BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu pertama yang berjudul “Etnofarmakologi Dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung Di Kalimantan Timur” yang disusun oleh Francisca Murti Setyowati memperoleh 47 jenis tumbuhan dengan suku paling banyak Euphorbiaceae perbedaan pada penelitian ini yaitu perbedaan lokasi dan perbedaan karakteristik lokasi yang diteliti selain itu pada penelitian terdahulu kurang mengkaji farmakologi dari setiap penyakit. Namun pada penelitian terdahulu sama- sama membahas tanaman yang digunakan di daerah tempat penelitian, bagian tumbuhan yang digunakan, cara memperoleh tumbuhan dll. Penelitian terdahulu kedua berjudul “Studi Etnofarmakognosi- Etnofarmakologi Tumbuhan Sebagai Obat Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya” yang disusun oleh Ria Mariani, Atun Qowiyyah, dan Lis Fitriyanti, memperoleh 51 jenis tumbuhan dengan suku paling banyak Asteraceae perbedaan pada penelitian ini yaitu perbedaan lokasi dan karakteristik lokasi yang diteliti selain itu penelitian terdahulu kurang mengkaji mengenai farmakologi dari penyakit. Namun pada penelitian terdahulu sama- sama membahas mengenai tumbuhan, bagian tumbuhan, cara memperoleh tumbuhan dll. Penelitian terdahulu ketiga berjudul “Studi Etnofarmakologi Obat Tradisional Sebagai Anti Diare Di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas” disusun oleh Diah Permatasari, Diniatik, dan Dwi Hartanti. Terdapat 10 jenis tanaman yang digunakan sebagai diare. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini lebih umum dalam membahas penyakitnya. Namun antara penelitian terdahulu dan penelitian ini sama- sama mencari data tumbuhan yang digunakan di daerah yang akan diteliti. 4 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 B. Etnobotani- etnofarmakologi Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan, asosiasi yang mempelajari hubungan tetang timbal balik antara manusia dengan tanaman dan tentang pemanfaatan tanaman itu yang paling diutamakan demi kepentingan budaya dan kelestarian alam. Etnofarmakologi ini merupakan cabang dari etnobotani yang mempelajari tentang pengobatan. (Permatasari, D. et, al., 2011). Etnobotani merujuk pada kajian interaksi antara manusia dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari suatu pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian dalam botani, kajian dalam etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik, dan kajian etnoekologi (Kusumaningrum, D. 2010) Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tanaman yang memiliki efek farmakologi yang memiliki hubungan dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh masyarakat sekitar (suku). Kajian etnofarmakologi adalah kajian tentang penggunaan tanaman yang berfungsi sebagai obat atau ramuan yang diolah oleh penduduk sekitar dan digunakan sebagai pengobatan (Hadju, V. et, al 2016). Etnofarmakologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang tanaman obat dan farmakologinya untuk mencegah, mengobati penyakit umum, mendokumentasikan pengetahuan tradisional melalui evaluasi fungsi tanaman obat. Kelangsungan hidup manusia tergantung pada alam mengarah ke pencapaian masyarakat pedesaan yang memiliki pengetahuan unik dan endemic tentang tanaman obat untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit yang diderita (Mirdeilami, S, Z. et, al. 2011). Etnofarmakologi dalam pengertian modern hanya menjadi mungkin dengan kemampuan ilmiah untuk mempelajari efek dari zat dan ekstrak pada model sistem. 5 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 C. Tumbuhan Obat 1. Pengertian tumbuhan obat Menurut Sada, J,T dan R,H,R Tanjung (2010) Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang salah satu atau seluruh bagian pada tumbuhan tersebut mengandung zat aktif yang berkhasiat bagi kesehatan yang dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh penyakit. Menurut Makalalag, I (2014) Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan tradisional. Pemanfaatan jenis tumbuhan obat merupakan salah satu kebiasaan masyarakat karena tumbuhan obat bersifat alami dari pada penggunaan obat modern. Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang mengandung ratusan sampai ribuan komponen senyawa kimia yang dinyatakan bahwa senyawa kimia yang terkandung pada tumbuhan ada yang bersifat racun dan ada juga yang bersifat menyembuhkan penyakit pada manusia. Oleh sebab itu, analisis kandungan kimia dan efek farmakologis tumbuhan obat sangat penting untuk dilakukan (Wardiah et al,2015). Tumbuhan obat tradisional adalah suatu bahan atau ramuan bahan alam dalam hal ini tumbuhan yang telah diketahui dan digunakan secara turun temurun dalam pengobatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat tradisional sering disebut juga dengan TOGA (Tanaman Obat Keluarga), TOGA biasanya ditanam oleh para keluarga, seperti dikebun maupun halaman rumah dengan berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat dan digunakan sebagai kebutuhan pengobatan keluarga. Tumbuhan ini biasanya digunakan sebagai pengobatan untuk pertolongan pertama seperti batu, demam. Biasanya tanaman yang sering di tanam di berbagai kebun atau halaman adalah temulawak, kunyit, sirih, kembang sepatu, sambiloto dan sebagainya. Tumbuhan obat tradisional juga tidak hanya sengaja ditanam masyarakat namun sering kali hanya tumbuh liar di sekitar rumah atau jalan- jalan. Olahan yang sering digunakan masyarakat dalam mengkonsumsi taumbuhan obat adalah jamu (Nursiyah, 2013). 6 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 Menurut WHO (2003) Tumbuhan telah membentuk dasar dari obat tradisional sistem yang telah digunakan selama ribuan tahun. Obat tradisional mengacu pada praktik kesehatan, pendekatan, pengetahuan dan keyakinan menggabungkan tanaman, hewan dan obat-obatan berbasis mineral, terapi spiritual,-teknik panduan teknik-dan latihan, diterapkan tunggal atau dalam kombinasi untuk mengobati atau untuk mendiagnosa dan mencegah penyakit atau mempertahankan kesejahteraan (Karou, D. et., al 2007). Apabila mengacu pada Etnofarmakologi dan Etnobotani, maka tanaman obat dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu : a. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat ini terbagi menjadi 3 yaitu : 1) Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, dengan khasiat yang sama. 2) Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat didaerah lain, tapi dengan khasiat yang berbeda. 3) Tumbuhan yang digunakan sebagai obat hanya di daerah tersebut (tidak digunakan sebagai obat di daerah lain). b. Tumbuhan obat modern sebagai bahan dasar (precursor) baik bahan asli maupun untuk sintesis. Tumbuhan obat ini telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. c. Tumbuhan obat potensial yang belum dikenal, yaitu berdasarkan informasi diduga sebagai obat tetapi belum jelas penggunaan dan kegunaannya secara medis (Runtunuwu, A, E. 2013) Tumbuhan obat lebih mudah didapatkan, karena tidak memerlukan resep dokter. Hal ini mendorong terjadinya ketidaktepatan penggunaan obat tradisional karena kesalahan atau kurangnya informasi terhadap penggunaan obat tradisional. Penggunaan obat tradisional memiliki efek samping yang kecil dibanding dengan obat kenvensional( modern), namun perlu diperhatikan dalam kepastian bahan 7 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 aktif yang belum terjamin terutama penggunaan obat tradisional secara rutin. Berdasarkan World Health Organization (WHO), baik tumbuhan maupun produk alam lainnya telah dimanfaatkan sebagai obat- obatan dalam kesehatan, sekitar 70% dari seluruh populasi tanamn tropis didunia terdapat 30.000 dan ada spesies tanaman tersebut yang tumbuh ditemukan diwilayah Indonesia sekitar 75%. Oleh karena itu kebanyakan pengobatan yang dilakukan masyarakat Indonesia banyak menggunakan tanaman herbal atau rempah. (Firdaus, I, N, A. 2015). Selama sepuluh tahun terakhir, tumbuhan obat telah menjadi topik kepentingan umum. Hingga saat ini diperkirakan banyak negara berkembang yang sebagian besar masyarakatnya sangat mempercayai tabib dan tumbuhan obat sebagai sarana pemenuhan kebutuhan kesehatan. Bersamaan dengan ini, banyak orang di negara berkembang kembali pada pengobatan tradisional tetapi sebagai pengobatan yang saling melengkapi (complementary medicine) dengan pengobatan modern Dengan keragaman tumbuhan obat serta pemanfaatan dalam hal pengobatan, maka pengobatan tradisional mulai lebih diminati oleh masyarakat dan mulai beralih menggunakan obat herbal (Meytia, D, 2013). Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan obat juga merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan tradisional yang telah digunakan sejak lama dan memberikan dampak farmakologi. Pengobatan tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya pelestarian pemanfaatan sumber daya alam hayati, khususnya tumbuhan obat. mengelompokkan tumbuhan berkhasiat obat sebagai berikut: a. Tumbuhan obat tradisional, merupakan jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. b. Tumbuhan obat modern, merupakan jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara medis. 8 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 c. Tumbuhan obat potensial, merupakan jenis tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif obat, tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai bahan obat dan penggunaannya secara tradisional belum diketahui (Yatias, E, A, 2015). Tumbuhan obat terdiri dari beberapa macam habitus. Habitus berbagai jenis adalah sebagai berikut : a. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan. b. Perdu adalah tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang dekat dengan permukaan. c. Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. d. Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjalar/memanjat pada tumbuhan lain. e. Tumbuhan memanjat adalah herba yang memanjat pada tumbuhan lain atau benda lain. f. Semak adalah tumbuhan yang tidak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau di dalam tanah. g. Rumput adalah tumbuhan dengan batang yang tidak keras, mempunyai ruasruas yang nyata dan seringkali berongga (Yatias, E, A, 2015) WHO (World Health Organitation) juga memprediksi pada tahun 1985 bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat, (Herbal medicine, phytoterapi, phytomedicine, atau botanical medicine) untuk pemeliharaan kesehatan primernya (murni, S,A, 2012). Keanekaragaman tumbuhan obat obatan dapat menunjang adanya ketersediaan obat- obat tradisional yang siap pakai (Makalalag, I. 2014). Obat tradisional adalah ramuan dari berbagai jenis bagian tanaman yang mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu secara turun –menurun. 9 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 Obat bahan alam yang ada diindonesia dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, Yaitu : a. Jamu (Empirical based herbal medicine) Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang digunakan dalam meramu jamu tersebut harus hidienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh- puluh tahun bahkan mungkin bisa asampai ratusan tahun. Dan pada umumnya, ramuan jamu di lakukan atas dasar resep dari leluhur. Jamu, tidak perlu dibuktikan secara klinis namun cukup dengan bukti empiris turun temurun. b. Obat herbal Terstandar (Scientific based medicine) Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang dan mineral. Dalam melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang komplet serta mahal, dengan tenaga kerja yang mendukung dan intelektualnya dalam membuat ekstrak. Selain tekonologi yang maju, dibuktikan pula dengan bukti ilmiah dengan bukti pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar yang ditentukan. c. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disertakan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar, ditunjang dengan pembuktian ilmiah sampai uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat inilah, protocol uji telah disetujui, pelaksanaan yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji telah memenuhi syarat. Dengan adanya uji klinik profesi medis akan lebih yakin dalam menggunakan obat tradisional dan dapat merekomendasikan menggunakan obat herbal dalam pelayanan kesehatan. (Firdaus, I, N,A, 2015). 10 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 Penggolongan obat tradisional menurut yang Pengawasan Obat dan Makanan secara garis besar dikeluarkan Badan obat tradisional dapat dibedakan menjadi : 1) Hasil TOGA (Tanaman Obat Keluarga) Obat tradisional yang dimanfaatkan, pada umumnya digunakan oleh keluarga. Terdapat standarisasi yang perlu dilakukan adalah kebenaran tanaman yang digunakan dan kebersihan dalam proses pembuatannya. 2) Jamu Jamu yang digunakan untuk pengobatan sendiri terdiri atas: a) Jamu Racikan Usaha peracikan, pencampuran atau dalam pengolahan obat tradisional dengan bentuk rajangan, serbuk, cairan pilis, tapel ataupun param dalam sekala kecil, dijual dari satu tempat penandaan atau merek dagang. b) Jamu Gendong Ini adalah suatu usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis atau param tanpa penandaan atau merek dagang yang tertera dan tanpa dijajakan. 3) Industri Obat Tradisional (IOT) Ini merupakan industry yang memproduksi obat tradisiona dengan total aset diatas Rp. 600.000.000 tidak termasuk harga tanah dan bangunan. 4) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Ini merupakan industry obat tradisional dengan total asset kurang atau sama dengan Rp.600.000.000 tidak termasuk pada harga tanah dan bangunan ( Depkes RI, 1999) Sediaan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat disebut dengan Herbal medicine atau Fitofarmaka. Menurut Keputusan MenKes RI No. 761 tahun 1992. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan kekhasiatannya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang dapat memenuhi syarat yang berlaku (Depkes RI, 1999) 11 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 Strategi WHO dalam hal obat tradisional mencakup empat tujuan utama yaitu (WHO, 2002) : 1) Mengintegrasikan secara tepat obat tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dengan mengembangkan dan melaksanakan kebijakan nasional obat tradisional dengan berbagai programnya. 2) Meningkatkan keamanan (safety), khasiat dan mutu dengan memperkuat knowledge-base obat tradisional dan regulasi dan standar jaminan mutu (quality assurance standar). 3) Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional terutama untuk masyarakat yang tidak mampu. 4) Mempromosikan penggunaan obat tradisional secara tepat oleh tenaga profesional medik maupun oleh konsumen. Indonesia sebagai negara anggota, perlu menjabarkan strategi global WHO tersebut dalam suatu kebijakan nasional yang komprehensif dengan programprogram yang memiliki arah dan sasaran ke depan yang jelas dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh sektor terkait. 2. Penggunaan Tumbuhan Obat Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang landasan obat tradisional dengan dikeluarkannya No.381/Menkes/SK/III/2007 keputusan tentang menteri kebijakan obat kesehatan tradional RI nasional (KOTRANAS). Tujuan dari dikeluarkannya keputusan ini adalah agar dalam ketersediaan obat tradisional dapat menjamin mutu, khasiat dan keamanannya, dan dapat teruji secara ilmiah dan dapat dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun untuk pelayanan formal. Untuk pengobatan tanaman sebagai obat biasanya masyarakat menggunakan tanaman dengan cara ditempelkan, diminum, dimakan atau diremas ini dilakukan untuk mendapatkan efek terapi yang di inginkan. Dalam era ini, penggunaan tanaman obat masih sering digunakan oleh masyarakat sekitar. Ini sesuai dalam keinginan pemerintah dalam mengembangkan tentang penggunaan obat tradisional secara empiric dan ramuant tradisional, dalam penggunaan obat 12 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 tradisional ini tidak hanya sebagai obat saja namun juga dapat digunakan sebagai pemelihara kesehatan (Stepanus, 2011). Kelebihan penggunaan obat tradisional yaitu relative lebih aman disbanding obat konvensional, efek samping yang ditimbulkan relative rendah, cara memperoleh tumbuhan obat tersebut mudah bahkan dapat dibudidayakan sendiri dirumah, murah, dapat di ramu oleh semua orang, dalam suatu ramuan memilik kandungan beranekaragam memiliki efek yang sinergis, ada banyak tumbuhan yang memiliki efek farmakologi lebih dari satu, lebih sesuai terhadap penyakit metabolic dan generative. Selain memiliki kelebihan tanaman obat juga memiliki kekurangan yaitu mayoritas memiliki efek farmakologi yang lemah, bahan baku yang digunakan belum berstandar, dan belum dilakukan pengujian mengenai efektivitas dan keamanannya (Ningsih, I, Y, 2016). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah : a. Meningkatnya usia harapan hidup pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat. b. Adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu seperti kanker. c. Semakin meluasnya akses informasi obat herbal di seluruh dunia (Hidayat 2006). Berdasarkan data hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional dalam pengobatan sendiri selama kurun waktu empat tahun Cenderung meningkat dari angka 15,6% menjadi 30.2% dan terus meningkat dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2006 menjadi 38,30% (Mamahani, A, F, 2015). 13 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 3. Bagian tumbuhan obat yang digunakan Bagian- bagian tumbuhan obat yang digunakan secara umum sebagai obat adalah a. Rimpang (rhizome) misalnya kunceng, empawa, nggebok. b. Akar (radix) misalnya halalang, bopot, celopai, kunceng, Rumput Pacar. c. Umbi (tuber) misalnya uwi, d. Bunga (Flos) misalnya serempuli, e. Buah (Fruktus) misalnya pinang, perija, asam jawa, f. Biji (semen) misalnya kapok, Rangan, Petai Cina. g. Daun (folium) misalnya Harub, Rumput bulu, Embung, Luntas, Tempera, Serempuli, Rumput pacar, Katuk, Marpeta, Bentaleng, Sangkarut. Menurut beberapa penelitan menyebutkan bagian yang sering digunakan dalam penelitian adalah daun. (Setyowati, F, M, 2010) Menurut survei yang dilakukan WHO, sebagian besar negara anggotanya (65 %) memiliki regulasi atau peraturan perundang -undangan obat herbal. Regulasi tersebut mengatur obat herbal sebagai obat yang diresepkan, obat bebas (OTC = over the counter), obat swamedikasi, suplemen makanan, makanan kesehatan, makanan fungsional atau kategori lainnya (Hidayat, M,A, 2006). D. Karakteristik Kutawaru Kutawaru merupakan daerah pedesaan di jawa tengah yang terletak di kecamatan cilacap tengah kabupaten cilacap. Batas wilayah kutawaru adalah sebelah utara berbatasan dengan wilayah desa brebeg, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan tambak reja, sebelah barat berbatasan dengan desa ujung manik, sebelah timur berbatasan dengan kelurahan donan. transportasi yang sering digunakan penduduk sekitar untuk menuju kutawaru adalah perahu karena, apabila menuju kutawaru harus melewati lautan terlebih dahulu. Adapun jalur darat yang dapat dilewati namun, jalan dalam jalur darat tersebut telah mengalami kerusakan sehingga masyarakat sekitar kebanyakan lebih memilih menggunakan jalur laut. Karena akses jalan yang harus menyebrang maka, pada daerah kutawaru tidak memiliki puskesmas 14 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 karena jauh dari kota. Oleh karena itu di kelurahan kutawaru memiliki satu pelayanan kesehatan yaitu PKD (Poliklinik Kesehatan Desa). Poliklinik kesehatan desa tersebut di domisili oleh bidan – bidan yang praktek di kutawaru dan belum ada praktek dokter yang berada dikelurahan kutawaru. Mata pencaharian masyarakat kelurahan kutawaru kebanyakan sebagai pedagang dan petani. Luas wilayah kutawaru adalah 3.645.037 ha yang terbagi dalam 4 lingkungan yaitu lingkungan 1, lingkungan 2, lingkungan 3 dan lingkungan 4. E. Battra (Pengobat Tradisional) Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah mengenal dan terkenal pandai dalam melakukan peracikan jamu dan obat- obat tradisional lainnya. Berbagai macam tumbuhan, akar-akaran, dan bahan- bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ramuanramuan tersebut digunakan pula untuk menjaga kondisi agar badan tetap sehat, mencegah penyakit dan sebagian untuk mempercantik diri. Kepintaran dalam melakukan peracikan bahan- bahan itu diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun, dari satu generasi kegenerasi lain sampai sekarang. Menurut kementrian kesehatan Republik Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Battra adalah orang yang mengetahui berbagai macam tanaman obat dan juga mengetahui tentang meramu obat, yang melakukan praktek pengobatan tradisional, pengetahuan tentang pengobatan tradisional diperoleh battra secara turun temurun (Firdaus, I, N, A, 2015). Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori -teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan. pengobatan 15 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017 tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri dari pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu menggunakan bahan -bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar -kelenjar, tulang- tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber mineral atau garam- garam yang bisa didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah.(Dermawan, R, 2013). Battra memiliki pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan obat berdasarkan informasi yang diperoleh oleh nenek moyang atau pendahulunya dan berdasarkan pengalaman. Secara umum yang menjadi battra adalah para dukun bayi, dukun pijet dan orang yang sudah sepuh yang paham dengan pengobatan tradisional. 16 Studi Etnofarmakologi Tumbuhan..., Nunik Masrifatun, Fakultas Farmasi UMP, 2017