungan dengan pengelolaan limbah rumah sakit. 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan model studi kasus. Model penelitian ini dijalankan dengan melakukan penelitian terhadap perusahaan yang bersangkutan. Pendekatan yang dilakukan dalam penilitain ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data hasil dari penelitian kemudian diolah, dianalisis, dan ditarik kesimpulan yang hanya berlaku Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian kota Surakarta pada objek yang diteliti dan hanya berlaku pada periode tertentu. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta yang berlokasi di Jalan Jagalan No. 26 Surakarta, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. 2. Waktu Penelitian Penelitian pada Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Kota Surakarta dilakukan pada 20 Januari sampai dengan 30 April tahun 2016. 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber dari objek yang akan diteliti dan dikenai simpulan dari hasil penelitian. Subjek penelitian ini adalah a. Kepala Rumah Potong Hewan Surakarta b. Kepala Bagian Pelayanan Umum c. Bagian Pengolahan Limbah Cair 2. Objek Penelitian Objek penelitian adalah data sebagai objek yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini adalah: a. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengolahan limbah cair b. Komponen-komponen biaya yang terkait dengan aktivitas pengolahan limbah cair c. Perlakuan akuntansi pengolahan limbah cair D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data ini mencakup semua data yang menggambarkan fakta dan fenomena yang terjadi pada Rumah Potong Hewan Surakarta. 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh dari wawancara terhadap narasumber, dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari laporanlaporan yang telah di catat oleh Rumah Potong Hewan Surakarta. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada bagian-bagian yang terkait dengan aktivitas dan pengolahan limbah cair. Data mengenai fasilitas yang digunakan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk mengolah limbah cair, tahap-tahap dalam pengolahan limbah cair, komponen biaya yang terkait dengan pengolahan limbah cair, dan perlakuan akuntansi. 2. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan cara membaca data atau catatan yang didokumentasikan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair yang ada dan perlakuan akuntansi dari biaya lingkungan yang dilakukan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta. 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 F. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan. Tujuan dilakukan analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan dan mudah dipahami. Langkah untuk menjawab permasalahan digunakan teknik analisis deskriptif komparatif. Teknik analisis deskriptif komparatif yaitu mendeskripsikan permasalahan tentang biaya lingkungan yang ada di Rumah Potong Hewan Surakarta. Proses lalu dilanjutkan dengan membandingkan data yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan Surakarta dengan acuan teori/konsep akuntansi yang dipakai dan menyajikan data dari hasil penelitian mengenai komponen-komponen biaya yang berhubungan dengan aktivitas pengolahan limbah cair. Langkah-langkah dalam teknik analisis deskriptif ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi komponen biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Hansen dan Mowen 2. Menganalisis pengakuan biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) 3. Menganalisis pengukuran biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 4. Menganalisis penyajian biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 5. Menganalisis pengungkapan biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 6. Menarik kesimpulan 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan adalah suatu komplek bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan hewan bagi konsumsi masyarakat luas. Rumah Potong Hewan Kota Surakarta didirikan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono X pada tahun 1903. Pendirian Rumah Potong Hewan dikarenakan permintaan terhadap daging konsumsi yang terus meningkat di kalangan Kraton Surakarta maupun masyarakat kota Surakarta. Lokasi pembangunan Rumah Potong Hewan berada di daerah pinggir kota Surakarta yang berdekatan dengan Kerkhof (kuburan orang Belanda). Masa sebelum dibangun Rumah Potong Hewan kawasan tersebut sepi dan jauh dari pemukiman penduduk. Pasca setelah bangunan Abattoir (tempat pemotongan hewan) sejumlah jagal atau tukang potong hewan dimukimkan di sekitar Abattoir oleh pihak Kraton Surakarta. Daerah tersebut lalu dikenal sebagai kampung Jagalan karena tempat tinggal abdi dalem kraton, khusus abdi dalem jagal. Bangunan ini berdiri kokoh pada tengah kampung Jagalan, pada tembok depan Rumah Potong Hewan Surakarta terdapat tulisan “Pembelehan Radjakaja”. Tulisan bahasa jawa tersebut mempunyai arti “Pembelehan” berarti penyembelihan sedangkan “Radjakaja” (ejaan lama) menunjuk pada pengertian hewan ternak, seperti sapi, babi, dan kambing. Pembelehan Radjakaja mempunyai arti tempat penyembelihan hewan ternak atau Rumah 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 Potong Hewan. Rumah Potong Hewan Surakarta terletak di Jalan Jagalan No. 26 Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Sumber: Rumah Potong Hewan Surakarta, 2016 Gambar 4.1: Tembok Bangunan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada dibawah naungan Dinas Pertanian Kota Surakarta. Rumah Potong Hewan berfungsi untuk menyembelih ternak sesuai dengan peraturan yang ada. Ternak halal (sapi, kambing, dan kerbau) dilakukan secara islami berdasarkan fatwa MUI, sedangkan pemotongan ternak haram (babi) dilakukan dengan pemotongan yang dianggap paling mudah. Rumah Potong Hewan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 operasional dan kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah Potong Hewan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Rumah Potong Hewan Surakarta terdiri dari: 1. Rumah Potong Hewan Sapi beralamat di jalan Jagalan no. 26 Surakarta. 2. Rumah Potong Hewan Babi beralamat di jalan Suryo, Jagalan, Surakarta. 3. Rumah Potong Hewan Kambing beralamat di Wiropaten, Pasar Kliwon, Surakarta. Rumah Potong Hewan Surakarta telah mendapatkan sertifikat halal MUI (Majelis Ulama Indonesia) No. 15023310610 dan sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner) No.RPH337204-022. Persyaratan yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.55/Kpts/TN.240/9/1995 telah dipenuhi. B. Visi, Misi, Motto, dan Janji Layanan Rumah Potong Hewan Surakarta 1. Visi “Menuju Rumah Potong Hewan Modern dengan Pelayanan Prima” 2. Misi a. Menyediakan produk pangan hewani yang ASUH dan produk hewan non pangan yang aman dan berkualitas. b. Melindungi masyarakat konsumen dan sumber daya hewani melalui pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran hewan serta seleksi dan pengendalian pemotongan sapi betina. 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 c. Berkontribusi terhadap terciptanya kehidupan masyarakat Kota Surakarta yang sehat dan cerdas melalui ketersediaan daging yang aman untuk dikonsumsi. d. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien dengan sarana dan prasarana yang modern. 3. Motto “Perlakuan dan Penanganan yang Baik, Menghasilkan Produk Berkualitas yang ASUH” 4. Janji Layanan a. Memberikan Pelayanan 24 jam b. Penerapan Kesrawandi Rumah Potong Hewan c. Prosedur Pelayanan Cepat dan Mudah C. Struktur Organisasi dan Tugas Struktur Jabatan Rumah Potong Hewan Surakarta 1. Struktur Organisasi Setiap perusahaan publik maupun organisasi-organisasi lain secara umum mempunyai struktur organisasi. Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal untuk melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Tujuan dibuat struktur organisasi agar menghindari atau mengurangi kesimpang siuran dalam pelaksanaan tugas setiap divisi atau bagian yang telah disusun dalam sebuah struktur organisasi. 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Berikut ini merupakan gambar struktural jabatan pada Rumah Potong Hewan Surakarta: KEPALA DINAS PERTANIAN KOTA SURAKARTA KEPALA RUMAH POTONG HEWAN KEPALA TU BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU BENDAHARA PENERIMA PEMBANTU PENGURUS BARANG DOKTER HEWAN PENANGGUNG JAWAB RUMAH POTONG HEWAN RPH SAPI RPH KAMBING RPH BABI Sumber: Rumah Potong Hewan Surakarta, 2016 Gambar 4.2: Struktur Organisasi Rumah Potong Hewan Surakarta 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 2. Tugas Struktur Jabatan Rumah Potong Hewan Surakarta Berikut rincian tugas-tugas setiap bagian jabatan antara lain: a. Kepala Dinas Pertanian Kota Surakarta Kepala Dinas Pertanian Kota Surakarta mempunyai tugas utama. Tugas utama tersebut adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian di kota Surakarta. b. Kepala Rumah Potong Hewan Kepala Rumah Potong Hewan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam bidang pengelolaan rumah potong hewan. Rincian tugas Kepala Rumah Potong Hewan adalah: 1) Menyelenggarakan penyusunan rencana program kerja Rumah Potong Hewan; 2) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Rumah Potong Hewan; 3) Menyelenggarakan pembinaan personil, pemeliharaan sarana dan prasarana serta pengelolaan keuangan di lingkup Rumah Potong Hewan; 4) Mengatur penggunaan saran dan prasarana sebagai fasilitasfasilitas yang diperlukan untuk kegiatan instalasi rumah potong hewan; 34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 5) Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan tugas Rumah Potong Hewan serta merumuskan alternatif pemecahan masalah; 6) Menyelenggarakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan tugas; 7) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas; 8) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan. c. Kepala Tata Usaha Kepala Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan ketatausahaan umum meliputi kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan. Rincian tugas Kepala Tata Usaha adalah: 1) Mengelola administrasi umum meliputi pengurusa perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat; 2) Mengelola administrasi kepegawaian; 3) Mengelola administrasi keuangan; 4) Menyusun laporan kegiatan di bidang tugas; 5) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan perintah atasan. 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 d. Dokter Penanggung Jawab Rumah Potong Hewan Dokter penggung jawab Rumah Potong Hewan mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang kesehatan hewan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Rincian tugas dokter penaggung jawab Rumah Potong Hewan adalah: 1) Melakukan penerapan kesehatan hewan di Rumah Potong Hewan; 2) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih (ante-mortem inspection); 3) Melaksanakan kedehatan jeroan dan/atau karkas (post-mortem inspection); 4) Melaksanakan pemeriksaan pemenuhan persyaratan higienesanitasi pada proses produksi. D. Jenis-Jenis Pelayanan Pemeriksaan dan Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta 1. Jenis-Jenis Pelayanan Pemeriksaan Rumah Potong Hewan Surakarta Jenis pelayanan pemeriksaan yang ditawarkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta meliputi: a. Pelayanan pemotongan. b. Pemeriksaan hewan sebelum, saat, dan sesudah dipotong. c. Pemeriksaan daging dan kulit hewan setelah dipotong serta pemeriksaan daging dari luar Kota Surakarta. 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 2. Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta Daftar tarif retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta sebagai berikut: Tabel 4.1: Daftar Tarif Retribusi Rumah Potong Hewan Surakarta Pemotongan ternak per ekor: Harga Sapi/Kerbau/Kuda Rp. 30.000,- Babi Rp. 25.000,- Kambing/Domba Rp. 20.000,- Unggas/Ayam Rp. 1.000,- Sumber: Rumah Potong Hewan Surakarta, 2016 E. Prosedur Operasional (SOP) Rumah Potong Hewan Surakarta pada Ternak Sapi 1. Pemeriksaan Sebelum Disembelih (Ante-Mortem) Pemeriksaan ante-mortem adalah pemeriksaan setiap ekor sapi, ternak, dan unggas yang akan disembelih. Pemeriksaan ante mortem dilakukan dengan mengamati dan mencatat hewan ternak sebelum disembelih meliputi jumlah ternak, jenis kelamin, keadaan umum, serta kelainan yang tampak. 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 Hasil akhir pemeriksaan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok antara lain: a. Ternak yang disembelih secara reguler adalah ternak yang memenuhi syarat normal. b. Ternak yang ditolak yaitu ternak yang menderita suatu penyakit menular, masih produktif, dan betina bunting. c. Ternak yang menderita kelainan lokal dan ternak yang meragukan kondisi fisik. 2. Pemeriksaan Sesudah Disembelih (Post-Mortem) Pemeriksaan post-mortem adalah pemeriksaan kesehatan daging hewan ternak setelah disembelih terutama pada pemeriksaan karkas, kelenjar limfa, kepala pada bagian mulut, lidah, bibir, otot masseter, paruparu, jantung, serta hati. Tujuan dari pemeriksaan ini untuk membuang dan mendeteksi bagian yang abnormal serta pengawasan apabila ada pencemaran oleh kuman yang berbahaya untuk memberikan jaminan bahwa daging yang diedarkan masih layak untuk konsumsi. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan dengan intensitas normal setiap hari. Jika terdapat abnormalitas pada karkas atau bagian lain dapat dikonsumsi, maka diproses lebih lanjut atau tidak. 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 F. Estimasi Waktu Proses Pemotongan Hewan Ternak Rumah Potong Hewan Surakarta Berikut rangkaian jenis pemeriksaan dan estimasi waktu Rumah Potong Hewan Surakarta: Tabel 4.2: Daftar Jenis Pemeriksaan dan Estimasi Waktu Pemotongan Hewan Ternak Rumah Potong Hewan Surakarta No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Ante-mortem: a. Pemeriksaan umum (cara berjalan dan kaki suhu, nafas pulsus, cermin hidung, mulut, turgor, faeses) b. Pemeriksaan lubang alami-hidung, telinga, anus Perjalanan ke tempat pemotongan Restrain Penyembelihan sampai benar-benar mati Pemotongan kepala/dekapitasi Pengulitan Pengeluaran isi rongga dada dan perut Pemotongan karkas Pencucian isi perut (rumen, omasum, abomasum, usus) Pemeriksaan Post-Mortem: a. Kepala dan lidah b. Organ dalam bagian atas (trachea, osephagus, paru-paru, jantung) c. Hati d. Limpa e. Ginjal f. Limfo glandula g. Karkas Total Waktu Sumber: Rumah Potong Hewan Surakarta, 2016 39 Waktu 3 menit 1 menit 1 menit 15 menit 15 detik 6 menit 1 menit 10 detik 2 menit 5 menit 5 detik 16 detik 5 detik 5 detik 5 detik 5 detik 5 detik 35 menit 06 detik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 G. Jenis-Jenis Limbah Rumah Potong Hewan Surakarta Menurut Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan, sedangkan pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tersebut tidak dapat berfungsi sebagimana peruntukkannya. Limbah industri yang dihasilkan oleh kegiatan produksi rumah potong hewan terhadap kemungkinan bahwa limbah tersebut berbahaya bagi lingkungan. Limbah sebagai residu operasional perusahaan memerlukan pengelohan dan penanganan khusus rumah potong hewan agar tidak menyebabkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan tempat rumah potong hewan beroperasi. Rumah Potong Hewan Surakarta selaku penyelenggara jasa layanan pemotongan hewan ternak bagi masyarakat umum, tidak terlepas dari berbagai kegiatan produksi yang mengakibatkan terbentuk limbah. Limbah tersebut merupakan hasil sisa dari proses produksi. Keberadaan limbah tersebut dapat mengancam kesehatan makhluk hidup di sekitar lingkungan. 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pihak Rumah Potong Hewan Surakarta. Jenis limbah yang dihasilkan antara lain: a. Limbah cair adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah potong hewan dalam bentuk cair sebagai akibat dari proses produksi. Limbah cair ini terdiri dari limbah merah yang sebagian besar merupakan darah dan limbah hijau yang sebagian besar merupakan faeses, lemak, kotoran isi perut hewan ternak. b. Limbah gas adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah potong hewan dalam bentuk gas. Limbah ini berasal dari bau gas yang dihasilkan oleh urine dan kotoran hewan ternak. c. Limbah padat adalah semua limbah yang dihasilkan oleh rumah potong hewan dalam bentuk padat. Limbah ini berasal dari sisa produksi yang susah untuk diolah seperti kuku, tulang, bulu dan bagian padat yang disaring dari limbah cair. Limbah padat kurang menyebabkan pencemaran karena dapat dimanfaatkan kembali. Limbah cair yang dihasilkan merupakan sisa hasil buangan proses produksi berupa cairan serta bahan-bahan buangan lain yang tercampur maupun terlarut dalam air. Menurut klasifikasi jenis, limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta termasuk jenis limbah cair industri (industrial waste water) yaitu limbah cair hasil buangan industri. 41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 Rumah Potong Hewan Surakarta menghasilkan limbah cair berbentuk limbah hijau dan limbah merah. Limbah hijau yang didominasi oleh kotoran/tinja menghasilkan seberat 40kg dari sekitar 20 ekor sapi yang disembelih tiap hari pada jam operasi. Sumber utama limbah cair Rumah Potong Hewan Surakarta terjadi pada ruang pemotongan/karkas dan ruang rumen yang berasal dari pemotongan, pembersihan bulu dan bagian dalam, pemotongan daging dan pencucian. Sumber kedua yang menghasilkan limbah cair berupa darah (limbah merah) adalah ruang jagal/penyembelihan. Limbah yang dihasilkan rumah potong hewan dapat mencemari lingkungan karena industri ini menghasilkan air buangan yang lebih komplek dibandingkan dengan air buangan domestik. Upaya untuk menghindari pencemaran air dibutuhkan suatu standar untuk buangan limbah Rumah Potong Hewan Surakarta. Sesuai ruang lingkup pemeriksaan Rumah Potong Hewan Surakarta memiliki inventaris Unit Pengolahan Limbah (UPL)/Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) khusus untuk mengatasi pengolahan limbah cair yang berupa kotoran (limbah hijau) yang dihasilkan pada proses pemotongan hewan yang berupa: 1. Darah 2. Kotoran/faeses 3. Air bekas pencucian karkas 4. Lemak 5. Urine hewan ternak 42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 H. Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair yang berbeda dari spesifik dan parameter pencemaran. Perbedaan karakteristik limbah cair industri akan menyebabkan proses pengolahan limbah cair industri satu dengan industri lain. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa sebagai sebuah bentuk tanggung jawab perusahaan dalam mengatasi masalah limbah hasil kegiatan perusahaan adalah dengan dilakukan pengeolaan limbah tersebut dengan cara tersistematis melalui proses yang memerlukan biaya yang khusus sehingga perusahaan melakukan pengalokasian nilai biaya tersebut dalam pencatatan keuangan perusahaan. Alur pengolahan limbah cair merupakan sistem yang terencana dan kunci utama dalam pengolahan limbah cair industri. Limbah cair yang mengalir sesuai dengan alur pengolahan limbah cair tidak akan mencemari lingkungan sekitar. Rumah Potong Hewan Surakarta juga mempunyai sistem/alur pengolahan limbah yang diterapkan. Tahapan alur proses pengolahan limbah hijau terjadi dari tiga ruang tempat produksi berbeda. Tiga ruang tersebut adalah ruang jagal, ruang pemotongan/karkas dan ruang rumen. Sistem DEWATS (Decentralized Wastewater Treatment) digunakan dalam menjalankan alur IPAL tersebut. 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 Peneliti membuat skema alur pengolahan limbah hijau Rumah Potong Hewan Surakarta pada IPAL khusus sapi. Berdasarkan penjelasan pihak internal, gambar yang menjelaskan alur pengolahan limbah cair berikut ini: R. JAGAL R. PEMOTONGAN atau KARKAS R.RUMEN SCREEN SCREEN SCREEN + SENDIMENTASI INLET SETTLER DUA CHAMBER BAFFLE REACTOR PEMBUANGAN KE SALURAN DRAINASE Gambar 4.3: Alur Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong Hewan Surakarta Keterangan: Ruang Jagal : Ruangan khusus untuk menyembelih hewan ternak Ruang Karkas : Ruangan khusus untuk pemotongan bagian tubuh hewan ternak Ruang Rumen : Ruangan khusus untuk membersihkan isi pencernaan/hewan ternak 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Proses-proses pengolahan limbah hijau tersebut melalui beberapa bagian komponen IPAL. Komponen-komponen penting yang dilewati limbah hijau dalam proses pengolahan limbah cair pada IPAL Rumah Potong Hewan Surakarta sebagai berikut: a. Screen (Penyaringan) Komponen ini berfungsi sebagai saringan kasar. Berguna untuk menyaring sampah seperti plastik dan kotoran-kotoran yang ikut dalam proses pembuangan. Kotoran yang tersaring pada komponen screen diambil secara manual oleh petugas operator IPAL. Kotoran diambil dan dibuang paling tidak satu kali dalam seminggu. b. Sendimentasi Sendimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan kotoran atau gumpalan padat. Gumpalan padat yang terbentuk pada proses awal berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar selama beberapa minggu. Semakin besar gumpalan padat maka berat gumpalan semakin besar. Gumpalan tersebut kemudian bergerak ke bawah dan mengendap pada bagian dasar tangki sendimentasi. c. Inlet Inlet merupakan jalan atau jalur awal limbah hijau masuk. Inlet ditempatkan setelah screen dan sendimentasi. Inlet bertujuan agar mencegah komponen lain tidak mengalami kerusakan akibat kotoran yang berwujud sampah dan gumpalan padat. 45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 d. Settler Dua Chamber Tahap ini merupakan lanjutan dari inlet. Pada bagian settler terjadi kembali proses sendimentasi atau pengendapan gumpalan padat dan pengapungan kotoran cair yang akan diproses lebih lanjut. e. Baffle Reactor Beffle Reactor adalah perkembangan dari tangki septik yang memiliki tahapan baffle. Pada proses baffle reactor, baffle digunakan untuk mengarahkan aliran air limbah dalam mode upflow. Pengolahan terjadi akibat degradasi biologis dengan memanfaatkan lumpur aktif yang mengendap pada dasar chamber. f. Hasil Pengolahan Hasil pengolahan limbah hijau berwujud cair dan berbentuk air jernih yang tidak mempunyai bau seperti kotoran ataupun sampah. Hal tersebut dikarenakan limbah hijau telah mengalami proses yang panjang dalam IPAL dengan sistem pengolahan air limbah terdesentralisasi. Proses ini juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab yang dilakukan Rumah Potong Hewan Surakarta kepada lingkungan sekitar. 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Identifikasi Komponen Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan tidak terlepas dari limbah karena limbah merupakan hasil sisa buangan proses produksi. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Khusus limbah cair yang diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah. Rumah Potong Hewan Surakarta mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk mengatasi masalah limbah cair. Pengadaan IPAL sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Jika hal tersebut tidak dicegah, maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar. Proses pengolahan limbah cair tersebut menimbulkan biaya-biaya yang harus diakui oleh Rumah Potong Hewan Surakarta. 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Berikut ini adalah biaya-biaya yang timbul pada proses pengolahan limbah cair Rumah Potong Hewan Surakarta antara lain: Tabel 5.1: Daftar Akun Pendapatan dan Biaya Rumah Potong Hewan Surakarta Nomor Akun Pendapatan Nama Akun Nomor Akun 410 420 Pendapatan Jasa Layanan Pendapatan Hibah 510 511 430 Pendapatan Lain-Lain 512 Biaya Nama Akun 530 531 532 Biaya Gaji Karyawan Biaya Gaji Karyawan Bagian Operasional Biaya Gaji Karyawan Bagian IPAL Biaya Suku Cadang Maintenance Biaya Suku Cadang Gedung Biaya Suku Cadang IPAL Biaya Suku Cadang Kendaraan Biaya Penyusutan Gedung Biaya Penyusutan IPAL Biaya Penyusutan Peralatan 540 Biaya Listrik dan Air 550 Biaya Telepon 560 Biaya Administrasi Kantor 570 Biaya Keamanan dan Kebersihan Biaya Retribusi dan Pajak Daerah 520 521 522 523 580 590 Biaya Lain-Lain Sumber: Diolah Peneliti, 2016 Tabel 5.1 menyajikan daftar akun pendapatan dan biaya yang terdapat pada Rumah Potong Hewan Surakarta dalam kegiatan operasi. Biaya-biaya tersebut belum dikelompokkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta menurut teori Hansen dan Mowen. 48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 2. Pengakuan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta memperoleh manfaat ekonomi dari biaya. Biaya-biaya tersebut yaitu biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan. Biaya suku cadang maintenance merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk perawatan segala aset termasuk perawatan IPAL yang dilakukan secara berkala. Biaya keamanan dan kebersihan merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk kegiatan keamanan dan kebersihan termasuk kebersihan IPAL. Rumah Potong Hewan Surakarta mengakui biaya, apabila biaya tersebut telah digunakan dalam kegiatan operasional. Biaya-biaya tersebut dimasukkan ke dalam laporan laba rugi. Rumah Potong Hewan Surakarta dalam proses pengolahan limbah cair belum pernah memperoleh pendapatan, namun apabila memperoleh pendapatan dari proses pengolahan limbah cair akan dimasukkan ke dalam pos pendapatan lainlain. 49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 3. Pengukuran Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta belum mengukur semua biaya lingkungan yang terjadi pada proses pengolahan limbah cair. Biaya-biaya tersebut antara lain: biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan. Biaya suku cadang maintenance merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk perawatan segala aset termasuk perawatan IPAL yang dilakukan secara berkala. Biaya keamanan dan kebersihan merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk kegiatan keamanan dan kebersihan termasuk kebersihan IPAL. Satuan yang dipakai untuk mengukur biaya-biaya tersebut adalah rupiah. 4. Penyajian Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Biaya-biaya yang dibebankan Rumah Potong Hewan Surakarta merupakan biaya yang disebabkan karena terjadi proses pengolahan limbah cair. Biaya-biaya tersebut disajikan dalam pos-pos pada laporan laba rugi. Pos-pos tersebut antara lain biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan. 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Penyajian biaya-biaya tersebut masih menjadi satu dengan biayabiaya lain dalam satu pos dan tidak disajikan pada laporan yang terpisah terutama biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan, sehingga pengguna laporan keuangan sulit untuk mengetahui besar biaya lingkungan yang telah disajikan Rumah Potong Hewan Surakarta. 5. Pengungkapan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta mengungkapkan biaya-biaya ke dalam pos-pos laporan laba rugi, namun pengguna laporan akan kesulitan untuk mengetahui biaya yang telah dicatat Rumah Potong Hewan Surakarta karena digabungkan dengan biaya yang lain. Biaya-biaya yang masih digabungkan dengan biaya lain adalah biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan. Biaya suku cadang maintenance merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk perawatan segala aset termasuk perawatan IPAL yang dilakukan secara berkala. Biaya keamanan dan kebersihan merupakan biaya gabungan dari bermacam-macam pengeluaran yang dialami oleh Rumah Potong Hewan Surakarta untuk kegiatan keamanan dan kebersihan termasuk kebersihan IPAL. 51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Rumah Potong Hewan Surakarta juga memberikan pengungkapan biaya lingkungan melalui catatan atas laporan lingkungan. Informasi yang diungkapkan antara lain metode pengukuran biaya, metode penyusutan atas IPAL, kebijakan akuntansi dan lain-lain. B. Analisis Data 1. Pengidentifikasian Komponen Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Hansen dan Mowen Peneliti akan mengidentifikasi setiap komponen biaya lingkungan yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Hansen dan Mowen. Tujuan tahap ini untuk mengetahui kesesuaian identifikasi biaya lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Hansen dan Mowen. Pengolahan limbah cair yang dilakukan Rumah Potong Hewan Surakarta dilakukan melalui IPAL. Rumah potong hewan pada bagian pengolahan limbah melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap jenis limbah cair yang diolah berupa limbah hijau dan limbah merah. Kedua jenis limbah cair tersebut diolah menggunakan IPAL secara rutin. 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Pengidentifikasian biaya dilakukan berdasarkan pada biaya yang timbul atau dibayarkan selama pengolahan limbah cair terjadi. Setelah mendapatkan biaya-biaya tersebut menurut Rumah Potong Hewan Surakarta, kemudian peneliti melakukan perbandingan identifikasi antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Hansen dan Mowen sebagai berikut: Tabel 5.2: Perbandingan Identifikasi Biaya Lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Hansen dan Mowen No. 1. Identifikasi menurut Rumah Potong Hewan Surakarta Biaya Gaji Karyawan Bagian IPAL Identifikasi menurut Hansen dan Mowen Biaya Pencegahan Lingkungan (Environmental Prevention Cost) Biaya Suku Cadang Maintenence Biaya Keamanan dan Kebersihan 2. - Biaya Deteksi Lingkungan (Environmental Detection Cost) 3. Biaya Penyusutan IPAL Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (Environmental Internal Failure Cost) Biaya Suku Cadang IPAL 4. - Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (Environmental External Failure Cost) Sumber: Diolah Peneliti, 2016 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta belum melakukan pengelompokkan atas biaya terkait lingkungan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hansen dan Mowen. Jika biaya-biaya Rumah Potong Hewan Surakarta diidentifikasikan, maka pengidentifikasian kurang lebih seperti yang tercantum dalam tabel di atas. 53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Pada bagian biaya kegagalan eksternal lingkungan dan biaya deteksi lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta tidak mencantumkan biaya. Hal tersebut dapat terjadi, karena sisa produksi atau limbah dari Rumah Potong Hewan Surakarta tidak mencemari dan merusak lingkungan sekitar. Limbah yang dibuang telah diproses oleh IPAL, sehingga limbah tersebut berbentuk cair yang tidak berbau, tidak berwarna, dan aman bagi makhluk hidup di lingkungan sekitar. Bagian biaya pencegahan lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta terdapat biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan. Khusus biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan merupakan gabungan dari biaya-biaya lain, namun pada biaya tersebut terdapat biaya berkaitan dengan IPAL. 2. Pengakuan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Peneliti akan menganalisis setiap komponen biaya lingkungan yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta ke dalam pengakuan menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Tujuan tahap ini untuk mengetahui kesesuaian pengakuan biaya lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 Pengakuan yang dilakukan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta terkait biaya dapat diakui, karena diukur secara tepat dan handal. Rumah Potong Hewan Surakarta mengakui beban ketika biaya tersebut sudah terjadi atau digunakan dalam kegiatan operasional. Hal itu menyebabkan Rumah Potong Hewan Surakarta mengakui pendapatan dan biaya ketika transaksi terkait pendapatan dan biaya tersebut terjadi, bukan ketika kas diterima ataupun dikeluarkan oleh perusahaan. Pengakuan tersebut diungkapkan oleh Kepala Rumah Potong Hewan Surakarta yang menyatakan bahwa: “Selama proses pengolahan limbah berlangsung kami mengakui adanya pengeluaran biaya setiap terjadinya transaksi. Jadi setiap ada transaksi yang keluar dari bagian pengolahan limbah kami akan mengakui sebagai biaya” 55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Berdasarkan analisa data di atas, peneliti melakukan perbandingan pengakuan biaya lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 5.3: Perbandingan Pengakuan Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) No. 1. 2. Pengakuan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta Biaya suku cadang IPAL, biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan mengakui adanya pengeluaran biaya setiap terjadinya transaksi. Biaya suku cadang IPAL, biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan mengakui adanya pengeluaran biaya setiap terjadinya transaksi. Sumber: Diolah Peneliti, 2016 56 Pengakuan menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan. (Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak mengakui biaya sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) paragraf 83. Hal tersebut dibuktikan dengan pos biaya suku cadang IPAL, biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan mempunyai manfaat ekonomis bagi Rumah Potong Hewan Surakarta dan tidak dapat diukur dengan andal dan tepat. 3. Pengukuran Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Peneliti akan menganalisis setiap komponen biaya yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta ke dalam pengukuran menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Tujuan tahap ini untuk mengetahui kesesuaian pengukuran biaya lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan. Pengukuran juga telah diterapkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta. Rumah Potong Hewan Surakarta mengukur biaya-biaya terkait proses pengolahan limbah menggunakan satuan moneter berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan dan mengacu pada laporan realisasi anggaran periode tahun lalu. Rumah Potong Hewan Surakarta mengakui IPAL sebagai aset tetap. Rumah Potong Hewan Surakarta menyusutkan aset 57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 tersebut menggunakan metode garis lurus dengan umur ekonomis 15 tahun. Hal tersebut telah diungkapkan oleh Kepala Rumah Potong Hewan Surakarta bahwa: “Biaya lingkungan dalam kegiatan pengolahan limbah diukur dengan rupiah. Semua biaya yang telah dikeluarkan RPH, mengacu pada laporan realisasi anggaran periode sebelumnya.” Berdasarkan analisa data di atas, peneliti melakukan perbandingan pengukuran biaya lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 5.4: Perbandingan Pengukuran Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Pengukuran menurut Rumah Potong Hewan Surakarta Mengukur biaya suku cadang IPAL, biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan terkait kegiatan pengolahan limbah cair diukur dengan rupiah dan mengacu pada laporan realisasi anggaran periode sebelumnya. Pengukuran menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Dasar pengukuran yang dapat digunakan ada empat, yaitu biaya historis, biaya kini, nilai realisasi/penyelesaian, dan nilai sekarang (Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100). Sumber: Diolah Peneliti, 2016 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta belum melakukan pengukuran biaya lingkungan sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100. Rumah Potong Hewan telah memenuhi unsur pengukuran dengan menggunakan unsur pengukuran biaya historis pada pos biaya suku cadang IPAL, biaya 58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang maintenance, biaya penyusutan IPAL, serta biaya keamanan dan kebersihan terkait kegiatan pengolahan limbah cair. 4. Penyajian Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Peneliti akan menganalisis setiap komponen biaya lingkungan yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta ke dalam penyajian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan. Tujuan tahap ini untuk mengetahui kesesuaian penyajian biaya lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Standar Akuntansi Keuangan. Proses pengolahan limbah cair menimbulkan biaya-biaya yang harus disajikan oleh Rumah Potong Hewan dalam laporan keuangan. Rumah Potong Hewan Surakarta dalam menyajikan biaya lingkungan tidak terpisah secara khusus atau membuat laporan lingkungan tersendiri, pihak Rumah Potong Hewan menganggap bahwa biaya lingkungan mempunyai kedudukan sama dengan biaya umum yang lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Rumah Potong Hewan Surakarta yang menyatakan bahwa: “Kami menyajikan biaya-biaya tersebut ke dalam laporan laba rugi bersama dengan biaya lainnya pada pos biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan, untuk pengadaan IPAL dimasukkan pada neraca sebagai aset tetap. Rumah Potong Hewan tidak menyajikan laporan khusus biaya lingkungan karena kami berasumsi biaya tersebut sama dengan biaya umum lainnya”. 59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Berdasarkan analisa data di atas, peneliti melakukan perbandingan penyajian biaya lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 5.5: Perbandingan Penyajian Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Penyajian menurut Rumah Potong Hewan Surakarta Penyajian menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Rumah Potong Hewan Surakarta menyajikan biaya-biaya lingkungan seperti biaya suku cadang IPAL, biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya Beberapa entitas juga menyajikan, dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya khususnya bagi industri keamanan dan kebersihan sebagai (PSAK 1 paragraf 86 tahun 2015). akun-akun pada laporan laba rugi. Sumber: Diolah Peneliti, 2016 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa, Rumah Potong Hewan Surakarta dalam menyajikan biaya-biaya lingkungan tidak disajikan secara khusus dan eksplisit dalam laporan keuangan. Biaya-biaya tersebut disajikan dalam laporan laba rugi sebagai biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan. 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 5. Pengungkapan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Peneliti akan menganalisis setiap komponen biaya yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta ke dalam pengungkapan menurut Standar Akuntansi Keuangan. Tujuan tahap ini untuk mengetahui kesesuaian pengungkapan biaya lingkungan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta dengan menurut Standar Akuntansi Keuangan. Rumah Potong Hewan Surakarta telah mengungkapkan biaya ke dalam pos-pos laporan laba rugi, namun pengguna laporan akan kesulitan untuk mengetahui biaya lingkungan yang telah dicatat Rumah Potong Hewan Surakarta karena digabungkan dengan akun biaya yang lain. Selain pengungkapan informasi atas biaya lingkungan dalam laporan laba rugi, Rumah Potong Hewan Surakarta juga memberikan pengungkapan biaya lingkungan melalui catatan atas laporan lingkungan. Informasi yang diungkapkan diantaranya terkait metode pengukuran biaya, metode penyusutan atas IPAL, kebijakan akuntansi dan lain-lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Rumah Potong Hewan Surakarta yang menyatakan bahwa: “Kami mengungkapkan keterangan-keterangan biaya lewat catatan atas laporan keuangan. Catatan tersebut berisi tentang metode pengukuran biaya, metode penyusutan, dan beberapa kebijakan akuntansi yang lainnya, namun untuk pengungkapan biaya masih jadi satu sama biaya lain di laporan laba rugi” 61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Peneliti melakukan penelusuran lebih lanjut, namun pihak Rumah Potong Hewan Surakarta tidak memberikan jawaban yang lebih lanjut. Pengungkapan yang dilakukan oleh pihak Rumah Potong Hewan Surakarta merupakan pengungkapan sukarela. Hal tersebut berarti setiap perusahaan yang telah melakukan kegiatan tanggung jawab sosial, memiliki wewenang untuk mengungkapkan biaya-biaya lingkungan ataupun tidak. Berdasarkan analisa data di atas, peneliti melakukan perbandingan pengungkapan biaya lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 5.6: Perbandingan Pengungkapan Biaya Lingkungan antara Rumah Potong Hewan Surakarta dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Pengungkapan menurut Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta mengungkapkan informasi atas biaya dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi yang diungkapkan yaitu metode pengukuran biaya, metode penyusutan atas IPAL, dan kebijakan akuntansi, namun keterangan biaya lingkungan secara rinci tidak dijelaskan dan pengungkapan biaya lingkungan masih digabungkan dengan biaya lain. Sumber: Diolah Peneliti, 2016 62 Pengungkapan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas dapat mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan dan kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan lebih memahami laporan keuangan (PSAK No.1 paragraf 117 tahun 2015). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta telah mengungkapkan biaya atas pengolahan limbah cair dalam catatan atas laporan keuangan. Hal-hal yang diungkapkan antara lain dasar pengukuran, metode penyusutan yang digunakan serta kebijakan lain yang terkait dengan kegiatan pengolahan limbah. Informasi yang disampaikan dalam catatan atas laporan keuangan Rumah Potong Hewan Surakarta belum digambarkan secara relevan dan andal, karena belum mencakup informasi kualitatif dampak atas kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan dan pengungkapan biaya lingkungan yang menyeluruh. 6. Penarikan Kesimpulan Peneliti menarik kesimpulan dari setiap tahapan perlakuan akuntansi biaya lingkungan yang ada pada Rumah Potong Hewan Surakarta. Tujuan penarikan kesimpulan ini untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta dengan teori maupun Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini. 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Tabel di bawah menunjukkan kesesuaian atau ketidaksesuaian perlakuan akuntansi biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta dengan acuan teori dan standar yang digunakan seperti berikut: Tabel 5.7: Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta dengan Teori dan Standar yang Digunakan No. 1. Tahap Perlakuan Akuntansi Biaya Lingkungan Identifikasi Sesuai Tidak Sesuai Keterangan - √ Rumah Potong Hewan Surakarta belum mengidentifikasi biaya. Hal tersebut tidak sesuai dengan Hansen dan Mowen. Pangakuan biaya tidak sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83 tentang unsur pengakuan biaya. Pengukuran biaya tidak sesuai Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100 tentang dasardasar pengukuran biaya. Rumah Potong Hewan Surakarta menyajikan bersama biaya-biaya yang lain dan tidak disajikan pada laporan khusus. Hal tersebut tidak sesuai dengan PSAK No.1 paragraf 86. Catatan atas Laporan Keuangan yang diungkapakan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta tidak memuat keterangan biaya lingkungan secara rinci. Hal tersebut tidak sesuai dengan PSAK No.1 paragraf 117. 2. Pengakuan - √ 3. Pengukuran - √ 4. Penyajian - √ 5. Pengungkapan - √ Sumber: Diolah Peneliti, 2016 64 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa, analisis tahap-tahap perlakuan akuntansi biaya lingkungan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perlakuan yang diterapkan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan teori maupun konsep akuntansi yang dipakai sebagai landasan penerapan. Hal tersebut dikuatkan bahwa Rumah Potong hewan Surakarta tidak melakukan identifikasi biaya lingkungan menurut Hansen dan Mowen. Tahap penyajian biaya Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 86. Pengungkapan yang dilakukan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 117. Tahap Pangakuan biaya tidak sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83 tentang unsur-unsur pengakuan biaya. Tahap pengukuran biaya yang dilakukan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100 tentang dasar-dasar pengukuran biaya. 65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 C. PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berdasarkan permasalahan yang diangkat oleh peneliti didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Pengidentifikasian Komponen Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Hansen dan Mowen. Tahap pengidentifikasian biaya lingkungan menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta belum mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan terkait pengolahan limbah cair. Peneliti melakukan analisis biaya lingkungan dengan menggunakan teori menurut Hansen dan Mowen. Hasil identifikasi biaya lingkungan menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak mengidentifikasi biaya lingkungan menurut Hansen dan Mowen. 2. Pengakuan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Tahap pengakuan biaya lingkungan menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan pengakuan terhadap biaya lingkungan. Peneliti melakukan analisis biaya lingkungan dengan menggunakan konsep akuntansi yaitu Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan tentang Pengakuan Beban dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan. Hasil dari tahap tersebut menunjukkan bahwa pengakuan biaya lingkungan yang ada di Rumah Potong Hewan Surakarta 66 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 tidak sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83. 3. Pengukuran Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Tahap pengukuran biaya lingkungan menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta telah melakukan pengukuran terhadap biaya. Peneliti melakukan analisis pengukuran biaya dengan menggunakan konsep akuntansi yaitu Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan tentang Pengakuan Beban dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan. Hasil dari tahap tersebut menunjukkan bahwa pengukuran biaya lingkungan yang ada di Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100. 4. Penyajian Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Tahap penyajian menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak menyajikan biaya lingkungan pada laporan keuangan. Peneliti melakukan analisis penyajian biaya lingkungan dengan menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Hasil dari tahap tersebut menunjukkan bahwa penyajian biaya lingkungan yang ada di Rumah Potong Hewan 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Surakarta tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraf 86. Hal tersebut dibuktikan bahwa, Rumah Potong Hewan Surakarta tidak menyajikan biaya-biaya lingkungan secara khusus/terpisah pada laporan lingkungan tersendiri melainkan menyajikan bersama biayabiaya yang lain terutama pada pos biaya suku cadang maintenance serta biaya keamanan dan kebersihan dalam laporan laba rugi. 5. Pengungkapan Biaya Lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Tahap pengungkapan menunjukkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak menyajikan dan mengungkapkan biaya lingkungan pada laporan keuangan. Peneliti melakukan analisis dan pengungkapan biaya lingkungan dengan menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Hasil dari tahap tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan biaya lingkungan yang ada di Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paraggraf 117. Hal tersebut dibuktikan bahwa, Catatan atas Laporan Keuangan yang diungkapakan oleh Rumah Potong Hewan Surakarta tidak memuat informasi secara menyeluruh tentang biaya lingkungan. 68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 6. Penarikan Kesimpulan Hasil pembahasan tahap-tahap perlakuan akuntansi biaya lingkungan yang telah dilakukan. Peneliti menyimpulkan bahwa Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan tahap-tahap perlakuan akuntansi. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada tahap identifikasi, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan biaya lingkungan yang diterapkan Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan teori Hansen dan Mowen serta Standar Akuntasi Keuangan. 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah peneliti lakukan dalam penelitian perlakuan akuntansi biaya lingkungan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah: Biaya-biaya lingkungan yang telah teridentifikasi terkait pengolahan limbah cair Rumah Potong Hewan Surakarta adalah biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya penyusutan IPAL, biaya suku cadang maintenance, serta biaya keamanan dan kebersihan. Identifikasi tersebut tidak sesuai dengan identifikasi biaya lingkungan menurut Hansen dan Mowen. Pengakuan biaya l Rumah Potong Hewan Surakarta tidak sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 83. Pengukuran biaya lingkungan Rumah Potong Hewan Surakarta sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 100. Rumah Potong Hewan Surakarta tidak menyajikan laporan mengenai lingkungan hidup secara khusus. Pengungkapan informasi biaya lingkungan terkait pengolahan limbah cair tidak sesuai dengan yang tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 1 tahun 2015 paragraf 117. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan Rumah Potong Hewan Surakarta tidak melakukan perlakuan akuntansi biaya lingkungan. 70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang ditemui oleh peneliti saat melakukan penelitian ini antara lain: Peneliti kesulitan dalam menelusuri biaya lingkungan terkait pengolahan limbah cair secara maksimal, karena pihak Rumah Potong Hewan Surakarta menjaga kerahasiaan atas laporan keuangan dan kurang koperatif dalam menyampaikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh peneliti sebatas data-data umum atas laporan keuangan Rumah Potong Hewan Surakarta. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang telah dijeleskan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah: 1. Rumah Potong Hewan Surakarta Rumah Potong Hewan Surakarta diharapkan melakukan tahap perlakuan akuntansi biaya lingkungan secara benar, tahap tersebut antara lain: Identifikasi Rumah Potong Hewan Surakarta diharapkan dapat mencatat rincian biaya lingkungan lebih detail seperti biaya suku cadang maintenance IPAL atau biaya perawatan IPAL serta biaya kebersihan IPAL, sehingga biaya lingkungan dapat teridentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan teori Hansen dan Mowen. 71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Pengakuan Rumah Potong Hewan Surakarta diharapkan dapat mengakui biaya lingkungan dengan melihat manfaat yang dihasilkan dari biaya tersebut dan biaya tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal. Pengukuran Rumah Potong Hewan Surakarta diharapkan melakukan pengukuran biaya lingkungan menggunakan salah satu dari 4 dasar pengukuran, yaitu: biaya historis, biaya kini, nilai realisasi/penyelesaian, dan nilai sekarang. Penyajian Rumah Potong Hewan Surakarta diharapkan membuat laporan khusus/tersendiri tentang biaya lingkungan agar pengguna laporan keuangan dapat menelusuri dan memahami besar biaya lingkungan yang telah disajikan. Pengungkapan Rumah Potong Hewan mengungkapkan biaya lingkungan pada laporan khusus dan catatan atas laporan keuangan yang memuat informasi spesifik dasar-dasar pengungkapan biaya lingkungan agar dapat dipahami, dibandingkan, dan dapat sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. 72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 2. Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan menemukan dan menelusuri biaya lingkungan terkait pengolahan limbah secara maksimal, sehingga biayabiaya lingkungan dapat teridentifikasi. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti biaya lingkungan pada perusahaan/entitas jasa yang terkait langsung dengan lingkungan seperti perusahaan batu bara dan perusahan minyak bumi. 73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 DAFTAR PUSTAKA Aditya, David Wahyu. 2014. Analisis Pengalokasian dan Penyajian Biaya Lingkungan di PT Swasti Siddhi Amagra. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Elyafei, Safira. 2012. Penerapan Akuntansi Lingkungan di RSUD Tarakan Jakarta. Skripsi. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Firmansyah, Imam. 2014. Akuntasi Biaya itu Gampang. Dunia Cerdas, Jakarta. Gunawan, E. 2010. Tinjauan Teoritis Biaya Lingkungan terhadap Kualitas Produk dan Konsekuensinya Terhadap Keunggulan Kompetitif Perusahaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1. (2): 47-50. Hermiyetti. Dondokambey, Griffit Yoyner. 2012. Analisis Perlakuan Akuntansi dan Pengalokasian Biaya Lingkungan pada PT Aspex Kumbong. Jurnal Infestasi. Vol. 8. (1): 63-80. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015. Cetakan Pertama. Ikatan Akuntansi Indonesia, Jakarta. Ikhsan, Arfan. 2009. Akuntansi Manajemen Lingkungan, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Hansen, Don R. Mowen, Maryanne M. 2009. Manajerial Accounting:Akuntansi Manajemen, 8th. Salemba Empat, Jakarta. Kusumawati, Titik. 2015. Perlakuan Akuntansi atas Pengelolaan Limbah pada RSUD DR R Koesma Tuban. Skripsi. Universitas Jember. Meilanawati, Refi. 2013. Analisis Pengungkapan Biaya Lingkungan (Environmental Cost) pada PT. Semen Indonesia Persero, TBK. Jurnal TeknologiPendidikan. Moedjanarko, Erfinsya C. Frisko, Dianne. 2013. Pengelolaan Biaya Lingkungan dalam Upaya Minimalisasi Limbah PT Wonosari Jaya Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2 No.1. Mulyani, Nita Sri. 2013. Analisis Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan pada Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan. Skripsi. Universitas Jember. Munn. 1999. A System View of Accounting for Waste. Edisi Pertama, Nixxon and Schinitteiet Universiteit Press, Bonn. 74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Peraturan Menteri Pertanian Replubik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging. Putri, Pramitha Arinda Hartono. Mas’ud, Imam. 2016. Analisis Perlakuan Akuntansi atas Biaya Lingkungan pada PT Sejahtera Usaha Bersama Unit Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Suartana, I. W. 2010. Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line Accounting: Paradigma Baru Akuntansi Bernilai Tambah. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 10. (1): 105-112. Sudigyo, T. 2002. Studi Kasus Pengolahan Limbah Cair di RS Kanker Dharmais Depkes RI Jakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009.Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Weygandt, J.J., Kieso, D. E. dan Kimmel, P. D. 2013. Accounting Priciples, Pengatar Akuntansi. Edisi Ketujuh. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta. 75 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 LAMPIRAN 76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara Berikut ini merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan dan hasil wawancara antara pihak peneliti dengan pihak internal perusahaan yang dilakukan pada: Narasumber : Ir. Tri Ananto Mr. M.Si Hari, tanggal : Rabu, 27 Januari 2016 Tempat : Rumah Potong Hewan Surakarta 1. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengolahan limbah cair a. Limbah apa saja yang dihasilkan dari kegiatan produksi Rumah Potong Hewan Surakarta? Jawaban: Limbah yang dihasilkan terkait dengan kegiatan produksi Rumah Potong Hewan berwujud cair dalam bentuk darah/cairan yang disebut limbah merah dan berbentuk kotoran hewan maupun kotoran isi perut yang disebut limbah hijau. Sedangkan gas berbentuk bau gas dari kotoran hewan, limbah padat berupa tulang dan bulu-bulu dari hewan tersebut. b. Bagaimana proses pengolahan limbah cair? Jawaban: Proses limbah cair menggunakan IPAL dengan sistem DEWATS. Teknologi pengolahan air limbah domestik yang terdesentralisasi tanpa membutuhkan listrik. Limbah yang berasal dari ruang rumen, karkas dan pemotongan disalurkan melewati pipa ke tempat proses pengolahan limbah berdasarkan tekanan. 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 c. Kapan dan berapa biaya yang dikeluarkan Rumah Potong Hewan untuk mendirikan IPAL tersebut? Jawaban: IPAL limbah cair dibuat dan aktif beroperasi sejak tahun 2011 hingga sekarang. Biaya dikeluarkan untuk pembangunan IPAL tersebut bisa dilihat pada catatan pembangunan IPAL. d. Bagaimana cara kerja IPAL tersebut? Jawaban: IPAL yang kami miliki menggunakan sistem DEWATS. Sistem ini tidak memerlukan biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi. Cara kerjanya dimulai ketika limbah-limbah dari ruang jagal, karkas dan rumen dibuang melalui saluran yang langsung menuju ke IPAL. Pada bagian pertama limbah disaring oleh saringan kasar yang disebut screen. Gunanya untuk menyaring sampah-sampah yang tidak bisa diolah. Khusus ruang rumen ada proses sendimentasi yang bertujuan untuk menghilangkan gumpalan-gumpalan padat. Setelah limbah itu benar-benar bisa diolah baru limbah tersebut melewati pintu masuk atau disebut inlet. Kemudian limbah akan diteruskan pada Settler dua chamber proses pada bagian ini kembali terjadi pengendapan agar bisa terpisah untuk kotoran cair dan padatnya. Bagian terakhir ada baffle reactor air limbah ditampung dan diproses secara biologi lalu hasilnya dibuang ke sungai Sonto yang letaknya dibelakang Rumah Potong Hewan dalam bentuk air jernih yang tidak berbau. 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 2. Komponen-komponen biaya yang terkait dengan aktivitas pengolahan limbah cair a. Biaya apa saja yang terdapat pada tahap pengolahaan limbah cair dari awal sampai akhir? Jawaban: Biaya yang pertama kali dibiayakan adalah biaya pengadaan IPAL. Kemudian biaya listrik tidak ada karena IPAL milik kami memakai sistem terdesentralisasi. Sedangkan di IPAL bagian screen harus dibersihkan manual oleh pekerja dengan intensitas waktu minimal seminggu sekali. Jumlah pekerja khusus bagian IPAL ada 3 orang dengan gaji perbulan 1,4 juta. Untuk depresiasi IPAL sendiri, kami telah menetapkan masa manfaatnya 15 tahun tanpa ada nilai sisa. b. Adakah pendapatan yang diperoleh dari pengolahan limbah ini? Jawaban: Untuk saat ini belum ada pendapatan dari proses pengolahan limbah ini. 79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 3. Perlakuan akuntansi pengolahan limbah cair a. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengidentifikasi biaya terkait pengolahan limbah cair? Jawaban: Kami belum mengidentifikasi biaya-biaya tersebut karena biaya-biaya lingkungan disajikan bersama biaya-biaya lainnya dalam laporan keuangan. b. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengakui biaya terkait pengolahan limbah cair? Jawaban: Selama proses pengolahan limbah berlangsung kami mengakui adanya pengeluaran biaya setiap terjadinya transaksi. Jadi setiap ada transaksi yang keluar dari bagian pengolahan limbah kami akan mengakui sebagai biaya. c. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengukur biaya terkait pengolahan limbah cair? Jawaban: Biaya lingkungan dalam kegiatan pengolahan limbah diukur dengan rupiah. Semua biaya yang telah dikeluarkan Rumah Potong Hewan, mengacu pada laporan realisasi anggaran periode sebelumnya. 80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 d. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam menyajikan biaya terkait pengolahan limbah cair? Jawaban: Kami menyajikan biaya-biaya tersebut ke dalam laporan laba rugi bersama dengan biaya lainnya pada pos biaya gaji karyawan bagian IPAL, biaya suku cadang IPAL, biaya retribusi dan pajak daerah, serta biaya keamanan dan kebersihan, untuk pengadaan IPAL dimasukkan pada neraca sebagai aset tetap. Rumah Potong Hewan tidak menyajikan laporan khusus biaya lingkungan karena kami berasumsi biaya tersebut sama dengan biaya umum lainnya. e. Bagaimana cara Rumah Potong Hewan dalam mengungkapkan biaya terkait pengolahan limbah cair? Jawaban Kami mengungkapkan biaya lingkungan lewat catatan atas laporan keuangan. Catatan tersebut berisi tentang metode pengukuran biaya, metode penyusutan, dan beberapa kebijakan akuntansi yang lainnya. 81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 SURAT KETERANGAN PENELITIAN 82