DETEKSI TAURA SYNDROME VIRUS (TSV) DENGAN METODE RT – PCR 1. Tujuan Untuk mendeteksi TSV (Taura syndrome virus) secara benar 2. Ruang lingkup Melakukan deteksi TSV (Taura syndrome virus) dengan metoda RT-PCR 3. Acuan OIE, 2009. Manual of Diagnostics Test for Aquatic Animals. Chapter 2.2.4, hal. 105-120 4. Bahan a. TRIzol Reagent b. Chloroform c. Isopropanol d. Ethanol 75% e. RNase free water f. Go Taq PCR Core System I (Promega): 5XPCR Buffer, 25 mM MgCl 2, 10 mM dNTPMix, dan Go Taq DNA polymerase (5U/µl) g. AMV Reverse Transcriptase (10U/µl) h. RNAse Inhibitory (10U/µl) i. 1 set primer (10 µM) : - 9992F : 5’-AAG TAG ACA GCC GCG CTT-3’ - 9195R : 5’-TCA ATG AGA GCT TGG TCC-3’ j. Agarose k. Ethidium bromide (10 mg/ml) l. Loading buffer m. Larutan TBE n. 100 bp DNA ladder o. Akuades p. Mikrotube 5. Alat a. Fume hood b. Sentrifus c. Vortex mixer d. Waterbath e. Mikropipet f. Laminar flow horizontal (biohazard) g. Thermal cycler h. Elektroforesis horizontal i. UV transilluminator j. Kamera digital 6. Prosedur kerja a. Ekstraksi RNA menggunakan TRIzol Reagent (Invitrogen) 1) Homogenisasi: Homogenisasi 50-100 mg sampel jaringan segar, frozen atau dipreservasi dengan alkohol (hemolimfe, pleopod, postlarva dan lain-lain) atau 1 ml air yang dicurigai tercemar TSV dalam 1 ml TRIzol Reagent menggunakan glass-Teflon atau power homogenizer (Polytron, atau Tekmar’s TISSUMIZER atau yang ekuivalen). Volume sampel sebaiknya tidak lebih dari 10% volume TRIzol Reagent yang digunakan untuk homogenisasi, kecuali sampel air. Pilihan: Ada tahap isolasi tambahan yang mungkin diperlukan untuk sampel yang banyak mengandung protein, lemak, polisakarida atau material ekstraseluler seperti otot dan jaringan lemak. Setelah homogenisasi, material yang tidak terlarut dikeluarkan dari homogenat dengan sentrifugasi dengan kecepatan 12.000 g selama 10 menit pada suhu 28oC. Pelet mengandung membran ekstraseluler polisakarida, dan DNA yang mempunyai berat molekul besar, sementara supernatan mengandung RNA. Pada sampel dari jaringan lemak, maka lemak yang terkumpul pada permukaan harus dihilangkan. Pada setiap proses isolasi RNA, pindahkan larutan homogenat jernih ke dalam mikrotube bersih dan lanjutkan dengan penambahan chloroform dan fase separasi berikutnya. 2) Fase separasi: Inkubasi sampel yang telah dihomogenisasi selama 5 menit pada suhu 15 – 30oC agar proses disosiasi kompleks nukleoprotein berjalan sempurna. Tambahkan 0,2 ml chloroform untuk setiap 1 ml TRIzol Reagent. Tutuplah mikrotube dan kocok dengan tangan secara kuat selama 15 detik dan inkubasi pada suhu 15 – 30oC selama 2 – 3 menit. Sentrfugasi sampel dengan kecepatan tidak lebih dari 12.000 g selama 15 menit pada suhu 2 – 8oC. Setelah sentrifugasi, campuran terpisah menjadi bagian bawah berwarna merah (fase phenolchloroform), interfase, dan bagian atas yang jernih (fase air). RNA terlarut dalam fase air. Volume fase air sekitar 60% dari volume TRIzol Reagent yang digunakan untuk homogenisasi. 3) Presipitasi RNA: Pindahkan cairan lapisan paling atas (fase air) ke dalam mikrotube baru. Presipitasi RNA dari fase air dengan menambahkan isopropyl alcohol. Gunakan 0,5 ml isopropyl alcohol per 1 ml TRIzol Reagent yang digunakan untuk proses homogenisasi awal. Inkubasi pada suhu 15 – 30oC selama 10 menit dan sentrfugasi dengan kecepatan tidak lebih dari 12.000 g selama 10 menit pada suhu 2 – 8oC. Presipitat RNA tidak terlarut sebelum sentrifugasi, membentuk pelet seperti gel pada dinding dan dasar mikrotube. 4) Pencucian RNA: Buang supernatan, cuci pelet RNA dengan sekurangnya 1 ml etanol 75% per 1 ml TRIzol Reagent yang digunakan untuk proses homogenisasi awal. Kemudian divortex dan disentrifugasi dengan kecepatan tidak lebih dari 7.500 g selama 5 menit pada suhu 2 – 8oC 5) Pelarutan kembali RNA: Pada akhir prosedur, keringkan pelet RNA (kering udara atau kering vacuum selama 5-10 menit. Jangan mengeringkan RNA dengan sentrifus vacuum. Jangan membiarkan RNA menjadi kering benar karena akan menurunkan kelarutannya. Larutkan sampel RNA sehingga mempunyai rasio A260/280 < 1,6. Larutkan RNA dalam RNase free wáter atau larutan SDS 0,5% dengan melewatkan larutan beberapa kali ke pelet melalui mikrotip dan inkubasikan selama 10 menit pada suhu 55-60oC (Hindari penggunaan SDS bila RNA akan digunakan dalam reaksi enzimatik). RNA dapat juga dilarutkan kembali dalam 100% formamide (deionized) dan disimpan pada suhu -70oC. b. Catatan dalam isolasi RNA: 1) Isolasi RNA dari sejumlah kecil sampel jaringan (1-10 mg) atau sel (102-104): tambahkan 800 µl TRIzol Reagent ke dalam jaringan atau sel. Dilanjutkan proses lisis sampel, tambahkan chloroform dan berikutnya dengan fase separasi seperti dijelaskan pada tahap 2). Sebelum presipitasi dengan isopropyl alcohol, tambahkan 5-10 µg RNase free glycogen (Cat. No. 10814) sebagai pembawa RNA pada fase air. Untuk menurunkan viskositas, potong DNA genomik dengan melewatkannya ke dalam jarum suntik 26G sebelum penambahan chloroform. Glycogen akan tetap berada di dalam fase air dan terpresipitasi dengan RNA. Pada konsentrasi glycogen hingga 4 mg/ml tidak mengganggu sintesis rantai pertama dan tidak menghambat proses PCR. 2) Setelah proses homogenisasi dan sebelum penambahan chloroform, sampel dapat disimpan pada suhu -60 sampai -70oC selama sekitar 1 bulan. Presipitat RNA (tahap 4, pencucian RNA) dapat disimpan dalam ethanol 75% selama sekitar 1 minggu pada suhu 2 – 8oC atau selama sekitar 1 tahun pada suhu -5 sampai -20oC. 3) Table-top centrifuge yang dapat mencapai kecepatan maksimum 2.600 g dapat digunakan dalam protokol ini dengan menambah waktu sentrifugasi menjadi 3060 menit pada tahap 2 dan 3. c. Reaksi RT-PCR untuk deteksi TSV 1) Komposisi larutan RT-PCR untuk deteksi TSV (25 µl/reaksi) dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan sebagai berikut: RNase free water 13,125 µl 5XPCR buffer 5 µl MgCl2 4 µl dNTP Mix 0,5 µl 9992F 0,5 µl 9195R 0,5 µl Taq DNA polymerase 0,125 µl RNAse Inhibitory 0,125 µl AMV Reverse Transcriptase 0,125 µl Sampel RNA 1 µl Total volume 25 µl 2) Banyaknya bahan yang dipersiapkan adalah 1,1 x jumlah sample 3) Setelah semua bahan dicampur, kecuali sampel RNA, bagikan ke dalam mikrotube 0.2 ml dengan volume masing-masing 24 µl 4) Tambahkan sampel RNA, termasuk kontrol negatif dan kontrol positif 5) Pengaturan suhu pada thermal cycler adalah sebagai berikut: Untuk reaksi reverse trancription, thermal cycler diatur dengan suhu 42oC selama 30 menit dan 94oC selama 5 menit Selanjutnya thermal cycler diatur dengan suhu denaturasi 95oC selama 30 detik, suhu annealing 54oC selama 30 detik, suhu extention 72oC selama 1 menit. Proses PCR dilakukan sebanyak 32 siklus. Kemudian dilanjutkan dengan extra extention pada suhu 72oC selama 7 menit. Setelah proses selesai sampel disimpan pada suhu 4oC. d. Pengamatan hasil PCR pada gel agarose 1. Masukkan 2 % gel agarose ke dalam elektroforesis 2. Tambahkan larutan TBE ke dalam elektroforesis hingga gel agarose terendam 3. Sampel hasil PCR diambil sebanyak 5 µl dan ditambah dengan loading buffer sebanyak 1 µl. Campur dengan baik, kemudian disuntikkan ke dalam lubang sumuran dengan menggunakan mikropipet 4. Setelah semua sampel disuntikkan, pasang tutup elektroforesis dan hidupkan listrik dengan voltase diatur 150 V 5. Setelah 0,5 jam, proses dihentikan dan gel agarose direndam dalam larutan ethidium bromide (5 μg/ml) selama 5 menit 6. Kemudian gel agarose direndam dalam akuades selama 10 menit untuk menghentikan proses pewarnaan 7. Gel agarose diamati di atas UV transilluminator: Hasil positif terdeteksi TSV bila terlihat perpendaran pita DNA dengan ukuran 231 bp Hasil negatif TSV bila tidak terlihat perpendaran pita DNA dengan ukuran 231 bp