tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Unit Penangkapan Ikan
Jaring insang
Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis
alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk menjadi empat persegi
panjang, kemudian pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung
(floats) dan pada bagian bawahnya dilengakapi dengan beberapa pemberat
(singkers), dimana ukuran mata jaring (mesh size) sama, jumlah mata jaring ke
arah horizontal atau ke arah mesh length (ML) jauh lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah mesh depth (MD).
Berdasarkan metode pengoperasiannya, jaring insang diklasifikasikan ke dalam
lima jenis yaitu; jaring insang menetap (set gillnet / fixed gillnet), jaring insang
hanyut (drift gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring insang giring
(frightening gillnet / drive gillnet) dan jaring insang sapu (rowed gillnet).
Menurut Haryanto (1984) dalam Haryanto dan Purwatiningsih (1991),
gillnet atau jaring insang, yang disebut juga jaring rahang, adalah lembaran jaring
yang berbentuk empat persegi panjang, yang dipergunakan sebagai alat
penangkapan ikan pada umumnya setiap lembar jaring (piece) mempunyai ukuran
mata jaring yang sama. Menurut Widodo dan Suadi (2008), pada jaring insang
faktor kekuatan menangkap yang paling penting ialah ukuran jaring, bahan jaring,
cara alat tersebut dirakit, serta rata-rata durasi jaring tersebut dioperasikan.
Pemasangan jaring insang biasanya dilakukan di daerah penangkapan yang
diperkirakan akan dilewati oleh biota perairan yang menjadi target tangkapan,
Universitas Sumatera Utara
kemudian dibiarkan beberapa lam supaya biota perairan mau memasuki atau
terpuntal pada mata jaring. Lamanya perendaman jaring insang di daerah
penangkapan akan berbeda menurut target tangkapan atau menurut kebiasaan
nelayan yang mengoperasikannya. Untuk jaring insang yang dioperasikan secara
semi aktif atau aktif, biasanya dioperasikan pada siang hari yaitu dengan cara
mengaktifkan jaring insang supaya biota perairan yang menjadi target tangkapan
dapat dengan cepat tertangkap, atau dengan kata lain tidak menunggu biota
perairan memasuki mata jaring atau terpuntal pada jaring (Martasuganda, 2004).
Kapal
Menurut UU No. 45 Thn 2009 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun
2004 Tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung
lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,
pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. Menurut Widodo dan
Suadi (2008), perikanan modern adalah terjadi perubahan misalnya, pada kapal
terdapat perlengkapan elektronik serta alat bantu lainnya, misalnya echosounder,
sonar, netsonde pada jaring trawl, perlengkapan navigasi yang canggih seperti
global positioning system (GPS), memungkinkan nelayan lebih mudah dan
memusatkan diri pada daerah-daerah penangkapan yang berlimpah.
Nelayan
Menurut Widodo dan Suadi (2008), nelayan adalah orang atau komunitas
orang yang secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dari
kegiatan menangkap ikan. Beberapa kelompok nelayan memiliki beberapa
perbedaan dalam karakteristik sosial dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat pada kelompok umur, pendidikan, status sosial, dan kepercayaan. Untuk
menggambarkan kelompok nelayan, seperti nelayan penuh untuk mereka yang
menggantungkan keseluruhan hidupnya dari menangkap ikan; nelayan sambilan
untuk mereka yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan
(lainnya dari aktivitas seperti pertanian, buruh dan tukang); juragan untuk mereka
yang memiliki sumberdaya ekonomi unntuk usaha perikanan seperti kapal dan
alat tangkap; dan anak buah kapal (ABK/pandega) untuk mereka yang
mengalokasikan
waktunya
dan
memperoleh
pendapatan
dari
hasil
mengoperasikan alat tangkap ikan, seperti kapal milik juragan.
Gillnet dan Trammel net
Gillnet (Jaring insang satu lembar)
Jaring insang satu lembar (Gambar 2) adalah jaring insang yang badan
jaringnya hanya terdiri dari satu lembar jaring, jumlah mata jaring ke arah mesh
length dan ke arah mesh depth disesuaikan dengan ikan yang dijadikan target
tangkapan, daerah penangkapan, metode pengoperasiaan dan kebiasaan nelayan
yang mengoperasikannya. Pengoperasian dari jenis jaring ini ada yang
dioperasikan di permukaan, kolom perairan dan dasar perairan dengan cara di set
atau dihanyutkan (Martasuganda, 2004).
Gambar 2. Gillnet (Martasuganda, 2004)
Universitas Sumatera Utara
Trammel net (Jaring insang tiga lembar)
Jaring insang tiga lembar (Gambar 3) adalah jaring insang yang badan
jaringnya terdiri dari tiga lembar jaring, yaitu dua lembar jaring bagian luar (outer
net) dan satu lembar jaring bagian dalam (inner net), mesh size outer net biasanya
5-6 kali lebih besar dari pada mesh size inner net. Tinggi jaring inner net berkisar
antara 1,1-1,9 kali dari tinggi outer net. Pengoperasian dari jenis ini ada yang
dioperasikan di permukaan, kolom perairan atau dasar perairan dengan cara di set
menetap atau dioperasikan dengan cara dihanyutkan (Martasuganda, 2004).
Gambar 3. Trammel net (Martasuganda, 2004)
Faktor Yang Menentukan Keberhasilan Operasi Penangkapan
Setiap alat penangkapan ikan umumnya mempunyai spesifikasi dan ciri
khas tersendiri, hal ini menunjukkan bahwa satu alat tangkap tertentu ditujukan
untuk menangkap spesies tertentu pula, dan disesuaikan dengan desain ukuran alat
tangkap yang akan digunakan (Dirjen Perikanan Tangkap, 2005).
Menurut Ayodhyoa (1981), ada beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan gillnet yaitu :
kekakuan, ketegangan rentang tubuh jaring, shortening atau shrinkage, tinggi
jaring, mesh size dan besar ikan, warna jaring. Menurut Ramdhan (2008), Bahan
jaring yang digunakan sebaiknya lembut, tidak kaku dan mudah diatur atau
Universitas Sumatera Utara
dibengkokkan sebab bahan jaring akan berpengaruh terhadap jumlah hasil
tangkapan. Ketegangan rentangan jaring mengakibatkan tejadinya tekanan pada
tubuh jaring yang dapat mempengaruhi jumlah ikan yang tertangkap. Semakin
tegang jaring direntang, maka ikan akan sukar terjerat sehingga ikan mudah lepas.
Martasuganda (2004), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan ikan dapat tertangkap oleh gillnet:
(1) Diduga terjeratnya ikan karena pada saat kondisi ikan dalam keadaan
“berenang tidur” sehingga ikan tidak mengetahui kehadiran jaring yang
berada.
(2) Karena ikan yang ingin mengetahui benda asing yang berada di sekitarnya
termasuk gillnet dengan melihat, mendekat, meraba, dan akhirnya terjerat.
(3) Pada ikan yang selalu bergerombol dan beriringan maka apabila satu atau
lebih ikan telah terjerat pada jaring, maka ikan lainnya akan ikut masuk ke
dalam jaring.
Dalam keadaan panik, ikan yang sudah berada di depan jaring dan sudah sulit
untuk menghindar akan terjerat pula oleh jaring.
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan terbagi menjadi dua, yaitu hasil tangkapan sasaran utama
(HTSU) yang artinya spesies yang merupakan target dari operasi penangkapan
dan hasil tangkapan sampingan (HTS) yang artinya spesies yang merupakan di
luar target operasi penangkapan. Menurut Manalu (2003) dalam Ramdhan (2008),
tertangkapnya by-catch atau ikan diluar target disebabkan adanya kesamaan
habitat antara ikan target dan ikan non target serta kurang selektifnya alat tangkap
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan. Dalam pengembangan alat tangkap ramah lingkungan
diharapkan alat tangkap yang digunakan tidak menghasilkan by-catch, tetapi pada
kenyataan di lapangan membuktikan bahwa alat penangkapan ikan tidak hanya
menangkap ikan target.
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan gillnet umumnya adalah ikan-ikan
pelagis relatif besar mulai dari ikan kembung hingga madidihang. Ukuran ikan
besar sangat bervariasi tergantung ukuran mata jaring dan besarnya bukaan mata
jaring (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
Gillnet bersifat selektif dalam penangkapan, artinya tiap jenis gillnet hanya
menangkap jenis ikan tertentu dan dalam ukuran tertentu pula. Sifat selektif
gillnet menyebabkan hasil tangkapannya terdiri dari komposisi jenis-jenis ikan
tergantung dari jenis gillnet yang digunakan. Sifat lain gillnet adalah pasif dalam
operasinya sehingga merupakan salah satu alternatif yang baik diintroduksi untuk
perairan yang telah intensif dieksploitasi (Masjamir, 1978 dalam Novela, 2004).
Menurut Martasuganda (2004), pada gillnet yang menjadi target tangkapan
adalah ikan-ikan yang mempunyai bentuk streamline seperti bentuk ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis), kembung (Rastrelliger spp), sarden (Sardinella spp) atau
seperti bentuk ikan salem (Onchorhyncus) dan ikan yang mempunyai kekuatan
menusuk atau memasuki mata jaring seperti jenis ikan yang mempunyai model
berenang Subcarangiform, Carangiform, Thunniform, dan model berenang yang
menyerupainya. Sedangkan pada trammel net yang menjadi target tangkapan
adalah semua ikan yang menjadi target tangkapan gillnet dan ikan atau
gerombolan ikan yang tidak mempunyai kecepatan/kekuatan untuk menusuk atau
Universitas Sumatera Utara
memasuki mata jaring seperti jenis ikan yang mempunyai model berenang
Anguilaform, Balistiform, Gymnotiform, Rajiform dan yang menyerupainya.
Diversitas Hasil Tangkapan
Menurut Wiyono et al (2006), menyatakan bahwa indeks diversitas
Shannon telah banyak digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari
selektivitas alat tangkap target penangkapan. Nilai indeks yang tinggi
mengidentifikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan. Sementara itu, nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan.
Menurut Martasuganda (2004), pada gillnet hasil tangkapan lebih selektif
terhadap ukuran dan jenis ikan, serta selang kelas dari hasil tangkapan tidak begitu
bervariasi. Sedangkan pada trammel net hasil tangkapan tidak selektif terhadap
ukuran dan jenis ikan, serta selang kelas dari hasil tangkapan bervariasi.
Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kurniati (1994), keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas. Dari
sejumlah tipe yang ada, relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas. Sehingga dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi.
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap. Nilai dominansi yang tinggi mengindikasikan
Universitas Sumatera Utara
bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target
penangkapan,
demikian
pula
sebaliknya
nilai
indeks
yang
rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terahdap target penangkapan (Wiyono et al, 2006). Menurut Martasuganda
(2004), pada gillnet jenis hasil tangkapan tidak begitu bervariasi sedangkan pada
trammel net jenis ikan hasil tangkapan bervariasi.
Laju Tangkap
Laju tangkap menggambarkan kemampuan tangkap suatu alat tangkap per
upaya penangkapan. Kemampuan tangkap suatu alat tangkap mewakili hasil
tangkapan dalam satuan gram/kilogram/ton. Upaya penangkapan yang menjadi
bagian dalam analisis laju tangkap adalah upaya penangkapan seperti lama tarikan
(lama rendaman/terapung), durasi pengangkatan dan durasi panen yang dikonversi
dalam satuan waktu (menit/jam/hari). Apabila nilai laju tangkap pada suatu alat
tangkap dengan target tangkapan utama (main catch) dan HTS tidak terlalu besar
selisihnya, ini membuktikan bahwa kemampuan suatu alat tangkap dalam
menangkap target tangkapan dan HTS hampir sama (Firdaus, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Download