Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik-Integratif pada Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta Vera Yuli Erviana Elementary Teacher Education Departement, Ahmad Dahlan University [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesiapan pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif berdasarkan aspek Emotive-Attitudeinal Readiness, Cognitive Readiness, dan Behavioral Readinessbagi bagi guru SD di Kota Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum 2013. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian survei. Populasi penelitian adalah guru kelas I dan IV yang terdapat di wilayah Kota Yogyakarta sebanyak 102 guru dengan sampel sebanyak 48 guru SD yang berasal dari 10 SD negeri dan 2 SD swasta yang dijadikan pilot project berdasarkan data dari Kemendikbud DIY.Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kuantitatif.Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket kesiapan guru dan didukung dengan wawancara tertutup.Teknik analisis data dilakukan dengan teknik persentase dengan data dibuat secara kategorikal. Hasil penelitan menunjukkan bahwa persentase kesiapan guru SD di Kota Yogyakarta dalam melaksanakan pembelajaran tematik-integratif pada Kurikulum 2013 dilihat dari aspek Emotive-Ettitudinal sebesar 80,75% (sangat siap), aspek Cognitive Readiness sebesar 73,78% (siap), dan aspek Behavioral Readiness diperoleh persentase sebesar 84,55% (sangat siap). Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru sekolah dasar di Kota Yogyakarta sudah siap melaksanakan pembelajaran tematik-integratif. Kata Kunci: Kesiapan Guru, Tematik-Integratif, Kurikulum 2013 97 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… menuju Kurikulum 2013 memunculkan Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan sebuah tantangan baru bagi guru.Konsep dan teknologi telah membawa perubahan Kurikulum 2013 ini menuntut guru agar dihampir semua aspek kehidupan manusia menerapkan pembelajaran berbasis tematik- dimana berbagai permasalahan hanya dapat integratif.Pembelajaran tematik bukanlah dipecahkan dengan upaya penguasaan dan hal yang baru bagi para guru SD di negara peningkatan kita ilmu pengetahuan dan ini.Sejatinya model pembelajaran teknologi.Selain manfaat bagi kehidupan tematik telah diperkenalkan pula pada manusia disatu sisi perubahan tersebut juga kurikulum telah membawa manusia ke dalam era kurikulum KTSP. Pada kurikulum KTSP persaingan global yang semakin ketat.Agar pembelajaran tematik sudah diterapkan pada mampu berperan dalam persaingan global, kelas I, II, dan III SD. Walau sudah maka sebagai bangsa kita perlu terus diterapkan di kelas I, II, dan III pada saat mengembangkan dan meningkatkan kualitas kurikulum KTSP berjalan, pelaksanaan sumber daya manusianya.Oleh karena itu, pembelajaran tematik dirasa masih sangat peningkatan kualitas sumber daya manusia kurang efektif. yang sebelumnya yaitu merupakan kenyataan yang harus dilakukan Perubahan kurikulum KTSP menjadi secara terencana, terarah, intensif, efektif Kurikulum 2013 telah disiapkan oleh dan efisien dalam proses pembangunan, pemerintah.Berbagai upaya telah dilakukan kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing oleh pemerintah sebelum kurikulum yang dalam menjalani era globalisasi tersebut. baru ini benar-benar diterapkan pada tahun Irianto, Y.B. (2011: 5), menyatakan bahwa hendaknya baru 2013.Kegiatan uji publik mampu dilakukan untuk memperoleh masukan dari melahirkan lapisan masyarakat terdidik dan berbagai lapisan masyarakat.Seminar dan menjadi kekuatan yang merekatkan unit- pelatihan-pelatihan unit sosial di dalam masyarakat. Upaya persiapan menghadapi Kurikulum 2013 ini pembaharuan dan peningkatan kualitas juga telah dirancang sedemikian rupa.Hal- pendidikan hal tersebut dilakukan oleh pemerintah pemerintah diterapkannya Kurikulum pendidikan ajaran memastikan kurikulum 2013 yang baru yaitu merupakan bagi guru dalam tentunya bertujuan agar ketika Kurikulum 2013 ini dilaksanakan tidak memiliki penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang kendala dan halangan yang berarti bagi para telah berjalan sebelumnya.Seiring dengan guru sebagai pelaksana di lapangan. kepastian pemerintah pengembangan terkait kurikulum dari dengan KTSP Pengalaman dari kebijakan- kebijakan sebelumnya mengenai kurikulum JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 98 banyak pihak yang mengeluhkan pergantian Menurut Bandura dkk (Maddox, N. kurikulum. Pergantian kurikulum terjadi dkk, 2000: 277), menjelaskan kesiapan begitu cepat sehingga membuat para guru terdiri kesulitan dalam melaksanakan apa yang attitudeinal readiness(kesiapan sikap dan dimaksudkan dalam kurikulum tersebut emosi);2) cognitive readiness(kesiapan dalam kegiatan di lapangan. Sejatinya kognitif), dan 3)behavioral perubahan sudah readiness(kesiapan perilaku).Tiga macam ditentukan dan disesuaikan dengan tuntutan kesiapan tersebut menjadi kajian untuk dan kebutuhan yang ada, namun sosialisasi melaksanakan yang kurang dan persiapan yang kurang gurumasih sangat kurang dalam memenuhi matang biasanya menjadi penghambat dan setiap kompetensi dalam rangka mencapai tantangan tujuan pembelajaran tematik-integratif. kurikulum dalam memang pelaksanaannya di dari lapangan.Tidak sedikit pihak-pihak yang Maka tiga bagian:1) penelitian dari itu ini. emotive Kesiapan sosialisasi dan menyuarakan bahwa setiap ganti menteri pelatihan Kurikulum 2013 terhadap guru- kurikulum ikut berganti. guru sebagai pelaksana di lapangan menjadi Sebelum dipastikan berbagai Kurikulum diterapkan isu 2013 sudah baik yang kontra.Argumen-argumen ini muncul pro yang dan bersifat sebuah hal yang penting dan wajib hukumnya. Mengingat, guru sebagai motor utama penentu keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 ini di lapangan. Kesiapan kontra muncul bukan karena tidak punya dan alasan. Persiapan Kurikulum 2013 yang Kurikulum 2013 harus dimiliki oleh semua dinilai terlalu mepet guru. dan tergesa-gesa pemahaman Pemahaman terhadap ruh guru terhadap ruh inilah yang akan menjadi sebuah hal yang sering menjadikan Kurikulum keraguan akan keberhasilan pelaksanaan menjadikan guru bisa melakukan tindakan Kurikulum yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang 2013 ini. Seperti yang dinyatakan oleh ketua Persatuan Guru ada Republik Indonesia (PGRI)Daerah Istimewa demikian kesiapan dan pemahaman guru Yogyakarta terhadap Kurikulum 2013 ini menjadi hal (DIY)Zainal Fanani, dalam 2013 guru Kurikulum yang terlalu keberhasilan dan pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013 ''Pelaksanaan tergesa-gesa dan menentukan Dengan menganggap pelaksanaan Kurikulum 2013 tergesa-gesa. sangat 2013. dalam Kurikulum 2013. dipaksakan pada tahun ajaran baru 2013 ini Berdasarkan latar belakang masalah nanti hasilnya tidak sesuai dengan yang yang diuraikan di atas, identifikasi masalah diharapkan dan hanya kulitnya saja”. yang diambil yaitu (a) pengembangan 99 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum Behavioral Readinessbagi guru SD di Kota 2013 memunculkan tantangan baru bagi Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum guru; (b) pelaksanaan pembelajaran tematik 2013. masih kurang efektif; (c) sosialisasi dan Kesiapan berasal dari kata “siap” persiapan Kurikulum 2013 yang kurang mendapat awalan ke- dan akhiran -an. matang membuat guru kesulitan dalam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia melaksanakan program pemerintah, dan (4) (2003), menjelaskan kesiapan adalah suatu guru belum siap dalam melaksanakan keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan pembelajaran tematik-integratif berdasarkan sesuatu. Thorndike (Bower, 2000: 27), aspek Readiness, menyatakan Behavioral kesiapan (law of readiness) sebagai berikut. Emotive-Attitudeinal Cognitive Readiness dan Readiness. Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi penelitian ini tentang kesiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif berdasarkan aspek Emotive-Attitudeinal Cognitive Readiness Readiness, danBehavioral Readinessdi Kota Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum 2013. yang hukum Thordike recognized several forms of readines; if a strong desire for an action sequence is aroused, then the smooth carrying out of that sequence is satisfying; if that action sequence is thwarted or blocked from completion, then such blocking is annoying; if an action is fatigued (tired out) or satiated, then forcing a further repetition of act is annoying. diambil ada beberapa kondisi yang akan muncul yaitu pada hukum kesiapan ini, diantaranya: (a) tentang kesiapan pelaksanaan pembelajaran jika individu siap untuk bertindak dan mau tematik-integratif aspek melakukannya, maka ia akan merasa puas, Emotive-Attitudeinal Readiness, Cognitive (b) jika individu siap untuk bertindak, tetapi Readiness Readinessbagi ia tidak mau melakukannya, maka timbulah guru SD di Kota Yogyakarta terhadap rasa ketidakpuasan, (c) jika belum ada penerapan Kurikulum 2013. Berdasarkan kecenderungan bertindak, namun ia dipaksa rumusan masalah tersebut, maka tujuan melakukannya, maka melakukannya akan yang ingin dicapai pada penelitian ini menjengkelkan, adalah kesiapan organisme didukung oleh kesiapan yang pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif kuat untuk memperoleh stimulus maka berdasarkan pelaksanaan Readiness, masalah dalam Artinya bahwa menurut Thorndike Berdasarkan batasan masalah maka rumusan kesiapan berdasarkan danBehavioral mendeskripsikan aspek Cognitive Emotive-Attitudeinal Readiness, dan dan tingkah (d) jika laku suatu akan menimbulkan kepuasan individu sehingga JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 100 asosiasi cenderung diperkuat. Kesiapan tugasnya.Selain ketiga aspek kesiapan yang akan dapat kita capai apabila ada harapan, telah diuraikan di atas. dan usaha dalam bentuk perbuatan yang Disini juga perlu diperhatikan aspek berulang-ulang hingga mencapai tujuan kesiapan dari segi administratif.Menurut yang diinginkan yaitu berupa kesuksesan. Satori (Danim, 2011: 14), menjelaskan Menurut Bandura dkk (Maddox, N. bahwa administrasi merupakan keseluruhan dkk, 2000: 277), menjelaskan kesiapan kerjasama dengan memanfaatkan semua terdiri dari tiga sumber personil dan materil yang tersedia bagian: (a) Emotive Attitudeinal Readiness atau kesiapan sikap dan dan emosi terdiri dari: kesiapan pendidikan yang telah ditetapkan secara emosional diasumsikan sebagai tanggung efektif dan efisien. Dalam hal ini kesiapan jawab untuk melakukan suatu tugas; (2) administrasi dapat dijelaskan sebagai aspek antusiasme (3) yang mendukung pelaksanaan pembelajaran kemauan beradaptasi dengan tugas sewaktu- tematik-integratif dalam Kurikulum 2013. waktu, (4) kenyamanan dan kemandirian Sesuai dalam (5) Pendidikan Republik Indonesia Nomor 41 mengapresiasi nilai intrinsik dalam suatu Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk tugas, atau satuan pendidikan dasar dan menengah kesiapan kognitif terdiri dari: (1) memiliki menyatakan bahwa standar proses untuk ketrampilan kognitif dan berpikir kritis yang satuan pendidikan dasar dan me¬nengah penting untuk melakukan tugasnya, (2) mencakup sadar akan kekuatan dan kekurangan, (3) pembelajaran, pelaksanaan proses sudah membuat hubungan antara tugas yang pembelajaran, penilaian hasil dilakukan dengan kenyataan di lapangan, pem¬belajaran, dan pengawasan proses (4) sadar akan nilai diri dan kemauan untuk pembelajaran. Maka dari itu kesiapan menjalankan mampu administrasi yang dimaksud di sini adalah mengintegrasikan konsep-konsep dan alat- kesiapan dukungan material yang dapat alat dari berbagai disiplin keilmuan, (c) membantu Behavioral perilaku terhadap suatu menjalankan (b) menjalankan dan dari: fungsi dan Readiness Readiness terdiri tugas, tugas, Cognitive tugas, (1) (5) sesuai untuk dengan mencapai Peraturan tujuan Menteri perencanaan mempermudah proses pelaksanaan atau kesiapan pembelajaran (1) bersedia Kurikulum 2013 seperti: buku teks, panduan kemitraan dengan kurikulum, rekan-rekan mereka dalam bekerja dan sebagainya. tematik-integratif panduan asesmen, pada dan fasilitator, dan (2) mahir mengatur waktu Kesiapan guru sangat pentingkarena untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan dalam tujuan Kurikulum 2013, diantaranya 101 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… mendorong peserta didik mampu lebih Pembelajaran tematik-integratif baikdalam melakukan observasi, bertanya, memberikan kesempatan kepada peserta bernalar, didik untuk menghubungkan pengalaman dan mengkomunikasika- mempresentasikan, apa peroleh setelah yang menerima mereka dan pengetahuan sehingga peserta didik materi lebih mudah menyelesaikan masalah dan pembelajaran. memenuhi Kemdikbud (2013: 9) menjelaskan kebutuhan Pembelajaran pendekatan merupakan yang akan pengetahuan (Huber & Hutchings, 2008: 1). pembelajaran tematik-integratif merupakan pembelajaran mereka tematik-integratif terapan dari di SD pembelajaran mengintegrasikan berbagaikompetensi dari terpadu yaitu mengintegrasikan beberapa berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai aspek baik dalam mata pelajaran maupun tema.Pengintegrasian antar mata pelajaran dalam sebuah tema. dalam dua hal, tersebut dilakukan yaituintegrasi sikap, Tema pengetahuan dalam pembelajaran tematik-integratif adalah yang proses pembelajaran dan integrasi berbagai berkaitan dengan diri dan lingkungan konsep dasar yang berkaitan.Tema ini peserta didik sehingga pembelajaran akan menjadi yang lebih mata sekolah yang relevan dengan kehidupan pelajaran.Pembelajaran tematik dimaknai peserta didik akan membantu peserta didik sebagai pembelajaran yang dirancang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam dikemas berdasarkan tema-tema tertentu kehidupan sehari-hari dan dapat memberi dan pembelajaran keterampilan, dan alat beragam dalam pemersatu dari materi berbagai pembahasannya tema-tema ditinjau dari berbagai mata pelajaran. tematik-integratif bahwa pembelajaran merupakan dikembangkan konkret. Pengalaman bagaimana dalam belajar di bersosialisasi dengan masyarakat. Selanjutnya, Trianto (2012: 43) juga mengemukakan yang tipe Keterampilan-keterampilan menurut Fogarty (1991: keterampilan berpikir sosial 77) belajar meliputi (tinking (social skill), pembelajaran tematik yang menggunakan ketemapilan pendekatan antarbidang studi. Model ini keterampilan dilakukan dengan cara menggabungkan skill).Fogarty (1991: xv) menyebutkan ada bidang studi dengan menetapkan prioritas 10 kurikuler dan menemukan keterampilan, terintegrasi antara lain: 1) fragmented; 2) konsep, dan sikap yang saling tumpang connected; 3) nested; 4) sequenced; 5) tindih di dalam beberapa bidang studi. shared; mengorganisir skill) (organizing model pembelajaran terpadu 6) integrated; webbed; 9) 7) dan yang threaded; immersed; dan 8) 10) JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 102 networked. Selanjutnya, Fogarty (1991: 76) pembelajaran sudah terkonsep dengan baik menambahkan: dan bisa berjalan dengan lancar.Adapun The integrated curricular model represents a cross displinary approach similar to the shared model. The integrated model blends the four major disciplines by setting curricular priorities in each and finding the overlapping skills, concepts, and attitude in all four. tahapan-tahapan tersebut menurut Trianto (2010: 64-67) adalah sebagai berikut:a) Tahap Perencanaan,merupakan awal dari proses merancang sebuah model pembelajaran tematik. Pada tahap awal ini mulai terbentuk konsep bagaimana dan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program.Pertama kali guru harus menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi. akan dilaksanakan. Pada tahap perencanaan ini meliputi beberapa bagian yaitu 1) Pemilihan Tema, pada dasarnya pemilihan tema merupakan fokus utama dalam pembelajaran tematik. Dimana dari tema tersebut akan mengakomodir materimateri dari berbagai mata pelajaran yang bisa disampaikan dalam satu tema. Adapun beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tema pada model pembelajaran tematik (Trianto, 2011: 155) sebagai berikut: (a) tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; (b) tema harus bermakna; (c) tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembanganpsikologi peserta didik; (d) tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat peserta didik; (e) tema Guru dalam penerapan pembelajaran tematik-integratif langkah-langkah dalam yang perlu yang merancang memperhatikan harus model dilakukan pembelajran tematik-integratif. Tujuan dari mengikuti langkah-langkah tersebut adalah agar yang dipilih hendaknya memperhatikan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi didalam rentang waktu belajar; (f) tema yang dipilih hendaknya memperhatikan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi); dan (g) tema 103 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… yang dipilih hendaknya penulisan mempertimbangkan ketersediaan sumber behavior, belajar. MenentukanLangkah-langkah 2) juga Menentukan Pelajaran. Karakteristik Jenis Mata matapelajaran yang meliputi: condition dan Pembelajaran. audience, degree. 6) Langkah-langkah menjadi hal yang juga penting untuk pembelajaran diperlukan oleh guru untuk diperhatikan.Standar yang mengintegrasikan dan mengorganisasikan dikembangkan juga harus sesuai dengan pembelajaran agar dapat berjalan secara tema yang telah dipilih.Menurut Fogarty terstruktur.b) Tahap Pelaksanaan, prinsip (199: 28) menyatakan bahwa untuk jenis utama dalam pelaksanaan pembelajaran pembelajaran sosial dan bahasa dapat terpadu, meliputi: 1) guru hendaknya tidak dipadukan dengan keterampilan berpikir menjadi single actor yang mendominasi (thinking skill) dengan keterampilan sosial dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru (social skill). 3) Memilih Kajian Materi, sebagai Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan memungkinkan Indikator.Pada langkah ini guru diharapkan pembelajar mandiri; 2) pemberian tanggung mampu menentukan dengan baik sub-sub jawab individu dan kelompok harus jelas keterampilan masing-masing dalam setiap tugas yang menuntut adanya keterampilan yang dapat diintegerasikan kerja sama kelompok, dan 3) guru perlu dalam 4) akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang yang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses dalam perencanaan.c) Tahap Evaluasi, tahap ini satu Menentukan kompetensi dari tema pembelajaran. Sub-Keterampilan Dipadukan. Perlu memadukan diperhatikan keterampilan-keterampilan fasilitator harus dalam peserta memperhatikan didik prinsip evaluasi pembelajaran Secara umum keterampilan yang harus memberikan kesempatan kepada peserta dikuasai meliputi keterampilan berpikir didik untuk melakukan evaluasi diri di (thinking skill),keterampilan sosial (social samping bentuk evaluasi lainnya, dan 2) skill), dan keterampilan mengorganisasikan guru perlu mengajak para peserta didik (organizer skill).5) Merumuskan Indikator untuk mengevaluasi perolehan belajar yang Hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar telah dan sub-keterampilan yang dikembangkan keberhasilan pencapaian tujuan yang akan maka dicapai. juga keberhasilan dipilih pencapaian indikator dalam dicapai Berdasarkan antara menjadi yang akan diintegrasikan dalam satu tema. harus terpadu pembelajaran berdasarkan teori lain: 1) kriteria yang pembelajaran. Dimana dalam merumuskan dikemukakan sebelumnya, kesiapan dalam indikator penelitian ini terdiri dari tiga aspek antara harus berdasarkan kaidah JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 104 lain: (a) aspek Emotive-Attitudeinal Berdasarkan uraian di atas, maka Readinesatau kesiapan sikap dan emosi pertanyaan penelitiannya yang dimaksudkan dalam penelitian ini bagaimana kesiapan adalah guru bertanggung jawab dalam pembelajaran tematik-integratif berdasarkan proses pembelajaran; guru berkeinginan aspek Emotive-Attitudeinal Readiness bagi kuat dalam melaksanakan pembelajaran; guru SD di Kota Yogyakarta terhadap guru mampu beradaptasi dengan rekan, penerapan Kurikulum 2013?; (b) bagaimana tugas, lingkungannya; guru mandiri dalam kesiapan menjalankan tematik-integratif tugas, dan mengapresiasi adalah (a) pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan aspek terhadap penerapan pembelajaran melalui Cognitive Readiness bagi guru SD di Kota penerapan berbagai sumber belajar dan Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum metode yang sesuai dengan Kurikulum 2013, 2013, (b) aspek Cognitive Readiness atau pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif kesiapan kognitif yang dimaksudkan dalam berdasarkan penelitian ini adalah guru berpikir kritis Readinessbagi guru SD di Kota Yogyakarta yang ditunjukkan mampu membuat peserta terhadap penerapan Kurikulum 2013? dan (c) bagaimana aspek kesiapan Behavioral didik aktif, kreatif dalam mengembangkan ide, sesuai dengan tingkat kecerdasan dan Metode Penelitian penalaran peserta didik; guru sadar akan Penelitian ini termasuk jenis kelebihan dan kekurangan Kurikulum 2013; penelitian survei yang bertujuan untuk guru menilai bahwa pembelajaran relevan mengetahui kesiapan guru sekolah dasar dengan kondisi di lapangan; guru memiliki dalam pelaksanaan pembelajaran tematik- kemauan yang melalui integratif pada Kurikulum 2013.Informasi kesadaran diri ketidakpahaman yang terkumpul dapat dijadikan sebagai Kurikulum 2013; ditunjukkan akan dan guru mampu dasar atau landasan untuk membuat menggabungkan konsep-konsep dan alat- rekomendasi dalam mendukung kebijakan alat dari berbagai mata pelajaran, dan (c) atau Aspek Behavioral Readiness atau kesiapan pembelajaran tematik-integratif. perilaku pelaksanaan Penelitian survei ini mengacu pada bersedia langkah-langkah penelitian survei yang menjalankan fungsi kemitraan dengan rekan dikemukakan Rea dan Parker(Sukmadinata, kerja, dan guru mampu mengatur waktu N.S. dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan identification of the focus of the study and tugas. method of research; (2) the research ini dimaksudkan tentang dalam penelitian yang keputusan adalah guru 2010: 90) sebagai berikut: (1) 105 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… schedule and budget;(3) establishment of sembilan implementation of the surveypada an information based; (4) the sampling tahap ini peneliti melaksanakan penelitian frame; (5) determination of sample size survei, tahap kesepuluh codification of the and sampel selection; (6) design of the completed questionnaires and computerized survey instrument; (7) pretest of survey data entry pada tahap ini peneliti melakukan instrument; (8) selection and training penandaan dan melengkapi angket serta intervie; memasukkan (9) implementation of the data pada komputer,dan survey,; (10) codification of the completed terakhir adalah data analiysis and final questionnaires and computerized data report pada tahap terakhir ini peneliti entry, and (11) data analiysis and final menganilisis dan melaporkan. report. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rencana penelitian mulai dari SD wilayah Kota Yogyakarta.Pada identification of the focus of the study and penelitian ini, yang menjadi populasi adalah method of research pada tahap ini peneliti guru mengidentifikasi fokus dan metode yang sampling yang digunakan dalam penelitian akan digunakan dalam penelitian, pada ini tahap kedua the research schedule and sampling dimana subjek ditentukan oleh budget yaitu membuat jadwal penelitan dan peneliti. Penentuan sampel yang dijadikan anggaran responden penelitian, pada tahap tiga SD di Kota adalah Yogyakarta.Teknik menggunakan dalam penelitian ini Krejcie and establishment of an information basedpada menggunakan tahap ini peneliti membangun informasi Morgan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dasar, tahap empat the sampling framepada pada Tabel 1 di bawah ini. tahap ini peneliti menentukan sampel, tahap Tabel 1.Jumlah Populasi dan Sampel SD di lima determination of sample size and Kota Yogyakarta sampel selection pada tahap ini peneliti menjelaskan ukuran sampel dan tabel purposive Populasi Guru SD Sampel Guru SD 102 48 cara memilih sampel, tahap keenam design of the Teknik pengumpulan data survey instrumentpada tahap ini peneliti digunakan dalam penelitian ini adalah membuat instrumen survei, tahap ke tujuh angket yang berupa angket tertutup dan pretest of survey instrumentpada tahap ini angket terbuka.Dari hasil angket yang peneliti terhadap diperoleh akan dilakukan skoring dengan instrumen, tahap kedelapan selection and rentang 1-4.Instrumen pengumpulan data training interviewpada tahap ini memilih dalam penelitian ini adalah lembar angket dan berlatih untuk mewawancarai, tahap ke dan melakukan uji coba pedoman wawancara.Angket digunakan untuk yang ini mengumpulkan data JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 106 kesiapan guru pembelajaran dalam pelaksanaan tematik-integratif pada Kurikulum 2013. Tabel 2.Kisi-KisiAngket Terbuka Kesiapan Guru Sekolah Dasar Tabel 2.Kisi-KisiAngket Tertutup Kesiapan Guru Sekolah Dasar No 1 2 3. Sub Varia-bel Indikator Emotive Attitudinal tanggung jawab antusias kemauan beradaptasi kemandirian mengapresia si nilai instrinsik dalam suatu tugas berpikir kritis sadar akan kekurangan dan kelebihan berpikir secara kontekstual sadar akan nilai diri dan kemauan mampu mengintegra sikan berbagai disiplin keilmuan menjalankan fungsi kemitraan mahir mengatur waktu Cognitive Readines Behavior -al Readines Jumlah Butir Posi Negat tif if (-) (+) 1,2 No Sub Varia-bel Indikator 1 Emotive Attitudinal tanggung jawab antusias kemauan beradaptasi kemandirian mengapresia si nilai instrinsik dalam suatu tugas berpikir kritis sadar akan kekurangan dan kelebihan berpikir secara kontekstual sadar akan nilai diri dan kemauan mampu mengintegra sikan berbagai disiplin keilmuan menjalankan fungsi kemitraan mahir mengatur waktu 3 4 5 6 2 Cognitive Readines 7 8 9 10 11 12 3. Behavior -al Readines 13,14 Jumlah Nom or Butir 1 Jumla h butir 1 2,3 4 2 1 5 6 1 1 7 1 8 1 9 1 10 1 11 1 12 1 13 1 13 15 Teknik 15 analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik presentase. Purwanto Berikut ini adalah kisi-kisi angket terbuka kesiapan guru pembelajaran dalam melaksanakan tematik-integratif Kurikulum 2013. sesuai (2008:219) menyatakan bahwa presentase nilai jawaban responden didapat melalui Rumus: 107 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil x 100% Hasil presentase, dikategorikan menjadi kemudian empat kategori presentase Emotive-Attitudinal untuk Kota Yogyakarta adalah sebesar 80,73%, yang meliputi presentase tanggung jawab sebesar sebagai berikut. Tabel 3. Interpretasi Secara Kualitatif dari Persentase Persentase Kategori 79,43%, presentase antusias sebesar 76,04%, presentase kemauan beradaptasi sebesar 81,77%, presentase kemadirian 76% < x ≤ 100% Sangat siap sebesar 51% < x ≤ 76% Siap mengapresiasi 26% < x ≤ 51% Kurang Siap 84,38%. 0% ≤ x ≤ 26% Tidak siap terbuka pada aspek Emotive-Attitudinal 83,33%, sudah Hasil Penelitian Hasil dan nilai presentase intrinsik sebesar Sedangkan untuk hasil angket dikatakan sangat siap hal ini ditunjukkan dengan guru selalu berusaha penelitian tentang kesiapan mencari informasi pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif pembelajaran berdasarkan melaksanakan pembelajaran yang mengacu Readiness, aspek Emotive-Attitudeinal Cognitive Readiness, tematik-integratif, pada tema yang ada, menggunakan metode danBehavioral Readiness bagi guru SD di pembelajaran Kota menggunakan sumber belajar yang dekat Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum 2013. Berikut adalah hasil Tanggung Jawab dan Berdasarkan hasil angket terbuka tentang kesiapan guru dari sisi emotive- Tabel 2. Persentase Emotive-Attitudinal di Kota Yogyakarta Kriteria bervariasi, dengan siswa. presentase kesiapan Emotive-Attitudinal di Kota Yogyakarta: yang Nilai Skor Jawaban Prosentase (%) 305 79,43 Antusias Kemauan Beradaptasi 146 76,042 157 81,77 Kemandirian Mengapresias i Nilai Intrinsik 160 83,33 162 84,375 Total 930 80,73 attitudinal di Kota Yogyakarta yang terdiri Kategor i dari tanggung jawab, antusias, kemauan Sangat siap Sangat siap Sangat siap Sangat siap nilai Sangat siap Sangat siap informasi mengenai pembelajaran dengan beradaptasi, kemandirian, instrinsik dalam mengapresiasi suatu tugas menunjukan bahwa guru siap. Tanggung jawab ditunjukan melaksanakan dengan kurikulum guru 2013 sudah dengan beberapa kekurangan. Antusiasme guru ditunjukan dengan guru selalu mencari pelaksanaan cara mengikuti sosialisasi, pelatihan, diklat, dan membaca JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 108 buku pegangan. beradaptasi Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil melaksanakan presentase Cognitive Readiness untuk Kota pembelajaran yang berpedoman pada buku Yogyakartaadalah sebesar 73,78%, yang yang berikan pemerintah, mencari informasi meliputi presentase berpikir kritis sebesar terkait dari berbagai media, menyesuaikan 77,6%, presentase sadar akan kekurangan petunjuk buku yang yang diberikan ketika dan kelebihan sebesar 61,72%, presentase diklat, melaksanakan pembelajaran sesuai berpikir secara kontekstual sebesar 75%, dengan presentase ditunjukan Kemauan dengan pelatihan yang sadar akan nilai diri dan diterima.Kemandirian ditunjukan melalui kemauan sebesar 92,71%, dan presentase pelaksanaan pembelajaran secara mandiri mampu mengintegrasikan berbagai disiplin tanpa didampingi, melakukan diskusi, kerja ilmu sebesar 73,96%. Sedangkan untuk kelompok rekan hasil angket terbuka pada aspek Cognitive sejawat.Mengapresiasi nilai instrinsik dalam Readinesssudah dikatakan siap hal ini dapat suatu tugas melalui penerapan berbagai dilihat sumber belajar dan metode yang sesuai kurikulum dengan kurikulum 2013. meningkatkan kemampuan peserta didik Berikut dengan adalah hasil dari pernyataan 2013 sudah guru, bahwa sesuai untuk presentase tetapi masih perlu penyempurnaan,dapat kesiapan Cognitive Readiness di Kota menganalisis kelebihan dan kekurangan Yogyakarta: pembelajaran Tabel 3. Persentase Cognitive Readiness di Kota Yogyakarta Kriteria Berpikir Kritis Sadar akan kekurangan & kelebihan Berpikir secara kontekstual Sadar akan nilai diri dan kemauan Mampu mengintegra sikan berbagai disiplin ilmu Total Nilai Skor Jawa ban Prosentase (%) 149 77,604 pembelajaran dengan Kategori tematik-integratif kondisi sosial, sesuai budaya, dan lingkungan sekitar, memahami kekurangan dan Sangat siap tematik-integratif, kelebihan diri dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, dan memilih metode yang disesuai dengan tema. 237 61,72 Siap 144 75 Siap 178 92,71 Sangat siap Kesiapan guru dari sisi cognitive readiness di Kota Yogyakarta yang terdiri dari berpikir kritis, sadar akan kekurangan dan kelebihan, berfikir secara kontekstual, sadar akan nilai diri dan kemauan, mampu 142 73,96 Siap mengintegrasikan berbagai disiplin keilmuan menunjukan bahwa guru siap. 850 73,78 Siap Berpikir kritis ditunjukan melalui penilaian guru bahwa pembelajaran tematik-integratif 109 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… sudah tepat untuk anak sekolah dasar karena 2013, pembelajaran tersebut membuat peserta mengimplementasikan kurikulum 2013, dan didik aktif, kreatif mengembangkan ide, guru harus melakukan simulasi percobaan sesuai dengan tingkat kecerdasan dan terlebih dahulu sebelum mengajar. Mampu penalaran mengintegrasikan peserta didik, dan melalui berusaha menguasai berbagai dan disiplin pembelajaran dapat menerapkan nilai-nilai keilmuan ditunjukan melalui kemampuan atau (mengamati, guru dalam mengintegrasikan muatan mata menanya, menalar, mencoba, mengolah, pelajaran, dan menyajikan pembelajaran menyajikan, melalui pendekatan scientific. sifat-sifat ilmiah menyimpulkan, mengomunikasikan). Guru dan sadar akan Berikut adalah hasil presentase kekurangan kurikulum 2013 ditunjukan kesiapan Behavioral Readiness di Kota dengan Yogyakarta: merasa lemah apabila mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, Tabel 4. Persentase Behavioral Readiness di Kota dan Kesehatan diampu oleh guru bidang Yogyakarta studi, guru belum menguasai tetapi harus menyampaikan dan menerapkan kepada Kriteria waktu pembelajaran terbatas guru kesulitan Menjalankan fungsi kemitraan Mahir mengatur waktu menyelesaikan materi sesuai jadwal. Guru Total peserta didik, anak-anak yang kurang mampu akan tertinggal dengan teman, Nilai Skor Jawaban Prosent ase (%) Kategori 328 85,42 Sangat siap 159 82,813 Sangat siap 487 84,55 Sangat siap sadar akan kelebihan kurikulum 2013 ditunjukan dengan pendapat guru bahwa Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil pembelajaran lebih bermakna, mengaktifkan presentaseBehavioral Readiness untuk Kota siswa, siswa mampu berpikir sendiri sesuai Yogyakarta adalah sebesar 84,55%, yang pengalaman, dipahami meliputi presentase menjalankan fungsi peserta didik dan prospek jangka panjang kemitraan sebesar 85,42%, dan presentase karakter peserta didik lebih terbentuk. mahir mengatur waktu sebesar 82,81%. Berpikir Sedangkan untuk hasil angket terbuka pada dengan materi secara mudah kontekstual pelaksanaan ditunjukan pembelajaran aspek Behavioral Readinessdikatakan disesuaikan dengan lingkungan, budaya, sangat siap hal ini ditunjukkan dengan guru sosial disekitar agar pembelajaran bermakna melakukan diskusi dengan teman sejawat dan berhasil. Sadar akan nilai diri dan tentang kendala yang dihadapi kemauan ditunjukan melalui kesadaran diri melaksanakan kurikulum 2013 agar tujuan akan ketidakpahaman terhadap kurikulum pembelajaran dapat tercapai secara optimal dalam dan memanfaatkan waktu pembelajaran JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 110 sebaik mungkin setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kesiapan guru dari sisi behavioral Yogyakarta pada aspek dikarenakan adanya antusiasme, kemauan tersebut tanggungjawab, beradaptasi dan readinessdi Kota Yogyakarta yangterdiri kemandirian yang tinggi pada guru-guru dan dari kesiapan menjalankan fungsi kemitraan sekolah dasar selain itu didukung dengan dan waktu.Kesiapan adanya sarana dan prasarana yang memadai. menjalankan kemitraan ditunjukan dengan Persentase dari aspek Cognitive Readiness dengan melakukan koordinasi, sharing, dan di diskusi mengenai kegiatan belajar mengajar, Kemampuan dan pemahaman guru dalam materi, dan persepsi. Mahir mengatur waktu pembelajaran tematik-integratif, sadar akan ditunjukan dengan menyesuaikan jumlah nilai jam pada struktur kurikulum 2013 pada mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan setiap muatan. pola mahir mengatur Berdasarkan hasil penelitian yang telah Kota Yogyakarta diri dan pikir sebesar kemauan, kontekstual 73,78%. kemampuan yang tinggi menjadikan guru-guru sekolah dasar di Kota dikemukakan, berikut dipaparkan beberapa Yogyakarta temuan dalam pelaksanaan penelitian ini. pembelajaran tematik-integratif sehingga Persentase kesiapan guru sekolah dasar persentase yang diperoleh juga terbesar. dalam pelaksanaan pembelajaran tematik- Pada aspek Behavioral Readiness perolehan integratif pada Kurikulum 2013 dilihat dari persentase di Kota Yogyakarta yaitu sebesar ketiga 84,55. aspek peniliti, aspek yang menjadi Behavioral perhatian Readiness siap untuk Tingginya Yogyakarta melaksanakan persentase pada aspek Kota Behavioral merupakan aspek yang memiliki persentase Readiness dikarenakan berjalannya fungsi terbesar kemitraan yaitu 84,55%, sedang aspek dengan baik pada sekolah Emotive-Ettitudinal sebesar 80,73% dan maupun guru, yaitu antar guru selalu aspek Cognitive Readiness sebesar 73,78%. melakukan Artinya, dari aspek Behavioral Readiness pembelajaran dan guru melakukan diskusi antar guru, melakukan dalam melaksanakan pembelajaran tematik- refleksi dan keteraturan dalam mengatur integratif termasuk kategori sangat siap, waktu yang tersedia. Emotive-Ettitudinal kesiapan sedangkan dari aspek Cognitive Readiness termasuk kategori siap. Persentase Ettitudinal di evaluasi yang terhadap telah proses dilaksanakan, Kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 juga didukung dari hasil dari aspek Emotive- Kota Yogyakarta angket terbuka yang diberikan pada guru yaitu dari segi kesiapan 80,73%. Tingginya persentase pada Kota Cognitive Readiness Emotive-Ettitudinal, danBehavioral 111 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… Readiness. Hasil dari segi kesiapan Emotive-Ettitudinal adalah (1) Hoover (1990) menyatakan bahwa ada guru lima tahap dalam mengimplementasikan bertanggung jawab dalam melaksanakan kurikulum yaitu: menentukan kebutuhan kurikulum 2013; (2) antusiasme mencari untuk adaptasi kurikulum, mengidentifikasi informasi mengenai elemen-elemen pembelajaran dengan pelaksanaan cara yang diminta dalam mengikuti beradaptasi, memilih teknik mengajar dan sosialisasi, pelatihan, diklat, dan membaca manajemen perilaku, mengimplementasikan buku pegangan; (3) mau beradaptasi dengan kurikulum, dan memonitor perkembangan kurikulum 2013; (4) berusaha mandiri, dan adaptasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil (5) mengapresiasi nilai instrinsik dalam penelitian yang diperoleh tentang kesiapan suatu tugas melalui penerapan berbagai guru dalam menerapkan kurikulum 2013, sumber belajar dan metode yang sesuai guru sudah melaksanakan beberapa tahap dengan kurikulum 2013. dalam Hasil analisis angket terbuka dari segi mengimplementasikan kurikulum menurut Hoover. Tahap-tahap yang sudah kesiapan Cognitive Readiness adalah (1) dilaksanakan guru menilai bahwa pembelajaran tematik- kebutuhan integratif sudah tepat untuk anak sekolah mengidentifikasi dasar; (2) guru sadar akan kekurangan diminta dalam beradaptasi, memilih teknik kurikulum 2013; (3) guru sadar akan mengajar dan manajemen perilaku. Hal ini kelebihan kurikulum 2013; (4) pelaksanaan ditunjukan pembelajaran sudah disesuaikan dengan ettitudinal lingkungan, budaya, sosial sekitar; (5) beradaptasi. Berdasarkan hasil penelitian di sadar kemauan atas aspek kemauan beradaptasi dinyatakan ditunjukan melalui kesadaran diri akan sangat siap dengan persentase sebesar ketidakpahaman terhadap kurikulum 2013, 79,05%. akan nilai diri dan dan (6) mampu mengintegrasikan berbagai disiplin keilmuan. untuk adalah menentukan adaptasi kurikulum, elemen-elemen dengan kesiapan yang emotive- yaitu pada aspek kemauan Keterbatasan memaknai Hasil analisis angket terbuka dari segi guru penelitian kesiapan ini guru terhadap Kurikulum 2013 dari aspek Emotive- kesiapan Behavioral Readiness adalah (1) Attitudinal, kesiapan menjalankan kemitraan dengan Behavioral Readiness. Penelitian ini belum teman sejawat dan (2) mahir mengatur mendalam sampai waktu perangkat pembelajaran, pembuatan RPP, 2013. dalam melaksanakan kurikulum Cognitive hanya Readiness, segi dan pembuatan diantaranya: pembuatan media, pembuatan materi ajar, dan pembuatan alat JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 112 evaluasi yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Danim, S. (2010).Perkembangan peserta didik.Bandung: Alfabeta Depdiknas.(2006). Strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Jakarta: Depdiknas. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kesiapan guru sekolah dasar dalam melaksanakan pembelajaran tematik-integratif sesuai dengan Kurikulum 2013, guru Yogyakarta sekolah sudah dasar siap di Kota melaksanakan pembelajaran tematik-integratif. Kesiapan guru jika dilihat dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut: (a) kesiapan guru dari aspek Emotive-Ettitudinal di kota Yogyakarta adalah 80,75% dengan kategori sangat siap; (b) kesiapan guru dari aspek Cognitive Readiness di Kota Yogyakarta adalah 73,78% dengan kategori siap, dan (c) kesiapan dari aspek Behavioral Readiness di Kota Yogyakarta adalah 84,55%, dengan kategori sangat siap. Tetapi kesiapan guru ini bukan berarti guru tidak memerlukan bantuan apapun.Pada pertanyaan dalam angket nomor 5, mengenai kebutuhan guru dalam bantuan dan pendampingan besar guru menjawab masih membutuhkan Daftar Pustaka Feldman, S.R. (2012). Discovering the life span. USA: Pearson Prentice Hall. Fogarty, R. (1991). How to integrate the curricula. Palatine: Skylight Publising Inc. Hoover, J.J. (1990). Curriculum adaption: a five-step process for classroom implementation. Journal of Intervention in School and Clinic Vol 25:407. Huber & Hutchings. (2008). Integrative Learning: Mapping The Terrain International. Journal for The Scholarship of Teaching & Learning Vol.2 No.1. Irianto, Y B.(2011). Kebijakan pembaruan pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Kemdikbud.(2013). Kompetensi Dasar SD/MI Versi Maret 1. Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral edisi ketiga.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. dalam melaksanakan kurikulum 2013 sebagian bantuan dan pendampingan. ______. (2000). Kamus besar bahasa indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Kon Chon Min, dkk . (2012). Teachers' Understanding and Practice towards Thematic Approach in Teaching Integrated Living Skills (ILS) in Malaysia. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 2 No. 23 December 2012. Kyriacou, C. (2009). Effective teaching in school (theory and practice). United Kingdom: Nelson Thornes. 113 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… Djemari M. (2007). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes.Yogyakarta: Mitra Cendikia. Nazir, M. (2005).Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Maddox, N. et. all. (2000). Learning Readiness: An Underappreciated YetVital Dimension In Experiential Learning. Jornal of Developments in Business Simulation & Experiential Learning. Sisdiknas. (2012). Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, TematikIntegratif.http://www.kemdiknas.go.id /kemdikbud/uji-publik-kurikulum2013-1. Diakses pada tanggal 10/03/2013 pukul 09.00 WIB. Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, Alfabeta. dan r&d. Bandung: Sukandi.(2003). Belajar aktif dan terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. Sukmadinata, N.S. (2010). penelitian. Bandung: Rosdakarya. Metode Remaja Tim Pustaka Yustisia. (2007). Panduan lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu: konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. ______. (2012). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Zaenal Arifin. (2010). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.