efektivitas komunikasi terapeutik terhadap intensitas nyeri

advertisement
Efektivitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ……190
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP INTENSITAS
NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF (4-8 CM)
DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
BANDA ACEH
THE EFFECTIVENESS OF THERAPEUTIC COMMUNICATION TO THE FIRST
STAGE OF LABOR PAIN INTENSITY IN THE ACTIVE PHASE (4-8 CM)
AT THE LOCAL PUBLIC SERVICE AGENCIES
OF THE MOTHER AND CHILD HOSPITAL
BANDA ACEH
Lia Lajuna *, Rohaya Muhede **, Fithriany***
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh
email : [email protected]
Abstrak : Nyeri kontraksi menimbulkan ketidaknyamanan yang ditunjukkan berbagai respons individu.
Upaya mengurangi nyeri persalinan telah banyak dilakukan. Terdapat berbagai cara yang tidak
menghambat proses persalinan dan tidak berbahaya bagi janin. Salah satunya dengan terapi non
farmakologi, yaitu komunikasi terapeutik. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif (4-8 cm). Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret s/d
Agustus. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment yang bersifat Posttest Only
Control Group Design dan menggunakan quesioner skala nyeri Wong. Jumlah sampel sebanyak 20
responden dengan tehnik Kouta Sampling. Sampel adalah ibu bersalin yang terdapat di BLUD RSIA
Banda Aceh selama bulan Juni dan Juli. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik independent
t-test dengan tingkat kemaknaan  = 0,05. Nyeri persalinan pada kelompok perlakuan yang
mengalami nyeri sedikit sakit sebanyak 1 orang (10%), agak mengganggu sebanyak 5 orang (50%),
mengganggu aktivitas sebanyak 3 orang (30%), dan sangat menganggu sebanyak 1 orang (10%). Pada
kelompok kontrol, yang mengalami nyeri agak mengganggu sebanyak 1 orang (10%), mengganggu
aktivitas sebanyak 2 orang (20%), sangat mengganggu sebanyak 4 orang (40%) dan tak tertahankan
sebanyak 3 orang (30%).Hasil uji t-testkomunikasi terapeutik terhadap intensitas nyeri persalinan
diperoleh nilai p=0,002 (p<0,05).
Kata kunci
: Komunikasi terapeutik, nyeri persalinan kala I fase aktif
Abstract : Painful contractions cause discomfort shown a variety of individual responses. The efforts
to reduce labor pain have been carried out. There are many ways that do not hinder the process of
childbirth and also not dangerous to the fetus. One of them is with non-pharmacological theraphy, that
is therapeutic communication. To determine the effect of therapeutic communication to the intensity of
labor pain when the active phase (4-8 cm). This research conducted since March to August. This was
experimental study by using Quasi Experiment design with Posttest Only Control Group. Research
instrument was a checklist of faces pain rating scale by Wong Baker.There were 20 respondents
divided into 2 group, 10 respondents for control group and 10 respondents for case group and the
sampling method used Kouta Sampling. The sample was contained in the maternity BLUD RSIA Banda
Aceh during the months of June and July. Independent t-test was conducted as analysis method with
significance level  = 0,05. In case group, hurts little bit was experienced by 1 respondent (10%),
hurts little more was experienced by 5 respondents (50%), hurts even more was experienced by 3
respondents (30%), and hurts whole lot was experienced by 1 respondent (10%). In control group,
there was 1 respondent (10%) with hurts little more, hurts even more was experienced by 2
respondents (20%), hurts whole lot was experienced by 4 respondents (40%) and hurts worst was
experienced by 3 respondents (30%). Therapeutic communication had an impact on pain intensity in
stage I of birth as proven by significant value of 0,002 (p<0,05).
Key words : Therapeutic communication, stage I pain intensity
190
191 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, 190 -198
gangguan pada kekuatan kontraksi uterus
PENDAHULUAN
Proses
persalinan
selalu
identik
sehingga terjadi partus lama dan inersia
dengan rasa nyeri yang akan dijalani.
uteri yang dapat berakibat kematian ibu
Secara fisiologis nyeri terjadi ketika otot-
saat melahirkan.
otot rahim berkontraksi sebagai upaya
Mengadopsi
bayi kearah panggul. Nyeri pada persalinan
(2012)(4), rasa nyeri
kala I merupakan proses fisiologis yang
dikurangi
disebabkan oleh proses dilatasi servik,
metode
hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia
nonfarmakologik yang terkait dengan tiga
korpus uteri dan peregangan segmen bawah
tujuan dasar pengurangan nyeri persalinan
rahim
yaitu mengurangi perasaan nyeri dan
servik
(Bandiyah,2009).(1)
baik
oleh
dan
Mender
saraf di
dikutip
Farer
membuka servik dan mendorong kepala
dan kompresi
yang
pendapat
Bangun
persalinan dapat
dengan
menggunakan
farmakologik
maupun
tegang, menjaga agar pasien dan janinnya
Nyeri persalinan dapat menimbulkan
sedapat mungkin tetap terbebas dari efek
stres yang menyebabkan pelepasan hormon
depresif yang ditimbulkan oleh obat, dan
yang
katekolamin
mencapai tujuan ini tanpa menggangu
dansteroid. Hormon ini dapat menyebabkan
kontraksi rahim. Teori gerbang kendali
terjadinya ketegangan otot polos dan
menyatakan bahwa banyak faktor yang
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi presepsi individu mengenai
dapat mengakibatkan penurunan kontraksi
intensitas nyeri, dan sebagian dari faktor ini
uterus, penurunan sirkulasi utero plasenta,
adalah psikologis bukan fisiologis. Dalam
pengurangan aliran darah dan oksigen ke
persalinan dukungan sosial mungkin salah
uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang
satu faktor yang dapat mengurangi rasa
membuat impuls nyeri bertambah banyak
nyeri persalinan. Pemberian dukungan ini
(Sumarah, 2009).(2)
adalah menjadi tugas bidan, dimana bidan
berlebihan
seperti
Menurut Llewllyn dalam penelitian
(3)
harus bisa tanggap dalam memberikan
Azizah (2011) , mengungkapkan nyeri
asuhannya,
persalinan
diperlukan. Dalam dunia kesehatan ataupun
timbulnya
juga
dapat
hiperventilasi
menyebabkan
sehingga
kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan
tekanan darah, dan berkurangnya motilitas
kebidanan,
disini
teknik
komunikasi
komunikasi
sangat
dikenal
dengan komunikasi terapeutik.
Komunikasi
terapeutik
adalah
usus serta vesika urinaria. Keadaan ini
komunikasi yang direncanakan secara sadar
akan
peningkatan
dan tujuan dipusatkan untuk kesembuhan
menyebabkan
pasien. Komunikasi terapeutik ini bertujuan
merangsang
katekolaminyang
dapat
Efektivitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ……192
untuk mengurangi beban perasaan dan rasa
sampel yaitu antara 10-20 dalam hal
takut yang ada pada pasien, mengurangi
penelitian
keraguan pasien serta dapat mempengaruhi
perbandingan 1 : 1 menurut Taniredja
orang lain, lingkungan fisik dan dirinya
(2012)(6).
sendiri (Taufik, 2010) (5).
Penelitian
mengetahui
terapeutik
ini
Alat
bertujuan
efektivitas
terhadap
eksperiment
pengumpulan
dengan
data
berupa
untuk
kuesioner yang terdiri dari dua bagian
komunikasi
berisi data demografi dan skala pengukuran
intensitas
nyeri
nyeri yang diadopsi dari kuesioner Bangun
persalinan kala I fase aktif 4-8 cm pada ibu
(2012)(4) dan dimodifikasi oleh penulis
bersalin di BLUD Rumah Sakit Ibu dan
berdasarkan literatur yang ada. Alat ukur
AnakBanda Aceh.
untuk nyerimenggunakanskala nyeri wong.
Alat ukur ini bersifat sederhana, mudah
METODELOGI PENELITIAN
digunakan, memiliki keterandalan yang
Penelitian yang digunakan adalah
tinggi, hanya diperlukan sedikit instruksi
Quasi Experiment bersifat Posttest Only
dan dapat digunakan oleh penilai yang
Control Group Design yangdilakukan sejak
bukan ahli ( Lyrawati, 2009) (7).
tanggal 26 Maret s/d 6 Agustus 2014 di
Pengujian data dilakukan dengan
BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda
menggunakan uji statistik independent t-
Aceh.Populasi dalam penelitian ini adalah
test dengan tingkat kemaknaan = 0,05.
semua ibu bersalin inpartu kala I yang
Sebelum uji t, dilakukan uji normalitas data
terdapat di
BLUD RSIA Banda Aceh.
terlebih dahulu dengan Shapiro Wilkkarena
Pengambilan sampel menggunakan teknik
sampel kurang dari 50 orang untuk melihat
Kuota Sampling, peneliti memilih 20
data
berdistribusi
normal
atau
tidak.
responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan ekslusi dimana 10 responden
HASIL PENELITIAN
untuk
Hasil
kelompok
perlakuan
dan
10
penelitian
pada
kelompok
responden untuk kelompok kontrol. Hal ini
perlakuan dan kelompok kontrol diperoleh
sesuai
data yang disajikan seperti di bawah ini.
berdasarkan
ketentuan
jumlah
193 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, 190 -198
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Status
Kehamilan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di BLUD RSIA
Banda Aceh Tahun 2014
Kelompok
Perlakuan
Karakteristik Responden
Umur
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
Jumlah
Status Kehamilan
Primipara
Multipara
Jumlah
Sumber: Data Primer
Tabel 2.
Kelompok
Kontrol
f
%
f
%
0
7
3
10
0
70
30
100
0
8
2
10
0
80
20
100
2
8
10
20
80
100
3
7
10
30
70
100
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri yang Dirasakan
pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di BLUD RSIA Banda Aceh
Tahun 2014
Tidak sakit
Sedikit sakit
Agak mengganggu
Mengganggu aktivitas
Kelompok Perlakuan
f
%
0
0
1
10
5
50
3
30
Kelompok Kontrol
f
%
0
0
0
0
1
10
2
20
Sangat mengganggu
Tak tertahankan
1
0
10
0
4
3
40
30
10
100
10
100
Intensitas Nyeri
Jumlah
Sumber: Data Primer
Tabel 2. menunjukkan bahwa pada
kelompok
perlakuan
yang
dilakukan ujinormalitas data denganuji
mengalami nyeri sedikit sakit sebanyak 1
Shaphiro Wilk karena sampel kurang dari
orang (10%), agak mengganggu sebanyak 5
50 orang. Nilai p pada intensitas nyeri
orang
kelompok perlakuan adalah 0,172 dan nilai
(50%),
responden
Untuk analisis bivariat terlebih dahulu
mengganggu
aktivitas
sebanyak 3 orang (30%), dan sangat
p
menganggu sebanyak 1 orang (10%). Pada
0,152.Hasil
kelompok kontrol, yang mengalami nyeri
berdistribusi normalkarena nilai p > 0,05.
agak mengganggu sebanyak 1 orang (10%),
Setelah data berdistribusi normal, maka
mengganggu aktivitas sebanyak 2 orang
data diuji statistik dengan uji independent t
(20%), sangat mengganggu sebanyak 4
test.
orang (40%) dan tak tertahankan sebanyak
3 orang (30%).
pada
kelompok
tersebut
kontrol
berarti
adalah
data
Efektivitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ……194
Tabel 3.
Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif (4-8 cm) di BLUD RSIA Banda Aceh Tahun 2014
Intensitas Nyeri
Persalinan
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Sumber: Data Primer
N
Mean
Standart
Deviation
Standart
Error Mean
P Value
10
10
2,40
3,90
0,843
0,994
0,267
0,314
0,002
Berdasarkan tabel 3. diketahui bahwa p
dengan judul komunikasi terapeutik pada
value = 0,002, hal ini menunjukan bahwa
nyeri persalinan kala 1, juga mendukung
ada
rasa
pengaruh
komunikasi
terapeutik
nyeri
dapat
dikurangi
terhadap intensitas nyeri persalinan kala I
komunikasi
fase aktif (4-8 cm) di BLUD RSIA Banda
diperoleh berpengaruh dengan p value yaitu
Aceh (p < 0,05).
0,001.
analisis
bivariat
dalam
penelitian ini diketahui bahwa p value =
0,002, hal ini menunjukanbahwa ada
pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
intensitas nyeri persalinan kala I (4-8cm) di
BLUD RSIA Banda Aceh bahwa ada (p <
0,05). Hasil penelitian ini juga didukung
oleh penelitian Bangun (2012)(4), yang
menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan
nyeri persalinan pada ibu bersalin normal
sebelum diberi komunikasi terapeutik dan
sesudah
diberi
Intensitas
nyeri
komunikasi
terapeutik.
sebelum
dilakukan
komunikasi terapeutik rata-rata 44,5 dan
sesudah rata-rata 3,50. Rata-rata intensitas
nyeri
sebelum
Hasil
yang
Berdasarkan hasil penelitian dalam
PEMBAHASAN
Hasil
terapeutik.
dengan
dilakukan
komunikasi
terapeutik adalah 4,45 dengan standart
deviasi 0,846, dan rata-rata intensitas nyeri
sesudah dilakukan komunikasi 3,50 dengan
standart deviasi 1,038.Selain penelitian
diatas, hasil penelian Mundarti (2013)(8)
hal status umur, diketahui bahwa umur
responden pada kelompok perlakuan adalah
umur 20-35 tahun sebanyak 7 orang (70%)
dan umur >35 tahun sebanyak 3 orang
(30%). Hasil penelitian pada kelompok
kontrol diketahui bahwa umur responden
pada kelompok kontrol adalah umur 20-35
tahun sebanyak 8 orang (80%) dan umur
>35 tahun sebanyak 2 orang (20%). Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa sebagian
besar
umur
responden
masuk
dalam
kategori reproduksi sehat. Responden telah
siap dalam menghadapi persalinan karena
organ
reproduksi
sudah
siap
untuk
menerima konsepsi. Hal ini sesuai dengan
teori Manuaba (2009)(9), yaitu ibu yang
melahirkan pada usia reproduksi organ
reproduksi sudah siap dan ibu telah siap
menghadapi kehamilan sehingga mampu
merespon
nyeri
dirasakan.Karakteristik
persalinan
yang
umur
pada
195 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, 190 -198
responden dapat berpengaruh terhadap
sebagian besar ibu primigravida pada saat
nyeri persalinan yang dirasakan, dimana
persalinan mengalami nyeri berat, sebanyak
semakin muda umur ibu hamil maka tidak
54%
siap menerima sebuah kehamilan, sehingga
sebanyak 46% mengalami nyeri ringan.
respon yang ditimbulkan akan negatif. Hal
Azizah (2011)(3) yang dilakukan pada ibu
ini sesuai dengan teori Andarmoyo dan
bersalin multigravida melaporkan bahwa
Suharti (2011)(10), usia muda cenderung
sebagian besar mengalami nyeri ringan
dikaitkan dengan kondisi psikologis yang
sebanyak 63% dan nyeri berat sebanyak
masih
37%.
labil,
yang
memicu
terjadinya
mengalami
nyeri
sedang,
dan
kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan
Seperti halnya yang dikemukakan
menjadi lebih berat. Usia juga dipakai
oleh Andarmoyo dan Suharti (2013)(10),
sebagai
salah
menentukan
Toleransi
satu
toleransi
akan
bertambahnya
faktor
dalam
pengalaman sebelumnya seperti persalinan
terhadap
nyeri.
terdahulu akan membantu mengatasi nyeri,
seiring
karena ibu telah memiliki koping terhadap
meningkat
usia
dan
pemahaman
terhadap nyeri.
Ibu
primipara
kemungkinan
Apabila dilihat dari status kehamilan,
pada
nyeri.
kelompok
perlakuan
terdapat
berbeda
akan
terhadap
dan
multipara
merespon
nyeri
secara
walaupun
menghadapi kondisi yang sama, yaitu
responden dengan primipara sebanyak 2
persalinan.
Hal
ini
disebabkan
ibu
orang (20%) dan multipara sebanyak 8
multipara telah memiliki pengalaman pada
orang (80%). Sedangkan pada kelompok
persalinan sebelumnya.
kontrol, responden primipara sebanyak 3
Secara fisiologis nyeri terjadi ketika
orang (30%) dan multipara sebanyak 7
otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya
orang (70%). Berdasarkan status kehamilan
membuka servik dan mendorong kepala
responden
disimpulkan
bayi kearah panggul. Nyeri pada persalinan
bahwa, sebagian besar responden telah
kala I merupakan proses fisiologis yang
memiliki pengalaman sebelumnya dalam
disebabkan oleh proses dilatasi servik,
menghadapi nyeri persalinan, sehingga
hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia
mereka akan mampu merespon secara baik
korpus uteri dan peregangan segmen bawah
tanpa
rahim dan kompresi saraf di servik
tersebut
harus
dapat
terkejut
berdasarkan
pengalaman yang telah mereka rasakan
sebelumnya.
Hasil
(Bandiyah,2009)(1).
Mekanisme persalinan yang terjadi
yang
hampir
sama
juga
pada responden dapat memodifikasi dan
didukung oleh penelitian menunjukkan
merubah sensasi nyeri yang datang sebelum
Efektivitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ……196
mereka sampai di kortek serebri sehingga
dikarenakan adanya perubahan fisiologis
menimbulkan persepsi nyeri. Hal ini sesuai
dari jalan lahir dan rahim.
dengan teori Perry & Potter (2005)(11),
Penulis juga berasumsi bahwa nyeri
serabut kecil mentransmisikan sensasi nyeri
yang dirasakan responden bervariasi pada
yang keras yang mempunyai reseptor
kelompok perlakuan maupun kelompok
berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan
kontrol. Nyeri yang terjadi karena adanya
struktur dalam seperti tendon, otot dan alat-
stres
alat dalam.
sehingga dapat merangsang kontaksi uterus
Sedangkan
serabut
dalam
menghadapi
kehamilan
besar
yang berlebihan. Kontraksi uterus yang
mentransmisikan sensasi sentuhan, getaran,
takterkendalikan akan menghantarkan rasa
suhu hangat dan tekanan halus. Salah satu
nyeri saat persalinan. Hal ini sesuai dengan
cara untuk mengurangi nyeri pada ibu yang
teori Sumarah (2009)(2), bahwa nyeri
melahirkan dengan menerapkan asuhan
persalinan dapat menimbulkan stres yang
komunikasi
menyebabkan
terapeutik.
Komunikasi
pelepasan
hormon
yang
terapeutik merupakan salah satu terapi non
berlebihan seperti katekolamin dan steroid.
farmakologis
atau
Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya
meringankan rasa sakit pada ibu yang akan
ketegangan otot polos dan vasokonstriksi
melahirkan. Langkah-langkah komunikasi
pembuluh
terapeutik seperti salah satunya adalah
mengakibatkan penurunan kontraksi uterus,
rangsang massage ini menyebabkan impuls
penurunan
yang bergerak cepat dari reseptor saraf
pengurangan aliran darah dan oksigen ke
perifer mencapai pintu gerbang terlebih
uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang
dahulu dari impuls nyeri berjalan lebih
membuat impuls nyeri bertambah banyak.
untuk
mengurangi
lambat sepanjang serat nyeri. Kemudian
darah.
Hal
sirkulasi
Menurut
asumsi
utero
dapat
plasenta,
peneliti
kelompok
secara umum sensasi pesan dan tidak
mengalami nyeri mengganggu meskipun
menerima pesan nyeri.
telah diberikan komunikasi terapeutik, hal
asumsi
masih
nyeri
ini disebabkan karena nyeri yang dirasakan
persalinan yang terjadi pada responden
bersifat subjektif dan persepsi tentang nyeri
merupakan
yang dirasakan responden berbeda. Dan hal
suatu
peneliti,
yang
pada
otak menerima dan menginterprestasikan
Menurut
perlakuan
ini
perasaan
tidak
menyenangkan yang merupakan respon
ini
juga
dapat
disebabkan
karena,
individu yang menyertai dalam proses
responden
adalah
primipara
persalinan. Nyeri yang dialami responden
responden belum memiliki pengalaman
sehingga
197 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014, 190 -198
dalam menghadapi nyeri persalinan yang
dihadapinya.
bahwa disamping terdapat banyak faktor
Pada kelompok kontrol meskipun
tidak
Oleh karena itu penulis berasumsi
diberikan
komunikasi
yang dapat mempengaruhi nyeri pada saat
terapeutik
persalinan, terdapat pula banyak cara yang
namun terdapat responden yang masih
dapat dilakukan untuk mengatasi rasa nyeri
mampu mengabaikan rasa nyerinya, penulis
tersebut. Salah satu caranya adalah dengan
berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena
metode
ibu telah siap secara psikologis dalam
komunikasi terapeutik terhadap ibu bersalin
menghadapi proses persalinan sehingga ibu
yang tidak memiliki efek samping bagi ibu
lebih percaya diri dan tidak takut dalam
dan janin. Serangkaian metode ini terbukti
menghadapi
persalinan.
Hal
ini
efektif dalam mengurangi persepsi nyeri
sebagaimana
diungkapkan
dalam
teori
hebat yang dirasakan ketika dalam proses
nonfarmakologi
melalui
Andarmoyo dan Suharti (2013)(10), situasi
persalinan
dan
kecemasan psikologis yang melanda ibu
kondisi
memegang
psikologis
peranan
yang
penting
labil
dalam
dan
mampu
mengatasi
ketika bersalin.
memunculkan nyeri persalinan yang lebih
berat. Salah satu mekanisme pertahanan
KESIMPULAN
jiwa terhadap stres adalah konversi, yaitu
Berdasarkan hasil penelitian yang
memunculkan
gangguan
secara
psikis
menjadi gangguan fisik.
2014 di BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak
Rasa sakit yang dialami ibu selama
proses
persalinan
dilakukan pada tanggal 27 Juni - 12 Juli
sangat
bervariasi
Banda
Aceh,
kesimpulan
maka
bahwa
peneliti
ada
menarik
pengaruh
tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan
komunikasi terapeutik terhadap intensitas
selama persalinan untuk mengurangi rasa
nyeri persalinan kala 1 fase aktif (4-8 cm)
nyeri selama proses persalinan.Simpkin
di Ruang Bersalin BLUD Rumah Sakit Ibu
(2007)(12)
dan Anak Banda Aceh dengan nilai p =
mengatakan
cara
untuk
mengurangi rasa sakit ini ialah: mengurangi
sakit
langsung
dari
0,002 (p < 0,05).
sumbernya,
memberikan ransangan alternatif yang kuat,
SARAN
mengurangi
negatif,
Diharapkan bagi petugas kesehatan
emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit.
atau bidan yang bertugas untuk dapat
Pendekatan
meningkatkan asuhan kebidanan khususnya
persalinan
reaksi
mental
pengurangan
dapat
rasa
dilakukan
nyeri
dengan
pendekatan melalui komunikasi terapeutik.
kepada
ibu
memberikan
bersalin
yaitu
komunikasi
dengan
terapeutik,
Efektivitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan ……198
sehingga
pasien
kenyamanan
akan
dan
merasakan
ketenangan
dalam
5.
menghadapi nyeri dalam proses persalinan.
UCAPAN TERIMA KASIH
6.
Direktur Balai Layanan Umum Daerah
(BLUB)
Rumah
Sakit
Ibu
dan
Anak
Pemerintah Aceh dan Seluruh responden yang
7.
telah bersedia membantu
8.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Bandiyah.
S.
2009.
Kehamilan,
Persalinan
dan
Gangguan
Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu
Bersalin (Asuhan Kebidanan pada
Ibu bersalin). Jakarta: Fitramaya.
Azizah. IN. 2011. Pengaruh Endorphin
Massage Terhadap Intensitas
Nyeri Kala I Persalinan Normal
Ibu Primipara di BPS S dan B
Demak. KTI. Program Studi
Diploma III Kebidanan Polteknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan
Semarang.
(http:jurnal.uminimus.ac.id
diakses tanggal 09/04/2014)
Bangun, 2012. Pengaruh Komunikasi
Terapeutik Terhadap Intensitas
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
di Klinik Santi Medan. Skripsi.
Universitas Sumatra Utara (http:
9.
10.
11.
12.
repository.usu.ac.id
diakses
tanggal 13/04/2014).
Taufik. M dan Juliane. 2010.
Komunikasi
Terapeutik
dan
Konseling
dalam
Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Taniredja, Et al. 2012. Penelitian
Kuantitatif (Sebuah Pengantar).
Bandung: Alfabeta
Lyrawati. D. 2009. Dalam Raylene M.
Rospond 2008, Penilaian Nyeri.
Mundarti, 2013. Komunikasi Terapeutik
Terhadap
Intensitas
Nyeri
Persalinan Kala I. Jurnal Poltekkes
Kemenkes
Semarang.
(http:uppm.poltekkes-smg.ac.id
diakses tanggal 21/04/2014).
Manuaba, IBG. 2009. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta: EGC.
Andarmoyo. S. dan Suharti. 2013.
Persalinan
Tanpa
Nyeri
Berlebihan: Konsep & Aplikasi
Manajemen Nyeri Persalinan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Potter, Patricia A. 2005. Buku
Fundamental
Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik /
Patricia A. Potter, Anne Griffin
Perry; alih bahasa, Renata
Komalasari... (et al) Ed. 4, Jakarta:
EGC.
Simpkin, Penny. 2007. Edisi Revisi
Panduan Lengkap Kehamilan,
Melahirkan, dan Bayi. Jakarta:
Arcan
Download