hubungan sosial dalam transaksi ekonomi pada

advertisement
HUBUNGAN SOSIAL DALAM TRANSAKSI EKONOMI PADA
KOMUNITAS VIRTUAL PECINTA IKAN HIAS
(STUDY DESKRIPTIF TENTANG PROSES PENGEMBANGAN
KEPERCAYAAN ANTAR ANGGOTA DALAM PROSES TRANSAKSI JUAL
BELI IKAN HIAS PADA KOMUNITAS VIRTUAL PECINTA IKAN “O-FISH
FORUM”)
Devon Ariell Yulianto
ABSTRACT
The study of social relations in social communities have a lot done, but since
the rise of the internet in a virtual community of social relations in the digital age has
not been much done, much less in Indonesia. Scientific facts drove me doing a
research about the process of developing trust between members of the virtual
community of ornamental fish lovers in the process of economic transactions in the
ornamental fish lovers forum o-fish. The goal of this research is to describe the
information and communication technology (ICT), the internet has become a
gathering of movers and shakers in the community who have a hobby aquarium fish
keeping and make it a place of mutual exchange of their pet fish. In addition this
research specifically wanted to identify the relationship between community members
who've done the transaction and has experienced the process of belief that started
from the pengembandan forum internet o-fish. Thirty have been spread out on the
kuisioner member and the moderator (Manager) virtual community o-fish who have
met directly with the researcher using a purposive sampling. With the sample fish
hobbyists who joined in a virtual community of o-fish. In this research used two
theories which are useful social connections learned how interaction is done and the
theory of social capital that is useful to know the power of trust committed members
of the forum in developing confidence in economic transactions within a virtual
community.
Description of social relationships in the development of trust in respondents
research is very diverse and varied in the process of social capital. The respondents in
this study generally requires a sense of trust between members in order to reach an
agreement in a transaction online, this is because the entire respondents hala in this
research are from among fish lovers forum members o-fish ever met directly with
researchers both in gathering and race.
Keywords: Social Relationships, Social Capital, Virtual Community, E-commerce
1
Korespondensi: Devon Ariell Yulianto. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. E-Mail: [email protected]
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
2
Pendahuluan
Di era masyarakat informasi, transaksi ekonomi tidak selalu dalam bentuk jual
beli tatap muka di pasar, namun bisa pula terjadi dalam bentuk dunia maya. Di
kalangan komunitas virtual, hubungan sosial antara penjual dan pembeli dilakukan
dengan bantuan media teknologi diantara lain internet, sms , bahkan telepon. Dengan
adanya internet, transaksi ekonomi saat ini tidak harus selalu dilakukan secara
langsung antara penjual dan pembeli yang berlokasi di tempat yang berbeda kini
dengan mudah bisa melakukan transaksi ekonomi serta menyepakati kontrak jual beli
melalui interaksi sosial di dalam komunitas virtual.
Internet telah berkembang dalam dua dasa warsa terakhir hingga saat ini,
terlebih dengan semakin banyak sekolah dan instansi pendidikan lainya yang
mewajibkan muridnya untuk mengenal internet, dan juga banyak situs jejaring sosial
dan online shop yang membuat masyarakat banyak yang menjadikan internet sebagai
suatu kebutuhan. (Laohapensang,2009) Berkembangnya internet banyak hal baru
yang timbul dari berkembangnya internet tersebut, salah satunya adalah pembelian
atau belanja barang ataupun jasa secara online berbelanja secara online telah
menjadi alternatif cara pembelian barang ataupun jasa, penjualan secara online
berkembang baik dari segi pelayanan, efektifitas, keamanan, dan juga popularitas.
(Laohapensang,2009). Perubahan teknologi komunikasi yang sangat cepat dan
mengglobal, telah memberikan kesempatan para pemasar yang lebih luas dan efesien.
Pertimbangan dunia bisnis saat ini perusahaan menggunakan internet sebagai cara
untuk menjangkau pelanggan secara global, telah membawa beberapa dampak
transformasional pada beberapa aspek kehidupan termasuk perkembangan dunia
bisnis. (Laohapensang,2009).
Internet merupakan sarana elektronik yang dapat dipergunakan untuk berbagai
aktivitas seperti komunikasi, riset, transaksi bisnis dan lainnya. Sejak diperkenalkan
pada tahun 1969 di Amerika Serikat, internet mengalami perkembangan yang luar
biasa. Apalagi dengan diperkenalkannya teknologi World Wide Web (WWW),
semakin menambah sempurnanya teknologi tersebut (McLeod dan Schell, 2004:64).
Teknologi internet menghubungkan ribuan jaringan komputer individual dan
organisasi di seluruh dunia. Setidaknya ada enam alasan mengapa teknologi internet
begitu populer. Keenam alasan tersebut adalah internet memiliki konektivitas dan
jangkauan yang luas; dapat mengurangi biaya komunikasi; biaya transaksi yang lebih
rendah, dapat mengurangi biaya agency, interaktif, fleksibel, dan mudah, serta
memiliki kemampuan untuk mendistribusikan pengetahuan secara cepat (Laudon,
2000:300).
Pengguna internet di Indonesia yang resmi tercatat berlangganan pada tahun
2003 sebanyak 739.571, yang terbagi dalam kategori personal/perseorangan sebanyak
591.045 dan korporasi sebanyak 148.526 (CIC, 2004). Jumlah tersebut belum
termasuk pengguna yang memanfaatkan jasa internet cafe, warnet, dan fasilitas
internet instan seperti Telkom, Mobile-8, atau StarOne. Menurut catatan WDR
research, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia mencapai 105% per tahun dan
merupakan pertumbuhan paling tinggi di antara negara-negara di Asia setelah China
(Boerhanoeddin, 2003).
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
3
Tetapi seiring perkembangan zaman, Kemajuan Pesat di bidang ICT
(Information and Communication Technology) melahirkan masyarakat informasi
dalam dunia maya yang disebut komunitas virtual.
Salah satu yang meresap sebagian besar jenis komunitas virtual mencakup
layanan jaringan sosial, yang terdiri dari berbagai komunitas online. Internet sejak
pertengahan 1990-an juga telah menumbuhkan perkembangan masyarakat virtual
mengambil bentuk layanan jaringan sosial dan komunitas online. Sifat dari komunitas
tersebut beragam, dan manfaat yang Rheingold gambarkan tidak selalu menyadari,
atau dikejar, oleh banyak orang.
Di dalam suatu komunitas virtual hubungan sosial disebut Interaksi online
merupakan efektif sebuah penggabungan dari email, chatting dan bentuk komunikasi
publik (diskusi forum dan newsgroup). Akibatnya, tujuan utama dari komunitas
virtual adalah cermin yang dari tatap muka masyarakat. Howard Rheingold
mendefinisikan komunitas online sebagai agregasi sosial yang muncul dari bersih
ketika cukup banyak orang melakukan diskusi publik yang cukup lama, dengan
perasaan manusia yang memadai untuk membentuk web dari hubungan pribadi
(Rheingold, 1993: 5). Rheingold melihat masyarakat sebagai perluasan dari interaksi
online berkepanjangan. Dengan kemajuan ini datang gagasan bahwa definisi
masyarakat dalam hal komunikasi online jauh lebih luas dari itu yang diterapkan
dalam masyarakat tatap muka (Whittle, 1998: 241).
Komunitas virtual itu tak terbatasi (borderless) oleh keterpisahan tempat,
waktu, ideologi, status sosial ekonomi maupun pendidikan. maka hubungannya jauh
lebih fleksibel karena bisa berhubungan kapan saja dan dari mana saja. Tak ada lagi
zona proksemik seperti pernah digagas Edward Hall, yang membagi antara jarak
intim, jarak personal, jarak sosial, jarak publik.
Di era digitalisasi ini, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(Information and Communication Technology atau ICT) di dunia telah semakin luas
dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan ICT yang tidak terbatas pada
segala bidang. ICT ini dipergunakan karena memiliki kelebihan-kelebihan yang
menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan cara tradisional dalam
melakukan interaksi. Kelebihan dari ICT ini adalah dalam hal kecepatan, kemudahan
dan biaya yang lebih murah.
Kehadiran berbagai forum di ICT telah membawa dampak perubahan perilaku
para pemakai internet. Salah satu contoh adalah munculnya forum/blog di internet
yang telah melahirkan media online yang interaktif, komunikatif, efektif, murah, dan
gratis bagi siapa saja. Seorang pengamat web, Steven Streight (2004) mengatakan
bahwa forum/blog membuat orang yang tidak paham bagaimana caranya membuat
situs internet mempunyai akses untuk merancang web content guna
mengkomunikasikan ide dan produk mereka.
Ada banyak jaringan sosial di mana modal sosial berada. Beberapa ini adalah
jaringan keterlibatan masyarakat, asosiasi klub dan koperasi, lingkungan, dan
komunitas virtual. Bahkan, gagasan tentang modal sosial menunjukkan sumber
tersembunyi abstrak, yang dapat diakumulasikan, disadap, dicapai ketika orang nilai
hubungan antara satu sama lain, berinteraksi, berkolaborasi, belajar dan berbagi
gagasan. Forum O-Fish sendiri adalah komunitas virtual yang memakai world wide
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
4
web dalam bentuk forum diskusi untuk wadah para pecinta ikan hias dan tanaman air
asli atau berasal dari Indonesia. Pada awalnya hanya digunakan sebagai database ikan
hias dan tanaman air asli Indonesia. Disiapkan dengan kepanjangan “OrnamentalFish Information system Homepage”. Setelah dalam perkembangannya ternyata
Forum o-fish yang dulu tujuan utamanya sistem informasi tidak bisa diterapkan
karena kesibukan para moderator dan administratornya, Maka dialihkan sebagai
Layanan Informasi.
Dalam pembelian dan penjualan dari internet juga bisa memberikan peluang
tertipu oleh seller (penjual) nakal, kasus ini memang sangat rentan dalam . Para
buyer (pembeli) dalam hal mempercayai sesama anggota yang seller dalam forum OFish maka mereka akan lebih memilih para buyer. Para seller pun harus pintar pintar
dalam mengolah modal sosial yang berupa jaringan sosial agar menjadi pilihan para
buyer. Dalam mengolah modal sosial pun ada tahapan yang harus dimiliki, salah
satunya Trust.
Adam Smith sebagaimana dikutip Muller (1992) menegaskan, adalah suatu
kemustahilan memahami ekonomi terpisah dari persoalan masyarakat dan nilai-nilai
budaya. Adapun Fukuyama (1995) di dalam bukunya ’Trust The Social Virtues and
The Creation of Prosperity’ meyakinkan, kesejahteraan sebuah negara, seperti
kemampuannya untuk bersaing, ditentukan oleh karakteristik budaya pervasiv yang
melekat inheren dalam masyarakat. Karakteritik budaya pervasif yang melekat
inheren dalam masyarakat ini adalah trust. Adapun trust, disepadankan dengan
istilah kepercayaan atau rasa percaya (mempercayai), melekat di dalam kebudayaan
sebuah komunitas (atau bangsa).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti
tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana Hubungan Sosial dalam
Transaksi Ekonomi pada Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias (Studi Deskriptif
tentang proses pengembangan kepercayaan antar anggota dalam proses transaksi jual
beli ikan hias pada komunitas virtual pecinta ikan “o-fish forum”) karena hubungan
dan modal sosial antar anggota dalam transaksi jual beli pada forum internet o-fish
menarik dan unik untuk diteliti, serta ingin mengetahui sejauh mana pola
pengembangan trust antar anggota dalam melakukan pembelian dan penjualan ikan
hias, yakni hambatan-hambatan apa saja yang dialami anggota dan bagaimana mereka
mengembangan proses agar menjadi saling percaya satu sama lain dalam forum ofish.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka peneliti
ingin mengetahui gambaran mengenai hubungan sosial dalam transaksi ekonomi pada
komunitas virtual pecinta ikan hias berikut :
1. Bagaimana hubungan sosial yang terjadi diantara anggota komunitas pecinta
ikan hias o-fish forum sehingga terbentuk modal sosial ?
2. Bagaimanakah proses modal sosial terbentuk dalam pengembangan
kepercayaan antar anggota komunitas virtual pecinta ikan hias o-fish forum
untuk melakukan transaksi jual beli ?
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
Tinjauan Pustaka
5
Hubungan Sosial (Social Relationship)
Ini mengasumsikan bahwa orang terlibat dalam dan dibentuk oleh beberapa
hubungan, peristiwa dan pengaruh. Pengalaman manusia dan perilaku karena itu
dieksplorasi, tidak hanya dengan mengambil berbagai faktor sosial dan psikologis
mempertimbangkan tetapi juga, yang penting, dengan memperhatikan dekat dengan
makna dan interpretasi bahwa orang melampirkan pengalaman mereka yang
beragam.
Konsep 'individu' bisa, menurut definisi, hanya ada dalam hal
relasional. Seseorang membangun rasa identitas dalam hubungannya dengan
keluarga, orang lain, praktek-praktek budaya, jenis kelamin, kelas sosial, sistem sosial
/ politik, seksualitas, lokasi geografis dan kemampuan fisik dan mental. Oleh karena
itu perlu untuk terlibat dalam belajar sebagai kegiatan budaya dan menghargai
hubungan antara individu dan sosial, struktur politik dan budaya yang berdampak.
Secara signifikan, Hubungan Sosial foregrounds pengalaman hidup orang dan
mengakui bahwa pengalaman ini sedang dalam proses terus-menerus. Dengan cara
ini, mengundang keterlibatan dengan isu-isu topikal yang relevan dan
hubungan.Demikian pula, pengalaman dan makna bahwa 'pelajar' memiliki (dan
karena itu membawa kepada setiap interaksi manusia) juga menjadi sumber yang
berharga bagi eksplorasi dan wawasan tentang dimensi hubungan manusia.
Hubungan Sosial adalah pendekatan multi disiplin yang mengacu pada
metodologi teoritis beberapa analisisnya. Sementara semua disiplin ilmu yang
biasanya memberi kontribusi pada 'humaniora' menawarkan wawasan penting tentang
manusia dan perilaku dan kebutuhan mereka, terutama mereka yang menyibukkan diri
dengan kompleksitas perilaku manusia adalah psikologi, sosiologi dan
antropologi. Ini adalah karena itu sangat penting dalam kerangka Hubungan Sosial,
karena mereka masing-masing fokus dari sudut yang berbeda tentang bagaimana
orang mengatur dan membuat arti dari dunia mereka dan hubungan mereka di
dalamnya.
Menjelajahi cara di mana hubungan tersebut diproduksi, dipertahankan dan
berubah sangat penting dalam membangun komunikasi yang berarti dengan
kelompok-kelompok dan individu. Hubungan Sosial menyediakan kerangka kerja
yang dinamis di mana untuk mendapatkan informasi tentang kaya dan pemahaman
tentang manusia dan dasar sosial dan emosional dari kehidupan mereka. Hubungan
sosial memiliki relevansi khusus untuk orang-orang yang profesional karir
memerlukan pemahaman yang luas dari perilaku manusia dan hubungan sosial.
Belajar dilakukan dalam kerangka ini meningkatkan hubungan pribadi masyarakat
tempat kerja mereka hubungan dengan teman sebaya, manajer dan pelanggan, dan
keterlibatan mereka dan rasa memiliki dengan masyarakat. Ini adalah pendekatan
yang sangat berguna untuk mempromosikan pemahaman tentang isu-isu sosial dan
budaya tertentu dan konteks lokal.
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
Modal Sosial (Social Capital)
6
Didasari hubungan sosial yang beragam antar individu, maka setiap orang
akan mengembangkan informasi untuk berhubungan sosial. Hubungan sosial yang
dikembangkan individu memiliki tujuan untuk mencari informasi yang sesuai dengan
kebutuhannya. Setelah informasi didapat maka informasi tersebut dapat digunakan
untuk modal sosial dalam bersosialisasi.
Penelitian- penelitian modal sosial yang pernah dikaji oleh ilmuan, seperti
Modal Sosial: Definisi, Dimensi dan Tipologi (Supriyono dkk, s.a), Modal Sosial dan
Kebijakan Publik (Suharto, 2007); Nan Lin’s Theory of Social Capital (Johnson, s.a).
Menurut Putnam dan Fukuyama dalam Suharto (1997) memberikan definisi modal
sosial yang penting. Meskipun berbeda, definisi keduanya memiliki kaitan yang erat.
Modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dalam sebuah
komunitas (Spellberg, 1997), terutama menyangkut tentang konsep kepercayaan
(trust). Modal Sosial sesungguhnya sangat jelas. Tesis sentralnya dapat dirangkum
dalam dua kata : pentingnya hubungan. Dengan membangun hubungan satu sama
lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, orang dapat bekerja sama untuk
memperoleh hal-hal yang sebelumnya tidak dapat mereka capai seorang diri, atau jika
seorang diri hanya dapat dicapai dengan kesulitan besar.
Manusia dapat berhubungan melalui suatu seri jaringan dan mereka cenderung
berbagai nilai-nilai umum bersama anggota-anggota lain dalam jaringan itu, sampai
pada tingkat bahwa jaringan-jaringan itu membentuk suatu sumber daya, yaitu dapat
dilihat sebagai pembentukan sejenis modal. Selain sangat bermanfaat dalam kontekskonteks yang dekat, cadangan modal ini sering dapat ditarik pada bidang-bidang
lainnya. Kemudian, semakin banyak orang yang anda kenal dan semakin banyak anda
berbagi pandangan umum dengan mereka, semakin kayalah modal sosial anda. Dalam
konsep modal sosial, keanggotaan jaringan-jaringan dan seperangkat nilai-nilai yang
dibagi bersama merupakan inti dari konsep modal sosial. Putnam mendefinisikan
modal sosial sebagai ; corak-corak organisasi sosial, seperti kepercayaan, normanorma dan jaringan jaringan yang dapat menyempurnakan efisiensi masyarakat
dengan memfasilitasi aksi-aksi yang terkoordinasi. (Putnam 1993a: 169)
Menurut Hasbullah dalam Social Capital (Menuju keunggulan Budaya
Manusia Indonesia) (2006: 17), mendefinisikan modal sosial yaitu segala hal yang
berkaitan dengan kerjasama dalam masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang
lebih baik, dan ditopang oleh nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi unsur
utamanya seperti trust (rasa saling mempercayai), ketimbal-balikan, aturan-aturan
kolektif dari suatu masyarakat dan sejenisnya. Lebih lanjut menurut Hasbullah
(2006), modal sosial memiliki dimensi-dimensi yang saling terkait antara satu dan
yang lainnya. Hasbullah mengkategorikan modal sosial menjadi dua dimensi. Yang
mana dimensi yang pertama menyangkut tentang unsur atau komponen pembangun
modal sosial serta dimensi selanjutnya akan membahas tentang tipologi modal sosial.
Ide sentral dari modal sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial merupakan
suatu aset yang bernilai. Jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial
karena menyanggupi orang untuk bekerja sama satu sama lain- dan bukan hanya
dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan. Ada
suatu konsensus yang berkembang dari tiga tokoh terkemuka yang telah memberikan
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
7
sumbangan-sumbangan awal yaitu Pierre Bourdieu, James Coleman, dan Robert
Putnam. Bourdieu mengembangkan konsep modal sosial selama tahun 1970-an dan
tahun 1980-an.
Bourdieu menekankan bahwa kelompok-kelompok sosial dapat menggunakan
simbol-simbol budaya sebagai petunjuk-petunjuk pembagian, yang sekaligus
memberi tanda dan membentuk posisi mereka dalam struktur sosial.
Dalam studi monumentalnya tentang cita rasa dan pengelompokan di kalangan
menengah Jerman, memberikan kekuatan besar pada indikator-indikator empiris
modal sosial. Ia menunjukan hanya satu indikator modal sosial : keanggotaan dari
klub-klub golf, yang ia anggap sangat membantu dalam meminyaki roda-roda bisnis
(Bourdieu 1984:291).
Modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya, aktual atau virtual (tersirat)
yang berkembang pada seorang individu atau kelompok individu karena kemampuan
untuk memiliki suatu jaringan yang dapat bertahan lama dalam hubungan-hubungan
yang lebih kurang telah diinstitusikan berdasarkan pengetahuan dan pengenalan
timbal balik. (Bourdieu dan Wacquant 1992: 139). Bourdieu juga mencatat bahwa
supaya modal sosial mereka dapat mempertahankan nilainya, individu-individu harus
mengusahakannya.
Pierre Bourdieu (1986), dalam bukunya The Forms Of Capital membedakan
tiga bentuk modal yakni modal ekonomi, modal budaya, dan modal sosial. Dia
mendefinisikan modal sosial sebagai “the aggregate of the actual or potential
resources which are linked to possession of a durable network of more or less
institutionalised relationships of mutual acquaintance and recognition”.
James Coleman (1988) berpendapat modal sosial secara fungsi adalah sebagai
“a variety of entities with two elements in common: they all consist of some aspect of
social structure, and they facilitate certain actions of actors…within the structure”.
Dia mengatakan bahwa modal sosial memfasilitasi kegiatan individu dan kelompok
yang dikembangkan oleh jaringan hubungan, timbal balik, kepercayaan dan norma
sosial. Modal sosial, menurut pandangannya, merupakan sumberdaya yang netral
yang memfasilitasi setiap kegiatan dimana masyarakat bisa menjadi lebih baik dan
bergantung pada pemanfaatan modal sosial oleh setiap individu.
Sosiologi pilihan rasional mengandaikan suatu model individualistik tingkat
tinggi atas tingkah laku manusia, di mana setiap orang secara spontan melakukan apa
yang akan memenuhi kepentingan-kepentingan mereka sendiri, tanpa
memperhitungkan nasib orang lain. Konsep modal sosial bagi Coleman adalah suatu
sarana untuk menjelaskan bagaimana orang berusaha untuk bekerja sama. Normanorma, jaringan-jaringan sosial dan hubungan-hubungan di antara orang dewasa dan
anak-anak yang membentuk nilai dalam pertumbuhan anak itu. Modal sosial ada di
dalam keluarga, tetapi ada juga di luar keluarga, dan di dalam komunitas. (Coleman
1990:334).
Robert Putnam telah tampil sebagai penggagas modal sosial. Jika Bourdieu
dan Coleman terkenal terbatas dalam dunia teori sosial dan sosiologi, kontribusi
Putnam telah menembus batas-batas bidang profesinya dalam ilmu politik dan telah
menjangkau publik yang jauh lebih luas.
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
8
Modal sosial di sini menunjuk pada segi-segi organisasi sosial seperti
kepercayaan, norma-norma dan jaringan-jaringan sosial yang dapat menyempurnakan
efisiensi dengan memfasilitasi aksi-aksi yang terkoordinasi.(Putnam 1993a: 167).
Definisi Putnam tentang modal sosial berubah sedikit sekitar tahun 1990-an. Pada
tahun 1996, ia menyatakan bahwa, dengan modal sosial yang saya maksudkan adalah
corak-corak kehidupan sosial jaringan-jaringan, norma-norma dan kepercayaan yang
menyanggupkan para partisipan untuk bertindak bersama lebih efektif untuk mengejar
tujuan-tujuan bersama.(Putnam 1996:56). Ide pokok dalam teori modal sosial adalah
bahwa jaringan-jaringan sosial mempunyai nilai kontak-kontak sosial mempengaruhi
produktivitas dari individu-individu dan kelompok-kelompok. (Putnam 2000: 18-19).
Kemudian Putnam memperkenalkan suatu distingsi di antara dua bentuk dasar
dari modal sosial, menjembatani (inklusif) dan mengikat (eksklusif). Modal sosial
yang mengikat cenderung memperkuat identitas eksklusif dan mengutamakan
homogenitas. Modal sosial yang menjembatani orang-orang yang melintasi batasbatas sosial yang berbeda-bedakan. Setiap bentuk berperan untuk memenuhi
kebutuhan yang berbeda-beda. Modal sosial yang mengikat adalah baik untuk
mendasari resiproksitas sepesifik dan menggerakkan solidaritas, sambil berperan
sebagai sejenis perekat kuat dalam meningkatkan loyalitas yang tinggi dalam
kelompok dan memperkuat identitas-identitas spesifik. Ikatan-ikatan yang
menghubungkan berperan sebagai penghubung kepada aset-aset eksternal untuk difusi
informasi dan menyediakan suatu sociological WD-40 yang dapat menghasilkan
identitas dan resiprosiktas yang lebih luas. (Putnam 2000: 22-3).
Modal sosial mengacu pada stok, kepercayaan norma-norma sosial dan
jaringan bahwa orang dapat memanfaatkan untuk memecahkan masalah-masalah
umum. Sedangkan modal fisik mengacu pada obyek fisik, dan modal manusia
mengacu pada sifat individu seperti pengetahuan, modal sosial menunjukkan
hubungan antara individu dan nilai yang timbul dari hubungan ini. Ini terdiri dari
jaringan sosial dan norma timbal balik dan kepercayaan yang timbul dari interaksi
sosial. modal sosial adalah suatu persediaan sambungan aktif antara orang-orang :
kepercayaan, saling pengertian, dan nilai-nilai bersama dan perilaku yang mengikat
orang, anggota jaringan manusia dan masyarakat dan membuat tindakan co-operatif
mungkin(Cohen & Prusak 2001).
Modal sosial merupakan konsep sosiologi yang digunakan dalam beragam
ilmu seperti bisnis, ekonomika, perilaku organisasi, politik, kesehatan masyarakat dan
ilmu-ilmu sosial. Semua itu untuk menggambarkan adanya hubungan di dalam dan
antarjejaring sosial (wikipedia). Jejaring itu memiliki nilai. Seperti hal modal fisik
atau modal manusia yang dapat meningkatkan produktifitas individu dan kelompok,
maka modal sosial pun demikian pula suatu komunitas virtual adalah jaringan sosial
individu yang berinteraksi melalui media tertentu dalam virtual berbasis internet,
melintasi batas-batas geografis dan politik untuk mengejar kepentingan bersama atau
tujuan-tujuan.
Dalam bukunya "Social Capital and Development: The Coming
Agenda”, Francis Fukuyuma (1996). Fukuyama mengupas pentingnya modal sosial
berbasis pada kepercayaan. Dalam keseharian, masyarakat berinteraksi dengan modal
sosial yang kuat yang ditunjukkan dengan suasana saling percaya antarwarga.
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
Tipologi Modal Sosial
9
Dimensi lain yang juga perlu diperhatikan dalam modal sosial adalah yang
berkaitan dengan tipologi modal sosial. Bagaimana perbedaan pola-pola interelasi
berikut konsekuensinya antara modal sosial yang berbentuk Bonding (exclusive) atau
Bridging (inclusive). Dimana pola yang disebut pertama, biasanya hubungan yang
terbentuk ke pola inward looking, sedangkan pada bentuk kedua, lebih mengarah ke
pola outward looking. Keduanya memiliki implikasi yang berbeda pada hasil yang
dapat dicapai dan pengaruh pengaruh yang dapat muncul dalam proses kehidupan dan
pembangunan masyarakat.
a. Modal Sosial yang Terikat (Bonding Social Capital)
Modal sosial terikat (bonding social capital) cenderung bersifat ekslusif. Apa
yang menjadi karakteristik dasar yang melekat pada tipologi ini, sekaligus sebagai ciri
khasnya, yaitu baik kelompok maupun anggota kelompok, dalam konteks ide, relasi
dan perhatian, lebih berorientasi ke dalam (inward looking) dibandingkan berorientasi
ke luar (outward looking). Ragam masyarakat atau individu yang menjadi anggota
kelompok ini umumnya homogenius. Misalnya, seluruh anggota kelompok berasal
dari suku yang sama. Apa yang menjadi perhatian terfokus pada upaya menjaga nilainilai yang turun-temurun telah diakui dan dijalankan sebagai bagian dari tata prilaku
(code of conducts) dan perilaku moral (code of ethics) dari suku atau entitas sosial
tersebut. Mereka cenderung konservatif dan lebih mengutamakan solidarity making
daripada hal-hal yang lebih nyata untuk membangun diri dan kelompok sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai dan norma masyarakat yang lebih terbuka (Hasbullah, 2006: 2526).
b. Modal Sosial yang Menjembatani (Bridging Social Capital)
Bentuk modal sosial ini atau biasa juga disebut bentuk modern dari suatu
pengelompokan, group, asosiasi atau masyarakat. Prinsip-prinsip pengorganisasian
yang dianut didasarkan pada prinsip-prinsip universal tentang persamaan dan
kemanusiaan, terbuka dan mandiri. Prinsip pertama yaitu persamaan bahwasanya
setiap anggota dalam suatu kelompok memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama.
Kedua, adalah kebebasan, bahwasanya setiap anggota kelompok bebas berbicara,
mengemukakan pendapat dan ide yang dapat mengembangkan kelompok tersebut.
Ketiga,adalah kemajemukan dan humanitarian. Bahwasanya nilai-nilai kemanusiaan,
penghormatan terhadap hak asasi setiap anggota dan orang lain merupakan prinsipprinsip dasar dalam pengembangan asosiasi, grup, kelompok atau suatu masyarakat
tertentu. Dengan sikap yang outward looking memungkinkan untuk menjalin koneksi
dan jaringan kerja yang saling menguntungkan dengan asosiasi atau kelompok di luar
kelompoknya (Hasbullah. 2006: 29-30). Perbedaan yang mendasar antara modal
sosial yang bersifat terikat atau bonding dan modal sosial yang bersifat bridging dapat
dilihat dengan seksama pada tabel yang ada di bawah ini:
Tabel Perbedaan Modal Sosial: Terikat dan Menjembatani
Bonding
- Terikat/ketat, jaringan yang eksklusif
- Pembedaaan yang kuat antara
- Hanya ada satu alternatif Jawaban
- Sulit menerima arus Perubahan
Bridging
- Terbuka
- Memiliki jaringan yang lebih fleksibel
- Memungkinkan untuk memiliki banyak
alternatif jawaban dan penyelesaian
masalah.
- Toleran
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
10
- Kurang akomodatif terhadap pihak luar - Akomodatif untuk menerima perubahan
- Mengutamakan kepentingan kelompok, - cenderung memiliki sikap yang
mengutamaan solidaritas kelompok
altruistik,
humanitarianistik
dan
universal.
Sumber: Hasbullah (2006:32)
Persoalannya, fakta yang ada di negara-negara berkembang menunjukkan
kecenderungan bahwa dampak positif modal sosial dari mekanisme outward looking
tidak berjalan seperti yang diidealkan. Walaupun asosiasi dibangun oleh masyarakat
dengan keanggotaan yang heterogen dan dibentuk dengan fokus dan jiwa untuk
rnengatasi problema sosial-ekonomi masyarakat (problem solving oriented), tetapi
tidak mampu bekerja secara optimal. Buruknya unsur-unsur penopang seperti trust,
dan norma-norma yang telah mengalami kehancuran akibat represi rezim otoriter
yang pengaruhnya cukup dalam pada kehidupan masyarakat, modal sosial yang
terbentukpun menjadi kurang sekuat dan seberpengaruh seperti yang diharapkan.
Akibatnya, tidak memiliki dampak yang signifikan bagi perbaikan kualitas hidup
individu, maupun bagi perkembangan masyarakat dan bangsa secara lebih luas.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling yang lebih mengutamakan
tujuan dari penelitian dari pada sifat populasi, yaitu dengan menggunakan purposive
sampling, hal ini dimaksudkan untuk mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat
populasi dalam menentukan sampel penelitian. (Burhan Bungin, 2001:118).
Pengambilan sampel ini dilakukan terhadap sejumlah anggota yang telah melakukan
interaksi sosial dalam melakukan transaksi jual-beli antar anggota komunitas virtual
o-fish. Hal ini berasal dari asumsi bahwa anggota yang sudah melakukan proses
transaksi jual-beli di forum o-fish adalah orang / anggota yang sudah melakukan dan
mengalami proses pengembangan kepercayaan antar anggota komunitas forum o-fish
dalam transaksi ekonomi jual-beli. Berikut kriteria yang ditetapkan peneliti :
1. Anggota terdaftar di forum o-fish
2. Anggota yang melakukan transaksi jual-beli yang berawal dari forum
o-fish
3. Anggota yang memiliki reputasi baik dalam forum maupun secara
komunitas
4. Anggota yang pernah bertemu secara langsung dengan peneliti
Dengan jumlah pengguna yang tidak terdeteksi (tidak memiliki kerangka
sampel), maka penelitian ini menganggap bahwa populasi kunci berdasarkan kriteria
anggota yang terdaftar dan telah melakukan proses transaksi jual-beli ikan hias pada
forum o-fish hingga jumlah populasi dirasa cukup untuk dapat menggeneralisasi
keadaan di lapangan. Dengan menggunakan pengumpulan data yakni observasi,
kuisioner, dokumentasi, wawancara dan studi kepustakawanan. Dan teknik
pengolahan data penelitian yang digunakan adalah editing, coding, dan tabulasi.
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
Analisis Data
11
Kepercayaan (Trust)
Trust telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara
penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai dengan yang
diharapkan (Yousafzai et al., 2003). Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah
suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan hubungan sosialnya
yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling
mendukung yang lain dan tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya
(Robert D. Putnam, 1993, 1995, dan 2002). Dalam pandangan Fukuyama (1995,
2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan
masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada
peningkatan modal sosial.
Berbagai tindakan kolektif yang didasari atas rasa saling mempercayai yang
tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai ragam bentuk dan
dimensi terutama dalam konteks membangun kemajuan bersama. Memudarnya rasa
saling percaya dalam masyarakat akan mengundang hadirnya berbagai problematik
sosial yang serius. Masyarakat yang kurang memiliki perasaan saling mempercayai
akan sulit menghindari berbagai situasi kerawanan sosial dan ekonomi yang
mengancam. Semangat kolektifitas tcnggelam dan partisipasi masyarakat untuk
membangun bagi kepentingan kehidupan yang lebih baik akan hilang. Lambat laun
akan mendatangkan biaya tinggi bagi pembangunan karena masyarakat cenderung
bersikap apatis dan hanya menunggu apa yang diberikan pemerintah.
Beberapa literatur telah mendefinisikan trust dengan berbagai pendekatan
(Mukherjee dan Nath, 2003). Pada awalnya trust banyak dikaji dari disiplin
psikologi, karena hal ini berkaitan dengan sikap seseorang. Pada perkembangannya,
trust menjadi kajian berbagai disiplin ilmu (Riegelsberger et al., 2003; Murphy dan
Blessinger, 2003; Kim dan Tadisina, 2003), termasuk menjadi kajian dalam ecommerce.
Menurut Yousafzai et al. (2003) setidaknya terdapat enam definisi yang
relevan dengan aplikasi e-commerce. Hasil identifikasi dari berbagai literatur tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut:
• Rotter (1967) mendefinisikan trust adalah keyakinan bahwa kata atau janji
seseorang dapat dipercaya dan seseorang akan memenuhi kewajibannya dalam sebuah
hubungan pertukaran.
• Morgan dan Hunt (1994) mendefinisikan bahwa trust akan terjadi apabila seseorang
memiliki kepercayaan diri dalam sebuah pertukaran dengan mitra yang memiliki
integritas dan dapat dipercaya.
• Mayer et al. (1995) mendefinisikan trust adalah kemauan seseorang untuk peka
terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan
melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung
pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya.
• Rousseau et al. (1998) mendefinisikan trust adalah wilayah psikologis yang
merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap
perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain.
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
12
• Gefen (2000) mendefinisikan trust adalah kemauan untuk membuat dirinya peka
pada tindakan yang diambil oleh orang yang dipercayainya berdasarkan pada rasa
kepercayaan dan tanggung jawab.
• Ba dan Pavlou (2002) mendefinisikan trust adalah penilaian hubungan seseorang
dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu menurut harapan orang
kepercayaannya dalam suatu lingkungan yang penuh ketidak-pastian.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa trust adalah kepercayaan
pihak tertentu terhadap yang lain dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan
suatu keyakinan bahwa orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala
kewajibannya secara baik sesuai yang diharapkan.
Dimensi Trust
Menurut Mayer et al. (1995) faktor yang membentuk kepercayaan seseorang
terhadap yang lain ada tiga yaitu kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence),
dan integritas (integrity). Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kemampuan (Ability)
Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi
dalam mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah yang spesifik. Dalam hal ini,
bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan transaskis
dari gangguan pihak lain. Artinya bahwa konsumen memperoleh jaminan kepuasan
dan keamanan dari penjual dalam melakukan transaksi. Kim et al.(2003a) menyatakan
bahwa ability meliputi kompetensi, pengalaman, pengesahan institusional, dan
kemampuam dalam ilmu pengetahuan.
b. Kebaikan hati (Benevolence)
Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang
saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. Profit yang diperoleh penjual
dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan konsumen juga tinggi. Penjual bukan sematamata mengejar profit maksimum semata, melainkan juga memiliki perhatian yang
besar dalam mewujudkan kepuasan konsumen. Menurut Kim et al. (2003a),
benevolence meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
c. Integritas (Integrity)
Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam
menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah benar
sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk yang dijual apakah dapat dipercaya
atau tidak. Kim et al. (2003a) mengemukakan bahwa integrity dapat dilihat dari sudut
kewajaran (fairness), pemenuhan (fulfillment), kesetiaan (loyalty), keterus-terangan
(honestly), keterkaitan (dependability), dan kehandalan (reliabilty).
Partisipasi Aktif Di Dalam Jaringan
Modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak
pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai
bagian penting dari nilai nilai yang melekat. Modal sosial akan kuat tergantung pada
kemampuan yang ada dalam kelompok masyarakat untuk membangun sejumlah
asosiasi berikut membangun jaringan nya. Kunci dari keberhasilan kelompok orang
dalam membangun suatu perkumpulan yaitu sekelompok itu aktif dalam melibatkan
diri dalam suatu jaringan hubungan atau sosial.
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
13
Dalam jaringan yang selalu berhubungan sosial. Masyarakat itu pasti
berhubungan sosial dengan masyarakat lainnya melalui berbagai variasi hubungan
yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary),
kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). Kemampuan
anggota kelompok / masyarakat dalam menyatukan diri di dalam suatu pola hubungan
yang seimbang / sinergis akan mempengaruhi dalam menentukan kuat tidaknya modal
sosial suatu kelompok.
Dalam jaringan hubungan sosial seperti biasanya akan dimunculkan oleh suatu
tipologi khas sejalan dengan karakteristis dan orientasi kelompok. Pada kelompok
sosial yang biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan
(lineage), pengalaman sosial turun temurun (repeated social experiences) dan
kesamaan kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religious beliefs) cenderung
memiliki kohesifitas tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun
sangat kecil. Tetapi pada kelompok yang dibangun dan dibuat atas dasar kesamaan
orientasi dan tujuan lalu dengan pengelolaan organisasi yang lebih modern, akan
menghasilkan tingkat partisipasi anggota yang lebih baik dan memiliki tingkat
partisipasi anggota yang lebih baik dan jaringan yang luas. Tipologi kelompok yang
ini akan lebh banyak menghasilkan dampak positif bagi, baik kemajuan kelompok
maupun kontribusi pada pembangunan masyarakat.
Pertukaran (reprocity)
Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan
antar inividu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri dan suatu
kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam nuansa altruism (semangat untuk
membantu dan memen- tingkan kepentingan orang lain). Seseorang atau banyak
orang dari suatu kelompok memiliki semangat membantu yang lain tanpa
mengharapkan imbalan seketika. Dalam konsep ke-Agamaan, semangat semacam ini
disebut sebagai keikhlasan. Semangat untuk membantu bagi keuntungan orang lain.
Imbalannya tidak diharapkan seketika dan tanpa batas waktu tertentu. Pada
masyarakat, dan pada kelompok kelompok sosial yang terbentuk, yang di dalamnya
memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki
tingkat modal sosial yang tinggi. Ini akan juga terefleksikan dengan tingkat
kepedulian sosial yang tinggi, saling membantu dan saling memperhatikan.
Pada masyarakat yang memiliki tingkat pertukaran yang kuat belum tentu
dapat memiliki dampak positif yang cukup besar bagi kelompok lainnya. Ini akan
tergantung pada sifat sifat dan orientasi nilai yang berkembang di masyarakat
tersebut. Untuk tipologi masyarakat yang relatif tertutup, resiprosites yang kuat akan
bernilai positip untuk lingkungan sosial setempat, tetapi belum tentu menghasilkan
nilai positif bagi kelompok yang lain, sebaliknya pada suatu kelompok yang memiliki
resiprositas kuat dari juga mempunyai ciri sebagai masyarakat yang terbuka,
kemungkinan dampak positif yang lebih luas akan dapat direalisasikan.
Nilai
Nilai senantiasa memiliki kandungan konsekuensi yang ambivalen. Nilai
merupakan sesuatu ide yang telah turun-temurun dianggap benar dan penting oleh
anggota kelompok masyarakat. Misalnya, nilai harmoni, prestasi, kerja keras,
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
14
kompetisi dan lainnya merupakan contoh-contoh nilai yang sangat umum, dikenal
dalam kehidupan masyarakat. Modal sosial yang kuat juga sangat ditentukan oleh
konfigurasi nilai yang tercipta pada suatu kelompok masyarakat. Jika suatu kelompok
memberi bobot tinggi pada nilai-nilai kompetisi, pencapaian, keterusterangan dan
kejujuran maka kelompok masyarakat tersebut cenderung jauh lebih cepat
berkembang dan maju dibandingkan pada kelompok masyarakat yang senantiasa
menghindari keterusterangan, kompetisi dan pencapaian.
Tindakan yang Proaktif
Modal sosial memiliki salah satu unsur yang penting, yaitu keinginan yang
kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari
jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Maka dari itu ide
dasarnya adalah bahwa seorang atau kelompok senantiasa kreatif dan aktif.
Melibatkan diri dan mencari kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dari sisi
material tapi juga kekayaan hubungan sosial, dan menguntungkan kelompok, tanpa
merugikan orang lain, secara bersama sama. Mereka cenderung tidak menyukai
bantuan bantuan yang sifatnya dilayani, melainkan lebih memberi pilihan untuk lebih
banyak melayani secara proaktif.
Tindakan proaktif memiliki kandungan sosial / modal sosial dapat diperhatikan
melalui tindakan dari yang sederhana sampai berdimensi dalam dan luas. Individu
yang terbiasa proaktif untuk memungut sampah yang berserakan di ruang-ruang
publik, membersihkan lingkungan tempat tinggal, melakukan inisiatif untuk menjaga
keamanan bersama, merupakan bentuk tindakan yang di dalamnya terkandung
semangat keaktifan dan keperdulian. Begitu pula dengan inisiatif untuk mengunjungi
keluarga, teman. mencari informasi yang dapat memperkaya ide, pengetahuan dan
beragam bentuk inisiatif individu yang kemudian menjadi insiatif kelompok,
merupakan wujud proaktif yang bernuansa modal sosial.
Hubungan-Hubungan atomis dalam cyberspace
Interaksi online telah meluas sampai ketingkat luar biasa tahun-tahun
belakangan ini. Tersedianya komunikasi online dan penyebaran cepat dalam bidang
pemakaian nya. Sangat mengherankan jika itu tidak punya dampak terhadap modal
sosial manusia. Putnam mengomentari pokok ini yaitu pertama, ia menerima bahwa
Internet melenyapkan batas-batas dalam komunikasi dan memfasilitasi jaringanjaringan baru, namun ia tetap skeptis tentang pengaruhnya. Secara khusus, ia
mencatat munculnya pembagian digital orang-orang berhubungan (connected) dan
orang-orang yang kehilangan keterampilan dan saran untuk memasuki cyberspace.
Kedua, karena komunikasi-komunikasi online dapat terjadi dengan tiba-tiba dan
kekurangan umpan balik yang cepat dalam pertemuan tatap muka, hal itu mendorong
resiproksitas dan memfasilitasi penipuan. Ketiga, orang yang sedan melakukan
komunikasi online cenderung berbaur hanya dengan kelompok-kelompok kecil yang
mempunyai kepentingan dan pandangan yang sama dengan mereka sendiri dan tidak
toleran dengan siapapun yang berpikir lain.
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
Penutup
15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti mengenai hubungan sosial
dalam transaksi ekonomi pada komunitas virtual pecinta ikan hias, dengan
berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan, maka peneliti dapat menyimpulkan
beberapa hasil temuan penelitian dapat menyimpulkan beberapa hasil temuan
penelitian, yaitu :
1. Gambaran hubungan sosial responden dalam pengembangan kepercayaan di
penelitian ini sangat beragam dan bervariasi dalam proses modal sosial.
Responden dalam penelitian ini secara umum membutuhkan rasa percaya antar
anggota agar mencapai kesepakatan dalam transaksi online, hal ini dikarenakan
seluruh responden dalam penelitian ini adalah dari kalangan anggota forum
pecinta ikan hias o-fish yang pernah bertemu secara langsung dengan peneliti
baik dalam gathering kopi darat maupun perlombaan. Responden tidak pernah
membatasi diri dalam identitas mereka lebih dapat dipercaya walaupun bertemu
dalam dunia virtual. Forum ini menjadi perkembangan bisnis responden dan
wawasan pengetahuan tentang ikan hias selain menjadikannya memenuhi
kepuasan dalam memelihara ikan hias / hobby. Mereka tetap melakukan
komunikasi virtual agar mendapakan keuntungan seperti enjoy dalam berforum
dan melakukan pertemanan dalam komunitas virtual, Seperti yang diungkapkan
Howard Rheingold bahwa, yang mendefinisikan komunitas online sebagai
agregasi sosial yang muncul dari bersih ketika cukup banyak orang melakukan
diskusi publik yang cukup lama, dengan perasaan manusia yang memadai untuk
membentuk web dari hubungan pribadi.
2. Proses pengembangan kepercayaan yang ditinjau dari sudut pandang modal sosial
dimana dalam modal sosial terdiri dari 6 komponen sosial. Pertama, komponen
kepercayaan atau trust. Pada komponen ini responden memiliki faktor dominan
dan yang mempengaruhi kepercayaan dalam proses pengembangan kepercayaan
dalam melakukan transaksi jual beli. Meliputi intersitas komunikasi, karakter
anggota komunitas, pertimbangan memilih penjual serta keuntungan maupun
kerugian yang akan diperoleh responden sangat berpengaruh besar dalam
kelancaran terjadinya aktivitas transaksi jual-beli. Sehingga oleh peneliti unsur
karakter dalam trust dipandang hal yang essensial dalam proses pengembangan
kepercayaan sebelum melakukan transaksi jual-beli antara anggota komunitas
virtual o-fish forum. Kedua, komponen partisipasi aktif. Responden pada
komponen ini telah mengimplementasikan prinsip-prinsip yang ada pada
partisipasi aktif dalam berhubungan sosial dalam komunitas dengan harapan
responden dari partisipasi aktif, membantu anggota yang kesulitan, dan bentuk
pastisipasi aktif yang dilakukan responden. Ketiga, komponen reprocity atau
pertukaran. Responden dalam pengembangan kepercayaan menggunakan prinsip
alturism yaitu pertukaran dilakukan karena adanya semangat membantu sesama.
Imbalan tidak diharapkan seketika dan tanpa batas waktu tertentu. Pada
masyarakat, dan pada kelompok kelompok sosial yang terbentuk, yang di
dalamnya memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat
yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi. Ini akan juga terefleksikan
dengan tingkat kepedulian sosial yang tinggi, saling membantu dan saling
memperhatikan. Pertukaran yang dilakukan responden memiliki beberapa aspek
penting yakni pertukaran membutuhkan waktu, seperti halnya pola apa yang
dilakukan, pertimbangan yang paling sering dilakukan, manfaat atau keuntungan
utama yang dirasakan saat pertukaran dalam pengembangan kepercayaan antar
Devon Ariell Yulianto : Hubungan Sosial Dalam Transaksi Ekonomi Pada
Komunitas Virtual Pecinta Ikan Hias
16
anggota komunitas yang dilakukan oleh responden. Keempat, komponen norma
atau aturan. Responden memiliki pandangan aturan atau norma sebagai batasan
mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, secara khusus peraturan forum
dipandang oleh responden sebagai etika yang harus di lakukan dalam forum.
Kelima, komponen nilai – nilai dalam berinteraksi sosial. Responden
mendapatkan keuntungan ada dengan banyaknya pertanyaan dalam forum. Dan
yang terakhir, komponen tindakan proaktif dalam berinteraksi sosial.
Pertimbangan resonden dalam memilih penjual, alasan menjadi anggota
komunitas, serta aspek kreativitas dalam interaksi sosial. Dengan demikian
berdasarkan uraian diatas, modal sosial masih sangat dibutuhkan responden pada
saat melakukan pengembangan kepercayaan antar anggota komunitas virtual
dalam proses transaksi jual-beli.
3.
Tipe Modal Sosial yang terbentuk dalam Hubungan Sosial dalam transaksi
ekonomi pada komunitas virtual pecinta ikan hias menunjukkan bahwa
kecenderungan responden pada tipe modal sosial yang menjembatani (bridging
social capital) bukan tipe modal sosial yang terkait (bonding social capital).
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Asdi Mahasatya. 2002.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial : Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press. 2001.
Caplan, Scoot E. Preference For Online social Interaction : A Theory Of
Problematic Internet Use And Psychosocial Well-Being. 2003. Diakses pada
Mei 2011, dapat diakses di www.sagebup.com
Edwards, B. & Foley, M. W. Civil society and social capital beyond Putnam. 1998.
Field, John. Modal Sosial. Medan : Bina Media Perintis. 2005 dan 2010.
Fukuyama, F. Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity. New York:
Free Press. 1995.
George Ritzer & Goodman, Douglas J. Teori Sosilogi Modern. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group. 2010.
Max Weber. The Nature of Social Action in Runciman. WG 'Weber: Selections in
Translation' Cambridge University Press, 1991.
Putnam, Robert D. Bowling Alone: The Collapse and revival of American
Community, New York: Simon and Schuster. 2000.
Rheingold, H. The Virtual Community: Homesteading on the Electronic Frontier,
MA: MIT Press, Cambridge. 1993.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta :
Bandung.2010.
Suyanto, Bagong dan Sutinah (Ed.). Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta : Kencana, 2005.
Download