BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan zat yang sangat

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia, dengan
terpenuhinya kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat
berlangsung dengan baik. Sebaliknya jika kekurangan air proses metabolisme
akan terganggu dan akibatnya akan menimbulkan kematian. Salah satu upaya
pengamanan makanan dan minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat
adalah pengawasan terhadap kualitas air minum. Hal tersebut dikarenakan air
minum merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan
cukup besar dalam kehidupan. Air dari sumber air baku harus melalui proses
pengolahan terlebih dahulu sampai air tersebut memenuhi syarat kesehatan
(Mulia, 2005).
2.1.1 Kegunanaan Air
Ada banyak sekali kegunaan air dalam kehidupan sehari-hari diantaranya
yaitu, air dapat digunakan sebagai air minum, air untuk keperluan mandi dan
mencuci, air untuk keperluan pengairan pertaniaan, air untuk keperluan kolam
perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun di
laut. Kegunaan air seperti tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara
konvensional. Selain itu, air juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi
(Wardhana, 2004)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Klasifikasi dan Sumber Air
2.1.2.1 Klasifikasi dan Penggolongan Air
Kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 8
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi
dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas:
a. Kelas 1
Air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan
lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama.
b. Kelas 2
Air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,budidaya ikan air
tawar, peternakan, dan pertanian.
c. Kelas 3
Air yag dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, dan
pertanian.
d. Kelas 4
Air yang digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 tahun 1990,
penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
Golongan A
: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu
Golongan B
: Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
Golongan C
: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
Universitas Sumatera Utara
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100cc sampel air/MPN.
Golongan-golongan air ini antara lain:
1. Air tanpa pengotoran; mata air bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan
pathogen atau zat kimia beracun.
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN <50/100cc
3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5.000/100cc
4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5.000/100cc
5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100cc
MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari
bakteri koliform dalam 100cc air) (Sumantri, 2010).
2.1.2.2 Sumber Air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan- batasan sumber air bersih dan aman ini, antara
lain:
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari subtansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan tidak berbau.
4. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI (Sumantri, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Hubungan Air dengan Kesehatan
Menurut Lamb (1985), hubungan antara kualitas air dan kesehatan
menempati sudut yang sangat penting dalam persepsi masyarakat. ada keyakinan
yang kuat bahwa masalah pencemaran air pasti berkaitan erat dengan efek
kesehatan manusia. Namun kadang-kadang manusia tidak menyadari itu.
Hubungan antara air dan kesehatan dibagi menjadi empat kategori, yaitu sebagai
berikut:
1. Air memiliki peran penting sebagai media transmisi secara
langsung dari
migroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit menular.
2. Dalam contoh lain, air dapat secara tidak langsung menjadi tempat habitat
nyamuk atau vektor yang dapat memindahkan penyakit.
3. Air juga dapat berperan penting sebagai media transmisi dari beberapa bahan
kimia toksik.
4. Air juga memiliki efek yang menguntungkan serta penting pada kesehatan,
baik karena penggunaannya dalam sanitasi umum atau karena konstituen
kimia.
2.1.4 Penyakit Bawaan Air
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air
disebut sebagai water-borne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu
penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang vektor (Chandra,
2006).
Universitas Sumatera Utara
Contoh-contoh penyakit bawaan air dan penyebabnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Penyakit Bawaan Air dan Penyebabnya
Penyebab
Virus:
Rota virus
Virus Hepatitis A
Virus Poliomyelitis
Bakteri:
Vibrio cholerae
Escherechia coli
Salmonella typhi
Salmonella paratyphi
Shigella dysenteriae
Protozoa:
Entaamoeba histolytica
Giardia lamblia
Metazoa:
Ascaris lumricoides
Clonorchis sinensis
Diphyllobotrhium latum
Tawenia saginata/ solium
Schistosoma
Penyakit
Diare, terutama pada anak-anak
Hepatitis A
Poliomyelitis
Cholera
Diare/dysentri
Typhus abdominale
Parathypus
Dysentri
Dysentri amoeba
Balantidiasis
Ascaris
Clonorchiasis
Dyphylobothriasis
Taeniasis
Schistomiasis
Sumber: Mulia, Tahun 2005
2.2 Air Minum
2.2.1 Pengertian Air Minum
Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, melalui
proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat langsung
diminum oleh masyarakat (Permenkes, 2010).
Air minum adalah air yang dapat diminum langsung atau air yang harus
dimasak terlebih dahulu sebelum dapat diminum. Air minum dalam tubuh
manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh
(Depkes, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjaga kualitas air minum agar tetap aman dikonsumsi masyarakat
maka tempat atau lokasi harus terjamin hygiene dan sanitasinya, tenaga kerja
harus sehat, berperilaku bersih, peralatan yang direkomendasikan aman serta air
baku harus berasal dari sumber air baku atau sumber air bersih dan harus ada
pengawasan yang terus menerus yang dapat menjamin mutu air minum produksi
depot air minum sehat dan aman (Depkes, 2006).
2.2.2 Sumber Air Minum
Menurut Notoatmodjo (2003), pada dasarnya semua air dapat diolah menjadi
air minum. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi:
1. Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Akan tetapi air
hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agardapat dijadikan
sebagai air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
2. Air Sungai dan Danau
Air sungai dan danau menurut asalnya sebagian dari air hujan yang mengalir
melalui saluran-saluran kedalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini
sering juga disebut sebagai air permukaan. Oleh karena air sungai dan air
danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran
maka bila air tersebut ingin dijadikan sebagai air minum maka harus diolah
terlebih dahulu.
3. Mata Air
Mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Bila belum
tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya
air tersebut dimasak sebelum diminum. Air sumur dangkal berasal dari lapisan
air didalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan dari
tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda biasanya berkisar antara 5 sampai
dengan 15 meterdari permukaan tanah.
4. Air Sumur Pompa
Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran
dari permikaan tanah masih ada. Oleh karena itu perlu dimasak dahulu sebelum
diminum.
5. Air Sumur Dalam
Air Sumur dalam berasal dari lapisan kedua di dalam tanah. Dalamnya dari
permukaan tanah biasanya diatas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air
sumur kedalaman seperti ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum
yang langsung (tanpa melaui proses pengolahan).
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI NO.49/M-IND/PER/3/2011
tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) Secara Wajib, air
yang digunakan dalam produk
AMDKadalah air yang bersumber dari:
1. Air permukaan
2. Air tanah
3. Air laut
4. Air embun(air udara Lembab).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Jenis Air Minum
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, menjelaskan bahwa jenis air
minum ada 4 yaitu :
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan ataupun minuman
yangdisajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air minum.
2.2.4 Syarat Kualitas Air Minum
Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan
apakah air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu
minimal yang harus dipebuhi telah ditentukan oleh standar baik standar
internasional, standar nasional, maupun standar perusahaan. Untuk lebih
memberikan gambaran hirearki tentang standar, dapat dilihat seperti gambar
berikut (Sunu, 2001).
Standar Internasional: ISO; IEC
Standar Nasional: SNI; JIS; BSI; DIN; dll
Standar Perusahaan
Gambar. 2.1 Hirarki Standardisasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum dinyatakan bahwa kualitas air yang akan dijadikan sebagai
air minum sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Syarat fisik
Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara
maksimal ± 30C dari udara sekitar.
2. Syarat kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan
anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimum dan
minimum (6,5 – 8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan.
3. Syarat bakteriologis
Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi E.coli
atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum. Keberadaan
E.colidalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja
manusia.
4. Syarat radioaktif
Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan
terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan.
Efek radioaktivitas dapat berupa kerusakan pada sel, kerusakan yang terjadi
ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan. Sinar alpha,
beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Air
Universitas Sumatera Utara
minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan sinar α melebihi 0,1
Bq/l (bequerel/liter), aktivitas β 1,0 Bq/l.
Resiko kesehatan yang paling umum dan meluas terkait air minum adalah
kontaminasi mikroba, yang berarti bahwa pengendalian atas masalah tersebut
selalu menjadi yang terpenting. Kontaminasi mikroba sistem perkotaan yang
utama memiliki potensi untuk menyebabkan wabah besar penyakit yang
berhubungan dengan air. Oleh karena itu menjamin kualitas di dalam sistem
tersebut merupakan prioritas. Namun, mayoritas (sekitar 80%) populasi global
yang tidak memiliki akses untuk meningkatkan pasokan air minum terletak di area
pedesaan. Begitu pula, suplai komunitas dan suplai berjumlah kecil di sebagian
besar negara secara tidak sama berperan terhadap berbagai masalah umum
kualitas air minum (WHO, 2011).
Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi
standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Negara maju
lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara berkembang lebih
menekankan standar biologis ( Chandra, 2006).
2.2.5 Manfaat Air Minum
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama dan sangat viral bagi kehidupan adalah sebagai
air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi keutuhan air di dalam tubuh
manusia itu sendiri (Mulia, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap
saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk
melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri
dari berjuta-juta sel dan komponen terbanyak dari sel-sel itu adalah air. Jika
kekurangan air, maka sel tubuh akan menciut dan tidak dapat lagi berfungsi
dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata,
air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lymph) lainnya (Depkes
RI, 2006).
Air sangatlah penting bagi kehidupan manusia, sekitar 65-70 % berat total
tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya dari
hampir setiap proses tubuh. Kehilangan 1-2% air menyebabkan rasa haus, apabila
kehilangan 5% air dapat menyebabkan halusinasi, dan apabila kita kehilangan 1015% air dalam tubuh dapat berakibat fatal. Meskipun manusia dapat hidup
beberapa bulan tanpa makanan, bertahan di bawah teriknya panas, ataupun dalam
kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup hanya satu atau dua
hari tanpa air. Kekurangan air dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian
(Moeller, 2005).
2.2.6 Peraturan Tentang Air Bersih dan Air Minum
Ada banyak peraturan yang mengatur tentang air bersih dan air minum,
berikut adalah peraturan terkait air bersih dan air minum:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 90 an Permenkes No. 416 digunakan untuk persyaratan kualitas dan
pengawasan terhadap air bersih dan air minum, namun seiring dengan
berjalannya waktu dan banyaknya perubahan maka peraturan ini masih
digunakan namun hanya untuk persyaratan kualitas air bersih saja.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, Tentang Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
Peraturan ini dikeluarkan pada tahun 2002, sebagai ganti peraturan tentang
syarat dan kualitas air minum yang ada pada Permenkes No. 416 Tahun 1990.
Ada beberapa perubahan peraturan dari Permenkes sebelumnya disini. Namun
sejak tahun 2010
untuk
syarat kualitas air minum tidak lagi memakai
peraturan ini. Akan tetapi untuk pengawasan air minum, peraturan ini masih
tetap digunakan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010, Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
Peraturan ini dikeluarkan sebagai pengganti Kepmenkes Nomor 907 Tahun
2002. Permenkes ini dijadikan acuan dalam menentukan syarat kualitas air
minum.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua Permenkes dan
Kepmenkes masih tetap digunakan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Permenkes No. 416 Tahun 1990
Mengatur tentang persyaratan kualitas air bersih
2. Kepmenkes No. 907 Tahun 2002
Mengatur tentang pengawasan air minum
Universitas Sumatera Utara
3. Permenkes No. 492 tahun 2010
Mengatur tentang kualitas air minum.
2.3 Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
2.3.1 Pengertian AMDK
Menurut SNI 01-3553-2006 tentang Air Minum Dalam Kemasan, AMDK
adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air
mineral dan air demineral.
Menurut
Peraturan
Menteri
Perindustrian
RI
No.
49/M-
IND/PER/3/2011tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib, AMDK adalah air yang telah
diproses, tanpa bahan pangan lainnya dan bahan tambahan pangan, dikemas serta
aman untuk diminum. Adapun produk dari AMDK ini meliputi:
1. Air mineral
Air minum dalam kemasan yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu
tanpa menambah mineral.
2. Air demieral
Air minum dalam kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian secara
destilasi, delonisasi, reverse osmosis (RO).
3. Air mineral alami
Air minum yang langsung diperoleh dari sumber alami atau dibor dari
sumurdalam,
dengan
prosesterkendali
yang
menghindari
pencemaran
ataupengaruh luar atas sifat kimia, fisika, dan mikrobioologi air mineral alami.
4. Air minum embun
Universitas Sumatera Utara
Air yang diperoleh dari proses pengembunan uap air dari udara lembab
menjadi tetesan air embun yang diolah lebih lanjut menjadi air minum embun
yang dikemas.
2.3.2 Pengertian Kemasan
Menurut Gunawan (2001), kata kemasan berasal dari kata dasar kemas yang
berarti teratur, terbungkus, rapi, bersih, beres. Bungkus berarti sesuatu yang
dipakai untuk membalut atau menutup, kata bantu bilangan untuk benda atau
sesuatu yang dibalut (dengan kertas, daun, plastik, dan sebagainya). Pengertian
tersebut dapat diartikan bahwa kemasan adalah benda pembungkus yang terbuat
dari kertas, plastik, daun, dan sebagainya berfungsi untuk membalut atau
menutupi suatu barang dengan tujuan untuk melindungi barang tersebut agar tidak
rusak. Kemasan juga berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu barang.
Encyclomedia Americana mengartikannya sebagai “The packing of goods for
sale in approprianetlly designed containers”, artinya: Kemasan merupakan
pemenuhan kebutuhan yang terjadi akibat adanya hubungan antara penghasil
barang dengan masyarakat pembeli. Memenuhi keperluan tersebut kemasan harus
mampu menampilkan sejumlah fungsi yang dimilikinya.
Produk AMDK sendiri memiliki beberapa jenis kemasan, yaitu AMDK
kemasan botol, kemasan gelas/cup, dan kemasan galon. Air minum dalam
kemasan botol biasanya memiliki volume 330 ml, 600 ml, 750 ml dan 1500 ml,
untuk kemasan gelas/cup memiliki volume 240 ml, sedangkan untuk kemasan
galon yang selama ini kita kenal, volumenya adalah 19 liter seperti yang tertera
pada label galonnya.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 12 Ayat (1) Peraturan Menteri Perindustrian RI NO.49/MIND/PER/3/2011tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara Wajib, menjelaskan bahwa ada 2 (dua)
jenis kemasan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yaitu kemasan AMDK
sekali pakai dan kemasan AMDK pakai ulang yang terbuat dari kaca dan plastik
yang berupa Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polietilen Tereftalat (PET),
Polivinil Khlorida (PVC), atau Polikarbonat (PC). Adapun kriteria dari kemasan
AMDK sekali pakai dan pakai ulang, antara lain:
Ayat (2) menjelaskan bahwa :
1. Kemasan AMDK sekali pakai yang terbuat dari plastik harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Memenuhi syarat tara pangan (food grade) dan bertanda tara pangan,
b. Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan dan
c. Tidak boleh dipakai ulang.
2. Kemasan AMDK pakai ulang yang terbuat dari plastik harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Memenuhi syarat tara pangan (food grade)dan bertanda tara pangan,
b. Kekuatan memenuhi syarat uji,
c. Tahan suhu minimal 500C, dengan waktu kontak minimal 15 detik,
d. Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan.
3. Kemasan AMDK pakai ulang yang terbuat dari kaca harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Sesuai dengan SNI 12-0037-1987 atau revisinya,
Universitas Sumatera Utara
b. Kekuatan memenuhi syarat uji, dan
c. Tidak bereaksi terhadap bahan pencuci dan desinfektan.
2.3.3 Standar Mutu AMDK
Berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-2006
tentang Air Minum dalam Kemasan, Standar Mutu AMDK dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.2Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
No. Kriteria Uji
1.
1.1
1.2
1.3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Keadaan
Bau
Rasa
Warna
pH
Kekeruhan
Zat yang terlarut
Zat organik
(angka KmnO 4 )
Total organik karbon
Nitrat (sebagai NO 3 )
Nitrit (sebagai NO 2 )
Amonium (NH 4 )
Sulfat (SO 4 )
Klorida (Cl)
Flourida (F)
Sianida (CN)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Klor bebas (Cl2 )
Kromium (Cr)
Barium (Ba)
Boron (B)
Selenium (Se)
21. Cemaran logam
21.1 Timbal (Pb)
21.2 Tembaga (Cu)
Satuan
Persyaratan
Air Mineral
Air
Demineral
Unit Pt-Co
NTU
mg/l
mg/l
Tidak berbau
Normal
maks. 5
6,0-8,5
maks. 1,5
maks. 500
maks. 1,0
Tidak berbau
Normal
maks. 5
5,0-7,5
maks. 1,5
maks. 10
-
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
maks. 45
maks. 0,005
maks. 0,15
maks. 200
maks. 250
maks. 1
maks. 0,05
maks. 0,1
maks. 0,05
maks. 0,1
maks. 0,05
maks. 0,7
maks. 0,3
maks. 0,01
maks. 0,5
-
mg/l
mg/l
maks. 0,005
maks. 0,5
maks. 0,005
maks. 0,5
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Lanjutan
21.3
21.4
21.5
21.6
Kadmium (Cd)
Raksa (Hg)
Perak (Ag)
Kobalt (Co)
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
maks. 0,003
maks. 0,001
-
mg/l
maks. 0,01
22. Cemaran arsen
23. Cemaran mikroba :
23.1 Angka lempeng total Kolon/ml
maks.
awal *)
1,0 x 102
23.2 Angka lempeng total
Kolo/ml
maks.
akhir **)
1,0 x 105
23.3 Bakteri bentuk koli
APM/100ml < 2
23.4 Salmonella
Negatif/100ml
23.5 Pseudomonas
Kolon/ml
Nol
aerugiosa
maks. 0,003
maks. 0,001
maks. 0,025
maks. 0,01
maks. 0,01
maks.
1,0 x 102
maks.
1,0 x 105
<2
Negatif/100ml
Nol
Keterangan *) Di Pabrik
**) Di Pasaran
Sumber: SNI 01-3553-2006 Tentang Air Minum Dalam Kemasan
2.4 Dispenser
Dispenser merupakan salah satu alat elektronik rumah tangga yang digunakan
untuk menempatkan galon air minum yang
memudahkan seseorang dalam
mengambil air minum. Selain itu dispenser juga berfungsi untuk memanaskan dan
mendinginkan air minum secara otomatis dengan menggunakan energi listrik.
Masyarakat Indonesia saat ini sudah banyak yang menggunakan dispenser. Pada
umumnya, air yang digunakan pada dispenser adalah Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) ataupun Air Minum Isi Ulang (AMIU).
Menurut Tiflani (2010), dispenser air merupakan alat untuk menyimpan air
sekaligus bisa digunakan untuk merubah suhu air dari suhu normal menjadi lebih
panas atau lebih dingin.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Komponen Dispenser dan Fungsinya
Komponen yang ada di dalam water dispenser memiliki beberapa bagian,
yaitu komponen bagian dalam dan komponen bagian luar (Calman, 2013):
a. Komponen Dalam
1. Saklar On/Off
Saklar on/off berfungsi untuk menyalakan dispenser dan mematikan dispenser
2. Thermostat 1
Thermostat 1 berfungsi untuk mengendalikan suhu air di dalam tangki air
3. Thermostat 2
Thermostat 2 berfungsi untuk mengendalikan suhu air di dalam tangki air
4. Saluran daya utama
Saluran daya utama berfungsi sebagai penyalur daya dari sumber
5. Elemen pemanas
Elemen pemanas berfungsi untuk memanaskan air
6. Saluran air panas
Saluran air panas berfungsi sebagai tempat menyalurkan air ke dalam tabung
pemanas dan red water tap
7. Saluran air normal
Saluran air normal berfungsi sebagai tempat menyalurkan air ke dalam tabung
pendingin atau blue water tap
8. Pipa pembuangan
Pipa pembungan berfungsi sebagai tempat pembungan sisa air yang tidak
terpakai
Universitas Sumatera Utara
b. Komponen Luar
1.
Anti Spill
Anti spill berfungsi tempat dudukan galon
2.
Fuse
Fuse berfungsi sebagai pengaman dan pemutus rangkaian arus
3.
TombolPowerSwitch
Tombol Power switch sebagai tombol untuk menyalakan dispenser
4.
PowerIndicator
Power indicator sebagai lampu indikator on
5.
HotIndicator
Hot indicator sebagai lampu indikator hot
6.
ExtraHotIndicator
Extra hot indicator sebagai lampu indikator ekstra hot
7.
TombolExtraHot
Tombol extra hot sebagai tombol untuk extra hot
8.
BlueWaterTap
Blue water tap sebagai tempat keluarnya air biasa
9.
RedWaterTap
Red water tap sebagai tempat keluarnya air panas
10. Drainage Plug
Drainage plug sebagai tempat penampungan air yang berceceran/tumpah.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Cara Membersihkan Dispenser
Membersihkan dispenser air minum sebaiknya dilakukan setiap enam minggu
sekali. Waktu yang paling tepat adalah pada saat botol airnya telah kosong
sehingga memudahkan untuk mengangkatnya. Sebaiknya juga membaca buku
petunjuk perawatan dispenser air yang mungkin memuat saran-saran cara
membersihkannya. Di luar jadwal membersihkan setiap enam minggu sekali, ada
baiknya merawat dispenser secara teratur pula. Mengelap bagian luarnya
seminggu sekali atau pada saat mengganti atau mengisi ulang botol airnya
membantu memperkecil kemungkinan kontaminasi. Gunakan tisu basah yang
aman untuk menyeka bagian luar dispenser dan bagian luar botol air yang masuk
ke dispenser. Botol kemasan air berpotensi kotor dan penuh debu setelah disimpan
di dalam gudang toko (Unilever, 2016).
Langkah-langkah membersihkan dispenser menurut Unilever (2016), adalah
sebagai berikut:
1. Putus aliran listrik ke dispenser dan pindahkan botolnya.
2. Kuras sisa air di dalam dispenser melalui keran.
3. Lepas alas penampung tetesan air di bawah keran dan penyaring air di dalam
dispenser.
4. Siapkan campuran karbol dan air di dalam ember, satu sendok teh karbol/5 liter
air.
5. Lap bagian dalam tabung dispenser dengan lap mikrofiber yang dibasahi
larutan karbol.
Universitas Sumatera Utara
6. Rendam penampung tetesan air dan saringan di dalam ember berisi larutan
selama maksimal 5 menit.
7. Bilas tabung dispenser dengan air bersih paling tidak tiga kali untuk
menghilangkan sisa-sisa campuran karbol. Jika bagian dalam dispenser masih
berbau karbol, ulangi pembilasan hingga baunya hilang.
8. Pakai kain mikrofiber untuk mencuci penampung tetesan air dan saringan yang
telah direndam, lalu bilas keduanya menggunakan air bersih sampai bebas bau
karbol.
9. Pasang kembali komponen-komponen pada dispenser dan pasang botol air baru
yang telah dibersihkan bagian luarnya.
Menurut Unilever (2016), dapat disimpulkan pada saat menggunakan karbol
rumah tangga maka harus mengenakan sarung tangan karet, ruangan memiliki
sirkulasi udara yang baik, dan terlebih dulu membaca petunjuk pemakaian produk.
Tidak boleh menggunakan karbol yang berbau tajam dan melebihi dosis yang
disarankan satu sendok teh untuk dicampur dengan 5 liter air. Setelah selesai bilas
secara sempurna hingga sisa-sisa karbol benar-benar hilang.
Berdasarkan beberapa literatur lainnya yang telah dibaca oleh penulis,
penggunaan karbol pada proses pembersihan dispenser dapat diganti dengan
menggunakan sabun pencuci piring/ sabun cair anti bakteri dan larutan jeruk nipis,
sedangkan untuk kain mikrofiber dapat diganti dengan spons pencuci piring.
2.4.3 Tujuan MembersihkanDispenser
Adapun tujuan penerapan pencucian dispenser adalah sebagai berikut:
a.
Menjaga agar kualitas air minum yang ada di dalam dispenser tetap baik.
Universitas Sumatera Utara
b.
Menurunkan kejadian resiko penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebakan oleh terkontaminasinya air minum dengan bakteri pathogen.
c.
Terwujudnya perilaku yang sehat dan benar dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
2.5 Bakteri E.coli
2.5.1 Gambaran Umum E.coli
Escherechia mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran pencernaan
makanan manusia dan hewan berdarah panas. E.coli misalnya mula-mula diisolasi
oleh Escherich (1885) dari tinja bayi. Sejak dikrtahui bahwa jasad tersebut
tersebar pada semua individu, maka analisis bakteriologi air minum ditunjukkan
kepada kehadiran jasad tersebut. Walaupun adanya jasad tersebut tidak dapat
memastikan adanya jasad pathogen secara langsung, tetapi dari hasil yang di
dapat, memberikan simpulan bahwa bakteri Coli dalam jumlah tertentu di dalam
air dapat digunakan sebagai indikator adanya jasad patogen (Suriawiria, 1993).
E.coli dipandang sebagai organisme indeks yag paling sesuai untuk
kontaminasi feses. Dalam sebagian besar keadaan, populasi koliform termotoleran
didominasi oleh E.coli, akibatnya kelompok tersebut dipandang sebagai indeks
yang dapat diterima walaupun kurang reliabel untuk kontaminasi feses.
E.colimerupakan organisme pertama yang dipilih dalam program pemantauan
untukpembuktian, termasuk surveilans mutu air minum. Organisme tersebut juga
digunakan sebagai indikator desinfeksi,tetapi pengujiannya lebih lambat dan
kurang reliabel dibanding dengan pengukuran residu desinfektan. Selain itu,
E.colijauh lebih sensitif terhadap desinfeksi dibading dengan virus atau protozoa
Universitas Sumatera Utara
enterik. E.coliterdapat dalam jumlah tinggi pada feses manusia
dan hewan,
sehingga limbah cair dan air rentan terhadap pencemaran feses. Suhu air dan
kadar nutrien di dalam sistem distribusi airminum kemungkinan besar mendukung
pertumbuhan organisme ini (WHO, 2004).
Bakteri E.colidapat hidup pada lingkungan yang memiliki suhu 420C. Dari
sekitar 100-150 gram feses yang setiap hari dikeluarkan oleh seorang manusia,
ternyata di dalamnya mengandung sekitar 3x1011 (300 milyar) sel bakteri Coli
(Nugroho, 2006).
2.5.2 Sifat Bakteri E.coli
Menurut WHO (2000), bakteri E.coliadalah salah satu bakteri indikator untuk
menilai pelaksanaan sanitasi makanan. Bakteri ini merupakan salah satu zat
pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu dan
lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari 500.000 sel
dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000 (dua juta) sel,
dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 (satu milyar) sel.
Bakteri E.coli tidak bisa bertahan hidup pada tempat yang kering dan kena
pembasmi hama, dan akan mati pada suhu 600oC selama 30 menit. Bila dilihat
dibawah mikroskop maka kumpulan E.coli berwarna merah, sedangkan secara
makroskopik terlihat kilau metalik disekitar media (Depkes RI, 1991).
E.coli dapat tumbuh pada range temperatur 7°C-50°C dengan suhu optimum
untuk pertumbuhannnya adalah 37°C. E.coli dapat mati dengan pemasakan
makanan pada temperature 70°C. E.coli dapatberkembang biak pada makanan
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai aktivitas air minimum 0,95. E.coli dapat hidup di lingkungan
makanan yang asam pada pH dibawah4,4 (WHO, 2005).
2.5.3 Klasifikasi Bakteri E.coli
Menurut Nugroho (2006), jenis bakteri E.coliyang menjadi penyebab diare
akut dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu:
1. E.colienteropatogenik (EPEC)
E.colienteropatogenik menyebabkan gastroenteristis pada bayi yang baru lahir
hingga umur 2 tahun sehingga terjadi kegagalan pertumbuhan pada bayi,
khususnya di negara-negara berkembang. E.coli ini menyebabkan lesu melalui
pengikisan permukaan usus.
2. E.colienteroinvasif (EIEC)
Serotipe-serotipe E.coli tertentu selain kelompok enteropatogenik, ditemukan
sebagai salah satu penyebab diare akut pada anak-anak yang lebih besar dan
orang dewasa. E.coliini menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan
sindrom klinis yang mirip denga sindrom yang diakibatkan oleh Shigella, yaitu
demam, diare, muntah, dan kram. Galur ini dikenal sebagai enteroinvasif,
virulensi terhadap epitel usus dan penularan didukung dengan sanitasi yang
buruk.
3. E.colienterotoksigenik (ETEC)
E.coli enterotoksigenik merupakan penyebab utama travellers diarrhed (diare
pelancong) yang menyerang bayi-bayi di negara yang berkembang. Galurgalur bakteri kelompok enterotoksigenik menghasilkan satu atau dua macam
enterotoksin yang berbeda. Beberapa galur menghasilkan toksin yang tahan
Universitas Sumatera Utara
panas (TP), sedangkan yang lain merupakan toksin yang tidak tahan panas
(TTP). Kedua macam toksin ini menyebabkan diare pada orang dewasa dan
ank-anak.
4. E.colienterohemoragik (EHEC)
E.colienterohemoragik sering dijumpai pada makanan yang tercemar feses
sapi. E.coli jenis kelompok enterohemoragik ini menghasilkan toksin
hemoragik dan dapat berkembang menjadi uremik hemofilik dan gagal ginjal
akut (Salman 2003).
2.5.4 Pengaruh Bakteri E.coli Bagi Kesehatan Manusia
Bakteri E.coliterdapat pada feses manusia, baik manusia yang sehat maupun
yang sakit. E.coli akan menjadi berbahaya apabila terkontaminasi dengan
makanan ataupun minuman. Menurut WHO (2011), ada beberapa pengaruh E.coli
bagi kesehatan Manusia berdasarkan jenis klasifikasinya:
1.
Serotip EHEC, misalnya E.coli O157:H7 dan E.coliO111, menyebabkan diare
yang berkisar dari kasus ringan dan tanpa darah sampai sangat berdarah, yang
tidak dapat dibedakan dengan kolitis hemoragik. Antara 2% dan 7% kasus
dapat mengalami si drom uremik hemolitik (haemolytic uraemic syndrome,
HUS) yang berpotensi mematikan yang ditandai dengan gagal ginjal akut dan
anemia hemolitik. Balita merupakan kelompok paling beresiko mengalami
HUS. Infektivitas strain EHEC secara bermakna lebih lebih tinggi dibanding
dengan strain lain. Sedikitnya 100 EHEC organisasi dapat menyebabkan
infeksi.
Universitas Sumatera Utara
2.
ETEC memproduksi enterotoksin E.coliyang labil atau stabil terhadap panas,
atau kedua jenis toksin itu sekaligus, dan merupakan penyebab penting diare
di negara berkembang, terutama pada anak kecil. Gejala infeksi ETEC
mencakup diare encer ringan, kram perut, mual, dan sakit kepala.
3.
Infeksi EPEC dikaitkan dengan diare tanpa darah yang kronis dan parah,
muntah, dan demam pada bayi. Infeksi EPEC jarang terjadi di negara
berkembang, diperlihatkan dengan adanya kasus malnutrisi, kehilangan berat
badan, dan retardasi pertumbuhan pada bayi.
4.
EIEC menyebabkan diare encer dan sesekali diare berdarah jika strain ini
menyerang sel kolon (usus besar) melalui mekanisme patogenik yang serupa
dengan mekanisme Shigella.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konsep
AMDK galon
dalam dispenser
Karakteristik Sampel
- Kondisi AMDK Galon
dan kondisi dispenser
yang digunakan
Kandungan bakteri
- Perilaku Konsumen
AMDK Galon
(Kebiasaan
Uji
Laboratorium
E.colipada AMDK
galon
membersihkan
dispenser dan
Kebiasaan saat
mengganti AMDK
Galon)
Universitas Sumatera Utara
Download