II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Persaingan yang ketat antara perusahaan telah mendorong perusahaan untuk lebih mengetahui dan memahami keinginan dan kebutuhan konsumen agar dapat memimpin pasar. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang definisi pemasaran dari sudut pandang para pakar ilmu pemasaran. Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan Keller (2007), definisi pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses dalam menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008), definisi pemasaran merupakan suatu proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan tersebut sebagai imbalannya. Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses di mana perusahaan menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan serta menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya yang pada akhirnya akan memuaskan tujuan individu dan organisasi. 2.2. Produk Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan produk sebagai semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan tipe konsumen yang menggunakannya, yaitu: 8 a. Produk konsumen Produk konsumen adalah produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Pemasar biasanya menggolongkan produk ini berdasarkan bagaimana cara konsumen membelinya sehingga didapatkan produk kebutuhan sehari-hari, produk belanja, produk khusus dan produk yang tak dicari. b. Produk industri Produk industri adalah produk yang dibeli oleh individu dan organisasi untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan suatu usaha. Produk industri berbeda dengan produk konsumen berdasarkan tujuan pembelian suatu produk. Produk ini meliputi bahan baku dan suku cadang, barang-barang modal, dan persediaan serta pelayanan. 2.3. Jasa Menurut Kotler (1994), definisi jasa adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lainnya, dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Jasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Berdasarkan faktor produksi Berdasarkan faktor produksi yang digunakan, jasa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Equipment based service 2) People based service b. Berdasarkan pemenuhan kebutuhan Berdasarkan pemenuhan kebutuhan, jasa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Kebutuhan perorangan (jasa personal) 2) Kebutuhan bisnis (jasa bisnis) 9 c. Berdasarkan atas kebutuhan akan kehadiran konsumen Berdasarkan atas kebutuhan akan kehadiran konsumen, jasa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Jasa yang memerlukan kehadiran konsumen 2) Jasa yang tidak memerlukan kehadiran konsumen d. Berdasarkan tujuan perusahaan Berdasarkan tujuan perusahaan, jasa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Profit motif 2) Non profit motif Selain dapat diklasifikasikan, jasa juga memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut: a. Tidak berwujud (intangibility) Jasa merupakan suatu hal yang tidak berwujud. Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, atau diraba sebelum jasa dibeli. Oleh karena itu, jasa hanya dapat dimanfaatkan tetapi tidak untuk dimiliki. b. Tidak dapat dipisahkan (inseperability) Pada dasarnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Hal ini berbeda dengan barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam bentuk persediaan, didistribusikan melalui berbagai penjual, dan selanjutnya dikonsumsi. c. Variabilitas (variability) Jasa sangat bervariasi dalam bentuk, kualitas, dan jenisnya. Ini disebabkan karena jasa bergantung pada siapa yang menyediakan, kapan jasa dilakukan, dan dimana jasa dilakukan. d. Tidak tahan lama (perishability) Jasa adalah komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Jasa akan bernilai ketika pembeli jasa membutuhkan pelayanan. 10 2.4. Konsumen Raphel dan Raphel dalam Tjiptono (2008) berpendapat bahwa konsumen dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan tujuan pembelian, yaitu konsumen akhir (individual) dan konsumen organisasional (konsumen industrial, konsumen antara, konsumen bisnis). Konsumen akhir terdiri atas individu dan rumah tangga yang melakukan pembelian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan konsumen organisasional terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang, dan lembaga non profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk keperluan bisnis atau meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Selain itu konsumen dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat loyalitas yang terdiri atas lima tipe konsumen, yaitu: a. Prospek Prospek berada pada anak tangga paling bawah dalam tangga loyalitas dan terdiri dari orang-orang yang mengenal bisnis suatu perusahaan, tetapi belum pernah masuk dan membeli produk atau jasa toko tersebut. b. Pembelanja (shopper) Pembelanja merupakan tipe konsumen yang telah memiliki keyakinan untuk mengunjungi toko tersebut, paling tidak satu kali. Namun, tipe konsumen ini belum membuat keputusan pembelian. c. Pelanggan (customer) Pelanggan adalah tipe konsumen yang membeli produk atau jasa perusahaan. d. Klien Klien merupakan tipe konsumen yang secara regular membeli produk atau jasa perusahaan. e. Penganjur (advocates) Penganjur adalah tipe konsumen yang menduduki anak tangga paling atas dalam tangga loyalitas. Tipe konsumen ini terdiri dari orang-orang yang 11 merasa puas dengan produk atau jasa perusahaan yang berdampak pada proses rekomendasi positif produk kepada orang lain. Konsumen pada dasarnya terdiri dari kelompok-kelompok yang dapat dibedakan berdasarkan usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera. Oleh karena itu para pemasar berkewajiban untuk mengetahui dan memahami konsumen tersebut, baik ditinjau dari segi kebutuhan, selera atau persepsi, maupun proses pengambilan keputusan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen dapat memungkinkan pemasar dalam mempengaruhi keputusan konsumen, yang akan berdampak pada keinginan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh pemasar di pasar. 2.4.1. Karakteristik Konsumen Pilihan konsumen atas suatu produk dapat dipengaruhi oleh karakteristik konsumen. Menurut Sumarwan (2004), terdapat beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi proses intepretasi dan sikap seorang konsumen terhadap proses penilaian performance suatu produk, yaitu: a. Karakteristik demografi Variabel-variabel yang berhubungan dengan karakteristik demografi konsumen antara lain lokasi geografi, usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik tersebut memberikan pengaruh terhadap lokasi usaha bersangkutan dalam memaksimumkan daya tariknya melalui produk dan bauran pemasarannya. b. Karakteristik sosial Karakteristik sosial konsumen berpengaruh dalam perbedaan individu pada saat proses keputusan pembelian terjadi. Karakteristik tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) variabel ekonomi –status pekerjaan, pendapatan, dan harta benda; (2) 12 variabel interaksi –prestise individu, asosiasi, dan sosialisasi; dan (3) variabel politik –kekuasaan, kesadaran kelas, dan mobilitas. c. Karakteristik ekonomi Variabel-variabel yang terkait dengan karakteristik ekonomi konsumen adalah pendapatan, pengeluaran, dan kredit yang dilakukan oleh konsumen. 2.4.2. Perilaku Konsumen Engel et al. (1994) berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang diperlihatkan konsumen pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk, setelah melakukan kegiatan-kegiatan di atas atau mengevaluasinya dengan harapan dapat memuaskan kebutuhan mereka. 2.4.3. Proses Keputusan Konsumen Menurut Engel et al. (1994), proses keputusan konsumen meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengenalan kebutuhan Pada tahap ini konsumen mulai mempersepsikan adanya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual 13 yang terjadi dalam rangka pembangkitan dan pengaktifan proses keputusan. 2. Pencarian informasi Pada tahap ini konsumen mulai mencari informasi yang disimpan dalam ingatan atau memori (pencarian internal) atau berusaha mendapatkan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal) yang relevan dengan keputusan. 3. Evaluasi alternatif Tahap evaluasi alternatif terjadi ketika konsumen mengevaluasi pilihannya terkait dengan manfaat yang diharapkan dan berusaha mempersempit pilihan hingga alternatif dapat dipilih. 4. Pembelian Pada tahapan ini konsumen mendapatkan alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu yang berdampak pada proses pembelian konsumen. 5. Hasil Tahapan ini terjadi pada saat konsumen mengevaluasi kesesuaian alternatif yang dipilih dengan kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Engel et al. (1994) membedakan kontinum pemecahan masalah pada proses keputusan konsumen menjadi tiga bagian yaitu: a. Pemecahan masalah yang diperluas Pemecahan masalah yang diperluas terjadi ketika proses keputusan pembelian dilakukan secara teliti dan khusus oleh konsumen sehingga menyita waktu yang relatif lebih banyak. Hasil yang diharapkan berupa kepuasan yang ditunjukkan dalam bentuk rekomendasi positif kepada orang lain serta keinginan pembelian kembali apabila terdapat kesempatan. 14 b. Pemecahan masalah yang terbatas Proses pemecahan masalah yang terbatas berbeda dengan proses pemecahan masalah yang diperluas dalam hal penyederhanaan proses. Proses pemecahan masalah yang terbatas berusaha menyederhanakan proses dengan cara mengurangi jumlah serta variasi sumber informasi, alternatif, dan kriteria yang digunakan untuk evaluasi, sehingga sesuai digunakan pada mayoritas pembelian di pasar swalayan. c. Pemecahan masalah jajaran tengah Kategori pemecahan masalah jajaran tengah digunakan sebagai pengakuan akan ketidakmampuan keputusan pembelian untuk dikotak-kotakkan secara rapi. Keputusan pembelian ini berjajar di antara pemecahan masalah yang diperluas dengan pemecahan masalah yang terbatas. Ketiga jangkauan pemecahan masalah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: a. Alternatif-alternatif dibedakan dengan cara yang relevan Evaluasi alternatif tidak hanya mencakup pertimbangan objektif tetapi juga faktor subjektif yang dapat sama atau bahkan lebih penting dalam suatu keputusan pembelian. b. Tersedia waktu yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam Waktu merupakan elemen penting dalam suatu proses keputusan pembelian konsumen. Keterbatasan waktu dapat menghambat pertimbangan informasi dalam pemecahan masalah yang diperluas. c. Terdapat tingkat keterlibatan yang tinggi yang menyertai pembelian Berikut ini adalah faktor-faktor yang berperan sebagai determinan utama dari keterlibatan yang tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas yaitu: 15 a) Hubungan ego b) Risiko konsekuensi negatif yang dirasakan c) Makna hedonik d) Sanksi sosial 2.5. Sikap Sikap konsumen adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan konsumen karena sikap berperan penting dalam membentuk perilaku seorang konsumen. Sikap berguna bagi pemasaran dalam beberapa hal yaitu: a. Menilai keefektifan dari suatu kegiatan pemasaran. b. Membantu mengevaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan di dalam pasar. c. Membentuk pangsa pasar dan memilih target pasar. Menurut Engel et al. (1994), sikap mencerminkan apa yang konsumen sukai dan tidak sukai. Sedangkan Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004) berpendapat bahwa sikap adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang menunjukkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, baik berupa pelayanan, retailer tertentu, merek, iklan, individu, perilaku tertentu, serta masalah (issues) tertentu. Till dan Busler (2000) menyatakan bahwa sikap dapat diukur melalui tiga dimensi pertanyaan, yaitu Strongly Like-Strongly Dislike, Very GoodVery Bad, dan Very Positive-Very Negative. Begitupula dengan Loudon dan Della Bitta dalam Sumarwan (2004) yang berpendapat bahwa sikap memiliki tiga unsur yaitu: a. Kognitif (pengetahuan) b. Afektif (emosi, perasaan) c. Konatif (tindakan) 16 Dengan demikian definisi sikap adalah merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, disenangi atau tidak, disetujui atau tidak terhadap sesuatu, baik berupa pelayanan, retailer tertentu, merek, iklan, individu, perilaku tertentu, serta masalah (issues) tertentu, yang memiliki tiga unsur utama, yaitu kognatif (pengetahuan), afektif (emosi, perasaan), dan konatif (tindakan), serta dapat diukur melalui tiga dimensi pertanyaan, yaitu Strongly Like-Strongly Dislike, Very Good-Very Bad, dan Very Positive-Very Negative. 2.5.1. Karakteristik Sikap Sumarwan (2004) menjelaskan dalam bukunya, bahwa sikap mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: 1. Sikap memiliki objek Sikap konsumen pasti terkait dengan objek, seperti sikapnya terhadap merek, produk, iklan, harga, kemasan, ataupun terhadap media. Objek tersebut dapat berupa konsep abstrak seperti konsumerisme, atau produk tangible, serta benda fisik atau sebuah tindakan. 2. Konsistensi sikap Sikap merupakan gambaran perasaan seseorang terhadap suatu objek yang akan direfleksikan oleh perilakunya. Oleh karena itu, sikap memiliki konsistensi dengan perilaku. 3. Sikap positif, negatif, dan netral Sikap memiliki dimensi positif, negatif dan netral. Dimensi positif dari sikap dicerminkan dengan kesukaan konsumen terhadap suatu produk. Sedangkan dimensi negatif dari sikap dicerminkan dengan ketidaksukaan konsumen terhadap suatu produk. Namun adapula konsumen yang tidak memiliki sikap dan masuk ke dalam dimensi netral. 17 4. Intensitas sikap Konsumen memiliki tingkatan yang bervariasi dalam menyatakan sikapnya terhadap suatu merek produk. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. 5. Resistensi sikap (Resistance) Resistensi merupakan tingkatan di mana sikap seorang konsumen bisa berubah. Pemahaman yang mendalam tentang resistensi konsumen berguna bagi pemasar dalam menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Salah satu caranya dengan menerapkan pemasaran ofensif yang dapat merekrut konsumen baru. 6. Persistensi sikap (Persistance) Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah seiring dengan waktu. 7. Keyakinan sikap (Confidence) Keyakinan adalah kepercayaan konsumen akan kebenaran dari sikap yang dimilikinya. 8. Sikap dan situasi Situasi akan mempengaruhi seorang konsumen dalam menyatakan sikapnya terhadap suatu objek. 2.5.2. Sifat Sikap Engel et al. (1994) berpendapat bahwa sikap memiliki sifatsifat penting. Sifat-sifat penting dari sikap sebagai berikut: a. Kepercayaan Pemahaman tingkat kepercayaan yang dihubungkan dengan sikap adalah penting berdasarkan dua alasan. Pertama, hal ini dapat mempengaruhi kekuatan hubungan di antara sikap dan perilaku, dan yang kedua adalah karena kepercayaan dapat mempengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. 18 b. Dinamis Banyak sikap akan berubah sejalan dengan perubahan waktu. Sifat dinamis ini sebagian besar bertanggung jawab atas perubahan di dalam gaya hidup konsumen. 2.5.3. Fungsi Sikap Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004) mengemukakan bahwa sikap memiliki empat fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi utilitarian (The Utilitarian Function) Fungsi ini berupa pernyataan sikap seseorang terhadap suatu objek atau produk dalam rangka mendapatkan manfaat dari produk (rewards) tersebut atau menghindarkan resiko dari produk (punishment). Dengan kata lain, sikap berfungsi untuk mengarahkan perilaku dari konsumen dalam mendapatkan penguatan positif atau menghindarkan resiko. 2. Fungsi mempertahankan ego (The Ego-Devensive Function) Sikap berfungsi untuk melindungi seseorang dari keraguan yang muncul dari dasar dirinya sendiri ataupun dari faktor luar yang mungkin memberikan ancaman bagi dirinya. Sikap akan menimbulkan kepercayaan diri yang lebih baik bagi seseorang untuk meningkatkan citra diri dan mengatasi ancaman dari luar. 3. Fungsi ekspresi nilai (The Value-Expressive Function) Fungsi ekspresi nilai menggambarkan fungsi sikap dalam menyatakan gaya hidup, nilai-nilai dan identitas sosial dari diri seseorang. Sikap dipandang dapat mencerminkan hobi, kegiatan, opini, dan minat dari diri seorang konsumen. 4. Fungsi pengetahuan (The Knowledge Function) Salah satu karakter konsumen yang penting adalah keingintahuan. Pengetahuan yang baik mengenai suatu produk dapat mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut. 19 2.5.4. Model Struktur Sikap Peter dan Olson dalam Sumarwan (2004) menyatakan bahwa berdasarkan strukturnya, sikap terdiri dari tiga unsur komponen analisa konsumen, yaitu: (1) consumer affect dan cognition; (2) consumer behavior; dan (3) consumer environment. Model ini kemudian disebut sebagai Tricomponent Attitude Model atau disebut juga sebagai Model Sikap ABC (Solomon dalam Sumarwan, 2004), dimana A menyatakan sikap (affect), B adalah perilaku (behavior), dan C adalah kepercayaan (cognitive). Menurut Engel et al. (1994), Tricomponent Attitude Model adalah sebagai berikut: 1. Komponen kognitif Komponen kognitif adalah pengetahuan dan persepsi konsumen, biasanya berbentuk kepercayaan seseorang terkait dengan objek sikap. Pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan emosi seseorang merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. 2. Komponen afektif Komponen afektif adalah suatu komponen yang berkaitan dengan masalah emosional dan perasaan subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Pada dasarnya komponen ini sama dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 3. Komponen konatif Komponen konatif lebih menekankan pada aspek kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki subjek. Perilaku tersebut banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan pada diri seseorang, yang apabila dilakukan secara konsisten dan selaras dengan kepercayaan dan perasaan akan membentuk sikap individual. 20 2.6. Persepsi Menurut Robbins (1991), persepsi adalah proses di mana individu mengorganisasikan dan mengintepretasikan sensori mereka dalam memberikan makna terhadap lingkungannya. Sedangkan Mowen dalam Sumarwan (2004), persepsi merupakan suatu proses dimana individu terekspose pada informasi, memperhatikan informasi, dan memahami informasi tersebut. Wood (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses aktif dari menerjemahkan suatu arti dengan cara selektif, mengorganisasikan, dan mengintepretasikan orang, benda, peristiwa, situasi dan fenomena lainnya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi pesepsi adalah proses mengorganisasikan, dan aktif di mana mengintepretasikan individu sensori secara mereka selektif, dalam memberikan makna terhadap orang, benda, peristiwa, lingkungan dan fenomena lainnya. 2.7. Periklanan Jefkins (1997) menyatakan bahwa periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa dengan biaya yang semurah-murahnya. Terdapat beberapa jenis iklan, yaitu: a. Iklan konsumen Iklan konsumen menggunakan media seperti koran-koran, televisi, radio, iklan bioskop, serta iklan luar ruangan dalam mempromosikan produknya. b. Iklan antar bisnis Iklan antar bisnis berguna dalam proses promosi barang-barang dan jasa nonkonsumen. Media yang digunakan oleh iklan antar bisnis adalah jurnal-jurnal perdagangan, katalog, literatur, pameran-pameran dagang, seminar dan demonstrasi topik, serta jasa kiriman pos. 21 c. Iklan perdagangan Iklan perdagangan berguna dalam memberikan informasi kepada para pedagang besar, eksportir dan importir, serta para agen berkenaan dengan barang-barang yang tersedia untuk dijual kembali. Media yang digunakan oleh iklan tersebut berupa pers perdagangan, pameran perdagangan, dan televisi. d. Iklan eceran Iklan eceran adalah iklan yang dibuat dan disebarluaskan oleh pihak pemasok atau perusahaan dan biasanya ditempatkan di semua lokasi yang menjual produk tersebut kepada para konsumen. Iklan tersebut berguna dalam mempopulerkan perusahaan, memikat para konsumen dengan promosi tertentu, serta menjual barang-barang yang eksklusif bagi toko tertentu. Media yang digunakan oleh iklan eceran dalam mempromosikan produknya adalah koran mingguan lokal, poster-poster, koran harian lokal, siaran iklan di televisi daerah, serta selebaran-selebaran iklan. e. Iklan bersama Iklan bersama merupakan dukungan iklan yang diberikan oleh pihak perusahaan atau pabrik kepada para pengecer produk-produknya. f. Iklan keuangan Iklan keuangan berguna untuk menghimpun dana pinjaman atau menawarkan modal, baik dalam bentuk penjualan saham, asuransi, serta surat obligasi. Media yang digunakan oleh iklan tersebut seperti majalah bisnis dan televisi. g. Iklan recruitment Iklan recruitment bertujuan untuk merekrut calon pegawai dan berbentuk seperti iklan kolom yang menyajikan kerahasiaan pelamar atau iklan selebaran biasa. Media yang digunakan oleh iklan tersebut adalah surat kabar nasional, terbitan gratis, dan jurnal-jurnal perdagangan. 22 Bovee (1992) mengklasifikasikan periklanan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Berdasarkan target audience Berdasarkan target audience iklan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Iklan konsumen b. Iklan bisnis 1) Agrikultur 2) Perdagangan 3) Profesional 4) Industri 2. Berdasarkan area geografi Berdasarkan area geografi iklan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Iklan lokal b. Iklan regional c. Iklan nasional d. Iklan internasional 3. Berdasarkan medium Berdasarkan medium iklan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Iklan broadcast 1) Iklan radio 2) Iklan televisi b. Iklan print 1) Iklan surat kabar 2) Iklan majalah c. Iklan keluar rumah 1) Iklan outdoor 2) Iklan transit d. Iklan direct-mail 23 4. Berdasarkan tujuan Berdasarkan tujuan iklan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Iklan komersial b. Iklan nonkomersial c. Iklan produk d. Iklan nonproduk e. Iklan aksi f. Iklan awareness Menurut Chandra (2008), iklan adalah cara memperkenalkan produk kepada target konsumen melalui berbagai macam media, seperti radio, televisi, koran, majalah, dan internet. Dengan kata lain, iklan sering digunakan sebagai media promosi produk yang mampu menjangkau banyak target secara cepat dan mudah. 2.8. Endorser Belch dan Belch dalam Redenbach (1999) mendefinisikan source atau yang lebih dikenal dengan endorser sebagai seseorang yang berperan dalam mengkomunikasikan pesan pemasaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan Sumarwan (2004) berpendapat bahwa komunikasi pemasaran melalui iklan di berbagai media sering kali menggunakan kelompok acuan yang berperan sebagai endorser. Para kelompok acuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Selebriti Kelompok selebriti adalah para artis film, musisi, sinetron, pelawak, penyanyi, dan semua orang-orang terkenal yang bergerak di bidang hiburan. Selain itu kelompok selebriti juga dapat berupa para tokoh politik, pemain olahraga yang terkenal, pejabat pemerintah, serta para pengamat ekonomi, sosial, dan politik. 24 b. Ahli atau pakar Perusahaan sering menggunakan para ahli untuk mengiklankan produknya yang relevan dengan bidang pekerjaan, pendidikan, dan pengalaman para pakar tersebut. Para ahli digunakan untuk membantu konsumen dalam proses evaluasi produk dan jasa. c. Orang biasa (The Common Man) Perusahaan sering menampilkan atau menggunakan konsumen biasa yang puas terhadap produknya dalam iklan dengan harapan dapat memberikan pengaruh terhadap konsumen lainnya. d. Para eksekutif dan karyawan Para eksekutif sering digunakan dalam mempromosikan produk dan jasa yang dihasilkan perusahaannya dalam iklan dengan tujuan menciptakan kesan kepedulian terhadap konsumen, serta membangun kepercayaan konsumen akan produk dan jasa yang ditawarkan tersebut. e. Karakter dagang atau juru bicara (Trade or Spokes-Character) Karakter dagang atau juru bicara merupakan simbol dari perusahaan yang digunakan dalam komunikasi pemasaran dan berfungsi sebagai daya tarik bagi konsumen. Salah satu karakter dagang atau juru bicara yang sering digunakan dalam komunikasi pemasaran adalah karakter atau tokoh kartun yang popular. Perusahaan harus berhati-hati dalam memilih endorser untuk mengiklankan produknya. Masing-masing endorser memiliki mekanisme yang berbeda di dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen, yaitu: 1. Source credibility Source credibility menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki endorser yang relevan dengan merek produk yang diiklankan serta menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan informasi secara tidak biasa dan objektif. Kredibilitas memiliki dua sifat penting, yaitu: (1) expertise -merupakan pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang 25 dimiliki endorser terkait dengan produk yang diwakilinya; (2) trustworthiness -mengacu kepada kejujuran, dan integritas yang berdampak pada kepercayaan konsumen terhadap seorang sumber. 2. Source attractiveness Endorser dengan tampilan fisik dan karakter non-fisik yang menarik dalam sebuah iklan dapat membangkitkan minat audiens untuk menyimak iklan tersebut. Daya tarik endorser yaitu: (1) similarity -merupakan persepsi audience terkait dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser, baik karakteristik demografis, gaya hidup, dan kepribadian; (2) familiarity -merupakan pengenalan terhadap narasumber melalui exposure seperti penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan tingkat intensitas kehadiran di publik, sedangkan penggunaan typical-person endorser dinilai berdasarkan keakraban dengan sosok yang ditampilkan karena sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari; (3) likeability merupakan kesukaan audience terhadap narasumber karena perilaku yang baik dan penampilan fisik yang menarik. 3. Source power Source power merupakan karisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga dapat mempengaruhi pemikiran, tingkah laku, atau sikap konsumen karena pernyataan atau pesan endorser tersebut. 2.9. Selebriti Sebagai Endorser Menurut Chandra (2008), selebrity endorser merupakan cara melakukan promosi produk dengan menggunakan selebriti atau artis sebagai tokoh pengiklan. Penggunaan selebriti sebagai endorser produk bertujuan untuk meningkatkan citra produk dan awareness konsumen pada produk tersebut. Terdapat empat alasan utama yang mendasari perusahaan menggunakan selebriti di dalam mendukung iklan mereka, yaitu: 1. Pemasar bersedia memberikan harga yang lebih tinggi kepada selebriti yang banyak disukai oleh masyarakat. 26 2. Selebriti digunakan untuk menarik perhatian audience dan meningkatkan awareness akan suatu produk. 3. Pemasar mengharapkan perubahan persepsi konsumen terhadap produk tersebut. 4. Penggunaan selebriti menimbulkan kesan bahwa konsumen selektif dalam memilih dan meningkatkan status dengan memiliki apa yang digunakan oleh selebriti. Sedangkan tingkat kesesuaian penggunaan selebriti sebagai endorser dengan produk dapat diukur dengan menggunakan kriteria penilaian yang dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dalam penelitiannya, yaitu: 1. Pantas – Tidak Pantas: kesesuaian penggunaan selebriti sebagai endorser dengan produk yang diiklankannya. 2. Efektif – Tidak Efektif: keefektifan dan keefisiensian waktu tayang iklan, dimana dengan waktu yang singkat endorser dapat memberikan pengaruh yang berarti bagi konsumen. Sumarwan (2004) berpendapat bahwa dalam mempromosikan suatu produk, selebriti bisa berfungsi untuk: (1) testimonial –selebriti berfungsi untuk memberikan kesaksian; (2) endorsement –selebriti berfungsi untuk memberikan dorongan dan penguatan; (3) selebriti bertindak sebagai aktor dalam iklan; dan (4) selebriti bertindak sebagai juru bicara perusahaan. Selebriti dapat memberikan manfaat kepada perusahaan melalui popularitas, bakat, kredibilitas, dan karisma. Kredibilitas selebriti merupakan hal yang penting bagi konsumen, karena dapat menggambarkan proses intepretasi seorang konsumen terhadap pengetahuan dan keahlian seorang selebriti terkait dengan produk yang diiklankan dan kepercayaan selebriti. Gambaran mengenai beberapa fungsi selebriti dalam iklan akan dijelaskan pada Tabel 1 berikut ini. 27 Tabel 1. Fungsi selebriti dalam iklan Peran Kesaksian Penjelasan Selebriti Berdasarkan pengalaman selebriti Titik Puspa dalam dalam menggunakan produk. iklan Deterjen SoKlin. Penguatan Selebriti meminjamkan namanya Ikke Nurjanah digunakan untuk promosi produk, dalam iklan Terigu walaupun selebriti tersebut bukan Bogasari. ahli. Aktor Selebriti menyampaikan produk Sophia Latjuba atau jasa sebagai bagian dari dalam iklan Sabun penguatan karakter. Giv. Juru bicara Selebriti menjadi juru bicara Dian (Spokesperson) perusahaan dalam menjelaskan Sastrowardoyo suatu produk atau jasa selama dengan iklan jangka waktu yang telah disepakati. Panasonic. Sumber: Sumarwan, Perilaku Konsumen. Walaupun biaya yang dikeluarkan untuk selebriti lebih besar, namun tetap saja pemasar menggunakan selebriti sebagai endorser. Hal ini disebabkan para pemasar menilai penggunaan selebriti merupakan suatu hal yang menarik dalam pengembangan citra positif suatu produk yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen. 2.10. Endorser Perceived Credibilities Endorser perceived credibilities merupakan gambaran persepsi konsumen terhadap kredibilitas dari endorser, dalam kasus ini adalah selebriti, yang terkait dengan pengetahuan dan keahlian endorser akan suatu produk yang diiklankan. Sedangkan Ohanian (1991) berpendapat bahwa terdapat empat faktor penyebab ketertarikan responden untuk membeli produk yang berdampak pada brand image produk, yaitu: 1. Celebrity credibility Kredibilitas seorang selebriti berkaitan dengan dua aspek, yaitu expertise (keahlian selebriti dalam mengkomunikasikan produk) dan trustworthiness (objektivitas selebriti dalam memberi keyakinan pada konsumen tentang suatu produk). 28 2. Celebrity likeability Celebrity likeability adalah tingkat kesukaan audience terhadap selebriti yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk tersebut. 3. Celebrity attractiveness Celebrity attractiveness merupakan berbagai daya tarik selebriti dalam berperan sebagai endorser, baik dari fisik ataupun tingkat kesamaan dengan personality yang diinginkan pengguna produk. 4. Celebrity meaningfulness Celebrity meaningfulness menyangkut seberapa kuat pengaruh selebriti sehingga dapat mempengaruhi target audience untuk membeli produk yang ditawarkannya. Dalam perjalanannya, Ohanian (1990) berhasil mengembangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi seseorang terhadap endorser. Gambar 2 menyajikan skala yang dikembangkan Ohanian yang dinamakan source - credibility scale. Source – Credibility Scale a. Attractiveness 1. Attractive - Unattractive 2. Classy – Not Classy 3. Beautiful - Ugly 4. Elegant - Plain 5. Sexy – Not Sexy b. Trustworthiness 1. Dependable – Undependable 2. Honest – Dishonest 3. Reliable – Unreliable 4. Sincere – Unsincere 5. Trustworthiness - Untrustworthiness c. Expertise 1. Expert – Not an Expert 2. Experienced – Inexperienced 3. Knowledgeable – Unknowledgeable 4. Qualified – Unqualified 5. Skilled – Unskilled Gambar 2. Source Credibility Scale (Sumber: Ohanian (1990)) 29 Adapun indikator dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut: a. Attractiveness Indikator dari kriteria attractiveness, yaitu: 1) Menarik/enak dilihat 2) Komunikatif 3) Ketampanan/kecantikan 4) Moderen 5) Maskulin b. Trustworthiness Indikator dari kriteria trustworthiness, yaitu: 1) Fanatisme 2) Keterbukaan 3) Keterandalan 4) Ketulusan 5) Kepercayaan c. Expertise Indikator dari kriteria expertise, yaitu: 1) Keahlian 2) Pengalaman 3) Pengetahuan 4) Kualitas 5) Kemampuan teknis 2.11. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri (2007) yang melakukan penelitian tentang advertising response modelling (ARM) iklan televisi pada iklan sabun Lux dan iklan sabun Dove di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh persepsi mengenai produk (P), persepsi mengenai model iklan (M), dan persepsi mengenai tayangan iklan (I) terhadap minat beli yang dimediasi oleh variabel sikap pada merek (SM); mempelajari 30 pengaruh P, M, dan I terhadap MB yang dimediasi oleh variabel sikap pada iklan (SI); mempelajari pengaruh P, M, dan I, terhadap MB yang dimediasi melalui SI ke SM; mempelajari pengaruh P, M, dan I secara langsung terhadap MB pada iklan sabun Lux dan iklan sabun Dove. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada iklan sabun Lux, faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap minat beli (MB) melalui sikap terhadap merek (SM) adalah persepsi mengenai produk (P). Faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap minat beli (MB) adalah persepsi mengenai produk (P) dan persepsi mengenai tayangan iklan (I). Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap minat beli (MB) melalui sikap pada iklan (SI) adalah persepsi mengenai model iklan (M) dan persepsi mengenai tayangan iklan (I). Hasil penelitian pada iklan sabun Dove menunjukkan bahwa faktorfaktor yang berpengaruh secara langsung terhadap minat beli (MB) adalah persepsi mengenai produk (P) dan persepsi mengenai model iklan (M). Faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap minat beli (MB) melalui sikap pada iklan (SI) adalah persepsi mengenai model iklan (M) dan persepsi mengenai tayangan iklan (I). Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap minat beli (MB) melalui sikap terhadap merek (SM) adalah persepsi mengenai produk (P) dan persepsi mengenai model iklan (M). Penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Resmiyati (2008) tentang analisis pembentukan sikap konsumen terhadap produk melalui endorser’s perceived credibilities, studi kasus Ringgo Agus Rahman dalam iklan Esia versi benerin antena. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap Ringgo sebagai endorser Esia; mengetahui sikap konsumen terhadap Esia setelah melihat iklan tersebut; dan mencari pengaruh persepsi konsumen pada Ringgo Agus Rahman sebagai endorser terhadap pembentukan sikap akan Esia. Hasil penelitian yang didapat dari 178 responden menunjukkan bahwa terdapat 31 tingkat persepsi responden yang cukup baik terhadap Ringgo. Sedangkan sikap konsumen terhadap produk Esia setelah melihat iklan Esia versi benerin antena, didapatkan hasil bahwa dari 178 responden yang diwawancarai berpendapat baik, positif, dan menyukai produk Esia setelah melihat iklan versi benerin antena. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini menganalisis pengaruh endorser’s perceived credibilities dalam pembentukan sikap konsumen terhadap produk SIMcard IM3 (studi kasus : Adli Fairuz dalam iklan SIMcard IM3 versi Cumi). Dalam studi kasus tersebut peneliti menggunakan produk GSM yang berbeda dengan penelitian terdahulu yang menggunakan produk CDMA. Lokasi penelitian yang diangkat penulis juga berbeda, yaitu di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Selain itu, peneliti juga menggunakan kuesioner dari source credibility scale yang disusun oleh Ohanian dengan mempertimbangkan hanya dua dimensi, yaitu: (1) attractiveness; dan (2) expertise.