BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Inkuiri

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendekatan Inkuiri
Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiri”, yang secara harafiah berarti
penyelidikan. Pendekatan ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernamaa Suchman.
Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan
segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka.
Menurut Oemar Hamalik (2007:221) mengemukakan bahwa: “inkuiri menuntut guru
bertindak sebagai fasilitator, nara sumber, dan penyuluhan kelompok”. Pada pelaksanaannya,
Inkuiri mengembangkan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan
emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri merupakan suatu proses.
Proses ini bermula dari rumusan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti,
menguji hipotesis dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya
sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.
Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut di atas merupakan kegiatan belajar dari siswa
(W.Gulo,2009:93).
Sementara menurut Hamruni (2012:132), strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab anara guru dan siswa.
Menurut Wina Sanjaya (2011:195), pendekatan inkuiri menekankan kepada proses
mencari dan menemukan. Materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa
dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Inkuiri merupakan metode
yang bersifat student center (berpusat pada siswa) dan guru disini berperan sebagai pembimbing,
fasilitator, dan pengarah kerja siswa. Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang
banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya.
Dari seluruh uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang mencoba memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
7
8
merasakan secara nyata proses pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek kemampuan siswa.
Sehingga dengan merasakan langsung ketrlibatannya pada saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar siswa semakin yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga proses belajar
mengajar benar-benar terjadi karena siswa aktif dan akhirnya terjadilah perubahan pada diri
siswa melalui perubahan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan tingkah laku.
Pendekatan inkuiri ialah pendekatan yang menekankan kepada pengembangan intelektual
anak. Dalam penggunaan pendekatan inkuiri, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh
setiap guru, agar pendekatan ini benar-benar mencapai suatu keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Menurut Sanjaya Wina (2006:199-201) ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan seorang guru dalam menggunakan pendekatan inkuiri yaitu:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Maksudnya adalah dalam model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar
juga berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu
mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya
melalui interaksi mereka.
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam mengembangkan model inkuiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk mejawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan
guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan
tehnik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekadar untuk
meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan
kemampuan atau bertanya untuk menguji.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
9
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran
berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip keterbukaan
Dalam pembelajaran siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebearan hipotesis yang diajukannya.
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
inkuiri dapat mengkuti langkah-langkah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2007 : 201 – 205) :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya :
- Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
- Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti.
- Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui
terlebih dahulu oleh siswa.
10
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran ini mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Sejalan dengan Sanjaya, Hamruni (2011:95) menyebutkan bahwa Langkah- langkah
kegiatan dalam inkuiri adalah :
1. Orientasi, langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.
2. Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka- teki.
3. Mengajukan hipotesis, jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
4. Mengumpulkan data, menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang diajukan.
5. Menguji hipotesis, proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan, proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis.
Menurut Hamruni, langkah awal yaitu dengan orientasi dimana guru harus
mempersiapkan kondisi kelas, agar siswa merasa siap untuk melakukan proses pembelajaran,
selanjutnya siswa diberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Sebelum menuju
pengumpulan data, siswa harus merumuskan hipotesis atau jawaban sementara.setelah dat
11
terkumpul siswa harus menguji hipotesis yang telah dirumuskan siswa dan terakhir yaitu
merumuskan kesimpulan.
Berbeda dengan Hamruni, Trianto menyebutkan langkah-langkah kegiatan dalam inkuiri
adalah :
1. Merumuskan masalah
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel, dan karya
lainnya.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru,
atau audiensi yang lain.
Menurut Trianto, langkah-langkah dalam pembelajaran ini sedikit berbeda dengan
pendapat yang dikemukakan Hamruni dan Sanjaya. Letak perbedaannya ialah pada tahap
pertama siswa langsung merumuskan masalah, kemudian siswa melakukan pengamatan atau
observasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyajikan hasil dalam bentuk laporan dan kegiatan
akhir mengkomunikasikan atau menyajikan hasil (presentasi).
Menurut pendapat dari 3 ahli, dapat disimpulkan langkah- langkah pendekatan inkuiri
adalah :
1. Orientasi, langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif
(Menjelaskan topik, tujuan dan hasil yang diharapkan, identifikasi masalah)
2. Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka- teki. (masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, masalah
yang dikaji ialah masalah yang mengandung teka-teki jawaban yang pasti).
3. Merumuskan hipotesis, jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji
(Hipotesis bersifat rasional dan logis)
4. Mengumpulkan data, menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang diajarkan.
5. Menguji hipotesis, menganalisis data dan menyajikan dalam bentuk tulisan, gmbar,
laporan, tebel, dan karya lainnya.
12
6. Menarik kesimpulan jawaban.
7. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru,
atau audiensi lainnya.
2.1.2 Minat Belajar
Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusia mencapai
tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian
atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek tersebut tidak
menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki minat atas objek tersebut. Oleh
karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa senang seseorang terhadap objek dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya minat seseorang tersebut.
Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada
bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1984:30).
Adanya suatu ketertarikan yang sifatnya tetap di dalam diri subjek atau seseorang yang sedang
mengalaminya atas suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadap bidang atau
hal tersebut, sehingga seseorang mendalaminya.
Minat adalah kesadaran seseorang,bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu
situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya (Witherington,1983:135), merupakan suatu
kesadaran yang ada pada diri seseorang tentang hubungan dirinya dengan segala sesuatu yang
ada di luar dirinya. Hal-hal yang ada di luar diri seseorang, meskipun tidak menjadi satu, tetapi
dapat berhubungan satu dengan yang lainnya karena adanya kepentingan atau kebutuhan yang
bersifat mengikat.
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan tersebut. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, motif menggunakan dan menyelidiki
dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan
terhadap dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu tersebut. Apa yang
menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
13
(Purwanto,2007:56). Minat, mampu memberikan dorongan kepada seseorang untuk berinteraksi
dengan dunia luar yang sekiranya menarik untuk diketahui, menjadikannya memiliki semangat
tinggi untuk mengetahui sesuatu yang telah menarik hatinya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan minat merupakan kecenderungan seseorang yang
berasal dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap
suatu hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan
perasaan senang.
Indikator minat ada empat, yaitu: perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa,
dan keterlibatan siswa (Safari,2003). Masing-masing indikator tersebut sebagai berikut:
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran,
maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilimu yang disenanginya. Tidak ada perasaan
terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Ketertarikan Siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada
orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri.
c. Perhatian Siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian,
dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek
tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
d. Ketrelibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan
terarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
14
Aspek minat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor (Hurlock, 1995:117). Ketiga aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak mengenai
hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Ketika seseorang melakukan suatu
aktivitas, tentu mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses suatu aktivitas
tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap suatubaktivitas yang
dilakukannya. Jumlah waktu yang dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan
yang diperoleh dari suatu aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan
terus dilakukan.
2) Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan
aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang
diminatinya. Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman pribadi,
sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung aktivitas yang diminatinya.
Seseorang Kan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan
manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari orang tua, guru,
kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang
diminatinya. Dan akan memiliki waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi
untuk melakukan suatu aktivitas yang diminatinya tersebut.
3) Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek kognitif dan
diinternalisasikan melaluin aspek afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi
terhadap suatu hal akan berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau
tindakan nyat dari keinginannya.
15
.
2.1.3 Hasil Belajar
Kegiatan proses belajar mengajar seorang guru dikatakan berhasil apabila hasil belajar
siswanya mencapai KKM. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka
perlu dilakukan evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses
belajar mengajar berlangsung. Hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk
mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi evaluasi
memberikan informasi bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan kualitas proses beljar
mengajar.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana,2011:22). Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses
pembelajaran. Penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
mengenai kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan – tujuan belajarnya melalui kegiatan
belajar. Informasi yang diperoleh guru dapat digunakan oleh guru untuk menyusun kegiatan–
kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Sri Anitah, dkk
(2007:2.19) menyatakan bahwa “Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah
dilakukan dalam belajar”. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau
perolehan tingkah laku yang baru dari siswa yang bersifat permanen, fungsional, positif, dan
disadari. Sedangkan Abdurrahman (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:14), menyatakan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan
kemampuan yang diperoleh anak dari suatu proses kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa
dalam belajar. Hasil belajar siswa dapat ditampilkan dari tingkah laku dengan memberikan
gambaran yang lebih nyata yang bertujua untuk mengukur kemajuan belajar siswa.
Hasil belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3 aspek ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Benyamin S. Bloom dalam Sagala
(2012:33-34), mengusulkan hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang disebut
16
dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pertama domain
kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri dari enam macam
kemampuan yang disusun secara hierarkis yaitu pengetahuan (kemampuan mengingat kembali
hal–hal yang telah dipelajari), pemahaman (kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu
hal), penerapan (kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi
situas –situasi baru dan nyata), analysis (kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian–
bagian sehingga struktur organisasinya dapat difahami), sintesis (kemampuan memadukan
bagian–bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti), dan penilaian (kemampuan memberikan
harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern, atau yang telah ditetapkan
terlebih dahulu). Kedua domain afektif mencakup kemampua–kemampuan emosional dalam
mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional
disusun secara hierarkis yaitu kesadaran (kemampuan untuk ingin memperhatikan sesuatu hal),
partisipasi (kemampuan untuk turut serta dalam sesuatu hal), penghayatan nilai (kemampuan
untuk menerima nilai dan terikat kepadanya), pengorganisasian nilai (kemampuan untuk
memiliki sistem nilai dalam dirinya), dan karakteristik diri (kemampuan untuk memiliki pola
hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya).
Ketiga domain psikomotor yaitu kemampuan–kemampuan motorik menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan terdiri dari gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual,
kemampuan jasmani, gerakan–gerakan terlatih dan komunikasi nondiskrsif.
Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil dari proses kegiatan belajar siswa dalam dalam mengikuti pembelajaran melalui
evaluasi untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif dengan hasil yang dinyatakan
dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
berupa diskusi, menyimak dan belajar kelompok, dan aspek psikomotor yang menunjukkan
keterampilan dan kemampuan siswa dalam bertindak pada saat mengikuti pembelajaran.
Hasil belajar digunakan oleh guru sebagai tolak ukur atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dari aktivitas pengukuran. Pengukuran pada
dasarya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan
angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan
17
seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dalam angka. Hopkins dan Antes dalam Purwanto
(2010:2) mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari obyek, orang
atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah. Perolehan angka
dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia
pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes,
lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Berdasarkan pengertian
pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar siswa digunakan dalam asesmen
pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik tes dan non tes,
antara lain :
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mrngukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. (Arikunto,Suharsimi, 2010:193). Dalam penelitian ini, tes yang
digunakan adalah tes formatif pada pertemuan kedua tiap siklusnya. Bentuk tes yang akan
digunakan yaitu uraian.
Teknik non tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Penilaian ini
juga menggunakan tekniknon tes yang berupa angket atau kusioner. Pertanyaan tentang sikap
atau keaktifan meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap
suatu objek, atau satu kebijakan. Kata–kata yang digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan
arah perasaan seseorang, menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk,
dingini-tidak diingini. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketrcapaian tujuan pembelajaran
yaitu instrumen.
Instrument sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, artinya instrumen
ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka perlu digunakan
kisi–kisi untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Membuat kisi–kisi yang mencanangkan
tentang perincian SK/KD dan indikator. Jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur
setiap indikator yang bersangkutan. Indikator dalam kisi–kisi merupakan pedoman dalam
merumuskan soal yang akan dibuat. Kisi–kisi adalah format pemetaan soal yang
18
menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan
kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu Penyusunan kisi–kisi ini
dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau menulis soal menjadi perangkat tes. Format kisi–
kisi soal berisi antara lain identitas sekolah, Kompetensi Dasar, Indikator, proses berfikir, jumlah
butir soal, pertanyaan atau pernyataan dan skala. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan hasil
belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes
formatif.
2.1.4 Pembelajaran IPS
Karakteristik pembelajaran IPS siswa mempelajari tentang interaksi dengan lingkungan
sosial, maslah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Proses mempelajari
interaksi dengan lingkungan sosial ini, yaitu bagaimana guru memberi pengetahuan, bagaimana
bersikap terhadap benda-benda disekitarnya, dengan manusia lain, masyarakat, alam sekitar
dengan Tuhannya. Dalam pembelajaran IPS, siswa dituntut aktivitas belajar tinggi. Muljiono Tj
(1980:8) memberi batasan, IPS sebagai pendekatan interdisiplines (interdisiplinenary approach)
dari pembelajaran ilmu–ilmu sosial.
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi,
Antropologi Budaya, Psikologi Sosial, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan sebagainya.
Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1994:4), bahwa IPS merupakan hasil kombinasi
atau hasil perpaduan dari Sejarah mata pelajaran seperti Geografi, Ekonomi, Sejarah,
Antropologi, dan Politik.
Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu paduan menjadi
satu bidang studi yaitu ilmu pengetahuan sosial. IPS adalah program studi yang
mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu seperti Sejarah, Geografi, Ekonomi,
Sosial, Antropologi, Ilmu Ilmu Politik, dan Psikologi Sosial untuk menjadikan siswa menjadi
warga Negara yang baik. Alasan mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah sebagai berikut :
1. Agar siswa dapat mensistematiskan bahan, informasi atau kemampuan yang telah dimiliki
menjadi lebih bermakna.
19
2. Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional
atau bertanggung jawab.
3. Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan dilingkungan sendiri dan antara
manusia.
4. Agar siswa dapat memahami kemampuan alam dan keragaman suku bangsa dilingkungan
Kabupaten, Kota dan Provinsi.
5. Agar siswa dapat menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya
untu kegiatan ekonomi dilingkungan.
a.
Ruang Lingkup IPS di SD
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala
dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada Geografi dan Sejarah. Terutama gejala dan
masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Ruang
lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek–aspek sebagai berikut (KTSP Standar Isi 2006)
1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan.
2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.
3) Sistem Sosial dan Budaya.
4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
b. Tujuan Pelajaran IPS di SD
Tujuan pembelajaran IPS (Pusat Kurikulum,2006:7) adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut
(KTSP Standar Isi 2006).
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan.
20
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi :
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan
Kabupaten / Kota dan provinsi.
Kompetensi Dasar :
Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di
daerahnya.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Apriliani Titik (2012). Upaya Penggunaan Pendekatan Inkuiri untuk
Meningkatkan Keterampilan Mendeskripsi Secara Tertulis Tema Hewan dan Tumbuhan Siswa
Kelas II SDN 1 Muncar Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun
2011/2012. Dalam hasil penelitiannya terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari setiap
siklus. Peningkatan keterampilan mendeskripsi secara tertulis tema hewan dan tumbuhan siswa
kelas II dapat dilihat melalui peningkatan ketuntasan belajar dengan KKM yaitu ≥ 70, yakni dari
18,92% pada pra siklus, meningkat menjadi 81,08 % pada siklus 1 dan 97,30% pada siklus 2.
Terjadi peningkatan rata-rata kelas dari 55,03 pada pra siklus, meningkat menjadi 76,68 pada
siklus 1 dan menjadi 84,33% pada siklus 2. Peningkatan skor minimal dari 32 pada pra siklus,
menjadi 62 pada siklus 1, dan menjadi 69 pada siklus 2. Peningkatan skor maksimal dari 76 pada
pra siklus, menjadi 88 pada siklus I, dan menjadi 92 pada siklus II. Kelebihan yang dicapai dari
penelitian ini adalah siswa mampu mendeskripsikan tema hewan dan tumbuhan dengan berfikir
kritis, guru juga bisa menjadi fasilitator yang baik bagi siswa karena siswa yang bingung
21
mendeskripsikan hewan dan tumbuhan dibimbing secara penuh sehingga siswa berhasil dan
tuntas kkm. Sedangkan kelemahannya pada siswa yang memiliki kemampuan membaca dan
berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi. Penelitian ini akan
mengatasi masalah tersebut.
Penelitian oleh Siti Maimunah (2012). Penggunaan Pendekatan Inkuiri untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Afektif dan Kognitif Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD Negeri
Bansari Semester 2 Tahun Ajaran 2011 / 2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi
peningkatan hasil dan keaktifan belajar siswa yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan
yaitu 71. Pada kondisi awal pra siklus, hasil dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam
kategori rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 66,78, sedangkan pada pembelajaran
siklus I, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat kekategori tinggi yang ditunjukkan dengan
rata-rata nilai 81,99 dengan pencapaian ketuntasan belajar sebanyak 85,19 %. Selanjutnya pada
siklus II, terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata
84,73 dengan pencapaian ketuntasan 100%. Kelebihan dalam penelitian ini adalah sejak siklus I
guru sudah dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Sedangkan
kelemahannya pada siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi. Penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut.
Penelian oleh Wahyuningsig Setyo (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Tentang Energi Panas dan Energi Bunyi Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Siswa Kelas 4 di SD
Negeri Balong Jepon Blora Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada KD mendeskripsikan energi panas
dan energi bunyi di lingkungan sekitar beserta sifat-sifatnya setelah menggunakan pendekatan
inkuiri. Hal ini nampak pada perbandingan skor rata-rata pada skor prasiklus, skor siklus I dan
skor siklus II yaitu 73,36:90:94 yang berarti adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus I yaitu
sebesar 23,28% dan dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 27,29%. Adapun
perbandingan ketuntasan klasikal dari kondisi prasiklus, siklus I dan siklus II yaitu
39,28%:71,42%:92,86% yang berarti adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus I yaitu sebesar
32,14% dan dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 53,58%. Perbandingan standar
deviasi dari prasiklus, siklus I dan siklus II adalah 8,05 : 4,41 : 4,26. Perbandingan skor minimal
dari prasiklus, siklus I dan siklus II yaitu 62:80:82. Perbandingan skor maksimal dari prasiklus,
22
siklus I dan siklus II yaitu 90:95:98. Kelebihan dari penelitian ini adalah pemerataan penguasaan
materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat karena kemampuan siswa yang sudah
terbiasa belajar dalam kelompok dan siswa mampu mengambil kesimpulan materi secara tepat.
Kelemahannya siswa yang aktif lebih mendominasi diskusi pada saat merumuskan hipotesis
serta mengambil kesimpulan. Selain itu siswa yang aktif cenderung mengontrol jalannya diskusi.
Penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut.
2.3 Kerangka Berfikir
Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang berpusat
pada guru. Guru menggunakan metode konvensinal dalam pembelajaran. Dimana guru
mendominasi proses belajar mengajar dengan ceramah dan langsung penugasan. Respon siswa
terhadap pembelajaran yang dilakukan guru adalah diam, mendengarkan, bermain sendiri, dan
mengantuk sehingga siswa cenderung untuk pasif dan hanya mendengarkan, penjelasan guru.
Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara
optimal, sehingga skor yang diperoleh tidak tuntas.
Penelitian ini menerapkan pendekatan inkuiri untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah,
tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya pendekatan inkuiri. Pada saat melakukan refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat
rancangan yang direvisi untuk dilaksanakaan pada siklus berikutnya.Observasi dibagi dalam dua
putaran, yaitu putaran 1 dan 2, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di
akhir masing putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.
23
Penggunaan pendekatan inkuiri ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan
minat belajar siswa. Penilaian yang dilakukan bukan hanya mengukur intelektual saja, namun
juga penilaian proses belajar melalui lembar observasi yang diisi oleh guru dan angket yang diisi
oleh siswa. Penilaian proses diperoleh dari penilaian minat siswa dalam mengikuti pembelajaran
yang dilakukan guru. Agar tujuan dari penelitian tercapai perlu dilakukan dengan pemantapan
tindakan yaitu mengulang kembali pendekatan inkuiri dengan kompetensi dasar yang sama
sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai lebih meningkat. Penjelasan rinci dalam
gambar mengenai hubungan antara hasil belajar IPS dan minat belajar dengan pendekatan
inkuiri, sebagai berikut:
Pembelajaran Konvensional
Proses Belajar Mengajar IPS
Metode: Ceramah dan bersifat
teaccer center.
Penilaian: Tes formatif
Hasil Belajar Siswa Rendah:
Siswa:
di bawah KKM 70
Diam Mendengarkna,
Bermain Sendiri, Mengantuk,
Bosan, Tidak
Memperhatikan.
Pendekatan Inkuiri
Hasil belajar IPS dan minat
belajar siswa meningkat
Gambar 2.1
24
Kerangka Berpikir Penggunaan Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Minat Siswa
2.4 Hipotesis Tindakan
Dari refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pikir masalah maka
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
a.
Dengan penerapan pendekatan inkuiri diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas 4 SDN Ringin Harjo 01 Semester II Tahun 2013/2014.
b.
Dengan penerapan pendekatan inkuiri diduga dapat meningkatkan minat belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas 4 SDN Ringin Harjo 01 Semester II Tahun 2013/2014.
Download