Manfaat kultur organ

advertisement
Kultur
organ
tumbuhan
Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok
2010
KELOMPOK 1
OUTLINE
Pendahuluan
Tipe-tipe kultur organ
Manfaat kultur organ
Jurnal
PENDAHULUAN
KULTUR ORGAN
Sejarah
Definisi
Hanning
1904
• Mendapatkan kecambah tanaman
Crucifer dari embrio yang diisolasi
dari biji immatur
White
1934
• pertumbuhan akar tidak terbatas
dalam kultur akar tomat.
19401960
• Kultur organ merupakan topik
penelitian yang penting
kultur yang diinisiasi dari
organ-organ tanaman seperti:
pucuk terminal dan aksilar,
meristem, daun, batang, ujung
akar, bunga, buah muda, dan
embrio.
Kultur meristem
Kultur meristem adalah kultur
jaringan tanaman dengan menggunakan
eksplan berupa jaringan – jaringan
meristematik.
Jaringan meristem yang
digunakan ialah meristem pucuk
terminal atau meristem tunas
aksilar
Aplikasi utama untuk perbanyakan
tanaman hortikultura
Eliminasi virus dari tanaman
Penyimpanan plasma nutfah yang
bebas virus dengan cryopreservasi
Kultur tunas
Kultur tunas adalah kultur dari bagian ujung
tanaman (shoot), yang di dalamnya sudah terdapat
beberapa sel primordial.
Eksplan yang digunakan ialah tunas pucuk dan mata
tunas
Prinsip: perangsangan terbentuknya tunas-tunas
samping dengan cara mematahkan dominasi apikal
dari meristem apikal.
Shoot-tip
Culture
• eksplan yang digunakan
ialah ujung pucukpucuk apikal saja
(panjang ± 20 mm)
Shoot
Culture
• Eksplan yang digunakan
ialah ujung pucuk
apikal beserta bagian
tunas lain dibawahnya
• Eksplan yang digunakan dapat berasal dari tunas
lateral, tunas samping atau bagian dari batang
Kultur mata
yang mengandung satu atau lebih mata tunas
tunas
• eksplan yang mengandung mata tunas lebih dari
satu ditanam secara horisontal di atas medium
Teknik kultur
padat (teknik in-vitro layering)
mata tunas
• tiap buku yang mengandung satu mata tunas
dipotong-potong dan ditanam secara terpisah
Teknik kultur
dalam tiap-tiap botol kultur.
mata tunas
Kultur embrio adalah kultur jaringan tanaman
dengan menggunakan eksplan berupa embrio
tanaman.
• Embrio tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan
kalus dari embrio yang digunakan.
Embrio diharapkan tetap mempertahankan
integritasnya dan tumbuh menjadi tanaman.
• Kultur embrio ditujukan untuk membantu
perkecambahan embrio menjadi tanaman
lengkap.
Embrio yang dikulturkan berada dalam
kondisi sebagai berikut:
Menunjukkan masa dormansi yang panjang
Embrio hibrida hasil penyilangan interspesifik yang
tidak kompatibel dengan endospermnya
Embrio dengan endosperm yang rusak
seperti kelapa kopyor
Embrio tanpa endosperm seperti pada
anggrek
menghasilkan bibit
dengan ukuran seragam
memproduksi
bibit dalam
jumlah banyak
dalam waktu yang
relatif singkat
Untuk perbanyakan cepat
tanaman langka, tanaman
dengan nilai ekonomis
tinggi, atau varietas unggul
hasil pemuliaan tanaman
Manfaat
memproduksi dan
memperbanyak
tanaman yang
bebas virus
melalui teknik
kultur meristem
PENGGANDAAN TUNAS ABACA MELALUI
KULTUR MERISTEM
Aman Suyadi, Aziz Purwantoro dan Sri Trisnowati
Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 11-16
Latar
belakang
Tujuan
Kesimpulan
OUTLINE
Bahan dan
metode
Pembahasan
Tahap
Kerja
Efektifitas zat pengatur BAP dan NAA pada
penggandaan tunas Pisang abaca (Musa
textilis Nee), melalui kultur meristem belum
diketahui secara pasti sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.
Mengevaluasi pengaruh kombinasi zat pengatur
tumbuh BAP dan NAA serta menentukan
konsentrasi kombinasi zat pengatur tumbuh
tersebut yang tepat untuk penggandaan tunas
pada kultur meristem Pisang abaca (Musa
textilis Nee).
BAHAN
• meristem apikal yang diisolasi dari mata tunas Pisang abaca
(Musa textilis Nee), yang dihasilkan di Laboratorium Kultur
Jaringan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
• detergen, air, 70 % etanol, 70 % bayclin akuades steril,
medium dasar MS.
• BAP dengan 4 taraf konsentrasi masing-masing : 0 M (B0), 107 M (B ), 10-6 M (B ) dan 10-5 M (B )
7
6
5
• NAA dengan 3 taraf konsentrasi masing-masing : 0 M (N0),
10-7 M (N7), 10-6 M (N6), dan 10-5 M (N5).
METODE
Metode yang digunakan ialah kultur meristem
mata tunas Pisang
abaca (Musa textilis Nee),
dikupas 3-4 lapis
hingga berukuran 1 x 1,5 cm
Mata tunas disterilisasi
dengan detergen,
70% alkohol, 70% bayclin,
dan dibilas akuades steril
BAP dengan 4 taraf konsentrasi
masing-masing : 0 M (B0), 10-7 M (B7),
10-6 M (B6) dan 10-5 M (B5)
NAA dengan 3 taraf konsentrasi
masing-masing : 0 M (N0), 10-7 M (N7),
10-6 M (N6), dan 10-5 M (N5).
Mata tunas ditanam
pada medium dasar MS,
tunas mikro
yang tumbuh
digunakan sebagai
sumber meristem.
Penggandaan tunas melalui
induksi tunas dengan
kombinasi perlakuan
Tahapan Kerja Cont....
Perlakuan
dikombinasikan
secara faktorial
dalam rancangan
acak kelompok
lengkap tanpa
kontrol dengan tiga
ulangan.
Setiap unit
perlakuan
menggunakan 5
botol kultur
yang ditanami
satu tunas
mikro untuk
setiap botol.
Pengamatan dilakukan
setelah 5 minggu.
Parameter yang
digunakan; Jumlah
tunas, panjang tunas
dan jumlah daun pada
sub kultur I dan sub
kultur II .
Data hasil pengamatan dianalisis
dengan uji F pada tingkat
kepercayaan 95%, jika
menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata maka dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf kepercayaan
95%.
Kombinasi konsentrasi BAP dan NAA berpengaruh nyata
terhadap jumlah tunas, panjang tunas, dan jumlah daun,
baik pada sub kultur 1, maupun pada sub kultur 2.
Jumlah tunas
Jumlah tunas terbanyak diperoleh pada kombinasi
perlakuan B5N7 (10-5 BAP dan 10-7 NAA) yaitu 5,07 buah
pada sub kultur 1 dan 4,37 buah pada sub kultur 2
Jumlah tunas paling sedikit diperoleh pada kombinasi
perlakuan BoN6 (0 M BAP dan 10-6 NAA) sebanyak 2,40
buah pada sub kultur 1 dan kombinasi perlakuan B6N6
(10-6 M BAP dan 10-6 M NAA)sebanyak 1,46 buah pada
sub kultur 2
Panjang tunas
• Tunas terpanjang diperoleh pada kombinasi
perlakuan B7N7 (10-7 M BAP dan 10-7 M NAA)
yaitu 4,96 cm pada sub kultur 1 dan B7N0 (10-7
M BAP dan 0 M NAA) sepanjang 3,57 cm.
• Tunas terpendek diperoleh pada kombinasi
perlakuan B5N6 (10-5 M BAP dan 10-6 M NAA)
yaitu 1,62 cm pada sub kultur 1 dan B5N7 (10-5
M BAP dan 10-7 M NAA) sepanjang 1,41 cm pada
sub kultur 2.
Jumlah daun
• Jumlah daun terbanyak diperoleh pada
kombinasi perlakuan B5N7 (10-5 M BAP
dan 10-7 M NAA) pada sub kultur 1 dan 2
masing-masing sebanyak 6 dan 6,25
helai.
• Jumlah daun paling sedikit diperoleh
pada perlakuan B7N7 (10-7 M BAP dan
10-7 M NAA) yaitu sebanyak 3,03 helai
pada sub kultur 1 dan perlakuan B6N0
(10-6 M BAP dan 0 M NAA) sebanyak
2,33 helai pada sub kultur 2.
Konsentrasi BAP dan NAA berpengaruh nyata
terhadap jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah
daun pada sub kultur I dan sub kultur II.
Konsentrasi kombinasi zat pengatur tumbuh yang
tepat untuk penggandaan tunas pada kultur
meristem abaca adalah perlakuan B5N7 dengan
jumlah tunas dan jumlah daun terbanyak masingmasing 5,06 buah dan 6,00 helai pada sub kultur I
serta 4,37 buah dan 6,25 helai pada sub kultur II.
TERIMA KASIH.........
Download