1 Desain Toko Fisik Berdasarkan Toko Online: Studi Kasus Toko Kue M dan P Di Jakarta Anindita Rahmadhanisa, Enira Arvanda 1. 2. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Bisnis dan usaha yang dimulai dengan basis media digital saat ini lebih mudah dilakukan sehingga membuat toko online semakin marak hadir sebagai alternatif dari toko fisik (physical store). Saat ini banyak toko online yang sukses kemudian membuka toko fisik. Desain dan pengalaman ruang berbelanja menjadi bagian penting dari pembentukan brand image pada konsumen. Sehingga, desain toko fisik yang hadir dari konsep toko online menjadi penting agar brand experience yang diterima di oleh masyarakat dapat koheren. Kemudian muncul pertanyaan, apakah bentuk toko fisik yang hadir dari konsep toko online yang memiliki basis visual dapat memiliki pengalaman ruang berbelanja yang sama dengan toko fisik? Pembahasan tulisan ini dilakukan menggunakan studi literatur dan studi kasus terhadap elemen desain yang membentuk ruang virtual dan ruang nyata. Hasil penelitian ditemukan bahwa koherensi pengalaman ruang yang muncul pada toko fisik dalam studi kasus Toko Kue M dan P tidak hanya terbentuk dari elemen ruang virtual pada toko online, tetapi juga berdasarkan identitas yang dibentuk oleh brand Toko Kue M dan P. Kata kunci : koherensi, brand experience, pengalaman ruang, toko online, ruang ritel, food and beverage. Physical Store Design Based On Online Store: Case Study Cake Shop M and P in Jakarta Abstract Nowadays, advancement of technology made it easier for starting a business, that makes online store become popular as an alternative from physical store. After the success of their online store, many would open physical brick and mortar store to establish their market.. The design and experience of shopping space becomes an important part of creating brand image on consumers. Thus, the present design of the physical store from online store become an important concept that the brand experience is received in the community can be coherent. Then the question is, whether the form of physical store of the concept of online stores that have a visual base can have the same experience of shopping space with a regular store? Discussion of this paper is using a literature study and a case study of design elements that made the virtual and real space. Findings show, the coherence of space experience that appears at the physical store in case studies Cake Shop M and Cake Shop P are not only formed by elements of the virtual space on the online store, but also based on the brand identity created by Cake Shop M and Cake Shop P itself. Key words: coherence, brand experience, space experience, online store, retail, food and beverage. Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 2 Pendahuluan Memulai sebuah usaha pada era digital seperti sekarang menjadi lebih mudah. Berbagai macam media elektronik dan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram dan lain – lain semakin memudahkan para produsen untuk meraih konsumen dari berbagai kalangan. Promosi yang dilakukan melalui sebuah tweet atau status di media sosial kini dapat menghasilkan uang. Maraknya bisnis secara online ini tidak hanya menarik konsumen, tetapi juga memancing para wirausaha muda yang kreatif untuk memasarkan produknya melalui media sosial. Sehingga saat ini bisnis secara online menjadi marak dilakukan karena proses penjualan yang tidak lagi membutuhkan sebuah tempat berjualan seperti pada umumnya. Produk online yang laris diperjualbelikan antara lain, pakaian, aksesoris, barang elektronik, dan juga makanan. Diantara berbagai produk online yang dijual, produk makanan selalu memiliki tempat tersendiri pada konsumen online. Makanan yang dijual secara online antara lain cupcake, cake, puding, sushi, hingga jajanan sehari – hari yang sebenarnya dapat ditemui di sekitar kita. Beberapa dari produk makanan ini membutuhkan perlakuan khusus terkait dengan bentuk dan dekorasi dari produk, sehingga perlu menggunakan proses pengantaran. Produk – produk makanan tersebut ditampilkan secara visual pada media elektronik. Foto produk yang ditampilkan di laman media elektronik tersebut menjadi alat utama untuk menarik konsumen yang berasal dari berbagai segmen. Selain foto, layout dan konten lain pada laman media elektronik seperti warna, grafis, dan animasi juga menjadi penting, karena elemen – elemen tersebut ikut mendukung pembentukan brand yang terlihat pada konsumen. Konsistensi brand tersebut diharapkan tidak hanya muncul di media elektronik, tetapi juga dapat dirasakan ketika ritel virtual tersebut hadir secara fisik. Melihat reaksi konsumen terhadap produk yang dijual secara online semakin besar, para produsen tersebut kemudian memulai usahanya dalam bentuk toko fisik. Bentuk ritel fisik yang hadir dari konsep toko online menjadi penting agar image brand terlihat sama dengan yang ada pada toko online. Elemen desain yang dimiliki oleh toko online maupun toko fisik pada dasarnya sama yaitu memberikan efek pada penginderaan manusia. Manusia memiliki berbagai indera yang bekerja ketika melakukan suatu kegiatan. Indera yang terstimulasi kemudian memberikan sebuah persepsi mengenai apa yang kita lihat atau lakukan. Toko online lebih mendominasi secara indera visual, sedangkan toko fisik dapat menghadirkan berbagai sensasi secara visual, suara, penciuman, dan juga peraba. Perbedaan Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 3 media translasi desain pada virtual maupun toko fisik akan mempengaruhi konsumen dalam hal brand experience. Pada beberapa brand makanan, informasi visual produk maupun karakterisitik brand yang sudah ada dalam bentuk online kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk toko fisik melalui desain. Desain memberikan stimulan terhadap indera tubuh manusia, baik secara penciuman, penglihatan, pendengaran, perasa, dan peraba. Sehingga kelesarasan desain pada kedua media penjualan tersebut akan memberikan persepsi yang sama sehingga menghasilkan brand experience yang koheren. Studi Literatur Brand experience merupakan sebuah konsep gabungan dari sensasi, perasaan, kesadaran, dan respon perilaku yang ditimbulkan dari stimulasi hal – hal yang membentuk sebuah brand, salah satunya berupa desain, identitas, kemasan, komunikasi, dan lingkungan. Sebuah brand menggambarkan identitas dan produk dari sebuah perusahaan/ usaha. Brand experience mempengaruhi kepuasan dan kesetiaan konsumen melalui identitas brand tersebut. (J.Jos̆ko Brakus, 2009). Pembentukan sebuah brand tidak lepas dari peran produsen, sebagai pencipta identitas, dan konsumen, sebagai yang menggunakan/ menerima produk. Brand image dan brand identity merupakan kedua hal yang berbeda, namun sering kali dianggap sama. Brand identity dibuat oleh perusahaan sedangkan brand image oleh konsumen(Indraswari, 2007). Identitas sebuah brand diberikan oleh perusahaan melalui berbagai hal, salah satunya atmosfer yang dapat ditangkap melalui penginderaan manusia. Identitas brand akan menghasilkan adanya brand image, yaitu persepi konsumen atas sebuah brand. Persepsi tersebut menjadi kontrol dari konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Berdasarkan teknik memasarkan produknya, ritel dibagi menjadi dua, yaitu in-store retailing dan non-store retailing (Purwata & Rozaniwati, 2010). In-store retailing merupakan eceran yang transaksi antara penjual dan pembelinya terjadi di dalam suatu tempat atau toko, sedangkan non-store retailing tidak terjadi di dalam suatu tempat atau toko. Toko fisik merupakan bentuk dari in-store retailing, sedangkan toko online merupakan bentuk dari nonstore retailing. Atmosfer dalam ruang ritel terbentuk dari hal – hal yang memicu bekerjanya penginderaan manusia. Mata, hidung, kulit, telinga, dan lidah saling bekerja sama sehingga muncul persepsi konsumen terhadap brand. Saat ini sebuah brand tidak hanya muncul dalam bentuk ritel fisik, tetapi juga dalam bentuk ritel virtual. Kedua bentuk ritel tersebut memiliki atmosfer yang Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 4 berbeda, namun keduanya harus menghasilkan brand image yang sama. Sehingga, atmosfer yang berbeda pada kedua jenis ritel tersebut harus memiliki sebuah koherensi pengalaman agar dapat menghasilkan brand image yang sama. Menurut Lohse dan Spiller (2003, dalam Effects of design factors on store image and expectation of merchandise quality in web-based stores, Oh, et al., 2007) terdapat beberapa elemen desain pada ritel fisik yang dapat dibandingkan dengan ritel virtual. Contohnya antara lain, etalase depan toko sama dengan halaman laman depan situs web; pelayanan pramuniaga toko sama dengan informasi produk dalam situs web, laman situs web, layanan kemasan khusus, dan lain – lain. “Berbagai penelitian mengenai brick-and-mortar stores dan web-based stores menunjukkan bahwa atmosfer dari ruang toko mempengaruhi persepsi konsumen mengenai kualitas produk(Chebat and Michon, 2003)” – (Oh, et al., 2007) Selain itu, elemen teatrikal dan kehadiran pengunjung juga mempengaruhi brand image. Tata cahaya sebuah toko, interaksi antara karyawan dengan konsumen, dan banyaknya pengunjung yang datang dapat menarik perhatian konsumen yang tadinya tidak ingin berkunjung ke ritel. Dalam ritel virtual, keempat aspek tersebut dapat dilihat dari desain ritel online, interaksi antara konsumen dan karyawan melalui pelayanan, kehadiran atau crowding dari ritel virtual dapat dilihat melalui banyaknya komentar dan penggunaan web counter pada situs web. Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 5 Gambar 1. Kerangka teori. Sumber: Ilustrasi pribadi(2014). Metode Penelitian Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi dan perbandingan pada studi kasus yang diambil. Studi kasus yang diambil adalah dua toko kue yang memiliki toko online dan toko fisik, berlokasi di Jakarta. Toko Kue yang penulis jadikan sebagai studi kasus adalah Toko Kue M dan Toko Kue P. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah pengamatan dan memberikan kuesioner pada konsumen yang memiliki pengalaman berbelanja pada toko online maupun toko fisik. Jumlah responden pada masing – masing toko adalah 10 orang. Analisis yang dilakukan bersumber dari literatur berupa kajian teori dan Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 6 jurnal ilmiah. Kemudian dari literatur tersebut dilakukan analisis terhadap studi kasus Toko Kue M dan Toko Kue P. Gambar 2. Variabel analisis toko online dan toko fisik Sumber: Ilustrasi pribadi(2014). Studi Kasus 1. Toko Kue M Toko Kue M merupakan sebuah merek toko kue yang menjual cupcake dan cake. Pada Juni 2011, Toko Kue M mulai beroperasi dan menjual produknya yang awalnya hanya cupcake dengan basis online. Pilihan untuk menjual produknya secara online dilakukan untuk memudahkan pembeli agar dapat melihat menu, harga, cara pembayaran dan contoh dekorasi yang telah disediakan oleh Toko Kue M. Bisnis toko kue yang semakin berkembang, kemudian baru pada Maret 2013, Toko Kue M membuka tokonya yang pertama di Jakarta Selatan. Toko Kue M memiliki produk utama cupcake. Cupcake merupakan kue yang berukuran kecil, dan memiliki hiasan diatasnya berupa krim atau coklat. Hiasan tersebut biasanya menjadi fokus utama sebuah cupcake. Selain cupcake, Toko Kue M juga menjual kue lain seperti layer cake dan cake in a jar. Situs web dari Toko Kue M bertujuan untuk memberikan kemudahan informasi kepada pembeli agar dapat diakses dari mana saja. Selain situs web, Toko Kue M juga menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram untuk memasarkan produknya. Metode Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 7 pembelian belum dilakukan secara online, masih menggunakan email untuk pemesanan, kemudian produknya dapat dijemput di dapur Toko Kue M yang berlokasi di Jakarta, atau dapat diantarkan ke alamat yang dituju. Media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook digunakan oleh Toko Kue M sebagai media promosi dan juga memberikan foto – foto contoh dekorasi makanan yang dibuat oleh Toko Kue M. Pemasaran produk menggunakan media online menghemat biaya karena tidak perlu menyewa tempat untuk berjualan. Toko fisik yang dimiliki oleh Toko Kue M berada di Jakarta Selatan, pada satu kavling yang memiliki beberapa restauran didalamnya. Toko Kue M berukuran sekitar 3 meter x 3,5 meter. Di dalam bangunan terdapat area duduk untuk makan di tempat, dapur, etalase produk, kasir, dan tempat penyimpanan produk. Selain sebagai flagship store, toko ini juga menjadi tempat untuk menjemput produk cupcake maupun cake yang telah dipesan secara online. Gambar 3. Toko Online dan Toko Fisik milik Toko Kue M Sumber: Situs web Toko Kue M dan ilustrasi pribadi(2014). Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 8 Gambar 4. Perbandingan situs web dengan wireframe Sumber: Situs web Toko Kue M dan ilustrasi pribadi(2014). Gambar 5. Koherensi warna pada toko online dan toko fisik Sumber: Situs web Toko Kue M dan ilustrasi pribadi(2014). Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 9 Ganbar 6. Koherensi atmospherics pada toko online dan toko fisik Sumber: Situs web Toko Kue Kue M dan ilustrasi pribadi(2014). Gambar 7. Koherensi pencahayaan pada toko online dan toko fisik Sumber: Situs web Toko Kue M dan ilustrasi pribadi(2014). Berdasarkan hasil kuesioner pada Toko Kue M, 8 responden merasa bahwa adanya koherensi antara toko online dan toko fisik menjadi penting dalam merasakan atau melihat sebuah brand, sedangkan 2 responden tidak menjawab pertanyaan kuesioner. Alasan yang dikemukakan responden antara lain karena koherensi tersebut diperlukan agar terlihat Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 10 konsistensi brandingnya, ada benang merah atau kesamaan konsep antara dua bentuk toko, dan agar konsumen tidak dibingungkan dengan konsep yang berbeda. 2. Toko Kue P Toko Kue P merupakan ritel yang menjual produk makanan penutup berupa panna cotta. Berawal dari Juni 2012, Toko Kue P memulai bisnis ini dengan menggunakan media sosial Instagram. Instagram saat ini menjadi salah satu media yang sering digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai produk baru, salah satunya produk panna cotta dari Toko Kue P. Belum banyak yang memasarkan produk panna cotta untuk segmen pasar Jakarta. Berhasil untuk menarik perhatian konsumen akhirnya pada November 2013, Toko Kue P membuka toko pertamanya bertempat di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Panna cotta merupakan makanan penutup yang berasal dari Italia, bertekstur seperti puding. Panna cotta sendiri umumnya berwarna putih, karena bahan utamanya terdiri dari krim kental, dan disajikan dengan tambahan saus. Produk panna cotta dapat digolongkan sebagai produk yang baru menjadi tren di Jakarta. Toko Kue P menggunakan Instagram dan situs web untuk menjadi basis penjualannya, namun pada situs web tampilannya hanya sebatas produk dan kontak pemesanan dikarenakan situs web tersebut belum sepenuhnya bekerja. Usaha menggunakan Instagram yang dijalani Toko Kue P mengandalkan gambar dan foto sebagai media untuk menarik konsumennya. Toko Kue P membuka ritelnya yang pertama setelah 1 tahun mengandalkan penjualan via Instagram dan email. Sebelum flagship store nya dibuka, pemesanan produk panna cotta dilakukan melalui email, dan kemudian produk tersebut diantarkan dengan kurir. Adanya flagship store ini membuka kesempatan untuk menarik target pasar yang tidak ingin memesan panna cotta terlalu banyak, dan bagi yang tidak ingin menggunakan jasa pengantaran karena biaya pengantarannya cukup mahal. Toko Kue P terletak di pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Penempatan Toko Kue P berada di lantai 4, di area makanan dan minuman. Luas areanya tidak terlalu besar, dapat menampung kurang lebih 25 – 35 orang. Pada hari libur atau akhir pekan, biasanya Toko Kue P terisi penuh oleh pengunjung. Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 11 Gambar 8. Toko Online dan Toko Fisik milik Toko Kue P Sumber: Situs web Toko Kue P dan ilustrasi pribadi(2014). Gambar 9. Koherensi warna pada toko online dan toko fisik Sumber: Situs web Toko Kue P dan ilustrasi pribadi(2014). Gambar 10. Koherensi warna pada toko online dan toko fisik Sumber: Situs web Toko Kue P dan ilustrasi pribadi(2014). Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 12 Gambar 11. Koherensi desain tipografi pada toko online dan toko fisik Sumber: Situs web Toko Kue P dan ilustrasi pribadi(2014). Gambar 12. Koherensi pencahayaan pada toko online dan toko fisik Sumber: Situs web Toko Kue P dan ilustrasi pribadi(2014). Berdasarkan hasil kuesioner pada Toko Kue P, 6 responden mengatakan bahwa koherensi antara toko online dan toko fisik penting dalam sebuah brand, sedangkan 1 responden menjawab bahwa hal tersebut tidak penting dan 3 lainnya tidak menjawab. Responden yang mengatakan koherensi penting bagi sebuah brand dengan alasan agar tidak ada kebingungan Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 13 antara bentuk toko yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, konsep secara online saja tidak cukup untuk menggambarkan kesan pada brand, diperlukan bentuk toko secara fisik juga. Pembahasan Pada masing – masing studi kasus dapat terlihat koherensi antara toko online dengan toko fisik melalui pembahasan pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Perbandingan toko online dengan Toko Kue M Faktor Pembanding Toko Online Toko Layout Navigasi jelas, setiap laman Layout toko sederhana, hanya menggunakan wireframe yang ada 1 jalur untuk konsumen, sama, namun ruang gerak konsumen konten tersampaikan dengan jelas. terbatas karena ruangan toko kecil. Warna Warna yang digunakan antara Warna yang digunakan antara lain putih, kuning, hitam, dan lain kuning, putih, hitam, dan abu – abu muda. abu – abu muda. Palet warna Toko Kue M Palet warna situs web Toko Kue M Desain Tidak menggunakan animasi/ Menjadikan produknya sebagai plugin flash dalam situs web, fokus utama dari toko, dengan mengutamakan memberikan produk agar desain fixtures terlihat dengan jelas dengan yang sesuai dengan produknya. cara menggunakan warna latar Warna putih pada situs web. Kemasan putih. dinding kuning dan produk berwarna kuning. Tampilan situs kemasan produk Toko Tampilan Toko Kue M Kue M Pola/ tesktur Tidak menggunakan pola atau Penggunaan marmer dan tekstur Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 14 tekstur tertentu, menggunakan hanya keragaman warna pada situs web. kayu pada furniture dan fixtures. Memiliki palet warna yang sama dengan toko online. Palet tekstur Toko Kue M Palet warna situs web Toko Kue M Atmospherics Pencahayaan Foto produk menarik perhatian Etalase konsumen mencicipi. menjadi fokus utama untuk Tidak ada musik pada situs menarik perhatian konsumen. web,dan konsumen tidak dapat Ada musik dalam ruangan. Ada mengira aroma kue namun bercampur untuk – ngira rasa dari produk produk. aroma dari luar toko. Pada situs web menggunakan Pencahayaan warna dasar putih sehingga digunakan menghasilkan kesan terang. spotlight cupcake toko terang, banyak lampu dan dibantu juga dengan dinding warna kuning. Pencahayaan pada situs web Toko Kue Pencahayaan pada Toko Kue M M Konsumen Interaksi Promosi yang dilakukan di Kelas menengah ke atas yang media menjadikan oleh berbagai Toko Kue P kalangan sehingga tersebar di sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat. serta lingkungan sosial. Tidak antara Crowding sosial ada interaksi karyawan khusus Tidak dengan antara ada interaksi karyawan khusus dengan konsumen. konsumen. Terlihat dari banyaknya likes Terlihat dari banyaknya orang dan pengikut dari media sosial yang datang mengunjungi toko Toko Kue M. Kue M. Sumber: Data kuesioner, hasil wawancara, data pengamatan, dan ilustrasi oleh penulis(2014) Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 15 Tabel 2. Koherensi toko online dengan toko fisik Toko Kue P Faktor Pembanding Layout Toko Online Toko Menggunakan wireframe dalam Layout yang dibentuk mendesain situs web, sehingga mengutamakan konten yang ingin disampaikan namun jarak antar furniture jelas. dirasa terlalu sempit. Warna yang digunakan antara Warna yang digunakan antara lain putih, biru keabuan, coklat, lain putih, biru keabuan, dan dan beberapa warna lain seperti coklat. konsumen, merah, hijau, dan abu – abu. Warna Foto Toko Kue P dan palet Situs web Toko Kue P dan palet warna warna yang digunakan yang digunakan Desain situs memperlihatkan Desain web kemasan Serupa dengan konsep panna cotta, berwarna putih produk berwarna hitam dengan terlihat dominansi penggunaan material kayu pada warna putih, sedangkan pada akun media kusen sosial berwarna memperlihatkan penyajian produk panna cotta bresih, dan jendela namun dan hitam pintu membuat ruangan sedikit gelap. yang terlihat bersih dan rapi. Desain toko Desain situs web Pola/ tesktur Menggunakan unsur kayu pada Menggunakan beberapa pada hampir keseluruhan toko. foto penyajian produk. Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 tekstur kayu 16 Tekstur kayu pada penyajian di toko Menggugah Atmospherics selera dan membuat konsumen ingin mencicipi produk tersebut. Tidak terlihat bentuk produk untuk mendukung proses pembelian. Ada musik dalam Tidak ada musik pada situs ruangan web, dan tidak dapat mengira – dengan suara kolam air. Tidak ngira aroma dan rasa dari ada produk. tercium di toko. Foto – foto produk yang namun aroma Pencahayaan dan bercampur rasa kurang yang terang, disajikan menggunakan warna jarak lampu dari ceiling ke meja dasar putih sehingga hasilnya terlalu jauh. terang. Pencahayaan Pencahayaan produk di situs web dan Pencahayaan pada ruangan Toko Kue P media sosial Konsumen Promosi yang dilakukan di Kelas menengah ke atas yang media menjadikan Crowding oleh berbagai Toko Kue P kalangan sehingga tersebar di sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat. serta lingkungan sosial. Tidak Interaksi sosial antara ada interaksi karyawan khusus Tidak dengan antara ada interaksi karyawan khusus dengan konsumen. konsumen. Terlihat dari banyaknya likes Terlihat dari banyaknya orang dan pengikut dari media sosial yang datang mengunjungi toko Toko Kue P. Kue P. Sumber: Data kuesioner, hasil wawancara, data pengamatan, dan ilustrasi oleh penulis(2014) Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 17 Tabel 3. Kesimpulan Studi Kasus Toko Kue M dan P Sumber: Ilustrasi dan olahan pribadi(2014) Kesimpulan Pembentukkan citra atau karakter sebuah toko salah satunya adalah menggunakan desain. Berdasarkan penelitian, antara toko online dengan toko fisik terdapat elemen penyusun ruang yang sama, sehingga koherensi antara desain toko online dengan toko fisik menjadi penting untuk diperhatikan. Koherensi merupakan bentuk keselarasan atau konsistensi dalam desain maupun secara atmosfer. Koherensi diperlukan agar image yang terlihat antara dua bentuk toko dapat setara. Adanya koherensi pengalaman pada dua jenis ruang (online dan fisik) yang berbeda akan memberikan sebuah brand experience yang berbeda pula. Pada studi kasus Toko Kue M dan Toko Kue P, koherensi pengalaman menjadi hal yang penting dalam pembentukkan sebuah brand experience. Masing – masing kasus menggunakan bentuk toko online yang berbeda dan menghasilkan bentuk toko fisik yang berbeda juga. Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 18 Tabel 4. Koherensi antara toko online dan toko fisik Sumber: Olahan pribadi berdasarkan pengamatan dan kuesioner(2014). Terjemahan toko online ke toko fisik melalui desain dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan elemen – elemen visual, karena elemen visual yang paling mempengaruhi dan dapat mengalahkan elemen – elemen lain yang menjadi penyusun ruang toko. Antara desain toko online dengan toko fisik diperlukan adanya koherensi untuk menghasilkan brand experience yang sama. Koherensi pengalaman dibentuk melalui konsistensi desain, melalui elemen – elemen ruang seperti layout, desain, atmospherics, teatrikal, dan kehadiran. Elemen ruang yang hadir dalam toko online maupun toko fisik menstimulasi indera yang menghasilkan persepsi mengenai identitas dan karakter dari brand.Translasi desain dari toko online ke toko fisik dapat menggunakan lebih banyak elemen visual dibandingkan dengan elemen lain (auditory, smell, flavour, tactile). Dapat disimpulkan bahwa perlu adanya koherensi antara berbagai bentuk toko dalam satu brand agar dapat menimbulkan brand image yang konsisten di masyarakat dan memiliki pengalaman ruang berbelanja yang sebanding. Saran Dalam pengerjaan skripsi ini terdapat kendala dengan pengumpulan data. Dari kedua toko kue yang penulis jadikan sebagai studi kasus tidak dapat memberikan izin data sehingga penulis kemudian melakukan observasi dan mengambil sampel dari 10 orang responden yang pernah mengunjungi dan membeli produk di toko online dan toko fisik pada studi kasus. Pengkajian lebih lanjut dapat memberikan analisis lebih mengenai studi kasus yang sudah dibahas, tidak terbatas mengenai desain secara visual maupun secara penginderaan dan kondisi teatrikal namun juga mengenai hubungannya dengan konsumen sebagai pengguna, untuk menambah kepustakaan dan keilmuan dalam bidang desain dan arsitektur. Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014 19 Kepustakaan Garrett, J. J. (2011). The Elements of User Experience: User-Centered Design for the Web and Beyond, Second Edition. Berkeley: Peachpit. Green, W. R. (1991). The Retail Store Design and Construction Second Edition. Indraswari, R. R. (2007). Pengaruh Brand Image Terhadap Positioning dan Experiental Produk Teh Botol Sosro Di Wilayah DKI Jakarta. Depok: Universitas Indonesia. J.oJ̆sokBu ak r ,s B. .H( 0290.) Bar dn Epxre eicn:eWaht sI It?Hw o Is tI Maeus er ?dDeostI Af cetoLay tl ?y Journal Of Marketing Volume 73 No. 3, 52-68. Kim, J. H., Kim, M., & Lennon, S. J. (2009). Effects of web site atmospherics on consumer responses: music and product presentation. Direct Marketing: An International Journal, 3(1), 4-19. Kotler, P. (1973-1974). Atmospheric as a Marketing Tool. Journal of Retailing Volume 49, 48-64. Lewison, D. (1994). Retailing, 5th Edition. New York: Macmillan College Publishing. Lindstorm, M. (2005). BRAND Sense. New York: Free Press. Manganari, E. E., Siomkos, G. J., & Vrechopoulos, A. P. (2009). Store atmosphere in web retailing. European Journal of Marketing Volume 43 No. 9/10, 1140-1153. Oh, J., Fiorito, S. S., Cho, H., & Hofacker, C. F. (2007). Effects of design factors on store image and expectation of merchandise quality in web-based stores. Journal of Retailing and Consumer Services. Pallasmaa, J. (2005). The Eyes Of The Skin. Great Britain: Wiley-Academy, a division of John Wiley & Sons Ltd . Purwata, T., & Rozaniwati. (2010). Membuka Usaha Eceran/Ritel. Jakarta: Erlangga. Desain toko…, Anindita Rahmadhanisa, FT UI, 2014