5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II LANDASAN KONSEP A. FILM DOKUMENTER SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI Berkomunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Kegiatan komunikasi dapat dikatakan bersifat sentral dalam kehidupan manusia, bahkan mungkin sejak awal manusia keberadaan manusia itu sendiri. Kita berkomunikasi karena kita ingin pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain, begitu juga sebaliknya. Definisi ringkas dari komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan yang diajukan Harold Lasswell yaitu Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?4 Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan menjadi lima unsur penting komunikasi, yaitu: 1. Sumber (source) sering disebut pengirim (sender) atau penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker), yaitu pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. 2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima commit to user 4 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung, 2005), hlm. 62-65. 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. 4. Penerima (receiver) atau sarana (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder), khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima pesan dari sumber. 5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Proses Komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Menurut Littlejohn, definisi komunikasi massa merupakan: “…the process whereby media organizations produce and transmit message to large publiks and process by which those message are sought, used, understood and influence by audience.” (proses dimana media memproduksi dan menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak luas dan proses dimana pesan-pesan dicari, digunakan, dipahami dan dipengaruhi oleh khalayak).5 Pesan dapat disampaikan melalui bahasa. Bahasa merupakan bagian dari proses komunikasi. Komunikasi adalah human communications atau komunikasi manusia. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna mampu menggunakan kombinasi berbagai suara (bahasa) yang begitu rumit untuk commit to user 5 Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta, 2007), hlm. 16. 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berkomunikasi. Penggunaan bahasa, yakni seperangkat symbol yang mewakili peristiwa atau gagasan yang membedakan manusia dengan mahkluk lainnya dan bahasa sebagai suatu sistem lambing mempunyai peranan penting dalam pembentukan, pemeliharaan, atau pengembangan budaya masyarakat. 6 Komunikator, dalam proses penyampaian pesan menggunakan media agar bisa tersampaikan kepada komunikan. Media dari proses tersebut bisa bermacam – macam jenisnya. Salah satunya dalam film dokumenter, layaknya laporan jurnalisme, film dokumenter mampu merekonstruksikan realitas sosial atau fakta - fakta ke dalam simbol audio visual. Dalam hal ini pada film dokumenter memenuhi komponen komunikasi itu sendiri yaitu, pembuat film merupakan sumber atau source yang mengirimkan sebuah pesan. Pesan atau message yang dimaksud adalah sebuah ide mengangkat sebuah realitas, atau suatu fakta – fakta ke dalam sebuah karya film dokumenter yang mempunyai film statement. Film dokumenter berupa produk audio visual yang dibuat tersebut adalah sebuah saluran atau media dari seorang pembuat film untuk menyampaikan pesan kepada penonton filmnya. Beberapa komponen tersebut, sebenarnya sudah dapat menunjang film dokumenter yang berupa produk audio visual untuk bisa dikategorikan sebagai salah satu media komunikasi. commit to user 6 Deddy Mulyana, Op. Cit, hal 42. perpustakaan.uns.ac.id 8 digilib.uns.ac.id B. FILM DOKUMENTER Banyak berbagai pengertian film dokumenter itu apa secara umum pengertiannya adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kenyataannya masih banyak sekali berbagai pendapat yang mengartikan pengertian dari film dokumenter itu sendiri. Berikut ini beberapa pendapat ahli mengenai pengertian film dokumenter. 1. Steve Blandford, Barry Keith Grant dan Jim Hillier : Pembuatan film yang subyeknya adalah masyarakat, peristiwa atau suatu situasi yang benar-benar terjadi di dunia realita dan di luar dunia sinema.7 2. Frank Beaver : Sebuah film non-fiksi. Film Dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan actor dan temanya terfokus pada subyek–subyek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, social atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, member informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali.8 3. Louis Giannetti : Tidak seperti kebanyakan film-film fiksi, dokumenter berurusan dengan faktafakta, seperti manusia, tempat dan peristiwa serta tidak dibuat . Para pembuat film 7 Steven Blandford, et al., The Film Studies Dictionary, (Wales, 2001) hlm. 73. commit to user Frank Eugene Beaver, Dictionary of Film Terms:The Aesthetic Companion to Film Art (New York, 2006), hlm. 119. 8 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dokumenter percaya mereka ‘menciptakan’ ;dunia di dalam filmnya seperti apa adanya.9 4. Timothy Corrigan : Sebuah film non-fiksi tentang masyarakat dan peristiwanya, seringkali mengabaikan struktur naratif yang tradisional.10 5. Ralph S. Singleton and James A. Conrad : Film dari sebuah peristiwa yang aktual. Peristiwa-peristiwa tersebut didokumentasikan dengan menggunakan orang-orang biasa dan bukan actor.11 6. Edmund F. Penney : Suatu jenis film yang melakukan interpretasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata. Terkadang istilah ini digunakan secara luas untuk memperlihatkan aspek realistiknya dibandingkan pada film-film cerita konvensional. Namun istilah ini juga telah menjadi sempit karena seringkali hanya menyajikan rangkaian gambar dengan narasi dan soundtrack dari kehidupan nyata. 7. James Monaco : Istilah dengan makna yang sangat luas, secara mendasar digunakan untuk merujuk pada film atau program televisi yang tidak seluruhnya fiktif saat menyajikan alam.12 8. Ira Konigsberg : Sebuah film yang berkaitan langsung dengan suatu fakta dan non-fiksi yang berusaha untuk menyampaikan kenyataan dan bukan sebuah kenyataan yang 9 Louis D. Giannetti, Understanding Movies (rev.ed.; New Jersey, 1995), hlm. 339 Timothy Corrigan, A Short Guide to Writing About Film, (rev.ed.; New York, 2000) hlm. 206 11 Ralph S. Singleton, James A. Conrad, Filmmaker’s Dictionary (rev.ed.; New York, 2000) hlm. commit to user 94 12 James Monaco, The Dictionary of New Media, (New York, 1999) hlm. 94. 10 perpustakaan.uns.ac.id 10 digilib.uns.ac.id direkayasa. Film-film seperti ini peduli terhadap perilaku masyarakat, suatu tempat atau suatu aktivitas.13 9. Gerald Mast dan Bruce F. Kawin : Sebuah film non-fiksi yang menata unsur-unsur faktual dan menyajikannya, dengan tujuan tertentu.14 10. David Bordwell dan Kristin Thompson : Justru yang menarik adalah apa yang dikatakan oleh David Bordwell dan Kristin Thompson dalam Film Art: An Introduction, Edisi Ke-5. Menurutnya bahwa inti dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang faktual tentang dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah dalam pembuatannya tidak ada rekayasa baik dari tokohnya (manusia), ruang (tempat), waktu dan juga peristiwanya.15 11. Misbach Yusabiran : Misbach Yusabiran melalui Penulis Skenario, Armantono pernah mengatakan bahwa dokumenter adalah suatu dokumentasi yang diolah secara kreatif dan bertujuan untuk mempengaruhi (mem-persuasi) penontonnya. Dengan definisi ini, film dokumenter seringkali menjadi sangat dekat dengan film-film yang bernuansa propaganda. Dalam film dokumenter juga dibagi lagi menjadi beberapa genre sama halnya dengan film fiksi . Genre berasal dari bahasa Perancis, yang memiliki arti 13 Ira Konigsberg, The Complete Film Dictionary, (New York, 1997) hlm.103 Gerald Mast, Bruce F. Kawin, A Short History of the Movies (rev.ed.; New York, 1999) hlm. 64. 15 commit toIntroduction user David Brodwell, Kristin Thompson, Film Art: An (rev.ed.; New York, 1997) hlm. 73 14 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id jenis atau ragam. Mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre film dokumenter menjadi dua belas jenis, yaitu: a. Laporan perjalanan Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remehtemeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. b. Sejarah Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. c. Potret/biografi Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. d. Nostalgia commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Film–film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok. e. Rekonstruksi Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya f. Investigasi Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak. g. Perbandingan dan kontradiksi Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu. h. Ilmu pengetahuan Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, jenis ini bisa terbagi menjadi sub-genre, yaitu Film Dokumenter Sains, Film Instruksional. i. Buku harian Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id 13 digilib.uns.ac.id diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema– temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan–kawannya terhadap dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil. j. Musik Sesuai namanya genre ini meceritakan tentang sesuatu yang berhubungan dengan musik. Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi. Film dokumenter sendiri memiliki fungsi secara umum sebagai media menyampaikan suatu kebenaran. Selain itu secara spesifik film dokumenter dapat menyampaikan suatu sudut pandang, suatu propaganda yang kuat, dan suatu konflik kepentingan. C. SENI PERTUNJUKAN Dalam bahasa Inggris, seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance art. Seni pertunjukan merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena commit to user perpustakaan.uns.ac.id 14 digilib.uns.ac.id merupakan gabungan antara berbagai bidang seni. Sebuah pertunjukan kesenian seperti teater atau sendratari biasanya terdiri atas seni musik, dialog, kostum, panggung, pencahayaan, dan seni rias. Seni pertunjukan sangat menonjolkan manusia sebagai aktor atau aktrisnya. 1. Seni Pertunjukan Tradisional Di dalam setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian tradisional selalu membawa misi yang ingin disampaikan kepada penonton. Misi atau pesan itu dapat bersifat sosial, politik, moral dan sebagainya. Sebenarnya dalam setiap pertunjukan seni tradisional ada beberapa nilai tertentu yang dikandungnya. Seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi ritual, fungsi pendidikan sebagai media tuntunan, fungsi atau media penerangan atau kritik sosial dan fungsi hiburan atau tontonan. Untuk memenuhi fungsi ritual, seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak pada aturan-aturan tradisi. Misalnya sesaji sebelum pementasan wayang, ritual-ritual bersih desa dengan seni pertunjukan dan sesaji tertentu, pantanganpantangan yang tidak boleh dilanggar selama pertunjukan dan lainlain. Sebagai media pendidikan, pertunjukan tradisional mentransformasikan nilai-nilai budaya yang ada dalam seni pertunjukan tradisional tersebut. Oleh karena itu, seorang seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang dibawakannya. Seni pertunjukan tradisional (wayang kulit, wayang orang, ketoprak) sebenarnya sudah mengandung media pendidikan pada hakikat seni pertunjukan itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya dan commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id juga dalam ceritanya. Misalnya pertentangan yang baik dan yang buruk akan dimenangkan yang baik, kerukunan Pandawa, nilai-nilai kesetiaan dan lain-lain. Pada masa sekarang ini seni pertunjukan tradisional cukup efektif pula sebagai media penerangan ataupun kritik sosial, baik dari pemerintah atau dari rakyat. Misalnya pesan-pesan pembangunan, penyampaian informasi dan lainlain. Sebaliknya rakyat dapat mengkritik pimpinan atau pemerintah secara tidak langsung misalnya lewat adegan goro-goro pada wayang atau dagelan pada ketoprak. Hal ini disebabkan adanya anggapan mengkritik (lebih-lebih) pimpinan atau atasan adalah “tabu”. Melalui sindiran atau guyonan dapat diungkap tentang berbagai ketidakberesan yang ada, tanpa menyakiti orang lain. Sebagai media tontonan seni pertunjukan tradisional harus dapat menghibur penonton, menghilangkan stres dan menyenangkan hati. Sebagai tontonan atau hiburan seni pertunjukan tradisional ini biasanya tidak ada kaitannya dengan upacara ritual. Pertunjukan ini diselenggarakan benar-benar hanya untuk hiburan misalnya tampil pada peringatan kelahiran, resepsi pernikahan dan lain-lain.16 2. Seni Pertunjukan Modern Contoh pertunjukan modern antara lain drama, opera, fragmen, teater, dan film. Seni pertunjukan modern banyak ditampilkan di media elektronik seperti televisi. 16 commit to user Dyastriningrum, Antropologi Kelas XII, (Jakarta: 2009) hlm. 63. 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. POLEMIK KEBERADAAN CAMPURSARI Polemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perdebatan mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka dalam media massa.17 Di dalam dunia seni pertunjukan, campursari menjadi sebuah perdebatan dalam forum terbuka antara seniman elite dan pelaku campursari tentang keberadaan campursari sebagai tradisi musik baru di dunia seni pertunjukan. Berikut adalah rangkuman pendapat dari seniman dan pelaku campursari.18 No. Menurut Seniman 1. Menurut Pelaku Campursari Campursari adalah musik sampah Campursari mampu menghidupkan yang memasukkan semua unsur kembali tradisi bermusik Jawa musik dalam satu karya. diantaranya adalah nembang tetap dimainkan macapat. 2. Campursari adalah musik yang Campursari menabrak aturan musikalitas dengan gamelan Jawa. gendhing Jawi 3. Campursari hanya mengejar Campursari menjawab kebutuhan kuantitas tidak memperhatikan pasar, kualitas ini berarti campursari berhasil menjadi tradisi baru di dunia seni pertunjukan. 4. Dari sisi sosial campursari Penyanyi campursari duduk dengan menjadi citra buruk bagi musik santun, Jawa karena penyanyi jogetan saat pentas 17 kalau berjoget ganya yang gerakan sewajarnya. Yang berjoget dan koplo itu bukan campursari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id commitSupanggah, to user S.Kar., Danis Sugiyanto, S.Sn, Wawancara dengan narasumber Prof. Rahayu M.Hum, Yunianto CSGK, dan Plenthe Percussion. (Transkrip tersedia di halaman lampiran) 18 perpustakaan.uns.ac.id 17 digilib.uns.ac.id E. HIBRIDA DALAM KONTEKS MUSIK CAMPURSARI Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hibrida” berarti turunan yang dihasilkan dari perkawinan antara dua jenis yang berlainan (tentang hewan atau tumbuhan); kata kompleks yang bagian-bagiannya berasal dari bahasa berbeda.19 Keberadaan beberapa hibridisasi kreatif yang dibuat oleh para musisi popular Indonesia dilatarbelakangi oleh sistem genre tripartit yang makro, yang terdiri dari musik daerah, pop, serta underground/indie.20 Campursari berasal dari dua kata yaitu campur dan sari. Campur berarti berbaurnya instrumen musik baik yang tradisional maupun modern. Sari berarti eksperimen yang menghasilkan jenis irama lain dari yang lain. Para seniman memadukan dua unsur musik yang berbeda yaitu instrumen musik etnik yaitu gamelan dan instrumen musik modern seperti gitar elektrik, bass, drum serta keyboard, sehingga dapat dikatakan bahwa campursari adalah musik hibrida hasil perkawinan silang antara musik barat dan tradisional. Kesenian ini memerlukan beberapa pemain musik, tak kurang dari hampir sepuluh orang untuk menghasilkan irama yang sangat merdu. F. TRANSFORMASI KEBUDAYAAN Perubahan unsur kehidupan sosial masyarakat yang dipahami sebagai transformasi budaya merupakan proses perjalanan budaya sosial masyarakat 19 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1996), hlm. 215 Jeremy Wallach and Esther Clinton, “History,Modernity, and Music Genre in Indonesia: to Following user Popular Music Genres in the Dutch Eastcommit Indies and Independence”, Asian Music Journal Vol. 44 Number 02, 2013, hlm. 1 20 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tradisional menuju masyarakat yang lebih berkembang. Perkembangan masyarakat lewat tahap – tahap perkembangan masyarakat tradisional ke masyarakat peralihan dari kondisi tradisional ke kondisi take-off, lalu ke masyarakat take-off, masyarakat yang berkembang untuk matang dari masyarakat dengan konsumsi massa yang tinggi. Proses reproduksi kebudayaan merupakan proses aktif yang menegaskan keberadaannya dalam kehidupan sosial, sehingga mengharuskan adanya adaptasi bagi kelompok yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. 21 Perubahan budaya tersebut selalu disertai perkembangan teknologi kehidupan yang secara pokok menunjang perubahan tersebut, indikasinya dapat ditelisik dalam model budaya dalam pola keseharian pada masyarakat. Kapitalisme dalam dominasi ekonomi dan penguasaan alat produksi mulai hadir dalam kehidupan dengan membawa dampak yang signifikan pada system tata nilai model budaya masyarakat modern. Penguasaan pada media – media komunikasi massa yang disajikan pada masyarakat, salah satunya televisi telah memberikan doktrinasi budaya baru yang luar biasa dan ini sangat dominan dalam membentuk serat – serat budaya masyarakat lokal melalui proses dialogis dengan budaya urban atau asing yang jauh lebih maju dan bahkan bertolak belakang. Hal ini dapat dianalisa dari salah satu sudut pandang terhadap pola perilaku masyarakat yaitu musik. Karena kedekatan dengan kehidupan manusia, commit to user 21 Prof. Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan (Jakarta, 2007) hlm. 43. 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id maka kajian tentang musik hampir selalu terkait dengan kajian tentang perilaku masyarakat.22 Musik diposisikan sebagai bagian pokok dari kehidupan itu sendiri, musik memegang peranan yang sangat penting berdasarkan pola – pola keseharian sosial masyarakat, baik difungsikan sebagai media prosesi ritual maupun sebagai media hiburan. G. MEDIA MASSA SEBAGAI INSTITUSI SOSIAL Media massa dipahami sebagai lebih dari sekedar suatu mekanisme yang sederhana sifatnya yang digunakan untuk menyebarkan informasi, karena media massa merupakan suatu organisasi yang terdiri dari susunan yang sangat kompleks dan lembaga sosial yang penting dari masyarakat. Teori besar (grand theory) yang paling terkemuka untuk menyinggung aspek institusional dari media adalah teori kritis Marxis. Teori kritis berhubungan dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat dan dominasi kepentingan tertentu terhadap lainnya. Jelasnya, media massa dalam pendekatan teori kritis Marxis dipahami sebagai pemain yang mempunyai kekuatan pengaruh yang sangat besar dalam pertarungan ideologis. Media massa dapat dipahami dalam berbagai artikulasi, salah satunya media massa dipahami sebagai arena pertarungan (site of struggle) dari berbagai kepentingan dan ideology yang hidup di masyarakat. Ideologi yang keberadaannya telah menjadi ideologi yang dominan pun dapat dipengaruhi eksistensinya oleh media. Sebagian besar teori komunikasi commit to user 22 Sloboda dan O’neill dalam Johan, Psikologi Musik (Yogyakarta, 2009) hlm. 49. perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id kritis menekankan kepada kekuatan media massa karena potensi media untuk menyebarkan ideologi dominan dan potensinya untuk mengekspresikan ideologi yang alternatif dan berlawanan dengan ideologi dominan atau ideologi resistensi. Dalam konteks ini media dipandang sebagai arena pertarungan ideologi (site of strunggle for ideology) bagi beberapa kalangan penganut teori kritis terutama oleh kalangan cultural studies. Namun sebaliknya bagi kalangan pengikut Mahzab Frankfurt, media lebih dipahami sebagai bagian dari industry kebudayaan (cultural industries) yang dikuasai oleh segelintir elit industri yang mampu menciptakan simbol – simbol yang dapat memanipulasi dan mengalienasi kelas – kelas lainnya. Singkatnya, berbeda dengan cultural studies yang melihat potensi media massa sebagai area pertarungan ideology, Mahzab Frankfurt menganggap media massa dan segala bentuk kebudayaan massa sebagai bentuk budaya afirmatif yang tidak dapat diharapkan untuk menggapai emansipasi.23 H. SEKILAS TENTANG CAMPURSARI Campursari mulai muncul pada dekade 1960-an. Namun, campursari yang dikenal seperti sekarang ini baru berkembang di sekitar penghujung dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an. Gambaran secara garis besar tentang keadaan sosial – ekonomi di seputar paro kedua dekade 1960-an hingga menjelang akhir abad akan memberi kerangka pijakan bagi pemahaman atas genre musik campursari yang belakangan berkembang menjadi produk budaya yang mengagumkan. commit user Fajar Junaedi, Bahan Kuliah Komunikasi Massato Universitas Muhammadiyah Surakarta, (Yogyakarta: 2005) 23 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Musik campursari merupakan musik hibrida yang merupakan percampuran dari beberapa unsur genre music; karawitan , gamelan, langgam, keroncong, dangdut, pop, dan sebagainya dalam bentuk musik baru. Identitasnya yang paling mudah dilihat adalah bercampurnya gamelan dan instrument Barat terutama keyboard, yang jumlahnya hingga mencapai enam atau tujuh pada satu perangkat.24 Campursari itu sendiri sebenarnya berangkat dari seni tradisi Jawa, dimana dipadukannya seni gending dengan berbagai alat musik, baik alat musik tradisional maupun modern, konvensional dan elektrik . Musik campursari yang berkembang sekarang ini memang bermacam – macam jenisnya. Misalnya musik campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong, campuran gamelan dan dangdut serta campuran keroncong dan dangdut. Aransemen seperti itu membuat campursari lebih fleksibel , mengaransemen music tradisional dan modern sehingga musik campursari banyak digemari masyarakat dari tingkatan masyarakat daerah sampai masyarakat kota. Munculnya musik campursari pada awalnya berangkat dari musik keroncong asli langgam, campursari tetap menggunakan dasar-dasar keroncong. Ada yang cenderung ke musik karawitan, ada yang cenderung ke keroncong. Campursari diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan jenis musik Jawa modern, lirik-lirik lagunya masih mengadopsi lirik gending Jawa tradisional walaupun tidak semua, karena sebagian besar dari senimannya berusaha commit to user 24 Rahayu Supanggah,Op.Cit., hlm. 101. perpustakaan.uns.ac.id 22 digilib.uns.ac.id menciptakan lagu campursari itu menyesuaikan dengan keadaan zaman yang sedang berlangsung. Nama “campursari” pertama kali dikenalkan sekitar tahun 1960 an oleh oleh kerjasama antara Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang dan Tjabang Ajudan Jenderal (TJABAD) Kodam IV Diponegoro Semarang Pimpinan Jenderal Surono. Kelahiran campursari bermula dari kegiatan pergelaran musik karawitan dan keroncong yang mereka lakukan. Percampuran penggunaan alat music untuk membawakan langgam ini kemudian dinamainya “campursari”. Campursari mulai dikenal luas ketika Keluarga Radio Orkes Semarang pimpinan S. Dharmanto sering menyiarkan lagu - lagu campursari melalui RRI Semarang.25 Campursari yang lahir dari kerjasama antara RRI Semarang dengan URIL KODAM IV Diponegoro itu pada masa sesudah tahun 1965 tidak lagi memperlihatkan daya hidupnya secara berarti. Baru pada sekitar paro kedua decade 70-an, Manthous dan Andjar Any kembali menghidupkan jenis musik itu dengan terciptanya lagu – lagu langgam, seperti Yen Ing Tawang Ono Lintang yang amat digemari pada saat itu. Campursari hasil pengembangan yang terakhir inipum kemudian kembali hampir terlupakan dan hanya sesekali saja terdengar dalam siaran – siaran Campursari juga sempat dipopulerkan oleh dalang Ki Nartosabdho pada tahun 1980-an. Ki Nartosabdho menggabungkan gamelan dengan musik modern commit to dan userPostkolonialitas di Indonesia, Rahayu Supanggah dalam Budi Susanto, Identitas (Yogyakarta: 2003) 25 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id di setiap pertunjukan wayangnya. Namun karena gebrakannya itu menimbulkan berbagai kontroversi dari persatuan dalang, campursari seakan hilang kembali. Menjelang dasawarsa 90-an, Manthous atau Anto Soegiyono, seorang seniman Pop asal Kabupaten Gunung Kidul yang memiliki latar belakang kesenian karawitan, mencoba memasukkan unsur alat musik electric dalam lagu – lagu ciptaannya yang berbahasa dan berirama Jawa. Sesudah itu, campursari kembali berkembang secara luas jauh melebihi yang pernah ada. Campursari pada galibnya merupakan salah satu kebudayaan popular yang berkembang di luar pusat sebagai akibat tidak langsung dari pertumbuhan ekonomi beserta rangkaian ideologisnya dan menjadikan para pendukung tradisi lokal sebagai pasar primordial. Campursari hidup dan dihidupi bukan di pusat – pusat orientasi kebudayaan Jawa masa lalu, yaitu dua keraton dan kepangeranan di Solo dan Yogya, ataupun Jakarta sebagai pusat Indonesia moden. Musik ini justru mulai dikembangkan dan akhirnya bertumbuh menjadi industri hiburan di daerah – daerah yang secara tradisional dianggap sebagai pinggiran. I. TARGET AUDIENS Target audiens dalam film dokumenter Campursari “Nyanyian Hibrida dari Jawa” adalah kelas menengah B dan C dengan range usia 20-60 tahun dan dengan cakupan wilayah seluruh Indonesia. commit to user