BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan a. Kelayakan Proyek Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan budaya yang sangat kuat pengaruhnya di Indonesia, selain itu Yogyakarta disebut sebagai kiblat pendidikan tentunya karena sesuai dengan arah atau sasaran. Banyak orang datang ke Yogyakarta untuk menyekolahkan anak-anaknya, hal ini menandakan bahwa Yogyakarta sudah menjadi kiblat dan menjadi tujuan menuntut ilmu. Secara faktual Yogyakarta menjadi yang terbesar bila dibandingkan dengan kota-kota lain, disisi lain lagi sebagai kiblat pendidikan Yogyakarta juga bisa memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya, sebab berbagai macam kebutuhan harus dipenuhi seperti sarana komunikasi, pemenuhan kebutuhan lahir dan batin, serta kebutuhan lain harus bisa dipenuhi, ini artinya menghidupkan sektor ekonomi masyarakat.1 Sebagai kiblat pendidikan Yogyakarta harus mampu menjaga kualitasnya, untuk itu semua pihak harus berperan baik masyarakat maupun pamongnya, selain itu ada tiga jalur tanggung jawab pendidikan, yaitu;2 1. Pendidikan formal, yaitu guru dan sekolah 2. Pendidikan informal, yaitu keluarga 1 Kiblat, Artinya Yogyakarta menjadi sasaran, Drs. Nursisto, Penatar dan Pengamat Pendidikan. Koran Kedaulatan Rakyat, Senin, 9 Februari 2004. 2 Kualitas Dipertaruhkan bagi Kiblat Pendidikan, Wasis Siswanto, Pencetus Jam Belajar Masyarakat. Koran Kedaulatan Rakyat, Senin, 9 Februari 2004 1 3. Pendidikan nonformal, yaitu kursus-kursus Salah satu sarana pendidikan nonformal yang sangat potensial di Yogyakarta adalah Pendidikan musik. Telah kita ketahui selain sebagai kiblat pendidikan Yogyakarta juga menjadi kota barometer musik di Indonesia, sebagai buktinya Yogyakarta sudah melahirkan banyak pemusik-pemusik yang handal, band-band yang terkenal seperti Sheila on 7, Jikustik, Shaggy Dog, dll3. Selain itu di Yogyakarta sering sekali diadakannya pentas musik baik pertunjukkan panggung atau di café-café yang sekarang semakin marak tumbuh dan berkembang di Yogyakarta. Maka dari itu untuk menggali potensi-potensi tersebut diperlukan suatu tempat pusat pelatihan musik yang berkualitas serta dapat memenuhi keinginan masyarakat dalam bermusik baik dari golongan anakanak, orang tua maupun anak muda. b. Tinjauan Pustaka Pelatihan Musik berasal dari kata “Pelatihan” yang berarti suatu kegiatan melatih dan “Musik” yang berarti bunyi-bunyian4, maka dalam arti harafiahnya pelatihan musik berarti suatu kegiatan yang melatih dan mempelajari bunyibunyian, tetapi dalam artian lain pelatihan musik dapat berarti suatu program kegiatan pembelajaran tentang musik baik praktek maupun teori dan juga sebagai pendidikan untuk melatih kreativitas dalam mengembangkan bakat dan kemampuan seseorang dibidang musik. 3 Wawancara dengan Bp. Hari Tito, Pemilik Musika 59, di Jl. Suryodiningratan 59 Yogyakarta, Sabtu, 21 Februri 2004, pk 19.45. 4 Kamus Umum Bahasa Indonesia, W. J. S. Poerwadarminta, disusun kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka 1995. 2 Pelatihan musik di Yogyakarta perlu dikembangkan karena:5 1. Yogyakarta sebagai kiblat pendidikan sangat potensial 2. Kita dapat mengetahui cara bermain musik dengan benar dan terarah sehingga dapat menjaga kualitas pendidikan di Yogyakarta. 3. Kita dapat mengembangkan bakat musik dan menimbulkan munat musik kepada generasi muda maupun angkatan tua agar Yogyakarta sebagai kiblat pendidikan yaitu sesuai dengan arah atau sasaran 4. Untuk melengkapi fasilitas-fasilitas pendidikan musik di Yogyakarta yang sudah ada. Peminat musik di Yogyakarta sangat banyak. Hal ini juga diimbangi dengan munculnya tempat-tempat kursus musik yang sekarang makin diminati oleh berbagai macam golongan. Selain itu jumlah murid yang mengikuti kursus musik pada tiap tempat pelatihan musik di Yogyakarta juga banyak, jumlah murid Crescendo kurang lebih 600 orang/th, Hana musik kurang lebih 400 orang/th, Musika 59 kurang lebih 900 orang/th, murid di Lyra kurang lebih 400 orang/th, dan murid di Sriwijaya kurang lebih ada 500 orang/th.6 Sehingga dari animo tersebut dapat diketahui bahwa minat masyarakat Yogyakarta pada musik dinilai tinggi, maka diperlukan suatu tempat Pusat Pelatihan Musik yang lebih baik dari yang sudah ada. Didalam belajar bermain musik pada dasarnya ada 3 tahap, yaitu; basic (pemula), advance (menengah), expert (mahir). Jenis musik yang ditawarkan, 5 6 Sumber data: Dari hasil pengamatan langsung dan studi banding. Sumber data: Hasil survey langsung di lapangan. 3 adalah klasik dan pop, kualitas pengajar pada tempat pelatihan musik yang sudah ada rata-rata sudah memenuhi syarat. Pusat Pelatihan Musik di Yogyakarta yang sudah dikenal masyarakat ada 6 tempat, antara lain; Crescendo, Hana musik, Lyra, Sriwijaya, dan Musika 59, Purwacaraka musik. Kualitas bangunan dan ruangan yang sudah ada ditujukan kepada kelas menengah keatas, dan kelas standar. Kondisi ruang belajar dan kenyamanannya rata-rata cukup baik Arti Pusat Pelatihan Musik adalah suatu tempat untuk belajar dan berlatih berbagai alat musik dan jenis musik dalam satu lingkup bangunan yang mempunyai fasilitas musik yang memenuhi syarat. Fungsi dari Pusat Pendidikan Musik adalah sebagai media untuk sarana belajar mengajar musik dengan menyediakan fasilitas musik yang memenuhi syarat dan sistem pendidikan yang berkualitas. Ruang-ruang yang dibutuhkan didalam Pusat Pelatihan Musik ini adalah7; ruang kursus, ruang kelas, ruang gladi resik, ruang pertunjukkan, ruang penyimpanan, perpustakaan musik, ruang kerja, ruang foto copy, kantor, dan fasilitas tambahan (studio musik, café, kantin). Pengertian akustika adalah ilmu tentang bunyi8, untuk penataan bunyi akan melibatkan 4 elemen yang harus dipahami oleh arsitek, yaitu; sumber bunyi, penerima bunyi, media, dan gelombang bunyi. 7 8 De, Chiara, Joseph, Time Saver Standard for Building Types/edited by Joseph, 3rd edition. Satwiko, Prasarto, Fisika Bangunan 1, Andi Offset, 2004. 4 Dalam hal ini studi akustik yang dilakukan dibatasi pada pemilihan material akustik untuk dinding, lantai, dan plafon ruang dalam dan diikuti oleh standar-standar arsitektur untuk disain bentuk dan besaran ruang yang dibutuhkan. 1.2 Gambaran Ide Gambaran ide untuk proyek ini adalah: 1. Pusat Pelatihan Musik ini menjadi suatu pusat pelatihan musik yang mempunyai standar ruang-ruang yang baik dan mempunyai fasilitasfasilitas pendukung dalam satu lingkup bangunan, sehingga dapat mewadahi seluruh kegiatan belajar mengajar dengan baik. 2. Untuk setiap ruang akan di desain dengan akustik yang baik sehingga ruang-ruang yang ada dapat memenuhi syarat sebagai ruang untuk bermain musik 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana merancang Pusat Pelatihan Musik di Yogyakarta yang dapat mewadahi seluruh kegiatan belajar mengajar musik, dengan studi akustik sebagai acuan perancangan ruang dalam. 1.4 Tujuan Merancang Pusat Pelatihan Musik di Yogyakarta yang dapat mewadahi seluruh kegiatan belajar mengajar musik dengan studi akustik sebagai acuan perancangan ruang dalam. 5 1.5 Sasaran • Melakukan studi ke berbagai lembaga pelatihan musik di Yogyakarta. • Melakukan studi tentang kota Yogyakarta. • Melakukan studi jenis-jenis ruang yang harus ada di Pusat Pelatihan Musik. 1.6 • Melakukan studi tentang kegiatan belajar mengajar musik. • Melakukan studi tentang prinsip-prinsip akustik. Lingkup Pembahasan • Studi ke berbagai lembaga musik di Yogyakarta dibatasi pada pembagian ruang dan kurikulum pelajaran musik. • Jenis musik dibatasi pada musik klasik dan pop. • Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk Pusat Pelatihan Musik tersebut. • Jenis-jenis ruang yang ada di Pusat Pelatihan Musik dibatasi pada kebutuhan kegiatan belajar mengajar dan fasilitas bangunan. • Kegiatan belajar mengajar musik dibatasi pada kurikulum yang dipakai di Pusat Pelatihan Musik tersebut, dengan mengacu pada kurikulum Yamaha. • Prinsip-prinsip akustik dibatasi pada material akustik untuk lantai, dinding, dan langit-langit pada ruang dalam. 1.7 Metode 6 1. Metode Mencari Data • Wawancara Ditujukan kepada pemilik Musika 59 yaitu Bp. Hari Tito. • Observasi Pengamatan langsung terhadap lembaga pelatihan musik yang ada di Yogyakarta. • Studi Pustaka / Literatur Mempelajari buku-buku tentang sekolah musik dan prinsipprinsip akustik. • Studi Banding Melihat langsung situasi dan keadaan bangunan di pusat pelatihan musik di Yogyakarta. 2. Metode Menganalisis Data • Kuantitatif Mencari data-data dalam angka tentang jumlah peminat musik di Yogyakarta melalui sekolah-sekolah musik yang sudah ada. • Kualitatif Mengolah data dalam angka yang sudah didapat dengan memberi penjelasan dalam kata-kata. 3. Metode Perancangan • Dengan studi akustik diaplikasikan pada ruang-ruang kelas musik dan pada bengunan Pusat Pelatihan Musik tersebut. 7 1.8 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Mengungkapkan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Sasaran, Lingkup, Metode, dan Sistematika Penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSAT PELATIHAN MUSIK DI YOGYAKARTA Mengungkapkan potensi peminat musik di Yogyakarta beserta semua fasilitas bangunan pada Pusat Pelatihan Musik yang ada di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN TEORITIS PUSAT PELATIHAN MUSIK DAN AKUSTIK Mengungkapkan teori gedung Pusat Pelatihan Musik dan akustik ruang dalam BAB 4 ANALISIS MENUJU KONSEP PERENCANA DAN PERANCANGAN GEDUNG PUSAT PELATIHAN MUSIK Menuju konsep perencanaan dan perancangan gedung pusat pelatihan musik, mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada lokasi / site tertentu. 8 BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN MUSIK DI YOGYAKARTA Mengungkapkan konsep-konsep yang akan di transformasikan dalam rancangan fisik arsitektural. 9