1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Situasi Saat Ini Kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk menciptakan kondisi hidup manusia yang lebih baik. Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Serentak dengan laju pembangunan, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadi pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia dalam masyarakatnya. Budaya tradisional Indonesia seperti alat musik tradisional, rumah adat, tarian tradisional, senjata tradisional, dan lagu tradisional makin ditinggalkan. Padahal, warisan budaya itu harta yang tidak ternilai. Gamelan, angklung, dan kendang dikenal sebagai bagian dari alat musik tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia. Tapi, bagaimana dengan sejumlah alat musik tradisional lainnya? Dalam perkiraan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, setidaknya ada ribuan alat musik tradisional milik masyarakat dari Sabang sampai Merauke, baik yang bersifat individual maupun yang bersifat komunal. 2 Hampir semua daerah atau provinsi yang ada di Indonesia memang memiliki alat-alat musik tradisionalnya sendiri. Seperti talempong yang dimiliki oleh Sumatra Barat, sasando dari Nusa Tenggara Timur, serta karinding dari Jawa Barat. Banyaknya jenis alat musik tradisional itu dikarenakan sejak dulu alat-alat tersebut menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Selain sebagai sarana berekspresi, alat-alat musik itu digunakan oleh masyarakat setempat sebagai bagian dari pertunjukan adat. Dengan demikian, alat musik itu merupakan bagian dari kekayaan seni budaya mereka. Kini, secara perlahan, alat-alat musik tradisional mulai terpinggirkan. Musik-musik tradisional, termasuk alat-alat musiknya, mulai termarjinalkan oleh alat musik modem seperti gitar akustik, drum, piano, dan organ. Toko-toko musik yang banyak tersebar juga tidak memberikan pilihan lain kepada masyarakat. Sebab, faktanya, alat-alat musik modem memang lebih disukai. Kondisi itu sesuai dengan pasar musik Indonesia saat ini yang lebih berorientasi ke Barat sebagai kiblat musik generasi muda Indonesia saat ini. Musik tradisional beserta perlengkapannya seolah masuk kotak dan menepi dengan sendirinya di tengah hirukpikuk budaya instan generasi muda saat ini. Nasib alat musik tradisional Indonesia yang bergitu kaya, menurut Embie C Noor, Ketua Bidang Musik dan Seni Budaya Pengurus Pusat Muhamhadiyah, dinilai memiliki realitas yang tidak jauh berbeda dengan nasib umumnya tradisi-tradisi budaya nenek moyang lainnya. Yakni, tidak lagi digeluti secara intens dan tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat pemilik alat-alat musik tradisional itu. 3 Kiblat kebudayaan masyarakat kita saat ini lebih pada kebudayaan modern yang berorientasi pada tradisi-tradisi Barat dengan arah penguasaan terhadap sektor ekonomi serta pasar sebagai orientasi utamanya. Kondisi ini juga yang melatarbelakangi seluruh tradisi kebudayaan bangsa Indonesia, termasuk tradisi dalam budaya musik. Musik tradisional klasik kalah dan tidak lagi mendapat tempat di hari generasi muda. Anak muda lebih bangga menyebut dirinya anak band dibandingkan masuk grup karawitan. Tidak hanya generasi muda yang tidak peduli dengan alat-alat musik tradisi bangsanya. Bahkan, kalangan generasi tua pun kurang atau bahkan tidak menaruh minat pada alatalat musik tradisional yang dimiliki. 1.1.2 Faktor Penyebab Permasalahan Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan alat musik tradisional bisa tersingkirkan, baik itu faktor dari luar maupun dalam, yaitu: a. Kurangnya kesadaran penerus bangsa tentang pentingnya pelestarian musik tradisional. b. Kurangnya rasa cinta, rasa memiliki, dan kebanggaan akan seni budaya negeri sendiri. c. Peran orang tua sangat kurang, banyak yang terus terang malu untuk memperkenalkan atau mengajak anak menikmati seni tradisi. Padahal lingkungan 4 keluarga adalah lingkungan terkecil dlm sebuah negara & tempat paling awal mengenal sebuah bentuk pendidikan. d. Masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menikmati jenis kesenian yang mereka inginkan, kadang tanpa memikirkan kualitas dari penyajian seni itu sendiri. e. Kurang atau tidak adanya pengenalan dan pelajaran musik tradisional sejak usia dini, baik di sekolah negeri maupun swasta, kalaupun ada, persentasinya kecil sekali atau mungkin hanya ada di sekolah-sekolah elite. f. Permainan musik tradisional rata-rata tidak bisa dimainkan secara solo atau sendiri, harus dalam bentuk kelompok. g. Harga alat-alat musik tradisional yang mahal. Permainan musik tradisional yang wajib dimainkan secara berkelompok otomatis memerlukan 1 set perangkat alat musik yang harganya tidaklah murah. h. Musik tradisional sering identik dengan upacara adat. i. Kurangnya pengenalan dan pendekatan terhadap masyarakat. Apalagi, musik tradisional akhir-akhir ini sangat jarang diputar ditempat umum, seakan mengesankan bahwa musik tradisional ini hanya bisa didengar di tempat-tempat tertentu yang benar-benar diperuntukkan bagi para pecinta musik tradisional ini. j. Dengan adanya kemajuan teknologi menyebabkan masyrakat tidak perlu jauh-jauh keluar dari rumah atau nonton pertunjukan seni di gedung kesenian, cukup dengan menonton TV, mendengar dari MP3 atau CD, VCD, dan DVD, ataupun dari internet. Sementara tayangan di media elektronik sangat jarang menayangkan seni tradisional. k. Para pemusik muda yang ingin mengetengahkan musik tradisional atau melakukan kolaborasi seringkali tidak mengetengahkan bermain dengan ilmu musik yg 5 berkualitas namun cukup asal bunyi tanpa memikirkan unsur-unsur seni musik yg ada di dalamnya. l. Musik tradisional selalu dibawakan dengan bahasa lokal, sehingga yang dapat menikmati hanyalah orang-orang yang mempunyai kemampuan menerjemahkan arti lagu yang diiringi musik tersebut. m. Kapitalisme. Para kapitalis adalah para pedagang yang gigih dan pandai. Mereka meriset masyarakat untuk menentukan bidikan pasarnya. Masyarakat Indonesia (dunia pada umumnya) sebagian besar menginginkan kepraktisan dan serba instan, maka mereka akan membanjiri pasar dengan segala kepraktisan hingga kita tidak lagi dapat hidup tanpanya (kecanduan kepraktisan). Sedangkan seperti yang kita tahu, alat musik tradisonal memang indah dan eksotis tetapi sangat tidak praktis. n. Masyarakat Indonesia yang masih menikmati kebebasan global takjub dengan budaya lain, sehingga masyarakat Indonesia melupakan budaya mereka sendiri dan mencari jati diri yang baru dalam budaya bangsa lain. o. Pemerintah yang kurang antusias terhadap pemberdayaan kesenian itu sendiri, sehingga tidak heran jika sebagian masyarakat lebih menikmati musik pop dari pada musik tradisi itu sendiri. p. Kurangnya wadah dalam upaya pelestarian seni tradisi, misalnya memberikan apresiasi seni tradisi kepada sekolah2 secara kontinyu. q. Publikasi musik tradisional yang sangat kurang. Yang selalu diputar di radiao maupun TV adalah musik-musik pop. Karena kurang publikasi inilah musik tradisional jadi asing di telinga banyak orang, sehingga musik tradisional benarbenar dianggap tradisional dan kuno. 6 r. Kearoganan anak muda terhadap musik tradisional, yang disebabkan oleh image musik tradisional yang kuno, jadul, dan tidak gaul tersebut. s. Rumus-rumus musik tradisional tergolong sulit dan durasi lagu yang luar biasa panjang yang tentunya sudah berbeda dengan selera masa kini. t. Para pelaku musik tradisional Indonesia masih kurang berinovasi. Musik tradisional memiliki karakteristik yang sangat luar biasa, dan karakteristik tersebut harus diolah sedemikian rupa supaya bisa menyajikan nilai seni yang bisa diminati semua kalangan. u. Kemasan musik tradisional yang sangat sederhana, sedangkan musik komersil tersaji dengan banyak pilihan harmoni nada yang mungkin up-to-date untuk telinga masyarakat sebagai konsumen musik. 1.1.3 Alasan Pengangkatan Masalah Keprihatinan melihat kondisi alat-alat musik tradisional yang semakin terpinggirkan seperti yang telah diuraikan di atas yang membuat penulis mengangkat masalah ini menjadi judul Tugas Akhir. Penulis mengharapkan dengan dibuatnya CD Interaktif ini, anak-anak bisa mengenal bentuk alat-alat musik tradisional tersebut, yang diharapkan dapat menumbuhkan minat anak-anak terhadap alat musik tradisional. Dengan semakin meningkatnya minat anak-anak tersebut, penulis mengharapkan anak-anak mempunyai rasa penasaran untuk ingin melihat langsung atau bahkan ingin memainkan dan belajar alat-alat musik tersebut. Kalaupun ada yang tidak berniat belajar alat-alat musik tradisional, setidaknya ada ingatan bunyi-bunyi alat musik tradisional yang membekas 7 dalam otak mereka, yang diharapkan terus teringat hingga dewasa, sehingga apabila mereka mendengar musik tradisional, mereka akan bernostalgia akan masa kecil mereka. 1.2 Lingkup Tugas Berkaitan dengan tugas mata kuliah Desain Komunikasi Visual, maka lingkup tugas ini dibatasi pada hal-hal yang dapat ditangani atau diselesaikan melalui pendekatan Desain Komunikasi Visual, yaitu dengan merancang CD interaktif mengenai alat-alat musik Indonesia, dengan memberikan gambaran informasi dalam bentuk verbal maupun visual yang kreatif, komunikatif, dan interaktif sehingga anak-anak bisa menikmati CD ini, dengan dilengkapi suara-suara setiap alat musiknya yang dapat dimainkan oleh anakanak. Semuanya itu adalah untuk mendukung CD interaktif yang diberi judul “Ting Tak Dung, Yuk Mengenal Alat Musik Indonesia!”.