PENGELOLAAN REKSA DANA SYARIAH

advertisement
PENGELOLAAN REKSA DANA SYARIAH
(ISLAMIC MUTUAL FUND) MENURUT FATWA DSN
MUI NO. 20/DSN-MUI/IV/2001
(Kritik dan Permasalahan Regulasinya)
Isa Ansori
STAIN Jurai Siwo Metro
Email : [email protected]
Abstract
Mutual Fund has an important role in capital market activities.
It is a collective investment contract in which the investor
entrusts their capital to an investment company to be managed
by the Investment Manager. The investor buy a number of fund
units which representate the value of mutual funds. The funds
that was collected from the owners of capital will be invested by
investment managers. The results of these investments will be
added to the investor funds if the profit is reached, or the funds
will be reduced if the results of these investments are losses. The
accumulations of these funds will remain as the investor property
and stored at a custodian bank which also serves to calculate the
amount of accumulated funds. After reduced for the fees of the
Investment Managers and other costs, the accumulations of the
funds is called Net Asset Value (NAV). NAV will rise and fall
according to the profits or the losses depend on the performance of
investments. DSN-MUI through fatwa No. 20 / DSN-MUI / IV
/ 2001 regarding Guidelines for Sharia Mutual Funds governs
how the mechanism of Sharia Mutual Funds was implemented.
According to this fatwa, Sharia Mutual Funds is operating in
Pengelolaan Reksadana Syariah...
223
accordance with the provisions and principles of Islamic Sharia,
either in the form of contract between the investor as the owner
of the property (sahib al-mal / Rabb al Mal) and the Investment
Manager as Vice of sahib al-mal, nor the Investment Manager as
Vice sahib al-mal with the investment.
Keywords: Mutual Fund, Investment Manager, Bank
Custodian, Issuers, Effect.
Abstrak
Reksa Dana memiliki peran penting dalam kegiatan pasar
modal. Ini adalah kontrak investasi kolektif di mana investor
mempercayakan modal mereka ke sebuah perusahaan investasi
untuk dikelola oleh Manajer Investasi. Investor membeli sejumlah
unit penyertaan yang merepresentasikan nilai reksa dana. Dana
yang dikumpulkan dari para pemilik modal akan diinvestasikan
oleh manajer investasi. Hasil investasi ini akan ditambahkan ke
dana investor jika keuntungan tercapai, atau dana akan berkurang
jika hasil investasi ini adalah kerugian. Akumulasi dari dana
tersebut akan tetap sebagai milik investor dan disimpan pada
bank kustodian yang juga berfungsi untuk menghitung jumlah
akumulasi dana. Setelah dikurangi untuk biaya dari Manajer
Investasi dan biaya lainnya, akumulasi dana disebut Nilai
Aktiva Bersih (NAB). NAV akan naik dan turun sesuai dengan
keuntungan atau kerugian tergantung pada kinerja investasi.
DSN-MUI melalui fatwa Nomor 20/DSN-MUI /IV/2001tentang
Pedoman Syariah Reksa Dana mengatur bagaimana mekanisme
Syariah Reksa Dana dilaksanakan. Menurut fatwa ini, Syariah
Reksa Dana yang beroperasi sesuai dengan ketentuan dan prinsipprinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk kontrak antara investor
sebagai pemilik properti (sahib al-mal / Rabb al Mal) dan Manajer
Investasi sebagai Wakil sahib al-mal, maupun Manajer Investasi
sebagai Wakil sahib al-mal dengan investasi.
Keywords: Reksadana Syariah, Manajer Investasi, Bank
Kustodian, Emiten, Efek
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
224 Isa Ansori
Pendahuluan
Salah satu lembaga yang berperan penting dalam kegiatan
pasar modal adalah Perusahaan Reksa Dana. Reksa Dana adalah
kontrak investasi kolektif di mana investor “menitipkan” dana
pada sebuah perusahaan investasi untuk dikelola manajer
investasi. Mekanisme penitipan dana ini dengan cara membeli
sejumlah unit penyertaan (UP) yang merepresentasikan nilai Reksa
Dana. Kemudian, dana yang terkumpul dari para nasabah akan
diinvestasikan kembali oleh manajer investasi yang bersangkutan
secara kolektif. Hasil investasinya akan ditambahkan ke akumulasi
dana nasabah jika untung, atau dikurangi jika rugi. Akumulasi
dana itu akan tetap menjadi milik nasabah dan disimpan pada
sebuah bank kustodian yang juga berfungsi menghitung jumlah
akumulasi dana. Setelah dikurangi dengan honor manajer investasi
dan biaya-biaya lainnya, akumulasi dana itu disebut sebagai Nilai
Aktiva Bersih (NAB). NAB ini akan naik turun sesuai dengan
kinerja untung rugi investasi yang dilakukan.1
Berdasarkan Pasal 1 ayat 27 UU No. 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal, disebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Potfolio Efek oleh Manajer
Investasi.
Berdasarkan definisi tersebut, ada tiga aspek penting yang
tertuang dalam pengertian itu, dan dua lagi yang tidak secara
eksplisit disebutkan, yang semuanya harus diperhatikan dalam
Reksa Dana ialah:2
1. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat.
Dalam hal ini masyarakat dapat dibedakan dalam dua
bentuk, yaitu masyarakat Individu dan masyarakat lembaga.
Dana yang dikumpulkan ini merupakan dana yang menganggur
Ahmad Gozali, Halal, Berkah, Bertambah: Mengenal dan Memilih Produk
Investasi Syariah, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 74-75 dapat juga
dilihat di http://books.google.co.id/books?id=z2-ORoFjKgcC&pg=PA71&dq=
Reksadana&lr=&cd=14#v=onepage&q=Reksadana&f=false (25 Februari 2011)
2
Adler Haymans Manurung, Panduan Sukses Menjual Reksadana, (Jakarta:
Gramedia, 2010), h. 73-75 dapat juga dilihat di http://books.google.co.id/
books?id=JORJFYti-M4C&pg=PA78&dq=Reksadana&cd=5#v=onepage&q=Rek
sadana&f=false (25 Februari 2011)
1
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
225
dan benar-benar untuk investasi, sering disebut dana untuk
jangka panjang, namun tidak menutup kemungkinan dana
untuk jangka pendek, dengan risiko pada si pemilik berupa
pengurangan dana, seperti karena keluar dari Reksa Dana,
sehingga dikenai biaya penarikan yang biasa disebut biaya
penjualan kembali. Biaya ini cukup besar terutama untuk
lama penyimpanan yang kurang dari satu tahun, di Indonesia
besarnya bervariasi dengan maksimum 2,5%, bahkan ada yang
memberikan nol persen. Investor yang berinvestasi lebih lama
tidak dikenakan biaya penjualan.
2. Diinvestasikan pada instrumen efek yang juga memberikan
hasil pada Reksa Dana.
Efek yang dimaksud di sini adalah efek yang
diperdagangkan di bursa saham, pasar uang, dan pasar
modal lainnya. Jenis instrumen tersebut adalah Sertifikat
Bank Indonesia, deposito berjangka, obligasi, properti dan
saham. Instrumen investasi tersebut mempunyai jangka
waktu pendek, menengah, dan panjang. Tetapi, Reksa Dana
umumnya diinvestasikan pada instrumen berjangka menengah
dan panjang. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengembalian
(return) jangka panjang yang diharapkan lebih tinggi dari
tingkat pengembalian jangka pendek. Reksa Dana juga
melakukan investasi pada jangka pendek di mana biasanya
dana ini dipergunakan untuk berjaga-jaga dalam membayar
penarikan oleh pemilik dana (investor).
3. Lembaga yang mengelola Reksa Dana, ialah Manajer
Investasi.
Manajer Investasi ini bukan perorangan walaupun yang
mengelola dana tersebut adalah perorangan. Sebenarnya, Reksa
Dana tersebut dikelola oleh sebuah tim yang terdiri dari beberapa
orang, dan diawasi oleh sebuah komite. Bahkan ada sebuah Reksa
Dana yang mempunyai komite berasal dari sponsor. Kepada
komite sponsor itu, tim investasi melaporkan investasinya selama
sebulan setelah berjalan. Biasanya, Manajer Investasi mempunyai
pandangan dalam jangka menengah dan panjang.
4. Jangka waktu Reksa Dana
Reksa Dana melakukan investasi pada instrumen investasi
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
226 Isa Ansori
jangka menengah dan panjang, seperti Medium Term Notes
(MTNs), obligasi dan saham. Ini adalah karakteristik tidak tertulis,
sehingga membedakan Reksa Dana dari Deposito perbankan.
Bahkan Bank yang memiliki Priority Banking menawarkan Reksa
Dana ebagai produk investasi jangka panjangnya.
5. Risiko
Risiko terletak pada instrumen investasi yang menjadi
portfolio Reksa Dana, dan faktor pengelola Reksa Dana
(Manajer Investasi). Berisikonya Reksa Dana dikarenakan harga
instrumen portfolio yang berubah setiap waktu, dan jika Reksa
Dana itu berisikan obligasi, maka kebijakan Pemerintah melalui
Bank Indonesia misalnya dengan menaikkan tingkat suku
bunga akan membuat harga obligasi mengalami penurunan.
Risiko dapat pula disebabkan oleh Manejer Investasi, misalnya
karena tidak menempatkan dana pada instrumen investasi.
Selain itu, Reksa dana tidak dijamin oleh sebuah lembaga
penjamin, dan aset Reksa Dana adalah milik bersama, di mana
tidak satu orang pun dari pemilik dana mengambil keuntungan
atas kelemahan pemilik dana lain. Bila ada penarikan besarbesaran (diluar situasi normal), pemilik dana harus membagi
aset secara proporsional.
Berdasarkan bentuk badan hukumnya (Pasal 18 ayat 1 UU
No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal), Reksa Dana terbagi dua:
1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)
Pada Reksa Dana bentuk ini, kegiatan perusahaan
penerbit Reksa Dana adalah menghimpun dana dan menjual
saham. Selanjutnya, dana dari penjualan saham tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan
di pasar modal dan pasar uang.3
2. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
Reksa Dana bentuk ini merupakan instrumen
penghimpun dana dengan menerbitkan unit penyertaan (UP)
kepada investor dan selanjutnya dana tersebut diinvestasikan
3
Parluhutan Situmorang…[et.al], Langkah Awal Berinvestasi Reksa Dana,
(Jakarta; TransMedia Pustaka, 2010), h. 2, dapat juga dilihat di http://books.
google.co.id/books?id=xVI12IgQkcAC&pg=PT9&dq=Reksadana&cd=7#v=one
page&q=Reksadana&f=false (25 Februari 2011)
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
227
pada berbagai jenis investasi, baik di pasar modal maupun
pasar uang.4
Berdasarkan sifat transaksinya, Reksa Dana dapat
dibedakan menjadi:
1. Reksa Dana Tertutup (close-end fund), yaitu Reksa Dana
yang dapat menawarkan saham-saham kepada masyarakat
pemodal atau investor, tetapi tidak dapat membeli kembali
saham-saham tersebut (yang telah dijual kepada masyarakat
pemodal). Dengan kata lain, pemegang saham tidak dapat
menjual kembali sahamnya kepada perusahaan Reksa
Dana, penerbit atau Manajer Investasi. Apabila pemilik
saham hendak menjual sahamnya, proses jual beli hanya
dapat dilakukan di bursa efek tempat Reksa Dana tersebut
dicatat.5 Reksa dana tertutup hanya dapat menjual saham
kepada investor sampai batas jumlah modal dasar dalam
anggaran dasar.6
2. Reksa Dana Terbuka (open-end fund), adalah Reksa Dana
yang dapat menawarkan dan membeli kembali sahamsahamnya dari pemodal atau investor sampai dengan
sejumlah yang telah dikeluarkan. Pemilik saham dapat
menjual kembali saham penyertaan setiap saat apabila
diinginkan. Manajer investasi Reksa Dana, melalui bank
custodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per
saham atau unit pada saat tersebut.7 Unit penyertaan Reksa
Dana bentuk ini tidak tercatat di bursa efek, karena investor
dapat menjual langsung kepada Reksa Dana.8
Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) No. KEP-08/PM/1997, yang termuat dalam
peraturan no. IV.C.3, dilihat dari portfolio investasinya, Reksa
Dana terbagi empat macam, ialah:
Ibid., h. 4
Ibid., h. 5
6
Arif Rahman, Untung Besar Dari Reksa Dana, (Yogyakarta: Media
Presindo, 2010), h. 49 dapat dilihat di http://books.google.co.id/books?id=kjg
WfUTq6RYC&pg=PA49&dq=Reksadana&cd=8#v=onepage&q=Reksadana&f=f
alse (26 Februari 2011)
7
Parluhutan Situmorang , Op.Cit., h. 6.
8
Arif Rahman, Loc.Cit.
4
5
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
228 Isa Ansori
1. Reksa Dana Pasar Uang, adalah Reksa Dana yang hanya
melakukan investasi pada Efek bersifat utang dengan jatuh
tempo kurang dari 1 (satu) tahun.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap, adalah Reksa Dana yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% (delapan
puluh perseratus) dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat
utang.
3. Reksa Dana Saham, adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh
perseratus) dari aktivanya dalam Efek Bersifat Ekuitas
4. Reksa Dana Campuran, adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi dalam Efek Ekuitas dan Efek bersifat utang yang
perbandingannya tidak termasuk Reksa Dana Pendapatan
Tetap dan Reksa Dana Saham.
Pembahasan
A. Dasar Hukum Reksa Da­na
Adapun undang-undang yang mengatur tentang Reksa
Dana adalah UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dijelaskan
lebih lanjut ke dalam regulasi yang cukup banyak, diantaranya:
1.
No
1
Keputusan Menteri Keuangan
Judul Peraturan
Kepmenkeu Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian
Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal
Kepmenkeu
Nomor
179/KMK.010/2003
tntang
Kepemilikan Saham dan Permodalan Perusahaan Efek
Kepmenkeu Nomor 646/KMK.01/1995 tentang Pemilikan
3
Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana Oleh Pemodal
Asing
2. Peraturan Bapepam-LK
2
No
1
No. Peraturan
Judul
KEP-38 /PM/2003
II.F.14 Pedoman Uji Kepatuhan
Reksa Dana
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
2
KEP-01/PM/1996
229
II.F.4 Pemeriksaan Reksa Dana
IV.A.1 Tata Cara Permohonan
Izin Usaha Reksa Dana Berbentuk
Perseroan
IV.A.2 Pedoman Anggaran Dasar
Reksa Dana Berbentuk Perseroan
3
KEP-17/PM/1996
4
KEP-18/PM/1996
5
KEP-13/PM/2002
IV.A.3 Pedoman Pengelolaan Reksa
Dana Berbentuk Perseroan
6
KEP-14 /PM/2002
IV.A.4PedomanKontrakPengelolaan
Reksa Dana Berbentuk Perseroan
7
KEP-21/PM/1996
IV.A.5
Pedoman
Kontrak
Penyimpanan Kekayaan Reksa
Dana Berbentuk Perseroan
KEP- 176/BL/2008
IV.B.1
Perubahan
Peraturan
Nomor IV.B.1 tentang Pedoman
Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif
KEP- 177/BL/2008
IV.B.2 Perubahan Peraturan Nomor
IV.B.2 tentang Pedoman Kontrak
Reksa Dana Berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif
KEP- 133/BL/2006
IV.B.3 Reksa Dana Berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif Yang Unit
Penyertaannya Diperdagangkan di
Bursa Efek
8
9
10
11
KEP-402/BL/2008
12
KEP- 08 /PM/1997
13
KEP-429/BL/2007
IV.C.2 Perubahan Peraturan Nomor
IV.C.2 tentang Nilai Pasar Wajar Dari
Efek Dalam Portofolio Reksa Dana
IV.C.3 Pedoman Pengumuman
Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa
Dana Terbuka
IV.C.4 Pedoman Pengelolaan Reksa
Dana Terproteksi, Reksa Dana Dengan
Jaminan, dan Reksa Dana Indeks
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
230 Isa Ansori
14
KEP- 43/BL/2008
15
KEP- 19 /PM/2004
16
KEP- 20/PM/2004
17
18
19
KEP-430 /BL/2007
21
KEP- 22 /PM/2004
23
24
IV.D.2 Profil Pemodal Reksa Dana
IX.C.15 Pernyataan Pendaftaran
Dalam Rangka Penawaran Umum
KEP- 423 /BL/2007
Oleh Dana Investasi Real Estat
Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
IX.C.16 Pedoman Mengenai Bentuk
dan Isi Prospektus[1] Dalam
KEP- 424/BL/2007 Rangka Penawaran Umum Oleh
Dana Investasi Real Estat Berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif
IX.C.4 Pernyataan Pendaftaran
KEP-52/PM/1996
Dalam Rangka Penawaran Umum
Reksa Dana Berbentuk Perseroan
20
22
IV.C.5 Reksa Dana Berbentuk
Kontrak
Investasi
Kolektif
Penyertaan Terbatas
IV.D.1 Pedoman Tentang Iklan
Reksa Dana
IX.C.5 Pernyataan Pendaftaran
Dalam Rangka Penawaran Umum
Reksa Dana Berbentuk KIK
IX.C.6 Pedoman Bentuk dan
isi Prospektus Dalam Rangka
Penawaran Umum Reksa Dana
KEP- 493/BL/2008
IX.K.1 Pedoman Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset (Asset
Backed Securities)
KEP- 425/BL/2007
IX.M.1 Pedoman Bagi Manajer
Investasi dan Bank Kustodian Yang
Melakukan
Pengelolaan
Dana
Investasi Real Estat Berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif
KEP-426/BL/2007
IX.M.2 Pedoman Kontrak Investasi
Kolektif Dana Investasi Real Estat
Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
25
231
KEP- 334 /BL/2007 V.A.1 Perizinan Perusahaan Efek
26
KEP- 479/BL/2009
V.A.3 Perizinan Perusahaan Efek
Yang Melakukan Kegiatan Usaha
Sebagai Manajer Investasi
27
KEP-25/PM/1996
V.B.1 Perizinan Wakil Perusahaan
Efek
28
KEP- 09/BL/2006
V.B.2 Perizinan Wakil Agen Penjual
Efek Reksa
29
KEP- 10/BL/2006
V.B.3 Pendaftaran Agen Penjual
Efek Reksa Dana
30
KEP- 11/BL/2006
V.B.4 Perilaku Agen Penjual Efek
Reksa Dana
31
KEP-26/PM/1996
V.C.1 Perizinan Penasehat Investasi
32
KEP- 476/BL/2009
33
KEP- 480/BL/2009
34
KEP-31/PM/1996
V.G.1 Perilaku Yang Dilarang Bagi
Manajer Investasi
35
KEP-32/PM/1996
V.G.3 Pedoman Pencatatan Dalam
Rangka Pengambilan Keputusan
Oleh Manajer Investasi.
36
KEP- 178/BL/2008
37
KEP-112 /BL/2010
38
KEP-33/PM/1996
39
KEP-34/PM/1996
V.D.10 Prinsip Mengenal Nasabah
Oleh Penyedia Jasa Keuangan Di
Bidang Pasar Modal
V.D.11
Pedoman
Pelaksanaan
Fungsi-Fungsi Manajer Investasi
V.G.5 Perubahan Peraturan Nomor
V.G.5 Fungsi Manajer Investasi
Berkaitan Dengan Efek Beragun
Aset (Asset Backed Securities)
V.G.6
Pedoman
Pengelolaan
Portofolio Efek Untuk Kepentingan
Nasabah Secara Individual
V.H.1 Perilaku Yang Dilarang Bagi
Penasehat Investasi
VI.A.1 Persetujuan Bank Umum
Sebagai Kustodian
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
232 Isa Ansori
VI.A.2 Fungsi Bank Kustodian
Berkaitan Dengan Efek Beragun
Aset (Asset Backed Securities)
VI.A.3
Rekening
Efek
Pada
Kustodian
40
KEP- 47/PM/1997
41
KEP- 48/PM/1997
42
KEP- 21 /PM/2004
VIII.G.8 Pedoman Akuntansi Reksa
Dana
43
KEP-99/PM/1996
VIII.G.9 Informasi Dalam Ikhtisar
Singkat Reksa Dana
44
KEP- 06 /PM/2004
X.D.1 Laporan Reksa Dana
45
KEP-70/PM/1996
46
KEP-71/PM/1996
47
KEP-72/PM/1996
48
KEP- 347/BL/2008
X.F.1 Laporan Yang Dipersyaratkan
Bagi Penasihat Investasi
X.F.2 Kewajiban Penyimpanan
dan Pemeliharaan Catatan Bagi
Penasihat Investasi
X.F.3 Keterbukaan Kepentingan
Dalam
Efek
Dari
Penasihat
Investasi
X.N.1 Laporan Kegiatan Bulanan
Manajer Investasi
3. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK
No
No. dan Judul
1
SE-03/BL/2009 tentang Kebijakan Relaksasi atas Beberapa
Ketentuan Terkait Pengelolaan Reksa Dana
2
SE-05/BL/2009 tentang Pencabutan Kebijakan Relaksasi
atas Beberapa Kententuan Terkait Pengelolaan Reksa Dana
4. Undang-Undang Terkait
No
Judul
1
Undang-Undang RI No 24 Tahun 2004 tentang Surat
Utang Negara
2
Undang-Undang RI No 25 Tahun 2003 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
233
3
Undang-Undang RI No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Modal
4
Undang-Undang RI No 40 tentang Perseroan Terbatas
5
6
Undang-Undang RI No 36 Tahun 2008tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan
SE BI No.7/19/DPNP tentang Penerapan Manajemen
Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Berkaitan
dengan Reksa Dana
B. Dasar Hukum Reksadana Syariah
Dasar hukum Reksadana yang telah dikeluarkan oleh
otoritas yang berwenang seperti di atas cukup banyak, namun
sayangnya belum ada produk legislasi yang secara khusus
mendasari operasional Reksa Dana Syariah di Indonesi. Meski
demikian, sudah ada aturan regulasi yang dikeluarkan oleh Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, yaitu:
No
No. Peraturan
Judul
IX.A.13 Tentang Penertbitan Efek
Syariah
IX.A.14
Tentang
Akad
yang
Digunakan dalam Penerbitan Efek
Syariah
1
Kep-130/BL/2006
2
Kep-131/BL/2006
3
KEP-194/BL/2008 Daftar Efek Syariah
II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah
Ditambah fatwa-fatwa DSN-MUI terkait Reksa Dana dan
Pasar Modal Syariah, ialah:
1. Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah
2. Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di bidang
Pasar Modal
3. Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan
4
KEP-208/BL/2012
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
234 Isa Ansori
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah
4. Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah
5. Serta fatwa-fatwa terkait akad-akad yang digunakan dalam
operasional Reksa Dana Syariah, ialah Mudhârabah, dan
Wakâlah
C.­Pengelolaan Reksa Dana Syariah Menurut Fatwa DSNMUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001
Pengelolaan Reksa Dana dapat pula dilakukan
berdasarkan prinsip syariah. DSN-MUI melalui fatwanya No.
20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Untuk
Reksa Dana Syariah, menjelaskan mekanisme operasional Reksa
Dana Syariah ini.
Menurut fatwa MUI Reksa Dana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio efek
oleh Manajer Investasi. Reksa Dana Syari’ah adalah Reksa Dana
yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari’ah Islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta
(sahib al- mal/ Rabb al Mal) dengan Manajer Investasi sebagai Wakil
shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai Wakil
shahib al-mal dengan pengguna investasi. 9
1. Mekanisme Kegiatan Reksa Dana Syariah
Mekanisme operasional dalam Reksa Dana Syari’ah
terbagi dua yaitu; operasional antara pemodal dengan Manajer
Investasi10 dilakukan dengan sistem wakâlah, sedangkan
operasional antara Manajer Investasi dan pengguna investasi
dilakukan dengan sistem mudhârabah11. Karakteristik sistem
9
Fatwa DSN-MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah
10
Fatwa DSN-MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah menjelaskan bahwa Manajer Investasi
adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para
nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah
11
Fatwa DSN-MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah menjelaskan Mudhârabah/qirad adalah
suatu akad atau sistem di mana seseorang memberikan hartanya kepada orang
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
235
mudarabah yang digunakan adalah melalui pembagian
keuntungan antara pemodal (sahib al-mal) yang diwakili oleh
Manajer Investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada
proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui
Manajer Investasi sebagai Wakil dan tidak ada jaminan atas
hasil investasi tertentu kepada pemodal. Pemodal hanya
menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan.
Manajer Investasi sebagai Wakil tidak menanggung resiko
kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan
karena kelalaiannya (gross negligence/tafrith).
2. Hubungan Pemodal dengan Para Pihak dan Hak
Pemodal
Akad antara Pemodal dengan Manajer Investasi
dilakukan secara wakâlah. Dengan akad wakâlah ini, pemodal
memberikan mandat kepada Manajer Investasi untuk
melaksanakan investasi bagi kepentingan Pemodal, sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam Prospektus12.
Bagi para pemodal, para pemodal secara kolektif
mempunyai hak atas hasil investasi dalam Reksa Dana
Syari’ah. Pemodal menanggung risiko yang berkaitan dalam
Reksa Dana Syari’ah. Pemodal berhak untuk sewaktu-waktu
menambah atau menarik kembali penyertaannya dalam Reksa
Dana Syari’ah melalui Manajer Investasi. Pemodal berhak
atas bagi hasil investasi sampai saat ditariknya kembali
penyertaan tersebut. Pemodal yang telah memberikan
dananya akan mendapatkan jaminan dari Manajer Investasi
bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan diawasi
oleh Bank Kustodian. Pemodal akan mendapatkan bukti
kepemilikan yang berupa Unit Penyertaan Reksa Dana
Syariah.
lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh (dari
hasil pengelolaan tersebut) dibagi antara kedua pihak, sesuai dengan syaratsyarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan kerugian ditanggung
oleh shahib al-mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudhârib.
12
Fatwa DSN-MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah menjelaskan bahwa Prospektus adalah
setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran Umum dengan tujuan
agar pihak lain membeli Efek.
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
236 Isa Ansori
3. Hak dan Kewajiban Manajer Investasi dan Bank
Kustodian
Manajer Investasi berkewajiban untuk melaksanakan
investasi bagi kepentingan Pemodal, sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam Prospektus. Sedangkan Bank Kustodian13
berkewajiban menyimpan, menjaga, dan mengawasi dana
Pemodal dan menghitung Nilai Aktiva Bersih per-Unit
Penyertaan dalam Reksa Dana Syari’ah untuk setiap hari
bursa. Atas pemberian jasa dalam pengelolaan investasi dan
penyimpanan dana kolektif tersebut, Manajer Investasi dan
Bank Kustodian berhak memperoleh imbal jasa yang dihitung
atas persentase tertentu dari Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana
Syari’ah.
Dalam hal Manajer Investasi dan/atau Bank Kustodian
tidak melaksanakan amanat dari Pemodal sesuai dengan
mandat yang diberikan atau Manajer Investasi dan/atau
Bank Kustodian dianggap lalai (gross negligence/tafrith), maka
Manajer Investasi dan/atau Bank Kustodian bertanggung
jawab atas risiko yang ditimbulkannya.
4. Tugas dan Kewajiban Manajer Investasi dan Bank
Kustodian
Manajer Investasi berkewajiban mengelola portofolio
investasi sesuai dengan kebijakan investasi yang tercantum
dalam kontrak dan Prospektus, menyusun tata cara dan
memastikan bahwa semua dana para calon pemegang Unit
Penyertaan disampaikan kepada Bank Kustodian selambatlambatnya pada akhir hari kerja berikutnya, melakukan
pengembalian dana Unit Penyertaan, dan memelihara semua
catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan
pengelolaan Reksa Dana sebagaimana ditetapkan oleh instansi
yang berwenang.
Bank Kustodian berkewajiban untuk memberikan
13
Fatwa DSN-MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah menjelaskan bahwa Bank Kustodian
adalah pihak yang kegiatan usahanya adalah memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima
deviden, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan meWakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya.
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
237
pelayanan Penitipan Kolektif sehubungan dengan kekayaan
Reksa Dana, menghitung nilai aktiva bersih dari Unit
Penyertaan setiap hari bursa, membayar biaya-biaya yang
berkaitan dengan Reksa Dana atas perintah Manajer Investasi,
menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua
perubahan dalam jumlah Unit Penyertaan, jumlah Unit
Penyertaan itu sendiri, serta nama, kewarganegaraan, alamat,
dan indentitas lainnya dari para pemodal.
Bank Kustodian juga wajib mengurus penerbitan dan
penebusan dari Unit Penyertaan sesuai dengan kontrak, dan
memastikan bahwa Unit Penyertaan diterbitkan hanya atas
penerimaan dana dari calon pemodal.
5. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi
Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen
keuangan yang sesuai dengan Syari’ah Islam. Instrumen
keuangan tersebut meliputi, instrumen saham yang sudah
melalui penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan
pada tingkat laba usaha, dapat pula ditempatkan dalam deposito
pada Bank Umum Syariah, dan atau diinvestasikan melalui surat
hutang jangka panjang yang sesuai dengan prinsip Syari’ah.
Terkait usaha emiten,14 investasi hanya dapat dilakukan
pada efek-efek yang diterbitkan oleh pihak emiten yang jenis
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan Syari’ah Islam.
Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Syari’ah Islam
tidak boleh dilakukan. Jenis usaha terlarang ini, antara lain
seperti usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi
atau perdagangan yang dilarang, usaha lembaga keuangan
konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional, usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang haram,
Fatwa DSN-MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah menjelaskan bahwa Emiten adalah
perusahaan yang menerbitkan Efek untuk ditawarkan kepada publik. Efek
adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Portofolio Efek adalah
kumpulan efek yang dimiliki secara bersama (kolektif) oleh para pemodal dalam
Reksa Dana.
14
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
238 Isa Ansori
dan usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan/atau
menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral
dan bersifat mudarat.
Pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi harus
dilaksanakan menurut prinsip kehati- hatian (prudential
management/ihtiyath), serta tidak diperbolehkan melakukan
spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur garar, yang
mencakup, najsy, yaitu melakukan penawaran palsu, Bai alMa’dum yaitu melakukan penjualan atas barang yang belum
dimiliki (short selling), Insider trading yaitu menyebarluaskan
informasi yang menyesatkan atau memakai informasi orang dalam
untuk memperoleh keuntungan transaksi yang dilarang, dan
melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutangnya lebih dominan dari modalnya.
Suatu Emiten tidak layak diinvestasikan oleh Reksa
Dana Syariah apabila: a) struktur hutang terhadap modal
sangat bergantung kepada pembiayaan dari hutang yang pada
intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur
riba; b) suatu emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal
lebih dari 82% (hutang 45%, modal 55 %), serta c) manajemen
suatu perusahaan diketahui telah bertindak melanggar prinsip
usaha yang Islami.
6. Penentuan Dan Pembagian Hasil Investasi
Hasil investasi yang diterima dalam harta bersama
milik pemodal dalam Reksa Dana Syari’ah akan dibagikan
secara proporsional kepada para pemodal. Hasil investasi yang
dibagikan harus bersih dari unsur non-halal, sehingga Manajer
Investasi harus melakukan pemisahan bagian pendapatan yang
mengandung unsur non- halal dari pendapatan yang diyakini
halal (tafriq al-halal min al-haram). Proses pemisahan yang halal
dari yang haram ini disebut juga dengan istilah cleansing.
Cleansing adalah proses pembersihan reksadana
syariah dari pendapatan yang sifatnya tidak sesuai dengan
prinsip syariah dimana pendapatan tersebut selanjutnya akan
digunakan untuk tujuan amal.15 Hal ini dapat terjadi karena
15
Rudianto, Apa itu Reksa Dana Syariah? http://bisniskeuangan.kompas.com/
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
239
dalam praktiknya, reksadana syariah belum dapat melepaskan
diri sepenuhnya dari keterkaitan dengan bank konvensional.
Ini disebabkan belum adanya bank syariah yang menjadi bank
kustodian. Dana yang distorkan ke bank oleh masyarakat
pemodal, ada yang tidak langsung ditarik untuk dipindahkan
ke rekening utama tetapi dibiarkan mengendap sehingga
oleh bank diberi bunga. Pendapatan bunga inilah yang harus
dicatat terpisah dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan,
untuk selanjutnya diproses untuk dana amal, proses ini disebut
dengan cleansing. Potensi munculnya pendapatan yang tidak
sesuai syariah sehingga perlu dicleansing dapat juga terjadi
dari aksi penerbitan utang oleh koorporasi. Suatu perusahaan
yang unit usaha dan rasio keuangannya telah memenuhi
prinsip syariah melakukan pinjaman ke bank, berkaibat rasio
utang yang mengandung bunga dibandingkan total aset
melebihi 45 persen, sehingga oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) dikeluarkan dari Daftar
Efek Syariah.16 Pada saat dikeluarkan, Manajer Investasi reksa
dana syariah belum sempat menjual semua saham hingga
harganya mengalami kenaikan. Kenaikan harga saham setelah
dikeluarkan dari daftar Efek Syariah tidak boleh diakui sebagai
pendapatan reksa dana dan harus dicatat terpisah.
Penghasilan investasi yang dapat diterima oleh Reksa
Dana Syari’ah adalah:
a. Dari saham dapat berupa:
1. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan
yang dibagikan dari laba yang dihasilkan emiten,
baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun
dalam bentuk saham.
2. Rights yang merupakan hak untuk memesan efek
lebih dahulu yang diberikan oleh emiten.
read/2015/05/12/060652726/Apa.Itu.Reksa.Dana.Syariah. (diakses 22 Oktober 2015)
16
OJK mengeluarkan aturan bahwa selain harus sesuai dengan prinsip
syariah, perusahaan pemodal yang berinvestasi di reksadana syariah juga
harus memenuhi 2 syarat rasio keuangan, yaitu antara rasio total utang yang
mengandung bunga dibandingkan total aset maksimal 45 persen, dan rasio
antara pendapatan yang tidak sesuai prinsip syariah seperti pendapatan bunga
maksimal 10 persen dari total pendapatan. Lihat Keputusan Bapepam dan LK
No. KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
240 Isa Ansori
3. Capital gain yang merupakan keuntungan yang
diperoleh dari jual-beli saham di pasar modal.
b. Dari Obligasi yang sesuai dengan syari’ah dapat berupa
bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba
emiten.
c. Dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan
syari’ah dapat berupa bagi hasil yang diterima dari
issuer.
Dari Deposito dapat berupa bagi hasil yang diterima
dari bank-bank Syari’ah.
Perhitungan hasil investasi yang dapat diterima oleh
Reksa Dana Syari’ah dan hasil investasi yang harus dipisahkan,
dilakukan oleh Bank Kustodian, dan setidak-tidaknya setiap
tiga bulan dilaporkan kepada Manajer Investasi untuk
kemudian disampaikan kepada para pemodal dan Dewan
Syari’ah Nasional.
Hasil investasi yang harus dipisahkan yang berasal
dari non halal akan digunakan untuk kemaslahatan umat
yang penggunaannya akan ditentukan kemudian oleh Dewan
Syari’ah Nasional serta dilaporkan secara transparan.
7. Dewan Pengawas Syariah
Dalam pengelolaan reksadana syariah, ada satu pihak
lagi yang berperan mengawasi operasional reksadana yang
dilakukan oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian yaitu
Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi
pemenuhan prinsip syariah pada suatu reksa dana yaitu
investasi sesuai Daftar Efek Syariah (DES) dan Cleansing. DPS
bersifat independen yang ahli dalam bidang pasar modal
dan hukum syariah. DPS dapat memberikan rekomendasi
penyaluran dana Cleansing.
D. Kritik Reksadana Syariah dalam Fatwa DSN MUI NO.
20/DSN-MUI/IV/2001
Muhammad Arifin Badri mengemukakan tiga kejanggalan
Reksadana Syariah yang tercantum dalam fatwa DSN MUI No.
20/DSN-MUI/IV/2001 yang menurutnya mengurangi status
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
241
kehalalan Reksadana Syariah, yaitu:17
Pertama, Hak Masyarakat Pemodal. Menurut Muhammad
Arifin Badri, dalam fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001
masyarakat pemodal hanya mendapatkan bukti kepemilikan
berupa unit penyertaan modal, dan bukan kepemilikan atas unit
usaha yang dikelola emiten sebagai pengguna. Padahal, yang
mengikat mereka, yang diwakili oleh manajer investasi dan emiten
adalah akad mudharabah. Seharusnya menurut beliau, masyarakat
pemodal berperan sebagai sahib al-mal (pemilik harta), berupa
modal dan tentunya unit saha yang dijalankan dengan modal
mereka.
Diantara hal yang mendukung pendapat ini, menurut
beliau adalah penjelasan dalam fatwa DSN-MUI bahwa diantara
sumber hasil investasi yang dapat diterima ialah keuntungan
dari surat saham, baik berupa deviden, capital gain atau bagi hasil
obligasi yang dianggap sesuai syariah. Ketiga jenis keuntungan ini
adalah bukti nyata bahwa masyarakat pemodal seharusnya turut
memiliki unit usaha yang dibiayai dengan harta mereka. Walau
demikian, tatkala terjadi kegagalan usaha, masyarakat pemodal
diminta bertanggung jawab atas risiko kerugian sebesar presentase
modal yang mereka sertakan. Adapun bukti unit pernyetaan modal
reksadana yang diterima oleh masyarakat pemodal sejatinya
hanyalah bukti pengakuan wakalah yang diterbitkan manajer
investasi, ini tentu berbeda dengan bukti kepemilikan atas unit
usaha yang dijalankan emiten dengan dana mereka.
Di sini menurut beliau, terjadi ketidakadilan, karena
masyarakat pemodal harus menanggung kewajiban yang
melebihi batas kewajaran. Hak kepemilikannya dipindahkan
ke emiten tanpa ada alasan yang dibenarkan syariat. Ini adalah
praktik memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar,
bertentangan dengan firman Allah QS. Al Baqarah: 188.
Dalam kasus ini penulis tidak sependapat dengan
Muhammad Arifin Badri, menurut penulis fatwa DSN-MUI
Muhammad Arifin Badri, “Tiga Kejanggalan Reksadana Syariah”, Pengusaha
Muslim: Majalah Pintar Pengusaha Muslim, Edisi 25, hal. 13-15 dapat dilihat
di
https://books.google.co.id/books?id=kammCQAAQBAJ&pg=PA9&dq=r
eksadana+syariah&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=reksadana%20
syariah&f=false
17
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
242 Isa Ansori
sudah benar, dengan adanya akad wakalah yang dilakukan antara
pemodal dengan Manajer Investasi, ini berarti pemodal telah
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Manajer Investasi
untuk bertindak sebagai wakil mereka dalam mengelola modal
mereka bersama emiten. DSN-MUI mengatur bahwa akad antara
Manajer Investasi dengan emiten menggunakan akad mudharabah.
Karakteristik sistem mudarabah yang digunakan adalah melalui
pembagian keuntungan antara pemodal (sahib al-mal) yang diwakili
oleh Manajer Investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada
proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer
Investasi sebagai Wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi
tertentu kepada pemodal.
Ini adalah akad antara Manajer Investasi dengan pihak
emiten, jadi bukan akad langsung antara pimilik modal dengan
emiten. Ini tidak berarti bahwa pemodal telah memberikan cek
kosong kepada manajer investasi dalam mengelola modalnya
bersama emiten, sebab DSN-MUI juga menjelaskan bahwa dengan
akad wakâlah ini, pemodal memberikan mandat kepada Manajer
Investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan Pemodal,
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Prospektus.
Pemodal melalui Manajer Investasi adalah (sahib al-mal), yang
juga berarti memiliki unit usaha yang dikelola oleh emiten, ini
bukan pemindahan kepemilikan tanpa hak, sebab pemodal masih
berstatus sebagai pemilik usaha emiten.
Kedua, Hak Manajer Investasi. Atas jasanya, Manajer
Investasi yang berperan “mewakili” masyarakat pemodal berhak
mendapatkan bagian dari NAB yang dihitung dalam presentase.
Menurut Muhammad Arifin Badri, akad ini dalam disiplin ilmu
fikih, disebut akad ijarah (jual jasa) atau akad ju’alah (upah), yang
oleh ulama fikih dijelaskan bahwa upah dua jenis akad ini haruslah
ditentukan dalam bentuk nominal, dan bukan dalam presentase.
Penentuan hak manajer investasi dalam presentase termasuk
bentuk gharar yang diharamkan dalam syariat.
Ketiga, Hak Bank Kustodian. Menurut Muhammad Arifin
Badri, tugas bank kustodian hanyalah sebatas memberikan layanan.
Dengan demikian, sejatinya yang mengikat bank kustodian adalah
akad ijarah. Konsekuensinya, imbalan yang mereka terima berupa
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
243
upah yang ditentukan dalam nominal tertentu, dan bukan dalam
presentase dari NAB reksadana.
Pendapat Muhammad Arifin Badri ini senada dengan
pendapat Muhammad Abdus Shomad. Menurut Muhammad
Abdus Shomad18, dari sisi syariat Islam, tidak jelas akad antara
investor dan Manajer Investasi, apakah mudharabah atau
musyarakah, Manajer Investasi tidak memiliki usaha apapun,
hanya broker (pialang). Dana milik investor olehnya ditempatkan
pada portofolio intstrumen keuangan syariah, misal deposito di
bank syariah yang kemudian menggunakan akad mudharabah
antara manajer investasi dengannya. Transaksi ini menurut beliau
janggal, karena: pertama, Manajer investasi bertindak sebagai
pemilik dana atau investor, padahal broker. Kedua, Bank tidak
memiliki usaha di sektor riil, dana investor reksadana akan
diblended (dicampur) dengan dana pihak ketiga lain (tabungan,
deposito) yang siap disalurkan menjadi pembiayaan (kredit). Jadi,
menurut beliau, baik rekasadana syariah maupun konvensional
terdapat unsur gharar (spekulasi). Investor berspekulasi dengan
harga reksadana yang dipresentasikan oleh NAB.
Kritik Muhammad Arifin Badri dan Muhammad Abdus
Shomad ini ditujukan pada isi fatwa DSN-MUI yang menyatakan
bahwa Manajer Investasi dan Bank Kustodian berhak memperoleh
imbal jasa yang dihitung atas persentase tertentu dari Nilai
Aktiva Bersih Reksa Dana Syari’ah, dan isi fatwa lainnya yang
menyatakan bahwa operasional antara Manajer Investasi dan
pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudhârabah.
Menurut penulis, Manajer Investasi bukanlah broker tapi
merupakan bagian dari pemilik modal (investor), sebab dia berdiri
dalam posisi mewakili sahib al-mal yang berasal dari masyarakat
pemilik modal, jadi secara tidak langsung Manajer Investasi adalah
sahib al-mal. Dalam posisinya sebagai sahib al-mal, Manajer investasi
dapat berakad dengan emiten menggunakan akad mudharabah,
sedangkan dengan bank kustodian menggunakan akad ijarah
atau ujrah, yang ditentukan besaran upahnya dalam nominal
tertentu dan dapat ditinjau kembali dalam waktu tertentu. Posisi
Muhammad Abdus Shomad, “Ada Spekulasi dalam Reksadana Syariah”,
Pengusaha Muslim: Majalah Pintar Pengusaha Muslim, Edisi 25, hal. 8
18
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
244 Isa Ansori
bank kustodian adalah penampung dana investasi dari Manajer
Investasi yang mewakili para investor, jadi berfungsi sebagai
tempat penitipan dana investasi. Selanjutnya, bank kustodian,
juga membangun akad dengan emiten yang menggerakkan usaha
investasi menggunakan akad Mudharabah.
Adapun akad yang dibangun antara pemilik modal dengan
manajer investasi, penulis sependapat dengan Muhammad Arifin
Badri yaitu dapat menggunakan akad Ijarah maupun Jualah,
dalam hal ini, Manajer investasi digaji atas jasanya dengan sistem
penggajian berdasarkan besaran nominal, yang besarannya dapat
ditinjau ulang dalam waktu tertentu.
E. Permasalahan Regulasi Reksa Dana Syariah di
Indonesia
Pengaturan Reksa Dana Syariah di Indonesia, hingga saat
ini masih memiliki banyak kelemahan. Kelemahan utamanya
adalah belum ada produk legislasi (undang-undang) yang secara
khusus mengatur Reksa Dana Syariah. Padahal undang-undang
adalah sumber hukum utama, yang akan menjadi panduan
dikeluarkannya regulasi-regulasi dibawahnya guna memperjelas
implementasi aturan-aturannya di tengah masyarakat. Ketiadaan
undang-undang yang secara khusus mengatur atau minimal
mengakomodir dimungkinkannya penyelenggaraan Reksa
Dana Syariah di Indonesia, akan mempersulit lembaga eksekutif
dalam hal ini khususnya Kementerian Keuangan dan unit yang
berada dalam ruang lingkup Kementerian Keuangan ialah Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK)
untuk membuat pengaturan (regulasi) terkait Reksa Dana Syariah
ini, sementara tuntutan pelaku bisnis sangat kuat, agar pejabat
terkait segera mengeluarkan regulasinya.
Satu langkah terobosan yang diambil oleh Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAMLK) dengan mengeluarkan beberapa peraturan (regulasi) terkait
Reksa Dana Syariah patut diapresiasi, meski tidak lazim menurut
ketentuan Hukum Tata Negara yang selama di anut Indonesia, sebab
mengeluarkan regulasi tentang hal yang tidak ada dimuat di dalam
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
245
aturan-aturan hukum di atasnya. Satu keuntungan BAPEPAMLK adalah peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pertimbangan BAPEPAM-LK mengeluarkan regulasi Reksa Dana
syariah, adalah peraturan perundang-undangan yang bersifat dan
berlaku umum, sehingga dapat saja Reksa Dana Syariah tercakup
di dalamnya. Akan tetapi bagaimanapun, sifat operasional Reksa
Dana Syariah yang terikat dengan norma-norma keagamaan
sehingga berbeda dengan Reksa Dana pada umumnya, akan lebih
baik jika dikeluarkan aturan legislasi dan regulasi tersendiri atau
minimal mengakomodir untuk dimungkinkannya prinsip syariah
termaktub dalam aturan itu.
Adapun produk legislasi dan regulasi yang menjadi dasar
dikeluarkannya pengaturan Reksa Dana Syariah oleh BAPEPMLK adalah seperti berikut:
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3608);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3617) sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4372);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3618);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M
Tahun 2006;
5. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
(dibuat oleh BAPEPM-LK sendiri).
Tidak satupun peraturan perundang-undangan dari Nomor
1 – 4 di atas menyebutkan pengaturan Reksa Dana Syariah.
Tersedianya peraturan perundangan-undangan yang
khusus atau mengakomodir Reksa Dana Syariah sangat diperlukan,
sebab keberadaan Reksa Dana memberi keuntungan bagi investor
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
246 Isa Ansori
atau masyarakat pemodal yang menanamkan dananya dengan
sistem syariah. Dibandingkan instrumen investasi lain investasi
di Reksa Dana memiliki keunggulan, keuntungan, dan manfaat
sebagai berikut:19
1. Para pemodal atau pemegang Reksa Dana tak perlu
memonitor aktivitas perdagangan saham, investasi mereka
diurus oleh pengelola Reksa Dana (Manajer Investasi).
Dengan begitu, Reksa Dana sangat cocok bagi pemodal
baru akan melakukan investasi di portofolio efek untuk
pertama kalinya.
2. Mendapat dividen dan hasil dari bagi hasil.
3. Distribusi laba kapital (capital/gain distribution).
4. Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko sehingga
risiko berinvestasi di Reksa Dana pun relatif lebih kecil
dibanding investasi langsung seperti pada saham, obligasi,
valas, atau lainnya.
5. Biaya rendah karena Reksa Dana merupakan kumpulan
dari banyak pemodal dan dikelola secara profesional.
Besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut
akan menghasilkan efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi
akan menjadi rendah dibandingkan apabila investor
individu melakukan transaksi sendiri pada suatu bursa.
6. Harga Reksa Dana tidak tergantung pada harga saham di
bursa.
7. Likuiditas terjamin karena pemodal dapat mencairkan
kembali saham atau pernyataan setiap saat – sesuai
ketetapan yang dibuat masing-masing Reksa Dana –
sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. Reksa
Dana terbuka wajib membeli kembali saham atau unit
penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid.
8. Pengelola portofolio yang profesional oleh Manajer
Investasi yang andal.
9. Basis investor Reksa Dana adalah investor ritel (individu)
sehingga risiko bergejolaknya NAB akibat pencairan secara
besar-besaran relatif kecil.
19
Parluhutan Situmorang…[et.al], Op.Cit., h. 9-10
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Pengelolaan Reksadana Syariah...
247
Simpulan
Reksa Dana memiliki peran penting dalam kegiatan pasar
modal, merupakan kontrak investasi kolektif dimana investor
menitipkan modal pada sebuah perusahaan investasi untuk dikelola
oleh Manajer Investasi. Mekanisme penitipan dilakukan dengan
cara membeli sejumlah unit penyertaan yang mepresentasikan nilai
Reksadana. Dana yang terkumpul dari para pemilik modal ini akan
diinvestasikan oleh Manajer investasi secara kolektif. Hasil investasi
ini akan ditambahkan ke akumulasi dana investor jika untung, atau
dikurangi jika rugi. Akumulasi dana ini akan tetap menjadi milik
investor dan disimpan pada sebuah bank kustodian yang juga
berfungsi menghitung jumlah akumulasi dana. Setelah dikurangi
dengan honor manajer investasi dan biaya-biaya lain, akumulasi
dana disebut sebagai Nilai Aktiva Bersih (NAB). NAB akan naik
turun sesuai dengan kinerja untung rug investasi yang dilakukan.
DSN-MUI melalui fatwanya No. 20/DSN-MUI/IV/2001
tentang Pedoman Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah mengatur
bagaimana mekanisme Reksadana Syariah itu dilaksanakan.
Menurut fatwa ini, Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari’ah Islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib
al- mal/ Rabb al Mal) dengan Manajer Investasi sebagai Wakil shahib
al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai Wakil shahib almal dengan pengguna investasi.
Akad yang dibangun antara pemilik modal dengan
manajer investasi, dapat menggunakan akad Ijarah maupun
Jualah, dalam hal ini, Manajer investasi digaji atas jasanya dengan
sistem penggajian berdasarkan besaran nominal tertentu, yang
besarannya dapat ditinjau ulang dalam waktu tertentu. Manajer
Investasi bukanlah broker tapi merupakan bagian dari pemilik
modal (investor), sebab dia berdiri dalam posisi mewakili sahib almal yang berasal dari masyarakat pemilik modal, jadi secara tidak
langsung Manajer Investasi adalah sahib al-mal. Dalam posisinya
sebagai sahib al-mal, Manajer investasi dapat berakad dengan
emiten menggunakan akad mudharabah, sedangkan dengan bank
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2
248 Isa Ansori
kustodian menggunakan akad ijarah atau ujrah, yang ditentukan
besaran upahnya dalam nominal tertentu dan dapat ditinjau
kembali dalam waktu tertentu. Posisi bank kustodian adalah
penampung dana investasi dari Manajer Investasi yang mewakili
para investor, jadi berfungsi sebagai tempat penitipan dana
investasi. Selanjutnya, bank kustodian, juga membangun akad
dengan emiten yang menggerakkan usaha investasi menggunakan
akad Mudharabah.
Meskipun Reksa Dana dapat beroperasi dengan sistem
syariah, namun dukungan Undang-undang dan produk regulasi
lain dari pejabat berwenang masih kurang dan perlu untuk
disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adler Haymans Manurung, Panduan Sukses Menjual Reksadana,
Jakarta: Gramedia, 2010
Ahmad Gozali, Halal, Berkah, Bertambah: Mengenal dan Memilih
Produk Investasi Syariah, Jakarta: Elex Media Komputindo,
2004
Arif Rahman, Untung Besar Dari Reksa Dana, Yogyakarta: Media
Presindo, 2010
Fatwa DSN-MUI Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Untuk Reksa Dana Syariah
Muhammad Abdus Shomad, “Ada Spekulasi dalam Reksadana
Syariah”, Pengusaha Muslim: Majalah Pintar Pengusaha
Muslim, Edisi 25, hal. 8
Muhammad Arifin Badri, “Tiga Kejanggalan Reksadana Syariah”,
Pengusaha Muslim: Majalah Pintar Pengusaha Muslim,
Edisi 25, hal. 13-15
Parluhutan Situmorang…[et.al], Langkah Awal Berinvestasi Reksa
Dana, Jakarta; TransMedia Pustaka, 2010
Rudianto, Apa itu Reksa Dana Syariah? http://bisniskeuangan.kompas.
com/read/2015/05/12/060652726/Apa.Itu.Reksa.Dana.Syariah.
(diakses 22 Oktober 2015)
ADZKIYA SEPTEMBER 2015
Download