PDF (Bab I) - Universitas Muhammadiyah Surakarta

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media adalah seperangkat alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan atau menyalurkan baik pesan maupun informasi dari
komunikator kepada khalayak (Cangara,2006:119).Sementara pengertian
media menurut Tamburaka (2012:9) merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.
Salah satu bentuk komunikasi yaitu komunikasi massa yang
melibatkan publik secara luas. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai
suatu proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas dengan
menggunakan media sebagai perantaranya (Rakhmat 2001:188). Hal itu
berarti media massa merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan
informasi dan menyebarkan informasi secara massal yang dapat diakses secara
luas oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan menjadi milik publik
bukan informasi yang ditujukan pada masing-masing individu.
Perkembangan teknologi telah memunculkan pergeseran. Media massa
tumbuh tidak hanya menjadi kekuatan pengontrol kekuasaan, tetapi telah
menjadi kepanjangan tangan pemilik media. Pemberitaan yang dinilai
menguntungkan dan memberikan citra positif akan mendapat porsi lebih besar
dalam
sebuah
media
massa.
Fenomena
ini
menunjukkan
semakin
berkembangnya peran media massa lebih kompleks pada masa sekarang.
1
2
Sebuah berita disusun oleh wartawan yang bekerja di lapangan
berdasarkan suatu kejadian
dan wartawan pula yang menyusun kejadian
tersebut menjadi sebuah berita. Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks
dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema
tertentu dalam satu kategori tertentu (Eriyanto,2002:119). Sebuah peristiwa
tidak akan menjadi berita bila tidak diterbitkan oleh media massa.
Media massa saat ini sudah mencapai bentuk baru. Bentuk baru
tersebut adalah media online. Media online ialah media yang tersaji secara
online di situs web (website) internet (Romli:2012,30). Media online menjadi
alternatif dalam penyajian sebuah berita di lapangan. Tidak perlu menunggu
hingga berjam-jam atau malah keesokan harinya, kejadian-kejadian di
lapangan dapat kita nikmati hanya dalam hitungan detik. Penyebaran
informasi oleh media online terhitung sangat cepat. Selain itu, sangat mudah
untuk mengaksesnya. Akses media online lebih murah dan lebih mudah
karena bisa diakses dari mana saja asal mempunyai fasilitas internet. Hal ini
berbeda dengan akses media cetak dan media televisi.
Media massa online tidak lupa juga menggiring opini masyarakat
dalam menyikapi suatu permasalahan. Para jurnalis di lapangan memasukkan
ide-idenya sesuai dengan latar belakang dan kerangka. pemikiran mereka.
Melalui media ini kita disuguhkan realitas-realitas yang bukan sebenarnya.
Berita-berita yang disajikan hanya merupakan konstruksi dari sebuah realitas.
Media khususnya surat kabar dapat menyajikan sebuah realitas/peristiwa yang
3
sama, namun berbeda dalam hal mengkonstruksi dan memahami sebuah
peristiwa berbeda.
Dualisme sepakbola di indonesia mulai terjadi semenjak pertengahan
2011. Dualisme ini terjadi antara dua kubu yaitu PSSI dan KPSI. Terpilihnya
tokoh-tokoh baru di tubuh kepengurusan PSSI, membawa harapan baru akan
terciptanya era menuju sebuah kesuksesan. Demi mewujudkan hal itu,
beberapa hal kebijakan baru pun dibuat. Akan tetapi, tidak semua kebijakan
tersebut disetujui oleh internal PSSI. Masih ada ada sekelompok pihak yang
tidak puas dengan kebijakan yang benar-benar baru. Pihak-pihak tersbeut
kemudian membentuk organisasi sempalan bernama KPSI. Organisasi ini
mengklaim dirinya mendapat dukungan dari mayoritas anggota PSSI. Saling
klaim antara PSSI dan KPSI berujung dengan dualisme kompetisi dan lebih
parahnya lagi dualisme timnas.
Masalah dualisme yang berlarut-larut berakibat fatal bagi penampilan
timnas. Timnas Indonesia tidak diperkuat oleh pemain-pemain terbaiknya
akibat larangan KPSI. Hal tersebut membuat Indonesia takluk 10-0 dari
Bahrain
pada
kualifikasi
Piala
Dunia
2014(http://
duniasoccer.com/Duniasoccer/Indonesia/KompetisiIndonesiaLain/News/Timn
as-Indonesia-Catat-Rekor-Kekalahan Terbesar diakses pada 25 Maret 2013).
Kekalahan tersebut juga menorehkan rekor kekalahan terbesar bagi timnas
Indonesia. Selain menorehkan rekor kekalahan terbesar, peringkat FIFA
Indonesia jeblok ke posisi 170.
4
Kekisruhan PSSI membuat posisi Indonesia di persepakbolaan
internasional terancam. FIFA sebagai lembaga tertinggi sepakbola di dunia
jelas tidak menyetujui dualisme kompetisi, apalagi berimbas pada dualisme
tim nasional. Berdasarkan rilis FIFA usai pertemuan di Zurich 29-30 Maret,
FIFA mengeluarkan rilis yang berisi mengakui PSSI hasil kongres Solo dan
memerintahkan penyelesaian breakaway league (ISL) sebelum tanggal 15 Juni
2012. Bila pada tanggal tersebut belum terselesaikan, FIFA akan menjatuhkan
sanksi
(http://www.republika
/ligaindonesia/12/04/03
.co.id
/
berita
/sepak
bola
/m1wdp8-fifa-hanya-akui-pssi-hasil-kongres-solo
diakses pada 28 Maret 2013). Setelah melalui proses yang panjang, pada
tanggal 17 Maret 2013 diadakan Kongres Luar Biasa PSSI di Hotel Borobudur
Jakarta.
Perkembangan media pada jaman sekarang cenderung berpusat pada
kepemilikan media. Media dikuasai oleh segelintir orang saja (konglomerasi
media). Hal ini mengubah wajah media yang bebas dan berorientasi ke publik
menjadi media yang berorientasi pada tokoh atau golongan.
Penulis tertarik mengambil objek penelitian dari kedua media online
ini karena viva.co.id merupakan media yang berafiliasi dengan salah satu
partai politik besar di Indonesia yaitu Golkar (Golongan Karya). Lebih
tepatnya media ini dimiliki oleh Group Bakrie yang juga membawahi media
Antv, Tvone, Sport One. Ketua Umum PSSI periode sebelumnya merupakan
kader dari partai Golkar. Ditambah lagi KPSI berisi orang-orang yang dekat
dengan dengan partai Golkar, bahkan ada beberapa berposisi sebagai petinggi
5
partai.
Sedangkan
pemilihan
media
kompas.com
beralasan
bahwa
kompas.com tidak memiliki kepentingan dalam Kongres ini. Media ini
memberitakan KLB PSSI dengan menonjolkan dua sisi permasalahan.
Kompas cenderung bersikap netral dalam pemberitaannya.
Analisis yang penulis gunakan untuk meneliti pemberitaan di situs
kompas.com dan viva.co.id adalah analisis framing. Analisis framing secara
sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana
realitas (peristiwa,aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.
(Eriyanto, 2002:3). Menurut Eriyanto, dalam analisis framing, yang kita
lakukan adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Peristiwa
dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya, wartawan dan
media yang secara aktif membentuk realitas (2002:7).
Penelitian tentang PSSI pernah dilakukan oleh Riska Khaerunnisya
tahun 2012 asal Universitas Hasanuddin Makassar dengan judul “ Analisis
Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia
2011/2012 Pada Media Online Goal.Com Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui media online Goal.com Indonesia dalam membingkai
kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga indonesia 2011/2012.
Penelitian tersebut menggunakan analisis framing dengan objek penelitian
PSSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Goal.com Indonesia memiliki
kecenderungan pemberitaan kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga
Indonesia telah melanggar pedoman dan hasil kongres PSSI.
6
Selanjutnya penelitian terdahulu yang menggunakan metode analisis
framing adalah Illy Apriliyadi asal Universitas Muhammadiyah Surakarta
dengan judul “Konstruksi Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Internet (Studi
Analisis Framing Tentang Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Republika
Online dan Tempo Interaktif.com Periode Februari dan Maret 2011). Tujuan
dari
penelitian
ini
melihat
bagaimana
Republika
Online
dan
Tempointeraktif.com dalam memaknai, menyikapi dan membingkai berita
tentang Ahmadiyah serta untuk mengetahui posisi kedua media tersebut dalam
mengkonstruksi pemberitaan tentang Ahmadiyah. Penelitian ini menggunakan
analisis framing dengan meneliti isi berita yang disajikan oleh dua media
online tersebut. Analisis framing yang digunakan adalah model Robert
Entman. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Republika Online membingkai
Ahmadiyah sebagai aliran yang menyimpang dari ajaran islam, sedangkan
TempoInteraktif.com menilai sebagai sebuah aliran yang memiliki hak untuk
berkeyakinan.
Relevansi dari kedua penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu pada
penelitian pertama mengambil tema yang sama yaitu mengenai PSSI yang
berfokus pada pembahasan format liga. Penulis ingin meneliti berita KLB
PSSI. Sedangkan pada penelitian kedua, menggunakan teknik analisis framing
model Robert Entman. Analisis Framing Robert Entman memfokuskan
bagaimana teks komunikasi disajikan dan bagian mana yang dianggap penting
oleh pembuat teks. Terdapat kepentingan pemilik media yang turut campur
7
tangan dalam sebuah pemberitaan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
pembingkaian berita antara satu media dengan media lain bisa sangat berbeda.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil judul penelitian
sebagai berikut “Konstruksi Pemberitaan KLB PSSI Di Internet”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konstruksi pemberitaan Kongres Luar Biasa PSSI oleh
portal kompas.com dan viva.co.id pada Bulan Maret 2013?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui konstruksi pemberitaan Kongres Luar Biasa PSSI dengan
menggunakan analisis framing pada dua portal media online kompas.com dan
viva.co.id
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan studi ilmu komunikasi
serta penelitian media massa online.
2. Dapat menambah referensi tentang penelitian analisis framing dan
mendorong penelitian dengan kasus yang lain.
8
E. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi massa
Komunikasi massa memiliki pengertian banyak dan luas untuk
dipahami khalayak. Untuk memahami tentang komunikasi massa maka
harus diingat lagi apa yang menjadi pengertian komunikasi. Ada beberapa
pendapat yang mengemukakan mengenai makna komunikasi, seperti yang
dikemukakan Lasswell yang menjelaskan bahwa komunikasi merupakan
siapa berkata apa melalui apa kepada siapa dengan menggunakan media
apa.
Disisi lain Osgood (dalam Baran, 2013:5) coba mendefinisikan
komunikasi merupakan proses yang berkelanjutan resiprokal, yang mana
terjadi sebuah interaksi agar mendapatkan makna dari partisipan atau
interpreter dengan melakukan decoding dan encoding pesan. Sedangkan
Carey mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses yang melekat
pada kita yang diproduksi dari realitas, diperbaiki dan ditransportasikan
dalam kehidupan sehari-hari yang menginformasikan informasi dan
menangkapnya sehingga menghasilkan pesan agar menjadi pondasi atau
pedoman kebudayaan bagi kita (Baran, 2013:9).
Seperti yang dikemukakan Bittner (dalam Rakhmat 2001:188)
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah orang. Gerbner dalam mengemukakan bahwa
komunikasi massa merupakan proses produksi dan distribusi berlandaskan
9
pada teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta
dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Wright (dalam Tamburaka 2012:15) mendefinisikan komunikasi
massa dalam tiga ciri. Pertama: komunikasi massa diarahkan kepada
audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. Kedua: pesan-pesan
yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk bisa mencapai
sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya
sementara. Ketiga: komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam
sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya
besar.
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang dilakukan
melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Unsur-unsur penting
dalam komunikasi massa meliputi komunikator, media massa, informasi
(pesan) massa, gatekeeper, khalayak (publik), dan umpan balik
(Tamburaka, 2012: 15).
Sedangkan menurut Karlinah (dalam Ardianto 2004:23) menyebut
fungsi komunikasi massa secara khusus yaitu fungsi meyakinkan, fungsi
menganugerahkan status, fungsi membius, fungsi menciptakan rasa
kebersatuan, dan fungsi privatisasi.
Dalam melaksanakan proses komunikasi massa dibutuhkan
saluran-saluran atau media untuk menyalurkan pesan yaitu media masssa.
Menurut Biagi (2010:11), ada delapan jenis usaha media massa. Media
10
tersebut diantaranya: a). Buku,b). Surat kabar, c). Majalah , d). Rekaman
,e). Radio, f). Film, g). Televisi ,dan h). internet
2. Internet sebagai media baru
Manusia sekarang hidup dalam era perkembangan media massa
yang begitu cepat. Jaman dahulu abad ke-17 muncul surat kabar yang
kemudian digunakan sebagai media massa, kemudian radio pada abad ke19 dan televisi di abad ke-20. Pada abad ke -20 juga muncullah internet
sebagai media massa bentuk baru (new media). Internet menjadi penyebab
munculnya produk media baru dan persaingan baru dalam bisnis media
(Biagi,2010:231)
Menurut Biagi (2010:231), internet sebenarnya merupakan
kombinasi dari ribuan jaringan komputer yang mengirim dan menerima
data dari seluruh dunia. Menurut Laquey dalam Ardianto (2007:140),
Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang dapat
menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Faktor yang membedakan
internet dengan media komunikasi lainnya yaitu tingkat interaksi dan
kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesan.
Melalui internet, informasi dapat disampaikan secara efektif serta tak
terbatas letak geografis suatu negara. Internet memiliki peran penting bagi
masyarakat karena pesan yang disampaikan cepat diterima oleh
masyarakat (Severin dan Tankard, 2011:7).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka berkembang
pulalah media massa. Dengan kemudahan aksesnya media massa online
11
mulai mengambil hati masyarakat. Media massa online merupakan media
massa yang tersaji dalam bentuk online di situs web intenet. Media massa
online adalah media massa generasi ketiga setelah media cetak (printed
media) koran, majalah, tabloid dan media elektronik (electronic media)
seperti radio, televisi (Romli, 2012:11).
Media online atau new media merupakan media yang tersaji secara
online di situs web internet. Hal baru yang tersaji pada new media yaitu
akses informasi kapanpun dan dimanapun diseluruh dunia, selama
memiliki
perangkat
dengan
koneksi
internet
(Romli,2012:13).
Kompas.com dan Viva.co.id merupakan beberapa contoh website yang
khusus menampilkan konten-konten berita dan peristiwa yang terdiri dari
bermacam kategori, biasanya disebut juga portal berita.
Media massa online menyajikan karakteristik dan keuntungan
dibanding media massa konvensional. Beberapa diantaranya ialah
Multimedia yaitu dapat memuat atau menyajikan berita dalam bentuk teks,
audio, video, grafis, dan gambar secara bersamaan. Aktualitas yaitu info
yang disajikan aktual atau terkini karena kemudahan dan kecepatan
penyajiannya. Cepat yaitu saat itu diupload, langsung dapat diakses semua
orang. Update yaitu update informasi dapat dilakukan cepat dari sisi
konten maupun redaksional, tidak ada ralat seperti pada media cetak.
Fleksibilitas yaitu pemuatan dan editing naskah kapan dan dimana saja.
Luas yaitu menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
Terdokumentasi yaitu informasi tersimpan dalam arsip dan bisa dicari
12
melalui fasilitas cari dan link terkait. Hyperlinked yaitu informasi yang
tersaji terhubung dengan link lain yang berkaitan (Romli, 2012:33).
Jurnalistik media online dalam menyampaikan informasi tidak
mengenal waktu deadline. Ini berbeda dengan media cetak yang
memberikan ralat berita pada edisi esok hari, sebab setiap detik bisa
muncul update untuk menambal kekurangan berita sebelumnya. Disisi lain
jurnalistik online dalam mengemas sebuah kasus yang terjadi pada
masyarakat terdapat berbagai format antara jurnalis dan masyarakat dan
menggabungkan dengan media lain. Dari segi konten penyampaian
informasi pada media online terletak pada halaman dan kategori yang
mana terletak pada sisi topik dan informasi (Romli, 2012:34)
3. Framing Sebagai Teknik Analisis
Framing merupakan pendekatan untuk melihat bagaimana sebuah
realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2002:76). Fakta
dirangkai dan dimaknai, lalu ditafsirkan oleh peneliti. Melalui penafsiran
akan diperoleh makna yang implisit (makna yang tidak terlihat) dalam
sebuah teks. Teks adalah segala sesuatu yang tertulis. Teks juga dapat
diartikan seperangkat tanda yang ditransmisikan dari pengirim kepada
penerima melalui medium dan menggunakan kode-kode tertentu. (Sobur,
2001: 53).
Teks sebenarnya bukan bertujuan mencatat sesuatu, tetapi untuk
menyampaikan sesuatu kepada khalayak. Sebagai hasil konstruksi dari
suatu realitas, teks menggunakan tanda untuk merepresentasikan sebuah
13
peristiwa, kasus atau objek tertentu. Dalam konteks framing, teks berita
mengandung sejumlah perangkat retoris yang akan berinteraksi dengan
memori khalayak dalam proses konstruksi makna (Sobur,2001:186).
Analisis Framing digunakan untuk melihat hubungan antara berita
dan ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita
membangun,
mempertahankan,
memproduksi,
mengubah
dan
meruntuhkan ideologi. Teks berita dikonstruksi dan dimaknai sedemikian
rupa dengan makna tertentu. Hasilnya isi sebuah berita yang memihak
pada sisi tertentu.
Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta/realitas.
Dalam memilih fakta ada kemungkinan berita tersebut dipilih atau
dibuang. Dilakukan juga penekanan aspek tertentu. Dengan memilih sudut
pandang tertentu, memilih fakta tertentu, serta melupakan aspek lainnya.
Maka, konstruksi atas sebuah peristiwa berbeda satu sama lain. Kedua,
menuliskan fakta. Proses yang berhubungan dengan penyajian fakta yang
dipilih pada khalayak. Beberapa aspek ditonjolkan untuk mendapatkan
perhatian dibanding aspek lain. Realitas yang menonjol ada kemungkinan
lebih besar diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami
sebuah realitas (Eriyanto, 82: 2002).
Sebuah informasi akan lebih diperhatikan, lebih bermakna, dan
berkesan bila dilakukan sebuah penonjolan. Penonjolan mempertinggi
probabilitas penerima dalam memahami informasi, melihat makna lebih
tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan. Informasi
14
dari teks dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau
mengasosiasikan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal.
Tingkat penonjolan teks dapat mempengaruhi ide yang memberi pedoman
seseorang menerima informasi (Sobur,2001:164).
Menurut Siahaan (dalam Sobur 2001: 164) framing memiliki andil
yang penting bagi komunikasi politik. Frames, menuntut memberikan
perhatian pada beberapa aspek dari realitas. Dengan jalan mengabaikan
elemen-elemen lainnya, dapat berpotensi memunculkan reaksi berbeda
sebuah berita. Politisi bersama jurnalis membangun frame berita. Framing
memainkan peran dalam menonjolkan kekuasaan politik dan berita
merupakan bukti akan kekuasaan yang tercetak. Hal tersebut menunjukkan
identitas para aktor yang berkompetisi untuk mendominasi teks.
1. Kepemilikan Media
Media menurut Tamburaka (2012:9) merupakan alat yang
digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Hal
itu berarti media massa merupakan sarana yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dan menyebarkan informasi secara massal yang
dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan
menjadi milik publik bukan informasi yang ditujukan pada masing-masing
indvidu.
Perkembangan media pada jaman sekarang cenderung berpusat
pada kepemilikan media. Media dikuasai oleh segelintir orang saja
(konglomerasi media). Hal ini mengubah wajah media yang bebas dan
15
berorientasi ke publik menjadi media yang berorientasi pada tokoh atau
golongan.
Dapat diambil contoh media online viva.co.id. Viva.co.id
merupakan portal berita yang berafiliasi dengan Group Bakrie, jadi dalam
pemberitaannya lebih condong membela kepentingan Group Bakrie. Portal
berita milik Group Bakrie itu menyebut semburan lumpur sebagai lumpur
Sidoarjo, bukan lumpur Lapindo. Di saat yang hampir bersamaan pula
portal berita itu menampilkan pendapat pakar geologi Rusia yang
menyatakan semburan lumpur bukan akibat pengeboran. Liputan khusus
terhadap pakar Rusia juga ditampilkan secara audio-visual di portal
viva.co.id. Sedangkan pendapat ahli menyatakan bahwa itu disebabkan
oleh kesalahan pengeboran tidak diliput (Cahyadi,2012:16).
Ketika
media
berita
telah
menjadi
bagian
dari
sebuah
konglomerasi, kredibilitas media kemudian dapat dipertanyakan. Hal
tersebut dapat terjadi ketika media mengulas produk-produk yang
dihasilkan dan didistribusikan oleh cabang perusahaan itu sendiri. Sisi
objektif dan sisi kritis sebuah media menjadi dapat dipertanyakan ketika
bekerja untuk cabang perusahaan yang lain. Kepemilikan media
menentukan kontrol media yang pada gilirannya menentukan isi media
(Severin & Tankard,2011:437).
Menurut Maryadi (2011:1) mengenai akibat yang ditimbulkan
konglomerasi media, ada lima hal yang berbahaya dari sebuah
konglomerasi media yaitu:
16
a. Terjadinya pemusatan bisnis media yang mengarah pada persaingan
yang tidak sehat menyangkut konten siaran/pemberitaan pers,
sekaligus mendorong pelanggaran kode etik jurnalistik dan kode
perilaku wartawan
b. Slogan “dari publik, oleh publik, untuk publik” berubah menjadi “dari
pebisnis, oleh buruh media, untuk kepentingan ekonomi”
c. Tiadanya keberagaman kepemilikan (diversity of ownership) dan
keberagaman isi siaran (diversity of content) yang membuat
penyeragaman opini publik
d. Bahaya Pemusatan Kepemilikan Media tidak bisa dicegah melalui UU
Anti Monopoli Nomor 5 tahun 1999 dan UU Perseroan Terbatas
Nomor 40 tahun 2007 melainkan harus dikendalikan oleh UU itu
sendiri (UU Pers dan UU Penyiaran)
e. Penyeragaman opini dan kekuatan bisnis-politik oleh kekuatan media
yang terlalu dominan yang mengancam kebebasan pers dan
demokratisasi media.
2. Konstruksi Sosial Realitas
Analisis Framing termasuk dalam paradigma konstruksionis.
Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media
dan teks berita yang dihasilkannya (Eriyanto,2001:15). Seperti yang
diungkapkan Berger (dalam Eriyanto 2001:18), realitas itu tidak dibentuk
secara ilmiah, ia dibentuk dan dikonstruksi. Berdasarkan latar belakang
yang berbeda-beda dan kemampuan yang berbeda-beda, setiap individu
17
mempunyai level tertentu penafsiran dan pemahaman dalam menilai
sebuah realitas.
Dalam pandangan konstruksionis, media adalah subjek yang
mengkonstruksi realitas. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial
yang mendefinisikan realitas. Sebenarnya, media bukan melakukan
penyajian sebuah realitas dalam bentuk berita. Media hanya ikut
merekonstruksi sebuah realitas dalam sebuah berita. Media massa secara
aktif mengatur frame acuan yang digunakan pembaca untuk menafsirkan
peristiwa publik.
Proses konstruksi realitas pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk menceritakan sebuah peristiwa atau kejadian yang berkaitan dengan
politik merupakan suatu usaha mengkonstruksi realitas. Namun konstruksi
media itu sendiri terbentuk dari wartawan yang melihat sebuah kejadian
dimasyarakat dengan apa yang sebenarnya terjadi dan bukan merupakan
sebuah rekayasa, karena dalam menulis sebuah realitas wartawan
mempunyai sikap yang berimbang. Sikap berimbang tersebut meliputi (1),
netral yang mana berita yang ditulis itu dengan realitas dan tidak memihak
pada salah satu pihak. (2), objektif sikap ini dimana wartawan dalam
menyampaikan sebuah berita tidak menyertakan pendapat pribadi dalam
sebuah berita (Eriyanto,2002:30).
Media massa bukan sarana informasi yang menyampaikan berita
secara aktual (baru) dan faktual (apa adanya), tetapi lebih dari itu mereka
mencoba membangun suatu nilai dalam pikiran kita. Hall (dalam
18
Tamburaka 85:2012) menilai bahwa media massa yang menentukan
pembingkaian melalui pemilihan kata-kata tertentu. Fakta yang dilaporkan
oleh jurnalis kepada pembaca sebenarnya bukanlah fakta yang
sesungguhnya karena jurnalis itu melalui strategi pembingkaiannya telah
mengkonstruksi fakta yang dilihatnya, melalui kategori dan ideologinya.
Esensi kegiatan menulis berita adalah melaporkan seluk beluk
suatu peristiwa yang telah, sedang atau akan terjadi. Berita ditulis sebagai
rekonstruksi tertulis dari apa yang terjadi (Siregar,1998:19). Jadi kegiatan
menulis berita adalah merekonstruksi lagi secara tertulis suatu peristiwa
yang dialami, didengar, dilihat oleh individu atau sekelompok orang.
Menurut Eriyanto (2002:119) berita adalah hasil akhir dari proses
kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa
dan tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Ada banyak peristiwa yang
terjadi pada tiap detiknya, dan semua itu sangat potensial sebagai bahan
berita. Peristiwa tidak langsung menjadi berita karena ada syarat-syarat
dan batasan-batasan tertentu yang dikategorikan berita dan bukan berita.
F. Metodologi penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual,
akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.
19
Penelitian ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa
menjelaskan hubungan antarvariabel (Kriyantono,2010:69).
2. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah metode yang tidak
mengutamakan sedikit atau banyaknya suatu data melainkan lebih kepada
persoalan kedalaman data mengenai suatu fenomena yang diteliti. Tujuan
dari penelitian ini adalah menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula
(Kriyantono, 2010:56).
3. Sumber data
Dalam pengumpulan sumber data, peneliti membagi sumber data
dua menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder:
a. Data Primer
Data primer merupakan seluruh pemberitaaan yang diteliti
yakni berita yang menyangkut pemberitaan Kongres Luar Biasa PSSI
pada kompas.com dan viva.co.id bulan Maret 2013.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumbersumber yang lain untuk melengkapi data primer. Data sekunder berupa
sumber dari artikel maupun dari portal berita lain yang relevan dengan
permasalahan diatas.
20
4.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, penulis mengambil teknik pengumpuan
data
dengan
menggunakan
teknik
pengumpulan
dokumentasi.
Dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk
menguji,
menafsirkan
bahkan
untuk
meramalkan
(Moleong,
2004:217).
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan berita
terkait Kongres Luar Biasa PSSI dari portal berita Kompas.com dan
Viva.co.id tanggal 11 hingga 17 Maret 2013. Penulis mengambil data
dari tanggal tersebut karena berkaitan dengan persiapan kongres serta
verifikasi peserta Kongres Luar Biasa PSSI ditambah juga tanggal 17
Maret merupakan waktu pelaksanaan kongres. Dari teks berita tersebut
kemudian akan dianalisis menggunakan analisis framing Robert
Entman. Pertama dengan mendokumentasikan berita terkait Kongres
Luar Biasa PSSI Maret 2013. Kemudian selanjutnya adalah
mengkategorisasikan
dari
dokumentasi
berita
tersebut
guna
memudahkan analisis.
b. Studi Pustaka
Dalam melengkapi data referensi dan memperkuat data primer,
peneliti mencari berita dari portal berita lain, artikel, beberapa pustaka
lain untuk menunjang penelitian.
21
5.
Validitas Data
Setiap riset harus bisa dinilai. Ukuran kualitas sebuah riset terletak
pada kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan selama riset.
Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
triangulasi. Analisis Triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek
dengan meneliti kebenarannya dengan sumber data lain yang tersedia
(Kriyantono,2010:72). Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan
pemberitaan dua media online.
6.
Teknik analisis data
Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis framing
model Robert Entman. Entman membagi framing dalam dua dimensi
besar. Seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek. Seleksi isu
berhubungan dengan pemilihan fakta. Ada bagian berita yang dimasukkan,
ada juga berita yang dikeluarkan. Sedangkan penonjolan aspek
berhubungan dengan penulisan fakta. Hal ini berkaitan dengan pemakaian
kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu sehingga menjadi bermakna bagi
masyarakat (Eriyanto,2002:221).
(Tabel 1. Perangkat Framing Robert Entman) (Eriyanto,2002: 222)
Seleksi Isu
Penonjolan
Aspek
Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari
realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang
akan diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini
terkandung bagian berita yang dimasukkan (included),
tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded) tidak
semua aspek atau bagian dari isu yang ditampilkan,
wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika
aspek tertentu dari isu suatu peristiwa dipilih, bagaimana
aspek tersebut ditulis? Ini berkaitan dengan pemakaian
22
kata, kalimat, gambar, dan
ditampilkan pada khalayak.
citra
tertentu
untuk
Menurut konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi kerangka
berpikir terhadap sebuah peristiwa.
(Tabel 2. Perangkat Analisis Framing Robert Entman)
Define
problem
masalah)
(pendefinisian Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?
Sebagai apa?atau sebagai masalah apa?
Diagnose causes (memperkirakan Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh
masalah atau sumber masalah)
apa? Apa yang dianggap sebagai
penyebab dari suatu masalah? Siapa
aktor yang dianggap sebagai penyebab
masalah?
Make moral judgement (membuat Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa
keputusan moral)
yang dipakai untuk mendukung atau
menolak suatu tindakan?
Treatment
recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa
(menekankan penyelesaian)
yang ditawarkan dan harus ditempuh
untuk mengatasi masalah
Sumber: Eriyanto (2002)
Define problem (pendefinisian masalah) merupakan elemen
pertama kali yang dilihat mengenai framing. Merupakan master frame/
bingkai yang paling utama. Menekankan bagaimana peristiwa dipahami
oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa
tersebut dipahami.
Diagnoses causes(memperkirakan penyebab masalah) merupakan
elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari
suatu peristiwa. Penyebab dapat berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti
23
siapa (who). Masalah yang dipahami secara berbeda disebabkan penyebab
masalah yang secara tidak langsung akan dipahami berbeda pula.
Make moral judgement (membuat pilihan moral) merupakan
elemen framing yang dipakai untuk membenarkan / memberi argumentasi
pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Saat masalah didefinisikan
dan penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi kuat
dalam mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan
dengan sesuatu yang familiar dan dikenal khalayak.
Elemen framing yang lain yaitu treatment recomendation
(menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai menilai kehendak dari
wartawan. Penyelesaian yang dipilih. Hal ini tergantung bagaimana
peristiwa tersebut dilihat dan siapa yang dianggap penyebab masalah
(Eriyanto,2002:227).
G. Kerangka pemikiran
(Bagan 1. Kerangka Pemikiran)
24
KLB PSSI
BERITA KLB PSSI VIVA.CO.ID DAN
KOMPAS.COM
FRAME BERITA
ANALISIS FRAMING
ROBERT ENTMAN
Define problem
Diagnoses causes
Make moral
judgement
Treatment
recomendation
25
Penelitian ini membahas Kongres Luar Biasa PSSI yang
diberitakan melalui portal berita online Viva.co.id dan Kompas.com
tanggal 11 hingga 17 Maret 2013. Peneliti melakukan proses frame pada
berita tersebut, kemudian melakukan analisis framing model Robert
Entman. Dilakukan Define Problem, Diagnoses Causes, Make Moral
Judgement dan Treat Recomendation.
Download