BAB II LANDASAN KONSEP A. FILM DOKUMENTER SEBAGAI

advertisement
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN KONSEP
A. FILM DOKUMENTER SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
Berkomunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Kegiatan
komunikasi dapat dikatakan bersifat sentral dalam kehidupan manusia, bahkan
mungkin sejak awal manusia keberadaan manusia itu sendiri. Kita berkomunikasi
karena kita ingin pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh
orang lain, begitu juga sebaliknya.
Definisi ringkas dari komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan
yang diajukan Harold Lasswell yaitu Who Says What In Which Channel To Whom
With What Effect?4 Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan menjadi
lima unsur penting komunikasi, yaitu:
1. Sumber (source) sering disebut pengirim (sender) atau penyandi
(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker), yaitu
pihak
yang
berinisiatif
atau
mempunyai
kebutuhan
untuk
berkomunikasi.
2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima
commit to user
4
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung, 2005), hlm. 62-65.
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.
4. Penerima
(receiver)
atau
sarana
(destination),
komunikate
(communicatee), penyandi-balik (decoder), khalayak (audience),
pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima
pesan dari sumber.
5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut.
Proses Komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Menurut Littlejohn, definisi komunikasi massa merupakan:
“…the process whereby media organizations produce and transmit
message to large publiks and process by which those message are sought,
used, understood and influence by audience.” (proses dimana media
memproduksi dan menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak luas dan
proses dimana pesan-pesan dicari, digunakan, dipahami dan dipengaruhi
oleh khalayak).5
Pesan dapat disampaikan melalui bahasa. Bahasa merupakan bagian dari
proses komunikasi. Komunikasi adalah human communications atau komunikasi
manusia. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna mampu
menggunakan kombinasi berbagai suara (bahasa) yang begitu rumit untuk
commit to user
5
Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta, 2007), hlm. 16.
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkomunikasi. Penggunaan bahasa, yakni seperangkat symbol yang mewakili
peristiwa atau gagasan yang membedakan manusia dengan mahkluk lainnya dan
bahasa sebagai suatu sistem lambing mempunyai peranan penting dalam
pembentukan, pemeliharaan, atau pengembangan budaya masyarakat. 6
Komunikator, dalam proses penyampaian pesan menggunakan media
agar bisa tersampaikan kepada komunikan. Media dari proses tersebut bisa
bermacam – macam jenisnya.
Salah satunya dalam film dokumenter, layaknya laporan jurnalisme, film
dokumenter mampu merekonstruksikan realitas sosial atau fakta - fakta ke dalam
simbol audio visual. Dalam hal ini pada film dokumenter memenuhi komponen
komunikasi itu sendiri yaitu, pembuat film merupakan sumber atau source yang
mengirimkan sebuah pesan. Pesan atau message yang dimaksud adalah sebuah ide
mengangkat sebuah realitas, atau suatu fakta – fakta ke dalam sebuah karya film
dokumenter yang mempunyai film statement. Film dokumenter berupa produk
audio visual yang dibuat tersebut adalah sebuah saluran atau media dari seorang
pembuat film untuk menyampaikan pesan kepada penonton filmnya.
Beberapa komponen tersebut, sebenarnya sudah dapat menunjang film
dokumenter yang berupa produk audio visual untuk bisa dikategorikan sebagai
salah satu media komunikasi.
commit to user
6
Deddy Mulyana, Op. Cit, hal 42.
perpustakaan.uns.ac.id
8
digilib.uns.ac.id
B. FILM DOKUMENTER
Banyak berbagai pengertian film dokumenter itu apa secara umum
pengertiannya adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kenyataannya
masih banyak sekali berbagai pendapat yang mengartikan pengertian dari film
dokumenter itu sendiri. Berikut ini beberapa pendapat ahli mengenai pengertian
film dokumenter.
1. Steve Blandford, Barry Keith Grant dan Jim Hillier :
Pembuatan film yang subyeknya adalah masyarakat, peristiwa atau suatu situasi
yang benar-benar terjadi di dunia realita dan di luar dunia sinema.7
2. Frank Beaver :
Sebuah film non-fiksi. Film Dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata,
tidak menggunakan actor dan temanya terfokus pada subyek–subyek seperti
sejarah, ilmu pengetahuan, social atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk
memberi pencerahan, member informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan
memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali.8
3. Louis Giannetti :
Tidak seperti kebanyakan film-film fiksi, dokumenter berurusan dengan faktafakta, seperti manusia, tempat dan peristiwa serta tidak dibuat . Para pembuat film
7
Steven Blandford, et al., The Film Studies Dictionary, (Wales, 2001) hlm. 73.
commit
to user
Frank Eugene Beaver, Dictionary of Film
Terms:The
Aesthetic Companion to Film Art (New
York, 2006), hlm. 119.
8
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dokumenter percaya mereka ‘menciptakan’ ;dunia di dalam filmnya seperti apa
adanya.9
4. Timothy Corrigan :
Sebuah film non-fiksi tentang masyarakat dan peristiwanya, seringkali
mengabaikan struktur naratif yang tradisional.10
5. Ralph S. Singleton and James A. Conrad :
Film
dari
sebuah
peristiwa
yang
aktual.
Peristiwa-peristiwa
tersebut
didokumentasikan dengan menggunakan orang-orang biasa dan bukan actor.11
6. Edmund F. Penney :
Suatu jenis film yang melakukan interpretasi terhadap subyek dan latar belakang
yang nyata. Terkadang istilah ini digunakan secara luas untuk memperlihatkan
aspek realistiknya dibandingkan pada film-film cerita konvensional. Namun
istilah ini juga telah menjadi sempit karena seringkali hanya menyajikan
rangkaian gambar dengan narasi dan soundtrack dari kehidupan nyata.
7. James Monaco :
Istilah dengan makna yang sangat luas, secara mendasar digunakan untuk merujuk
pada film atau program televisi yang tidak seluruhnya fiktif saat menyajikan
alam.12
8. Ira Konigsberg :
Sebuah film yang berkaitan langsung dengan suatu fakta dan non-fiksi yang
berusaha untuk menyampaikan kenyataan dan bukan sebuah kenyataan yang
9
Louis D. Giannetti, Understanding Movies (rev.ed.; New Jersey, 1995), hlm. 339
Timothy Corrigan, A Short Guide to Writing About Film, (rev.ed.; New York, 2000) hlm. 206
11
Ralph S. Singleton, James A. Conrad, Filmmaker’s Dictionary (rev.ed.; New York, 2000) hlm.
commit to user
94
12
James Monaco, The Dictionary of New Media, (New York, 1999) hlm. 94.
10
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
direkayasa. Film-film seperti ini peduli terhadap perilaku masyarakat, suatu
tempat atau suatu aktivitas.13
9. Gerald Mast dan Bruce F. Kawin :
Sebuah film non-fiksi yang menata unsur-unsur faktual dan menyajikannya,
dengan tujuan tertentu.14
10. David Bordwell dan Kristin Thompson :
Justru yang menarik adalah apa yang dikatakan oleh David Bordwell dan Kristin
Thompson dalam Film Art: An Introduction, Edisi Ke-5. Menurutnya bahwa inti
dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang faktual tentang
dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah dalam pembuatannya
tidak ada rekayasa baik dari tokohnya (manusia), ruang (tempat), waktu dan juga
peristiwanya.15
11. Misbach Yusabiran :
Misbach Yusabiran melalui Penulis Skenario, Armantono pernah mengatakan
bahwa dokumenter adalah suatu dokumentasi yang diolah secara kreatif dan
bertujuan untuk mempengaruhi (mem-persuasi) penontonnya. Dengan definisi ini,
film dokumenter seringkali menjadi sangat dekat dengan film-film yang
bernuansa propaganda.
Dalam film dokumenter juga dibagi lagi menjadi beberapa genre sama
halnya dengan film fiksi . Genre berasal dari bahasa Perancis, yang memiliki arti
13
Ira Konigsberg, The Complete Film Dictionary, (New York, 1997) hlm.103
Gerald Mast, Bruce F. Kawin, A Short History of the Movies (rev.ed.; New York, 1999) hlm. 64.
15
commit
toIntroduction
user
David Brodwell, Kristin Thompson, Film
Art: An
(rev.ed.; New York, 1997) hlm.
73
14
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jenis atau ragam. Mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter : Dari Ide
Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre film dokumenter menjadi
dua belas jenis, yaitu:
a.
Laporan perjalanan
Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli
etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa
membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remehtemeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang
sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel
film, travel documentary dan adventures film.
b.
Sejarah
Dalam film dokumenter, genre sejarah
menjadi salah satu yang
sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat
bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat
dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya
maupun penafsirannya.
c.
Potret/biografi
Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok
seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya
seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – atau
seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun
aspek lain yang menarik.
d.
Nostalgia
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Film–film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun
biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari
kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok.
e.
Rekonstruksi
Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap
peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri
dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu
rekonstruksi peristiwanya
f.
Investigasi
Jenis
dokumenter
ini
memang kepanjangan
dari
investigasi
jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan.
Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui
lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.
g.
Perbandingan dan kontradiksi
Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari
seseorang atau sesuatu.
h.
Ilmu pengetahuan
Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat dengan
masyarakat Indonesia, jenis ini bisa terbagi menjadi sub-genre, yaitu
Film Dokumenter Sains, Film Instruksional.
i.
Buku harian
Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini juga
mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13
digilib.uns.ac.id
diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema–
temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa
yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa
yang dialami atau bahkan perlakuan kawan–kawannya terhadap
dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang
pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional.
Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi
unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan
ruang dan waktu kejadian yang cukup detil.
j.
Musik
Sesuai namanya genre ini meceritakan tentang sesuatu yang
berhubungan dengan musik. Genre musik memang tidak setua genre
yang lain, namun pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis
ini sangat banyak diproduksi.
Film dokumenter sendiri memiliki fungsi secara umum sebagai media
menyampaikan suatu kebenaran. Selain itu secara spesifik film dokumenter dapat
menyampaikan suatu sudut pandang, suatu propaganda yang kuat, dan suatu
konflik kepentingan.
C.
SENI PERTUNJUKAN
Dalam bahasa Inggris, seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance
art.
Seni pertunjukan merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14
digilib.uns.ac.id
merupakan gabungan antara berbagai bidang seni. Sebuah pertunjukan kesenian
seperti teater atau sendratari biasanya terdiri atas seni musik, dialog, kostum,
panggung, pencahayaan, dan seni rias. Seni pertunjukan sangat menonjolkan
manusia sebagai aktor atau aktrisnya.
1. Seni Pertunjukan Tradisional
Di dalam setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian tradisional
selalu membawa misi yang ingin disampaikan kepada penonton. Misi atau pesan
itu dapat bersifat sosial, politik, moral dan sebagainya. Sebenarnya dalam setiap
pertunjukan seni tradisional ada beberapa nilai tertentu yang dikandungnya. Seni
pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi ritual,
fungsi pendidikan sebagai media tuntunan, fungsi atau media penerangan atau
kritik sosial dan fungsi hiburan atau tontonan.
Untuk memenuhi fungsi ritual, seni pertunjukan yang ditampilkan
biasanya masih berpijak pada aturan-aturan tradisi. Misalnya sesaji sebelum
pementasan wayang, ritual-ritual bersih desa dengan seni pertunjukan dan sesaji
tertentu, pantanganpantangan yang tidak boleh dilanggar selama pertunjukan dan
lainlain. Sebagai media pendidikan, pertunjukan tradisional mentransformasikan
nilai-nilai budaya yang ada dalam seni pertunjukan tradisional tersebut. Oleh
karena itu, seorang seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal
mungkin atas peran yang dibawakannya. Seni pertunjukan tradisional (wayang
kulit, wayang orang, ketoprak) sebenarnya sudah mengandung media pendidikan
pada hakikat seni pertunjukan itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya dan
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga dalam ceritanya. Misalnya pertentangan yang baik dan yang buruk akan
dimenangkan yang baik, kerukunan Pandawa, nilai-nilai kesetiaan dan lain-lain.
Pada masa sekarang ini seni pertunjukan tradisional cukup efektif pula
sebagai media penerangan ataupun kritik sosial, baik dari pemerintah atau dari
rakyat. Misalnya pesan-pesan pembangunan, penyampaian informasi dan lainlain.
Sebaliknya rakyat dapat mengkritik pimpinan atau pemerintah secara tidak
langsung misalnya lewat adegan goro-goro pada wayang atau dagelan pada
ketoprak. Hal ini disebabkan adanya anggapan mengkritik (lebih-lebih) pimpinan
atau atasan adalah “tabu”. Melalui sindiran atau guyonan dapat diungkap tentang
berbagai ketidakberesan yang ada, tanpa menyakiti orang lain. Sebagai media
tontonan seni pertunjukan tradisional harus dapat menghibur penonton,
menghilangkan stres dan menyenangkan hati. Sebagai tontonan atau hiburan seni
pertunjukan tradisional ini biasanya tidak ada kaitannya dengan upacara ritual.
Pertunjukan ini diselenggarakan benar-benar hanya untuk hiburan misalnya tampil
pada peringatan kelahiran, resepsi pernikahan dan lain-lain.16
2. Seni Pertunjukan Modern
Contoh pertunjukan modern antara lain drama, opera, fragmen, teater, dan
film. Seni pertunjukan modern banyak ditampilkan di media elektronik seperti
televisi.
16
commit to user
Dyastriningrum, Antropologi Kelas XII, (Jakarta: 2009) hlm. 63.
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. POLEMIK KEBERADAAN CAMPURSARI
Polemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
perdebatan mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka dalam
media massa.17
Di dalam dunia seni pertunjukan, campursari menjadi sebuah perdebatan
dalam forum terbuka antara seniman elite dan pelaku campursari tentang
keberadaan campursari sebagai tradisi musik baru di dunia seni pertunjukan.
Berikut adalah rangkuman pendapat dari seniman dan pelaku campursari.18
No. Menurut Seniman
1.
Menurut Pelaku Campursari
Campursari adalah musik sampah Campursari mampu menghidupkan
yang memasukkan semua unsur kembali tradisi bermusik Jawa
musik dalam satu karya.
diantaranya
adalah
nembang
tetap
dimainkan
macapat.
2.
Campursari adalah musik yang Campursari
menabrak
aturan
musikalitas dengan gamelan Jawa.
gendhing Jawi
3.
Campursari
hanya
mengejar Campursari menjawab kebutuhan
kuantitas tidak memperhatikan pasar,
kualitas
ini
berarti
campursari
berhasil menjadi tradisi baru di
dunia seni pertunjukan.
4.
Dari
sisi
sosial
campursari Penyanyi campursari duduk dengan
menjadi citra buruk bagi musik santun,
Jawa
karena
penyanyi
jogetan saat pentas
17
kalau
berjoget
ganya
yang gerakan sewajarnya. Yang berjoget
dan koplo itu bukan campursari
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id
commitSupanggah,
to user S.Kar., Danis Sugiyanto, S.Sn,
Wawancara dengan narasumber Prof. Rahayu
M.Hum, Yunianto CSGK, dan Plenthe Percussion. (Transkrip tersedia di halaman lampiran)
18
perpustakaan.uns.ac.id
17
digilib.uns.ac.id
E. HIBRIDA DALAM KONTEKS MUSIK CAMPURSARI
Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hibrida” berarti
turunan yang dihasilkan dari perkawinan antara dua jenis yang berlainan (tentang
hewan atau tumbuhan); kata kompleks yang bagian-bagiannya berasal dari bahasa
berbeda.19
Keberadaan beberapa hibridisasi kreatif yang dibuat oleh para musisi
popular Indonesia dilatarbelakangi oleh sistem genre tripartit yang makro, yang
terdiri dari musik daerah, pop, serta underground/indie.20
Campursari berasal dari dua kata yaitu campur dan sari. Campur berarti
berbaurnya instrumen musik baik yang tradisional maupun modern. Sari berarti
eksperimen yang menghasilkan jenis irama lain dari yang lain. Para seniman
memadukan dua unsur musik yang berbeda yaitu instrumen musik etnik yaitu
gamelan dan instrumen musik modern seperti gitar elektrik, bass, drum serta
keyboard, sehingga dapat dikatakan bahwa campursari adalah musik hibrida hasil
perkawinan silang antara musik barat dan tradisional. Kesenian ini memerlukan
beberapa pemain musik, tak kurang dari hampir sepuluh orang untuk
menghasilkan irama yang sangat merdu.
F.
TRANSFORMASI KEBUDAYAAN
Perubahan unsur kehidupan sosial masyarakat yang dipahami sebagai
transformasi budaya merupakan proses perjalanan budaya sosial masyarakat
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1996), hlm. 215
Jeremy Wallach and Esther Clinton, “History,Modernity, and Music Genre in Indonesia:
to Following
user
Popular Music Genres in the Dutch Eastcommit
Indies and
Independence”, Asian Music
Journal Vol. 44 Number 02, 2013, hlm. 1
20
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tradisional
menuju
masyarakat
yang
lebih
berkembang.
Perkembangan
masyarakat lewat tahap – tahap perkembangan masyarakat tradisional ke
masyarakat peralihan dari kondisi tradisional ke kondisi take-off, lalu ke
masyarakat take-off, masyarakat yang berkembang untuk matang dari masyarakat
dengan konsumsi massa yang tinggi.
Proses reproduksi kebudayaan merupakan proses aktif yang menegaskan
keberadaannya dalam kehidupan sosial, sehingga mengharuskan adanya adaptasi
bagi kelompok yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. 21
Perubahan budaya tersebut selalu disertai perkembangan teknologi
kehidupan yang secara pokok menunjang perubahan tersebut, indikasinya dapat
ditelisik dalam model budaya dalam pola keseharian pada masyarakat.
Kapitalisme dalam dominasi ekonomi dan penguasaan alat produksi
mulai hadir dalam kehidupan dengan membawa dampak yang signifikan pada
system tata nilai model budaya masyarakat modern. Penguasaan pada media –
media komunikasi massa yang disajikan pada masyarakat, salah satunya televisi
telah memberikan doktrinasi budaya baru yang luar biasa dan ini sangat dominan
dalam membentuk serat – serat budaya masyarakat lokal melalui proses dialogis
dengan budaya urban atau asing yang jauh lebih maju dan bahkan bertolak
belakang.
Hal ini dapat dianalisa dari salah satu sudut pandang terhadap pola
perilaku masyarakat yaitu musik. Karena kedekatan dengan kehidupan manusia,
commit to user
21
Prof. Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan (Jakarta, 2007) hlm. 43.
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka kajian tentang musik hampir selalu terkait dengan kajian tentang perilaku
masyarakat.22 Musik diposisikan sebagai bagian pokok dari kehidupan itu sendiri,
musik memegang peranan yang sangat penting berdasarkan pola – pola keseharian
sosial masyarakat, baik difungsikan sebagai media prosesi ritual maupun sebagai
media hiburan.
G. MEDIA MASSA SEBAGAI INSTITUSI SOSIAL
Media massa dipahami sebagai lebih dari sekedar suatu mekanisme yang
sederhana sifatnya yang digunakan untuk menyebarkan informasi, karena media
massa merupakan suatu organisasi yang terdiri dari susunan yang sangat
kompleks dan lembaga sosial yang penting dari masyarakat. Teori besar (grand
theory) yang paling terkemuka untuk menyinggung aspek institusional dari media
adalah teori kritis Marxis. Teori kritis berhubungan dengan distribusi kekuasaan
dalam masyarakat dan dominasi kepentingan tertentu terhadap lainnya. Jelasnya,
media massa dalam pendekatan teori kritis Marxis dipahami sebagai pemain yang
mempunyai kekuatan pengaruh yang sangat besar dalam pertarungan ideologis.
Media massa dapat dipahami dalam berbagai artikulasi, salah satunya media
massa dipahami sebagai arena pertarungan (site of struggle) dari berbagai
kepentingan dan ideology yang hidup di masyarakat.
Ideologi yang keberadaannya telah menjadi ideologi yang dominan pun
dapat dipengaruhi eksistensinya oleh media. Sebagian besar teori komunikasi
commit to user
22
Sloboda dan O’neill dalam Johan, Psikologi Musik (Yogyakarta, 2009) hlm. 49.
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
kritis menekankan kepada kekuatan media massa karena potensi media untuk
menyebarkan ideologi dominan dan potensinya untuk mengekspresikan ideologi
yang alternatif dan berlawanan dengan ideologi dominan atau ideologi resistensi.
Dalam konteks ini media dipandang sebagai arena pertarungan ideologi (site of
strunggle for ideology) bagi beberapa kalangan penganut teori kritis terutama oleh
kalangan cultural studies. Namun sebaliknya bagi kalangan pengikut Mahzab
Frankfurt, media lebih dipahami sebagai bagian dari industry kebudayaan
(cultural industries) yang dikuasai oleh segelintir elit industri yang mampu
menciptakan simbol – simbol yang dapat memanipulasi dan mengalienasi kelas –
kelas lainnya. Singkatnya, berbeda dengan cultural studies yang melihat potensi
media massa sebagai area pertarungan ideology, Mahzab Frankfurt menganggap
media massa dan segala bentuk kebudayaan massa sebagai bentuk budaya
afirmatif yang tidak dapat diharapkan untuk menggapai emansipasi.23
H. SEKILAS TENTANG CAMPURSARI
Campursari mulai muncul pada dekade 1960-an. Namun, campursari yang
dikenal seperti sekarang ini baru berkembang di sekitar penghujung dasawarsa
1980-an dan awal 1990-an. Gambaran secara garis besar tentang keadaan sosial –
ekonomi di seputar paro kedua dekade 1960-an hingga menjelang akhir abad akan
memberi kerangka pijakan bagi pemahaman atas genre musik campursari yang
belakangan berkembang menjadi produk budaya yang mengagumkan.
commit
user
Fajar Junaedi, Bahan Kuliah Komunikasi
Massato
Universitas
Muhammadiyah Surakarta,
(Yogyakarta: 2005)
23
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Musik campursari merupakan musik hibrida yang merupakan percampuran
dari beberapa unsur genre music; karawitan , gamelan, langgam, keroncong,
dangdut, pop, dan sebagainya dalam bentuk musik baru. Identitasnya yang paling
mudah dilihat adalah bercampurnya gamelan dan instrument Barat terutama
keyboard, yang jumlahnya hingga mencapai enam atau tujuh pada satu
perangkat.24
Campursari itu sendiri sebenarnya berangkat dari seni tradisi Jawa, dimana
dipadukannya seni gending dengan berbagai alat musik, baik alat musik
tradisional maupun modern, konvensional dan elektrik . Musik campursari yang
berkembang sekarang ini memang bermacam – macam jenisnya. Misalnya musik
campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong, campuran
gamelan dan dangdut serta campuran keroncong dan dangdut. Aransemen seperti
itu membuat campursari lebih fleksibel , mengaransemen music tradisional dan
modern sehingga musik campursari banyak digemari masyarakat dari tingkatan
masyarakat daerah sampai masyarakat kota.
Munculnya musik campursari pada awalnya berangkat dari musik
keroncong asli langgam, campursari tetap menggunakan dasar-dasar keroncong.
Ada yang cenderung ke musik karawitan, ada yang cenderung ke keroncong.
Campursari diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan jenis musik Jawa
modern, lirik-lirik lagunya masih mengadopsi lirik gending Jawa tradisional
walaupun tidak semua, karena sebagian besar dari senimannya berusaha
commit to user
24
Rahayu Supanggah,Op.Cit., hlm. 101.
perpustakaan.uns.ac.id
22
digilib.uns.ac.id
menciptakan lagu campursari itu menyesuaikan dengan keadaan zaman yang
sedang berlangsung.
Nama “campursari” pertama kali dikenalkan sekitar tahun 1960 an oleh
oleh kerjasama antara Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang dan Tjabang
Ajudan Jenderal (TJABAD) Kodam IV Diponegoro Semarang Pimpinan Jenderal
Surono. Kelahiran campursari bermula dari kegiatan pergelaran musik karawitan
dan keroncong yang mereka lakukan. Percampuran penggunaan alat music untuk
membawakan langgam ini kemudian dinamainya “campursari”. Campursari mulai
dikenal luas ketika Keluarga Radio Orkes Semarang pimpinan S. Dharmanto
sering menyiarkan lagu - lagu campursari melalui RRI Semarang.25
Campursari yang lahir dari kerjasama antara RRI Semarang dengan URIL
KODAM IV Diponegoro itu pada masa sesudah tahun 1965 tidak lagi
memperlihatkan daya hidupnya secara berarti. Baru pada sekitar paro kedua
decade 70-an, Manthous dan Andjar Any kembali menghidupkan jenis musik itu
dengan terciptanya lagu – lagu langgam, seperti Yen Ing Tawang Ono Lintang
yang amat digemari pada saat itu. Campursari hasil pengembangan yang terakhir
inipum kemudian kembali hampir terlupakan dan hanya sesekali saja terdengar
dalam siaran – siaran
Campursari juga sempat dipopulerkan oleh dalang Ki Nartosabdho pada
tahun 1980-an. Ki Nartosabdho menggabungkan gamelan dengan musik modern
commit
to dan
userPostkolonialitas di Indonesia,
Rahayu Supanggah dalam Budi Susanto,
Identitas
(Yogyakarta: 2003)
25
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di setiap pertunjukan wayangnya. Namun karena gebrakannya itu menimbulkan
berbagai kontroversi dari persatuan dalang, campursari seakan hilang kembali.
Menjelang dasawarsa 90-an, Manthous atau Anto Soegiyono, seorang
seniman Pop asal Kabupaten Gunung Kidul yang memiliki latar belakang
kesenian karawitan, mencoba memasukkan unsur alat musik electric dalam lagu –
lagu ciptaannya yang berbahasa dan berirama Jawa. Sesudah itu, campursari
kembali berkembang secara luas jauh melebihi yang pernah ada.
Campursari pada galibnya merupakan salah satu kebudayaan popular yang
berkembang di luar pusat sebagai akibat tidak langsung dari pertumbuhan
ekonomi beserta rangkaian ideologisnya dan menjadikan para pendukung tradisi
lokal sebagai pasar primordial. Campursari hidup dan dihidupi bukan di pusat –
pusat orientasi kebudayaan Jawa masa lalu, yaitu dua keraton dan kepangeranan
di Solo dan Yogya, ataupun Jakarta sebagai pusat Indonesia moden. Musik ini
justru mulai dikembangkan dan akhirnya bertumbuh menjadi industri hiburan di
daerah – daerah yang secara tradisional dianggap sebagai pinggiran.
I. TARGET AUDIENS
Target audiens dalam film dokumenter Campursari “Nyanyian Hibrida
dari Jawa” adalah kelas menengah B dan C dengan range usia 20-60 tahun dan
dengan cakupan wilayah seluruh Indonesia.
commit to user
Download