IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Dari hasil pengamatan diperoleh data kelangsungan hidup pada dosis 2 µg/g, 4 µg/g , 6 µg/g , kontrol negatif, dan kontrol positif (Gambar 2). Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (%) 120 100 80 60 40 20 0 Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 µg/g 4 µg/g 6 µg/g Dosis Kitosan Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan lele selama penelitian Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa pada kontrol negatif kelangsungan hidup ikan lele dumbo tertinggi yaitu 100%, hal ini dikarenakan bahwa pada kontrol negatif ikan disuntik dengan PBS tanpa diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila (ikan sehat). Pada kontrol positif kelangsungan hidup ikan uji paling rendah sebesar 53.33%, disebabkan bahwa kontrol positif disuntik dengan bakteri Aeromonas hydrophila tanpa disuntik dengan kitosan. Pada perlakuan dengan dosis 2 µg/g, 4 µg/g, dan 6 µg/g jadi kelangsungan hidup ikan uji berturut-turut sebesar 80%, 83.33% dan 93.33%. Kelangsungan hidup pada perlakuan dosis 2 µg/g, 4 µg/g, dan 6 µg/g lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol positif dikarenakan, adanya pemberian kitosan yang dapat menghambat infeksi bakteri. Aeromonas hydrophila sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup ikan. Angka kelangsungan hidup tertinggi dihasilkan dari perlakuan dengan pemberian kitosan 6 µg/g . 34 4.2. Jumlah Eritrosit Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah eritrosit ikan perlakuan kitosan dengan dosis 2 µg/g, 4 µg/g , dan 6 µg/g, pada hari ke-0 berturut-turut sebesar 4.37, 4.53, dan 4.77 (x 106) sel/mm3, lebih tinggi dibandingkan ikan kontrol yaitu sebesar 4.21 dan 4 (x 106) sel/mm3, hal ini dikarenakan adanya penambahan kitosan selain itu ikan uji belum diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila. Pada hari ke-2 pasca injeksi bakteri terjadi penurunan jumlah eritrosit pada perlakuan 2, 4, 6 µg/g dan kontrol positif. Menurunnya jumlah eritrosit dalam sel darah ikan menunjukkan bahwa adanya luka akibat penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila, sehingga darah keluar dari pembuluh darah. Penurunan nafsu makan juga mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah (Anderson, 1974). Penurunan jumlah eritrosit terjadi karena Aeromonas hydrophila mampu menghasilkan eksotoksin seperti lesitinase dan hemolisin yang mampu melisis sel eritrosit. Dari hari ke-4 hingga hari ke-6 jumlah eritrosit mengalami peningkatan, seiring semakin tinggi pemberian dosis kitosan. Hal ini menunjukkan bahwa kitosan dapat menghambat bakteri dalam memproduksi toksin dan mempercepat penyembuhan luka pada ikan (Sandford, 1989). Jumlah eritrosit tertinggi dihasilkan dari perlakuan dengan pemberian kitosan 6 µg/g. 3 Jumlah Eritrosit (sel/mm ) 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 a a a a 1000000 a b b b a c c b a ac ac ac ab ac ac ab 2 μg/g 4 μg/g 6 μg/g 0 KontrolNegatif KontrolPositif Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 3. Jumlah eritrosit ikan lele selama penelitian 35 4.3. Jumlah Leukosit Pemberian kitosan dosis 2, 4, dan 6 µg/g melalui injeksi selama 7 hari dapat meningkatkan leukosit pada hari ke-0 (Gambar 4). Leukosit merupakan sel yang berperan penting dalam sistem pertahanan seluler tubuh. Jumlah Leukosit (sel/mm 3) 1000000 800000 600000 400000 200000 a a a a a bb b a c c c b b bc c b c bc ad Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 μg/g 4 μg/g 6 μg/g 0 Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 4. Jumlah leukosit ikan lele selama penelitian Dari grafik jumlah leukosit ikan lele perlakuan kitosan dengan dosis 2 µg/g, 4 µg/g, dan 6 µg/g pada hari ke-0 berturut turut sebesar 391.600, 362.000, dan 343.750 sel/mm3, lebih tinggi dari pada kontrol negatif dan kontrol positif yaitu 305.616 dan 296.175 sel/mm3. Dari hari ke-2 pasca injeksi leukosit dalam darah mengalami kenaikan semua pada perlakuan. Hal ini dikarenakan bahwa leukosit berfungsi sebagai pertahanan dalam tubuh, yang bereaksi dengan gangguan dari luar atau benda asing masuk ke dalam tubuh ikan seperti bakteri. Meningkatnya leukosit diakibatkan adanya leukosit melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah leukosit ikan perlakuan kitosan 4 µg/g masih lebih tinggi yaitu 872.116 sel/mm3 dibanding dengan perlakuan yang lain. Pada hari ke4 dan ke-6 terjadi penurunan kembali dengan total leukosit tertinggi dihasilkan pada perlakuan dengan dosis 2 µg/g sebesar 753.225 sel/mm3, disebabkan pada hari ke 6 kondisi ikan yang terinfeksi bakteri umumnya sudah menunjukkan tanda-tanda penyembuhan sehingga leukosit pada hari ke 6 rendah. Pada hari ke2, 4 dan 6 semua perlakuan kitosan tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0.05). Jumlah leukosit dalam darah ikan lele tertinggi dihasilkan pada perlakuan 4µg/g hari ke-2. 36 4.4. Nilai Hematokrit Nilai hematokrit adalah persentase volume sel darah merah dalam darah yang diperoleh dari sampel darah total yang ada di tabung kapiler. Seiring meningkatnya eritrosit maka nilai hematokrit ikut meningkat pula. Nilai Haematokrit (%) 35 30 25 20 15 a a a a 10 a b b b a b a b a ac ac ac b ac ad d 2 μg/g 4 μg/g 6 μg/g 5 0 Kontrol Negatif Kontrol Pos itif Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 5. Hematokrit ikan lele selama penelitian Pengamatan nilai hematokrit pada hari ke-2 pasca injeksi, pada umumnya mengalami penurunan, tetapi pada perlakuan kitosan dengan dosis 6µg/g menujukkan hasil hampir sama dengan kontrol negatif, dan nilainya lebih tinggi dari kontrol positif. Terjadinya penurunan nilai hematokrit setelah pasca injeksi, diseabkan karena terdapat luka pada ikan uji. Hal ini disebabkan pada stadia awal perkembangan luka, terjadi pendarahan lewat luka akibat adanya pembuluh darah yang pecah sehingga darah berkurang. Menurut Amlacher (1970), selain dari infeksi bakteri respon makan pun dapat memberi pengaruh pada komposisi darah termasuk jumlah eritrosit yang juga berpengaruh terhadap hematokrit. Pada hari ke-4 hingga ke-6 terjadi kenaikan pada semua perlakuan. Hal ini diduga dengan bertambahnya dosis kitosan dapat meningkatkan sistem pertahanan pada ikan lele dengan mempercepat menyembuhan luka. Namun nilai hematokrit pada dosis 6µg/g menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p>0.05) dan nilainya lebih tinggi sebesar 31.09% dari perlakuan 2µg/g dan 4µg/g (Gambar 4). Nilai hematokrit ikan lele (Clarias batrachus) normal adalah 30.8 - 45,5% sedangkan ikan lele 37 yang terserang ulcer mempunyai kadar hematokrit sebesar 34.4 - 48,2% (Chinabut et al., 1991). 4.5. Kadar Hemoglobin Menurut Lagler et al., (1977), kadar hemoglobin dalam darah ikan berhubungan dengan nilai hematokrit dan eritrosit. Hemoglobin dalam darah Kadar Hemoglobin (%) merupakan alat transpor oksigen dan karbondioksida. 14 12 10 8 6 4 2 a a a a a b a a a b a a a b b b b ac ab c Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 µg/g 4 µg/g 6 μg/g 0 Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 6. Hemoglobin ikan lele selama penelitian Berdasarkan pengamatan kadar hemoglobin pada hari ke-0 perlakuan dengan pemberian kitosan lebih tinggi dibanding dengan kontrol negatif. Perlakuan dengan pemberian dosis 6 µg/g menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p>0.05) dan lebih tinggi dari perlakuan yang lain sebesar 11.08%. Sedangkan pada hari ke-2 mengalami penurunan akibat terjadinya hemolisis karena diinfeksi oleh bakteri sehingga kadar hemoglobin rendah. Pada hari ke-4 hingga ke-6 kadar hemoglobin mengalami peningkatan pada perlakuan kitosan, diduga ikan lele sudah membentuk suatu sistem pertahanan tubuh yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Pada hari ke-6 pasca injeksi dapat dilihat kadar hemoglobin dengan dosis 6 µg/g menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p>0.05) antar perlakuan dan kontrol (Gambar 6). Kadar hemoglobin ikan lele (Clarias batrachus) normal yaitu sebesar 10.3-13.5% dan ikan lele yang terserang ulcer mempunyai kadar hemoglobin sebesar 10.9-13 % (Alifuddin, 1991). 38 4.6. Indeks Fagositik Fagositosis adalah proses pemasukan partikel asing yang kecil ke dalam individu sel monosit. Parameter selanjutnya yang dapat menggambarkan respon Indeks Fagositik (%) imun pada ikan uji adalah indeks fagositik (Gambar 7). 40 35 30 25 20 15 10 5 0 a a a a a a a a Kontrol Negatif Kontrol Positif b b b b 2 µg/g b ab ab ab 4 μg/g c ab ab ab 6 µg/g Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 7. Indeks fagositik ikan lele selama penelitian Pada hari ke-0 terlihat indeks fagositik ikan kontrol negatif dan kontrol positif sama yaitu sebesar 17.66% dan 17.19%, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis 2 µg/g (10.70%), 4 µg/g (11.93%), dan 6 µg/g (12.35%). Namun indeks fagositik ikan uji perlakuan dosis 2, 4, dan 6 µg/g terus mengalami kenaikan sampai hari ke-7. Indeks fagositik tertinggi terjadi pada hari ke-7 pasca injeksi pada ikan perlakuan kitosan 6 µg/g yaitu sebesar 31.72% dari total monosit (Gambar 7). Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan dosis kitosan yang diberikan. Dengan demikian kitosan mampu meningkatkan sistem imun pada ikan lele dumbo. Fujaya (2004) menyatakan bahwa bila partikel asing telah difagosit. Lisosom segera melekatkan diri pada vesikel fagositik sehingga kedua membran saling bersatu, selanjutnya lisosom melimpahkan enzim asam hidrolase ke dalam vesikel. Proses fagositosis oleh monosit dilakukan dengan mendekati antigen yang akan dihancurkan melalaui tiga tahap, yaitu pelekatan, fagosit, dan penelaaan. 39 4.7. Diferensial Leukosit Limfosit Menurut Moyle dan Cech (1988) menyatakan bahwa limfosit berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk kekebalan tubuh dari gangguan penyakit. Jumlah limfosit dalam darah ikan lebih banyak dari jumlah neutrofil, monosit, dan Jumlah Limfosit (%) trombosit dari dari hasil yang dihasilkan. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 a a a a b b b b ab b b b ab b b ab c abac ab Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 μg/g 4 µg/g 6 μg/g Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 8. Jumlah limfosit ikan lele selama penelitian Pada hari ke-0, nilai rataan total limfosit ikan yang diberikan perlakuan kitosan dengan dosis 6 µg/g lebih tinggi dan berbeda nyata dengan semua perlakuan. Nilai total limfosit dari perlakuan 2 µg/g , 4 µg/g , dan 6 µg/g berturutturut sebesar 53.33, 53.33 dan 60.33 sel/mm3. Sedangkan total limfosit pada kontrol negatif dan kontrol positif sebesar 53 dan 53.67 sel/mm3. Pada hari ke-2 pasca injeksi total limfosit mengalami peningkatan dosis 4 µg/g dan 6 µg/g. Hal ini diduga bahwa limfosit yang berfungsi sebagai antibodi sedang menyerang dan menghancurkan antigen berupa bakteri. Sedangkan pada kontrol positif dan dosis 2 µg/g terjadi penurunan jumlah limfosit, hal ini diduga karena jumlah limfosit yang diproduksi tidak sebanding dengan limfosit yang dikirim ke jaringan tubuh yang terinfeksi. Pada hari ke-4 hingga ke-6 terjadi penurunan pada dosis 2 µg/g, 4 µg/g, 6 µg/g, dan kontrol positif karena tubuh ikan tidak memerlukan limfosit lagi. Pada hari ke-2, 4 dan 6 semua perlakuan kitosan tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0.05). Jumlah limfosit tertinggi dihasilkan pada hari ke 2 40 pada ikan perlakuan kitosan 6 µg/g sebesar 60.33 sel/mm3. Tingginya jumlah limfosit dalam darah dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh ikan uji terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila yang disuntik dengan kitosan. Neutrofil Neutrofil merupakan sel-sel pertama yang meninggalkan pembuluh darah yang penting karena mengandung vakuola yang berisi enzim untuk menghancurkan organisme yang dihancurkannya (Chinabut et al., 1991). Jumlah Neutrofil (%) 30 25 20 15 10 5 a a a a b a b a ab b c ab ab b b ab ab b c ab Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 μg/g 4 μg/g 6 μg/g 0 Dosis Kitosan 0 hari 2 Hari 4 Hari 6 Hari Gambar 9. Jumlah neutrofil ikan lele selama penelitian Pada hari ke-0 jumlah neutrofil ikan perlakuan kitosan 2 µg/g, 4µg/g, dan 6 µg/g berturut-turut 16.67, 19.33, dan 16.67 sel/mm3. Sedangkan antara semua perlakuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata (p>0.05). Pada hari ke-2 pasca injeksi mengalami peningkatan jumlah neutrofil, hal ini diduga karena dalam tubuh ikan telah terbentuk sistem pertahanan tubuh sehingga saat infeksi bakteri maka neutrofil diproduksi oleh limfa untuk dikirim ke tempat infeksi. Semakin hari jumlah neutrofil menurun karena tubuh tidak memerlukan neutrofil lagi. Jumlah neutrofil yang tertinggi terdapat pada dosis 6 µg/g hari ke-2 sebesar 23.33 sel/mm3 tapi tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0.05) dengan kontrol. Pada hari ke-4 perlakuan kitosan dengan dosis 2 µg/g dan 6 µg/g memperlihatkan perbedaan yang nyata (p>0.05). Menurut Dellman dan Brown (1989), pada saat terjadi infeksi bakteri, biasanya jumlah neutrofil dalam darah 41 meningkat, hal ini disebabkan oleh limfoid perlu melepas leukosit untuk melawan infeksi. Monosit Moyle dan Cech (1988) menyatakan bahwa monosit berfungsi sebagai fagosit terhadap benda-benda asing, termasuk agen penyakit. Jumlah Monosit (%) 25 20 15 10 5 a a a a a aa b b ab b b b ab b b b abb ab Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 μg/g 4 μg/g 6 μg/g 0 Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 10. Jumlah monosit ikan lele selama penelitian Rataan monosit ikan perlakuan kitosan 2 µg/g, 4 µg/g, dan 6 µg/g pada hari ke-0 lebih tinggi dibanding kontrol sebesar 14.33, 16.33, dan 17.33 sel/mm3, diduga pemberian kitosan dapat meningkatkan jumlah monosit pada hari ke-0. Akan tetapi, pada hari ke-2 pasca injeksi hingga akhir pengamatan terjadi penurunan jumlah monosit, hal ini diduga bahwa monosit meninggalkan pembuluh darah menuju daerah yang terinfeksi dan memfagosit bakteri. Selain itu, jumlah neutrofil meningkat pada kedua jenis leukosit ini karena monosit memiliki kemampuan memfagosit lebih besar dari pada neutrofil (Fujaya, 2004). Jumlah monosit pada hari ke-0, 2, 4, dan 6 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05) antar semua perlakuan. Total monosit tertinggi dihasilkan pada perlakuan dengan dosis 6 µg/g pada hari ke-0 sebesar 17.33 sel/mm3. 42 Trombosit Trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah dan juga berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan tubuh pada kerusakan-kerusakan di permukaan (Nabib dan Pasaribu, 1989). Fujaya (2004) menyatakan bahwa trombosit tidak umum terdapat dalam darah pada situasi normal, tetapi bila terjadi Jumlah Trombosit (%) sesuatu yang mengejutkan jumlah trombosit dapat meningkat tajam. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 a a a a a b b b a b b ac a ab b ab b abac ac Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 μg/g 2μg/g 6 μg/g Dosis Kitosan 0 hari 2 hari 4 hari 6 hari Gambar 11. Jumlah trombosit ikan lele selama penelitian Pada hari ke-0, total trombosit tertinggi dihasilkan oleh ikan perlakuan kitosan 6 µg/g sebesar 15.33 sel/mm3 dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Sedangkan total trombosit ikan perlakuan kitosan 2 µg/g dan 4 µg/g yaitu 14.67 dan 15 sel/mm3, tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif dan kontrol positif yaitu 12.67 dan 13.67 sel/mm3. Pada hari ke-2 pasca injeksi jumlah trombosit mengalami peningkatan, hal ini diduga ikan lele mengalami infeksi yaitu penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila sehingga trombosit diproduksi untuk menjaga kebocoran pembuluh darah (Fujaya, 2004). Trombosit tertinggi dihasilkan oleh perlakuan kontrol positif yaitu 35.67 sel/mm3. Kemudian jumlah trombosit mulai menurun hingga akhir pengamatan karena tubuh ikan lele melihatkan tanda-tanda penyembuhan pada luka sehingga tubuh tidak memerlukan trombosit lagi. Trombosit meningkat karena adanya hemoragi dan tukak karena trombosit diproduksi agar darah membeku guna mencegah terjadinya pendarahan lebih banyak (Angka et al., 2004). 43 4.8. Respon Makan Respon makan pada ikan menjadi faktor yang sangat menunjang upaya pencegahan pada ikan lele dumbo karena ikan lele dumbo yang respon makan baik maka proses penyembuhan pun semakin meningkat. Hal ini terkait dengan asupan nutrisi yang tercukupi sehingga ikan lele dumbo memiliki cukup energi untuk proses penyembuhan. Tabel.1 Respon makan pada ikan lele selama penelitian Hari ke K(-) K(+) -7 2 µg/g 4 µg/g 6 µg/g PEMBERIAN KITOSAN -6 ++ ++ + + + -5 ++ ++ ++ ++ ++ -4 +++ ++ ++ ++ +++ -3 +++ ++ ++ ++ +++ -2 +++ ++ ++ ++ +++ -1 +++ ++ ++ ++ +++ 0 UJI TANTANG DENGAN Aeromonas hydrophila 1 + + + + + 2 ++ + ++ ++ ++ 3 +++ + ++ ++ +++ 4 +++ + ++ +++ +++ 5 +++ + +++ +++ +++ 6 +++ + +++ +++ +++ Keterangan: +++ ++ + = Makan Banyak = Makan Sedang = Makan Sedikit Pada kontrol positif, perlakuan dosis 2 µg/g, 4 µg/g, dan 6 µg/g setelah penyuntikan dengan bakteri Aeromonas hydrophila yaitu pada hari ke-0 ikan uji tidak diberikan makan. Ikan uji mampu makan setelah hari berikutnya, dan mengalami respon makan yang kurang hingga akhir pengamatan. Akan tetapi, pada kontrol negatif setelah dilakukan penyuntikan PBS tampak respon makan sedikit, hal ini diduga ikan menjadi stress pada saat dilakukan penyuntikan. 44 Ikan uji pada perlakuan 2 µg/g, 4 µg/g, dan 6 µg/g nafsu makannya sedikit setelah disuntik kitosan, diduga tubuh ikan sedang beradaptasi dengan benda asing dan keesokan harinya ikan mulai meningkat nafsu makannya. Setelah hari ke-3 hingga hari ke-6 pasca infeksi nafsu makan ikan lele dumbo meningkat dan dosis tertinggi terdapat pada dosis 6 µg/g. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kitosan yang diberikan pada ikan dapat meningkatkan nafsu makan pada ikan tersebut. Setelah dilakukan infeksi dengan bakteri pada hari ke-0 tampak ikan uji memiliki nafsu makan sedikit. Dua hari berikutnya nafsu makan ikan mulai meningkat lagi hingga akhir pengamatan. 4.9. Pertambahan Bobot Ikan Lele Pertambahan Bobot (gram) 58 57 56 57.34 55.98 55.95 55.24 54.68 55 54.02 53.49 54 55.37 54.56 54.51 53 52 51 Kontrol Negatif Kontrol Positif 2 ppm Bobot Awal 4 ppm 6 ppm Bobot Akhir Gambar 12. Pertambahan bobot ikan lele selama penelitian Dari data bobot rata-rata yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pertambahan bobot tubuh dari ikan uji pada semua perlakuan berbeda-beda (Gambar 12). Pada kontrol negatif, ikan uji memiliki peningkatan bobot yang paling besar yaitu 2,86 gram sedangkan pertambahan bobot pada ikan uji kontrol positif merupakan yang terendah yaitu sebesar 0.53 gram. Rendahnya pertambahan bobot pada kontrol positif dikarenakan menurunnya respon makan ikan uji yang berakibat rendahnya suplai energi untuk pertumbuhan. Hal tersebut terjadi akibat penginfeksian bakteri Aeromonas hydrophila terhadap ikan uji. Hal ini sesuai dengan pernyataan Plumb (1999) ikan yang terinfeksi oleh motile aeromonad septicaemia akan kehilangan nafsu makan. 45 Perlakuan 6 µg/g menunjukkan pertambahan bobot yang baik bila dibandingkan dengan 2 µg/g dan 4 µg/g. Hal ini disebabkan karena ikan uji masih memiliki nafsu makan yang baik sedangkan pada 2 µg/g dan 6 µg/g nafsu makannya kurang baik. Akan tetapi kedua perlakuan ini masih lebih bagus daripada kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kitosan dapat meningkatkan nafsu makan ikan sehingga mengakibatkan suplai energi untuk pertumbuhan juga meningkat. 4.10. Kualitas Air Selama penelitian dilakukan pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, DO, dan TAN (NH3-N). Tabel.2 Data kisaran kualitas air selama penelitian. Parameter Kualitas Air Perlakuan Amoniak Suhu (oC) DO (mg/l) Kontrol Negatif 26.60-27.20 3.94-4.07 0.017-0.023 Kontrol Positif 26.60-27.10 7.22-7.25 3.92-4.08 0.016-0.021 2 µg/g 26-60-26.90 7.13-7.19 3.93-4.13 0.012-0.020 4 µg/g 26.60-26.90 7.10-7.19 3.92-3.96 0.012-0.021 6 µg/g 26.40-26.70 7.19-7.23 3.88-3.96 (mg/l) Kisaran suhu setiap harinya selama penelitian masih dalam kisaran normal untuk pemeliharan ikan lele yaitu antara 26.40-27.20 oC. Menurut Andrews et al. dalam Stickney (1993), ikan channel catfish akan lebih cepat pada suhu air antara 26-30 oC. Nilai pH selama penelitian berkisar antara 7.10-7.28, nilai pH tersebut masih dalam kisaran optimal ikan lele. Nilai pH yang baik untuk kegiatan budidaya berkisar antara 6,5-9 (Boyd, 1982). Nilai DO selama penelitian berkisar 3.88-4.08 mg/l, lebih dari kisaran normal 3 mg/l. Sedangkan untuk amoniak berkisar antara 0.012-0.024 mg/l masih dalam batas normal. Dari hasil analisis kualitas air selama penelitian menunjukkan bahwa parameter suhu, pH, DO, dan amoniak yang diamati masih berada pada kisaran normal untuk kehidupan ikan lele. 46