perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan pada Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidian Nasional, dalam Pasal 1 Ayat 20 menyebutkan
bahwa pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran
diberikan kepada orang supaya
yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak
didik mau belajar (Nurfuadi, 2012: 133). Sejalan dengan hal tersebut, Trianto
(2010:17) menyebutkan bahwa:
yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara
simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan
antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam
makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
Pengertian pembelajaran kemudian dapat disimpulkan sebagai suatu komunikasi
dua arah antara dosen dan mahasiswanya untuk mencapai pembentukan sikap,
pengetahuan dan penguasaan suatu bidang tertentu. Pembelajaran merupakan
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
proses untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, pembelajaran juga dimaksudkan
untuk mencapai perkembangan sebagai pribadi yang seutuhnya sebagai seorang
manusia. Proses pembelajaran harus diawali dengan proses perencanaan yang
matang, agar implementasinya dapat dilakukan dengan efektif. Dengan demikian,
pembelajaran dapat dilakukan secara sadar dan juga terencana secara sistematis.
Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi belajar, serta
dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang. Pembelajaran
juga harus dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan.
Dari pemahaman pembelajaran tersebut, maka dapat dimaknai bahwa sebuah
pembelajaran dalam sistem pendidikan baik formal maupun informal memiliki
peran yang penting untuk menjadikan seorang manusia mampu berkembang. Baik
secara psikis dan fisik untuk kemudian mencapai tingkat kematangan dalam
hidup.
Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran performance art yang
diterapkan oleh dosen dalam mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 adalah sebagai
materi pendukung dalam mata kuliah tersebut. Dengan harapan, pembelajaran
tersebut dapat menunjang kompetensi mahasiswa. Kompetensi secara harifiah
diartikan sebagai kemampuan atau kapabilitas atau gambaran tentang apa yang
harus diketahui atau dilakukan seseorang agar dapat melakukan sesuatu dengan
baik (Supriadie, Darmawan, 2012: 98). Dengan mengembangkan materi pokok
pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1, mahasiswa dapat mencapai kompetensi
yang meliputi pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat.
Pembelajaran performance art tersebut juga dapat mendorong mahasiswa menjadi
termotivasi dalam menciptakan karya rupa khususnya dalam konteks seni lukis.
b. Prinsip Pembelajaran
Berdasarkan pengertian di atas, sebuah proses pembelajaran tentunya
juga memiliki prinsip. Dengan mengikuti kaidah atau prinsip pembelajaran, maka
secara didaktis pembelajaran dapat berlangsung secara baik. Prinsip pembelajaran
tersebut adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
1) Apersepsi, yakni dosen mampu mengenali kemampuan awal mahasiswa dan
memberikan pengalaman baru.
2) Motivasi, yakni dosen memahami mahasiswa datang dengan berbekal motif
dan selalu menjaga kondisi tersebut untuk kemudian mendorong dan
memotivasi mahasiswa untuk terus melakukan proses belajar.
3) Aktivitas, yakni dosen mampu mengembangkan aktivitas pembelajaran
sehingga mahasiswa dapat mengekspresikan potensinya secara optimal.
4) Korelasi, yakni menghubungkan antara materi pokok dengan mata pelajaran
atau ilmu pengetahuan lain baik secara struktural maupun fungsional.
5) Individualisasi, yakni memahami perbedaan karakteristik individual dan
kapasitas belajarmahasiswa.
6) Pengulangan, dilakukan dosen dalam rangka proses pemantapan, merangkum,
dan memberikan kesimpulan.
7) Kerjasama, yakni mengembangkan suasana saling membelajarkan di antara
mahasiswa.
8) Lingkungan, yakni dosen menciptakan suasana belajar yang lebih bervariasi
dengan cara memanfaatkan berbagai sumber media.
9) Evaluasi, dilakukan dosen untuk mengukur kemampuan mahasiswa setelah
melampaui suatu proses pengalaman belajar (Supriadie, Darmawan, 2012:
131-134).
Prinsip pembelajaran bertujuan untuk mengkondisikan mahasiswa agar
mereka dapat belajar dengan perasaan tertarik dan senang. Kegiatan pembelajaran
merupakan suatu proses yang dilakukan dosen untuk menciptakan kondisi belajar
mahasiswa dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Pengkondisian ini
menjadi penting, karena mahasiswa akan dihadapkan pada masalah yang nyata
dan kompleks. Oleh sebab itu untuk mencapai kompetensi tertentu selain
penciptaan kondisi belajar yang kondusif diperlukan proses pembelajaran yang
sistematis dan metode yang tepat. Dengan demikian, kaidah dan prinsip
pembelajaran menjadi faktor penting untuk merealisasikan kondisi yang dapat
menunjang kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Pembelajaran performance art pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1
pada dasarnya telah menunjukan penerapan prinsip pembelajaran. Dosen
memotivasi mahasiswa dengan mengembangkan materi pokok mata kuliah Seni
Lukis Lanjut 1.Yang dikorelasikan dengan cabang seni lainnya yakni performance
art. Sehingga tercipta pula lingkungan belajar yang variatif. Selain itu, dosen juga
melakukan pengulangan dan pengulasan materi pembelajaran serta mengevaluasi
kegiatan pembelajaran.
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil
pendidikan yang diinginkan. Didalamnya terkandung tujuan yang menjadi target
pembelajaran
dan
menyediakan
pilar
untuk
menyediakan
pengalaman-
pengalaman belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan sengaja. Oleh karena itu, pembelajaran pasti mempunyai tujuan.
Max Darsono (2002: 24untuk merubah perilaku siswa lebih berkualitas baik dari aspek kognitif, afektif
Sardiman MA (2007:26)
menyebutkan bahwa:
Tujuan pembelajaran adalah: (1) Mendapatkan pengetahuan, hal ini
ditandai dengan kemampuan berpikir, dimana orang yang
melakukan kegiatan pembelajaran kecenderungan wawasan dan
pengetahuannya akan bertambah; (2) Penanaman konsep dan
ketrampilan, tujuan dalam pembelajaran agar dapat merumuskan
suatu konsep pemikiran dan gagasan, untuk mencapai tersebut
tentunya dibutuhkan ketrampilan yang bersifat jasmani maupun
rohani; (3) Pembentukan sikap, melalui proses interaksi
pembelajaran, pembentukan sikap mental dan perilaku siswa akan
terbentuk dengan sendirinya.
Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
adalah membuat mahasiswa menjadi paham tentang materi pembelajaran yang
disampaikan. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan, membentuk sikap dan
akhlak, juga kreatif. Mahasiswa mendapatkan pengalaman baru dari setiap
pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Pembelajaran performance art pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1
bertujuan untuk membuat mahasiswa lebih memahami dan memperkaya
pengetahuan terhadap cabang ilmu seni rupa lainnya dan untuk memperkuat
materi pokok yang diberikan. Materi-materi pokok tersebut berorientasi kepada
standar kompetensi dengan melakukan eksplorasi bahan, teknik dan visual dalam
menciptakan karya seni lukis. Sehingga secara tidak langsung mahasiswa
mendapatkan pengalaman baru dengan menciptakan karya performance art. Hal
ini juga dilakukan mengingat tidak adanya mata kuliah maupun pengantar kuliah
mengenai performance art di Program Studi Pendidikan Seni Rupa.
2. Pembelajaran Seni Rupa
Seni rupa adalah salah satu disiplin ilmu seni. Soedarso Sp (1990: 9)
.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, seni rupa memiliki peran yang sama dengan disiplin
ilmu lainnya. Pendidikan nasional seharusnya tidak mengesampingkan peran
pendidikan seni dan lebih mengutamakan pengembangan di bidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan sains. Peran pendidikan seni juga menjadi salah satu
upaya untuk membentuk kualitas kepribadian dan kemampuan manusia Indonesia
seperti yang diharapkan.
Pembelajaran tentang wawasan seni rupa dalam praktiknya telah
diajarkan sejak usia dini. Mulai dari pendidikan anak usia dini, taman kanakkanak, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, bahkan lebih
mendalam di tingkat perguruan secara khusus menurut jurusan yang ditempuh.
Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik
dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa
secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses
kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan
pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni
di dalam kelas dan atau di luar kelas. Dengan demikian pendidikan seni
melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan
berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran (seni rupa, musik, tari, dan
teater). Masing-masing mencakup materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas
dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya seni serta berapresiasi dengan
memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat (Dikutip dari http://AndriWicaksono-Konsep-Pendidikan-Seni.htm diakses pada tanggal 27/05/14).
Peran pembelajaran seni rupa di sekolah pada dasarnya bukan hanya
sebagai pelengkap, tetapi merupakan komponen penting yang sejajar dengan
komponen ilmu lainnya. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak
menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Pendekatan
seni dalam pendidikan adalah sebagai upaya untuk pewarisan dan sekaligus
pengembangan atas beragam seni kepada anak didik. Kesenian yang telah dimiliki
masyarakat perlu dilestarikan agar tidak punah dan mengalami perkembangan.
Oleh karena itu, anak didik perlu dilatih agar pandai dalam bidang seni. Pada
gilirannya dapat dihasilkan calon-calon seniman yang handal.
Pendidikan melalui seni yang digunakan adalah sebagai upaya, sarana,
alat atau media pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui pendidikan
seni diharapkan dapat menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan,
kreatif dan inovatif. Pelaksanaan dalam pembelajaran, ruang lingkup pendidikan
seni meliputi aspek pengetahuan, apresiasi dan pengalaman kreatif. Pembelajaran
seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni
yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan
bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya
seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain. Dalam
pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat saling
melengkapi dan saling berkaitan. Yang artinya, segala bentuk cabang ilmu seni
rupa saling menguatkan dalam pembelajaran seni di sekolah.
Guru pelaksana pendidikan seni adalah guru bidang studi lulusan
lembaga pendidikan tinggi keguruan seni. Sekalipun pada pelaksanaan pengajaran
seni ia tidak banyak berintervensi pada kegiatan seni anak-anak, ia hanya
memancing ide anak-anak yang pada suatu saat bisa diminta memberi contoh oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
anak-anak, atau tempat anak-anak berkonsultasi seperti saat mereka sedang
menghadapi kesulitan (Garda 1985: 11). Guru-guru kesenian yang dipersiapkan
oleh lembaga pendidikan seperti jurusan Sendratasik Universitas Negeri di
Indonesia sudah memadai sesuai tuntutan kurikulum. Tuntutan adanya guru yang
memadai, masalah metode serta materi pengajaran tentunya harus diperhatikan
juga. Agar pembelajaran mencapai tujuannya dan siswa mencapai kompetensi
yang diharapkan.
3. Seni Lukis
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa dan termasuk dalam
kategori seni murni (fine art). Seni murni atau fine art merupakan karya seni yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan batin senimannya. Seni
murni diciptakan berdasarkan kreativitas dan ekspresi yang sangat pribadi (lukis,
patung, dan grafis). Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah
pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Sejalan dengan hal tersebut
Santo, Agung, Liestyati K.N.P (2012: 93) menguraikan seni lukis sebagai berikut:
Seni lukis merupakan suatu ungkapan pengalaman estetis pelukis
yang dituangkan dan diwujudkan melalui beragam media bidang
kanvas, kayu maupun kertas. Ini dilakukan dengan memadukan
unsur garis, bidang, ruang, tekstur, dan warna. Ditampilkan dengan
berbagai medium dan teknik seperti cat minyak, akrilik, pensil, cat
air dan lainnya. Juga dengan berbagai ukuran dan bentuk bidang
sesuai keinginan pelukisnya.
Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melukis adalah kegiatan
mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk
mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas,
kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media
lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa
memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 tahun
ajaran 2013/2014 pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa berorientasi kepada
kegiatan mengeksplorasi bahan, teknik dan visual. Bereksplorasi dalam kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
melukis
perlu
dilakukan
untuk
memahami
karakter
mahasiswa
dalam
menciptakan karya. Dengan mengeksplorasi diharapkan mahasiswa menemukan
hal baru dalam setiap pengerjaan karya lukis. Mahasiswa akan menemukan
berbagai hambatan dan mengetahui berbagai karakter benda/tekstur yang akan
dilukisnya. Hal tersebut kemudian dapat memacu mahasiswa menumbuhkan daya
kreativitasnya.
Salah satu upaya dosen pengampu mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1
dalam standar pokok mengeksplorasi media adalah dengan menambahkan materi
pembelajaran performance art ke dalam mata kuliah. Performance art, body art,
maupun action painting dapat menjadi sebuah referensi mahasiswa untuk lebih
mengeksplorasi media lukisnya (dalam hal ini berkaitan dengan eksplorasi tubuh
sebagai media lukis).
4. Performance Art
performance
Bahasa
Indonesia,
sedangkan
menurut
Oxford
Dictionary
onlinekata
Performance Art berarti: an art form that combines visual art with dramatic
performance (Dikutip dari http://performance
art - in
Oxford
art
definition - of- performance
dictionary (British & World - English).htm diakses pada
tanggal 25/02/14). Dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia, performance art
adalah suatu bentuk seni yang menggabungkan antara seni rupa dengan
pertunjukan dramatis. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya performance art
diartikan sebagai suatu bentuk seni yang mempertunjukan penggabungan antara
seni rupa dengan pertunjukan yang dramatis atau yang lebih dikenal dengan
Museum Modern of Art (MoMA) dalam situs resminya menyatakan
bahwa
medium is the body, and the live
(Dikutip dari
http://MoMA_Performance-into-Art.htm diakses pada tanggal 25/02/14).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
yang menyatakan
The body
(Berghaus,
2005:
174).
Dari
pendapat tersebut, pemahaman mengenai
performance art mengacu pada penggunaan tubuh sebagai media berekspresi dan
berkreasi.
Seperti
yang
diungkapkan
Marina
menggunakan tubuh dalam seni performa sebagai cara mendorong batasanbatasan fisik dan psikisnya di luar hati dan nuraninya.
Performance art memiliki empat variabel utama, yakni: (1) waktu;
(2) ruang; (3) tubuh pemain; dan (4) hubungan antara pemain dan penonton.
Ruang dan waktu adalah hal terpenting bagi seorang performance artist,
seorang pelaku performance artist dapat melakukan aksi performance art
tanpa dilihat oleh penontonnya, tetapi tidak dapat dilakukan bila tidak
memiliki ruang dan waktu. Variabel-variabel ini sangat fleksibel dan tidak
terikat aturan yang ketat, termasuk pada definisi tubuh bagi para performance
artist,
pelakunya
bebas
mendefinisikan
tubuh
sebagai media
untuk
berekspresi. Synnot (dalam Saidi, 2008: 268) menguraikan kompleksitas
tubuh sebagai berikut:
-bagiannya, dimuati oleh simbolisme
kultural, publik, dan privat, positif dan negatif, politik dan
ekonomi, seksual, moral, dan seringkali kontroversial; begitu pula
dengan atribut-atribut, fungsi tubuh, kondisi tubuh, dan inderainderanya.Tinggi dan berat badan, aktivitas makan dan minum,
bercinta, bentuk tubuh dan bahasa tubuh, dengan bermacammacam penyakit yang menderanya seperti flu atau AIDS, semua ini
tidak hanya sekedar fenomena fisik, melainkan juga berdimensi
Pelaku performance art pada dasarnya bebas menggunakan tubuh sebagai
medianya baik memasukan unsur masokisme seperti menyileti tubuh,
telanjang, ataupun bentuk ekspresi yang lain seperti melukis dengan tubuh.
Tubuh adalah sebuah wujud yang sangat kompleks, tubuh tidak bisa
didefinisikan sebatas fakta biologis atau entitas organik sebagai kerangka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
fisik belaka. Tubuh memiliki rujukan ke dalam dunia sosial, budaya, politik,
psikologi, filsafat, dan lain-lain. Tubuh sebagai wujud dengan segala
kompleksitasnya itulah yang kemudian banyak pihak mendefinisikannya
menurut sudut pandang yang berbeda-beda. Tubuh sebagai media bukanlah
hanya sebagai pemindah proses berekspresi seperti melukis dengan cat pada
media kanvas lalu dipindahkan menjadi melukis dengan cat pada tubuh
sebagai medianya. Perbedaan antara performance art dan seni lukis atau patung
adalah tujuan utamanya, yaitu penciptaan suatu peristiwa dan bukan hanya objek
seni fisik, dan yang menjadi media utamanya adalah tubuh manusia. Jauh lebih
dalam daripada hal tersebut, tubuh sebagai media adalah hubungan intim
antara jiwa raga dengan konsep-konsep, faham, ideologi, keyakinan pada
sesuatu
yang
kemudian
bersifat
transdental
karena
sifatnya
yang
mengaburkan batas-batas realitas. Itulah sebabnya tubuh sebagai media
menjadi sangat penting dalam penyajian karya performance art.
Perbedaan antara performance art dengan seni pertunjukan (performing
art) seperti teater adalah performance art bukan ruang untuk membuat percaya.
Dalam teater, material seperti pisau dibuat secara palsu dan darah yang digunakan
juga palsu. Dalam performance art, pisau tersebut nyata dan darah tersebut juga
nyata. Itulah mengapa kemudian performance art disebut sebagai seni yang hidup.
Walaupun demikian, performance art tidak mengecualikan penggunaan unsur
teater dalam penyajian karyanya dan tidak inheren mengabaikan legitimasi seni
pertunjukan dan seringkali karya performance art mengaburkan batasan antara
seni dan kehidupan (realita). Sejalan dengan hal itu, Sulistyowati (2008: 17)
mengemukakan, bahwa:
Performance art tidak masuk dalam kategori performing art yang
mengandalkan susunan kreasi berdasarkan plot, dramaturgi, ritme,
dan berbagai tekhnik teatrikal lainnya, seperti opera, tari, paduan
suara, konser dan lain sebagainya, meskipun kehadirannya
menyertakan materi tersebut sebagai bahan atau elemen
penduk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Performance art merupakan sebuah karya yang mereduksi berbagai hal
(faham, pemikiran, filosofi, bentuk, dan teori) yang telah mapan. Performance art
mendobrak benteng-benteng paradigma lama yang seringkali dianggap sebagai
karya anomali, sedangkan performing art merupakan karya dengan konsep yang
tertata apik, tidak lagi ataupun melahirkan ruang konseptual baru. Pendapat serupa
dikemukakan oleh Carlson (dalam Goldberg, 2004: 1) yang juga membedakan
antara performance art dan performing art bahwa:
in such varied contexts that little if any common semantic ground
seems to among them. Both the New York Times and the Village
Voice now include a special category of
separated from theatre, dance, or film including events that are
simpler all theatre was considered to be involved with
performance, theatre being in fact one of the so-called
practice of calling any specific theatre event (or for that matter
Sejalan dengan kedua paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
performance art adalah seni yang hidup, performance art juga sebagai hubungan
interaksi sosial, antara performance artist dengan penontonnya. Pembatasan
makna antara performance art dan performing art perlu dilakukan karena
seringkali terjadi pembiasan makna diantara keduanya. Performance art lebih
art
beban makna tersendiri, sedangkan performance* (*baca: performa) ditujukan
kepada seorang atlet, binaragawan, produk iklan, dan sebagainya. Dikarenakan
performance art
jauh-
anti-
maka demikian, unsur-unsur
artifisial seperti dalam seni tari, seni teater, seni musik, dan seni sastra bukan
merupakan hal utama dalam penyajian karya performance art. Keindahan dalam
karya performance art akan tercermin dalam konsep bagaimana karya itu
disajikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Performance art merupakan sebuah disiplin ilmu seni. Sebagaimana seni
yang lainnya, performance art juga memiliki karakteristik. Karakteristik dari
performance art adalah: (1) Performance art adalah seni yang hidup, inilah
kemudian yang membedakan performance art dengan seni pertunjukan; (2)
Performance art tidak mempunyai aturan ataupun pedoman. Performance art
murni bagian dari seni; (3) Performance art tidak untuk dijual, tetapi
bagaimanapun menjual tiket dan film merupakan hak performance artist; (4)
Performance art dapat terdiri dari lukisan atau patung (atau keduanya), dialog,
puisi, musik, tari, opera, film rekaman, menyalakan televisi, laser lampu, hewan
dan api. Tetapi semua itu tergantung dari seniman performance art sendiri; (5)
Dadaism, Futurism, Bauhaus dan Black Mountain College mereka semua adalah
inspirasi dan membantu membuka jalan bagi performance art; (6) Performance
art
Baik Fluxus dan Seni Tubuh (Body Art)
adalah jenis performance art; (7) Performance art dapat menghibur, lucu,
mengejutkan atau mengerikan.Tidak peduli yang berlaku kata sifat, semua itu
dimaksudkan untuk dapat di ingat oleh yang melihatnya (Dikutip dari
http://Performance-art-Wikipedia,the_free_encyclopedia.htm diakses pada tanggal
25/02/14).
Seperti paparan tersebut di atas, bahwa sebenarnya performance art
adalah seni yang tidak dapat dibeli, dijual atau diperdagangkan sebagai sesuatu
yang bersifat komersial. Performance art dari seniman memperlihatkan gerakan
sebagai sarana untuk mengekspresikan seni mereka langsung ke forum publik dan
bersifat insidental, sehingga benar-benar menghilangkan kebutuhan untuk galeri,
agen, broker, akuntan pajak dan adanya aspek lain dari kapitalisme.
Kelahiran performance art di dunia dilatarbelakangi oleh beberapa aliran
seni, yang pada awalnya dilakukan oleh para sastrawan dan penyair di Italia.
Beberapa aliran itu adalah Futurisme dan Dadaisme, ada pula istilah happening
art dan body art sebelum akhirnya nama performance art menjadi mapan.
Performance art (sering disebut seni hidup (Live Art), terutama di Inggris) ialah
praktek seni hidup yang berkembang terutama dari seni rupa. Performance art
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
dikembangkan sebagai usaha seniman untuk memperpanjang seni di luar media
konvensional dan praktek seni lukis dan patung. Banyak seni pertunjukan itu
secara eksplisit bermotif politik, yang bertujuan untuk menantang nilai-nilai dan
praktik dominan dan untuk menanggapi krisis sosial. Definisi performance art
sulit untuk ditentukan karena berpotensi menggabungkan begitu banyak media
termasuk performance, teks (sastra), musik, tari, arsitektur, patung, video, film,
dan multimedia selain itu juga sering bertujuan untuk menantang kategorisasi,
serta kemungkinan mengeksplorasi daya ekspresif dari para seniman, dan
menggabungkan berbagai elemen untuk menghasilkan seni
yang baru.
Performance art menggeser penekanan dari objek konvensional, sekaligus
memfokuskan kembali konsep seniman sebagai pencipta dan hubungan seni untuk
kehidupan sehari-hari. Fokus di sini berarti bahwa seniman melakukan
performance art itu berkaitan dengan identitas dan lebih sering tampil solo atau
dengan pasangan daripada kelompok (Allain dan Harvie, 2006: Hlm. 182-184).
Performance art seringkali diejek oleh budaya populer sebagai seni yang
memanjakan diri sendiri, esoteris, atau bahkan konyol, bukan hanya berpotensi
untuk mengorbankan ambisi kontra-budaya, tetapi juga mengindikasikan
pertanyaan yang mungkin penting tentang elitisme, solipsisme dan penekanan
pada individu atas masyarakat. Meskipun demikian, para performance artist terus
menggunakan performance art sebagai media berekpresi dan wujud atas
keprihatinan mendasar terhadap identitas untuk mengeksplorasi 'sesuatu yang
lain'. Sebuah inovasi dari abad kedua puluh, yang kemudian berlanjut di abad ke
dua puluh satu paling tidak karena cara itu performance art
adalah cara efektif
dalam menanggapi isu-isu politik -terutama hubungannya dengan identitas dan
budaya komoditas.
Performance art menunjukkan minat yang sangat luas terhadap waktu.
Hal ini tercermin dalam istilah performance art lebih dikenal di Inggris dengan
sebutan seni hidup (Live Art), seni hidup bisa berjalan selama masa hidup dan
masa setelahnya dan juga dalam istilah 'Durational Art' dan 'seni berdasarkan
waktu' (Time-Based Art). Dalam hal ini, durational art dan time-based-art di bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
menjadi 2 (dua), yakni, long-durational art dan short-durational art. Dapat
dikatakan menjadi long-durational art karena waktu penyajian performance art
yang cukup lama, bisa seminggu, sebulan, bahkan setahun atau bahkan lebih.
Sebagai bagian dari penolakan post modern yang dominan pada karya representasi
yang konvensional yang juga termasuk dalam 'narasi besar', performance art
sering menolak narasi linear konvensional, yang menggunakan aturan durasi
bukan untuk menghasilkan pola baru dan struktur (Allain dan Harvie, 2006: Hlm.
183).
Performance art seringkali disajikan dengan berbagai kecenderungan
bentuk karya. Seperti yang telah disebutkan di atas, definisi performance art sulit
ditentukan karena berpotensi memadukan berbagai unsur kesenian. Seringkali
performance art disajikan ke dalam bentuk teaterikal, body art, butoh, pantomim,
dan sebagainya. Berikut adalah beberapa bentuk karya performance art:
1. Body Art
Seni tubuh (body art) adalah seni performance radikal yang secara
eksplisit menggunakan tubuh artis sendiri, berbicara secara visual, sensual dan
seringkali berbicara tentang identitas dan secara ekspresif untuk memberlakukan
makna sosial tubuh. Body art mulai muncul setelah Perang Dunia 2 (dua), dengan
seniman yang benar-benar menggunakan tubuh mereka sendiri dan
dalam
Seni tubuh (body art) feminis telah mengeksplorasi tentang
bagaimana tubuh wanita dikendalikan oleh, misalnya, konsepsi dominasi
keindahan dan seksualitas, seperti jenis objektivikasi seksual perempuan
ditunjukkan oleh Klein. Seri Orlan tentang operasi bedah plastik,
Reincarnation from Saint Orlan
The
-1993), sekaligus mengakui ikon
keindahan dalam sejarah seni Barat dengan mengadopsi unsur-unsur dari potret
terkenal dan melemahkan mereka dengan menggabungkan mereka dalam
konfigurasi seni yang baru.
Seni tubuh (body art) telah mengeksplorasi batas kemampuan materi
tubuh. Hal itu telah difokuskan pada pengujian batas materi tubuh (seperti kulit)
serta batas daya tahan mental. Banyak seniman, termasuk Chris Burden, Marina
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
yang memotong atau menusuk tubuh mereka dalam aksi performance art, dengan
berbagai efek dalam memprovokasi penonton untuk mempertimbangkan etika
penonton yang pasif, dan mengeksplorasi respon terhadap rasa sakit, melanggar
tabu, yang berpotensi bermuatan 'cabul', masokisme, kehadiran pelaku dan
moralitas tubuh. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Zhang Huan (dalam Bethan
Morgan: 2013) bahwa:
Tubuh adalah satu-satunya cara langsung untuk dikenal
masyarakat dan masyarakat bisa mengenal saya. Tubuh adalah
bukti identitas. Tubuh adalah bahasa. Sayamenggunakan tubuh
sebagai media utama, menyakiti diri sendiri, dan menguji batas
batasan fisik dan mental (Dikutip dari http://Saat Daging Menjadi
Media Seni Carolee Schneemann, Zhang Huan dan Lady Gaga Gaya Hidup, Mode dan Kecantikan di situs plasamsn Gaya
Hidup.htm diakses pada tanggal 13/08/14).
Seni tubuh (body art) telah menyelidiki kompleksitas subjektivitas
sebagaimana dipahami dalam teori post-modern, mengakui itu sebagai
fragmentasi dari sebagian yang dibentuk oleh budaya dan sebagian oleh kondisi
material yang diberikan tubuh. Ia telah diinterogasi batas atas kemauan pribadi
maupun konsepsi identitas sebagai batasan dengan tubuh (Allain dan Harvie,
2006: Hlm.134-135).
2. Pantomim
Pantomim (Bahasa Latin: pantomimus, meniru segala sesuatu) adalah
suatu pertunjukan teater yang menggunakan isyarat, dalam bentuk mimik wajah
atau gerak tubuh, sebagai dialog (Dikutip dari http://Pantomim-Wikipedia-bahasaIndonesia-ensiklopedia-bebas.htmdiakses pada tanggal 11/08/14).
Jenis pertunjukan ini telah dikenal sejak zaman Romawi Kuno dan sering
digunakan dalam ritus keagamaan dengan cerita umumnya seputar mitologi
Yunani. Pantomim kembali populer pada abad ke-16 dengan berkembangnya
Commedia dell'arte di Italia yang membawa Pantomim pada bentuknya yang
sekarang yang mengutamakan pada lakon komedi. Commedia dell'arte tumbuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
pada tahun 1550-an ini merupakan sebuah reaksi politik yang tidak
memungkinkan pertunjukan dengan menggunakan terlalu banyak kata-kata,
terutama kata-kata yang bermakna politik dan yang tidak memberikan kontribusi
pada syiar agama. Seni komedi ini menjadi sangat penting, karena memberikan
kesempatan berimprovisasi dengan berbagai hal yang sedang aktual, tentunya
tidak menyinggung masalah politik dan kekuasaan.
Commedia dell'arte menggunakan topeng untuk menyembunyikan wajah
pemainnya, disamping itu topeng tersebut menambahkan kesan lucu. Sedangkan
pada Pantomim, wajah tidak lagi menggunakan topeng. Tetapi dilukis maupun
diberi aksentuasi secara langsung (atau di-make-up). Memasuki akhir abad 19
hingga saat ini, Pantomim semakin popular dan ditujukan untuk anak-anak, baik
di Inggris maupun di Australia, Kanada, Amerika, Jepang (Tokyo Mime City) dan
kini di Indonesia (Dikutip dari http:// Pantomim-Pengertian,Sejarah,Contoh-danMusik-pengiringnya._love-rima.htm diakses pada tanggal 11/08/14).
3. Teater
berpotensi untuk mengubah arti ke dalam berbagai bentuk
bahas dengan sedikit nuansa yang berbeda dari etimologi aslinya dalam bahasa
Yunani, Thetron, yang berarti tempat untuk mengamati atau melihat. Meskipun
demikian, kata tersebut memiliki perbedaan dengan pengejaan dalam bahasa
Inggris (Allain dan Harvie, 2006: Hlm.208).
Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih
luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafiran, penggarapan,
penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari publik
atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau
peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut proses teater atau disingkat
berteater. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam
arti luas. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan
kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan
didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater adalah segala
tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
ketoprak, ludruk dan lain-lain (Dikutip dari http://Teater - Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diakses pada tanggal 13/08/14).
4. Self- Injury / Masokisme
Penggunaan kata masokisme
Sado-Masokisme
berkaitan dengan penyimpangan seksual dengan menyakiti pasangannya sebelum
melakukan hubungan seksual. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia arti
Masokisme adalah kesenangan yang berasal dari rasa sakit fisik atau
psikologis yang ditimbulkan pada diri sendiri baik oleh diri sendiri atau orang
lain. Masokisme mungkin melibatkan pencambukan, pemukulan, perbudakan, dan
penyerahan total kepada pasangan seksual yang lebih dominan. Kondisi ini juga
disebut masokisme seksual dan diklasifikasikan sebagai parafilia ketika secara
sadar dilakukan sebagai bagian dari tindakan seksual atau sebagai prasyarat untuk
kepuasan seksual. Masokisme adalah kebalikan dari sadisme, meskipun keduanya
cenderung untuk eksis secara berdampingan pada orang yang sama (dalam kondisi
yang disebut sado-masokisme).
Self-Injury
ungkapan yang
banyak digunakan secara konseptual beberapa jenis tindakan destruktif sebagai
milik diri.Ini juga memiliki sifat yang mencirikan beberapa jenis tindakan diri
sendiri ditimbulkan sebagai yang merusak.
Self-Injury
digunakan untuk menjelaskan mengenai kecenderungan karya performance art
dengan cara menyakiti diri sendiri.
Bagi sebagian orang, tindakan dengan mengiriskan silet pada tubuhnya
dan melihat luka yang timbul dan darah yang mengalir mungkin merupakan
tindakan yang tidak terbayang bisa dilakukan oleh seseorang. Namun dalam
kenyataannya ada orang-orang yang berani melakukannya. Tindakan melukai diri
sendiri seperti ini dikenal sebagai Self Injury. Self injury atau self harm
(menyakiti/melukai diri sendiri) merupakan tindakan menimbulkan luka-luka
pada tubuh diri sendiri secara sengaja. Tindakan ini dilakukan tidak dengan tujuan
bunuh diri tetapi sebagai suatu cara untuk melampiaskan emosi-emosi yang terlalu
menyakitkan untuk diekspresikan dengan kata-kata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Self injury dapat berupa mengiris, menggores kulit atau membakarnya,
melukai atau mememarkan tubuh lewat kecelakaan yang sudah direncanakan
sebelumnya. Dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim mereka bahkan mematahkan
tulang-tulang
mereka
sendiri,
memakan
barang-barang
yang berbahaya,
mengamputasi tubuh mereka sendiri, atau menyuntikkan racun ke dalam tubuh.
Secara ringkas self injury didefinisikan sebagai mekanisme coping yang
digunakan seorang individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional atau
menghilangkan rasa kekosongan kronis dalam diri dengan memberikan sensasi
pada diri sendiri. Melukai diri sendiri bisa menjadi musuh nomor satu yang tidak
kalah membahayakan diri baik secara fisik maupun mental. Biasanya ini terjadi
tanpa disadari, yaitu saat kita sedang merasa down, kecewa, sedih atau sesekali
merasa kurang percaya diri (Dikutip dari http://Mengenal Perilaku Self-Injury
(Melukai Diri Sendiri).htm diakses pada tanggal 13/08/14).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
B. Penelitian yang Relevan
Dalam Sulistyowati (2008), performance art
art
performance
tersendiri kata pertama
kata ke dua (yaitu
bertalian
dengan prefiks verbal me-) konsep si penampil, bukan sekedar performer/ pelaku
dalam performance
performance ar
. Penggunaan kata art
disini menjadi sangat penting, karena menerangkan
yang
konvensional. Meskipun performance art dapat saja mengikutsertakan unsur tari,
karena bukan tarian atau musiknya yang menjadi obyeknya. Atas dasar pemikiran
sebagai
Sulis
performance
-). Apalagi kata
(performer
Sulistyowati, terjemahan lain dari performance art
seni performa .
Tujuan penelitiannya adalah menceritakan rangkuman garis besar
sejarah berdasarkan data yang ada. Sejarah performance art meliputi data yang
sangat luas hingga ke detil-detilnya, karena satu dan lainnya saling berkaitan
dengan berbagai aspek dan situasi yang menyelimutinya di tiap titik. Kumpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
data yang sangat luas ini melahirkan berbagai persepsi dan interpretasi yang
beraneka, termasuk persepsi dan interpretasi Sulistyowati sendiri.
C. Kerangka Berpikir
Sesuai dengan perumusan masalah dalam
penelitian ini, proses
pembelajaran performance art dilakukan dalam mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1
di Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Dosen memberikan materi performance
art yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan perkuliahan dan mahasiswa,
kemudian dosen juga memberikan tugas pembuatan karya performance art
sebagai salah satu media pengukur tingkat pemahaman mahasiswa mengenai
pembelajaran performance art. Selain itu, upaya pemberian tugas dilakukan dosen
untuk menarik mahasiswa untuk menciptakan karya performance art.
Mahasiswa dapat membuat dan menyajikan karya performance art setelah
adanya pemberian dan pemahaman materi dari dosen, juga dari berbagai referensi
dari sumber lain. Hal tersebutlah yang kemudian meningkatkan pemahaman
mahasiswa tentang performance art. Referensi dari media lain yang berupa video,
foto, koran, majalah, internet dan lainnya juga dapat menjadi bahan acuan bagi
mahasiswa untuk menciptakan karya performance art. Tingkat pemahaman dan
bentuk karya performance art dari mahasiswa bersinambung dengan penyampaian
materi yang disampaikan oleh dosen pengampu.
Berdasarkan materi pembelajaran maupun referensi dari luar, mahasiswa
kemudian mengolah materi tersebut menjadi sebuah tema maupun konsep/ide
gagasan dan kemudian dapat menyajikan sebuah karya dalam bentuk performance
art. Pada akhirnya dengan upaya-upaya tersebut di atas, tujuan dari pelaksanaan
pembelajaran ini yakni dapat tercapainya: sikap apresiatif mahasiswa terhadap
karya seni performance art yang seringkali dianggap sebagai seni alternatif, serta
meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap performance art yang selama ini
diketahui terjadi kesalahan dalam pemaknaannya sebagai sebuah karya seni.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian teori di atas, maka dapat
dibuat kerangka berpikir sebagai berikut :
Dosen
Materi Pembelajaran Performance Art
Tugas Performance Art
Mahasiswa
Pemahaman mahasiswa
mengenai Performance Art
meningkat
Bentuk karya Performance
Art dari mahasiswa
Bagan 1. Kerangka Berpikir
commit to user
Download