Evaluasi Kinerja Reksadana Saham di Indonesia Tahun 2006

advertisement
EVALUASI KINERJA REKSADANA SAHAM
DI INDONESIA TAHUN 2006
Yosefa Susiana
Alumnus Faku/tas Ekonomika dan Bisni.s Univer.sitas Kristen Sarya Wacana. Sa/atiga
AmoldKaudin
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Sarya Wacana. Salatiga
For the last few years equity funds have become a more interesting inve.~tmem alternative for sophistil:ated and
big investors in Indonesia a.~ there has been a long-term down trend in the interest raft' the bank offered. As there
were more than I 00 equity ftmds operating along 2006, investors may have faced a difficulty to determine the
ones who perform well. Some studies have been conducted to determine the performance of equity funds in
Indonesia. However, the publication of equity fund.~ l'erformance was lack of continuity. Also. the return that
was usually published was the mm ri.~k-adjusted return. The purpose of this study was to evaluate the riskadjusted performance of equity ftmds which were invesedt in Indonesia along the year 2006.
The samples werre 28 equity ftmds which operated along the year 2006. The methods applied to detem1ine the
pnformance are Sharpe:~ and Treynor:~ Mea.mre. Jensen:~ alpha and Henrikssmt and Merton Model. The Slu11pe :5
and Treynor:f Measure are u.fed to arrange the performance rank.
We f(nmd that equity ftmds with .mperior mm risk-adjusted retum.s were not consistently superior in term of riskadjusted returns. Weal.wfmmd that different methods applied to valuing the performance may have had different
result. We believe that good equity funds were the ones which consistellfly had good perfomumce based 011
d(fferem measurement methods applied.
Keywords:
performance of mlltualfunds. Jensen:~ Measure, Henriks.mn and Merton :s Measure, Sharpe :5 Measure,
Treynor :f Measure
Pendahuluan
Seiring dengan tren menurunnya tingkat bunga bank dari kisaran 12,75 persen pada awal tahun 2006
menuju ke kisaran 9,75 persen pada akhir tahun 2006, reksa dana saham semakin menjadi alternatif
investasi yang menarik bagi investor yang sophisticated. Berinvestasi pada reksa dana saham menjanjikan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding sekedar menyimpan dana di deposito dan memiliki
tingkat keamanan yang cukup baik mengingat dana dikelola oleh para ahli investasi.
Selama ini kebanyakan investor berinvestasi pada reksa dana berdasarkan penawaran yang dilakukan
oleh bank-bank selaku agen penjual. Tak heran investor ritel yang berinvestasi pada reksa dana kebanyakan
adalah investor besar mengingat bank-bank agen penjual (terutama bank swasta dan bank asing) biasanya
menawarkan jumlah investasi minimal yang besar pula. Tanpa penawaran dari agen penjual, sejumlah
investor yang hendak mencoba berinvestasi di reksa dana memilih reksa dana yang dianggap bonafit
dengan memilih perusahaan yang dianggap besar. Ruang tanya jawab di berbagai media keuangan yang
seringkali memuat pertanyaan-pertanyaan bakal investor reksa dana yang menginginkan informasi
mengenai reksa dana yang baik menunjukkan bahwa investor membutuhkan infonnasi tentang hal tersebut
Sebenarnya Bapepam-LK telah membuka data kinerja reksa dana (dalam hal ini Nilai Aktiva Bersih,
NAB) melalui situsnya. Namun kebanyakan investor, apalagi masyarakat yang baru akan mernulai
17
Jumal Ekonom.i dan Bisnis Voi.XV, No.l, Maret 2009: 17-34
berinvestasi pada reksa dana, masih belum familiar dengan informasi online Kebanyakan informasi
mengenai kinerja reksa dana masih bersifat nonrisk-adjusted dimana biasanya tingkat pengembalian
reksa dana saham secara langsung dibandingkan dengan tingkat pengembalian pasar yang diproksikan
dengan tingkat pengembalian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disamping informasi lainnya seperti
jumlah dana kelolaan, nilai a!iet dan kewajiban dan sebagainya.
Berbagai penelitian mengenai kinerja reksa dana yang bersifat risk-adjusted telah dipublikasikan pada
berbagai jurnal ilmiah. Namun jurnal ilmiah tidak menerbitkan evaluasi kinerja reksa dana secara regulcr.
Oleh sebab itu konfirmasi terhadap basil penelitian terdahulu, baik dengan menggunakan metode yang
sama maupun berbeda dirasa perlu untuk dilakukan secara berkesinambungan. Beberapa penelitian
yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa sesungguhnya kinerja risk-adjusted reksa dana saham
tidak lebih baik dibanding kinerja pasar saham (Pakpahan 2001, Usman dan Ratnasari 2004, dan Viriany
2005 serta Center for Business & Industrial Studies Universitas Surabaya 200 1). Padahal secara eksplisit
tampak bahwa rata-rata pertumbuhan NAB dari berbagai reksa dana, sebagaimana yang biasa diiklankan
oleh para manajer investasi, jauh melampaui pertumbuhan IHSG
Bagaimanapun jumlah dana kelolaan yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu mengindikasikan
bahwa kepercayaan masyarakat investor kepada pengelola investasi dan kepada reksa dana sebagai
salah satu sarana berinvestasi yang menguntungkan bertambah besar. Sepanjang periode 2000-2006
saja NAB reksa dana telah bertumbuh hampir sepuluh kali lipat, dari 5,52 triliun rupiah menjadi 51,43
triliun rupiah. Jumlah produk telah mencapai lebih dari 300 reksa dana yang dikelola oleh 68 perusahaan
manajer investasi. Oleh sebab itu informasi terbaru mengenai kinetja reksa dana, dalam hal ini yang
bersifat risk-adjusted, mutlak dibutuhkan untuk mengakomodasi kebutuhan para investor dan calon
investor.
Penelitian ini bertujuan untuk: [ 1] mengevaluasi kinerja reksa dana saham di Indonesia yang beroperasi
sepanjang tahun 2006 dan hendak mengkonfirmasi hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa kinerja risk-adjusted reksa dana saham tidak lebih baik dari kinerja pasar saham, [2] mengevaluasi
kemampuan memilih saham (selection ability) dari manajer investasi/pengelola reksa dana dan
kemampuan memanfaatkan waktu dalam berinvestasi (market timing ability), dan [3] menyusun peringkat
kinerja reksa dana saham berdasarkan Indeks Sharpe dan Indeks Treynor.
Tinjauan Teori dan Penelitian Terdahulu
Terdapat berbagai metode untuk mengukur kinerja risk-adjusted reksa dana. Metode-metode tersebut
adalah:
•
•
•
18
Indeks Sharpe: merupakan rasio antara rerata kelebihan tingkat pengembalian (excess return)
portofolio terhadap rerata tingkat pengembalian dari instrumen bebas risiko dengan deviasi standar
dari tinglay pengembalian portofolio pada suatu periode. Rasio ini mengukur kelebihan tingkat
pengembalian per unit risiko.
Indeks Treynor: pengukuran pada model ini sama dengan Model Sharpe, hanya saja indikator rasio
yang digunakan adalah beta (risiko sitematik)
Model Jensen (alpha portofolio): pada Model Jensen rerata tingkat pengembalian portofolio
dibandingkan dengan rerata tingkat pengembalian yang diprediksi dengan CAPM. Jensen's measure
adalah nilai alpha pada model yang diturunkan dari persamaan CAPM.
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia tahun 2006 (Y. Susiana & A. Kaudin)
•
Model Henriksson dan Merton: merupakan penyempumaan atas Model Jensen dengan menambahkan
variabel dummy pada Model Jensen untuk menentukan sumber tingkat pengembalian superior, apakah
superioritas berasal dari kemampuan memilih saham atau kemampuan antisipasi pasar (Frensidy
2007).
Selain keempat model penilaian kinerja reksa dana tersebut, masih ada berbagai model lain yang biasa
digunakan untuk menentukan kinerja reksa dana seperti information ratio dan M2 measure (Bodie.
Kane. Marcus 2005: 869) atau DEA super efficiency methods (Purwantoro dan Siswadi 2007). Penelitian
ini hendak mengevaluasi kinerja* risk-adjusted reksa dana saham berdasarkan Indeks Sharpe dan
Indeks Treynor serta menggunakan Model Jensen, Model Henriksson dan Merton untuk pemeringkatan.
HasiJ evaluasi dimaksudkan sebagai konfirmasi atas temuan-temuan dari penelitian terdahulu yang
kebanyakan menggunakan metode-metode tersebut.
Pada Model Jensen dilakukan identifikasi tingkat keuntungan portofolio yang berasal dari keseimbangan
umum. Idenya adalah bagaimana pada tingkat risiko yang sama portofolio dapat menghasilkan kelebihan
tingkat pengembalian portofolio (berapa banyak tingkat pengembalian portofolio berada diatas tingkat
pengembalian instrumen bebas risiko) yang lebih tinggi dari kelebihan tingkat pengembalian pasar (berapa
ban yak tingkat pengembalian pasar berada diatas tingkat pengembalian instrumen bebas risiko). Selisih
dari kelebihan tingkat keuntungan tersebut dinyatakan sebagai tingkat keuntungan diferensial atau alpha (a).
Nilai alpha dapat diperoleh dengan meregresikan kelebihan tingkat pengembalian portofolio terhadap
kelebihan tingkat pengembalian pasar. Alpha yang bemilai positif mencerminkan kineija portofolio yang
baik karena berarti saat tidak ada kelebihan tingkat pengembalian pasar (excess return pasar bemilai
nol), kelebihan tingkat pengembalian portofolio bemilai positif. Penelitian Jensen terhadap 115 reksa
dana pada periode 1945-1964 menunjukkan bahwa kineija reksa dana tidak lebih baik dari kineija pasar
dan kelebihan tingkat pengembalian pasar mempengaruhi kelebihan tingkat pengembalian portofolio reksa
dana (Dennis dkk 2004).
Di Indonesia, beberapa penelitian yang menggunakan Model Jensen menemukan bahwa temyata kinerja
risk-adjusted reksa dana saham tidak lebih baik daripada kinerja pasar saham. Pakpahan (2001)
menemukan bahwa pada periode September 1997-Agustus 2000 kineija gabungan reksa dana saham
mampu mengalahkan kinerja pasar saham. Namun kinerja risk-adjusted-nya ternyata secara statistik
tidak berbeda dari nol walau sebanyak 13 dari 22 reksa dana saham yang dievaluasi memiliki nilai alpha
yang positif. Hanya GTF Agresif dan Schroder-Panin Dana Prestasi yang memiliki alpha positif dan
signifikan. Pakpahan juga menemukan bahwa reksa dana yang merniliki alpha positif pada suatu periode
cenderung untuk kembali merniliki alpha yang positif pada 12 bulan berikutnya.
Harahap dan Pane (2003) yang membandingkan kinerja reksa dana syariah, reksa dana mawar (reksa
dana saham terbitan PT Danareksa, diambil sebagai wakil dari reksa dana. saham konvensional), dan
kinerja pembanding (dalam hal ini IHSG) pada periode 1997-2001 menyatakan bahwa dengan Model
Jensen kinerja reksa dana mawar lebih rendah dibandingkan dengan IHSG dan reksa dana syariah.
Usman dan Ratnasari (2004) mengevaluasi kineijareksa dana saham dengan Model Jensen menggunakan
data periode Januari 1999 sampai dengan Desember 2003. Reksa dana yang dijadikan sampel harus
bersifat terbuka, berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, merupakan reksa dana konvensional dengan
* Yang dimaksud dengan kinerja pada penelitian ini adalah tingkat pengembalian tanpa menghiraukan faktor-faktor lain seperti
jumlah dana kelolaan. tingkat pengembalian historis dan sebagainya.
19
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.XV, No.1, Maret 2009: 17-34
kapitalisasi pasar terbesar pada periode Januari 1999 serta terdaftar di Bapepam dan diperdagangkan
untuk publik sejak Januari 1999 hingga Desember 2003. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh enam
sampel reksa dana saham. Dari keenam reksa dana saham tersebut hanya satu yang memiliki kinerja
superior (memiliki alpha positif dan signifikan) yaitu Panin Dana Maksima (alpha= 0,0241 ).
Viriany (2005) mengevaluasi kinelja reksa dana saham pada periode Juli 1997-Juni 2002 dan menemukan
temyata hanya sepuluh reksa dana saham yang selama 30 bulan secara konsisten memiliki kinerja baik
(memiliki nilai alpha positit). Kesepuluh reksa dana tersebut adalah Dana Reksa Mawar, Bahana Dana
Prima, BNI RD Berkembang, Bira Dana Saham, ABN AMRO ID Saham, GTF Sejahtera, Panin Dana
Maksima, Dana Reksa Syariah, GTF Sentosa, dan Schroder Dana Prestasi.
Sejalan dengan penelitian awal Jensen yang bermaksud melihat bagaimana reksa dana dapat memberi
kelebihan tingkat pengembalian di atas kelebihan tingkat pengembalian pasar, maka dirumuskan hipotesis:
HI:
Reksa dana saham memiliki kinelja yang lebih baik dari kinerja pasar (a 0)
Bila manajer investasi superior dalam mengalokasi dana untuk investasi, maka reksa dana akan memiliki
tingkat pengembalian yang superior dibandingkan dengan kinelja pasar saham. Berdasarkan hal tersebut:
H2:
Semakin tinggi kelebihan tingkat pengembalian pasar atas tingkat
pengembalian instrumen bebas risi.ko, semakin tinggi pula kelebihan tingkat
pengembalian reksa dana atas tingkat pengembalian bebas risiko (~> 0)
Pada Model Jensen tersebut tingkat risiko sistematis diasumsikan konstan. Sebenamya dapat terjadi
manajer investasi mengambil tindakan untuk memperoleh tingkat pengembalian yang optimal dengan
memanfaatkan kondisi pasar. Misalnya saat prospek perekonomian baik (pasar saham bullish) manajer
investasi berani menanamkan dananya pada saham-yang memiliki risiko (~) tinggi. Sebaliknya, saat
perekonomian menunjukkan tanda-tanda melemah (pasar saham bearish) para manajer investasi akan
memindahkan investasinya ke saham yang memiliki risiko rendah. Dengan demikian sesungguhnya b
tidak konstan. Bila manajer investasi dapat mempertahankan kelebihan atas tingkat pengembalian portofolio
dengan memanfaatkan kondisi pasar sebagaimana yang telah diuraikan maka manajer investasi terse but
memiliki kemampuan untuk memanfaatkan waktu (market timing ability).
Model Jensen hanya menggambarkan kemampuan manajer investasi untuk memilih saham (.\election
ability) yang ditunjukkan dengan nilai a yang positif dimana a yang positif berarti kelebihan tingkat
pengembalian portofolio atas tingkat pengembalian instrumen be bas risiko bemilai positif saat tidak ada
kelebihan tingkat pengembalian pasar atas tingkat pengembalian instrumen be bas risiko. Padahal kinerja
reksa dana dapat merupakan basil dari kemampuan manajer investasi untuk memilih saham, memanfaatkan
waktu maupun kombinasi antara keduanya .
.J
Untuk mengukur kemampuan manajer investasi memanfaatkan waktu, Henriksson dan Merton
menyempumakan Model Jensen dengan menambahkan variabel dummy pada Model Jensen untuk
menentukan apakah kelebihan tingkat pengembalian portofolio atas tingkat pengembalian instrumen be bas
risiko pada saat pasar bullish dan bearish lebih baik daripada kelebihan tingkat pengembalian pasar
atas tingkat pengembalian instrumen be bas risiko.
20
Evaluasi KineJja Reksa Dana Saham di Indonesia tahun 2006 (Y. Susiana & A Kaudin)
Henriksson dan Merton menyatakan manajer investasi tidak memiliki kemampuan yang baik dalam
mengelola dan memilih sekuritas (Dennis dkk 2004). Sementara untuk kasus Indonesia, penelitian untuk
menguji kemampuan manajer investasi dalam memilih sekuritas dan memanfaatkan waktu dilakukan
oleh Dennis dkk untuk reksa dana pendapatan tetap dimana dari 15 pengelola reksa dana yang diteliti
hanya empat yang memiliki kemampuan memanfaatkan wak.tu dengan baik.
Menerapkan metode yang sama, pengujian pada tingkat pengembalian bulanan reksa dana saham tahun
2004-2006 yang dilakukan oleh Untung (2007) menyimpulkan bahwa secara rata-rata manajer investasi
reksa dana saham di Indonesia tidak memiliki kemampuan memilih sekuritas dan kemampuan
memanfaatkan waktu yang superior.
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis:
H3:
Manajer investasi memiliki kemampuan yang baik dalam memilih saham (o0> 0)
H4:
Manajer investasi memiliki kemampuan yang baik dalam memanfaatkan waktu dalam berinvestasi
(82>0)
Selain menggunakan Model Jensen untuk mengukur kinerja risk-adjusted reksa dana dan Model
Henriksson dan Merton untuk mengukur kemampuan manajer investasi memilih saham dan memanfaatkan
waktu. akan disusun pula ranking kineija reksa dana berdasarkan nilai Indeks Sharpe dan Indeks Treynornya. Indeks Sharpe dan Indeks Treynor menunjukkan kelebihan tingkat pengembalian portofolio atas
tingkat pengembalian instrumen bebas risiko (excess return) per unit risiko. Pada Indeks Sharpe risiko
diukur dengan deviasi standar dari tingkat pengembalian saham (<J) dan pada lndeks.Treynor risiko
diukur dengan risiko sistematik (~). Berbagai penelitian telah menggunak.an lndeks Sharpe dan lndeks
Treynor untuk mengevaluasi kineija reksa dana (Misalnya Harahap dan Pane (2003) dan Usman dan
Ratnasari (2004 )). Bahkan sejak tahun 2005 Majalah Investor menerbitkan peringkat tahunan kinerja
reksa dana yang menggunakan Indeks Sharpe sebagai salah satu indikator penilaian.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengukur kinerja seluruh reksa dana saham yang beredar di Indonesia pada tahun 2006.
Pada tahun tersebut terdapat 28 reksa dana saham yang akan diukur kinerjanya dengan menggunakan
Model Jensen. Data yang digunakan adalah data NAB yang diperoleh dari Harlan Bisnis Indonesia
tahun 2006, data SBI yang diperoleh dari situs Bank Indonesia dan data IHSG tahun 2006 yang diperoleh
dari situs Bursa Efek Jakarta.
Ke-28 reksa dana saham yang kinerjanya diperbandingkan adalah seluruh reksa dana yang pada tahun
2006 beroperasi di Indonesia. Pada penelitian ini umur operasi reksa dana diabaikan dan diharapkan
reksa dana yang beroperasi dapat memiliki kinerja yang superior terhadap pasar saham.
Tingkat pengembalian reksa dana dihitung dengan formula:
21
Jurnal Ek.onomi dan Bisnis Vol.XV, No.I, Maret 2009: 17-34
NAB, - NAB,_ 1
rp,=
......................................... (1)
dimana:
r pi
NAB 1
NAB 1_1
: tingkat pengembalian reksa dana mingguan pada periode t
: Nilai Akti va Bersih per unit mingguan pada periode t
: Nilai Aktiva Bersih per unit mingguan pada periode t-1
Tingkat pengembalian instrumen bebas risiko adalah rerata mingguan dari tingkat pengembalian SBI 1
bulan pada tahun 2006
SBI,
r 1 =n- ................................................................ (2)
dimana:
rrr
SBI1
n
: tingkat pengembalian instrumen bebas risiko pada periode t
suku bunga SBI 1 bulan pada periode t
: jumlah minggu reksa dana diterbitkan selama tahun 2006
:
Tingkat pengembalian pasar saham dikalkulasi dengan formula sebagai berikut:
r
mr
IHSG, -/HSGt-1
=--..:....._
__
IHSG
...!.....:..
........................................... (3)
r-1
dimana:
: tingkat pengembalian pasar saham pada periode t
: nilai Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
: nilai Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1
Untuk mengukur kinerja reksa dana dengan Indeks Sharpe digunakan formula berikut:
ARrr -ARft
s= _
dimana:
s
ARpr
ARn
(Jpt
22
_,_(F_pt---':..... .....................................................
(4)
·t
: Indeks Sharpe
: rerata tingkat pengembalian portofolio pada peri ode t
: rerata tingkat pengembalian instrumen bebas risiko (SBI) pada periode t
: deviasi standar dari tingkat pengembalian portofolio pada periode t
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia tahun 2006 (Y. Susiana & A. Kaudin)
Untuk mengukur kinerja reksa dana dengan Indeks Treynor digunakan formula:
T
=
ARpr- ARfr
flpr
..................................................... (5)
dimana ~pi adalah risiko sistematik portofolio pada periode t.
Untuk menghitung ~P' digunakan formula:
/31',
=
covpm
0'2
.......................................................... (6)
m
dimana:
COY pill
: kovarian an tara tingkat pengembalian portofolioo dengan tingkat pengembalian
pasar atau (Rpt - E[R pt]) x (R m, - E[Rm,])
: varian tingkat pengembalian pasar (IHSG)
Untuk mengukur kinerja reksa dana berdasarkan Model Jensen digunakan persamaan berikut:
rP,- rn =aP + ~P (rmt- rn) + EP1 .......................................................... (7)
dimana:
a P : ukuran kinerja reksa dana
~P : slope
r pt : tingkat pengembalian reksa dana pada periode t
r11 : tingkat pengembalian instrumen be bas risiko pada periode t
rmt : tingkat pengembalian pasar saham pada periode t
£ pl : error term
U ntuk mengukur market timing ability dari manajer investasi berdasarkan Model Henriksson dan Merton
digunakan persamaan berikut:
rpt- rn =8o + 81 (rmt- rft) +82 (rmt- rft)D +Ept ··········· (8)
dimana D merupakan variabel dummy yang bernilai satu saat rmt > rft dan bernilai nol saat rmt < rrt.
Pembahasan dan Kesimpulan
Kinerja (nonrisk-adjusted) Reksa Dana Saham
Tabel pada Lampiran 1 menunjukkan perbandingan antara tingkat pengembalian reksa dana saham
dengan tingkat pengembalian pasar (nonrisk-adjusted). Tampak bahwa dari ke-28 reksa dana saham
hanya Arjuna dan BIG Nusantara Bima yang memiliki tingkat pengembalian negatif sementara ke-26
reksa dana saham lainnya berhasil memberi tingkat pengembalian positif. Reksa Dana BIG Nusantara
Bima memiliki tingkat pengembalian terendah sebesar minus 12,3 persen.
23
Jurnal Ekonorni dan Bisnis Voi.XV, No.1, Maret 2009: 17-34
Dari ke-26 reksa dana saham yang memberi tingkat pengembalian positif tersebut, sebanyak 16 reksa
dana saham berhasil memberi tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat pengembalian
pasar saham (sebesar47,7 persen) dan sepuluh lainnya memberi tingkat pengembalian yang lebih rendah
daripada tingkat pengembalian pasar. Reksa dana saham yang memberi tingkat pengembalian positif
tertinggi adalah Makinta Mantap, yakni sebesar 107 persen, dan yang memberi tingkat pengembalian
positif terendah adalah Reliance Equity Fund dengan tingkat pengembalian sebesar 6,4 persen.
Peringkat Kinerja Reksa Dana Saham Berdasar Indeks Sharpe
Tabel pada Lampiran 2 menunjukkan peringkat reksa dana saham berdasarkan Indeks Sharpe.
Berdasarkan Indeks Sharpe, diantara reksa dana saham di Indonesia, pada tahun 2006 Makinta Mantap
memberikan premi terbaik per unit risiko, yakni sebesar 38,8 persen. Selain itu Mahan usa Dana Ekuitas
dan Reksadana Dana Ekuitas Prima juga memberikan premi per unit risiko diatas 20 persen, yaitu
masing-masing sebesar 24,1 persen dan 20,07 persen. Sebanyak 16 reksa dana saham lainnya memberikan
premi per unit risiko diatas 10 persen, empat memberi premi per unit risiko dibawah 10 persen dan lima
sisanya memberikan premi negatif per unit risiko.
Konsisten dengan hasil pengukuran dengan Model Jensen bahwa reksa dana Arjuna, BIG Nusantara
Bima dan Reliance Equity Fund memiliki nilai anegatif (artinya memiliki kincrja terburuk), ketiga reksa
dana tersebut menempati posisi tiga terbawah menurut lndeks Sharpe. Sementara menurut Model
Henriksson dan Merton pengelolan reksa dana Arjuna tidak memiliki selection ability yang lebih baik
dari pasar (nilai negatif dan signifikan).
a
Peringkat Kinerja Reksa Dana Saham Berdasar Indeks Treynor
Berdasarkan Indeks Treynor, reksa dana Arjuna yang pada pemeringkatan menurut Indeks Sharpe berada
pada posisi terbawah justru menempati posisi teratas. Hal ini disebabkan Arjuna memiliki tingkat
pengembalian yang sangat kecil, sehingga memiliki premi yang sangat besar (negatif). Selain itu Arjuna
memiliki kovarian dan nilai beta negatif sehingga perhitungan premi per unit risiko menghasilkan angka
indeks yang besar. Dengan demikian angka Indeks Treynor untuk reksa dana Arjuna merupakan angka
yang semu karena tingginya indeks justru disebabkan oleh kinerja yang tidak bagus dan volatilitas yang
berlawanan arah dengan volatilitas pasar.
Di luar Arjuna, First State Indoequity Sectoral Fund yang lndeks Sharpe-nya hanya menempati peringkat
ke-16 merupakan reksa dana saham dengan angka Indeks Treynor tertinggi. Peringkat lndeks Treynor
selanjutnya ditempati oleh Makinta Mantap (0,0140) dan Mahanusa Dana Ekuitas (0,0082). Hal ini
senada dengan hasil pengukuran Indeks Sharpe dimana kedua reksa dana tersebut menempati posisi
angka indeks tertinggi pertama dan kedua. Tampaknya hanya First State lndoequity Sectoral Fund yang
memiliki Indeks Treynor lebih tinggi dari 10 persen.
Sebanyak limJreksa dana memiliki angka Indeks Treynor negatif. Angka negatif Indeks Treynor dari
Reksa dana Saham BUMN, Dana Sentosa, Reliance Equity Fund, dan BIG Nusantara Bima konsisten
dengan angka negatif pada Indeks Sharpe-nya. Semen tara Panin Dana Maksima, walau memiliki lndeks
Treynor negatif namun Indeks Sharpe-nya masih positif. Angka Indeks Treynor selengkapnya disajikan
pada tabel di lampiran 3.
24
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia tahun 2006 (Y. Susiana & A. Kaudin)
Kinerja Reksa Dana Saham Berdasar Model Jensen
Berdasarkan Model Jensen (lihat tabel pada lampiran 4), hanya Makinta Mantap yang memiliki nilai a
positif dan signifikan, yakni sebesar 0,008 (signifikan pada 1 persen). Artinya dari ke-28 reksa dana
saham di Indonesia, pada tahun 2006 hanya Makinta Mantap yang memberi kelebihan tingkat pengeinbalian
portofolio lebih besar dari kelebihan tingkat pengembalian pasar. Berdasarkan kinerja nonrisk-adjustednya, Makinta Mantap memang memberikan tingkat pengembalian yang paling superior dibandingkan
tingkat pengembalian dari reksa dana saham lainnya.
Selain itu Arjuna, BIG Nusantara Bima dan Reliance Equity Fund justru memiliki nilai negatif dan
signifikan. Nilaia negatif dan signifikan dari masing-masing reksa dana tersebut adalah sebesar 0,005
(Arjuna, signifikan pada 1 persen), 0,009 (BIG Nusantara Bima, signifikan pada 1 persen) dan 0,004
(Reliance Equity Fund, signifikan pada 5 persen). Kinerja nonrisk-adjusted dari Arjuna dan BIG
Nusantara Bima memang tidak mampu mengalahkan kinerja pasar dan bernilai negatif sementara Reliance
Equity Fund masih memiliki kinerja nonrisk-adjusted bemilai positif walau nilai terse but adalah yang
terkecil dibandin,g tingkat pengembalian reksa dana lain yang bemilai positif.
Selain keempat reksa dana tersebut, sebanyak 22 reksa dana memiliki nilai a positif dan dua lainnya
memiliki nilai a negatif. Namun demikian nilai ake-24 reksa dana tersebut tidak berbeda secara nyata
dari nol. Artinya kelebihan tingkat pengembalian porto folio dari 22 reksa dana, atau kekurangan tingkat
pengembalian portofolio dari dua reksa dana atas tingkat pengembalian dari instrumen be bas risiko tidak
berbeda dari kelebihan tingkat pengembalian pasar atas tingkat pengembalian dari instrumen bebas risiko.
Hal terse but memberikan gambaran yang konsisten dengan basil penelitian sebelurnnya (Pakpahan 2001,
Harahap dan Pane 2003, Usman dan Ratnasari 2004, dan Viriany 2005) bahwa kinerja risk-adjusted
dari kebanyakan reksa dana saham di Indonesia tidak lebih baik dari kinerja pasar saham.
Nilai ~yang positif (negatif) dan signifikan pada Model Jensen mengindikasikan bahwa semakin tinggi
(rendah) kelebihan tingkat pengembalian pasar atas tingkat pengembalian instrumen be bas risiko, semakin
tinggi (rendah) pula kelebihan tingkat pengembalian reksa dana atas tingkat pengembalian instrumen
be bas risiko. Seluruh 28 reksa dana saham memiliki ~ yang bernilai positif, hanya saja nilai ~ dari Arjuna,
First State Indoequity Sectoral Fund, dan Panin Dana Maksima temyata tidak signifikan.
Nilai koefisien determinasi dari ke-28 reksa dana saham berada dalam kisaran antara 0,0 (Arjuna)
hingga 0,850 (Phinisi Dana Saham). Tiga reksa dana yang memiliki koefisien determinasi terendah adalah
Panin Dana Maksima (0,025), First State Indoequity Sectoral Fund (0,001) dan Arjuna (0,00). Artinya
kelebihan tingkat pengembalian portofolio atas tingkat pengembalian dari instrumen bebas risiko dari
ketiga reksa dana tersebut tidak terlalu dipengaruhi oleh kelebihan tingkat pengembalian pasar atas
tingkat pengembalian instrumen bebas risiko. Sebanyak 20 reksa dana saham memiliki koefisien
determinasi yang bernilai diatas 50 persen dimana lima diantaranya merniliki koefisien determinasi diatas
80 persen, lima lainnya memiliki koefisien determinasi diatas 70 persen, dan tujuh sisanya merniliki koefisien
determinasi diatas 60 persen (selengkapnya pada lampiran 4).
25
Jumal Ekonomi dan Bisnis Voi.XV, No.1, Maret 2009: 17-34
Kinerja Reksa Dana Saham Berdasar Model Henriksson dan Merton
Berdasarkan Model Henriksson dan Merton dapat dilihat kemampuan pengelola reksa dana (manajer
investasi) untuk memilih saham (selection ability) dan memanfaatkan waktu (market timing ability)
dalam berinvestasi.
Pada tahun 2006, terdapat 12 reksa dana saham yang memiliki nilai a signiflkan, dimana 11 diantaranya
memiliki nilai a positif dan satu lainnya (Aljuna) memiliki nilai a negatif (lihat pada lampiran 5). Artinya
manajer portofolio dari ke-11 reksa dana saham yang memiliki nilai a positif memiliki kemampuan memilih
(selection ability) yang baik sehingga kelebihan tingkat pengembalian portofolio atas tingkat pengembalian
dari instrumen bebas risiko superior dibanding kelebihan tingkat pengembalian pasar atas tingkat
pengembalian dari instrumen bebas risiko. Selection ability terbaik dimiliki oleh Makinta Mantap (a=
0,012) dan Platinum Saham (<X= 0,01).
Pada sisi lain, hanya terdapat pengelola reksa dana yang memiliki market timing ability yang baik (3~
positif dan signiftkan), yaitu First State Indoequity Sectoral Fund. Padahal pengelola reksa dana ini tidak
memiliki kemampuan memilih yang superior dibanding pasar. Sebanyak 12 reksa dana memiliki nilai 32
negatif dan signiflkan yang berarti tidak memiliki kemampuan memanfaatkan waktu yang baik.
Temyata basil regresi pada Model Jensen tidak konsisten dengan basil regresi Model Henriksson dan
Merton. Reksa dana yang menurut Model Jensen memiliki nilai a yang positif dan signifikan belum tentu
memiliki nilai yang sama berdasarkan Model Henriksson dan Merton.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja reksa dana saham di Indonesia yang beroperasi
sepanjang tahun 2006, mengevaluasi kemampuan memilih saham (selection ability) dari manajer investasi/
pengelola reksa dana dan kemampuan memanfaatkan waktu dalam berinvestasi (market timing ability),
menyusun peringkat kinerja reksa dana saham berdasarkan Indeks Sharpe dan Indeks Treynor dan
mendiskusikan konsistensi kinerja reksa dana berdasarkan pengukuran dengan metode yang berbeda.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Indeks Sharpe, tiga reksa dana berkinerja terbaik adalah Makinta Mantap, Mahanusa
Dana Ekuitas dan Reksadana Dana Ekuitas Prima. Sebagaimana pengukuran kinerja dengan Model
Jensen, Makinta Mantap merupakan reksa dana terbaik menurut Indeks Sharpe. Tiga reksa dana
berkinerja terburuk dengan Indeks Sharpe negatif adalah Reliance Equity Fund, BIG Nusantara
Bima, dan Aijuna. Selain ketiga reksa dana tersebut, reksa dana lain yang memiliki Indeks Sharpe
negatif adalah Saham BUMN dan Dana Sentosa.
2. Berdasarkan Indeks Treynor, tiga reksa dan berkinerja terbaik adalah First State Indoequity Sectoral
Fund, Maki~ft Mantap, dan Mahanusa Dana Ekuitas. Sebenamya angka indeks tertinggi diraih oleh
Aljuna, namun tingginya angka indeks disebabkan oleh tingkat pengembalian yang sangat kecil,
sehingga memiliki premi yang sangat besar (negati.t) dan kovarian negatif yang menghasilkan nilai
beta negatif sehingga perhitungan premi per unit risiko menghasilkan angka indeks yang besar.
Reksa dana yang memiliki Indeks Treynor negatif adalah Saham BUMN, Dana Sentosa, Reliance
Equity Fund, BIG Nusantara Bima, dan Panin Dana Maksima. Empat yang disebut pertama juga
memiliki Indeks Sharpe negatif namun Panin Dana Maksima masih memiliki Indeks Sharpe positif.
Nilai negatif Indeks Treynor disebabkan nilai beta yang negatif.
26
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia tahun 2006 (Y. Susiana & A. Kaudin)
Berdasarkan Model Jensen, hanya satu reksa dana yang memiliki kinerja baik atau memiliki nilai a
yang positif dan signifikan, yaitu Makinta Mantap. Tiga reksa dana lainnya Arjuna, BIG Nusantara
Bima dan Reliance Equity Fundjustru memiliki a yang negatif dan signifikan. Sementara nilai a pada
ke-22 reksa dana saham lainnya adalah positif namun tidak signifikan, dan nilai a pada dua reksa
dana adalah negatif namun tidak signifikan. Artinya kinerja risk-adjusted dari reksa dana saham di
Indonesia pada tahun 2006, selain Makinta Mantap, tidak lebih baik dari kinerja pasar saham. Padahal
16 reksa dana saham memiliki kinerja non risk-adjusted yang lebih tinggi dari kinerja pasar saham.
Seluruh 28 reksa dana saham memiliki ~yang bemilai positif dan signifikan, kecuali ~ dari Aijuna,
First State Indoequity Sectoral Fund, dan Panin Dana Maksima. Artinya semakin tinggi (rendah)
kelebih~m tingkat pengembalian pasar atas tingkat pengembalian instrumen bebas risiko, semakin
tinggi (rendah) pula kelebihan tingkat pengembalian reksa dana atas tingkat pengembalian instrumen
bebas risiko.
4. Model Henriksson dan Merton menunjukkan bahwa pada tahun 2006 hanya terdapat ll reksa dana
saham yang memiliki selection ability yang baik dan satu Iainnya (Aijuna) memiliki selection ability
yang jelek. Selection ability terbaik dimiliki oleh Makinta Mantap (a= 0,012) dan Platinum Saham
(a= 0,01). Berdasarkan market timing ability, hanya First State Indoequity Sectoral Fund yang
kemampuan memanfaatkan waktunya superior. Sebanyak 12 reksa dana lainnya tidak memiliki market
timing ability yang baik. Hasil regresi pengukuran menurut Model Jensen tidak konsisten dengan
basil regresi Model Henriksson dan Merton. Reksa dana yang menurut Model Jensen memiliki nilai
a yang positif dan signifikan belum tentu memiliki nilai yang sama berdasarkan Model Henriksson
dan Merton.
5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan metode yang berbeda dapat
memberikan hasil yang berbeda pula. Dapat dipastikan bahwa reksa dana yang secara konsisten
baik pada berbagai alat ukur adalah reksa dana yang memberi tingkat pengembalian risk-adjusted
rerbaik.
3.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh kesulitan untuk mengakses data
dan informasi. tertentu. Keterbatasan-keterbatasan terse but adalah:
1. Dalam penelitian ini digunakan asumsi tak ada biaya transaksi dan pajak dan dalam perhitungan
tingkat pengembalian tidak dimasukan pendapatan yang didistribusikan kepada investor.
2. Tidak dilakukan pemisahan antara manajer investasi yang menerapkan strategi aktif, strategi pasif
maupun kombinasi dan kadar kombinasinya.
3. Penelitian hanya mencakup periode satu tahun yaitu tahun 2006 sehingga kesimpulan hanya berlaku
untuk periode tersebut.
Referensi
Bodie, Z., A. Kane, and A.J. Marcus. 2006. Investments. Edisi keenam. McGraw-Hill International
Edition
Center for Business & Industrial Studies Universitas Surabaya. 2001. Evaluasi Kinerja Reksadana
Indonesia. Reksadana & Pasar Modal, 1: 10-20
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol.XV, No.1, Maret 2009: 17-34
Dennis, J.P., A. H. Manurung, D. Nachrowi. 2004. Analisis Detenninasi Kinerja Reksa Dana Pendapatan
Tetap di Indonesia Periode 1999-2003 (Penggunaan Model Jensen dan Model Gudikunst). Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, 7 (2): 224-250
Frensidy, B. 2007. Altematif Pengukuran Return dan Manfaatnya. Manajemen Usahawan Indonesia.
10, (XXXVI): 34-39
Harahap, S.S. dan P. Pane, 2003. Analisis Perbandingan K.inerja Reksadana Syariah Terhadap Reksadana
Konvensional (Reksadana Mawar) Tahun 1997-2001. Media Riset Bisnis dan Manajemen. 3
(3): 236-264
Pakpahan, M. 2001. K.inerja Reksa Dana Saham Indonesia: Periode September 1997 -Agustus 2000.
Manajemen Usahawan Indonesia, 6 (XXX): 37-45
Effendy, R.N.P dan E. Siswadi. 2007. Application of Sharpe, Treynor, Jensen, Information Ratio, and
DEA Super Efficiency Methods to Measuring Performance of Equity Mutual Funds in Indonesia
for Periods 2004-2005. Manajemen Usahawan Indonesia, 9 (XXXVI): 3-10
Untung, R. 2007. Berburu Manajer Investasi yang Menghasilkan Alfa Positif: Evaluasi Monthly Return
Reksa Dana Saham Tahun 2004-2006. Manajemen Usahawan Indonesia, 4 (XXXVI): 18-21
Usman, B. dan I. Ratnasari. 2004. Evaluasi Kinerja Reksadana Berdasarkan Metode Sharpe, Treynor,
Jensen, dan W. Media Riset Bisnis dan Manajemen, 4 (2): 165-202
Viriany. 2005. Pengukuran K.inerja Reksa Dana Saham di Indonesia Periode Juli 1997
Menggunakan Metode Jensen. Jurnal Manajemen, IX (1 ): 66-80
28
Juni 2002
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia tahun 2006 (Y. Susiana & A. Kaudin)
Lampiranl
Tabel Kinerja Nonrisk~Adjusted Reksa Dana Sabam pada Tahun 2006
Nama Reksa Dana Saham
Makinta Mantap
Platinum Saham
TRIM Kapital
Mahanusa Dana Ekuitas
Panin Dana Maksima
Mandiri Investa Atraktif
First State Indoequity Sectoral Fund
Manulife Dana Saham
Reksadana Dana Ekuitas Prima
Rencana Cerdas
First State Dividend Yield Fund
Phinisi Dana Saham
Bahana Dana Prima
Schroder Dana Prestasi Plus
ABN Amro Indo Dana Saham
Schroder Dana lstimewa
Dana Ekuitas Andalan
Si Dana Saham
Danareksa Mawar
BNI Dana Berkembang
NAM Investa Agresif
Nikko Saham Nusantarn
Pratama Saham
SahamBUMN
Dana Sentosa
Reliance Equity Fund
Arjuna
BIG Nusantara Bima
Pasar Saham (IHSG)
Tingkat
Pengembalian
1,0703
0,6348
0,6334
0,6279
0,6169
0,5921
0,5271
0,5223
0,5089
0,5083
0,5034
0,5024
0,4930
0,4873
0,4870
0,4816
0,4578
0,4560
0,4435
0,4213
0,4046
0,3533
0,3326
0,2156
0,1981
0,0637
-0,0087
-0,1227
0,4772
Sumber: Data diolah. 2007
29
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Yoi.XY, No.l, Maret 2009: 17-34
Lampiran2
Tabel Peringkat Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia Tahun 2006
Berdasarkan Indeks Sharpe
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
.j
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Nama Reksa Dana
Makinta Mantap
Mahanusa Dana Ekuitas
Reksadana Dana Ekuitas Prima
Platinum Saham
TRIM Kapital
Mandiri lnvesta Atraktif
First State Dividend Yield Fund
Manulife Dana Saham
Pratama Saham
Rencana Cerdas
Schroder Dana Prestasi Plus
Phinisi Dana Saham
Schroder Dana Istimewa
Dana Ekuitas Andalan
Danareksa Mawar
First State lndoequity Sectoral Fund
Panin Dana Maksima
Si Dana Saham
BNI Dana Berkembang
ABN Amro Indo Dana Saham
Bahana Dana Prima
Nikko Saham Nusantara
NAM Investa Agresif
SahamBUMN
Dana Sentosa
Reliance Equity Fund
BIG Nusantara Bima
Arjuna
Sumber : Data Diolah, 2007
30
Indeks Sharpe
0,3882
0,2410
0,2007
0,1981
0,1974
0,1842
0,1716
0,1710
0,1622
0,1599
0,1591
0,1567
0,1449
0,1262
0,1197
0,1181
0,1173
0,1164
0,1012
0,0950
0,0870
0,0812
0,0654
-0,0062
-0,0302
-0,1985
-0,2627
-1,5757
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saharn di Indonesia tahun 2006 CY. Susiana & A. Kaudin)
Lampiran3
'Thbel Peringkat Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia 'Thhun 2006
Berdasarkan lndeks Treynor
No
1
2
3
4
5
6
.7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Nama Reksa Dana
Arjuna
First State Indoequity Sectoral Fund
Makinta Mantap
Mahanusa Dana Ekuitas
ABN Amro Indo Dana Saham
Reksadana Dana Ekuitas Prima
Platinum Saham
TRIM Kapital
Pratama Saham
Mandiri Investa Atraktif
Bahana Dana Prima
Manulife Dana Saham
First State Dividend Yield Fund
Rencana Cerdas
Schroder Dana Prestasi Plus
Phinisi Dana Saham
Schroder Dana Istimewa
Dana Ekuitas Andalan
NAM Investa Agresif
Danareksa Mawar
Si Dana Saham
BNI Dana Berkembang
Nikko Saham Nusantara
SahamBUMN
Dana Sentosa
Reliance Equity Fund
BIG Nusantara Bima
Panin Dana Maksima
Indeks Treynor
1,4506
0,1372
0,0140
0,0082
0,0068
0,0068
0,0066
0,0060
0,0058
0,0055
0,0053
0,0051
0,0051
0,0049
0,0048
0,0046
0,0044
0,0043
0,0043
0,0037
0,0036
0,0033
0,0030
-0,0002
-0,0011
-0,0102
-0,0140
-0,0196
Sumber : Data Diolah, 2007
31
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.XV. No.1, Maret 2009: 17-34
Lampiran4
Tabel Kinerja Reksa Dana Saham Tahun 2006 Berdasarkan Model Jensen
No
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Nama Reksa Dana
ABN Amro Indo Dana Saham
Arjuna
Bahana Dana Prima
BIG Nusantara Bima
BNI Dana Berkembang
Dana Ekuitas Anda1 an
Dana Sentosa
Danareksa Mawar
First State Dividend Yield Fund
First State Indoequity Sectoral Fund
Makinta Mantap
Mandiri Investa Atraktif
Manulife Dana Saham
NAM Investa Agresif
Nikko Saham Nusantara
Panin Dana Maksima
Phinisi Dana Saham
Platinum Saham
Reliance Equity Fund
Rencana Cerdas
Saham BUMN
Schroder Dana Istimewa
Schroder Dana Prestasi Plus
Si Dana Saham
TRIM Kapital
Mahanusa Dana Ekuitas
Pratama Saham
Reksadana Dana Ekuitas Prima
Sumber : Data fiolah, 2007
• signifikan pada 0,01
•• signifikan pada 0,05
32
a
0,002
-0,005
0,002
-0,009
0,000
0,000
-0,003
0,000
0,001
0,005
0,008
0,002
0,001
0,001
0,000
0,076
0,001
0,003
-0,004
0,001
-0,003
0,001
0,001
0,000
0,002
0,003
0,003
0,002
p-va1ue
(a)
0,749
0,000*
0,841
0,010*
0,867
0,849
0,150
0,992
0,453
0,430
0,005*
0,335
0,459
0,945
0,840
0,335
0,595
0,310
0,032**
0,574
0,212
0,737
0,582
0,974
0,258
0,172
0,328
0,426
13
0,684
-0,001
1,028
0,484
0,921
. 0,807
0,607
.0,881
0,769
0,038
0,755
0,961
0,829
1,028
0,615
-3,284
0,876
0,881
0,308
0,835
0,823
0,857
0,777
0,965
0,971
0,798
0,829
0,783
p-value
(IJ)
R-square
0,007*
0,959
0,001 *
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,864
0,000*
0,000*
0,000*
0,003*
0,000*
0,276
0,000*
0,144
0,000
0,196
0,255
0,697
0,635
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,589
0,767
0,805
0,001
0,559
0,820
0,804
0,168
0,540
0,025
0,850
0,655
0,277
0,771
0,612
0,800
0,783
0,748
0,793
0,659
0,646
0,699
Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia tahun 2006 (Y. Susiana & A. Kaudin)
LampiranS
Tabel Kincrja Reksa Dana Saham Tahun 2006
Berdasarkan Model Henriksson dan Merton
No
2
3
4
5
6
7
8
9
10
II
12
13
14
15
J(i
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Nama Reksa Dana
ABN Amro Indo Dana Sabam
Arjuna
Babana Dana Prima
BIG Nusantara Bima
BNI Dana Berkembang
Dana Ekuitas Andalan
Dana Sentosa
Danareksa Mawar
First State Dividend Yield Fund
First State Indoequity Sectoral Fund
Makinta Mantap
Mandiri Investa Atraktif
Manulife Dana Saham
NAM lnvesta Agresif
Nikko Saham Nusantara
Panin Dana Maksima
Phinisi Dana Sabam
Platinum Sabam
Reliance Equity Fund
Rencana Cerdas
SahamBUMN
Schroder Dana Istimewa
Schroder Dana Prestasi Plus
Si Dana Saham
TRIM Kapital
Mahan usa Dana Ekuitas
Pratama Saham
Reksadana Dana Ekuitas Prima
a
0,008
-0,005
0,001
-0,001
0,008
0,006
0,006
0,003
0,004
-0,008
0,012
0,005
0,005
-0,004
-0,002
0,069
0,003
O,Gl
0,003
0,007
0,005
0,004
0,003
0,006
0,005
0,008
0,002
0,005
p-value
(a.)
0,417
0,000*
0,912
0,857
0,027**
0,111
0,024**
0,250
0,078***
0,375
0,004*
0,067***
0,056***
0,780
0,660
0,581
0,168
0,011"'*
0,345
0,015**
0,237
0,108
0,270
0,069***
0,075***
0,047"'*
0,723
0,161
01
0,322
0,029
1,040
0,044
0,450
0,494
0,088
0,684
0,598
0,780
0,490
0,766
0,622
1,291
0,679
-2,800
0,741
0,464
-0,089
0,514
0,378
0,648
0,667
0,612
0,783
0,557
0,895
0,604
p-value
(61)
0.536
0,407
0,115
0,858
0,012**
0,010*
0,510
0,000*
0,000*
0,096***
0,020**
0,000*
0,000*
0,076***
0,000*
0,657
0000*
>
0,017**
0,529
0,000*
0,052***
0,000*
0,000*
0,001*
0,000*
0,004*
0,009*
0,001*
I
62
0,604
0,049
0,02
-0,733
-0,784
-0,522
-0,865
-0,329
-0,285
1,237
-0,441
-0,324
-0,344
0,439
0,106
0,666
-0,225
-0,695
-0,662
-0,535
-0,741
-0,348
-0,183
-0,588
-0,313
-0,401
0,094
-0,298
p-value
(62)
0,430
0,333
0,984
0,049**
0,003*
0,059***
0,000*
0,137
0,097***
0,074***
0,149
0,113
0,063***
0,677
0,686
0,943
0,178
0,015**
0,002*
0,008*
0,011**
0,072***
0,328
0,019**
0,165
0,143
0,827
0,245
R-square
0,155
0,020
0,196
0,315
0,748
0,662
0.710
0,778
0,816
0,067
0,578
0,830
0,818
0,171
0,541
O,Q25
0,856
0,696
0,407
0,803
0,663
0,813
0,788
0,777
0.802
0,676
0,647
0,709
: Data diolah, 2007
.Sumber
signifikan pada 0,0 I
u
signifikan pada 0,05
•u signifikan padaO,lO
33
Download