BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Komunikasi menurut Gerald R. Miller adalah komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.1 Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa). 2.2 Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran (bahasa Inggris: marketing communication) adalah sarana di mana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang 1 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004 hal 63 8 9 produk dan merek yang dijual. Komunikasi pemasaran mempresentasikan "suara" perusahaan dan mereknya serta merupakan sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan dengan konsumen. Komunikasi pemasaran merupakan suatu usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran melalui mengenai keberadaan publik di pasar. Didalam komunikasi pemasaran terdapat 5 (lima) jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran pemasaran (Promotion Mix), yaitu iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjual (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (publicity) dan pemasaran langsung (direct marketing). Komunikasi pemasaran bagi konsumen, dapat memberitahu atau memperlihatkan kepada konsumen tentang bagaimana dan mengapa suatu produk digunakan, oleh orang macam apa, serta di mana dan kapan. Komunikasi pemasaran berkontribusi pada ekuitas merek dengan menanamkan merek dalam ingatan dan menciptakan citra merek serta mendorong penjualan dan bahkan mempengaruhi nilai pemegang saham. Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi pemasar. Tanpa ada komunikasi, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Dalam komunikasi pemasaran menyedot anggaran yang begitu besar, oleh karena itu pemasar harus selalu hati-hati dalam menyusun rencana komunikasi pemasaran. 10 Penentuan siapa yang menjadi sasaran komunikasi, menentukan bagaimana peran agar bisa dapat dipahami dan direspon positif oleh konsumen. Setelah itu baru ditentukan jenis komunikasi apa yang digunakan. Apakah pesan akan disampaikan melalui iklan, personal selling, publicity, atau dengan direct marketing. Proses selanjutnya yaitu penyampaian pesan melalui media, jika pesan dirancang dalam bentuk iklan, maka pesan bisa disampaikan melalui media cetak atau media elektronik. Pesan yang disampaikan melalui media elektronik seperti televisi, radio, internet, dirancang sedemikian rupa agar bisa membujuk atau mempengaruhi konsumen karena tujuan utama dari iklan adalah untuk membujuk atau mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Banyak perusahaan termasuk penyedia jasa komunikasi pemasaran yang menggunakan konsep komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication). Hal ini merupakan salah satu perkembangan yang sangat penting dalam dunia pemasaran sekarang ini. 2.2.1 Positioning Produk Sebagai Brand Image Posisi produk adalah cara produk didefinisikan oleh konsumen berdasarkan beberapa atribut penting tempat yang diduduki produk dalam benak konsumen dibandingkan dengan produk-produk pesaing. 2 Philip Kotler (1997) mendefinisikan positioning sebagai berikut: “the act of designing the company’s and image so that they occupy a meaningful and distinct competitive position the target 2 Kotler dan Armstrong. Dasar-dasar Pemasaran Edisi Kesembilan Jilid I. Jakarta: Indeks. 2004 hal 311 11 costumer mind” (positioning adalah tindakan yang dilakukan marketer untuk membangun citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya). 3 Definisi Hiebing dan Cooper (1997) dapat melengkapi Philip Kotler: “positioning establishes the desired perception of your product within the target market relative to the competition” (positioning membangun persepsi produk Anda didalam pasar sasaran relatif terhadap persaingan).4 Positioning dapat diibaratkan sebuah sifat inti merek yang kita yakini dapat membedakan merek kita dengan yang lain di pasar. 5 “Positioning is not what you do to a product. It is what you do to the mind of the prospect (Ries & Trout, 1986) (positioning bukan sesuatu yang Anda lakukan terhadap produk, tetapi sesuatu Anda lakukan terhadap otak calon pelanggan).6 Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa positioning bukan strategi produk tetapi strategi komunikasi pemasaran yang berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk didalam pikiran konsumen, sehingga calon konsumen memiliki penilaian tertentu dengan produk tersebut. Positioning lebih merupakan bentuk persepsi 3 Kasali, Rhenald. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targetting, Positioning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005 hal526 4 Ibid 5 Brannan, Tom. Integrated Marketing Communication Memadukan Upaya Public Relation, Iklan dan Promosi Untuk Membangun Identitas Merek. Jakarta: PPM. 2005 hal 12 6 Op.Cit. Kasali, Rhenald. Hal 506 12 konsumen daripada karakteristik fisik suatu produk. Dengan melihat persepsi konsumen juga dapat membantu perusahaan mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen. Sebuah positioning terhadap produk juga dapat membentuk image sebuah brand. Bagaimana cara orang berfikir terhadap sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, meskipun pada saat memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk. Untuk menetapkan sebuah posisi produk dibenak konsumen perlu dilakukan sebuah komunikasi kepada konsumen melalui promosi. Promosi adalah bagian dari komunikasi yang terdiri dari pesan-pesan perusahaan yang didesain untuk menstimulasi terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan. 7 Penentuan posisi (positioning) menghasilkan informasi penjelasan yang penting tentang konsumen, khususnya kriteria pemilihan mereka dan bagaimana konsumen membandingkan produk perusahaan dengan produk pesaing. Kegiatan komunikasi pemasaran menurut Lovelock dapat melibatkan seluruh variabel komunikasi pemasaran (marketing communication mix) yang terdiri dari komunikasi personal (personal communication), periklanan (advertising), promosi penjualan (promotional selling), serta pemberitaan (publicity). Iklan adalah salah 7 Nirwana. Service Marketing Strategy. Malang: Dioma. 2006 hal 121 13 satu media yang umum diginakan untuk melakukan promosi. Keunggulan dari media advertising ialah menjangkau pasar yang lebih luas, dengan demikian penyebaran informasi keberadaan produk akan lebih merata. Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar.8 2.3 Merek 2.3.1 Pengertian Merek Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan manfaat , feature, dan jasa tertentu pada pembeli. Merekmerek terbaik memberikan jaminan kualitas. Merek adalah nama, istilah, simbol atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.9 Menurut David A. Aaker, merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (baik berupa logo,cap/kemasan) untuk mengidentifikasikan barang/jasa dari seorang penjual/kelompok penjual tertentu. Tanda pembeda yang digunakan suatu badan usaha sebagai penanda identitasnya dan produk barang atau jasa yang dihasilkannya kepada konsumen, dan untuk membedakan usaha 8 Kotler, Philip dan Keller, Kelvin Ianne. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks. 2007 hal 244 9 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta: PT Prehallindo. 1997 hal 63 14 tersebut maupun barang atau jasa yang dihasilkannya dari badan usaha lain. Merek dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk atau layanan. Merek didefinisikan sebagai kombinasi dari atribut-atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol yang dapat mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau layanan di benak konsumen.10 Sebuah merek adalah sebuah kekuatan. Semakin bisa memperkuat nilai dari merek yang dimiliki, semakin kuat pula kekuatan perusahaan yang dimilki. Jika sebuah merek dapat membangun citra yang lebih baik daripada pesaingnya, merek itu akan akan menikmati suatu tingkat perlindungan. Suatu produk yang baik namun dengan citra bermutu rendah akan berjuang dengan susah payah, dan jika citranya tidak dapat diperbaiki, produk itu akan gagal. 2.3.2 Citra Merek Menurut Kotler (2000) brand image adalah sejumlah keyakinan tentang merek. Sedangkan menurut Aaker (1996 : 71) menganggap brand image sebagai “bagaimana persepsi merek dipersepsikan oleh konsumen”. Berkenaan dengan persepsi, menurut Davis (2000 : 21), seperti halnya manusia, merek juga bisa digambarkan melalui kata sifat (adjective), kata keterangan (adverb) atau frase (phrase). Davis juga mengatakan brand image memiliki dua komponen, yaitu asosiasi 10 Gribaldi, 2003 15 merek dan brand person. Menurut Emma Wood, “an image is a perception and exists only in the receiver. To formulate an image, publics interpret an identity in a wider contest with broader frame of reference (suatu image atau citra adalah persepsi eksis didalam pikiran penerima. Untuk memformulasi suatu citra, publik menginterpretasikan suatu identitas dalam konteks dan dengan kerangka referensi yang lebih luas)”. Terlihat dalam formulasi Wood ini, bahwa ada 4 hal yang tidak terpisahkan yaitu, citra, persepsi, identitas, dan interpretasi.11 Identitas dan citra perlu dibedakan. Identitas terdiri dari berbagai cara yang dimaksudkan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi atau memposisikan diri atau produknya. Citra adalah cara masyarakat mempersepsi (memikirkan) perusahaan atau produknya. 12 Identitas merek adalah seperangkat asosiasi yang unik yang ingin diciptakan dan dipelihara pasar. Tujuannya adalah menciptakan gambaran atau brand image. Kalau gambaran itu diperoleh, maka merek sudah hidup dalam pikiran konsumen. Kalau tidak, maka merek hanya berupa sesuatu yang mati, yang tidak punya aura atau kekuatan untuk mempengaruhi konsumen. 13 Dari sebuah produk dapat lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi konsumen mempunyai keunggulan fungsi (functional brand), menimbulkan asosiasi dan citra yang diinginkan konsumen (brand image) dan membangkitkan 11 Simamora, Bilson. Aura Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2002 hal 63 Perhumas. Branding The Nation. Jakarta: BPP Perhumas. 2008 hal 1 13 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta:Indeks. 2005 hal 359 12 16 pengalaman tertentu saat konsumen berinteraksi dengannya (experiental brand) Tybout & Gregory S Carpenter, 2000).14 2.4 Komponen Pembentuk Citra Merek 2.4.1 Brand Awareness Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.15 Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum dari perasaan yang tak pasti bahwa merek itu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satusatunya dalam kelas produk bersangkutan. Tingkat paling rendah, pengakuan merek, didasarkan suatu tes pengingatan kembali lewat bantuan (an aided recall test). Pada tingkat berikutnya adalah pengingatan kembali merek (brand recall). Pengingatan kembali merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu pada suatu kelas produk, ini diistilahkan “pengingatan kembali tanpa bantuan” (unaided recall) karena berbeda dengan tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. 14 Op.Cit Hal:62 Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta. 2001 hal 55 15 17 Brand Awareness memiliki beberapa tingkatan dari yang paling rendah (tidak menyadari merek) sampai tingkatan paling tinggi (top of mind) yaitu: 1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah dimana konsumen tidak menyadari keberadaan merek dari produk tersebut. 2. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah dimana pengenalan suatu brand muncul lagi setelah dilakukan pengulangan ingatan kembali lewat bantuan (aided recall). 3. Brand Recall (pengingatan kembali brand) adalah pengingatan kembali brand tanpa bantuan (unaided recall). 4. Top of Mind (puncak pikiran) adalah brand yang pertama kali disebut oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen atau merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.16 Brand Awareness memberikan banyak value antara lain: 1. Memberikan tempat bagi asosiasi terhadap merek 2. Memperkenalkan merek 3. Merupakan sinyal bagi keberadaan, komitmen, dan substansi merek. 4. Membantu memilih sekelompok merek untuk dipertimbangkan dengan serius. 16 Ibid,Darmadi Durianto dkk.Hal:6-7 18 2.4.2 Brand Association Brand Association (asosiasi merek) adalah segala kesan yang muncul dibenak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. David Aaker mendefinisikan asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. 17 Kesankesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasinya. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang berhubungan semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut.18 Fungsi brand association: 1. Help process / retrieve information (membentuk proses penyusunan informasi) 2. Differentiate (membedakan) suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain. 3. Reason to buy (alasan pembelian) brand association membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen (consumer benefit) yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. 17 18 Rangkuti, Freddy. The Power of Brands. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2002 hal 43 Op.Cit,Darmadi Durianto dkk,Hal:69 19 4. Create positive attitude (menciptakan sikap atau perasaan positf) beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif atas dasar pengalaman merek sebelumnya serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain. 5. Basis for extension (landasan untuk perluasan) suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut.19 Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut: 1. Product attributes (atribut produk) Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi positioning yang sering digunakan. Jika atribut bermakna maka asosiasi dapat langsung diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek. 2. Intangibles attribute (atribut tak berwujud) Suatu faktor tak berwujud merupakan artribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtiarkan serangkaian atribut yang objektif. 3. Costumer’s benefits (manfaat bagi pelanggan) 19 Ibid,Hal.70 20 Sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka terdapat hubungan antar keduanya. Manfaat bagi pelanggan dapat dibagi dua, yaitu rational benefit (manfaat rasional) dan psychological benefit (manfaat psikologis). Manfaat rasional berkaitan erat dengan atribut dari produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional. Manfaat psikologis merupakan konsekuensi ekstrem dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tersebut. 4. Relative price (harga relatif) Evaluasi terhadap suatu merek disebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga. 5. Application (penggunaan) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu. 6. User / customer (pengguna / pelanggan) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut. 7. Celebrity / person (orang terkenal / khlayak) Mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki orang terkenal ke merek tersebut. 21 8. Lifestyle / personality (gaya hidup / kepribadian) Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama. 9. Product class (kelas produk) Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya. 10. Competitors (para pesaing) Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing. 11. Country / graphic area (Negara / wilayah geografis) Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan dan kemampuan.20 20 Ibid,Hal.72