BAB II TINJAUAN TEORI A. SEJARAH TELEVISI Pada tahun-tahun yang bersamaan dengan pemunculan konsep-konsep penyiaran radio FM, system penyiaran televisi juga berkembang dan tercatat pada 1939 di satu World’s Fair di Amerika, Zworykyin yang dibantu oleh Philo Farnsworth berhasil memperkenalkan pesawat televisi pertama. Kemajuan teknologi di bidang penyiaran televisi ini didahului oleh penemuan Vladimir Kozmich Zworykin, yaitu berupa satu sistem tabung-pengambilan-gambar (pickup tube) iconoscope yang merupakan bagian dari kamera elektronik pada 1923. Sejarah media penyiaran dunia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah media penyiaran sebagai suatu industri. Yang dijelaskan dalam buku Dasar-Dasar Penyiaran oleh Hidajanto Djamal dan Andi fachruddin sebegai berikut : 1. Sebagai penemuan Teknologi Sebelum penemuan Vladimir Zworykin ini, penelitian sistem televisi sudah mulai dirintis beberapa tahun sebelumnya oleh beberapa penelitian, sehingga sistem televisi bukan merupakan penemuan penemu tunggal melainkan bersamaan atau memang mereka meneliti bersama-sama. 6 7 2. Sebagai Industri Akibat dari ditemukannya beberapa sistem dan konsep teknologi televisi dari tahun ke tahun yang dipelopori oleh Paul G. Nipkow pada 1884 dengan teknologi piringan putarnya (rotating disc), maka industry penyiaran televisi juga dengan sendirinya ikut berkembang. Begitu ditemukan sistem televisi mekanik oleh John L. Baird, berdiri stasiun televisi Baird Television Limited pada 1934, yang menyiarkan progamnya dari Crystal Palace, London. Siaran gambar diam diiringi orkes simfoni Gamount British yang memainkan lagu-lagu ilustrasi dari satu film.1 B. SEJARAH TELEVISI INDONESIA 1. Masa Persiapan Kehendak rakyat dan pemerintah Indonesia untuk mengadakan medium televisi merupakan loncatan besar bangsa Indonesia dalam usaha mewujudkan citacita nasional. Keputusan yang memiliki wawasan jauh ke depaan ini bermula dengan lahirnya Ketetapan MPRSNo. II/ MPRS/1960, yang menyebutkan pada Bab I Pasal 18, bahwa pembangunan siaran televisi untuk keperluan pendidikan, yang dalam tahap pertama dibatasi pada tempat-tempat yang ada pada universitas di Indonesia. Atas dasar inilah, pemerintah pada 1961 memutuskan untuk mengadakan medium televisi. Keputusan ini segera disusul dengan diterbitkan medium televisi. Keputusan ini segera disusul dengan diterbitkannya SK Menpen 1] Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran Edisi Kedua, Kecana Prenada Media Group, 2013, hal. 21 - 25. 8 No. 20/SK/M?61 tertanggal 25 Juli 2961 tentang Pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2TV). Kepmenpen ini berlaku surut mulai 1 Juli 1961. P2TV hanya mempunyai waktu 13 bulan untuk pengadaan medium televisi, sementara masih harus menunggu keputusan presiden tentang peralatan apa yang akan digunakan dan dari negara mana harus dibeli. Pada 23 Oktober 1961 baru ada kepastian peralatan yang harus digunakan dengan datangnya kawat dari Presiden Soekarno yang saat itu sedang berada di Wina, Austria kepada Menteri Penerangan Maladi. Pada rapat pertama P2TV 16 Juli 1961 di Cipayung, Bogor, yang dihadiri oleh tenaga ahli dari Jerman Barat dan wakil dari Siemens, dapat dihasilkan beberapa rumusan. Esok harinya pada 17 Juli, P2TV bersama para ahli dari Jerman Barat ini meninjau kompleks Asian Games di Senayan, gedung studio bekas Perfini, milik PFN di Mampang Prapatan, PFN di Jatinegara, dan gedung pemancar RRI di Kebayoran. Dari peninjauan ini, tenaga ahli dari Jerman Barat memberi saran sebagai berikut :2 Alternatif pertama, studio TV di ruang paling atas Hotel Indonesia dengan alasan di tengah kota, dan hanya memerlukan Menara pemancar setinggi 45 meter. Alternatif kedua adalah konsep Siemens, yaitu gedung studio di bekas gedung Perfini dengan pemancar 10 kilowatt. Pancarannya dapat sampai Bogor. 2] Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran Edisi Kedua, Op. Cit. hal. 28 9 Liputan Asian Games menggunakan OBVan yang bersifat bergerak, dan hubungan antara OBVan dan pemancar TV dilakukan dengan link UHF. Pada 29 Desember 1961, dilakukan penandatanganan naskah kontrak pembelian peralatan TV No. 108/M/61, yang ditandatangani oleh R.M. Soerjopranoto dan M. Kuriyama mewakili C. Itoh & Co. Ltd. (Jepang). Selang berapa waktu, atas keberhasilan kerja keras para teknisi Indonesia dan Jepang ini juga menandai berkahirnya tugas P2TV sebagai langkah awal yang mengantar TVRI melaksanakan siaran. Keesokan harinya, pada tanggal 24 Agustus 1962, tugas-tugas P2TV telah beralih ke Biro Radio dan Televisi Organizing Committee Asian Games IV. 2. Siaran Pertama Televisi di Indonesia Kembali pada suasana 17 Agustus 1962. Setelah siaran berlangsung beberapa jam, dengan sendirinya berakhirlah semuanya untuk hari itu. Pawai serta penurunan bendera sore harinya tidak disiarkan. Sekalipun dengan perasaan belum puas, para petugas meninggalkan halam istana dan mengadakan suatu pertemuan khusu di Radio RRI, Merdeka Barat. Pada kesempatan ini dikemukakan hal-hal yang menjadi kekurangan dalam menyelenggarakan siaran yang baru saja berlalu. Mungkin dari luar hasilnya dapat terlihat lancer, tetapi ke dalam lebih banyak diliputi kegugupan yang sebenarnya tidak perlu terjadi, namun sebagai pengalaman hal itu sangatlah berharga. Dari segi teknik studio, siaran pertama ini ternyata tidaklah mengecewakan. Jika gambar yang dipancarkan tidak memuaskan penonton, tidak lain disebabkan 10 karena persoalan antenna besar pemancar 10 kilowatt yang belum ter-instal sepenuhnya. Untuk penyiaran upacara Hari Proklamasi digunakan pemancar 100 watt yang lebih dikenal dengan nama Saluran-5. Beberapa hari kemudian, pemancar 10 kw dengan Menara antena setinggi 80 m akhirnya selesai dikerjakan hanya beberapa saat sebelum Asian Games IV resmi dibuka. Dengan demikian, TVRI telah siap sedia untuk turut menyukseskan Pekan Olahraga Asia itu. Medium televisi (siaran TVRI) menggunakan standar televisi CCIR dengan 625 garis serta frekuensi frame gambar sebesar 50 Hertz.3 3. Pada Era Orde Baru Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI. Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai progam dalam dan luar negeri. 3] Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran Edisi Kedua, Op. Cit. hal. 30 11 Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televisi public, swasta, berlangganan dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai progam televisi. Televisi merupakan salah satu medium bagi para pemsang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya manusia. Namun sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Pada umumnya, televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja.4 4. Perkembangan Televisi Lokal di Indonesia Jatuhnya Soeharto berikut orde yang dibangunnya telah membawa perubahan besar di dunia pertelevisian Indonesia. Yang berkuasa atas siaran TV bukan lagi pemerintah dan aparatusnya tetapi bergeser ke pemilik modal. Merekalah yang menentukan format dan isi siaran yang akan ditayangkan TV. Para pemilik modal ini berorientasi pada akumulasi modal dan cenderung abai pada kepentingan publik. Mereka tak pernah mau peduli apakah siaran yang diproduksi TV bermanfaat atau tidak, yang penting bagi mereka siaran itu menghasilkan uang. 4] Sumita Tobing, “Dirut Perjan TVRI”, dalam seminar Tuntutan Profesionalisme Televisi, Jakarta, November 2011, hal. 16 12 Tidak hanya itu. Pada masa reformasi, terjadi pertumbuhan TV di daerah yang begitu pesat, yang disebut TV lokal. Pertumbuhannya merata di berbagai daerah. Di Jawa Timur ada JTV. Di Medan ada Deli TV. Di Bandung ada Bandung TV, Padjadjaran TV, dan STV. Di Bali ada Bali TV. Di Batam ada Batam TV. Di Makassar ada Makassar TV. Ini semua terjadi karena adanya demokratisasi penyiaran dan demokratisasi pengelolaan frekuensi. Pemilik TV tidak lagi menjadi dominasi klik istana tetapi telah menyebar ke berbagai kelompok ekonomi di masyarakat. Dengan adanya fenomena ini keberagaman isi menjadi ada. Pada masa reformasi, muncul desakan kuat dari masyarakat di daerah yang menuntut kedaulatan daerah di ranah penyiaran. Desakan itu mewujud pada tuntutan agar TV menjadi berjaringan, tidak lagi sentralistik dan dikendalikan dari Jakarta. Pemerintah pun mengakomodasi keinginan ini. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menjadi penanda kemenangan publik. Dalam UU ini, tidak lagi dikenal istilah TV nasional, yang dikenal adalah TV lokal atau TV berjaringan.5 C. PERAN DAN FUNGSI TELEVISI 1. Peran Televisi Televisi merupakan salah satu media massa. Sebagai media massa, Darwanto Subroto menilai televisi memiliki efektivitas lebih unggul dibandingkan media massa lainnya. Hal ini dikarenakan karakteristik televisi yang 5 http://www.penyiaran.com/index.php/kajian/artikel-penyiaran/27-perkembangan-tv-di-indonesia [12:40,20 juni 2016] 13 menyampaikan pesan berupa audio dan visual.6 Karena mempunyai pengaruh besar bagi khalayak, maka acara-acara televisi diharapkan menyuguhkan tontonan yang menarik dan menyegarkan, sehingga bukan saja menjadi tontonan yang menarik tetapi juga menjadi tuntunan. Ada 3 peran televisi. Antara lain, televisi berperan sebagai: a. Alat komunikasi pemeritah b. Alat komunikasi massa c. Alat komunikasi pembangunan Telah dijelaskan bahwa televisi mampu menjangkau tempat yang luas sehingga batasan-batasan negara bukan lagi menjadi suatu hambatan, tidak dipungkiri interaksi budaya antar bangsa terjadi. Media komunikasi massa televisi sangat berperan besar dalam interaksi ini.7 2. Fungsi Televisi Dalam bukunya Televisi Siaran Teori dan Praktek, Effendy membagi fungsi televisi sebagai media massa menjadi tiga yaitu : a. Fungsi penerangan (the information function). Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi, menyiarkan informasi dalam bentuk siaran padangan mata, atau berita yang dibicarakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar yang sudah tentu factual. 6] Darwanto Sastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, Duta Wacana University Press, Yogyakarta, 1992, hal,82. 7 Ibid. hal.26-29. 14 Juga diskusi panel, ceramah, komentar, dan lain-lain, yang kesemuanya realistis. b. Fungsi pendidikan (the education function). Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, stasiun televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran Bahasa, matematika, elektronika dan lain-lain. c. Fungsi hiburan (the intertaiment fuction). Di kebanyakan Negara, terutama yang masyarkatnya bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran tampaknya dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati di rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti Bahasa asing, bahkan yang tuna aksara.8 D. FORMAT PROGAM TELEVISI Beragam dan sangat banyak jenis progam yang ditayangkan oleh stasiun televisi, selagi progam itu menarik dan disukai oleh audiens serta tidak bertentangan dengan kesusilaan, hokum dan peraturan yang berlaku maka sah-sah 8] Onong 25-26. Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1984, hal. 15 saja ditonton oleh audiens. Pengelola stasiun televisi sendiri dituntut memiliki kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan progam yang menarik dan disukai. Kata progam berasal dari kata Bahasa Inggris programme atau progam (programme merupakan penulisan gaya Bahasa Inggri sedangkan progam merupakan gaya penulisan Amerika) yang berarti acara atau rencana. Progam adalah segala hal yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan auduens-nya. Morrisan mengatakan progam dapat disamakan satu dianalogikan dengan produk atau barang (good) atau pelayanan (service) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini adalah khalayak (audience) atau pemasang iklan. Progam siaran atau lebih dikenal oleh khalayak luas sebagai acara dalam televisi berisikan materi-materi yang telah dikumpulkan dan diolah oleh tim produksi. Progam siaran secara teknis diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siar dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Dalam proses penyiaran progam televisi pun dibutuhkan penjadwalan yang sesuai dengan keadaan ataupun kebutuhan masyarakat yang menjadi konsumen dari media tersebut. Ada beberapa tahapan penyesuaian agar sebuah progam televisi dapat dihadirkan dengan menarik dan dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Mulai dari tahap perencanaan pola siaran yang selanjutnya menentukan jenis progam acara dan mengetahui target audience progam tersebut. Progam siaran televisi sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu progam berita dan non berita: 16 1. Berita Siaran berita bersifat politis dan pengolahnya mengutamakan unsur jurlalistik. Siaran berita juga bertitik tolak dari berita dan terikat oleh unsur waktu. Siaran berita tidak mengutamakan kepuasan penonton melainkan lebih kepada memenuhi keinginan penonton. 2. Non Berita Siaran non berita tidak bersifat politis dan bertitik tolak bukan dari berita. Pengolahan non berita mengutamakan artistiknya, tidak terikat waktu maka progamnya dapat direncanakan sendini mungkin, sehingga persiapannya benar-benar matang, produk yang dihasilkan harus indah, menarik dan sedap dilihat. Sasaran siaran non berita adalah kepuasan penonton. E. PROMO PROGAM 1. Fungsi Promo Progam Promosi progam dan media penyiaran adalah kegitan untuk mempertahankan audien dan menarik audien baru serta mengundang pemasang iklan. Kegiatan promosi diarahkan pada dua pihak, yaitu audien dan pemasang iklan. Dua pihak ini memiliki kontribusi sangat penting untuk menjamin kelanjutan operasi media penyiaran. Tanpa adanya audien, progam yang sangat bagus sekalianpun tidak akan mampu menarik pemasang iklan dalam jumlah yang berarti. Melalui promosi, media penyiaran mencoba untuk membujuk khalayak untuk tetap mengikuti progam-progam yang disiarkan dan sekaligus membujuk pemasang iklan untuk membeli waktu siaran yang tersedia. Promosi menajdi 17 kegiatan yang sangat penting sehingga banyak media penyiaran yang membentuk bagian yang khusus menangani tugas ini, yaitu bagian promosi yang dipimpin oleh seorang manajer promosi. Secara tradisional, bauran promosi mencakup empat elemen yaitu: iklan (advertising), Promosi penjualan (sales promotion), publikasi/humas dan personal selling. Namun George dan Michael Belch menambahkan dua elemen dalam promotion mix, yaitu direct marketing dan interactive media. Dua elemen yang terakhir ini telah digunakan secara luas oleh pengelola pemasaran dewasa ini untuk berkomunikasi dengan khalayak sasarannya sebagaimana empat elemen sebelumnya.9 Masing-masing elemen dari promotion mix tersebut dipandang sebagai suatu instrument komunikasi pemasaran terpadu atau IMC (Integrated Marketing Communication). Masing-masing elemen dapat menggunakan berbagai macam bentuk dan masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya. Rencana promosi media penyiaran disusun dengan melibatkan bagian lain pada media penyiaran yaitu: manajer promosi, manajer umum, manajer progam, manajer pemasaran, dan terkadang manajer pemberitaan. Rencana yang telah tersusun itu kemudian dilaksanakan oleh bagian promosi. Menurut Pringle-Starr-McCavitt (1991) dalam melaksanakan rencana yang telah disusun, bagian promosi harus mengambil enam langkah yaitu:10 9] George E. Belch & Michael A. Belch, Advertising and Promotion, hal. 14. Peter K.Pringle, Michael F. Starr, William E. McCavitt; Electronic Media Management (Second Edition), Focall Press, Boston-London,1991, hal. 194. 10] 18 Langkah 1: Menentukan susunan demografis dan karakteristik audien yang terdapat di wilayahnya, serta menentukan jumlah (presentase) audien yang dikuasai media penyiaran sendiri dibandingkan dengan jumlah audien yang dimiliki media penyiaran saingan. Langkah 2: Mencari tahu mengapa audien memilih stasiun sendiri dan mengapa audien lainnya memilih stasiun saingan. Perlu diketahui jawaban, mengapa khalayak sasaran yang diharapkan, belum juga bisa ditarik menjadi audien stasiun sendiri. Langkah 3: Perhitungan kekuatan dan kelemahan stasiun sendiri serta kedudukan (positioning) stasiun untuk menarik audien yang diinginkan. Langkah 4: Susun rencana untuk mengatasi kelemahan yang ada dan bagaimana memperbaiki kelemahan itu. Langkah 5: Melaksanakan rencana, dan Langkah 6: Melakukan evaluasi atas efektivitas rencana dan jika perlu lakukan perbaikan. 2. Metode Promo Tidak ada batasan mengenai metode apa saja yang dapat digunakan untuk mempromosikan progam dan media penyiaran. Metode promosi yang digunakan 19 media penyiaran untuk mencapai tujuan promosinya, pada dasarnya hanya dibatasi oleh daya imajinasi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan promosi itu. Dengan demikian, bentuk atau metode promosi yang digunakan sangat luas selama tersedia dana untuk melakukan itu semua. Namun demikian, terdapat tiga metode utama yang banyak digunakan media penyiaran untuk melakukan promosi itu; 1) memasang iklan; 2) public relation atau hubungan masyarakat; dan 3) promosi di media sendiri. Dalam praktiknya ketiga metode promosi ini dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya. Media Sendiri Tempat terbaik untuk mempromosikan progam adalah tentu saja di stasiun sendiri. Promosi di stasiun sendiri merupakan cara yang paling cepat dan paling mudah dilakukan karena sedikit banyak sudah tersedia. Promosi progam merupakan seni untuk membuat audien tidak pindah ke stasiun penyiaran lain. Promosi di media penyiaran sendiri bertujuan memberi tahun dan mengingatkan audien untuk terus mengikuti progam lain yang akan atau segera ditayangkan. Cara media berpromosi akan menentukan apakah suatu progam akan berhasil atau gagal, karena itu mendia penyiaran tidak boleh meremehkan pentingnya tugas promosi ini. Media penyiaran dapat mempromosikan berbagia progamnya setiap hari. Beberapa 20 faktor yang harus diperhatikan agar promosi di media penyiaran sendiri dapat mencapai hasil optimal yaitu:11 a) Media penyiaran harus menunjukkan identitas diri mereka pada setiap kesempatan. Audien yang memencet remote control untuk mencari progam akan langsung mengetahui bahwa progam yang tengah disaksikannya adalah milik stasiun penyiaran tertentu dari logo yang terpampang pada pojok atas layar televisi. Stasiun radio harus cukup sering mengudarakan jinggel radio yang menjadi identitas radio bersangkutan sedang penyiar radio harus sering mengucapkan kata-kata promosi yang menunjukan identitas radio. b) Stasiun televisi wajib menayangkan bumper promo logo dalam waktuwaktu tertentu. Bumper logo merupakan citra audiovisual yang mengidentifikasikan suatu media penyiaran. Promosi logo biasanya dilakukan setelah berakhirnya suatu progam untuk menuju progam selanjutnya. Logo merupakan simbol stasiun televisi, sedangakan jinggel menjadi ciri stasiun radio. Logo dan jinggel harus dibuat secara cermat hingga selalu menarik hingga kapan pun juga. Bagian promosi stasiun televisi harus memastikan bahwa logo selalu terpasang di sudut layar televisi. c) Setiap jeda iklan sebaiknya memasukkan sekurang-kurangnya satu sampai tiga promosi yang mengumumkan suatu progam yang akan ditayangkan 11] Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi Edisi Revisi, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal 458-461. 21 dengan cara menampilkan cuplikannya. Frekuensi promosi progam harus cukup sering dilakukan agar pemirsa yang tengah mengikuti stasiun bersangkutan dapat menerima informasi dari promosi yang ditayangkan itu setidaknya satu kali. d) Promosi untuk progam hiburan biasanya dilakukan dengan cara menampilkan cuplikan (klip) progam bersangkutan. Promosi progam hiburan yang efektif khususnya progam berseri adalah dengan menampilkan klip dari episode yang akan segera ditayangkan (specific promo) dan bukan hanya dari satu jenis klip yang diputar berulang-ulang. Jika progam yang dipromosikan itu adalah film, maka promosi yang baik adalah menampilkan kekuatan dan keistimewan film itu. Misalnya penghargaan yang diterima, kualitas para pemainnya atau komentar dari kritisi film yang memuji film yang bersangkutan. e) Untuk televisi, rangkaian gambar berupa cuplikan progam yang dipersiapkan untuk menginformasikan audien agar menonton acara dimaksud harus dilengkapi tulisan yang menunjukkan hari dan waktu progam itu akan ditayangkan. f) Dalam upaya menjaga audien media penyiaran harus bertindak tepat waktu dalam menayangkan suatu acara. Progam yang dipromosikan akan disiarkan pada jam 20:00, bukan 20:01 atau 19:59. Mengapa? Karena setiap progam memiliki pesaing. Keterlambatan penayangan suatu acara akan memancing audien untuk mengalihkan saluran ke stasiun lain dan ini bisa menghilangkan kesempatan untuk merebut audien. Upayakan untuk 22 mengatur waktu tayang pada waktu atau jam yang genap sehingga gampang diingat. g) Bagian promosi membutuhkan staf dan peralatan untuk memproduksi berbagai promosi progam. Stasiun televisi besar, biasanya mengalokasikan satu atau dua ruang editing khusus untuk membuat promosi. Namun jika tidak terdapat ruang editing khusu, maka bagian promosi dapat menggunakan ruang editing dan peralatan milik bagian pemberitaan untuk membuat promosi. Waktu yang bisa digunakan mungkin pada dini hari, ketika bagian pemberitaan tidak sibuk bahkan tidak bekerja sehingga bagian promosi dapat memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai. Satu produser dan editor sudah sudah cukup untuk menghasilkan sejumlah promosi progam. h) Promosi media penyiaran sebaiknya memiliki satu jenis suara. Dengan demikian, hanya ada satu suara yang diasosiasikan dengan semua promo. Narator tunggal dengan suara yang berbeda dari narrator lainnya (laki-laki atau perempuan) menjadi identitas audio suatu media penyiaran. 3. Proses Produksi Promo Progam Proses yang dilakukan untuk membuat promo progam sebetulnya adalah tahapan lanjutan dari setelah progam slesai diedit oleh editor progam. Sebelum promo progam yang diedit oleh editor promo progam, bahan dari promom progam tersebut dibuat oleh editor progam. Setelah progam tersebut selesai diedit oleh editor progam maka sebelum penayangan hari H maka, disitulah tugas editor promo progam berlangsung, membuat promo dari progam tersebut sehingga membuat 23 progam yang akan tayang menjadi menarik para penonton dan menjadikan penasaran untuk ditonton. Pada prosesnya, alur produksi promo progam sama dengan kita mengedit progam. Bedanya promo progam kita harus lebih kreatif dalam memberikan efek transisi dan kita harus memperhatikan betul moment-moment yang menarik sehingga bisa membuat promo kita lebih bagus supaya bisa menarik penonton. Editing promo progam memang menggunakan editng online komputer, berikut adalah langkah-langkahny, Sartono (2008:327): a) Gambar original (master shoting) di-capture / dipindah ke komputer. Setiap meng-capture hendaknya diberi judul untuk memudahkan dalam pemilihan sesuai yang diperlukan, kemudian disimpan. b) Merekam narasi dan suara (audio) lain yang diperlukan menggunakan software audio komputer. c) Buka program adobe premiere, buat proyek baru (new project) beri judul proyeknya. d) Impor dari file video hasil capture (a) dan audio dari hasil (b) e) Tempatkan audio yang diperlukan, khususnya narasi, pada track audio. f) Pilih gambar dan letakkan pada track video dengan cara video on sound (tentu saja sesuai editing script) g) Mixing hasil (f) dengan audio sebagai sound effect, background music. 24 h) Sekarang telah diperoleh master editing. 4. Editor Promo Progam Dalam buku ajarnya Heri Setyawan mengeatakan bahwa editing merupakan tahapan pengerjaan akhir dari sebuah produksi film atau video. Dalam proses editing, editorlah yang bertugas untuk menyusun gambar atau shot-shot hasil perekaman menjadi sebuah cerita yang utuh. Dalam melaksanakan tugasnya biasanya seorang editor akan didampingi oleh seorang sutradara, hal ini perlu agar hasil akhirnya sesuai dengan imajinasi sutradara. Setiap orang yang terlibat dalam pembuatan film harus memahami tuntutan dari segi editing, dan harus mempertimbangkan tiap shot dari sudut itu. Berbagai kemungkinan keputusan mengenai editing harus diserahkan kepada pihak editor. Hanya editing yang baik saja yang akan mampu memberi hidup pada film. Aneka ragam shot adalah tetap merupakan sekian potong film tak karuan sebelum semua itu dirakit secara ahli menuturkan cerita yang berangkaian.12 Sebagai seorang editor promo progam sebetulnya tidak jauh beda dari seorang editor progam pada umumnya. Bedanya seorang editor promo progam yaitu mengedit promo dari progam yang sudah jadi menjadi sebuah promo progam yang menarik singkat, padat, dan jelas, terpatok pada durasi yang sudah di tentukan seperti 30, 40, 50 dan 60 detik sesuai ketentuan dari produser. Isi dari promo progam yang diedit harus bisa mewakili isi dari pada pesan yang ingin disampaikan 12 Heri Setyawan, Buku Ajar Editing, Surakarta, UNS, hal. 23. 25 pada pemirsa. Seperti yang disampaikan oleh Heri Setyawan dalam buku Ajar Editing yang menjelaskan beberapa sasaran untuk melakukan editing : a. Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terjadi disaat rekaman dilaksanakan. b. Untuk memadukan shot-shot yang direkam secara acak atau tidak berurutan. c. Untuk mengatur atau menetukan durasi. d. Untuk menggabungkan scene-scene dalam rangkaian suatu cerita. e. Untuk merangkai beberapa materi untuk keperluan siaran maupun dokumentasi. f. Untuk membuat paket lebih hidup dan bervariasi pada keseluruhan gambar dengan cara menambahkan stock shot atau insert. g. Untuk memberi tambahan special efek tertentu. Menurut Heri Setyawan tujuan dari suatu proses editing adalah menceritakan sesuatu dengan jelas kepada penonton. Untuk memulai suatu editing hendaknya memahami ide keseluruhan cerita yang disajikan; a. Tema dasarnya (cerita tentang apa) b. Plot/alur ceritanya (bagaimana cerita dikembangkan dari awal hingga akhir). c. Apa yang kita harapkan dari penonton untuk ikut merasakan dan mengalaminya. d. Memilih yang penting dan membuang apa yang tidak penting dalam konteks keseluruhan cerita. 26 e. Apa pesan utama dari progam yang akan disajikan.13 Sesuai yang tersebut dari buku Ajar Editing tersebut, seorang editor promo progam harus menguasai hal-hal tersebut. Karena nantinya hasil dari promo progam tersebut harus dapat menarik penonton, harus dapat memperkenalkan progam yang dipromosikan dan harus membuat penonton menonton acara tersebut. 5. Teknik Editing Dalam buku yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi, Fred Wibowo membagi menjadi beberapa macam berkaitan dengan teknik editing. Dalam hal ini, terdapat dua macam teknik editing, yaitu: Pertama yang disebut Editing dengan teknik anolog atau linier. Kedua, Editing dengan teknik digital atau non linier dengan komputer. a. Editing offline dengan teknik analog Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Didalam logging time code (nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit dan jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu, sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam synopsis dan treatment. Material hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam 13 Heri Setyawan, Buku Ajar Editing, Surakarta, UNS, hal. 25-26. 27 pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan saksama dalam screening. b. Editing online dengan teknik analog Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dala naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukan dengan level yang seimbang dan sempurna. c. Mixing (pencampuran gambar dan suara) Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang sudah direkam, dimasukan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound dan effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. d. Editing offline dengan teknik digital atau non-linier: Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat editing tersebut bermacam-macam nama, jenis dan fasilitasnya, misalnya: Pinacle – Matrox – Canupus, dll. Dengan alat editing tersebut dapat digunakan berbagai macam program editing berdasarkan kebutuhan, seperti: Adobe Premier – Three D Max – After Effect dan banyak program lainnya. e. Editing online dengan teknik digital: Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik 28 ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu animasi atau wipe efek) dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukan kembali dari file menjadi gambar pada pite Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standart.14 6. Video Transisi Dalam melakukan editing pada dasarnya terdapat beberapa transisi yang sering digunakan pada proses editing. Berikut adalah macam-macam video transisi yang biasa digunakan dalam editing, Sartono (2008:328): a) Cut dan cutting Cut adalah cara yang paling sering digunakan dalam perpindahan langsung dari satu shot ke shot berikutnya. Macam-macam cutting-nya adalah : 1) Jump cut Suatu pergantian shot, dimana kesinambungan waktu terputus, karena loncatan waktu dari shot ke shot berikutnya. 2) Cut in, insert Suatu shot yang yang disisipkan pada shot utama dengan maksud untuk menunjukan detil shot utama. 3) Cut away, intercut, reaction shot 14 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, Pinus Book Publisher, Yogyakarta, 2007, hal 42-44. 29 Shot action yang diambil pada saat yang sama sebagai reaksi dari shot utama. 4) Cut on direction Suatu sambungan shot dimana shot pertama ditunjukan suatu obyek yang bergerak menuju ke satu arah, shot berikutnya objek lain yang mengikuti arah gerakan dari shot pertama. Misalnya seseorang yang sedang memperhatikan sesuatu yang sedang berjalan. 5) Cut on movement Sambungan shot dari satu objek yang bergerak kearah yang sama, dengan latar belakang yang berbeda. 6) Cut rhyme Cutting bersajak bergantian shot/scene dengan loncatan waktu pada kejadian yang sama, saling berhubungan, tapi dalam suasana yang berbeda. Fungsi utama transisi dengan menggunakan cutting adalah kesinambungan action, detail objek, peningkatan atau penurunan suatu peristiwa, perubahan tempat dan waktu. b) Dissolve Dissolve adalah perpindahan gambar secara berangsur-angsur, akhir dari shot sedikit demi sedikit bercampur dengan shot berikutnya. Jadi shot pertama berangsur-angsur hilang sedang shot kedua berangsur-angsur 30 muncul. Penggunaan dissolve memang lebih leluasa dibanding dengan cutting. Namun demikian pergantian tempat atau waktu (time of lapses) tepat jika menggunakan dissolve. Penggunaan lainnya adalah untuk jembatan penghubung atau transisi dari shot action, waktu dan tempat, hubungan yang erat antara dua shot. Misalnya pengambilan Long Shot seorang penyanyi kemudian Close Up wajah penyanyi, dengan menggunakan dissolve akan kelihatan artistic dan dramatis. Kedua shot yang berbeda digabung secara berangsur-angsur tanpa mengganggu satu dengan yang lainnnya. c) Fade Penggunaan fading sedikit berbeda dengan dissolve. Pada fading gambar akan hilang secara berangsur-angsur (fade out), bila gambar muncul berangsur-angsur disebut fade in kadang-kadang digunakan pula fade to black untuk perpindahan scene berikutnya, atau saat end title. Fade in dan fade out biasa digunakan pada saat awal dan akhir program. d) Wipe, Split screen, superimpose, Chromakey Pernah melihat gambar seola-olah dihapus atau disapu sehingga keluar dari frame dan muncul gambar baru, inilah. Jika dilayar kelihatan dua gambar yang sama itu menggunakan split screen. Sering pada akhir program adegan ditumpangi dengan tulisan itulah superimpose. Chromakey merupakan tehnik menggabungkan dua objek dimana satu objeknya ditempatkan pada latar belakang warna tertentu biasanya 31 warna biru tua. Kemudian dicampur/ditumpangi dengan gambar dari kamera lain yang tidak ada/sedikit warna birunya. Jadinya seakan akan menjadi satu gambar satu kondisi. Pada teknik analog proses penggabungannya adalah pada mixer/switcher video. Pada teknik digital proses semacam ini tidak mengalami kesulitan bahkan tidak hanya warna biru tetapi bisa warna dasar yang lain. Pada komputer warna latar gambar pertama misalnya warna biru, pada proses chromakey warna biru ditindas dikurangi atau dihilangkan. Apabila gambar yang akan ditumpangkan ada warna biru, maka bila di mix bagian warna biru tadi akan menjadi tembus pandang. Oleh karena itu seorang penyanyi/artis jangan menggunakan pakaian warna biru kalau direncanakan akan digunakan teknik chromakey. Tekniknya penyanyi bisa nyanyi/action di studio dan latarbelakangnya bisa mengambil di lokasi yang lain di luar studio. Hasilnya penyanyi seakan action dengan latar yang berbeda-beda di luar studio. Misalnya lagi seorang penyiar dishot dengan latar biru hasilnya ditumpangi gambar kapal dari hasil liputan lain, seakan-akan penyiar melakukan siaran di kapal.