BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan saat ini sangat penting dan butuhkan. Dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 dinyatakan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan memberntuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pendidikan bukan hanya belajar untuk mendapat ilmu pengetahuan saja melainkan untuk mendapat keterampilan juga. Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku itu mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, kemampuan berpikir, penghargaan terhadap sesuatu, minat dan sebagainya. Setiap perilaku ada yang nampak bisa diamati, ada pula tidak bisa diamati. Perilaku yang dapat diamati disebut penampilan atau behavioral performance. Penampilan ini dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu, atau melakukan suatu perbuatan. Dengan kata lain melalui penampilan dapat mengidentifikasikan hasil belajar. Namun demikian, individu dapat dikatakan telah menjalani proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan perilaku (Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed. dalam De Cecco & Crawford, 1977:178). Dalam pembelajaran, perilaku yang melibatkan keterampilan dapat juga terlihat dalam pembelajaran yang kreatif. Kreatifitas dapat dipandang sebagai sebuah bentuk intelijensi. Kreatifitas merupakan sebuah komponen penting dan memang perlu. Tanpa 1 2 kreatifitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit (Florence Beetlestone, 2011:28). Aspek kreatif otak dapat membantu menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep abstrak, sehingga memungkinkan anak untuk mencapai penguasaan yang lebih besar, khususnya dalam mata pelajaran sains seperti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan proses dan sikap ilmiah seperti dengan menyalurkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA. Mata pelajaran IPA berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, Pendidikan IPA II). Permasalahan yang sering sekali muncul pada saat proses pembelajaran adalah siswa yang kurang kreatif yang disebabkan oleh siswa tidak mandiri dalam belajar dikarenakan kurang tepatnya metode yang digunakan oleh guru SD Negeri Sidorejo Lor 06 terutama pada mata pelajaran IPA. Jika melihat materi dari mata pelajaran IPA itu sendiri, hampir semua materi dapat disampaikan dengan melibatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran. Dimana banyak sekali materi dari IPA itu sendiri yang dalam pembelajarannya memerlukan kegiatan secara non teori yaitu secara langsung melalui penemuan dan pemecahan masalah sehingga siswa tidak hanya tahu materi pembelajaran secara teori saja yang diberikan oleh guru tetapi juga melalui pengalaman siswa. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas 4 terutama yang mengajarkan mata pelajaran IPA, peneliti diperoleh bukan hanya kreatifitas siswa yang masih kurang tetapi diperoleh juga data bahwa siswa kelas 4 dengan jumlah siswa 22 siswa yaitu 10 orang perempuan dan 12 orang laki- 3 laki. Dari ke-22 siswa tersebut ada sekitar 50% siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau nilainya dibawah dari 70 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi, tetapi sebagian besar hasil belajar siswa masih yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk melihat sejauh mana kreatifitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Dimana Penggunaan group investigation (GI) siswa diharapkan mampu untuk mencari informasi secara mandiri tidak lagi berpusat pada guru yang banyak memberikan informasi melalui teori. Selain itu, dalam penggunaan Group Investugation (GI) juga dilakukan kegiatan non teori dengan penelitian dan pecobaan secara berkelompok untuk mencari informasi secara mandiri dimana siswa dapat saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman sehingga dapat merespon masalah yang diberikan oleh guru dan bagaimana cara memecahkan masalah tersebut dalam mencapai tujuan dari pembelajaran, sehingga diharapkan oleh peneliti dapat meningkatkan tingkat kreatifitas siswa dan hasil belajar siswa. Selain itu juga diharapkan agar suasana dalam belajar dapat terlihat lebih menarik, tidak membosankan dan menantang siswa untuk berpikir kritis. Adapun alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) karena model ini menekankan pada kreatifitas siswa dalam menemukankan dan melakukan pemecahan masalah dalam pembelajaran. 4 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui dalam pengaruh hasil belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. 1) Masih ada guru yang belum menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPA, sehingga membuat siswa kurang mandiri dalam belajar. 2) Masih kurangnya tingkat kreatifitas yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pembelajaran. 1.3. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti membatasi pada upaya peningkatan kreativitas dan hasil belajar IPA kelas 4 materi energi panas dan energi bunyi di SDN Sidorejo Lor 06 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). 1.4. Rumusan Masalah dan Rumusan Pemecahan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa pertanyaan yang merujuk pada perumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah penelitian adalah: “Apakah kurangnya kreatifitas dan hasil belajar IPA kelas 4 dikarenakan kurang tepatnya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yang digunakan?”. Untuk memecahkan masalah tersebut peneliti mengusulkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Adapaun rumusan pemecahan masalah di sebagai berikut: “ Apakah penggunan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar IPA kelas 4 SDN Sidorejo Lor 06 semester II tahun pelajaran 2013/2014?”. 5 1.5. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini: 1. Untuk mendiskripsikan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan kreatifitas belajar IPA kelas 4 SDN Sidorejo Lor 06 semester IItahun pelajaran 2013/2014. 2. Untuk mendiskripsikan seberapa jauh penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPA kelas 4 SDN Sidorejo Lor 06 semester II tahun pelajaran 2013/2014. 1.6. Manfaat Penelitian Dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Sekolah 1) Dapat menambah literature hasil penelitian, dalam memperkaya perpustakaan sekolah. 2) Dapat dijadikan dasar pembinaan bagi para guru dalam menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. 2. Guru 1) Sebagai fasilitator atau konsultan dalam proses belajar sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. 2) Memiliki kemampuan menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk dapat membuat proses belajar berjalan baik dengan membuat siswa kreatif. 3. Siswa 1) Mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. 2) Siswa memiliki kemampuan yang baik saat berkomunikasi untuk menemukan pemecahan masalah dalam kelompok. 3) Meningkatkan perilaku dan mengembangkan sikap ilmiah. 4) Meningkatkan hasil belajar peserta didik.