BAB 1 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penginderaan jauh telah menjadi sarana umum untuk mendapatkan data spasial dengan akurasi yang baik. Data dari penginderaan jauh dihasilkan dalam waktu yang relatif lebih singkat, tenaga kerja yang lebih sedikit dan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan metode survei lapangan. Salah satu penerapannya adalah dalam bidang pemetaan bawah laut untuk mendapatkan data batimetri dan jenis tutupan dasar perairan. Pada pelaksanaan survei batimetri terdapat lokasi-lokasi yang tidak dapat dijangkau akibat faktor alam dan keterbatasan alat, waktu serta tenaga. Dengan penginderaan jauh dapat diperoleh data untuk seluruh daerah survei yang tidak dapat dicapai dalam survei lapangan. Dalam penelitian kali ini dipakai produk penginderaan jauh berupa citra satelit SPOT (Satellite Pour l’Observation de la Terre) untuk dikonversikan ke dalam data batimetri. Di Pulau Semak Daun telah dilakukan penelitian pendahuluan yang telah dipublikasikan oleh Alif (2005), Ilova (2006) dan Poerbandono et al. (2006). Dalam penelitian oleh Alif (2005) telah diterapkan klasifikasi dari foto udara untuk mengidentifikasi zona terumbu karang. Metode ini kemudian diperbaiki dalam penelitian selanjutnya oleh Ilova (2006). Hasil yang didapatkan adalah grafik kedalaman beserta tutupan dasar perairan di atasnya. Kedalaman didapatkan dari citra yang dikalibrasikan dengan data survei batimetri. Deviasi kedalaman dari citra terhadap kedalaman hasil survei akustik kemudian dikalibrasi dengan jenis tutupan dasar perairan. Berdasarkan hubungan tersebut didapatkan kedalaman untuk materi dasar laut karang dengan akurasi 2.0m dan untuk materi dasar laut pasir dengan akurasi 3.2m. Dalam penelitian ini akan dilakukan perbaikan dari penelitian sebelumnya. Perbaikan tersebut berupa analisa zona kedalaman untuk mendapatkan batas kedalaman yang dapat ditembus gelombang elektromagnetik dalam kolom air. Batas kedalaman dipakai untuk menyaring data yang layak dipakai dalam pengolahan data selanjutnya. Data yang melebihi zona penetrasi maksimum tidak dapat digunakan untuk mendeteksi batimetri. Hal ini karena pantulan yang didapat sensor hanya berasal dari atmosfer dan permukaan air. Hasil ekstraksi citra akan dikalibrasikan dengan data 1 survei hidro akustik untuk mengetahui deviasi kedalaman dari citra terhadap kedalaman hasil survei akustik. Titik-titik survei yang digolongkan berdasarkan deviasinya akan dikalibrasikan dengan hasil klasifikasi citra satelit. Hasil yang didapatkan diharapkan akan menunjukkan bahwa konstanta optimal 0.26 dari penelitian sebelumnya (Ilova, 2006) tidak dapat diberlakukan secara umum untuk seluruh daerah survei dan konstanta yang diperlukan berbeda untuk tiap jenis tutupan dasar perairan. 1.2 Tujuan Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perbandingan data kedalaman hasil ekstraksi citra dengan data survei hidro akustik. Nilai kedalaman hasil ekstraksi citra ini menggunakan empat band dengan rentang panjang gelombang yang berbeda-beda. Dari hasil perbandingan diharapkan diketahui tingkat deviasi ekstraksi citra. Deviasi ini akan ditampalkan dengan sebaran jenis tutupan dasar laut yang diperoleh dengan unsupervised classification. Nilai kesesuaian dari penampalan ini akan diwakili oleh nilai korelasi yang menyatakan penampalan antara jenis tutupan dasar laut dengan deviasi ekstraksi data dari citra. Tujuan dari tugas akhir ini adalah menunjukkan pengaruh perbedaan jenis tutupan dasar laut terhadap akurasi kedalaman hasil ekstraksi citra satelit. 1.3 Metodologi Jika pantulan cahaya yang memantul dari dasar laut dianggap sebagai satu-satunya sumber cahaya yang memasuki sensor SPOT, maka tiap nilai digital yang terekam dalam sensor mewakili satu nilai jarak terhadap dasar laut. Dari penelitian sebelumnya (Poerbandono et al., 2006) telah diketahui konstanta atenuasi optimal 0.26 untuk materi dasar laut pasir. Konstanta optimal ini akan dimasukkan dalam persamaan Beer Lambert untuk mengetahui jarak dari sensor ke sumber pantulan (Melsheimer & Liew, 2001). Dengan metode ini maka tiap piksel dalam citra SPOT dapat dikonversikan menjadi data kedalaman. Dalam pengolahan data, dicari batas penetrasi maksimum di kolom air untuk tiap band, kemudian dilakukan konversi nilai digital citra ke nilai kedalaman (Melsheimer & Liew, 2001). Kedalaman yang didapatkan akan dibandingkan dengan kedalaman hasil survei hidro akustik untuk mendapatkan deviasi kedalaman titik. Selanjutnya dilakukan unsupervised classification dengan ER Mapper pada citra untuk 2 mengetahui jenis tutupan dasar perairan. Hasil klasifikasi akan dikalibrasikan dengan titik-titik survei akustik yang dikelompokkan berdasarkan deviasinya terhadap hasil ekstraksi citra. Hasil yang didapatkan diharapkan akan membuktikan bahwa konstanta optimal dari penelitian sebelumnya (Ilova, 2006) tidak dapat diterapkan untuk seluruh daerah survei, dan konstanta yang diperlukan berbeda untuk tiap jenis tutupan dasar perairan. Garis besar metodologi tugas akhir ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Citra SPOT 4 band, format ER Mapper Data batimetri hasil survei hidro akustik Ekstraksi data kedalaman dari nilai digital citra: - Plot batas penetrasi maksimum gelombang elektromagnetik - Konversi nilai digital ke nilai kedalaman - Perbandingan hasil konversi dengan hasil survei akustik Klasifikasi tutupan dasar perairan dengan ER mapper: - Analisis frekuensi data untuk tiap rentang kedalaman 0.5m - Unsupervised classification citra SPOT - Pembagian data titik berdasarkan selisih hasil ekstraksi citra terhadap hasil survei akustik Analisa hasil dan pengambilan kesimpulan: - Penampalan titik survei akustik dengan citra hasil klasifikasi - Perbandingan kesesuaian titik survei dengan wilayah klasifikasi - Penarikan kesimpulan Gambar 1.1 Diagram alir penelitian. 1.4 Ruang Lingkup Kajian Lingkup kajian yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Dipakai hasil-hasil penelitian sebelumnya oleh Alif (2005), Ilova (2006) dan Poerbandono et al., (2006). Hasil yang dipakai berupa metode ekstraksi batimetri dari citra, profil tutupan dasar laut dan nilai konstanta optimal. Obyek studi berada di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu. Data studi berupa citra SPOT yang diambil pada tanggal 7 April 2003 waktu 3:33:53 UTC (Universal Time Coordinated) atau pukul 10:33:53 Waktu Indonesia Barat dan data survei hidro akustik yang diambil pada tanggal 10 sampai 14 Juli 2004. Citra SPOT yang dipakai sudah diregistrasi ke dalam sistem WGS’84 dan dianggap tidak mempunyai kesalahan transformasi. Data citra SPOT diambil pada saat Low Water dan data survei akustik diambil pada saat muka air berada pada Mean Water 3 Level. Mean Water Level didapat dari pengamatan pasut di daerah survei dan merupakan pendekatan terhadap Mean Sea Level. Deviasi maksimum antara Mean Water Level dan Low Water mencapai 1m dan untuk penelitian ini diambil nilai rata-ratanya yaitu 0.5m sebagai koreksi. Citra SPOT yang dipakai mempunyai resolusi 10×10m. Penentuan batas penetrasi maksimum gelombang elektromagnetik pada badan air dilakukan untuk ke empat band sensor SPOT. Dalam penentuan batas ini pengaruh kolom air, atmosfer dan permukaan air di daerah survei dianggap homogen (Melsheimer & Liew, 2001). Penentuan batas penetrasi dilakukan dengan analisa plot kedalaman terhadap nilai digital untuk tiap rentang kedalaman 20cm. Konversi nilai digital citra ke nilai kedalaman memakai nilai konstanta optimal 0.26 dari penelitian sebelumnya (Ilova, 2006). Konversi dilakukan dengan bantuan MATLAB memakai persamaan Beer Lambert (Melsheimer & Liew, 2001). Nilai kedalaman hasil ekstraksi citra dibandingkan dengan kedalaman hasil survei hidro akustik yang dianggap benar. Nilai survei akustik diambil dari penelitian Ilova (2006) berupa 9111 nilai kedalaman dengan ketelitian 0.5m sesuai ketelitian orde 1 berdasarkan IHO (1998). Kedalaman survei akustik yang dipakai hanya yang bernilai di dalam batas penetrasi maksimum. Klasifikasi tutupan dasar perairan dari citra SPOT dilakukan dengan ER Mapper. Jumlah wilayah klasifikasi dibatasi 5 jenis dan dilakukan dengan metode unsupervised classification. Data titik survei dikelompokkan menurut deviasinya terhadap hasil survei akustik dengan nilai batas deviasi 0.61m dari penelitian sebelumnya (Pratomo et al., 2006). Nilai batas 0.61m diambil dari nilai kesalahan absolut rata-rata perbandingan kedalaman titik pada lajur perum silang dan perum utama. Penampalan hasil klasifikasi dengan data survei akustik dilakukan dengan bantuan Auto CAD. 4 1.5 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan tugas akhir diuraikan sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Memuat latar belakang, tujuan penelitian, metodologi, ruang lingkup kajian serta sistematika pembahasan. Bab 2 Bahan dan Metode Bab ini akan menguraikan tentang daerah penelitian, data yang dipakai dan metode yang digunakan dalam penelitian meliputi prinsip pemantulan cahaya, konversi citra, klasifikasi citra dan prinsip kerja echo sounder. Bab 3 Hasil dan Analisa Bab ini membahas tentang hasil yang didapat beserta analisanya meliputi zona penetrasi maksimum, sebaran nilai digital, konversi nilai digital ke nilai batimetri, klasifikasi citra, dan penampalan hasil klasifikasi citra dengan titik survei akustik yang dikelompokkan berdasar deviasinya terhadap hasil ekstraksi citra. Bab 4 Kesimpulan dan Saran Memuat kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian beserta saransaran dari penulis untuk pengembangan konsep lebih lanjut. 5