1 STUDI ALAT TANGKAP JARING INSANG (GILL NET) PADA PERHIMPUNAN NELAYAN DI DESA KUBU KECAMATAN KUMAI KOTAWARINGIN BARAT PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) RIO WIRA JATI CDA 114 014 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2018 i Judul : Studi Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Pada Perhimpunan Nelayan di Desa Kubu Kecamatan Kumai Kotawaringin Barat Nama : Rio Wira Jati Nim : CDA 114 014 Prodi : Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan : Perikanan Disetujui Oleh : Pembimbing I Pembimbing II Dr.Ir.Hj. KEMBARAWATI, M.Si NIP. 19591126 198511 2 001 LILIA, S.Pi., M.P. NIP. 19721127 199702 2 001 Mengetahui : Fakultas Pertanian, Dekan, Jurusan Perikanan Ketua, Ir. CAKRA BIRAWA, M.P NIP. 19640212 199002 1 002 Ir. NATALLO BUGAR, M.P NIP. 19620808 198903 2 006 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri dari 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Kotawaringin Lama, Kecamatan Kumai, Kecamatan Pangkalan Lada, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kecamatan Arut Utara dan Kecamatan Arut Selatan. Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki luas 10.795 km2, secara geografis terletak pada koordinat 1°19’ - 3°36’ LS dan 110°25’ - 112°50’ BT . adapun batasan wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat adalah : Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Seruyan. Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Sukamara Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Lamandau Sebelah selatan : berbatasan dengan Laut Jawa Aksesbilitas menuju Kabupaten Kotawaringin Barat dari ibukota propinsi Kalimantan tengah yaitu Palangkaraya, menggunakan transportasi darat ditempuh selama 12 – 14 jam perjalanan dan dari ibukota Negara yaitu Jakarta menggunakan transportasi udara ditempuh sekitar 60 menit. Selanjutnya dari ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat (Pangkalan Bun) ke kecamatan terjauh yaitu kecamatan kotawaringin lama menggunakan transportasi sungai/darat dengan waktu tempuh kurang lebih 2 – 4 jam., kecuali 2 desa di pesisir yakni desa teluk pulai dan desa sei cabang timur hanya dapat dilalui jalur laut dengan waktu tempuh menggunakan speed boat kurag lebih 2 – 3 jam. Panjang garis pantai kabupaten kotawaringin barat adalah 156 km,yaitu kecamatan kumai 144 km dan kecamatan arut selatan sekitar 12 km. wilayah 2 pesisir terdiri dari 4 kecamatan yakni kecamatan arut selatan, kumai, pangkalan lada dan pangkalan banteng. Desa/kelurahan diwilayah pesisir berjumlah 18 desa/kelurahan. Wilayah pesisir ini didasari pada daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut. Letak Kecamatan pangkalan lada dan pangkalan banteng tidak berada di pesisir laut atau tidak mempunyai garis pantai tetapi sebagian wilayahnya berada di pinggir sungai Kumai, ekosisten sungai kumai dominan dipengaruhi oleh ekosistem laut hingga bagian hulu sungai Kumai, baik ikan maupun tumbuhan mangrove. Disamping itu kadar garam di sungai kumai cukup tinggi sehingga termasuk dalam wilayah pesisir Secara fisik Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan pusat ikan Kalimantan Tengah khususnya ikan dari hasil tangkapan di perairan laut maupun di perairan umum. Kenyataan ini merupakan peluang bagi dunia usaha perikanan untuk meningkatkan pembangunan kelautan dan perikanan. Disamping itu dalam rangka penganekaragaman usaha, usaha budidaya dan pengolahannya pun mempunyai peranan yang strategis bagi peningkatan kuantitas usaha sehingga pemerataan dan pembangunan dapat dicapai. Perairan umum kabupaten kotawaringin barat yang terdiri dari daerah rawa pasang surut mempunyai potensi sebesar ± 10.800 ton/tahun dan baru dimanfaatkan sebesar 1.040,06 ton/tahun (9,63%) sedangkan di perairan laut sebesar ± 25.00 ton/tahun dan baru dimanfaatkan sebesar 8.014,92 ton/tahun (32,06%). Produksi penangkapan ikan di perairan laut terus bertambah jika didukung dengan penambahan armada penangkapan beserta alat tangkap yang lebih baik. Dikarenakan pada saat musim ikan, banyak nelayan luar yang masuk ke wilayah perairan Kabupaten Kotawaringin Barat untuk menangkap ikan dengan kapal dan alat tangkap yang lebih baik. 3 Populasi ikan di Desa Kubu bisa saja akan mengancam populasi dan ketersediaan kedepannya. Untuk itu, perlu diadakan pengetahuan akan kontruksi, metode, dan hasil tangkapan mengenai Gill Net dengan baik agar kedepannya bisa menjadi sumberdaya yang keberlanjutan. Maka dari itu perlu dilakukan pengambilan data Studi Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Pada Perhimpunan Nelayan di Desa Kubu Kotawaringin Barat. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui : 1. Mempelajari kontruksi alat tangkap jaring insang (Gill Net) pada nelayan di Desa Kubu Kotawaringin Barat. 2. Mengetahui cara pengoperasian alat tangkap jaring insang (Gill Net) pada Perhimpunan Nelayan di Desa Kubu Kotawaringin Barat. 3. Mengetahui jenis ikan hasil tangkapan alat tangkap jaring insang (Gill Net) pada Perhimpunan Nelayan di Desa Kubu Kotawaringin Barat. 4. Mengetahui proses produksi ikan pada nelayan yang dihasilkan. 1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapang Manfaat yang diperole dari Praktek Kerja Lapang adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh data kontruksi, cara operasi, dan jumlah hasil tangkapan pada alat tangkap jaring insang (Gill Net). 2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang penangkapan dengan alat tangkap jaring insang (Gill Net) pada Perhimpunan Nelayan di Desa Kubu Kotawaringin Barat. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Jaring insang adalah satu jenis alat tangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar, jumlah mata jaring ke arah panjang jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal, pada bagian atas dilengkapi beberapa pelampung dan di bagian bawah dilengkapi beberapa pemberat sehingga memungkinkan jarring dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak (Martasuganda, 2002). Gillnet (jarring insang) adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jarring monofilament atau multifilament yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, kemudian pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat (singkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jarring insang dapat dipasang di daerah penangkapan (pemukiman, kolom perairan, atau di dasar perairan) dalam keadaan tegak menghadang ikan. Jumlah mata jarring ke arah horizontal atau ke arah mesh length (ML) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jarring ke arah vertikal atau ke arah mesh depth (MD). Martasuganda Sulaeman, 2009 dalam Bakpas, 2011). Menurut Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Gill net atau jaring insang adalah alat penangkapan ikan yang berupa selembar jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang sama atau seragam di seluruh bagian jaring. Pada atas bagian jaring, pelampung-pelampung yang di lalui tali pelampung diikatkan pada tali ris atas, sedangkan pada bagian bawahnya adalah pemberat yang dilekatkan pada tali ris bawah. Fungsi dari pelampung dan pemberat ini agar jaring dapat terbentang sempurna di dalam air (2009 : 61). 5 Jenis ikan yang tertangkap dengan gill net adalah ikan-ikan dasar dan ikan damersal seperti laying cakalng, kembung, dan lain lain. Selain ikan dasar dan ikan damersal, ikan sauri, tuna, salmon, mackarel juga menjadi tujuan penangkapan gill net. Tidak hanya ikan itu saja udang, lobster, kepiting juga terjerat oleh gill net. Untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak diperlukan cara pengoprasian yang benar. Gill net dioperasikan di suatu perairan laut dengan menggunakan sebuah kapal motor. Dalam pengoprasian gill net yang dilakukan pertama kali adalah menentukan daerah penangkapannya. Setelah itu, jaringan direntangkan menghadap arah renang ikan, sehingga ikan-ikan dapat tertangkap dengan terjeratnya insang pada mata jaring operasi penangkapan ikan dapat dilakukan pada malam hari maupun pagi hari. Yang penting warna jaring tidak terlihat oleh ikan. 2.2 Kontruksi Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) 2.2.1 Bentuk Umum Jaring Insang Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah. Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif. Ada berbagai jenis jaring insang, yang terdiri dari satu lapis jaring, dua lapis, maupun tiga lapis jaring. Jaring insang memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh badan jaring. Jaring ini kemudian dibentangkan untuk membentuk semacam dinding yang dapat menjerat. Jaring insang dilengkapi dengan pelampung di bagian atas jaring dan pemberat pada bagian 6 bawahnya. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990). Jaring insang pada umumnya berbentuk empat persegi panjang. Ukuran mata jaring (mesh size) seluruh bagian jaring adalah sama. Ukuran mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan yang menjadi target tangkapan. Konstruksi jaring insang terdiri dari: 1. Badan jaring (webbing). 2. Tali ris atas. 3. Tali ris bawah. 4. Pelampung. 5. Pemberat. 6. Tali slambar (tali penghubung antar pis. Jaring insang termasuk kelompok alat penangkap yang selektif, ukuran minimum ikan yang menjadi target tangkapan dapat diatur dengan cara mengatur ukuran mata jaring yang digunakan. Ikan-ikan yang menabrak jaring. Ukurannya mata jaring dan bukaannya sangat ditentukan oleh ikan yang menjadi tujuan penanangkapan. 7 Gambar 1. Jaring Insang (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) Ikan yang akan dijerat pada overculumnya adalah ikan yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Ikan dijerat dengan mengggunakan mata jaring yang dibuat terbuka. Terbukanya mata jaring ditentukan oleh bentuk dan ukuran potongan melintang di bagian overculum spesies tujuan penangkapan. Bagaimana potongan melintang ikan dan mata jaringnya perhatikan gambar 2. Gambar 2 adalah cara mengukur bagian insang ikan dengan menggunakan benang jaring dan hasil pengukuran. Panjang tali tersebut adalah ukuran mata jaring dibagi dua atau setengan panjang tali Adalah ukuran mata jaring. Secara umum bentuk potongan melintang ikan terbagi menjadi tiga, yaitu bentuk bulat, bentuk pipih vertikal dan bentuk pipih horisontal. Sebagai patokan pertama adalah ikan yang berpotongan melintang bulat (gambar 3 B), maka bentuk bukaan mata jaringnya mirip belah ketupat. Demikian pula untuk potongan melintang ikan pada gambar 3 A, B dan C dapat menggambarkan bagaimana besranya bukaan mata jaring insang. 8 Gambar 2. Mengukur Mata Jaring (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) Bentuk segiempat pada gambar 3.A adalah bentuk bukaan mata jaring untuk menjerat ikan yang berbentuk melebar, seperti ikan sebelah dan cucut. Segiempat pada gambar 3.A adalah bentuk bukaan mata jaring yang digunakan untuk menangkap ikan yang berbentuk bulat seperti ikan tongkol atau cakalang. Sedangkan segiempat pada gambar 3.C adalah bentuk bukaan mata jaring yang digunakan untuk mennagkan ikan berbentuk pipih seperti ikan tenggiri atau kwee. Gambar 3. Bentuk potongan tubuh ikan (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) 9 2.2.2 Bahan Jaring Insang 2.2.2.1 Benang Jaring Jaring insang pada umumnya terbuat dari bahan Polyamide mono-filamen atau dikenaldjuga dengan nama benang senar. Benang jaring ini paling banyak digunakan sebagai bahan pembuat jaring. Benang ini berbentuk bulat, licin dan transparan. Diperlukan benang yang licin dan berbentuk bulat agar ikan mudah terpeleset masuk ke dalam mata jaring, dan elastis agar benang dengan sendirinya akan menjerat ikan. 2.2.2.2 Pelampung Pelampung buatan pabrik (gambar 5) umunya mahal, sehingga nelayan banyak mennggunakan pelampiung alternatif seperti dari karet sendal jepit. Karet ini mudah didapat dari sisa pabrik pembuatan sandal jepit. Kadang juga diperoleh dari para pemulung barang bekas. Pelampung utama menggunakan botol plastik bekas akua, atau menggunakan stereoform bekas yang dibungks denga lembaran jaring. Gambar 4. Benang Jaring Insang (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) 10 Gambar 5. Bentuk-bentuk Pelampung Buatan Pabrik (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) Gambar 6. Pelampung Utama (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) Gambar 7. Pelampung dari Kayu (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) 11 2.2.2.3 Pemberat Bahan pemberat jaring insang umumnya menggunakan timah hitam. Timah yang dibentuk dengan cara dicor. Pemberat umumnya memiliki lubang di tengahnya (arah mendatar). Bahkan ada juga yang menggunakan batu kecil bulat yang dibungkus dengan jaring. 2.2.2.4 Webbing Istilah yang umum digunakan untuk badan jaring adalah webbing. Umumnya jika benang jaring yang dibuat oleh pabrik Indonesia menggunakan nomor benang(60 s/d 2000) atau 210/d/6 maka panjang weebing adalah ± 90 meter atau 100 yard. Jumlah kedalaman mata jaring adalah 70 mata. 2.2.3 Bagian-Bagian Jaring Insang 2.2.3.1 Badan Jaring Bagian utama jaring insang Gambar 8. Mengukur jumlah mata jaring (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) 2.2.3.2 Tali Ris Atas dan Bawah Tali ris atas merupakan komponen pembentuk jaring dan sekaligus pengatur bukaan mata jaring. Pada ris atas inilah dipasangkan pelampung dan jaring. Diantara jaring umumnya menggunakan srampad (selvedge) yang berfungsi sebagai peredam beban tegangan dari dua tali ris yang berukuran besar 12 dan kuat yang harus diterima oleh benang jaring jauh lebih kecil dan lemah. Namun demikian, para anelayan kurang memperhatikan hal ini, sehingga webbing langsung dipasangkan pada ris. Tali ris atas sering juga disebut sebagai tali pelampung adalah tali yang terdapat pada bagian atas jaring insang. Tali ris atas terdiri dari dua utas tali. Satu utas tali untuk tempat memasang pelampung dan disebut dengan tali ris utama. Tali yang kedua digunakan untuk memasang (menggantungkan) badan jaring insang. Kedua tali ris atas biasanya berukuran sama tetapi berbeda arah pintalannya yaitu pintal kanan dan pintal kiri. Lihat gambar di bawah kedua tali memiliki arah pintalan yang berbeda. Gunanya adalah agar saat tali ditarik tidak melintir, sehingga jaring ikut pula terpintal. Pemasangan pelampung dipasang pada jarak yang sama sepanjang ris atas, sama juga dengan pemsangan pemberat pada ris bawah. Tujuannya adalah daya apung dan daya tenggelam merata pada seluruh badan jaring insang. Atau dengan kata lain, bukaan mata jaring akan sama disemua tempat di seluruh permukaan webbing. Ukuran maupun konstruksi ris bawah maupun bahan tali ris bawah sama halnya dengan ris atas. Juga terdiri dari dua utas tali yang diikat menjadi satu sehingga berperan menjadi satu tali ris bawah. Satu diantara tali ris bawah digunakan untuk memasang pemberat dan yang lainnya sebagai tumpuan webbing. 13 2.2.3.3 Tali Pelampung Utama dan Jangkar Tali pelampung utama sangat berguna jika akan mengoperasikan jaring insang di lapisan perairan pertengahan atau di lapisan dasar (perhatikan gambar di bawah) Gambar 9. Tali jangkar yang diperlukan pada jaring insang (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) Gambar 10. Tali pelampung utama dan tali jangkar yang dipasang pada gillnet yang dipasang pada jaring insang (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) Gambar 11. Tali pelampung utama pada jarig insang dasar (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) 14 2.2.3.4 Tali Selambar Tali slambar terdiri dari tiga jenis. Jenis yang pertama adalah tali yang menghubungkan antara jaring insang yang terpasang di air dengan kapal. Jenis yang kedua adalah yang menghubungan natara satu pis jaring insang dengan pis lainnya. Sedangkan jenis yang ketiga adalah yang dipasangkan di ujung terakhir jaring insang yang dipasangi pelampung utama dan lampu (jika dioperasikan malam hari). Gambar 12. Tali Selambar (Sumber. http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapangillnet.html.) 2.3 Pengoperasian Alat Metode pengoperasian gillnet terdiri atas beberapa tahap (Miranti 2007), yaitu sebagai berikut. a. Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan. 15 b. Pencarian daerah penangkapan ikan (DPI), hal ini dilakukan nelayan berdasarkan pengalaman-pengalaman melaut yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung udara di permukaan perairan, warna perairan, serta adanya burung-burung di atas perairan. c. Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting), perendaman jaring (soaking) dan pengangkatan jaring (hauling) Pemasangan jaring (setting). Penyusunan surface gillnet dilakukan di atas kapal agar lebih memudahkan nelayan pada saat setting. Penurunan jaring dilakukan pada sisi kiri lambung kapal. Selama proses setting berlangsung, mesin kapal dalam keadaan berjalan dengan kecepatan rendah dan dilakukan dari arah tengah menuju arah pantai. Urutan proses penurunan jaring adalah penurunan batu pemberat lalu diikuti oleh mata jaring menyusul kemudian tali selambar dan pelampung tanda (Krisnandar 2001). Perendaman jaring (soaking). Dalam proses ini, surface gillnet dioperasikan dengan cara dioperasikan dengan cara diset atau dipasang secara menetap di permukaan pada daerah penangkapan (fishing ground) atau dibiarkan hanyut di perairan (Subani dan Barus 1989). Pengangkatan jaring (hauling). Proses pengangkatan jaring (hauling) dilakukan pada sisi kiri lambung kapal. Pada saat hauling, jaring diangkat sekaligus ditata susunannya sambil memeriksa dan mengambil hasil tangkapan. Mesin kapal harus dalam keadaan mati ketika proses hauling dilakukan (Krisnandar 2001). 16 2.4 Hasil Tangkapan Menurut Iporenu et al. (2013), Hasil tangkapan yang didapat pada gill net tersebut adalah Ikan banyar (Rastrellinger brachysoma), Ikan bentong (Selar crumenophthalamus), Ikan kurisi (Holocentrus ruber), Ikan belanak (Mugil sp), Ikan kuniran (Upeneus sulphureus), Ikan kerong-kerong (Therapon jarbua), Ikan kerapu (Epinephelus tauvina), Ikan badong (Caranx ignobilis), Ikan gerabah (Otolithes argenteus), Ikan tenggiri (Scomberomorus guttatus), Ikan jambrong (Euthynnus affinis), Ikan kwee (Carangoides chrysophrys), Ikan selar kuning (Caranx leptolepis), Ikan beloso (Saurida tumbil), Ikan petek (Leiognathus sp), Rajungan (Portunus pelagicus), Sotong (Sepia spp.), Cumi-cumi (Loligo sp.) dan Udang ronggeng (Paneus sp). Menurut Setyono (1983), tertangkapnya ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring dan terbelit-belit atau terpuntal (entangled) pada tubuh jaring. Ikan yang mempunyai tubuh yang hampir “uniform”, seperti pasific saury, sardine, salmon, mackerel, trout, horee macjerel, tertngkap secara terjerat, sedangkat ikan-ikan yang mempunyai ukuran besar seperti cucut dan tuna yang tidak dapat tertangkap secara terjerat dan ikan-ikan lain yang mempunyai bentuk tubuh tidak teratur seperti ikan sebelah, rajungan, udang dan lain lain tertangkap secara terpuntal. 2.5 Profil dan Monografi Kecamatan Kumai Kecamatan Kumai merupakan salah satu kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten Kotawaringin Barat dengan Ibukota Kumai Hilir. Kecamatan Kumai terletak di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan laut. Kecamatan Kumai mempunyai luas 2.921 kilometer persegi (BPS, 2017). 17 Dilihat dari batas wilayahnya, Kecamatan Kumai memiliki letak wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Arut Selatan, Pangkalan Lada dan Pangkalan Banteng b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Seruyan d. Sebelah Barat berbatas n dengan Kecamatan Arut Selatan e. Kecamatan Kumai merupakan Kecamatan terluas dengan luas wilayah 2.921 km2 (28,13 persen dari total luas kabupaten), dan Kecamatan Pangkalan Lada merupakan Kecamatan yang terkecil dengan luas wilayah 229 km2 (3,08 persen dari total luas kabupaten) (BPS, 2017). 18 III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan selama ± 1 bulan yaitu dari tanggal Maret – April 2018. Pengambilan data penangkapan disesuaikan dengan jadwal para nelayan serta pengambilan data secara observasi dan wawancara dilakukan selama ± 1 minggu. Lokasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Desa Kubu Kecamatan Kumai Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang adalah sebagai berikut. Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktek kerja lapang No Alat/Bahan 1 Alat tulis 2 Meteran Fungsi Mencatat data yang dibituhkan Mengukur panjang alat tangkap Tempat Laut Darat Pengukur panjang dan 3 Penggaris diameter setiap bagian Darat alat Jaring Insang 4 Buku 5 Kamera Tempat mencatat data yang dibutuhkan Dokumantasi kegiatan Darat/Laut Darat/Laut Mengukur berat hasil 6 Timbangan 7 Perahu tangkapan ikan Transportasi di laut Darat/Laut Laut 19 8 Gill net Sebagai objek yang akan diteliti Darat/Laut Untuk melihat daerah 9 Teropong yang lebih jauh di Laut lokasi penangkapan 3.3 Metode Pelaksanaan Metode yang dilakukan dalam praktek kerja lapang ini terdiri dari : 1. Observasi Pada praktek kerja lapang ini observasi dilakukan secara langsung ke lapangan dengan mencatat dan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari nelayan di Desa Kubu Kecamatan Kumai Kotawaringin Barat. 2. Wawancara Wawancara merupakan suatu kegiatan pengumpulan data melalui tanya jawa secara lisan dengan narasumber yang bersangkutan dan menggunakan daftar pertanyaan. 3. Partisipasi aktif Mengikuti kegiatan secara langsung di lapangan mulai dari konstruksi alat tangkap, metode penggunaan, hasil tangkapan, dan proses produksi yang dihasilkan. 4. Dokumentasi Pada praktek kerja lapang ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar atau foto menggunakan kamera. 20 3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam praktek kerja lapang ini yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber data utama, data primer disebut juga data asli, teknik yang dapat guna memeperoleh data primer dengan cara observasi, wawancara, dan partisipasi aktif dengan nelayaan. Data sekunder merupakan data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain, data sekunder dapat diperoleh dari laporan tahunan, buku, laporan PKL, dari internet yang dapat dijadikan untuk mendukung kejelasan dari data yang dikumpulkan. 3.5 Pelaporan Data Setelah data diperoleh dari lapangan langsung, maka akan diolah menjadi laporan sebagai sebagai berikut. a. Tabel Tabel digunakan dalam pengolahan data yang dihasilkan dari observasi langsung dan partisipasi aktif di lapangan. Pelaporan data bentuk tabel terdiri dari : konstruksi jaring insang dan jenis ikan hasil tangkapan. b. Uraian Data-data yang telah dikumpulkan secara langsung akan diolah ke dalam bentuk uraian dan penjelasan agar memudahkan dalam proses pengolahan data. Pelaporan data bentuk uarian terdiri dari : penjelasan setiap bagian konstruksi jaring insang, sarana pendukung pengoperasian alat tangkap(perahu, kapal, ABK, dll), prosedur pengoperasian jaring insang, dan proses produksi hasil tangkapan ikan. 21 3.6 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang Adapun jadwal kegiatan praktek kerja lapang di Desa Kubu Kecamatan Kumai Kotawaringin Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Jadwal Praktek Kerja Lapang No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kegiatan Observasi Pembuatan Proposal PKL Konsultasi Proposal PKL Pelaksanaan PKL Pembuatan Laporan PKL Konsultasi Laporan PKL Ujian PKL Penggandaan Laporan PKL 2 * Februari 3 4 * Bulan/Minggu Maret 1 2 3 4 1 * * * * 2 April 3 4 * * * * * * * * * * * * 22 DAFTAR PUSTAKA Ardidja Supardi, 2011. Usaha Penangkapan Ikan dengan Gill Net. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Jakarta. Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. 2017. Kecamatan Kumai dalam angka. Palangka Raya. Bakpas,A.L.2011.Variabilitas hasil tangkapan jaring insang tetap hubungannya dengan kondisi oseanografi. Skripsi.fakultas ilmu kelautan dan perikanan.universitas hassanuddin.Makassar. Cristianawati, O., Pramonowibowo dan A. Hartoko. 2013. Analisa Spasial Daerah Penangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Di Perairan Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan. 2009. Alat Penangkapan Ikan. Jakarta. Hantardi, Z. Asriyanto dan A. Dian. 2013. Analisis Lingkar Tubuh Dan Cara Tertangkap Ikan Tenggiri (Scomberomorus Commerson) Dengan Alat Tangkap Jaring (Gill Net) Dengan Mesh Size 4 Inchi Dan Hanging Ratio 0.56. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 23 http://perikananbdp.blogspot.co.id/2015/12/laporan-penangkapan-gillnet.html. (diakses 28 Februari 2018 pukul 09.34 WIB) http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.co.id/2013/06/konstruksi-jaring insang.html. (Diakses 01 Maret 2018 pukul 10.35). Iporenu, H. E. A. D. P. Fitri dan H. Boesono. 2013. Analisis Perbandingan Hasil Tangkapan Bottom Set Gill Net dengan Umpan Ikan Petek Segar dan Asin (leiognathus sp.) di Perairan Jepara Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Krisnandar B. 2001. Teknik Pengangkatan Jaring. Erlangga, Jakarta. Martasuganda S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Miranti. 2007. Perikanan Gillnet di Pelabuhan Ratu: Kajian Teknis dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pemilik. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nedelec, C. and J. Prado. 1990. Definition and Clasification of Fishing Gears Categories. FAO FISEHRIES TECHNICAL PAPER 222 Rev.1, FAO Fisheries Industries Division, Rome. Prianto, E dan Danu Wijaya. 2012. Komposisi Jenis Dan Variasi Ukuran Hasil Tangkapan Gill Net Di Sungai Musi Bagian Hilir. Prosiding Seminar Nasional Limnologi. Ramdhan, D. 2008. Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 24 Salim, Agus dan Enjah Rahmat. 2013. Teknis Pengoperasian Gillnet Tuna Dengan Alat Bantu Rumpon Dan Cahaya Di Perairan Samudra Hindia Selatan Jawa. BTL. Setyono, D. E. 1983. Suatu studi perbandingan hasil tangkapan (catch) jaring insang permukaan (serface gillnet) dengan jaring insang dasar (bottom gillnet) di perairan teluk pacitan. Skripsi. IPB. Bogor. Subani dan Barus. 1989. Daerah Pengoperasian Jaring. Universitas Hasanuddin. Makassar.