BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dana Alokasi Khusus (DAK) Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa:“Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.” Pasal 1 UU No.23/2014 menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi untuk (1) membiayai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah Pusat atas dasar prioritas nasional dan (2) membiayai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. Kebutuhan khusus yang dapat dibiayai oleh DAK adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus DAU, dan kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. DAK ini diatur lebih lanjut dalam bentuk PP, Pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. 5 Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan DAK sendiri diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan/atau perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang, dan tidak termasuk penyertaan modal. Sebagai contoh, penggunaan DAK bidang pendidikan meliputi: 1. Rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas, 2. Pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air bersih serta kamar mandi dan WC, 3. Pengadaan/perbaikan meubelair ruang kelas dan lemari perpustakaan, 4. Pembangunan/rehabilitasi rumah dinas penjaga/guru/kepala sekolah, dan 5. Peningkatan mutu sekolah dengan pembangunan/penyediaan sarana dan prasarana perpustakaan serta fasilitas pendidikan lainnya di sekolah. Kebijakan DAK dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu (i) penetapan program dan kegiatan, (ii) penghitungan alokasi DAK, (iii) arah kegiatan dan penggunaan DAK, dan (iv) administrasi pengelolaan DAK. 2.1.2 Belanja Modal Menurut Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 53, belanja modal adalah anggaran pengeluaran APBD yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigrasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Dalam anggaran 6 Universitas Sumatera Utara pengeluaran tersebut termasuk nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan yang sebesar harga beli/bangun aset tetapi tidak termasuk belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset karena telah dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa. Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Menurut Adolf Wagner dalam Soepangat (1991:42-44) dan Mursinto (2005b), pengeluaran pemerintah dari waktu ke waktu semakin meningkat karena semakin bertambahnya kegiatan pemerintah yang memerlukan pembiayaan. Adolf Wagner menyebutkan dengan The law of Ever Increasing State Activities atau hukum selalu makin meningkatnya kegiatan negara atau hukum makin meningkatnya pengeluaran negara. Peningkatan pengeluaran negara tersebut dalam arti relatif, yaitu membandingkan pengeluaran negara dengan produk Nasional Bruto dan atau membandingkan dengan pengeluaran sektor swasta. Kriteria kapitalisasi dalam pengadaan/pemeliharaan barang/asset merupakan suatu tahap validasi untuk penetapan belanja modal atau bukan dan merupakan syarat wajib dalam penetapan kapitalisasi atas pengadaan barang/asset: 7 Universitas Sumatera Utara 1. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya asset dan/atau bertambahnya masa manfaat/umur ekonomis asset berkenaan. 2. Pengeluaran anggaran belanja tersebut mengakibatkan bertambahnya kapasitas, peningkatan standar kinerja, atau volume asset. 3. Memenuhi nilai minimum kapitalisasi dengan rincian sebagai berikut: a. Untuk pengadaan peralatan dan mesin, batas minimal harga pasar per unit barang adalah sebesar Rp 300.000,b. Untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan gedung dan bangunan per paket pekerjaan adalah sebesar Rp 10.000.000,4. Pengadaan barang tersebut tidak dimaksudkan untuk diserahkan/dipasarkan kepada masyarakat atau entitas lain di luar pemerintah. Belanja modal dipergunakan untuk antara lain : 1. Belanja modal tanah Seluruh pengeluaran untuk pengadaan/ pembelian/ pembebasan / penyelesaian, balik nama, pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah, pengeluaranpengeluaran pembuatan lain yang sertifikat bersifat tanah serta administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rug1 sampai tanah tersebut siap digunakan/ dipakai. 2. Belanja modal peralatan dan mesin Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, 8 Universitas Sumatera Utara biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan, termasuk pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditure) peralatan dan mesm yang memenuhi persyaratan untuk dikapitalisasi. 3. Belanja modal gedung dan bangunan Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan baik secara kontraktual maupun swakelola sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan izin mendirikan bangunan, notaris, dan pajak (kontraktual) . Dalam belanja m1, termasuk (subsequent expenditure) gedung persyaratan untuk dikapitalisasi. pengeluaran setelah perolehan dan bangunan yang memenuhi 4. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan Jarmgan sampai siap pakai / digunakan meliputi biaya perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan Jaringan tersebut siap pakai termasuk pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditure) jalan, irigasi dan Jaringan yang memenuhi persyaratan untuk dikapitalisasi. 5. Belanja modal lainnya Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal untuk pengadaan/ pembangunan belanja modal lainnya yang 9 Universitas Sumatera Utara tidak dapat diklasifikasikan dalam akun belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan (jalan, irigasi dan lain-lain). Termasuk dalam belanja modal ini : kontrak sewa beli (leasehold) , pengadaan / pem belian barang-barang kesenian (art pieces) , barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum, buku-buku dan jurnal ilmiah serta barang koleksi perpustakaan sepanJ ang tidak dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan kepada masyarakat. Termasuk dalam belanja modal lainnya adalah belanja modal non fisik yang besaran jumlah kuantitasnya dapat teridentifikasi dan terukur. 6. Belanja modal Badan Layanan Umum (BLU) Pengeluaran untuk pengadaan/perolehan/ pembelian aset tetap dan/atau aset lainnya yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan operasional BLU. 2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran meningkat. Istilah pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dan perkembangan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai kenaikan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). 10 Universitas Sumatera Utara Menurut Djojohadikusumo (1994:53), Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya. Pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya. Ada tiga komponen pokok penting, yaitu kenaikan output nasional secara terus menerus, kemajuan teknologi sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi, dan penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi. Simon Kuznets memisahkan enam karakteristik proses pertumbuhan pada hampir semua negara maju, yaitu (1) tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan penduduk, (2) tingginya kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan terutama produktivitas tenaga kerja, (3) tingginya trasformasi struktur ekonomi, (4) tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi, (5) kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku, dan (6) pertumbuhan ekonomi ini hanya terbatas pada sepertiga populasi dunia. Secara umum Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah: 11 Universitas Sumatera Utara 1. Faktor Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah. 2. Faktor Sumber Daya Alam Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut. 3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian. 12 Universitas Sumatera Utara 4. Faktor Budaya Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya. 5. Sumber Daya Modal Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barangbarang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. 2.2 Review Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Windha Amiga Permatasari (2013) tentang Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah dengan variable Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Belanja Modal, hasil penelitian menunjukan bahwa DAU dan PAD mempunyai hubungan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan 13 Universitas Sumatera Utara DAK dan Belanja Modal tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian lain dilakukan oleh Elida Murni (2009) tentang Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatra Barat dengan variable Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), hasil penelitian ini menunjukan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, DAU berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan DAK tidak berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian lain dilakukan oleh Edy Susanto dan Marhamah (2016) Tentang Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Daerah dengan variable Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PDRB) pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PDRB) pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PDRB) pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh signifrkan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) 14 Universitas Sumatera Utara didukung oleh Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) didukung oleh Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Ringkasan Review Penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.1. Tabel 2.1.Review Penelitian Terdahulu Nama Peneliti (tahun) Windha Amiga Permatasari (2013) Elida Murni (2009) Topik Pengaruh Dana Alokasi Umum(DAU), Dana Alokasi Khusus (Dak), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Variable Penelitian Variable Dependen - Pertumbuhan Ekonomi Variable Independen - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus - Pendapatan Asli Daerah - Belanja Modal Hasil Penelitian Pengaruh Variable Dependen Pendapatan Asli - Pertumbuhan Daerah (PAD), Ekonomi Dana Alokasi Variable Umum (DAU) Independen dan Dana - Dana Alokasi Alokasi Khusus Umum (DAK) terhadap - Dana Alokasi Pertumbuhan Khusus Ekonomi di - Pendapatan Asli Provinsi Sumatra Daerah Barat Hasil penelitian menunjukan bahwa DAU dan PAD mempunyai hubungan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan DAK dan Belanja Modal tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. hasil penelitian ini menunjukan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, DAU berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan 15 Universitas Sumatera Utara ekonomi, dan DAK tidak berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Edy Susanto dan Marhamah (2016) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan Belanja Daerah sebagai variable moderating di Provinsi Jawa Timur Variable Dependen - Pertumbuhan Ekonomi - Belanja Daerah Variable Independen - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus - Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur, (DAU) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PDRB) pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PDRB) pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, (DAU) tidak 16 Universitas Sumatera Utara berpengaruh signifrkan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) didukung oleh Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur, (DAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) didukung oleh Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 2.3 Kerangka Konseptual Variabel Independen Variabel Dependen Dana Alokasi Khusus (X1) Pertumbuhan Ekonomi (Y) Belanja Modal (X2) Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 17 Universitas Sumatera Utara Kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi (Y) sedangkan variabel independen terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) (X1) dan Belanja Modal (X2). 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sinkron dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teori, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Belanja Modal berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara. 18 Universitas Sumatera Utara