Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
2.1.1
Definisi Manajemen
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan
seperti
perencanaan,
pengendalian/pengawasan,
yang
dilakukan
untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya. Sedangkan pengertian
manajemen menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
Definisi manajemen menurut Henry Fayol :
“ Manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan ”.
Definisi manajemen menurut Federick Winslow Taylor :
“ Manajemen adalah perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian
kegiatan-kegiatan termasuk sistem pembuatan barang yang dilakukan oleh
organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran
untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan
yang berubah ”.
Definisi Manajemen menurut William H, Newman :
“ Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil
tertentu melalui orang lain ”.
2.1.2
Fungsi Manajemen
Berikut adalah lima fungsi manajemen yang paling penting menurut
Handoko (2000:21) yang berasal dari klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi
manajerial menurut Henri Fayol yaitu:
12
1. Planning
Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuantujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program
prosedur metode sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan utk
mencapai tujuan.
2. Organizing
Organizing atau pengorganisasian ini meliputi:
a. Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja
yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
c. Penugasan tanggung jawab tertentu.
d. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu
untuk melaksanakan tugasnya.
3. Staffing
Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment) latihan
dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada
karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
4. Leading
Leading atau fungsi pengarahan adalah bagaimana membuat atau
mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan yang
harus mereka lakukan.
5. Controlling
Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan
alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan
yang telah ditetapkan.
13
2.2
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1
Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengertian manajemen yaitu kegiatan-kegiatan perusahaan yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan perusahaan, sedangkan sumber daya manusia yaitu segala sesuatu yang
merupakan asset perusahaan untuk mencapai tujuannya tersebut. Sumber daya
yang dimiliki perusahaan dikategorikan menjadi empat macam, yaitu sumber daya
finansial, fisik, manusia dan kemampuan teknologi.
Untuk memperjelas gambaran dan pengertian mengenai manajemen
sumber daya manusia, maka penulis mengemukakan beberapa definisi manajemen
sumber daya manusia menurut ahli.
Menurut Malayu Hasibuan (2007:1) menyatakan bahwa :
“ Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu ”.
Setelah melihat uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen yang memiliki fungsi
dalam menangani berbagai macam masalah manusia disuatu organisasi seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan tenaga kerja
sehingga mereka dapat bekerja sebaik mungkin untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2.2.2
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi-fungsi operasional sumber daya manusia menurut Mutiara S.
Panggabean (2004 : 15-18) adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Tenaga Kerja
Fungsi pengadaan tenaga kerja dikenal sebagai fungsi pendahuluan yang
terdiri atas analisis pekerjaan, perencanaan, tenaga kerja, penarikan tenaga
kerja dan seleksi.
14
2. Pengembangan Karyawan
Pengembangan karyawan dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan dan
pendidikan. Pada hakikatnya yang ditujukkan untuk menyesuaikan
persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaannya (sekarang atau pada masa mendatang) dengan kualifikasi
yang dimiliki karyawan sekarang.
3. Perencanaan dan Pengembangan Karir
Perencanaan karir adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang
memilih tujuan karir dan mengenali cara atau jalur untuk mencapai tujuan
tersebut. Pengembangan karir adalah suatu pendekatan formal yang
diambil dan digunakan organisasi untuk menjamin agar orang-orang
memiliki kecakapan dan pengalaman yang layak dan yang tersedia ketika
dibutuhkan.
4. Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja merupakan sebuah proses yang ditujukkan untuk
memperoleh informasi tentang kinerja karyawan. Informasi ini dapat
digunakan sebagai input dalam melaksanakan hampir semua aktivitas
manajemen sumber daya manusia lainnya, yaitu promosi, kenaikan gaji,
pengembangan serta pemutusan hubungan kerja.
5. Kompensasi
Merupakan segala bentuk penghargaan (outcomes) yang diberikan oleh
organisasi kepada karyawan atas kontribusi (inputs) yang diberikan kepada
organisasi. Kompensasi terdiri dari gaji pokok, insentif dan kesejahteraan
karyawan.
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di
tempat kerja. Sedangkan kesehatan merajuk pada kebebasan karyawan dari
penyakit secara fisik maupun mental.
7. Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja dapat didefinisikan sebagai pengakhiran
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha sehingga berakhir pula hak
15
dan kewajiban diantara mereka. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
macam alasan.
2.3
Tinjauan Umum Kompensasi
2.3.1
Pentingnya Kompensasi
Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya
(fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa sesuai
dengan peraturan atau perjanjian.
Besarnya balas jasa harus ditentukan dan diketahui sebelumnya, sehingga
karyawan secara pasti mengetahui besarnya balas jasa / kompensasi yang akan
diterimanya. Kompensasi inilah yang akan dipergunakan karyawan itu beserta
keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Besarnya kompensasi
mencerminkan status, pengakuan dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang
dinikmati oleh karyawan bersama keluarganya. Jika balas jasa yang diterima
karyawan semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi, statusnya itu semakin
baik dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Dengan
demikian, kepuasan kerjanya juga semakin meningkat. Disinilah letak pentingnya
kompensasi bagi karyawan sebagai seorang penjual tenaga (fisik dan pikiran).
Kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan.
Perusahaan mengharapkan agar kompensasi yang dibayarkan memperoleh
imbalan prestasi kerja dari karyawan. Berdasarkan uraian tersebut jelaslah
pentingnya kompensasi ini untuk karyawan dan perusahaan. Dale Yorder Ph. D.
mengemukakan :
“ The payment made to member of work teams for their participation ”.
( Artinya, balas jasa membuat anggota tim kerja dapat bekerja sama dan
berprestasi).
Untuk lebih jelasnya definisi kompensasi menurut beberapa ahli, antara
lain sebagai berikut.
16
Definisi kompensasi menurut Malayu Hasibuan (2007:117) yaitu :
“ Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas
jasa yang diberikan kepada perusahaan ”.
Definisi kompensasi menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 181) yaitu :
“ Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja telah
memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan ”.
Definisi kompensasi menurut William B. Werther dan Keith Davis
(2006 : 379) yaitu :
“ Compensation is what employee receive in exchange of their
contribution to the organization”.
( Kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari
kontribusi mereka kepada perusahaan ).
Definisi kompensasi menurut Edwin B. Flippo :
“ Wages is defined as the adequate and equitable renumeration of
personnel for their constribution to organizational objectives ”.
( Upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan
kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi ).
Definisi kompensasi menurut John M. Ivancevich (2007 : 294) yaitu :
“ Compensation is the human resource management function that deals
with every type of reward individuals receive in exchange for perfoming
organizational tasks ”.
( Kompensasi adalah fungsi manajemen sumber daya manusia yang
berhubungan dengan setiap jenis penghargaan yang diterima individu
sebagai balas jasa melaksanakan tugas-tugas organisasi ).
17
Definisi kompensasi menurut Andrew F. Sikula :
“ A compensation is anything that constitutes or is regarded as an
equivalent or recompense ”
( Kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap
sebagai suatu balas jasa atau ekuivalen ).
2.3.2
Penggolongan Kompensasi
Menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 181) pada dasarnya kompensasi terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Kompensasi Langsung
Kompensasi langsung terdiri dari : gaji, upah dan insentif
2.
Kompensasi Tidak Langsung
Kompensasi tidak langsung terdiri dari : asuransi, fasilitas kantor dan
tunjangan kesehatan.
2.3.3
Tujuan Kompensasi
Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Mendapatkan karyawan yang berkualitas
Organisasi yang bersaing di pasar tenaga kerja untuk mendapatkan
karyawan yang berkualitas dan memenuhi standar yang diminta organisasi.
Oleh karena itu, untuk menarik calon karyawan masuk dalam organissasi,
organisasi harus merangsang calon-calon pelamar dengan tingkat
kompensasi yang cukup kompetitif dengan tingkat kompensasi organisasi
lain.
2. Mempertahankan karyawan yang sudah ada
Dengan
adanya
kompensasi
yang
kompetitif,
organisasi
dapat
mempertahankan karyawan yang potensial dan berkualitas untuk tetap
bekerja. Hal ini untuk mencegah tingkat perputaran kerja karyawan yang
18
tinggi dan kasus pembajakan karyawan oleh organisasi lain dengan imingiming gaji yang tinggi.
3. Adanya keadilan
Adanya administrasi kompensasi menjamin terpenuhinya rasa keadilan
pada hubungan antara manajemen dan karyawan. Dengan pengikatan
pekerjaan, sebagai balas jasa organisasi atas apa yang sudah diabdikan
karyawan pada organisasi, maka keadilan dalam pemberian kompensasi
mutlak dipertimbangkan.
4. Perubahan sikap dan perilaku
Adanya kompensasi yang layak dan adil bagi karyawan hendaknya dapat
memperbaiki sikap dan perilaku yang tidak menguntungkan serta
mempengaruhi produktivitas kerja. Perubahan-perubahan sikap dan
perilaku ini tercermin dari rasa tanggung jawab, pengalaman kesetiaan
pada perusahaan, serta memotivasi dan prestasi yang meningkat dalam
bekerja.
5. Efisiensi biaya
Program
kompensasi
yang
rasional
membantu
organisasi
untuk
mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat
biaya layak. Dengan upah yang kompetitif, organisasi dapat memperoleh
keseimbangan dari etos kerja karyawan yang meningkat.
6. Administrasi legalitas
Dalam administrasi kompensasi juga terdapat batasan legalitas karena
diatur oleh pemerintah dalm sebuah undang-undang. Tujuannya agar
organisasi tidak sewenang-wenang memperlakukan karyawan sebagai
asset perusahaan.
2.3.4
Sistem Kompensasi
Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah :
a. Sistem waktu,
b. Sistem hasil (output), dan
19
c. Sistem borongan.
a. Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) ditetapkan
berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu atau bulan. Administrasi
pengupahan sistem waktu relatif mudah serta dapat diterapkan kepada karyawan
tetap maupun pekerja harian. Misalnya : Fitriawan pekerja harian, upahnya
perhari sebesar Rp 5.000,00. Jika ia bekerja selama 6 hari, maka upahnya sama
dengan 6 x Rp 5.000,00 = Rp 30.000,00. Elvijn May, S.H. karyawan tetap,
gajinya per bulan sebesar Rp 350.000,00. Jadi setiap bulannya Elvijn akan
menerima gaji sebesar Rp 350.000,00.
Sistem waktu biasanya ditetapkan jika prestasi kerja sulit diukur per
unitnya dan bagi karyawan tetap kompensasinya dibayar atas sistem waktu secara
periodik setiap bulannya. Besar kompensasi sistem waktu hanya didasarkan
kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan kepada prestasi kerjanya.
Kebaikan sistem waktu adalah administrasi pengupahan mudah dan
besarnya kompensasi yang akan dibayarkan tetap. Kelemahan sistem waktu
adalah pekerja yang malas pun kompensasinya tetap dibayar sebesar perjanjian.
b. Sistem Hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit
yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter atau kilogram.
Dalam sistem hasil (output), besarnya kompensasi yang dibayar selalu
didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu
mengerjakannya. Sistem hasil ini tidak dapat diterapkan kepada karyawan tetap
(sistem waktu) dan jenis pekerjaan yang tidak mempunyai standar fisik, seperti
bagi karyawan administrasi. Misalnya : Perusahaan Genting Merah menetapkan
upah per genting Rp 1.000,00. Jika Ali dapat mengerjakan 500 genting maka
kompensasi (balas jasa) yang diterimanya 500 x Rp 1.000,00 = Rp 500.000,00.
20
Kebaikan sistem hasil adalah memberikan kesempatan kepada karyawan
yang bekerja bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas
jasa yang lebih besar. Jadi prinsip keadilan betul-betul diterapkan. Pada sistem
hasil yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh adalah kualitas barang
yang dihasilkan karena ada kecenderungan dari karyawan untuk mencapai
produksi yang lebih besar dan kurang memperhatikan kualitasnya. Manajer juga
perlu memperhatikan jangan sampai karyawan memaksa dirinya untuk bekerja
diluar kemampuannya sehingga kurang memperhatikan keselamatannya.
Kelemahan dari sistem ini adalah kualitas barang yang dihasilkan
terkadang kurang baik dan karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil,
sehingga dianggap kurang manusiawi.
c. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya
jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Dalam sistem
borongan pekerja bisa mendapat balas jasa besar atau kecil, tergantung atas
kecermatan kalkulasi mereka.
2.3.5
Waktu Pembayaran Kompensasi
Kompensasi harus dibayar tepat waktunya, jangan sampai terjadi
penundaan, supaya kepercayaan karyawan terhadap perusahaan semakin besar,
ketenangan dan konsentrasi kerja akan lebih baik. Jika pembayaran kompensasi
tidak tepat pada waktunya, maka akan mengakibatkan disiplin, moral, serta gairah
kerja karyawan menurun, bahkan turnover karyawan akan tinggi. Pengusaha harus
memahami bahwa balas jasa akan dipergunakan karyawan beserta keluarganya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, dimana kebutuhan itu tidak
dapat ditunda, misalnya makan. Kebijaksanaan waktu pembayaran kompensasi
hendaknya berpedoman daripada menunda lebih baik mempercepat dan
menetapkan waktu yang paling tepat.
21
Misalnya, gaji diberikan setiap tanggal satu, jika pada tanggal satu jatuh
pada hari libur (minggu) sebaiknya gaji dibayarkan pada hari sebelumnya
(dipercepat). Pemberian upah insentif dan kesejahteraan hendaknya ditetapkan
waktunya yang paling tepat. Misalnya, pada saat tahun ajaran baru supaya
pemberian tersebut mempunyai dampak yang positif.
2.3.6
Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi di suatu
perusahaan, antara lain sebagai berikut :
a) Penawaran dan permintaan tenaga kerja,
b) Kemampuan dan kesediaan perusahaan,
c) Serikat buruh/organisasi karyawan,
d) Produktivitas kerja karyawan,
e) Pemerintah dengan undang-undang dan keppresnya,
f) Biaya hidup/cost of living,
g) Posisi jabatan karyawan,
h) Pendidikan dan pengalaman karyawan,dan
i) Jenis dan sifat pekerjaan.
a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaan
(permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja
lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif lebih
besar.
b. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin
baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika
22
kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang, maka
tingkat kompensasi relatif kecil.
c. Serikat Buruh/Organisasi Karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi
semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang
berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.
d. Produktivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak, maka kompensasi
akan semakin besar. Sebaliknya jika produktivitas kerjanya buruk serta
sedikit maka kompensasinya kecil.
e. Pemerintah dengan Undang-undang dan Keppres
Pemerintah dengan undang-undang dan keppres menetapkan besarnya
batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting
supaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya balas
jasa bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari
tindakan sewenang-wenang.
f. Biaya Hidup/Cost of Living
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah
semakin besar. Sebaliknya, jika biaya hidup di daerah itu rendah maka
tingkat kompensasi/upah relatif kecil. Seperti tingkat upah di Jakarta lebih
besar dari di Bandung, karena tingkat biaya hidup di Jakarta lebih besar
daripada di Bandung.
g. Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan mendapatkan
gaji/kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki
jabatan yang lebih rendah akan memperoleh gaji/kompensasi yang kecil.
23
Hal ini wajar karena seseorang yang mendapat kewenangan dan tanggung
jawab yang besar harus mendapatkan gaji/kompensasi yang lebih besar
pula.
h. Pendidikan dan Pengalaman Kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama, maka
gajji/balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta
keterampilannya lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan
rendah
dan
pengalaman
kerja
yang
kurang
maka
tingkat
gaji/kompensasinya kecil.
i. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Jika jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko (finansial,
keselamatan) yang besar, maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar
karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya.
Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan risiko (finansial,
kecelakaannya) kecil, tingkat upah/balas jasanya relatif rendah. Misalnya
pekerjaan merakit komputer balas jasanya lebih besar daripada
mengerjakan mencetak batu bata.
24
2.4
Kepuasan Kerja
2.4.1
Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja (job satisfaction) pada dasarnya merupakan suatu sikap
yang sering dibahas di dalam beberapa buku literatur yang membahas organisasi.
Para ahli mendefinisikan kepuasan kerja sebagai berikut :
Berdasarkan pendapat AA.Anwar Prabu Mangkunegara (2004 : 117) :
“ Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak
menyokong diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya
maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan
pekerjaan, melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima,
kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan karyawan lain,
penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu
pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya
antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan ”.
Berdasarkan pendapat (Mangkunegara 2007 : 154) :
“ Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya.
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja ”.
Berdasarkan pendapat Wexley and Yukl (Shobaruddin, 2000 :129) :
“ Job satisfactions the way an employee feel about his or her job. It
generalized attitude forward the based or evaluation of different aspect of
the job. A person’s attitude forward his job reflect about pleasant and
unpleasant experiences in the job and his expections about future
experience ”.
(Kepuasan kerja adalah cara seorang karyawan merasakan pekerjaannya
yang merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya
didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya yang bermacam-macam. Sikap
tersebut merupakan pencerminan dari pengalaman-pengalaman yang
diberikan, kesenangan serta ketidaksenangan terhadap pekerjaannya serta
harapan akan pengalaman-pengalaman dimasa yang akan datang).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimak bahwa seseorang dengan
tingkat kepuasan yang tinggi, menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan
itu, dan sebaliknya apabila seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya itu,
menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya itu.
25
2.4.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Moh. As’ad
(2001 : 115-116) yaitu :
1. Faktor psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap
kerja, bakat dan keterampilan.
2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial
baik antara sesama karyawan dengan atasannya, maupun karyawan yang
berbeda jenis pekerjaannya.
3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruang, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan,
umur dan sebagainya.
4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan
sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan lain
sebagainya.
Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2004 : 120) ada dua faktor
utama yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
1. Faktor Pegawai
Yaitu : kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin,
kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, emosi, cara
berpikir, persepsi dan sikap kerja.
2. Faktor Pekerjaan
Yaitu : jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan),
kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi
jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.
26
2.4.3 Indikator-indikator Kepuasan Kerja
Menurut Rivai (2009 : 860) tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak
ada karena setiap individu karyawan berbeda standar kepuasannya. Indikator
kepuasan kerja hanya diukur dengan :
1. Isi pekerjaan, penampilan tugas yang aktual dan sebagai kontrol terhadap
pekerjaan.
2. Organisasi
3. Kesempatan untuk maju
4. Gaji dan keuntungan dalam bidang keuangan (insentif)
Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2007 : 167) indikator
tingkat kepuasan dapat dilihat dari :
1. Tingkat perputaran karyawan
Kepuasan kerja yang lebih rendah biasanya akan mengakibatkan
perputaran karyawan lebih tinggi. Mereka lebih mudah meninggalkan
perusahaan dan mencari kesempatan diperusahaan lain.
2. Tingkat absensi karyawan
Para karyawan yang kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih
sering absen.
3. Umur karyawan
Semakin tua umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan
pekerjaan-pekerjaan mereka. Para karyawan yang lebih muda cenderung
kurang terpuaskan, karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurang
penyesuaian, dan penyebab-penyebab lainnya.
4. Jenjang pekerjaan
Orang-orang dengan jenjang pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih
mendapatkan kepuasan kerja. Mereka biasanya memperoleh kompensasi
lebih baik, kondisi kerja lebih nyaman, dan pekerjaan-pekerjaan mereka
memungkinkan pengguna segala kemampuan yang mereka miliki,
sehingga mereka mempunyai alasan-alasan untuk lebih terpuaskan.
27
5. Ukuran organisasi
Ukuran organisasi perusahaan cenderung mempunyai hubungan secara
berlawanan dengan kepuasan kerja. Semakin besar organisasi, kepuasan
kerja cenderung turun secara moderat kecuali manajemen mengambil
berbagai tindakan korektip. Tanpa tindakan koreksi, organisasi besar akan
menjauhkan karyawannya dalam berbagai proses seperti partisipasi,
komunikasi dan koordinasi kurang lancar.
2.5
Pengaruh Kompensasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan
Setiap orang yang melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan, pasti
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Begitu pula dengan karyawan yang
bekerja pada suatu perusahaan, sudah pasti mempunyai maksud, apalagi hal
tersebut telah direncanakan sebelumnya. Karyawan pada umumnya bekerja untuk
mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan kontribusi kerja dan kebutuhannya.
Bila penggajian tidak diadministrasikan secara tepat, perusahaan bisa kehilangan
para karyawan yang baik dan harus mengeluarkan biaya untuk menarik,
menyeleksi, melatih, dan mengembangkan penggantinya ( T. Hani Handoko,
2001 : 156 ). Bahkan bila karyawan tidak keluar mereka menjadi tidak puas
terhadap perusahaan dan menurunkan produktivitas mereka.
Tujuan karyawan bekerja umumnya mengharapkan kompensasi finansial.
Walaupun ada sebagian orang yang berbeda pendapat karena ada juga karyawan
yang bekerja bukan semata-mata bertujuan untuk mengharapkan balas jasa berupa
kompensasi finansial. Tetapi hal ini tidaklah selalu benar, terutama bagi karyawan
yang bekerja dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena tanpa
terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka karyawan tidak akan dapat bekerja dengan
baik. Oleh karena itu, untuk mengharapkan karyawan agar lebih baik, harus ada
faktor-faktor yang mempengaruhinya terutama besar kecilnya tingkat kompensasi
finansial yang diberikan. Seandainya pemberian kompensasi finansial tidak sesuai
dengan prestasi yang telah dikorbankan, maka mengakibatkan karyawan tidak
28
puas, dan bila hal ini dibiarkan saja akan menjurus kepada hal-hal yang negatif
dan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan oleh manajer. Suatu kondisi emosional karyawan dengan adanya
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, apabila harapan
yang ada pada individu dapat terjadi atau sesuai dengan kenyataan, maka ada
kepuasan karyawan dalam bekerja, sebaliknya bila harapan yang diinginkan tidak
baik, hal inilah yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan untuk memberikan
kompensasi sesuai dengan prestasi yang ada pada karyawan (Tri Murwaningsih,
2000 : 71).
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
Hal ini tampak dalam sikap karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang
dihadapi dilingkungan kerjanya. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing inividu. Semakin
banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu
tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya. Sebaliknya,
semakin sedikit aspek-aspek pekerjaan yang sesuai dengan keingininan individu,
maka semakin rendah tingkat kepuasan yang dirasakannya.
Dari keterangan diatas dan berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan
dalam bab ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa besar kecilnya
tingkat kompensasi yang diberikan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Download