berbasis eksperimen untuk meningkatkan minat

advertisement
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI)
BERBASIS EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI-IPA 3 SMA NEGERI 1 PULUNG
PONOROGO
Nila Oktamia1, Wartono2, Bambang Tahan Sungkowo3
JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang
1
Mahasiswa FisikaUniversitasNegeri Malang
2
DosenFisikaUniversitasNegeri Malang
3
DosenFisikaUniversitasNegeri Malang
Email : [email protected]
ABSTRAK: Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, minat belajar dan pemahaman
konsep fisika siswa cukup rendah dan perlu ditingkatkan. Kondisi siswa cenderung pasif
karena minat siswa untuk belajar fisika kurang. Hal tersebut disebabkan oleh pemikiran siswa
yang menganggap bahwa fisika merupakan pelajaraan yang sulit, karena hanya menghafal
rumus-rumus dan mengerjakan perhitungan yang rumit. Pemahaman konsep lebih mudah
diterima siswa, jika siswa melakukan sendiri melalui eksperimen. Metode eksperimen akan
membuat siswa lebih paham dan akan selalu ingat, karena siswa melakukan sendiri kegiatan
itu.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian berlangsung dalam dua siklus
pada kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 1 Pulung, Ponorogo yang berjumlah 34 siswa. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan catatan lapangan, lembar observasi, dan tes. Analisis
data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, berupa kata-kata atau kalimat dan kuantitatif,
berupa angka.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan terjadi
peningkatan keterlaksanaan model pembelajaran GI. Persentase minat belajar fisika siswa
juga meningkat pada siklus I dan II sebesar 69,93% dan 91,67%. Rata-rata nilai tes
pemahaman konsep fisika siswa sebelum diterapkan model pembelajaran GI adalah 56,08
dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 23,52%. Berdasarkan analisis pemahaman konsep
siswa pada siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 47,06%. Nilai rata-rata tes
pemahaman konsep siswa pada siklus I adalah 70,12. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman konsep fisika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran GI.
Pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 73,52%. Nilai rata-rata tes
pemahaman konsep siswa pada siklus II adalah 81,47. Berdasarkan data tersebut diketahui
bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar dan nilai rata-rata tes pemahaman konsep siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan minat
belajar dan pemahaman konsep fisika siswa.
Kata Kunci: model GI, metode eksperimen, minat belajar siswa, pemahaman konsep fisika
2
Guru memiliki peran yang besar dalam kemajuan kualitas pendidikan
siswanya. Guru bertindak sebagai sutradara dan pelaksana utama, yaitu membuat
rencana pembelajaran, evaluasi, serta memilih metode dan model yang sesuai untuk
siswa dan materi yang akan dipelajari. Sekarang guru dituntut sebagai fasilitator
dalam proses belajar mengajar, yaitu menyediakan kondisi yang kondusif bagi siswa,
dengan siswa harus mengalami sendiri dari pengetahuan yang diterimanya agar siswa
dapat memahami dengan baik apa yang mereka peroleh. Jadi belajar yang efektif
harus dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kondisi siswa cenderung pasif
karena minat siswa untuk belajar fisika kurang. Hal tersebut disebabkan oleh
pemikiran siswa yang menganggap bahwa fisika merupakan pelajaraan yang sulit.
Siswa merasa fisika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan bahkan
menyeramkan, karena hanya menghafal rumus-rumus dan mengerjakan perhitungan
yang rumit. Minat siswa belajar fisika yang rendah mengakibatkan pemahaman siswa
terhadap konsep fisika juga rendah. Setiap diadakan tes, hanya beberapa siswa yang
memenuhi
Kriteria
Ketuntasan
Minimum
(KKM)
yang
ditetapkan
oleh
sekolah,sedangkan KKM yang ditentukan adalah 75.
Model yang mampu meningkatkan minat belajar fisika dan pemahaman
konsep siswa adalah model pembelajaran Group Investigation (GI). Menurut
Sumarmi (2012) model GI adalah penyelidikan yang dilakukan secara berkelompok,
yakni siswa secara berkelompok melakukan penyelidikan dengan aktif, sehingga
memungkinkan menemukan prinsip. Model GI merupakan pembelajaran kooperatif
yang melibatkan kelompok kecil. Siswa menggunakan (perencanaan dan diskusi
kelompok), kemudian mempresentasikan penemuan mereka di kelas. Model ini
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, menekankan pengalaman
belajar di lapangan secara aktif dan kooperatif.
Slavin (dalam Doantarayasa:2008) mengemukakan tahapan-tahapan dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif model GI adalah tahap pengelompokan
(grouping), tahap perencanaan (planning), tahap penyelidikan (investigation), tahap
3
pengorganisasian (organizing), tahap presentasi (presenting), dan tahap evaluasi
(evaluating).
Pada akhirnya siswa akan lebih termotivasi untuk menemukan masalah dan
pemecahannya sendiri. Menurut Handayanto (2003:3), salah satu faktor penting untuk
membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilkan prestasi
belajar siswa yang tinggi adalah melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran fisika. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan
alat atau berlatih menggunakan obyek kongkrit sebagai bagian dari pelajaran.
Pengalaman atau mengalami sendiri dalam pelajaran fisika tertuang dalam kegiatan
praktikum.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003:180). Seseorang yang memiliki
minat terhadap aktivitas tertentu, maka orang tersebut akan selalu melakukan
aktivitas tersebut sampai tujuannya tercapai. Minat yang besar memberikan motivasi
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa minat adalah suatu
keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai
dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari. Dengan melakukan suatu
kegiatan, seseorang berharap untuk mendapatkan sesuatu dari kegiatan tersebut,
sehingga nantinya akan memberikan kepuasan karena telah melakukan aktivitas
tertentu.
Menurut struktur kognitif yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom
(dalam Bayong, 2012:20) salah satu aspek pada ranah kognitif adalah pemahaman
(understanding). Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam domain
kognitif yang terutama berkenaan dengan pengetahuan, pengertian, dan penerapan
seperti yang dikemukakan dalam taksonomi Bloom. Menurut Bloom pemahaman
adalah kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang mempunyai indikator
individu dapat menjelaskan atau mendefinisikan suatu unit informasi dengan katakata sendiri. Dari pernyataan ini, siswa dituntut tidak sebatas mengingat kembali
pelajaran, namun lebih dari itu siswa mampu mendefinisikan. Hal itu menunjukkan
4
siswa telah memahami materi pelajaran walau dalam bentuk susunan kalimat berbeda
tetapi kandungan makna tidak berubah. Penguasaan konsep siswa dapat dilihat dari
kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pengukuran
untuk pemahaman konsep dari penelitian ini melalui tes setelah dilakukan kegiatan
pembelajaran.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran di kelas, atau
memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang dilakukan beberapa siklus. Upaya
perbaikan yang dilakukan dengan melaksanakan tindakan yang dimaksudkan untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan belajar mengajar sehari-hari di kelas.
Ciri-ciri penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning),
tindakan (action), pengamatan (observasi) dan refleksi (reflection). Ciri terpenting dalam
penelitian ini adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya untuk memecahkan
masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya (Arikunto,2006).
Subyek penelitian adalah siswa kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 1 Pulung tahun
ajaran 2014/2015. Kelas tersebut terdiri dari 34 siswa. Penelitian ini dilakukan
sebanyak dua siklus dengan dua kali pertemuan tiap siklusnya. Alur dari pelaksanaan
PTK adalah sebagai berikut: Pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih
dahulu peneliti harus merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan
dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu
dilakukan. Ketiga, bersama dengan dilaksanakannya tindakan, proses pelaksanaan
tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya diamati oleh peneliti. Keempat,
berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atau
tindakan yang telah dilakukan jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan
perbaikan atas tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa
yang telah diperbuat sebelumnya.
5
HASIL
Hasil observasi selama pelaksanaan siklus I dilakukan oleh tiga observer dari
teman sejawat. Hasil penelitian tersebut mencangkup tindakan guru selama proses
pembelajaran fisika, pemahaman konsep siswa dan minat belajar siswa.
1) Keterlaksanaan model pembelajaran GI pada siklus I sebesar 82,75%, data
tersebut termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1
Table 4.1 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Group Investigation Siklus I
No
Tahap
Nilai (%)
1
Grouping
86,11
2
Planning
75
3
Investigation
83,33
4
Organizing
79,17
5
Presenting
89,58
6
Evaluating
83,33
Keterlaksanaan Model Pembelajaran
82,75
2) Persentase minat belajar fisika siswa pada siklus I sebesar 69,93%, ini
menunjukkan bahwa minat belajar fisika siswa dalam kategori baik. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Minat Belajar Fisika Siswa Siklus I
No
Aspek yang dinilai
Nilai (%)
1
Kehadiran saat proses belajar mengajar
83,33
2
Kelengkapan alat- alat sumber belajar
66,67
3
Keaktifan ketika praktikum
68,62
4
Kerjasama dalam kelompok
71,57
5
Keaktifan dalam diskusi
66,67
6
Keaktifan dlm mengajukan atau menjawab
pertanyaan
62,74
Rata-rata
69,93
6
3) Nilai rata-rata tes siswa pada siklus I sebesar 70,12. Jumlah siswa yang tuntas
belajar adalah 16 siswa dari 34 siswa, dengan presentase sebesar 47,06%.
Berdasarkan tabel 3.3 halaman 26, data ini menunjukkan bahwa pemahaman
konsep fisika siswa dalam kategori tinggi, tetapi masih perlu ditingkatkan.
Hasil observasi selama pelaksanaan siklus II dilakukan oleh tiga observer
dari teman sejawat. Hasil guru tersebut mencangkup tindakan guru selama proses
pembelajaran fisika, pemahaman konsep siswa dan minat belajar siswa.
1) Keterlaksanaan model pembelajaran GI pada siklus II sebesar 91,53%, data
tersebut termasuk kategori sangat baik. Guru berusaha memperbaiki kekurangan
yang terdeteksi pada pelaksanaan siklus I, sehingga pelaksanaan siklus II lebih
baik daripada siklus I. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Group Investigation Siklus II
No
Tahap
Nilai (%)
1
Grouping
91,67
2
Planning
88,89
3
Investigation
93,75
4
Organizing
86,11
5
Presenting
93,75
6
Evaluating
95
Keterlaksanaan Model Pembelajaran
91,53
2) Persentase minat belajar fisika siswa pada siklus II sebesar 91,67%, ini
menunjukkan bahwa minat belajar fisika siswa dalam kategori sangat baik. Nilai
minat belajar fisika siswa pada siklus II mengalami peningkatan daripada siklus
I. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5
7
Tabel 4.5 Minat Belajar Fisika Siswa Siklus II
No
Aspek yang dinilai
Nilai (%)
1
Kehadiran saat proses belajar mengajar
98,03
2
Kelengkapan alat- alat sumber belajar
90,20
3
Keaktifan ketika praktikum
91,18
4
Kerjasama dalam kelompok
92,16
5
Keaktifan dalam diskusi
91,18
6
Keaktifan dlm mengajukan atau menjawab
pertanyaan
87,25
Rata-rata
91,67
3) Nilai rata-rata tes siswa pada siklus II sebesar 81,47. Jumlah siswa yang tuntas
belajar adalah 25 siswa dari 34 siswa, dengan persentase sebesar 73,52%.
Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dari
siklus I ke siklus II.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama proses pelaksanaan
tindakan diperoleh data keterlaksanaan model pembelajaran GI pada siklus I sebesar
82,75% dan pada siklus II sebesar 91,53%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui
bahwa setiap tahap model pembelajaran GI mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Peningkatan ini merupakan hasil refleksi yang dilakukan oleh guru dan
observer selama tindakan berlangsung. Selama proses siklus I berlangsung terdapat
kekurangan-kekurangan, karena itu guru berusaha memperbaiki pada siklus II. Selain
kekurangan, pada siklus I juga terdapat kelebihan yang tetap dipertahankan di siklus
II.
Persentase keterlaksanaan model pembelajaran GI pada tahap grouping untuk
siklus I adalah 86,11% dan siklus II sebesar 91,67%. Tahap planning untuk siklus I
persentasenya sebesar 75% dan untuk siklus II sebesar 88,89%. Pada tahap
investigation untuk siklus I sebesar83,88% dan untuk siklus II sebesar93,75%. Tahap
8
organizing untuk siklus I sebesar 79,17% dan untuk siklus II sebesar 86,11%. Pada
tahap presenting untuk siklus I sebesar 89,58% dan untuk siklus II sebesar 93,75%.
Selanjutnya pada tahap evaluating untuk siklus I sebesar 83,33% dan untuk siklus II
sebesar 95%. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa semua tahap mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Minat belajar fisika siswa diukur selama proses belajar mengajar berlangsung.
Aspek minat yang diukur antara lain kehadiran saat proses belajar mengajar,
kelengkapan alat-alat sumber belajar, keaktifan ketika praktikum, kerjasama dalam
kelompok, keaktifan dalam diskusi, dan keaktifan dalam mengajukan atau menjawab
pertanyaan. Persentase minat belajar fisika siswa pada siklus I dan II sebesar 69,93%
dan 91,67%. Berdasarkan persentase tersebut dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan minat belajar fisika siswa. Faktor penting untuk dapat membuat
pembelajaran fisika lebih menarik adalah dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
mengamati, mengoperasikan alat, berlatih menggunakan objek konkrit sebagai bagian
dari pelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran GI dapat
meningkatkan minat belajar fisika siswa. Dari keenam aspek minat tersebut, maka
akan dijabarkan sebagai berikut.
Pemahaman konsep yang meningkat merupakan salah satu tujuan yang ingin
dicapai dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa.
Sebelum diterapkan model pembelajaran GI, pemahaman konsep siswa terhadap
fisika masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata tes siswa yang masih
rendah, karena siswa terbiasa mengerjakan soal dengan menghafal rumus atau contoh
soal sehingga ketika diberi soal dengan tipe yang berbeda siswa mengalami kesulitan.
Rata-rata nilai tes pemahaman konsep fisika siswa sebelum diterapkan model
pembelajaran GI adalah 56,08 dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 23,52%.
Jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 siswa dari 34 siswa. Berdasarkan
analisis pemahaman konsep siswa pada siklus I, dapat diketahui bahwa jumlah siswa
yang tuntas belajar sebanyak 16 siswa dari 34 siswa, dengan persentase ketuntasan
belajar siswa sebesar 47,06%. Nilai rata-rata tes pemahaman konsep siswa pada
9
siklus I adalah 70,12. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep
fisika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran GI. Pada siklus II jumlah
siswa yang tuntas belajar sebanyak 25 siswa dari 34 siswa dengan persentase
ketuntasan belajar siswa sebesar 73,52%. Nilai rata-rata tes pemahaman konsep siswa
pada siklus II adalah 81,47. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi
peningkatan ketuntasa belajar dan nilai rata-rata tes pemahaman konsep siswa. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan tentang model pembelajaran GI
dengan metode eksperimen, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
GI berbasis eksperimen dapat meningkatkan minat belajar dan pemahaman konsep
fisika siswa di kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 1 Pulung Ponorogo.
Saran
Bagi guru SMA Negeri 1 Pulung Ponorogo, disarankan menggunakan model
pembelajaran GI berbasis eksperimen karena terbukti dapat meningkatkan minat
belajar dan pemahaman konsep fisika siswa. Guru juga dapat menggunakan model
pembelajaran GI berbasis eksperimen untuk materi yang lain. Guru disarankan lebih
membimbing dan memotivasi siswa saat praktikum dan diskusi berjalan. Guru
hendaknya dapat membuat siswa lebih aktif, sehingga pembelajaran di kelas tidak
hanya didominasi oleh guru saja.
Bagi guru SMA kelas XI-IPA dengan kondisi siswa yang sama dengan kelas
XI-IPA 3 SMA Negeri 1 Pulung Ponorogo, dapat menggunakan model pembelajaran
GI berbasis eksperimen pada pelajaran fisika untuk materi yang lain. Waktu
penggunaan model pembelajaran GI lebih diperpanjang agar siswa terbiasa dengan
model pembelajaran GI.
10
Bagi siswa, lebih giat dan rajin belajar. Siswa harus terbiasa mengungkapkan
pendapatnya di depan guru dan teman, karena hal tersebut akan melatih keberanian
dan kepercayaan diri. Siswa harus memahami praktikum yang telah dilakukan agar
dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Apabila dilakukan penelitian
selanjutnya, sebaiknya menggunakan model pembelajaran GI dengan metode
eksperimen kepada subyek yang berbeda atau dapat digunakan untuk mata pelajaran
yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Doantarayasa. 2008. Pembelajaran kooperatif tipe group investigation. (online)
(http://ipotes.wordpress.com/2008/04/28/pembelajaran-kooperatif-tipegroup-investigation-gi/feed/. Diakses 10 Oktober 2013
Handayanto, S.K. 2003.Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor- faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarmi. 2012. Model- model Pembelajaran. Malang: Aditya Media Publishing.
Tyasyono,Bayong. 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Advanced Organizer Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Fisika. Tesis tidak diterbitkan.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Download