perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan pada Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidian Nasional, dalam Pasal 1 Ayat 20 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran diberikan kepada orang supaya yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Nurfuadi, 2012: 133). Sejalan dengan hal tersebut, Trianto (2010:17) menyebutkan bahwa: yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang Pengertian pembelajaran kemudian dapat disimpulkan sebagai suatu komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswanya untuk mencapai pembentukan sikap, pengetahuan dan penguasaan suatu bidang tertentu. Pembelajaran merupakan commit to user 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 proses untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, pembelajaran juga dimaksudkan untuk mencapai perkembangan sebagai pribadi yang seutuhnya sebagai seorang manusia. Proses pembelajaran harus diawali dengan proses perencanaan yang matang, agar implementasinya dapat dilakukan dengan efektif. Dengan demikian, pembelajaran dapat dilakukan secara sadar dan juga terencana secara sistematis. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi belajar, serta dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang. Pembelajaran juga harus dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan. Dari pemahaman pembelajaran tersebut, maka dapat dimaknai bahwa sebuah pembelajaran dalam sistem pendidikan baik formal maupun informal memiliki peran yang penting untuk menjadikan seorang manusia mampu berkembang. Baik secara psikis dan fisik untuk kemudian mencapai tingkat kematangan dalam hidup. Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran performance art yang diterapkan oleh dosen dalam mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 adalah sebagai materi pendukung dalam mata kuliah tersebut. Dengan harapan, pembelajaran tersebut dapat menunjang kompetensi mahasiswa. Kompetensi secara harifiah diartikan sebagai kemampuan atau kapabilitas atau gambaran tentang apa yang harus diketahui atau dilakukan seseorang agar dapat melakukan sesuatu dengan baik (Supriadie, Darmawan, 2012: 98). Dengan mengembangkan materi pokok pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1, mahasiswa dapat mencapai kompetensi yang meliputi pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat. Pembelajaran performance art tersebut juga dapat mendorong mahasiswa menjadi termotivasi dalam menciptakan karya rupa khususnya dalam konteks seni lukis. b. Prinsip Pembelajaran Berdasarkan pengertian di atas, sebuah proses pembelajaran tentunya juga memiliki prinsip. Dengan mengikuti kaidah atau prinsip pembelajaran, maka secara didaktis pembelajaran dapat berlangsung secara baik. Prinsip pembelajaran tersebut adalah: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 1) Apersepsi, yakni dosen mampu mengenali kemampuan awal mahasiswa dan memberikan pengalaman baru. 2) Motivasi, yakni dosen memahami mahasiswa datang dengan berbekal motif dan selalu menjaga kondisi tersebut untuk kemudian mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk terus melakukan proses belajar. 3) Aktivitas, yakni dosen mampu mengembangkan aktivitas pembelajaran sehingga mahasiswa dapat mengekspresikan potensinya secara optimal. 4) Korelasi, yakni menghubungkan antara materi pokok dengan mata pelajaran atau ilmu pengetahuan lain baik secara struktural maupun fungsional. 5) Individualisasi, yakni memahami perbedaan karakteristik individual dan kapasitas belajarmahasiswa. 6) Pengulangan, dilakukan dosen dalam rangka proses pemantapan, merangkum, dan memberikan kesimpulan. 7) Kerjasama, yakni mengembangkan suasana saling membelajarkan di antara mahasiswa. 8) Lingkungan, yakni dosen menciptakan suasana belajar yang lebih bervariasi dengan cara memanfaatkan berbagai sumber media. 9) Evaluasi, dilakukan dosen untuk mengukur kemampuan mahasiswa setelah melampaui suatu proses pengalaman belajar (Supriadie, Darmawan, 2012: 131-134). Prinsip pembelajaran bertujuan untuk mengkondisikan mahasiswa agar mereka dapat belajar dengan perasaan tertarik dan senang. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan dosen untuk menciptakan kondisi belajar mahasiswa dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Pengkondisian ini menjadi penting, karena mahasiswa akan dihadapkan pada masalah yang nyata dan kompleks. Oleh sebab itu untuk mencapai kompetensi tertentu selain penciptaan kondisi belajar yang kondusif diperlukan proses pembelajaran yang sistematis dan metode yang tepat. Dengan demikian, kaidah dan prinsip pembelajaran menjadi faktor penting untuk merealisasikan kondisi yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 Pembelajaran performance art pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 pada dasarnya telah menunjukan penerapan prinsip pembelajaran. Dosen memotivasi mahasiswa dengan mengembangkan materi pokok mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1.Yang dikorelasikan dengan cabang seni lainnya yakni performance art. Sehingga tercipta pula lingkungan belajar yang variatif. Selain itu, dosen juga melakukan pengulangan dan pengulasan materi pembelajaran serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran. c. Tujuan Pembelajaran Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Didalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman- pengalaman belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu, pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Max Darsono (2002: 24untuk merubah perilaku siswa lebih berkualitas baik dari aspek kognitif, afektif Sardiman MA (2007:26) menyebutkan bahwa: Tujuan pembelajaran adalah: (1) Mendapatkan pengetahuan, hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, dimana orang yang melakukan kegiatan pembelajaran kecenderungan wawasan dan pengetahuannya akan bertambah; (2) Penanaman konsep dan ketrampilan, tujuan dalam pembelajaran agar dapat merumuskan suatu konsep pemikiran dan gagasan, untuk mencapai tersebut tentunya dibutuhkan ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani; (3) Pembentukan sikap, melalui proses interaksi pembelajaran, pembentukan sikap mental dan perilaku siswa akan terbentuk dengan sendirinya. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah membuat mahasiswa menjadi paham tentang materi pembelajaran yang disampaikan. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan, membentuk sikap dan akhlak, juga kreatif. Mahasiswa mendapatkan pengalaman baru dari setiap pembelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Pembelajaran performance art pada mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 bertujuan untuk membuat mahasiswa lebih memahami dan memperkaya pengetahuan terhadap cabang ilmu seni rupa lainnya dan untuk memperkuat materi pokok yang diberikan. Materi-materi pokok tersebut berorientasi kepada standar kompetensi dengan melakukan eksplorasi bahan, teknik dan visual dalam menciptakan karya seni lukis. Sehingga secara tidak langsung mahasiswa mendapatkan pengalaman baru dengan menciptakan karya performance art. Hal ini juga dilakukan mengingat tidak adanya mata kuliah maupun pengantar kuliah mengenai performance art di Program Studi Pendidikan Seni Rupa. 2. Pembelajaran Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu disiplin ilmu seni. Soedarso Sp (1990: 9) . Sebagai sebuah disiplin ilmu, seni rupa memiliki peran yang sama dengan disiplin ilmu lainnya. Pendidikan nasional seharusnya tidak mengesampingkan peran pendidikan seni dan lebih mengutamakan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan sains. Peran pendidikan seni juga menjadi salah satu upaya untuk membentuk kualitas kepribadian dan kemampuan manusia Indonesia seperti yang diharapkan. Pembelajaran tentang wawasan seni rupa dalam praktiknya telah diajarkan sejak usia dini. Mulai dari pendidikan anak usia dini, taman kanakkanak, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, bahkan lebih mendalam di tingkat perguruan secara khusus menurut jurusan yang ditempuh. Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan atau di luar kelas. Dengan demikian pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 Yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran (seni rupa, musik, tari, dan teater). Masing-masing mencakup materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya seni serta berapresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat (Dikutip dari http://AndriWicaksono-Konsep-Pendidikan-Seni.htm diakses pada tanggal 27/05/14). Peran pembelajaran seni rupa di sekolah pada dasarnya bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi merupakan komponen penting yang sejajar dengan komponen ilmu lainnya. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Pendekatan seni dalam pendidikan adalah sebagai upaya untuk pewarisan dan sekaligus pengembangan atas beragam seni kepada anak didik. Kesenian yang telah dimiliki masyarakat perlu dilestarikan agar tidak punah dan mengalami perkembangan. Oleh karena itu, anak didik perlu dilatih agar pandai dalam bidang seni. Pada gilirannya dapat dihasilkan calon-calon seniman yang handal. Pendidikan melalui seni yang digunakan adalah sebagai upaya, sarana, alat atau media pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui pendidikan seni diharapkan dapat menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif. Pelaksanaan dalam pembelajaran, ruang lingkup pendidikan seni meliputi aspek pengetahuan, apresiasi dan pengalaman kreatif. Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain. Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat saling melengkapi dan saling berkaitan. Yang artinya, segala bentuk cabang ilmu seni rupa saling menguatkan dalam pembelajaran seni di sekolah. Guru pelaksana pendidikan seni adalah guru bidang studi lulusan lembaga pendidikan tinggi keguruan seni. Sekalipun pada pelaksanaan pengajaran seni ia tidak banyak berintervensi pada kegiatan seni anak-anak, ia hanya memancing ide anak-anak yang pada suatu saat bisa diminta memberi contoh oleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 anak-anak, atau tempat anak-anak berkonsultasi seperti saat mereka sedang menghadapi kesulitan (Garda 1985: 11). Guru-guru kesenian yang dipersiapkan oleh lembaga pendidikan seperti jurusan Sendratasik Universitas Negeri di Indonesia sudah memadai sesuai tuntutan kurikulum. Tuntutan adanya guru yang memadai, masalah metode serta materi pengajaran tentunya harus diperhatikan juga. Agar pembelajaran mencapai tujuannya dan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. 3. Seni Lukis Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa dan termasuk dalam kategori seni murni (fine art). Seni murni atau fine art merupakan karya seni yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan batin senimannya. Seni murni diciptakan berdasarkan kreativitas dan ekspresi yang sangat pribadi (lukis, patung, dan grafis). Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Sejalan dengan hal tersebut Santo, Agung, Liestyati K.N.P (2012: 93) menguraikan seni lukis sebagai berikut: Seni lukis merupakan suatu ungkapan pengalaman estetis pelukis yang dituangkan dan diwujudkan melalui beragam media bidang kanvas, kayu maupun kertas. Ini dilakukan dengan memadukan unsur garis, bidang, ruang, tekstur, dan warna. Ditampilkan dengan berbagai medium dan teknik seperti cat minyak, akrilik, pensil, cat air dan lainnya. Juga dengan berbagai ukuran dan bentuk bidang sesuai keinginan pelukisnya. Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut, mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 tahun ajaran 2013/2014 pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa berorientasi kepada kegiatan mengeksplorasi bahan, teknik dan visual. Bereksplorasi dalam kegiatan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 melukis perlu dilakukan untuk memahami karakter mahasiswa dalam menciptakan karya. Dengan mengeksplorasi diharapkan mahasiswa menemukan hal baru dalam setiap pengerjaan karya lukis. Mahasiswa akan menemukan berbagai hambatan dan mengetahui berbagai karakter benda/tekstur yang akan dilukisnya. Hal tersebut kemudian dapat memacu mahasiswa menumbuhkan daya kreativitasnya. Salah satu upaya dosen pengampu mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 dalam standar pokok mengeksplorasi media adalah dengan menambahkan materi pembelajaran performance art ke dalam mata kuliah. Performance art, body art, maupun action painting dapat menjadi sebuah referensi mahasiswa untuk lebih mengeksplorasi media lukisnya (dalam hal ini berkaitan dengan eksplorasi tubuh sebagai media lukis). 4. Performance Art performance Bahasa Indonesia, sedangkan menurut Oxford Dictionary onlinekata Performance Art berarti: an art form that combines visual art with dramatic performance (Dikutip dari http://performance art - in Oxford art definition - of- performance dictionary (British & World - English).htm diakses pada tanggal 25/02/14). Dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia, performance art adalah suatu bentuk seni yang menggabungkan antara seni rupa dengan pertunjukan dramatis. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya performance art diartikan sebagai suatu bentuk seni yang mempertunjukan penggabungan antara seni rupa dengan pertunjukan yang dramatis atau yang lebih dikenal dengan Museum Modern of Art (MoMA) dalam situs resminya menyatakan bahwa medium is the body, and the live (Dikutip dari http://MoMA_Performance-into-Art.htm diakses pada tanggal 25/02/14). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 yang menyatakan The body (Berghaus, 2005: 174). Dari pendapat tersebut, pemahaman mengenai performance art mengacu pada penggunaan tubuh sebagai media berekspresi dan berkreasi. Seperti yang diungkapkan Marina menggunakan tubuh dalam seni performa sebagai cara mendorong batasanbatasan fisik dan psikisnya di luar hati dan nuraninya. Performance art memiliki empat variabel utama, yakni: (1) waktu; (2) ruang; (3) tubuh pemain; dan (4) hubungan antara pemain dan penonton. Ruang dan waktu adalah hal terpenting bagi seorang performance artist, seorang pelaku performance artist dapat melakukan aksi performance art tanpa dilihat oleh penontonnya, tetapi tidak dapat dilakukan bila tidak memiliki ruang dan waktu. Variabel-variabel ini sangat fleksibel dan tidak terikat aturan yang ketat, termasuk pada definisi tubuh bagi para performance artist, pelakunya bebas mendefinisikan tubuh sebagai media untuk berekspresi. Synnot (dalam Saidi, 2008: 268) menguraikan kompleksitas tubuh sebagai berikut: -bagiannya, dimuati oleh simbolisme kultural, publik, dan privat, positif dan negatif, politik dan ekonomi, seksual, moral, dan seringkali kontroversial; begitu pula dengan atribut-atribut, fungsi tubuh, kondisi tubuh, dan inderainderanya.Tinggi dan berat badan, aktivitas makan dan minum, bercinta, bentuk tubuh dan bahasa tubuh, dengan bermacammacam penyakit yang menderanya seperti flu atau AIDS, semua ini tidak hanya sekedar fenomena fisik, melainkan juga berdimensi Pelaku performance art pada dasarnya bebas menggunakan tubuh sebagai medianya baik memasukan unsur masokisme seperti menyileti tubuh, telanjang, ataupun bentuk ekspresi yang lain seperti melukis dengan tubuh. Tubuh adalah sebuah wujud yang sangat kompleks, tubuh tidak bisa didefinisikan sebatas fakta biologis atau entitas organik sebagai kerangka commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 fisik belaka. Tubuh memiliki rujukan ke dalam dunia sosial, budaya, politik, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Tubuh sebagai wujud dengan segala kompleksitasnya itulah yang kemudian banyak pihak mendefinisikannya menurut sudut pandang yang berbeda-beda. Tubuh sebagai media bukanlah hanya sebagai pemindah proses berekspresi seperti melukis dengan cat pada media kanvas lalu dipindahkan menjadi melukis dengan cat pada tubuh sebagai medianya. Perbedaan antara performance art dan seni lukis atau patung adalah tujuan utamanya, yaitu penciptaan suatu peristiwa dan bukan hanya objek seni fisik, dan yang menjadi media utamanya adalah tubuh manusia. Jauh lebih dalam daripada hal tersebut, tubuh sebagai media adalah hubungan intim antara jiwa raga dengan konsep-konsep, faham, ideologi, keyakinan pada sesuatu yang kemudian bersifat transdental karena sifatnya yang mengaburkan batas-batas realitas. Itulah sebabnya tubuh sebagai media menjadi sangat penting dalam penyajian karya performance art. Perbedaan antara performance art dengan seni pertunjukan (performing art) seperti teater adalah performance art bukan ruang untuk membuat percaya. Dalam teater, material seperti pisau dibuat secara palsu dan darah yang digunakan juga palsu. Dalam performance art, pisau tersebut nyata dan darah tersebut juga nyata. Itulah mengapa kemudian performance art disebut sebagai seni yang hidup. Walaupun demikian, performance art tidak mengecualikan penggunaan unsur teater dalam penyajian karyanya dan tidak inheren mengabaikan legitimasi seni pertunjukan dan seringkali karya performance art mengaburkan batasan antara seni dan kehidupan (realita). Sejalan dengan hal itu, Sulistyowati (2008: 17) mengemukakan, bahwa: Performance art tidak masuk dalam kategori performing art yang mengandalkan susunan kreasi berdasarkan plot, dramaturgi, ritme, dan berbagai tekhnik teatrikal lainnya, seperti opera, tari, paduan suara, konser dan lain sebagainya, meskipun kehadirannya menyertakan materi tersebut sebagai bahan atau elemen penduk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 Performance art merupakan sebuah karya yang mereduksi berbagai hal (faham, pemikiran, filosofi, bentuk, dan teori) yang telah mapan. Performance art mendobrak benteng-benteng paradigma lama yang seringkali dianggap sebagai karya anomali, sedangkan performing art merupakan karya dengan konsep yang tertata apik, tidak lagi ataupun melahirkan ruang konseptual baru. Pendapat serupa dikemukakan oleh Carlson (dalam Goldberg, 2004: 1) yang juga membedakan antara performance art dan performing art bahwa: in such varied contexts that little if any common semantic ground seems to among them. Both the New York Times and the Village Voice now include a special category of separated from theatre, dance, or film including events that are simpler all theatre was considered to be involved with performance, theatre being in fact one of the so-called practice of calling any specific theatre event (or for that matter Sejalan dengan kedua paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa performance art adalah seni yang hidup, performance art juga sebagai hubungan interaksi sosial, antara performance artist dengan penontonnya. Pembatasan makna antara performance art dan performing art perlu dilakukan karena seringkali terjadi pembiasan makna diantara keduanya. Performance art lebih art beban makna tersendiri, sedangkan performance* (*baca: performa) ditujukan kepada seorang atlet, binaragawan, produk iklan, dan sebagainya. Dikarenakan performance art jauh- anti- maka demikian, unsur-unsur artifisial seperti dalam seni tari, seni teater, seni musik, dan seni sastra bukan merupakan hal utama dalam penyajian karya performance art. Keindahan dalam karya performance art akan tercermin dalam konsep bagaimana karya itu disajikan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 Performance art merupakan sebuah disiplin ilmu seni. Sebagaimana seni yang lainnya, performance art juga memiliki karakteristik. Karakteristik dari performance art adalah: (1) Performance art adalah seni yang hidup, inilah kemudian yang membedakan performance art dengan seni pertunjukan; (2) Performance art tidak mempunyai aturan ataupun pedoman. Performance art murni bagian dari seni; (3) Performance art tidak untuk dijual, tetapi bagaimanapun menjual tiket dan film merupakan hak performance artist; (4) Performance art dapat terdiri dari lukisan atau patung (atau keduanya), dialog, puisi, musik, tari, opera, film rekaman, menyalakan televisi, laser lampu, hewan dan api. Tetapi semua itu tergantung dari seniman performance art sendiri; (5) Dadaism, Futurism, Bauhaus dan Black Mountain College mereka semua adalah inspirasi dan membantu membuka jalan bagi performance art; (6) Performance art Baik Fluxus dan Seni Tubuh (Body Art) adalah jenis performance art; (7) Performance art dapat menghibur, lucu, mengejutkan atau mengerikan.Tidak peduli yang berlaku kata sifat, semua itu dimaksudkan untuk dapat di ingat oleh yang melihatnya (Dikutip dari http://Performance-art-Wikipedia,the_free_encyclopedia.htm diakses pada tanggal 25/02/14). Seperti paparan tersebut di atas, bahwa sebenarnya performance art adalah seni yang tidak dapat dibeli, dijual atau diperdagangkan sebagai sesuatu yang bersifat komersial. Performance art dari seniman memperlihatkan gerakan sebagai sarana untuk mengekspresikan seni mereka langsung ke forum publik dan bersifat insidental, sehingga benar-benar menghilangkan kebutuhan untuk galeri, agen, broker, akuntan pajak dan adanya aspek lain dari kapitalisme. Kelahiran performance art di dunia dilatarbelakangi oleh beberapa aliran seni, yang pada awalnya dilakukan oleh para sastrawan dan penyair di Italia. Beberapa aliran itu adalah Futurisme dan Dadaisme, ada pula istilah happening art dan body art sebelum akhirnya nama performance art menjadi mapan. Performance art (sering disebut seni hidup (Live Art), terutama di Inggris) ialah praktek seni hidup yang berkembang terutama dari seni rupa. Performance art commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 dikembangkan sebagai usaha seniman untuk memperpanjang seni di luar media konvensional dan praktek seni lukis dan patung. Banyak seni pertunjukan itu secara eksplisit bermotif politik, yang bertujuan untuk menantang nilai-nilai dan praktik dominan dan untuk menanggapi krisis sosial. Definisi performance art sulit untuk ditentukan karena berpotensi menggabungkan begitu banyak media termasuk performance, teks (sastra), musik, tari, arsitektur, patung, video, film, dan multimedia selain itu juga sering bertujuan untuk menantang kategorisasi, serta kemungkinan mengeksplorasi daya ekspresif dari para seniman, dan menggabungkan berbagai elemen untuk menghasilkan seni yang baru. Performance art menggeser penekanan dari objek konvensional, sekaligus memfokuskan kembali konsep seniman sebagai pencipta dan hubungan seni untuk kehidupan sehari-hari. Fokus di sini berarti bahwa seniman melakukan performance art itu berkaitan dengan identitas dan lebih sering tampil solo atau dengan pasangan daripada kelompok (Allain dan Harvie, 2006: Hlm. 182-184). Performance art seringkali diejek oleh budaya populer sebagai seni yang memanjakan diri sendiri, esoteris, atau bahkan konyol, bukan hanya berpotensi untuk mengorbankan ambisi kontra-budaya, tetapi juga mengindikasikan pertanyaan yang mungkin penting tentang elitisme, solipsisme dan penekanan pada individu atas masyarakat. Meskipun demikian, para performance artist terus menggunakan performance art sebagai media berekpresi dan wujud atas keprihatinan mendasar terhadap identitas untuk mengeksplorasi 'sesuatu yang lain'. Sebuah inovasi dari abad kedua puluh, yang kemudian berlanjut di abad ke dua puluh satu paling tidak karena cara itu performance art adalah cara efektif dalam menanggapi isu-isu politik -terutama hubungannya dengan identitas dan budaya komoditas. Performance art menunjukkan minat yang sangat luas terhadap waktu. Hal ini tercermin dalam istilah performance art lebih dikenal di Inggris dengan sebutan seni hidup (Live Art), seni hidup bisa berjalan selama masa hidup dan masa setelahnya dan juga dalam istilah 'Durational Art' dan 'seni berdasarkan waktu' (Time-Based Art). Dalam hal ini, durational art dan time-based-art di bagi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 menjadi 2 (dua), yakni, long-durational art dan short-durational art. Dapat dikatakan menjadi long-durational art karena waktu penyajian performance art yang cukup lama, bisa seminggu, sebulan, bahkan setahun atau bahkan lebih. Sebagai bagian dari penolakan post modern yang dominan pada karya representasi yang konvensional yang juga termasuk dalam 'narasi besar', performance art sering menolak narasi linear konvensional, yang menggunakan aturan durasi bukan untuk menghasilkan pola baru dan struktur (Allain dan Harvie, 2006: Hlm. 183). Performance art seringkali disajikan dengan berbagai kecenderungan bentuk karya. Seperti yang telah disebutkan di atas, definisi performance art sulit ditentukan karena berpotensi memadukan berbagai unsur kesenian. Seringkali performance art disajikan ke dalam bentuk teaterikal, body art, butoh, pantomim, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa bentuk karya performance art: 1. Body Art Seni tubuh (body art) adalah seni performance radikal yang secara eksplisit menggunakan tubuh artis sendiri, berbicara secara visual, sensual dan seringkali berbicara tentang identitas dan secara ekspresif untuk memberlakukan makna sosial tubuh. Body art mulai muncul setelah Perang Dunia 2 (dua), dengan seniman yang benar-benar menggunakan tubuh mereka sendiri dan dalam Seni tubuh (body art) feminis telah mengeksplorasi tentang bagaimana tubuh wanita dikendalikan oleh, misalnya, konsepsi dominasi keindahan dan seksualitas, seperti jenis objektivikasi seksual perempuan ditunjukkan oleh Klein. Seri Orlan tentang operasi bedah plastik, Reincarnation from Saint Orlan The -1993), sekaligus mengakui ikon keindahan dalam sejarah seni Barat dengan mengadopsi unsur-unsur dari potret terkenal dan melemahkan mereka dengan menggabungkan mereka dalam konfigurasi seni yang baru. Seni tubuh (body art) telah mengeksplorasi batas kemampuan materi tubuh. Hal itu telah difokuskan pada pengujian batas materi tubuh (seperti kulit) serta batas daya tahan mental. Banyak seniman, termasuk Chris Burden, Marina commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 yang memotong atau menusuk tubuh mereka dalam aksi performance art, dengan berbagai efek dalam memprovokasi penonton untuk mempertimbangkan etika penonton yang pasif, dan mengeksplorasi respon terhadap rasa sakit, melanggar tabu, yang berpotensi bermuatan 'cabul', masokisme, kehadiran pelaku dan moralitas tubuh. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Zhang Huan (dalam Bethan Morgan: 2013) bahwa: Tubuh adalah satu-satunya cara langsung untuk dikenal masyarakat dan masyarakat bisa mengenal saya. Tubuh adalah bukti identitas. Tubuh adalah bahasa. Sayamenggunakan tubuh sebagai media utama, menyakiti diri sendiri, dan menguji batas batasan fisik dan mental (Dikutip dari http://Saat Daging Menjadi Media Seni Carolee Schneemann, Zhang Huan dan Lady Gaga Gaya Hidup, Mode dan Kecantikan di situs plasamsn Gaya Hidup.htm diakses pada tanggal 13/08/14). Seni tubuh (body art) telah menyelidiki kompleksitas subjektivitas sebagaimana dipahami dalam teori post-modern, mengakui itu sebagai fragmentasi dari sebagian yang dibentuk oleh budaya dan sebagian oleh kondisi material yang diberikan tubuh. Ia telah diinterogasi batas atas kemauan pribadi maupun konsepsi identitas sebagai batasan dengan tubuh (Allain dan Harvie, 2006: Hlm.134-135). 2. Pantomim Pantomim (Bahasa Latin: pantomimus, meniru segala sesuatu) adalah suatu pertunjukan teater yang menggunakan isyarat, dalam bentuk mimik wajah atau gerak tubuh, sebagai dialog (Dikutip dari http://Pantomim-Wikipedia-bahasaIndonesia-ensiklopedia-bebas.htmdiakses pada tanggal 11/08/14). Jenis pertunjukan ini telah dikenal sejak zaman Romawi Kuno dan sering digunakan dalam ritus keagamaan dengan cerita umumnya seputar mitologi Yunani. Pantomim kembali populer pada abad ke-16 dengan berkembangnya Commedia dell'arte di Italia yang membawa Pantomim pada bentuknya yang sekarang yang mengutamakan pada lakon komedi. Commedia dell'arte tumbuh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 pada tahun 1550-an ini merupakan sebuah reaksi politik yang tidak memungkinkan pertunjukan dengan menggunakan terlalu banyak kata-kata, terutama kata-kata yang bermakna politik dan yang tidak memberikan kontribusi pada syiar agama. Seni komedi ini menjadi sangat penting, karena memberikan kesempatan berimprovisasi dengan berbagai hal yang sedang aktual, tentunya tidak menyinggung masalah politik dan kekuasaan. Commedia dell'arte menggunakan topeng untuk menyembunyikan wajah pemainnya, disamping itu topeng tersebut menambahkan kesan lucu. Sedangkan pada Pantomim, wajah tidak lagi menggunakan topeng. Tetapi dilukis maupun diberi aksentuasi secara langsung (atau di-make-up). Memasuki akhir abad 19 hingga saat ini, Pantomim semakin popular dan ditujukan untuk anak-anak, baik di Inggris maupun di Australia, Kanada, Amerika, Jepang (Tokyo Mime City) dan kini di Indonesia (Dikutip dari http:// Pantomim-Pengertian,Sejarah,Contoh-danMusik-pengiringnya._love-rima.htm diakses pada tanggal 11/08/14). 3. Teater berpotensi untuk mengubah arti ke dalam berbagai bentuk bahas dengan sedikit nuansa yang berbeda dari etimologi aslinya dalam bahasa Yunani, Thetron, yang berarti tempat untuk mengamati atau melihat. Meskipun demikian, kata tersebut memiliki perbedaan dengan pengejaan dalam bahasa Inggris (Allain dan Harvie, 2006: Hlm.208). Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari publik atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut proses teater atau disingkat berteater. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 ketoprak, ludruk dan lain-lain (Dikutip dari http://Teater - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diakses pada tanggal 13/08/14). 4. Self- Injury / Masokisme Penggunaan kata masokisme Sado-Masokisme berkaitan dengan penyimpangan seksual dengan menyakiti pasangannya sebelum melakukan hubungan seksual. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia arti Masokisme adalah kesenangan yang berasal dari rasa sakit fisik atau psikologis yang ditimbulkan pada diri sendiri baik oleh diri sendiri atau orang lain. Masokisme mungkin melibatkan pencambukan, pemukulan, perbudakan, dan penyerahan total kepada pasangan seksual yang lebih dominan. Kondisi ini juga disebut masokisme seksual dan diklasifikasikan sebagai parafilia ketika secara sadar dilakukan sebagai bagian dari tindakan seksual atau sebagai prasyarat untuk kepuasan seksual. Masokisme adalah kebalikan dari sadisme, meskipun keduanya cenderung untuk eksis secara berdampingan pada orang yang sama (dalam kondisi yang disebut sado-masokisme). Self-Injury ungkapan yang banyak digunakan secara konseptual beberapa jenis tindakan destruktif sebagai milik diri.Ini juga memiliki sifat yang mencirikan beberapa jenis tindakan diri sendiri ditimbulkan sebagai yang merusak. Self-Injury digunakan untuk menjelaskan mengenai kecenderungan karya performance art dengan cara menyakiti diri sendiri. Bagi sebagian orang, tindakan dengan mengiriskan silet pada tubuhnya dan melihat luka yang timbul dan darah yang mengalir mungkin merupakan tindakan yang tidak terbayang bisa dilakukan oleh seseorang. Namun dalam kenyataannya ada orang-orang yang berani melakukannya. Tindakan melukai diri sendiri seperti ini dikenal sebagai Self Injury. Self injury atau self harm (menyakiti/melukai diri sendiri) merupakan tindakan menimbulkan luka-luka pada tubuh diri sendiri secara sengaja. Tindakan ini dilakukan tidak dengan tujuan bunuh diri tetapi sebagai suatu cara untuk melampiaskan emosi-emosi yang terlalu menyakitkan untuk diekspresikan dengan kata-kata. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 Self injury dapat berupa mengiris, menggores kulit atau membakarnya, melukai atau mememarkan tubuh lewat kecelakaan yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim mereka bahkan mematahkan tulang-tulang mereka sendiri, memakan barang-barang yang berbahaya, mengamputasi tubuh mereka sendiri, atau menyuntikkan racun ke dalam tubuh. Secara ringkas self injury didefinisikan sebagai mekanisme coping yang digunakan seorang individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional atau menghilangkan rasa kekosongan kronis dalam diri dengan memberikan sensasi pada diri sendiri. Melukai diri sendiri bisa menjadi musuh nomor satu yang tidak kalah membahayakan diri baik secara fisik maupun mental. Biasanya ini terjadi tanpa disadari, yaitu saat kita sedang merasa down, kecewa, sedih atau sesekali merasa kurang percaya diri (Dikutip dari http://Mengenal Perilaku Self-Injury (Melukai Diri Sendiri).htm diakses pada tanggal 13/08/14). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 B. Penelitian yang Relevan Dalam Sulistyowati (2008), performance art art performance tersendiri kata pertama kata ke dua (yaitu bertalian dengan prefiks verbal me-) konsep si penampil, bukan sekedar performer/ pelaku dalam performance performance ar . Penggunaan kata art disini menjadi sangat penting, karena menerangkan yang konvensional. Meskipun performance art dapat saja mengikutsertakan unsur tari, karena bukan tarian atau musiknya yang menjadi obyeknya. Atas dasar pemikiran sebagai Sulis performance -). Apalagi kata (performer Sulistyowati, terjemahan lain dari performance art seni performa . Tujuan penelitiannya adalah menceritakan rangkuman garis besar sejarah berdasarkan data yang ada. Sejarah performance art meliputi data yang sangat luas hingga ke detil-detilnya, karena satu dan lainnya saling berkaitan dengan berbagai aspek dan situasi yang menyelimutinya di tiap titik. Kumpulan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 data yang sangat luas ini melahirkan berbagai persepsi dan interpretasi yang beraneka, termasuk persepsi dan interpretasi Sulistyowati sendiri. C. Kerangka Berpikir Sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini, proses pembelajaran performance art dilakukan dalam mata kuliah Seni Lukis Lanjut 1 di Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Dosen memberikan materi performance art yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan perkuliahan dan mahasiswa, kemudian dosen juga memberikan tugas pembuatan karya performance art sebagai salah satu media pengukur tingkat pemahaman mahasiswa mengenai pembelajaran performance art. Selain itu, upaya pemberian tugas dilakukan dosen untuk menarik mahasiswa untuk menciptakan karya performance art. Mahasiswa dapat membuat dan menyajikan karya performance art setelah adanya pemberian dan pemahaman materi dari dosen, juga dari berbagai referensi dari sumber lain. Hal tersebutlah yang kemudian meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang performance art. Referensi dari media lain yang berupa video, foto, koran, majalah, internet dan lainnya juga dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa untuk menciptakan karya performance art. Tingkat pemahaman dan bentuk karya performance art dari mahasiswa bersinambung dengan penyampaian materi yang disampaikan oleh dosen pengampu. Berdasarkan materi pembelajaran maupun referensi dari luar, mahasiswa kemudian mengolah materi tersebut menjadi sebuah tema maupun konsep/ide gagasan dan kemudian dapat menyajikan sebuah karya dalam bentuk performance art. Pada akhirnya dengan upaya-upaya tersebut di atas, tujuan dari pelaksanaan pembelajaran ini yakni dapat tercapainya: sikap apresiatif mahasiswa terhadap karya seni performance art yang seringkali dianggap sebagai seni alternatif, serta meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap performance art yang selama ini diketahui terjadi kesalahan dalam pemaknaannya sebagai sebuah karya seni. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 Berdasarkan perumusan masalah dan kajian teori di atas, maka dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut : Dosen Materi Pembelajaran Performance Art Tugas Performance Art Mahasiswa Pemahaman mahasiswa mengenai Performance Art meningkat Bentuk karya Performance Art dari mahasiswa Bagan 1. Kerangka Berpikir commit to user