BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia, dengan terpenuhinya kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung dengan baik. Sebaliknya jika kekurangan air proses metabolisme akan terganggu dan akibatnya akan menimbulkan kematian. Salah satu upaya pengamanan makanan dan minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat adalah pengawasan terhadap kualitas air minum. Hal tersebut dikarenakan air minum merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan. Air dari sumber air baku harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sampai air tersebut memenuhi syarat kesehatan (Mulia, 2005). 2.1.1 Kegunanaan Air Ada banyak sekali kegunaan air dalam kehidupan sehari-hari diantaranya yaitu, air dapat digunakan sebagai air minum, air untuk keperluan mandi dan mencuci, air untuk keperluan pengairan pertaniaan, air untuk keperluan kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut. Kegunaan air seperti tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional. Selain itu, air juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi (Wardhana, 2004) Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Klasifikasi dan Sumber Air 2.1.2.1 Klasifikasi dan Penggolongan Air Kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 8 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas: a. Kelas 1 Air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama. b. Kelas 2 Air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian. c. Kelas 3 Air yag dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian. d. Kelas 4 Air yang digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 tahun 1990, penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut: Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan Universitas Sumatera Utara Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air. Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100cc sampel air/MPN. Golongan-golongan air ini antara lain: 1. Air tanpa pengotoran; mata air bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan pathogen atau zat kimia beracun. 2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN <50/100cc 3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5.000/100cc 4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5.000/100cc 5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100cc MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri koliform dalam 100cc air) (Sumantri, 2010). 2.1.2.2 Sumber Air Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan- batasan sumber air bersih dan aman ini, antara lain: 1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. 2. Bebas dari subtansi kimia yang berbahaya dan beracun. 3. Tidak berasa dan tidak berbau. 4. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. 5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI (Sumantri, 2010). Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Hubungan Air dengan Kesehatan Menurut Lamb (1985), hubungan antara kualitas air dan kesehatan menempati sudut yang sangat penting dalam persepsi masyarakat. ada keyakinan yang kuat bahwa masalah pencemaran air pasti berkaitan erat dengan efek kesehatan manusia. Namun kadang-kadang manusia tidak menyadari itu. Hubungan antara air dan kesehatan dibagi menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut: 1. Air memiliki peran penting sebagai media transmisi secara langsung dari migroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit menular. 2. Dalam contoh lain, air dapat secara tidak langsung menjadi tempat habitat nyamuk atau vektor yang dapat memindahkan penyakit. 3. Air juga dapat berperan penting sebagai media transmisi dari beberapa bahan kimia toksik. 4. Air juga memiliki efek yang menguntungkan serta penting pada kesehatan, baik karena penggunaannya dalam sanitasi umum atau karena konstituen kimia. 2.1.4 Penyakit Bawaan Air Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water-borne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang vektor (Chandra, 2006). Universitas Sumatera Utara Contoh-contoh penyakit bawaan air dan penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Penyakit Bawaan Air dan Penyebabnya Penyebab Virus: Rota virus Virus Hepatitis A Virus Poliomyelitis Bakteri: Vibrio cholerae Escherechia coli Salmonella typhi Salmonella paratyphi Shigella dysenteriae Protozoa: Entaamoeba histolytica Giardia lamblia Metazoa: Ascaris lumricoides Clonorchis sinensis Diphyllobotrhium latum Tawenia saginata/ solium Schistosoma Penyakit Diare, terutama pada anak-anak Hepatitis A Poliomyelitis Cholera Diare/dysentri Typhus abdominale Parathypus Dysentri Dysentri amoeba Balantidiasis Ascaris Clonorchiasis Dyphylobothriasis Taeniasis Schistomiasis Sumber: Mulia, Tahun 2005 2.2 Air Minum 2.2.1 Pengertian Air Minum Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, melalui proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat langsung diminum oleh masyarakat (Permenkes, 2010). Air minum adalah air yang dapat diminum langsung atau air yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum dapat diminum. Air minum dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh (Depkes, 2006). Universitas Sumatera Utara Untuk menjaga kualitas air minum agar tetap aman dikonsumsi masyarakat maka tempat atau lokasi harus terjamin hygiene dan sanitasinya, tenaga kerja harus sehat, berperilaku bersih, peralatan yang direkomendasikan aman serta air baku harus berasal dari sumber air baku atau sumber air bersih dan harus ada pengawasan yang terus menerus yang dapat menjamin mutu air minum produksi depot air minum sehat dan aman (Depkes, 2006). 2.2.2 Sumber Air Minum Menurut Notoatmodjo (2003), pada dasarnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi: 1. Air Hujan Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Akan tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agardapat dijadikan sebagai air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya. 2. Air Sungai dan Danau Air sungai dan danau menurut asalnya sebagian dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran kedalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga disebut sebagai air permukaan. Oleh karena air sungai dan air danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran maka bila air tersebut ingin dijadikan sebagai air minum maka harus diolah terlebih dahulu. 3. Mata Air Mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Akan tetapi Universitas Sumatera Utara karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut dimasak sebelum diminum. Air sumur dangkal berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meterdari permukaan tanah. 4. Air Sumur Pompa Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permikaan tanah masih ada. Oleh karena itu perlu dimasak dahulu sebelum diminum. 5. Air Sumur Dalam Air Sumur dalam berasal dari lapisan kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur kedalaman seperti ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melaui proses pengolahan). Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI NO.49/M-IND/PER/3/2011 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib, air yang digunakan dalam produk AMDKadalah air yang bersumber dari: 1. Air permukaan 2. Air tanah 3. Air laut 4. Air embun(air udara Lembab). Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Jenis Air Minum Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, menjelaskan bahwa jenis air minum ada 4 yaitu : 1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air 3. Air kemasan 4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan ataupun minuman yangdisajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air minum. 2.2.4 Syarat Kualitas Air Minum Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan apakah air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus dipebuhi telah ditentukan oleh standar baik standar internasional, standar nasional, maupun standar perusahaan. Untuk lebih memberikan gambaran hirearki tentang standar, dapat dilihat seperti gambar berikut (Sunu, 2001). Standar Internasional: ISO; IEC Standar Nasional: SNI; JIS; BSI; DIN; dll Standar Perusahaan Gambar. 2.1 Hirarki Standardisasi Universitas Sumatera Utara Menurut Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dinyatakan bahwa kualitas air yang akan dijadikan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Syarat fisik Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara maksimal ± 30C dari udara sekitar. 2. Syarat kimia Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimum dan minimum (6,5 – 8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. 3. Syarat bakteriologis Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi E.coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum. Keberadaan E.colidalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja manusia. 4. Syarat radioaktif Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan. Efek radioaktivitas dapat berupa kerusakan pada sel, kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Air Universitas Sumatera Utara minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan sinar α melebihi 0,1 Bq/l (bequerel/liter), aktivitas β 1,0 Bq/l. Resiko kesehatan yang paling umum dan meluas terkait air minum adalah kontaminasi mikroba, yang berarti bahwa pengendalian atas masalah tersebut selalu menjadi yang terpenting. Kontaminasi mikroba sistem perkotaan yang utama memiliki potensi untuk menyebabkan wabah besar penyakit yang berhubungan dengan air. Oleh karena itu menjamin kualitas di dalam sistem tersebut merupakan prioritas. Namun, mayoritas (sekitar 80%) populasi global yang tidak memiliki akses untuk meningkatkan pasokan air minum terletak di area pedesaan. Begitu pula, suplai komunitas dan suplai berjumlah kecil di sebagian besar negara secara tidak sama berperan terhadap berbagai masalah umum kualitas air minum (WHO, 2011). Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Negara maju lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara berkembang lebih menekankan standar biologis ( Chandra, 2006). 2.2.5 Manfaat Air Minum Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat viral bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi keutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia, 2005). Universitas Sumatera Utara Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-juta sel dan komponen terbanyak dari sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, maka sel tubuh akan menciut dan tidak dapat lagi berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lymph) lainnya (Depkes RI, 2006). Air sangatlah penting bagi kehidupan manusia, sekitar 65-70 % berat total tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya dari hampir setiap proses tubuh. Kehilangan 1-2% air menyebabkan rasa haus, apabila kehilangan 5% air dapat menyebabkan halusinasi, dan apabila kita kehilangan 1015% air dalam tubuh dapat berakibat fatal. Meskipun manusia dapat hidup beberapa bulan tanpa makanan, bertahan di bawah teriknya panas, ataupun dalam kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup hanya satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan air dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian (Moeller, 2005). 2.2.6 Peraturan Tentang Air Bersih dan Air Minum Ada banyak peraturan yang mengatur tentang air bersih dan air minum, berikut adalah peraturan terkait air bersih dan air minum: 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 90 an Permenkes No. 416 digunakan untuk persyaratan kualitas dan pengawasan terhadap air bersih dan air minum, namun seiring dengan berjalannya waktu dan banyaknya perubahan maka peraturan ini masih digunakan namun hanya untuk persyaratan kualitas air bersih saja. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, Tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Peraturan ini dikeluarkan pada tahun 2002, sebagai ganti peraturan tentang syarat dan kualitas air minum yang ada pada Permenkes No. 416 Tahun 1990. Ada beberapa perubahan peraturan dari Permenkes sebelumnya disini. Namun sejak tahun 2010 untuk syarat kualitas air minum tidak lagi memakai peraturan ini. Akan tetapi untuk pengawasan air minum, peraturan ini masih tetap digunakan. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010, Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan ini dikeluarkan sebagai pengganti Kepmenkes Nomor 907 Tahun 2002. Permenkes ini dijadikan acuan dalam menentukan syarat kualitas air minum. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua Permenkes dan Kepmenkes masih tetap digunakan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Permenkes No. 416 Tahun 1990 Mengatur tentang persyaratan kualitas air bersih 2. Kepmenkes No. 907 Tahun 2002 Mengatur tentang pengawasan air minum Universitas Sumatera Utara 3. Permenkes No. 492 tahun 2010 Mengatur tentang kualitas air minum. 2.3 Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) 2.3.1 Pengertian AMDK Menurut SNI 01-3553-2006 tentang Air Minum Dalam Kemasan, AMDK adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air demineral. Menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 49/M- IND/PER/3/2011tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib, AMDK adalah air yang telah diproses, tanpa bahan pangan lainnya dan bahan tambahan pangan, dikemas serta aman untuk diminum. Adapun produk dari AMDK ini meliputi: 1. Air mineral Air minum dalam kemasan yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambah mineral. 2. Air demieral Air minum dalam kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian secara destilasi, delonisasi, reverse osmosis (RO). 3. Air mineral alami Air minum yang langsung diperoleh dari sumber alami atau dibor dari sumurdalam, dengan prosesterkendali yang menghindari pencemaran ataupengaruh luar atas sifat kimia, fisika, dan mikrobioologi air mineral alami. 4. Air minum embun Universitas Sumatera Utara Air yang diperoleh dari proses pengembunan uap air dari udara lembab menjadi tetesan air embun yang diolah lebih lanjut menjadi air minum embun yang dikemas. 2.3.2 Pengertian Kemasan Menurut Gunawan (2001), kata kemasan berasal dari kata dasar kemas yang berarti teratur, terbungkus, rapi, bersih, beres. Bungkus berarti sesuatu yang dipakai untuk membalut atau menutup, kata bantu bilangan untuk benda atau sesuatu yang dibalut (dengan kertas, daun, plastik, dan sebagainya). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kemasan adalah benda pembungkus yang terbuat dari kertas, plastik, daun, dan sebagainya berfungsi untuk membalut atau menutupi suatu barang dengan tujuan untuk melindungi barang tersebut agar tidak rusak. Kemasan juga berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu barang. Encyclomedia Americana mengartikannya sebagai “The packing of goods for sale in approprianetlly designed containers”, artinya: Kemasan merupakan pemenuhan kebutuhan yang terjadi akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat pembeli. Memenuhi keperluan tersebut kemasan harus mampu menampilkan sejumlah fungsi yang dimilikinya. Produk AMDK sendiri memiliki beberapa jenis kemasan, yaitu AMDK kemasan botol, kemasan gelas/cup, dan kemasan galon. Air minum dalam kemasan botol biasanya memiliki volume 330 ml, 600 ml, 750 ml dan 1500 ml, untuk kemasan gelas/cup memiliki volume 240 ml, sedangkan untuk kemasan galon yang selama ini kita kenal, volumenya adalah 19 liter seperti yang tertera pada label galonnya. Universitas Sumatera Utara Pasal 12 Ayat (1) Peraturan Menteri Perindustrian RI NO.49/MIND/PER/3/2011tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib, menjelaskan bahwa ada 2 (dua) jenis kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yaitu kemasan AMDK sekali pakai dan kemasan AMDK pakai ulang yang terbuat dari kaca dan plastik yang berupa Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polietilen Tereftalat (PET), Polivinil Khlorida (PVC), atau Polikarbonat (PC). Adapun kriteria dari kemasan AMDK sekali pakai dan pakai ulang, antara lain: Ayat (2) menjelaskan bahwa : 1. Kemasan AMDK sekali pakai yang terbuat dari plastik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Memenuhi syarat tara pangan (food grade) dan bertanda tara pangan, b. Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan dan c. Tidak boleh dipakai ulang. 2. Kemasan AMDK pakai ulang yang terbuat dari plastik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Memenuhi syarat tara pangan (food grade)dan bertanda tara pangan, b. Kekuatan memenuhi syarat uji, c. Tahan suhu minimal 500C, dengan waktu kontak minimal 15 detik, d. Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan. 3. Kemasan AMDK pakai ulang yang terbuat dari kaca harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Sesuai dengan SNI 12-0037-1987 atau revisinya, Universitas Sumatera Utara b. Kekuatan memenuhi syarat uji, dan c. Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan. 2.3.3 Standar Mutu AMDK Berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-2006 tentang Air Minum dalam Kemasan, Standar Mutu AMDK dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) No. Kriteria Uji 1. 1.1 1.2 1.3 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Keadaan Bau Rasa Warna pH Kekeruhan Zat yang terlarut Zat organik (angka KmnO 4 ) Total organik karbon Nitrat (sebagai NO 3 ) Nitrit (sebagai NO 2 ) Amonium (NH 4 ) Sulfat (SO 4 ) Klorida (Cl) Flourida (F) Sianida (CN) Besi (Fe) Mangan (Mn) Klor bebas (Cl2 ) Kromium (Cr) Barium (Ba) Boron (B) Selenium (Se) 21. Cemaran logam 21.1 Timbal (Pb) 21.2 Tembaga (Cu) Satuan Persyaratan Air Mineral Air Demineral Unit Pt-Co NTU mg/l mg/l Tidak berbau Normal maks. 5 6,0-8,5 maks. 1,5 maks. 500 maks. 1,0 Tidak berbau Normal maks. 5 5,0-7,5 maks. 1,5 maks. 10 - mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l maks. 45 maks. 0,005 maks. 0,15 maks. 200 maks. 250 maks. 1 maks. 0,05 maks. 0,1 maks. 0,05 maks. 0,1 maks. 0,05 maks. 0,7 maks. 0,3 maks. 0,01 maks. 0,5 - mg/l mg/l maks. 0,005 maks. 0,5 maks. 0,005 maks. 0,5 - Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Lanjutan 21.3 21.4 21.5 21.6 Kadmium (Cd) Raksa (Hg) Perak (Ag) Kobalt (Co) mg/l mg/l mg/l mg/l maks. 0,003 maks. 0,001 - mg/l maks. 0,01 22. Cemaran arsen 23. Cemaran mikroba : 23.1 Angka lempeng total Kolon/ml maks. awal *) 1,0 x 102 23.2 Angka lempeng total Kolo/ml maks. akhir **) 1,0 x 105 23.3 Bakteri bentuk koli APM/100ml < 2 23.4 Salmonella Negatif/100ml 23.5 Pseudomonas Kolon/ml Nol aerugiosa maks. 0,003 maks. 0,001 maks. 0,025 maks. 0,01 maks. 0,01 maks. 1,0 x 102 maks. 1,0 x 105 <2 Negatif/100ml Nol Keterangan *) Di Pabrik **) Di Pasaran Sumber: SNI 01-3553-2006 Tentang Air Minum Dalam Kemasan 2.4 Dispenser Dispenser merupakan salah satu alat elektronik rumah tangga yang digunakan untuk menempatkan galon air minum yang memudahkan seseorang dalam mengambil air minum. Selain itu dispenser juga berfungsi untuk memanaskan dan mendinginkan air minum secara otomatis dengan menggunakan energi listrik. Masyarakat Indonesia saat ini sudah banyak yang menggunakan dispenser. Pada umumnya, air yang digunakan pada dispenser adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ataupun Air Minum Isi Ulang (AMIU). Menurut Tiflani (2010), dispenser air merupakan alat untuk menyimpan air sekaligus bisa digunakan untuk merubah suhu air dari suhu normal menjadi lebih panas atau lebih dingin. Universitas Sumatera Utara 2.4.1 Komponen Dispenser dan Fungsinya Komponen yang ada di dalam water dispenser memiliki beberapa bagian, yaitu komponen bagian dalam dan komponen bagian luar (Calman, 2013): a. Komponen Dalam 1. Saklar On/Off Saklar on/off berfungsi untuk menyalakan dispenser dan mematikan dispenser 2. Thermostat 1 Thermostat 1 berfungsi untuk mengendalikan suhu air di dalam tangki air 3. Thermostat 2 Thermostat 2 berfungsi untuk mengendalikan suhu air di dalam tangki air 4. Saluran daya utama Saluran daya utama berfungsi sebagai penyalur daya dari sumber 5. Elemen pemanas Elemen pemanas berfungsi untuk memanaskan air 6. Saluran air panas Saluran air panas berfungsi sebagai tempat menyalurkan air ke dalam tabung pemanas dan red water tap 7. Saluran air normal Saluran air normal berfungsi sebagai tempat menyalurkan air ke dalam tabung pendingin atau blue water tap 8. Pipa pembuangan Pipa pembungan berfungsi sebagai tempat pembungan sisa air yang tidak terpakai Universitas Sumatera Utara b. Komponen Luar 1. Anti Spill Anti spill berfungsi tempat dudukan galon 2. Fuse Fuse berfungsi sebagai pengaman dan pemutus rangkaian arus 3. TombolPowerSwitch Tombol Power switch sebagai tombol untuk menyalakan dispenser 4. PowerIndicator Power indicator sebagai lampu indikator on 5. HotIndicator Hot indicator sebagai lampu indikator hot 6. ExtraHotIndicator Extra hot indicator sebagai lampu indikator ekstra hot 7. TombolExtraHot Tombol extra hot sebagai tombol untuk extra hot 8. BlueWaterTap Blue water tap sebagai tempat keluarnya air biasa 9. RedWaterTap Red water tap sebagai tempat keluarnya air panas 10. Drainage Plug Drainage plug sebagai tempat penampungan air yang berceceran/tumpah. Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Cara Membersihkan Dispenser Membersihkan dispenser air minum sebaiknya dilakukan setiap enam minggu sekali. Waktu yang paling tepat adalah pada saat botol airnya telah kosong sehingga memudahkan untuk mengangkatnya. Sebaiknya juga membaca buku petunjuk perawatan dispenser air yang mungkin memuat saran-saran cara membersihkannya. Di luar jadwal membersihkan setiap enam minggu sekali, ada baiknya merawat dispenser secara teratur pula. Mengelap bagian luarnya seminggu sekali atau pada saat mengganti atau mengisi ulang botol airnya membantu memperkecil kemungkinan kontaminasi. Gunakan tisu basah yang aman untuk menyeka bagian luar dispenser dan bagian luar botol air yang masuk ke dispenser. Botol kemasan air berpotensi kotor dan penuh debu setelah disimpan di dalam gudang toko (Unilever, 2016). Langkah-langkah membersihkan dispenser menurut Unilever (2016), adalah sebagai berikut: 1. Putus aliran listrik ke dispenser dan pindahkan botolnya. 2. Kuras sisa air di dalam dispenser melalui keran. 3. Lepas alas penampung tetesan air di bawah keran dan penyaring air di dalam dispenser. 4. Siapkan campuran karbol dan air di dalam ember, satu sendok teh karbol/5 liter air. 5. Lap bagian dalam tabung dispenser dengan lap mikrofiber yang dibasahi larutan karbol. Universitas Sumatera Utara 6. Rendam penampung tetesan air dan saringan di dalam ember berisi larutan selama maksimal 5 menit. 7. Bilas tabung dispenser dengan air bersih paling tidak tiga kali untuk menghilangkan sisa-sisa campuran karbol. Jika bagian dalam dispenser masih berbau karbol, ulangi pembilasan hingga baunya hilang. 8. Pakai kain mikrofiber untuk mencuci penampung tetesan air dan saringan yang telah direndam, lalu bilas keduanya menggunakan air bersih sampai bebas bau karbol. 9. Pasang kembali komponen-komponen pada dispenser dan pasang botol air baru yang telah dibersihkan bagian luarnya. Menurut Unilever (2016), dapat disimpulkan pada saat menggunakan karbol rumah tangga maka harus mengenakan sarung tangan karet, ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik, dan terlebih dulu membaca petunjuk pemakaian produk. Tidak boleh menggunakan karbol yang berbau tajam dan melebihi dosis yang disarankan satu sendok teh untuk dicampur dengan 5 liter air. Setelah selesai bilas secara sempurna hingga sisa-sisa karbol benar-benar hilang. Berdasarkan beberapa literatur lainnya yang telah dibaca oleh penulis, penggunaan karbol pada proses pembersihan dispenser dapat diganti dengan menggunakan sabun pencuci piring/ sabun cair anti bakteri dan larutan jeruk nipis, sedangkan untuk kain mikrofiber dapat diganti dengan spons pencuci piring. 2.4.3 Tujuan MembersihkanDispenser Adapun tujuan penerapan pencucian dispenser adalah sebagai berikut: a. Menjaga agar kualitas air minum yang ada di dalam dispenser tetap baik. Universitas Sumatera Utara b. Menurunkan kejadian resiko penyakit atau gangguan kesehatan yang disebakan oleh terkontaminasinya air minum dengan bakteri pathogen. c. Terwujudnya perilaku yang sehat dan benar dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan. 2.5 Bakteri E.coli 2.5.1 Gambaran Umum E.coli Escherechia mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. E.coli misalnya mula-mula diisolasi oleh Escherich (1885) dari tinja bayi. Sejak dikrtahui bahwa jasad tersebut tersebar pada semua individu, maka analisis bakteriologi air minum ditunjukkan kepada kehadiran jasad tersebut. Walaupun adanya jasad tersebut tidak dapat memastikan adanya jasad pathogen secara langsung, tetapi dari hasil yang di dapat, memberikan simpulan bahwa bakteri Coli dalam jumlah tertentu di dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya jasad patogen (Suriawiria, 1993). E.coli dipandang sebagai organisme indeks yag paling sesuai untuk kontaminasi feses. Dalam sebagian besar keadaan, populasi koliform termotoleran didominasi oleh E.coli, akibatnya kelompok tersebut dipandang sebagai indeks yang dapat diterima walaupun kurang reliabel untuk kontaminasi feses. E.colimerupakan organisme pertama yang dipilih dalam program pemantauan untukpembuktian, termasuk surveilans mutu air minum. Organisme tersebut juga digunakan sebagai indikator desinfeksi,tetapi pengujiannya lebih lambat dan kurang reliabel dibanding dengan pengukuran residu desinfektan. Selain itu, E.colijauh lebih sensitif terhadap desinfeksi dibading dengan virus atau protozoa Universitas Sumatera Utara enterik. E.coliterdapat dalam jumlah tinggi pada feses manusia dan hewan, sehingga limbah cair dan air rentan terhadap pencemaran feses. Suhu air dan kadar nutrien di dalam sistem distribusi airminum kemungkinan besar mendukung pertumbuhan organisme ini (WHO, 2004). Bakteri E.colidapat hidup pada lingkungan yang memiliki suhu 420C. Dari sekitar 100-150 gram feses yang setiap hari dikeluarkan oleh seorang manusia, ternyata di dalamnya mengandung sekitar 3x1011 (300 milyar) sel bakteri Coli (Nugroho, 2006). 2.5.2 Sifat Bakteri E.coli Menurut WHO (2000), bakteri E.coliadalah salah satu bakteri indikator untuk menilai pelaksanaan sanitasi makanan. Bakteri ini merupakan salah satu zat pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000 (dua juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 (satu milyar) sel. Bakteri E.coli tidak bisa bertahan hidup pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama, dan akan mati pada suhu 600oC selama 30 menit. Bila dilihat dibawah mikroskop maka kumpulan E.coli berwarna merah, sedangkan secara makroskopik terlihat kilau metalik disekitar media (Depkes RI, 1991). E.coli dapat tumbuh pada range temperatur 7°C-50°C dengan suhu optimum untuk pertumbuhannnya adalah 37°C. E.coli dapat mati dengan pemasakan makanan pada temperature 70°C. E.coli dapatberkembang biak pada makanan Universitas Sumatera Utara dengan nilai aktivitas air minimum 0,95. E.coli dapat hidup di lingkungan makanan yang asam pada pH dibawah4,4 (WHO, 2005). 2.5.3 Klasifikasi Bakteri E.coli Menurut Nugroho (2006), jenis bakteri E.coliyang menjadi penyebab diare akut dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu: 1. E.colienteropatogenik (EPEC) E.colienteropatogenik menyebabkan gastroenteristis pada bayi yang baru lahir hingga umur 2 tahun sehingga terjadi kegagalan pertumbuhan pada bayi, khususnya di negara-negara berkembang. E.coli ini menyebabkan lesu melalui pengikisan permukaan usus. 2. E.colienteroinvasif (EIEC) Serotipe-serotipe E.coli tertentu selain kelompok enteropatogenik, ditemukan sebagai salah satu penyebab diare akut pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. E.coliini menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang mirip denga sindrom yang diakibatkan oleh Shigella, yaitu demam, diare, muntah, dan kram. Galur ini dikenal sebagai enteroinvasif, virulensi terhadap epitel usus dan penularan didukung dengan sanitasi yang buruk. 3. E.colienterotoksigenik (ETEC) E.coli enterotoksigenik merupakan penyebab utama travellers diarrhed (diare pelancong) yang menyerang bayi-bayi di negara yang berkembang. Galurgalur bakteri kelompok enterotoksigenik menghasilkan satu atau dua macam enterotoksin yang berbeda. Beberapa galur menghasilkan toksin yang tahan Universitas Sumatera Utara panas (TP), sedangkan yang lain merupakan toksin yang tidak tahan panas (TTP). Kedua macam toksin ini menyebabkan diare pada orang dewasa dan ank-anak. 4. E.colienterohemoragik (EHEC) E.colienterohemoragik sering dijumpai pada makanan yang tercemar feses sapi. E.coli jenis kelompok enterohemoragik ini menghasilkan toksin hemoragik dan dapat berkembang menjadi uremik hemofilik dan gagal ginjal akut (Salman 2003). 2.5.4 Pengaruh Bakteri E.coli Bagi Kesehatan Manusia Bakteri E.coliterdapat pada feses manusia, baik manusia yang sehat maupun yang sakit. E.coli akan menjadi berbahaya apabila terkontaminasi dengan makanan ataupun minuman. Menurut WHO (2011), ada beberapa pengaruh E.coli bagi kesehatan Manusia berdasarkan jenis klasifikasinya: 1. Serotip EHEC, misalnya E.coli O157:H7 dan E.coliO111, menyebabkan diare yang berkisar dari kasus ringan dan tanpa darah sampai sangat berdarah, yang tidak dapat dibedakan dengan kolitis hemoragik. Antara 2% dan 7% kasus dapat mengalami si drom uremik hemolitik (haemolytic uraemic syndrome, HUS) yang berpotensi mematikan yang ditandai dengan gagal ginjal akut dan anemia hemolitik. Balita merupakan kelompok paling beresiko mengalami HUS. Infektivitas strain EHEC secara bermakna lebih lebih tinggi dibanding dengan strain lain. Sedikitnya 100 EHEC organisasi dapat menyebabkan infeksi. Universitas Sumatera Utara 2. ETEC memproduksi enterotoksin E.coliyang labil atau stabil terhadap panas, atau kedua jenis toksin itu sekaligus, dan merupakan penyebab penting diare di negara berkembang, terutama pada anak kecil. Gejala infeksi ETEC mencakup diare encer ringan, kram perut, mual, dan sakit kepala. 3. Infeksi EPEC dikaitkan dengan diare tanpa darah yang kronis dan parah, muntah, dan demam pada bayi. Infeksi EPEC jarang terjadi di negara berkembang, diperlihatkan dengan adanya kasus malnutrisi, kehilangan berat badan, dan retardasi pertumbuhan pada bayi. 4. EIEC menyebabkan diare encer dan sesekali diare berdarah jika strain ini menyerang sel kolon (usus besar) melalui mekanisme patogenik yang serupa dengan mekanisme Shigella. Universitas Sumatera Utara 2.6 Kerangka Konsep AMDK galon dalam dispenser Karakteristik Sampel - Kondisi AMDK Galon dan kondisi dispenser yang digunakan Kandungan bakteri - Perilaku Konsumen AMDK Galon (Kebiasaan Uji Laboratorium E.colipada AMDK galon membersihkan dispenser dan Kebiasaan saat mengganti AMDK Galon) Universitas Sumatera Utara