1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unsur N terdapat dalam jumlah yang melimpah di udara yaitu kurang lebih 78%, namun N udara berbentuk gas N2 dan tidak dapat secara langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Notohadiprawiro, 2000). Tanaman dapat mengambil nitrogen dalam bentuk NH4+ dan NO3- (Hardjowigeno, 1987). Oleh karena itu dibutuhkan proses perubahan bentuk dari N2 menjadi NH4+ dan NO3-. Bakteri penambat nitrogen non simbiotik merupakan bakteri yang dapat menambat gas N2 dan hidup bebas di alam. Bakteri ini mampu mengubah gas nitrogen (N2) menjadi ammonium (NH4+) melalui proses penambatan nitrogen. Penambatan N2 oleh bakteri jenis ini relatif besar yaitu sekitar 3-10 kg N/ha (Rai, 2005). Penambatan N2 oleh bakteri penambat N non simbiotik dipengaruhi oleh adanya bahan organik yang tersedia di dalam tanah (Handayanto dan Hairiah, 2007). Rizosfer merupakan daerah perakaran tanaman yang memberi efek terhadap aktifitas mikroorganisme tanah (Islami dan Utomo, 1995). Akar mengeluarkan beberapa senyawa organik yaitu asam amino, gula, asam organik, vitamin-vitamin, nukleotid, dan senyawa organik lainnya (Rao, 1978). Jumlah kandungan senyawa organik ini tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman, dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Senyawa ini memberi efek terhadap kualitas dan kuantitas mikroorganisme di daerah perakaran (Rao, 1978). Dekomposisi 1 2 jaringan akar tanaman juga memberi sumbangan yang besar terhadap penyediaan C, N dan energi bagi kehidupan mikrooganisme (Handayanto dan Hairiah, 2007). Pada tanggal 26 Oktober 2010 telah terjadi erupsi Gunung Merapi dan material vulkanik yang dikeluarkan berupa gas vulkanik, batuan vulkanik, pasir dan debu (Suriadikarta dkk., 2010). Tanah pasiran ini memiliki unsur hara total banyak, namun unsur hara yang tersedia relatif sedikit (Supriyo dkk., 2009). Selain itu nitrogen tidak terdapat pada batuan dan mineral akan tetapi elemen ini hanya terdapat di dalam bahan organik atau berasal dari bahan organik (Notohadiprawiro, 2000). Hal ini menyebabkan tanah di areal pasca erupsi merapi menjadi tidak subur untuk tanaman. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh rizosfer (daerah perakaran) tanaman pionir yaitu Acacia decurrens (dekurens), Anaphalis longifolia (edelweiss), dan tanaman paku (Davalia divaricata) terhadap jumlah bakteri penambat N non simbiotik di areal lahan bekas erupsi Merapi. 1.2. Perumusan Masalah Bakteri tanah merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah yang bersifat biologis. Salah satu contoh bakteri yang bermanfaat di dalam tanah yaitu bakteri penambat nitrogen non simbiotik. Bakteri ini hidup bebas di alam tanpa bersimbiosis dengan tanaman di sekitarnya yang berfungsi menyediakan nitrogen untuk tanaman dalam bentuk amonium. 2 3 1.3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui populasi bakteri penambat N non simbiotik pada rizosfer vegetasi pionir dan daerah tanpa perakaran. b. Membandingkan populasi bakteri penambat N non simbiotik pada di rizosfer vegetasi yang tumbuh di Kali Adem, yaitu area yang terkena material vulkanik secara langsung dan di Kalitengah Lor, yaitu area yang terkena dampak awan panas dan abu vulkanik. c. Mengetahui karakteristik isolat bakteri yang ditemukan di area yang terkena material vulkanik secara langsung dan area yang terkena dampak awan panas dan abu vulkanik. 1. 4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya informasi mengenai jumlah bakteri penambat N non simbiotik pada rizosfer vegetasi pionir yang ditemukan pada lokasi penelitian pasca erupsi Merapi serta mengetahui tingkat perkembangan kesuburan tanah. Informasi tersebut selanjutnya akan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk upaya merehabilitasi lahan bekas erupsi Merapi. 3