humas - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

advertisement
PERANAN HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS) MPR RI
DALAM MENSOSIALISASIKAN EMPAT PILAR BANGSA
TAHUN 2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Mochammad Kahfi
NIM 1110051000174
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2014 M
ABSTRAK
Mochammad Kahfi
Peran Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI Dalam Mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa Tahun 2014
Biro Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI adalah Biro Humas
Pemerintahan yang ruang lingkup tugasnya sangat besar mengingat MPR RI adalah
lembaga tinggi negara, pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat. Biro Humas MPR
RI mempunyai peran penting dalam melakukan pemberitaan dan pengolahan data dan
informasi, baik dari luar maupun dari dalam lingkungan MPR RI. Jadi, Biro Humas
MPR sangat vital keberadaannya, tanpa Biro Humas MPR RI, akan sulit melakukan
pendekatan kepada publik internal dan eksternal.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan
penelitian pada rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana peran Humas MPR RI
dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014? Kemudian apa saja
kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014?
Adapun teori yang digunakan adalah teori peranan Humas Cutlip, Center dan
Broom. Teori ini digunakan sebagai alat pembedah dalam pembahasan peran Humas
MPR RI, apakah Humas MPR RI berhasil atas metode yang digunakan, untuk
menyebarluaskan paham Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang peran Humas MPR dan
bagaimana kegiatannya dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa tahun 2014.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Sedangkan,
metode yang dipergunakan adalah kualitatif, yang mendeskripsikan bagaimana
penerapan Peran Humas MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa
Tahun 2014.
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis, peneliti menemukan beberapa
temuan, antara lain adalah sebagai penghubung antara MPR RI dengan publiknya,
membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya,
menjadi pendukung dalam fungsi manajemen MPR RI dan berupaya menciptakan
citra bagi MPR RI. Dari penelitian yang kemudian dijabarkan dan dianalisis, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Humas MPR RI mempunyai peranan yang penting dalam
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
Kata kunci: Sosialisasi, Humas, Pilar Bangsa, Kualitatif dan Deskriptif Analisis.
i
KATA PENGANTAR
ِ‫بِسْمِ اهللِ ال َرّحْمنِ ال َرّحِيم‬
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan ridho, rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Hubungan Masyarakat (Humas)
MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014” sebagai bagian
dari tugas penulis sebagai akademisi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa pula shalawat dan salam di atas Nabi pelita alam, yang tak pernah
henti dan selalu tercurahkan kepada junjungan Nabiyyul Musthofa Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ilmu hingga zaman yang
penuh ilmu pengetahuan sampai saat ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak
terhingga kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
merampungkan skripsi ini, maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ayahanda (Sofyan dan Alm. H.
Nanang Ahmad) dan kedua Ibunda (Titin Tarwiyah dan Ina Sugiyanti) tercinta, yang
telah memberikan kasih sayang dan perhatian mu yang tak terhingga, sepanjang
waktu, pengorbanan mu yang tak terkira, dan terima kasih atas pendidikan yang Ayah
ii
dan Mamah berikan dari kecil hingga dewasa, tersusunnya skripsi ini berkat motivasi
dan do’a Ayah dan Mamah. Terima kasih atas semuanya. Selanjutnya, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., Bapak Suparto Ph.D, ME.d. selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr. H. Sunandar, M.Ag. selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
2.
Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA. dan Sekretaris Jurusan KPI Ibu Fita
Fathurokhmah, M.Si. yang membantu penulis dalam menjalankan proses
birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu penulis
dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.
3.
Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang
baik dan benar.
4.
Ibu Dra. Hj. Jundah, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan kepada penulis, Terima Kasih.
5.
Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman
berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
iii
6.
Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini.
7.
Bapak Drs. Yana Indrawan, M.Si. selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat
MPR RI, Bapak Agip Munandar, S.H., M.H. selaku Kabag Keanggotaan dan
Kepegawaian MPR RI, dan Mba Christy yang membantu dan menghubungkan
penulis ke Biro Hubungan Masyarakat MPR RI hingga bisa menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih.
8.
Bapak Budi Muliawan, SH, MH selaku Kasubbag Hubungan Antarlembaga
MPR RI, Bapak Agus Subagyo, S.S., M.IR. selaku Kepala Bagian Pemberitaan
dan Hubungan Antalembaga MPR RI, Bapak Hendrasto Setiawan, S.IP dan
Bapak Wasinton Saragih, juga Mas Ramos Diaz, Mba Alinda Maharani dan Mba
Mellisa Syafri yang telah meluangkan banyak waktunya dalam membantu
penulisan skripsi ini.
9.
Sayyid Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf sebagai orang tua dan Murabbi Ruh
yang selama ini mengasihi, menyayangi, mendo’akan dan memberikan ilmu
kepada penulis dalam senang maupun susah, mata’anallah bituli hayat. Semoga
dipanjangkan umurnya dalam keberkahan Allah SWT dan Nabi Besar
Muhammad SAW.
10. Adik-adik saya tersayang, Mochammad Rizky dan Mochammad Azka Zahirul
Sofyan yang selama ini menjadi penyemangat dan motivator saya untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
iv
11. Para sahabat dan teman-teman KPI F angkatan 2010, Sendy Darlis Alditya,
Muhammad Fahmi Al Manshuri, Muhammad Yusra Nuryazmi dan Rendy
Adityawarman, Aris Suyitno, Daniella Putri Islamy, Icha Khairnunnisa,
Pambayun Menur Syta, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan
namanya satu per satu yang telah banyak memberikan keceriaan dan kenangan
indah selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selalu memberikan
kebahagiaan, kesenangan dan keceriaan, serta mau berbagi kesedihan dan
kesusahannya selama 4 tahun ini. Dukungan dan motivasi dari kalian sangatlah
penting untuk saya. May the odds be ever in our favor!!!
12. Teman-teman dari KKN Aksi 2013, Terima kasih untuk kekompakan dan suka
dukanya selama di Kampung Melayu Barat, Teluk Naga.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT dapat
membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan menjadi amal shaleh disisi-Nya.
Dengan segala kerendahan hati.
Jakarta, 22 November 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB II
Latar Belakang Masalah .....................................................
Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................
Metodologi Penelitian ........................................................
Tinjauan Pustaka ................................................................
Sistematika Penulisan ........................................................
1
8
8
9
12
13
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Peran.................................................................
B. Humas
1. Pengertian Humas ........................................................
2. Fungsi Humas ..............................................................
C. Macam-macam Humas
1. Humas Pemerintahan .............................................
2. Humas Perusahaan/ Bisnis .....................................
3. Humas Non Government Organization..................
D. Peran Humas ......................................................................
E. Kegiatan Humas .................................................................
F. Sosialisasi
1. Definisi Sosialisasi .......................................................
2. Jenis Sosialisasi ............................................................
vi
15
17
21
22
22
23
24
26
27
29
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Humas MPR RI ..................................................................
B. Tujuan Sosialisasi Empat Pilar Bangsa ..............................
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Peran Humas MPR RI ........................................................
B. Kegiatan Humas MPR RI...................................................
BAB V
32
39
43
53
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran ...................................................................................
60
61
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan menyampaikan pesan bisa dengan berbagai cara, tergantung kepada
siapa kita menyampaikan pesan tersebut. Dalam hal ini, Biro Hubungan Masyarakat
(Humas) MPR RI memiliki tugas penting dalam membantu Pimpinan MPR RI dalam
mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa kepada seluruh masyarakat Indonesia
secara merata agar rasa cinta tanah air terus berkobar dalam diri setiap individu.
Kegiatan Humas memiliki keterkaitan dengan ilmu komunikasi karena
keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan mata rantai yang menunjang
kegiatan Humas. Karena Humas merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah
satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi1.
Kegiatan sosialisasi sangat penting karena saat ini masih banyak
penyelenggara negara dan kelompok masyarakat yang belum memahami dan
mengerti tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Peneliti sendiri sebelumnya
tidak mengetahui apa itu Empat Pilar Bangsa. Ketika peneliti kerja lepas di salah satu
media online swasta, barulah peneliti tahu apa itu Empat Pilar Bangsa. Setelah itu
peneliti langsung tertark dan berniat untuk membuat penelitian tentang sosialisasi
Humas MPR tentang Empat Pilar Bangsa ini. Peneliti ingin mengetahui seperti apa
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999), cet, ke-XII, h. 131Rosdakarya, 1999), cet, ke-XII, h. 131.
1
2
kegiatan sosialisasi Humas MPR tentang Empat Pilar Bangsa dan bagaimana peran
Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
Selain itu banyak masukan dan harapan dari masyarakat bahwa sosialisasi
yang telah dilakukan memang sudah sangat efektif namun belum menjangkau seluruh
masyarakat, sehingga MPR harus terus melakukan sosialisasi dengan jangkauan yang
lebih luas yang diharapkan akan banyak masyarakat yang paham terhadap nilai-nilai
luhur bangsa. Untuk mendukung tugas dan wewenang tersebut, Biro Hubungan
Masyarakat, Sekretariat Jenderal MPR RI ditugaskan untuk menyelenggarakan
kegiatan sosialisasi Empat Pilar kehidupan bernegara melalui media massa.
Humas MPR dalam memasyarakatkan UUD 1945 memunculkan banyak
gagasan. Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara ini adalah istilah yang digagas oleh
Alm. Bapak Taufiq Kiemas sewaktu masih menjabat sebagai ketua MPR RI. Wakil
Ketua MPR RI, Farhan Hamid, mengatakan bahwa Pak Taufiq memunculkan istilah
itu yang didapat dari dialog dengan teman-teman anggota dewan. Ketika suatu pagi
Beliau mengobrol, muncullah istilah “Empat Pilar Berbangsa Dan Bernegara” itu2.
Menurut analisis penulis, secara social marketing ini lebih ke pendekatan mencari
sebuah istilah yang mudah didengar, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.
Dibandingkan dengan istilah memasyarakatkan UUD RI 1945 yang begitu panjang.
2
Dikutip dari Rekaman Siaran Dialog Interaktif RRI tanggal 2 September 2013, Litbang
Hubungan Antar Lembaga MPR RI
3
Pemilihan nilai-nilai luhur bangsa ini sesuai dengan kewajiban Anggota MPR
sebagaimana diatur dalam Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang
Peraturan Tata Tertib MPR Pasal12 yaitu antara lain harus memegang teguh
dan melaksanakan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan,
memasyarakatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta memperkukuh dan memelihara kerukunan
nasional serta menjaga keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
semangat Bhinneka Tunggal Ika.3
A. Pilar Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara. Dalam pembukaan UUD
1945 alinea keempat terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Rumusan Pancasila tersebut mengikat seluruh lembaga negara tanpa terkecuali.
Pancasila harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang integral, yang saling
mengandaikan dan saling mengunci.
B. Pilar Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 adalah konstitusi negara. Konstitusi adalah hukum dasar yang
dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa
hukum dasar yang tertulis yang biasa disebut Undang Undang Dasar, dan dapat juga
tidak tertulis4. Oleh karena itu menurut penulis, dalam negara yang menganut paham
konstitusional tidak ada satu pun penyelenggara negara dan masyarakat yang tidak
berlandaskan konstitusi.
3
Sekretariat Jenderal MPR RI, Tanya Jawab Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara, (Jakarta: Sekretaris Jenderal, 2013), h. 1
4
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, op. cit. h. 117
4
Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang
hidup dalam masyarakat dan dalam praktek penyelenggaraan negara turut
mempengaruhi perumusan pada naskah. Dengan demikian, suasana
kebatinan yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan
historis perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu
dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya
ketentuan yang terdapat pada pasal-pasal undang-undang dasar.5
C. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Dalam rapat BPUPKI yang membahas rancangan UUD, permasalahan
bentuk negara menjadi salah satu pembahasan yang diperdebatkan secara serius.
Usulan bentuk negara yang muncul pada waktu itu yaitu negara kesatuan dan negara
federal. Namun kemudian disepakati bentuk negara Indonesia adalah negara
kesatuan.
Hal tersebut sebagaimana yang tertera dalam Pasal 1 ayat (1) UndangUndang Dasar 1945. Pilihan BPUPKI ini kemudian sepakat dan tidak lagi diganti
ketika pada 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republlik Indonesia Tahun 19456.
D. Pilar Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh Empu
Tantular yang ditulis dalam Kitab Sutasoma pada abad XIV di masa Kerajaan
Majapahit. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang
5
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD
1945, (Yogyakarta: UII Press, 2005)
6
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, h. 157
5
dipilih sebagai komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
pilihan yang tepat untuk mewadahi kemajemukan bangsa kita yang terdiri dari ribuan
pulau maka dari itu negara kita disebut negara maritim.
Dalam kitab tersebut Empu Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus
Buddha Wisma, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng
Jinatwakalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang
berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.
Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua, satu
itu, tak ada pengabdian yang mendua).7
Etika Kehidupan Berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari
ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa
yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa8. Penulis melihat bahwa krisis
kepercayaan yang dialami pemerintah Indonesia oleh masyarakat harus dihilangkan.
Rasa kebangsaan dan cinta tanah air tidak bertentangan dengan prinsipprinsip agama Islam. Sejalan dengan ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits lainnya. Banyak
ayat-ayat Al Qur'an yang menganjurkan kita untuk mencintai tanah air atau negeri
kita. Allah SWT telah berfirman didalam Al-Qur’an:
7
Sigit Suhandi, Bhinneka Tunggal Ika Maha Karya Persembahan Mpu Tantular, (Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h. 195
8
Sekretariat Jenderal MPR RI, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia
Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI,
2013), h. 195.
6
“Dan (ingatlah), tatkala Ibrahim berkata (berdoa): "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini (Mekkah), negeri yang aman, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan (yaitu)
terhadap orang-orang yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari
kemudian”. Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang ingkar maka Aku menyenangnyenangkannya sementara, kemudian Aku memasukkannya ke dalam adzab neraka
dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al-Baqarah: 126)9
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada
menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)10
Dari ayat diatas, bisa kita lihat bahwa Nabiyullah Ibrahim AS berdo’a untuk
tanah airnya agar selalu menjadi negeri yang aman dan sentosa, rakyatnya selalu
dilimpahkan rezeki dan mereka semua beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Ini
menunjukkan Nabiyullah Ibrahim AS adalah seseorang yang begitu mendalam
cintanya akan tanah airnya. Para Nabiyullah senantiasa mencintai negeri yang
didiaminya. Sebab jika negerinya rusak, penduduknya juga yang akan menderita.
9
Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: PT. Sari
Agung, 1997), cet- XI, h. 35.
10
Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 483
7
Allah SWT begitu memuliakan tanah air dan negeri sehingga menjadikannya
sebagai nama satu surah, yaitu surah Al Balad (Negeri). Walaupun tafsir dari ayat
tersebut adalah Mekkah, namun yang dimaksud bukan sekedar Mekkah saja,
melainkan seluruh negeri.
“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah)” (QS. Al-Balad: 1)11
“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan
berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara
negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada
malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS. Saba’: 18)12
Dari latar belakang masalah dan contoh yang ada, kiranya penulis merasa
butuh terpanggil untuk mengkaji permasalahan ini, dan juga sebagai diskursus dan
wacana intelektual demi membuka jendela pengetahuan, koleksi pemikiran, dan
kecerdasan kepribadian yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah
11
12
Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 1243
Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 846
8
dengan judul “Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) MPR RI Dalam
Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka penulis
membatasi kajian ini pada peranan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat
Pilar Bangsa. Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar
Bangsa?
2. Apa kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Humas MPR RI
membuat formula serta langkah-langkah yang tepat untuk kemudian lebih bisa
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa untuk menanamkan rasa nasionalis berbangsa
dan bernegara tetap berkembang sebagaimana yang diharapkan.
b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan
bernegara.
9
2. Untuk mengetahui aktifitas dan kegiatan Humas MPR RI dalam upaya
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
Kegiatan penelitian ini merupakan stimulus dan kesempatan bagi penulis
untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang didapatkan di bangku
perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan dalam sebuah tulisan ilmiah yang
mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan serta wawasan untuk mempelajari
langsung langkah dan peran Humas dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan
bernegara. Serta untuk menambah wawasan mengenai konsep-konsep yang dikemas
tentang peran dan langkah dalam membentuk dan membangun citra baik
pemerintahan, serta sebagai referensi kepustakaan di bidang ilmu komunikasi massa,
khususnya media cetak.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan wacana ideal khususnya
untuk penulis dan umumnya untuk masyarakat luas yang menggeluti di bidang
komunikasi yang kemudian direalisasikan dalam bentuk tindakan yang konkret dari
konsep dan wacana yang disajikan.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan deskriptif analisis. Sedangkan
metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Yang merupakan
10
prosedur sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati13.
Menurut Jalaludin Rahmat, metode penelitian deskriptif analisis bertujuan
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengidentifikasi masalah atau
memberikan kondisi dan menentukan apa yang
dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan
datang.14
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Humas MPR RI.
Kemudian yang menjadi objek penelitian ini meliputi Peranan Humas MPR RI dalam
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa teknik sebagai
berikut:
a. Observasi
Dalam hal ini peneliti mendatangi sekaligus magang di MPR RI Bagian
Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat, untuk
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 3
14
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), cet, ke-XIII, h. 25
11
memperoleh data-data mengenai peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa yang dilakukan selama sebulan pada 1 - 31 September 2014.
b. Dokumentasi
Peneliti mengambil dan mengumpulkan data berdasarkan tulisan-tulisan
berbentuk catatan dari hasil wawancara, buku-buku dan dokumen-dokumen internal
Biro Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga MPR RI yang diberikan secara
langsung. Kemudian peneliti menggunakan analisa deksriptif. Dengan tujuan setelah
data-data terkumpul, kemudian penulis menjabarkan dengan memberikan analisaanalisa untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.
c. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang langsung
secara lisan, di mana dua atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-inforrnasi atau keterangan.15 Peneliti meawawancarai Bapak Drs. Yana
Indrawan, M. Si selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Bapak Agus
Subagyo, S.S., M.I.R. selaku Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan
Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat. Peneliti mewawancarai beberapa
responden tersebut karena menurut peneliti mereka dapat memberikan informasi
ataupun data yang dibutuhkan oleh peneliti.
15
Chalid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, (Jakata: PT Bumi Aksara, 1997),
cet, ke-I, h. 83
12
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kantor MPR RI Bagian Pemberitaan dan
Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat selama satu bulan, yaitu 1-31
September 2014 penelitian ini selesai dilaksanakan. Tempat penelitian adalah di Jl.
Jend. Gatot Subroto No. 6 Jakarta – 10270.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip dari buku
Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Moleong adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.16
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap
hasil penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan. Hal ini penulis temukan pada hasil penelitian dari saudara Anwar (Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah 2009 M) yang berjudul Peran Public Relations Radar Banten
Dalam Membangun Citra Perusahaan. Dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa
penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil plagiat dari skripsi sebelumnya.
16
h. 186
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)
13
Perbedaan antara penelitian saya dan saudara Anwar adalah di peran Humas, yaitu
antara Humas pemerintah dan Humas swasta.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I:
Bab ini merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini akan memaparkan
mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan mengenai metode penelitian,
lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan
data yang berupa observasi, dokumentasi, wawancara, waktu dan
tempat penelitian dan teknik analisis data. Kemudian tertera juga
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II:
Dalam bab ini akan diuraikan landasan-landasan teori yang akan
digunakan dalam penelitian ini, pertama konseptualisasi mengenai
pengertian
peran.
Kedua,
konseptualisasi
mengenai
Humas;
(pengertian Humas, fungsi Humas dan Humas pemerintahan). Ketiga
konseptualisasi mengenai peran Humas. Keempat, konseptualisasi dari
aktivitas
Humas.
Kelima konseptualisasi
mengenai
sosialisasi
(pengertian sosialisasi dan jenis sosialisasi).
BAB III:
Dalam bab ini penulis akan menjabarkan gambaran umum Humas
MPR RI, tim kerja sosialisasi MPR periode tahun 2009-2014 berkaitan
14
dengan judul penulis, kemudian penulis juga menuliskan tujuan
sosialisasi Empat Pilar Bangsa MPR RI.
BAB IV:
Dalam bab ini penulis menguraikan hasil observasi yang telah
diperoleh, mulai dari data-data, kemudian hasil wawancara. Kemudian
analisis data dari sumber-sumber yang telah penulis peroleh dalam
lokasi penelitian. Lalu penulis mengaplikasikan teori yang ada dengan
hasil yang didapatkan selama penelitian.
BAB V:
Dalam bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi ini, disajikan
kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran yang relevan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Peranan
Peranan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “peran”
artinya adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dimasyarakat dan harus dilaksanakan1. Sedangkan “peranan” adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun sesuatu yang terutama dalam
terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.
Kemudian menurut Gross, Mason dan Mc. Eachern, sebagaimana yang
dikutip oleh David Berry, mereka mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapanharapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.2
Harapan tersebut masih menurut Berry, merupakan imbangan dari norma-norma
sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh normanorma didalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk menentukan hal-hal
yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan dalam pekerjaan-pekerjaan
lainnya.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka. 1998), h. 322.
2
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)
Ed. 1., cet, ke-III, h. 99.
15
16
Di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari
masyarakat terhadap pemegang peran dan harapan-harapan yang dimiliki oleh
pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengannya dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya3. Dari sini penulis melihat
bahwa masyarakat memang berharap agar tujuan dari sosialisasi Empat Pilar Bangsa
ini sampai kepada mereka, sehingga mereka paham akan nilai-nilai luhur bangsa
untuk dipraktekan. Selanjutnya harapan dari pemegang peran yaitu disini Humas
MPR yang berharap yaitu ketika masyarakat telah mendapatkan sosialisasi, mereka
langsung mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, atau mengajarkan lagi
kepada yang lain sehingga paham ini bisa sampai ke segala penjuru.
Peran memiliki tugas utama sebagai fungsi dari suatu organisasi tertentu.
Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain dan komunitas sosial
atau politik. Peran adalah kombinasi antara posisi dan pengaruh. Harapan-harapan
tersebut masih menurut David Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial,
oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di
dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang
diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan
lainnya.
Setiap orang pasti mempunyai peran, baik dalam keluarga, masyarakat,
organisasi maupun institusi. Baik secara interaksi, tingkah laku dan lain sebagainya.
3
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, h. 101
17
Humas MPR RI mengambil peranan sebagai penyambung antara Pimpinan dan
anggota MPR dengan publiknya.
Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya
berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena
yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi
mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang
dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai
status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan
orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.
Dari penjelasan tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan peran merupakan seperangkat tindakan, perbuatan, atau pekerjaan yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu
dalam suatu masyarakat atau lingkungan di mana dia berada untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dengan kata lain, sebuah peran berkaitan dengan fungsi, tugas, dan
status seseorang dalam suatu masyarakat.
B. Humas
1. Pengertian Humas
Salah satu alat dalam komunikasi yang digunakan oleh instansi pemerintah
untuk membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi serta
kerjasama suatu perusahaan dengan publiknya agar program-program yang telah
direncanakan dapat tercapai adalah dengan menggunakan prakstisi Humas.
18
Humas mempunyai dua pengertian, yaitu Humas sebagai “method of
communication” dan Humas sebagai “state of being” 4. Menurut analisa penulis, yang
di maksud dalam pengertian method of communication yaitu rangkaian metode
komunikasi atau sistem kegiatan, dimana metode kegiatan berkomunikasi Humas
harus mempunyai ciri khas, itulah yang dimaksud dengan metode komunikasi.
Kemudian penulis juga menilai bahwa Humas dalam pengertian state of being adalah
pelaksanaan kegiatan berkomunikasi tersebut sehingga terstruktur, massif dan
melembaga.
Dalam pengertian sebagai metode komunikasi menurut Rosady Ruslan,
penulis melihat ada makna bahwa setiap pemimpin dari suatu organisasi baik besar
atau kecil, dapat melaksanakan Humas5. Kegiatan komunikasi yang khas akan
mempunyai ciri-ciri yaitu komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara
timbal balik, artinya ada respon atau efek dari komunikan ketika komunikator
menjalankan tugasnya.
Kemudian ciri selanjutnya, kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran
informasi, pelaksanaan persuasi dan pengkajian opini publik, artinya Humas
memberikan sesuatu yang bermanfaat, bernilai dan bersifat mengajak kepada
komunikan. Dari situ kemudian masyarakat bisa memberikan pendapat mengenai
informasi-informasi yang dikemukakan Humas.
4
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. (Bandung: CV Mandar
Maju, 1993), cet, ke-viii, h. 94
5
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations, h. 95.
19
Ciri selanjutnya adalah tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu
sendiri, artinya tujuan yang diinginkan Humas dalam bersosialisasi adalah tujuan dari
organisasi tempat Humas bernanung, bukan tujuan pribadi Humas.
Ciri berikutnya, sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar
organisasi, artinya Humas bukan hanya berkonsentrasi penuh bekerja untuk ekstern,
melainkan intern juga harus diperhatikan. Ini sangat penting dibina, karena apabila
hubungan dalam organisasi saja tidak bisa dijalin, bagaimana Humas bisa
bersosialisasi ke masyarakat.
Kemudian ciri terakhir metode komunikasi Humas yang khas menurut Rosady
Ruslan adalah efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis
antara organisasi dengan publik. Dimana ini juga merupakan salah satu tugas penting
Humas, yaitu menciptakan citra baik di masyarakat.
Humas menurut para ahli seperti contohnya Howard Bonham, Vice Chairman,
American National Red Cross adalah adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian
publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap
seseorang atau organisasi6. Seni seperti yang kita tahu adalah sebuah keindahan.
Keindahan antara hubungan yang terjalin baik antara suatu organisasi dengan
masyarakat.
Kemudian Humas menurut Frank Jefkins adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara
6
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 1997), h 25
20
suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian7. Penulis menganalisa bahwa
maksud Frank Jefkins disini adalah seorang Humas sudah pasti memiliki persiapan
yang matang dan tersusun rapi sebelum dia menjalankan tugasnya untuk
bersosialisasi.
Dr. Rex Harlow dalam bukunya berjudul A Model for Public Relations
Education for Professional Practices yang diterbitkan oleh International Public
Relations Application (IPRA) 1978, menyatakan bahwa definisi Humas adalah:
Fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur
bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas
komunikasi, pengertian dan penerimaan kerja sama; melibatkan manajemen
dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajemen untuk
mampu menanggapi opini public; mendukung manajemen dalam mengikuti
dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai system
peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian
serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagaimana sarana utama8.
Pengertian Humas diatas dianggap yang paling sempurna diantara semua
pengertian Humas yang ada. Dengan demikian, Humas memang menunjang fungsi
manajemen dalam suatu kegiatan organisasi dan lembaga yang bersifat umum untuk
mengerahkan orang-orang yang terlibat di dalamnya, untuk menuju sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai. Dan untuk menunjang kegiatan manajemen itu harus
dilakukan dengan komunikasi.
7
8
Jefkins, Frank, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 8-9.
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations, h. 16
21
2. Fungsi Humas
Fungsi utama Humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan
baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam
rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik
dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan
lembaga organisasi9. Seperti yang telah penulis teliti sebelumnya, bahwa Humas
harus bisa membina hubungan yang ada di dalam maupun di luar organisasi demi
kepentingan dan kompaknya organisasi itu sendiri.
Fungsi atau peranan Humas adalah harapan publik terhadap apa yang
seharusnya dilakukan oleh Humas sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang
Humas. Jadi, Humas dikatakan berfungsi apabila dia mampu melakukan tugas dan
kewajibannya dengan baik, berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan
dan menjamin kepentingan publik10. Artinya Humas harus bisa menyeimbangkan
antara hubungan ke dalam dan ke luar. Sehingga organisasi tersebut sehat di dalam
dan baik di luar.
Secara garis besar fungsi dari Humas adalah memelihara komunikasi yang
harmonis antara perusahaan dengan publiknya, melayani kepentingan publik dengan
baik dan memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik.
9
Firsan Nova, Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan,
(Jakarta: Grasindo, 2009), h. 38
10
Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), h. 21
22
C. Macam-macam Humas
1. Humas Pemerintahan (Government Public Relations)
Keberadaan unit kehumasan di sebuah lembaga/instansi pemerintah
merupakan
keharusan
secara
fungsional
dan
operasional
dalam
upaya
menyebarluaskan atau untuk mempublikasikan tentang suatu kegiatan atau aktivitas
instansi bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat ke dalam,
maupun kepada masyarakat luar pada umumnya11.
Humas Pemerintahan berfungsi sebagai pengelola informasi dan opini publik
yang muncul dari masyarakat karena rakyat dalam pemerintahan ikut serta
mengawasi jalannya pemerintahan yang apabila tidak sesuai dengan aspirasi rakyat,
rakyat akan cepat mengkritiknya. Humas melakukan penyebaran informasi mengenai
kebijakan pemerintah yang disebarluaskan, sedangkan opini publik dikaji dan diteliti
seefektif mungkin untuk keperluan dan pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan selanjutnya.12
2. Humas Perusahaan/ Bisnis
Humas Perusahaan dengan manajemennya pada umumnya berusaha
memperoleh peningkatan pada segi profit atau keuntungan finansial. Selain itu,
Humas Perusahaan harus pintar dalam menyusun strategi untuk meningkatkan citra
dan reputasi perusahaan, terutama dewasa ini yang semakin banyak persaingan.
11
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. h. 341
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikasi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 37.
12
23
Humas perusahaan biasanya didefinisikan sebagai pengelolaan reputasi perusahaan
secara keseluruhan atau disebut juga citra perusahaan13.
3. Humas Non Government Organization (Third Sector)
Non Government Organization (NGO) atau yang lebih kita kenal dengan
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dari kegiatannya.14
Tugas Humas dalam NGO antara lain mengembangkan kepercayaan
masyarakat terhadap organisasi. Humas sektor ini menyebarluaskan mengenai profil
organisasi, visi misi dan tujuan organisasi agar publik tertarik dan kemudian
memberikan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut yang kemudian
dapat meningkatkan citra pada organisasi tersebut. Menyediakan media komunikasi
yang tepat antara publik dengan organisasi. Media komunikasi merupakan sarana
dalam berkomunikasi. Humas dalam NGO berperan untuk memberikan sumbangan
terhadap suksesnya organisasi dengan melaksanakan hubungan dengan pihak lain
seperti melakukan kerja sama demi terlaksananya tujuan dari berdirinya NGO
tersebut dan melakukan publikasi dan advertising.15
13
Anne Gregory, Public Relations dalam Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 58.
http://soloraya.net/peran-humas-dalam-dunia-ngo.html
15
Sam Black & Melvin L. Sharpe, Ilmu Hubungan Masyarakat Praktis, (Jakarta: PT.
Intermasa, 1988), h. 187-188.
14
24
D. Peran Humas
Secara garis besarnya Humas mempunyai peran ganda: yaitu fungsi keluar
memberikan informasi atau pesan-pesan sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan
instansi/lembaga kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran, sedangkan ke dalam
wajib menyerap reaksi, aspirasi atau opini khalayak tersebut diserasikan demi
kepentingan instansinya atau tujuan bersama.
Peranan umum Humas dalam manajemen suatu organisasi itu terlihat dengan
adanya beberapa aktivitas pokok kehumasan, yaitu mengevaluasi sikap atau opini
publik, artinya Humas harus bisa mengkoreksi apa yang kurang dalam pelaksanaan
sosialisasi dan membaca situasi dalam setiap menjalankan tugas di masyarakat.
Kemudian mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi/ perusahaan
dengan kepentingan publiknya. Humas dalam terjun ke masyarakat harus bisa
membedakan mana yang benar-benar kebijakan pemerintah, dan mana kepentingan
masyarakat yang sedang dihadapi. Karena seringkali kepentingan masyarakat jauh
lebih banyak dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Selanjutnya merencanakan dan melaksanakan penggiatan aktivitas Humas.
Sebelum melaksanakan tugasnya, Humas harus memiliki rencana matang. Konten apa
saja yang akan diberikan kepada masyarakat nanti. Jika hal ini sudah dilakukan, maka
kemungkinan besar pesan yang ingin disampaikan akan tepat sasaran.Pada umumnya
manajemen Humas berperan untuk melakukan beberapa tahapan-tahapan diantaranya
25
Perencanaan
(planning),
Pengorganisasian
(organizing),
Pengkomunikasian
(communicating), Pengawasan (controlling) dan Penilaian (evaluating).
Penulis mengerti bahwa Peran Humas menurut Cutlip dan Center dan dalam
buku Rosady Ruslan (2008 : 26) pada intinya adalah sebagai Communicator,
penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. Dari
uraian tersebut dijelaskan Humas berperan sebagai perwakilan perusahaan dalam
melakukan komunikasi dengan publik internal dan eksternal. 16
Kemudian membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang
positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. Dalam hal ini Humas
berperan dalam melakukan pendekatan hubungan baik dengan publik.
Lalu Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi
manajemen organisasi atau perusahaan. Humas memiliki peranan sebagai pendukung
organisasi yang selalu sigap dalam menjalankan tugas dari atasan/ perusahaan.
Dan selanjutnya adalah membentuk corporate image, artinya peranan Humas
berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Dalam hal ini Humas
berperan menjaga dan menciptakan citra yang positif terhadap perusahaan dimata
publik.
16
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan
Aplikasi. (Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2008), h. 20.
26
E. Kegiatan Humas
Kegiatan Humas dimaksudkan untuk menciptakan suatu pengertian, sikap,
dan tanggapan yang lebih baik dari khalayak terhadap produk, tindakan, atau suatu
organisasi secara keseluruhan. Proses penciptaannya itulah yang disebut sebagai
proses transfer17. Kegiatan Humas menurut peneliti adalah aplikasi nyata dari
persiapan dan kebijakan sebuah organisasi dalam mewujudkan keinginannya yang
secara persuasif dilakukan, karena akan ada efek setelah dilakukannya kegiatan ini.
No. Posisi Negatif
Proses
Transfer
Posisi Positif
1.
Permusuhan (Hostility)
Simpati (Sympathy)
2.
Prasangka (Prejudice)
Penerimaan (Acceptance)
3.
Ketidakpedulian (Apathy)
Berminat (Interest)
4.
Ketidaktahuan (Ignorance)
Pemahaman (Knowledge)
Situasi Negatif
Situasi Positif
Tabel 2.1 Proses Transfer dalam Humas18
Kemudian, berdasarkan ciri khas kegiatan Humas tersebut, menurut pakar
Humas Internasional, Cutlip & Centre, and Canfield (1982) 19 fungsi Humas adalah
menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi
melekat pada manajemen lembaga/ organisasi), membina hubungan yang harmonis
17
Linggar Anggoro, M, Teori dan Profesi KeHumasan Serta Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 12
18
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, , h 20
19
Bertrand R. Canfield, Public Relations, Principles and Problems, dikutip oleh Roland E.
Wolseley & Laurence R. Campbell, Third Edition, Exploring Journalism, Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, N.J., 1959, hal. 468.
27
antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran,
mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan
masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya, melayani
keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen
demi tujuan dan manfaat bersama dan menciptakan komunikasi dua arah timbal balik,
dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke
publiknya/sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
F. Sosialisasi
1. Definisi Sosialisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, sosialisasi adalah upaya
memasyarakatkan sesuatu sehingga dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat20.
Penulis beranggapan bahwa sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup
bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi caracara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar
dapat diterima oleh masyarakatnya.
Kemudian Peter Berger (1978) mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process
by which a child learns to be a participant member of society” atau proses melalui di
mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota dalam masyarakat (Berger,
20
Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 Cet1. (Jakarta:
Balai Pustaka,2001), h.1085.
28
1978:116)21. Maksudnya adalah seseorang yang berusaha untuk mengetahui sesuatu
yang belum diketahuinya. Dimana disitu dia berada di tengah orang-orang yang akan
berinteraksi padanya dengan memberikan sejumlah informasi.
Ada juga yang berpendapat bahwa sosialisasi adalah usaha untuk mengubah
milik perseorangan menjadi milik publik (milik negara), proses belajar seorang
anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat
dilingkungannya.
Pendapat
lain
mengemukakan
sosialisasi
adalah
upaya
memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh
masyarakat (pemasyarakatan).
Sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan
interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan
masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak
dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu
masyarakat22. Dengan begitu, jelaslah bahwa sosialisasi adalah proses berbaur,
mencari tahu, member tahu dan interaksi antara satu orang dengan orang lainnya.
Sementara itu, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
sosialisasi. Diantaranya Charlotte Buhler, yang mengatakan sosialisasi adalah proses
yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara
hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan
21
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indoensia, 2004) h. 21.
22
http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-sosialisasi.html
29
kelompoknya. Artinya adalah individu tersebut akan beradaptasi untuk memiliki
posisi atau kedudukan agar mendapat pengakuan dari orang-orang disekitar.
Menurut Peter Berger dan Paul B. Horton, sosialisasi adalah suatu proses
dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat
tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. Artinya adalah orang
tersebut mendapatkan stimulus agar mempelajari kebiasaan-kebiasaan apa yang ada
di lingkungan tempat tinggalnya yang kemudian akan membuatnya memiliki jati diri.
Kemudian Soerjono Soekanto berpendapat, sosialisasi adalah suatu proses
mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru. Artinya disini
adalah interaksi aktif dari seorang pribumi kepada orang pendatang, agar dapat
menyesuaikan dirinya di tempat yang baru. Tentu ini dilakukan demi kebaikan
bersama.
2. Jenis Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, kita harus memperhatikan lingkungan sosial.
Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat
interaksi antara individu dengan individu yang lain. Yang terlibat dari proses
sosialisasi tersebut adalah manusia sebagai makhluk sosial, yang berhubungan
dengan sekitarnya, serta adanya dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat23.
23
Ke-1, h.22
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogayakarta : Ardi, 2002), ed. III, cet.
30
Karena manusia sebagai makhluk sosial, maka dalam tindakan-tindakanya
manusia juga sering mengarah pada kepentingan-kepentingan masyarakat.
Sebaliknya, apabila manusia lebih cenderung individual, maka ia lebih
mementingkan kehidupan pribadinya.
Berdasarkan jenisnya, sosilisasi dibagi menjadi dua. Pertama yaitu Sosialisasi
Primer, sosialisasi ini terjadi pada masa pertumbuhan, yakni dengan cara
mengucapkan kalimat, cara mengucapkan kata, cara bersikap dan lain sebagainya.
Pada masa ini pemegang peran sosialisasi utamanya adalah keluarga. Keluarga
mempunyai peranan penting dalam terbentuknya kepribadian seorang anak. Maka
dari itu keluarga adalah tempat pertama kita belajar akan segala sesuatu, mulai dari
kecil hingga kita sudah bisa membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang
buruk, atau mumayyiz.
Menurut Peter L. Berger dan Luckmann yang mendefinisikan sosialisasi
primer sebagai sosidalisasi pertama yang dijalani individu menjadi anggota
masyarakat (keluarga). Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya
dengan orang lain di sekitarnya. Selain itu, disebut primer juga karena kelompok ini
bisa menjadi instrument penting untuk control social. Sebagai pemegang peran
sosialisasi, kelompok primer berusaha menjaga agar norma dan sosial yang dianut
bersama bisa membentuk sikap dan prilaku anggota kelompoknya seperti yang dianut
masyarakat di kelompoknya.
31
Kemdian kedua ada Sosialisasi Sekunder, yaitu suatu proses sosialisasi
lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam
kelompok tertentu dalam masyarakat. Jadi sosialisasi ini adalah setelah kita sudah
bisa berbicara lancar dan bersikap dewasa. Saat itulah kita siap untuk bergabung ke
masyarakat di luar lingkungan keluarga. Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi sosial, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam
kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah
dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani
hidup terkukung, dan diatur secara formal.
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Humas MPR RI
Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal MPR RI ditugaskan untuk
menyelenggarakan kegiatan sosialisasi Empat Pilar kehidupan bernegara melalui
media massa. Oleh karena itu, dalam kerangka pelaksanaan tugas pokok
penyelenggaraan kehumasan, Biro Hubungan Masyarakat dituntut untuk mampu
memberikan dukungan teknis, administratif, dan keahlian guna terselenggaranya
kegiatan sosialisasi melalui media massa tersebut1. Hal ini penting dilakukan untuk
mendukung sosialisasi Empat Pilar utama kehidupan bernegara agar terlaksana secara
masif dan menyentuh kalangan masyarakat luas.
Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Humas yang terdapat di instansi
pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur
komesial walaupun Humas Pemerintah juga melakukan hal yang sama dalam
kegiatan publikasi, yaitu promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih
menekankan pada pelayanan umum.
Dalam kerangka sosialisasi, untuk memberikan pembelajaran dan pendidikan
politik, diselenggarakan juga Pelatihan untuk Pelatih Sosialisasi Putusan MPR atau
yang disebut dengan Training of Trainers di tingkat provinsi dan beberapa
1
Litbang Sekretariat Jenderal MPR RI, Biro Hubungan Antar Lembaga
32
33
kementerian, Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Ketetapan MPR Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan
seminar-seminar yang berkaitan dengan materi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan MPR.
Seminar ini dilakukan untuk menghimpun dan mengetahui berbagai
pandangan
dan
pendapat
masyarakat
mengenai
hal-hal
terkait
dengan
penyelenggaraan Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar.
Seluruh anggota MPR diwajibkan melakukan sosialisasi Empat Pilar di Dapil
nya masing-masing, karena MPR terdiri dari anggota DPR (560 orang) dan DPD (124
orang) dan semuanya harus aktif dalam mensosialisasikan Empat Pilar2. Pimpinan
dan anggota MPR RI yang dibantu Biro Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar kebangsaan juga memanfaatkan media elektronik sebagai media
sosialisasi. Dialog media elektronik yaitu radio (RRI) dan televisi (TVRI). Di TVRI
ada dua acara, yang pertama adalah Jendela Anak Negeri dan Warung Kebangsaan.
Subjek MPR RI yang saya teliti adalah sosialisasi Empat Pilar Bangsa. Jenis
sosialisasinya diantaranya adalah dialog-dialog, seminar, talkshow secara ringan,
lomba-lomba cerdas cermat, forum kehumasan, Training of Trainers bekerjasama
dengan Kementrian-kementrian, Dinas Pendidikan Provinsi, media cetak dan
elektronik.
2
Litbang Sekretariat Jenderal MPR RI, Biro Hubungan Antar Lembaga
34
Biro Humas Sekretariat Jenderal MPR RI membantu tugas Pimpinan MPR RI
untuk mengoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf e
dan Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan Tata Tertib MPR Pasal
22 ayat (1) huruf e dengan memfasilitasi semua komponen kegiatan-kegiatan
sosialisasi.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat
(Drs. Yana Indrawan, M. Si)
Kepala Bagian Pemberitaan
dan Hubungan Antar
Lembaga
(Agus Subagyo, S.S., M.I.R.)
Pengolahan Data dan Sistem
Informasi
(Usep Supriyatna, S.Sos, M.Si.)
Bagian Media Visual
(Didi Kusmayadi)
Bagian Perpustakaan
(Dra. Roosiah Yuniarsih,
M.Kom.)
Kasubbag Pemberitaan
(Rharas Esthining Palupi,
S.H., M.H.)
Kasubbag Sarana dan Jaringan
(Indri Wahyuni, S.IP.)
Kasubbag Audio Visual
(Supriyanto)
Kasubbag Pelayanan
Pepustakaan
(Kasan Jaya)
Kasubbag Hubungan Antar
Lembaga
(Budi Muliawan, S.H.,
M.H.)
Kasubbag Pengolah Data
(M. Haris Purwa P., S.H.)
Kasubbag Dokumentasi
Foto
(Rades Rahadian, S.H.)
Kasubbag Penyediaan
dan Pemeliharaan Bahan
Pustaka
(Zaenal Abidin)
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Biro Humas MPR RI
35
Seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, salah satu metode Humas
MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar kebangsaan adalah pimpinan MPR RI
membentuk tim kerja sosialisasi yang anggotanya berjumlah 35 orang, terdiri atas
unsur fraksi-fraksi dan kelompok anggota DPD di MPR yang ditugasi untuk
menyusun materi dan metodologi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
kegiatan sosialisasi, serta melaksanakan sosialisasi.
Peran tersebut diwujudkan dengan komitmen Pimpinan MPR untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap nilai-nilai luhur bangsa yang
terdapat dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dikenal
dengan istilah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dipandang sebagai sesuatu
yang harus dipahami oleh para penyelenggara negara bersama seluruh masyarakat
dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan pemerintahan,
menegakkan
hukum,
mengatur
perekonomian
negara,
interaksi
sosial
kemasyarakatan, dan berbagai dimensi kehidupan bernegara dan berbangsa lainnya.
Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil,
makmur, sejahtera, dan bermartabat.
1
Pimpinan Tim Kerja Sosialisasi MPR RI
1.
Ketua: Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP., M.Si.
(Fraksi Partai Golongan Karya)
2.
Wakil Ketua: Drs. Achmad Basarah, MH.
(Fraksi PDI Perjuangan)
3.
Wakil Ketua: Drs. H. Zainut Tauhid Sa’Adi
(Fraksi Partai Persatuan Pembangunan)
4.
Wakil Ketua: Martin Hutabarat
(Fraksi Partai Gerindra)
5.
Wakil Ketua: Drs. H. Wahidin Ismail
(Kelompok Anggota DPD)
Anggota Tim Kerja Sosialisasi MPR RI
1.
DR. Ir. Mohammad Jafar Hafsah (Fraksi Partai Demokrat)
(menggantikan Ir. Agus Hermanto, MM.)
2.
Laksada TNI (Purn) Adiyaman Amir Saputra, S.IP. (Fraksi Partai
Demokrat)
3.
Anton Sukartono Suratto (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Sutjipto, SH., M.Kn)
4.
Yusyus Kuswanda, SH. (Fraksi Partai Demokrat)
1
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, h. v
36
37
5.
Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LLM (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Rinto Subekti, S.E., MM yang menggantikan Angelina
Patricia Pingkan Sondakh, SE.)
6.
Ruhut Poltak Sitompul, SH. (Fraksi Partai Demokrat)
7.
Ir. H. Muhammad Azhari, S.H., M.H. (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Bokiratu Nitabudhi Susanti, S.E.yang sebelumnya Hj.
Himmatul Alyah Setiawaty, SH., MH.)
8.
H. Harry Witjaksono, S.H. (Fraksi Partai Demokrat)
(Menggantikan Ir. Sumanggar Milton Pakpahan, MM.)
9.
Syamsul Bachri M.Sc. (Fraksi Partai Golongan Karya)
10. H.M. Busro (Fraksi Partai Golongan Karya)
(Menggantikan Drs. Josef A. Nae Soi, MM.)
11. Drs. Murad U. Nasir (Fraksi Partai Golongan Karya)
(Menggantikan Dra. Hj. Chairun Nisa, MA.)
12. Dr. Ir. Hetifah, MPP. (Fraksi Partai Golongan Karya)
13. Dr. Yasonna Hamonangan Laoly, SH., M.Sc. (Fraksi PDI Perjuangan)
14. Dr. Ir. Arif Budimanta M.Sc (Fraksi PDI Perjuangan)
15. H. Rahadi Zakaria, S.IP., MH. (Fraksi PDI Perjuangan)
16. Dra. Eva Kusuma Sundari, MA., MDE. (Fraksi PDI Perjuangan)
17. H. TB. Soenmandjaja, SD. (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)
18. H. Rofi Munawar, Lc (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)
(Menggantikan Drs. Al Muzammil Yusuf)
38
19. H. Hermanto, S.E., MM (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)
(Menggantikan Dr. H. Muhammad Sohibul Iman)
20. Drs. Ibrahim Sakty Batubara, M.AP. (Fraksi Partai Amanat Nasional)
21. Dra. Mardiana Indraswati (Fraksi Partai Amanat Nasional)
22. H. Ahmad Yani, SH., MH. (Fraksi Partai Persatuan Pembangunan)
23. Ir. H.M. Lukman Edy, M.Si. (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa)
24. Drs. Erik Satrya Wardhana, SE (Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat)
25. H. Dani Anwar (Kelompok Anggota DPD)
26. Ir. Abraham Paul Liyanto (Kelompok Anggota DPD)
27. Abdul Azis, S.H. (Kelompok Anggota DPD)
(Menggantikan Drs. H. Mohammad Sofwat Hadi, SH. yang
sebelumnya Ir. Adhariani, SH., MH.)
28. Ir. Marhany Victor Poly Pua (Kelompok Anggota DPD)
(Menggantikan Abdi Sumaithi)
29. H.T. Bachrum Manyak (Kelompok Anggota DPD)
30. dr. Budi Doku (Kelompok Anggota DPD)
(Menggantikan Elnino M. Husein Mohi, ST., M.Si.)
39
B. Tujuan Sosialisasi Empat Pilar Bangsa
Empat pilar dari konsepsi kenegaraan Indonesia tersebut merupakan prasyarat
minimal, disamping pilar-pilar lain, bagi bangsa ini untuk bisa berdiri kukuh dan
meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Setiap
penyelenggara negara dan segenap warga negara Indonesia harus memiliki
keyakinan, bahwa itulah prinsip-prinsip moral keindonesiaan yang memandu
tercapainya perikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Untuk itu diperlukan adanya usaha sengaja untuk melakukan penyadaran,
pengembangan dan pemberdayaan menyangkut empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara itu. Para penyelenggara negara baik pusat maupun daerah dan segenap
warga negara Indonesia harus sama-sama bertanggung jawab untuk melaksanakan
nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Empat pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dapat menjadi panduan
yang efektif dan nyata, apabila semua pihak, segenap elemen bangsa, para
penyelenggara negara baik di pusat maupun di daerah dan seluruh masyarakat
konsisten mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu, MPR selalu mengadakan Sosialisasi Empat Pilar yang
diadakan di berbagai Provinsi, Kota, Kabupaten, daerah maupun lingkungan
40
MPR/DPR/DPD RI, karena Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara dipandang sebagai
sesuatu yang harus dipahami oleh para penyelenggara negara bersama seluruh
masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan
pemerintahan, menegakkan hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial
kemasyarakatan dan berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya.
Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
diyakini bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan diri sebagai bangsa yang adil,
makmur, sejahtera dan bermartabat.
Pemilihan nilai-nilai luhur bangsa ini sesuai dengan kewajiban Anggota MPR
sebagaimana diatur dalam Keputusan MPR Nomor 1/MPR/2010 tentang Peraturan
Tata Tertib MPR Pasal12 yaitu antara lain harus memegang teguh dan melaksanakan
Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan menaati peraturan perundang-undangan, memasyarakatkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memperkukuh
dan memelihara kerukunan nasional serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Tujuan sosialisasi Empat Pilar Bangsa antara lain Pertama, melaksanakan
tugas Pimpinan MPR dalam rangka mengoordinasikan Anggota MPR dalam
melakukan pemasyarakatan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, sesuai dengan amanat UU No, 27 Tahun 2009, tentang Majelis
41
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pasal 15 ayat (1) huruf e. Humas MPR RI
membantu secara teknis dan administratif dalam mengakomodir kegiatan-kegiatan
sosialisasi Pimpinan MPR ke seluruh Indonesia.
Kedua, melakukan reaktualisasi terhadap nilai-nilai Pancasila, Konstitusi
(Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945), Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Penulis menganggap bahwa
pengajaran tentang Empat Pilar bukan hanya memberitahukan apa Empat Pilar
Bangsa itu, tapi juga untuk memperkokoh landasan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Ketiga, meningkatkan pemahaman terhadap Empat Pilar kehidupan berbangsa
dan bernegara, khususnya kepada setiap lapisan masyaraka. Selain mensosialisasikan
apa itu Empat Pilar Bangsa, penulis menilai Pimpinan MPR RI sangat berharap
bahwa mahasiswa dan mahasiswi juga masyarakat memahami pentingnya mendalami
pilar-pilar kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia.
Keempat, sebagai salah satu upaya dalam menggali dan membangun kembali
kesadaran pentingnya nilai-nilai Empat Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut penulis, pilar-pilar yang lahir sejak hampir 70 tahunan yang lalu ini bukan
hanya sebagai pajangan istilah-istilah kenegaraan, tapi juga sebagai landasan dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat guna mewujudkan kehidupan masyarakat
42
yang sejahtera adil dan makmur sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kelima, membangun sinergisitas antara Pimpinan dan Anggota Majelis
sebagai pelaksana tugas konstitusional dengan mahasiswa sebagai agen perubahan
dan kalangan akademis sebagai salah satu elemen penggerak masyarakat. Menurut
penulis, tujuan ini sudah jelas bahwa Humas MPR RI memiliki peran penting dalam
hubungan dalam MPR RI sendiri maupun hubungan ke luar.
Penulis menyimpulkan, bahwa tujuan-tujuan dari sosialisasi Empat Pilar
Bangsa di atas tidak lain adalah menjadikan masyarakat Indonesia yang majemuk ini
agar terus bersatu padu, tidak berpecah belah antar suku. Sosialisasi Empat Pilar
Bangsa
kegiatan
sosialisasi
yang
dilaksanakan
Humas
MPR
RI
dalam
menyebarluaskan informasi-informasi dan kebijakan pemerintah demi meratanya
pengetahuan masyarakat Indonesia akan pemahaman konstitusional negara kita.
Dengan memadukan beberapa aktivitas yang menjadi agenda Pimpinan,
Anggota dan Humas MPR berharap mencapai satu hasil yang berlipat. Sehingga
MPR bisa benar-benar dekat di masyarakat dan bisa mengurangi citra negatif yang
selalu akrab dengan lembaga pemerintah di mata masyarakat. Tentunya tugas-tugas
Pimpinan, Anggota dan Humas MPR RI ini juga membutuhkan dukungan kita, jika
kita acuh akan tujuan-tujuan sosialisasi MPR ini maka kegiatan mereka juga akan siasia. Maka dari itu dibutuhkan kesadaran yang serius dari setiap elemen masyarakat.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Peran Humas MPR RI
Peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa
merupakan apresiasi dan pemberdayaan masyarakat dari Pimpinan dan anggota MPR
RI untuk mengimplementasikan Empat Pilar Kebangsaan dalam etika kehidupan
berbangsa sehari-hari, menjadi pijakan operasional yang ada dalam tujuan Pimpinan
MPR RI dan anggotanya sebagai Keputusan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang
Etika Kehidupan Berbangsa dengan memfasilitasi semua komponen kegiatankegiatan sosialisasi.
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang
beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam
kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan
dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian
lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.1
Humas MPR RI selain berperan mengakomodir semua kegiatan dan tugas
pimpinan MPR RI maupun anggotanya juga berperan menerima masukan yang
berasal dari rakyat, LSM, terutama media yang saat ini memiliki kekuatan yang
1
Sekretariat Jenderal MPR RI, Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia,
(Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2013), cet, ke- XIII, h. 68.
43
44
paling besar dalam pembentukan opini publik yang mengarah kepada aspirasi publik.
Dalam tugas Humas MPR tersebut tentunya berimplikasi dalam mengidentifikasi,
mempertahankan,
dan
menjaga
kesinambungan
hubungan
yang
saling
menguntungkan antara anggota MPR RI dan masyarakat sangat relevan agar
memperoleh dukungan masyarakat secara lebih kontinyu. Tentunya hal ini akan
berujung pada pembentukan demokrasi Indonesia yang bersih, aspiratif, dan
transparan.
Humas MPR RI juga dituntut untuk mengantisipasi isu-isu yang berkembang
dalam masyarakat maupun internal Sekjen MPR RI, agar proses komunikasi bisa
berjalan dua arah, yakni antara MPR RI dengan masyarakat. Disamping itu, Humas
MPR RI diharapkan mampu mengevaluasi perilaku publik, mengidentifikasi
kebijakan dan berbagai prosedur organisasi dengan kepentingan publik serta
melaksanakan suatu program aksi dan komunikasi dengan tujuan untuk mendapatkan
pemahaman publik atas kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh MPR RI itu
sendiri.
Dalam MPR RI penulis menemukan satu bagian yang memiliki fungsi
manajemen organisasi MPR RI itu sendiri yaitu Biro Kehumasan yang berada
langsung dibawah Sekjen dimana biro humas ini bertugas untuk kemudian
menyelenggarakan dukungan teknis dan administratif kepada MPR RI dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta pembinaan terhadap seluruh unsur
45
dalam lingkungan Sekretariat Jenderal MPR RI yang berkonsentrasi pada
menyelenggarakan kegiatan Hubungan Masyarakat,
keprotokolan,
publikasi,
perpustakaan dan dokumentasi. Kemudian juga menampung aspirasi atau respon
masyarakat atas kegiatan-kegiatan sosialisasi Empat Pilar Bangsa. Untuk itu mereka
membuat sub menu “SURAT PEMBACA” di home page www.mpr.go.id untuk
partisipasi aktif dari masyarakat itu sendiri berupa pengaduan online atas kegiatan
yang dilaksanakan. Pengaduan tersebut bisa diajukan ke www.mpr.go.id atau alamat
email Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) [email protected] baik itu
berupa kritik maupun saran.
Humas di MPR RI sudah sangat terstruktur, berdiri sendiri dibawah Sekretaris
Jenderal/Wakil Sekretaris Jenderal MPR RI. Biro Hubungan Masyarakat MPR RI
menjalankan tugasnya untuk memperoleh goodwill dengan memberikan pernyataanpernyataan melalui media cetak, media elektronik, media online, ataupun secara tatap
muka (melalui seminar/sosialisasi).
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia termasuk dalam
organisasi nonprofit. Karena organisasi nonprofit didirikan untuk mencapai tujuan
yang bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan, dalam organisasi nonprofit
dibagi menjadi dua bagian, yaitu organisasi nonprofit pemerintah dan organisasi
nonprofit bukanpemerintah. Dalam penggolongan tersebut Majelis Permusyawaratan
46
Rakyat Republik Indonesia termasuk dalam golongan organisasi nonprofit
pemerintah. Karena kegiatan operasionalnya dibiayai oleh pemerintah atau negara.
Pimpinan dan seluruh anggota MPR RI diwajibkan melakukan sosialisasi
Empat Pilar di Dapil nya masing-masing, dimana MPR RI terdiri dari anggota DPR
(560 orang) dan DPD (124 orang) dan semuanya harus aktif dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa dibantu oleh Sekretariat Jenderal MPR RI yang bertugas
menyelenggarakan dukungan teknis dan administratif kepada MPR RI dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta pembinaan terhadap seluruh unsur
dalam lingkungan Sekretariat Jenderal MPR RI yang berkonsentrasi pada
menyelenggarakan
kegiatan
Hubungan
Masyarakat,
keprotokolan,
publikasi,
perpustakaan dan dokumentasi.
Sesuai dengan Teori Peran Humas oleh Cutlip dan Center yaitu sebagai
Communicator, membina Relationship, melakukan peranan Back Up Management
dan membentuk Corporate Image, dimana Humas MPR RI melaksanakan aktifitas
sosialisasi Empat Pilar Bangsa yang sekaligus melakukan fungsi-fungsi MPR RI.
Sesuai dengan teori peran Humas tersebut dan hasil penelitian di lapangan, penulis
mendapatkan data-data dan fakta terkait peran dan kegiatan Humas MPR RI dalam
mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa.
Pertama, Peranan Humas sebagai Communicator. Pimpinan dan anggota tim
kerja sosialisasi MPR RI yang secara tidak langsung adalah Humas MPR RI, mereka
47
berperan sebagai Communicator. Dalam hal ini, mereka sama-sama berperan sebagai
penghubung untuk mewakili MPR RI dalam melakukan komunikasi dengan publik
internal dan eksternal. Contohnya adalah Ketua MPR RI Drs. H. Sidarto
Danusubroto, SH memberikan sosialisasi secara langsung dalam kegiatan-kegiatan
sosialisasi MPR seperti MPR “Goes To Campus” di Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta pada Senin, 27 Januari 2014 dengan tema Menuju Pemilu Yang
Berkualitas. Kemudian ditayangkan di TVRI pada Senin, 3 Februari 2014.
Bentuk sosialisasi ini adalah dialog ringan yang berlangsung secara tematik
dan diselingi dengan komedi-komedi yang diperankan oleh 4 orang komedian. Acara
ini dihadiri oleh narasumber dari MPR RI, instansi pemerintah setempat, dan
perwakilan tokoh dari universitas, dengan tetap mengedepankan substansi Empat
Pilar Berbangsa dan Bernegara sebagai bahan diskusi dan dialog antara narasumber
dan peserta.Ketua Biro Humas MPR RI yaitu Bapak Drs. Yana Indrawan, M. Si
menjadi pembawa acara dalam acara ini.
Selain acara MPR “Goes To Campus” acara lainnya adalah Jendela Anak
Negeri dan Warung Kebangsaan. Ketiga acara ini disiarkan di TVRI, namun bedanya
untuk MPR “Goes To Campus” sasarannya adalah mahasiswa/i, sedangkan Jendela
Anak Negeri dan Warung Kebangsaan mengundang masyarakat umum datang
langsung ke studio TVRI diberikan acara sosialisasi tersebut.
48
Kedua, Peranan Humas MPR RI dalam membina Relationship ditunjukkan
dengan mengadakan Lomba Cerdas Cermat UUD NRI 1945 tingkat SLTA di seluruh
Indonesia yang membina kerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi, SLTA-SLTA
di seluruh Indonesia dan PGRI. Lomba ini bertujuan untuk memasyarakatkan dan
membudayakan pentingnya penyelenggaraan kehidupan berkonstitusi melalui
pemahaman aturan dasar bernegara, khususnya di kalangan generasi muda,
membangun
dan
membina
persahabatan
antargenerasi
muda
yang
dapat
memperkukuh persatuan bangsa dan memahami pentingnya kebhinekaan dalam
program budaya dan hidup berbangsa di kalangan siswa SLTA.
Peran Humas MPR RI sebagai membina Relationship selanjutnya adalah
Dialog Interaktif RRI. Sosialisasi ini bentuknya adalah dialog tanya jawab dengan
media elektronik radio antara penyiar dan narasumber dari MPR RI dan juga
melibatkan penelepon dari seluruh Indonesia. Setiap siaran, acara Dialog Interaktif
RRI juga menetapkan tema yang khusus, namun garis besarnya tetap Empat Pilar
Bangsa. Acara ini disiarkan secara langsung setiap hari Rabu mulai dari pukul 10.0011.00 WIB. Salah satu contohnya adalah Bapak Drs. H. Zainut Tauhid Sa’Adi selaku
pimpinan tim kerja sosialisasi MPR 2010-2014 (Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan) siaran dengan tema “Pencegahan Kerusakan Hutan” pada tanggal 25
Juni 2014 bersama dengan Bapak Firman Soebagyo, anggota MPR RI dari fraksi
Golkar.
49
Kemudian ada kegiatan sosialisasi Seminar Nasional Empat Pilar. Seminar ini
dilakukan untuk menghimpun dan mengetahui berbagai pandangan dan pendapat
masyarakat mengenai hal-hal terkait dengan penyelenggaraan Negara berdasarkan
Undang-Undang Dasar. MPR RI dan Fraksi-Fraksi Partai menggelar Seminar
Nasional Empat Pilar Kebangsaan di berbagai kota di Indonesia. Acara yang dihadiri
sekitar 300 peserta guru-guru sekolah menengah pertama, sekolah dasar, dan
madrasah ini mengambil tema yang khusus terkait dengan peristiwa yang terjadi di
sekitar masyarakat, dengan tetap bersandar pada nilai-nilai Empat Pilar Bangsa.
Acara ini dihadiri oleh tim kerja sosialisasi MPR dan ketua atau anggota fraksi partai
sebagai narasumber, dan tokoh terkait di provinsi setempat.
Ketiga, Peranan Humas MPR RI dalam Peranan Back Up Management
diantaranya adalah Dialog diskusi kemajlisan dengan pesertanya wartawan yang
disebut dengan Forum Bakohumas (Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat).
Forum ini adalah forum antara Humas di instansi-instansi lain dengan Humas MPR
RI. Dari pemerintah misalnya, Humas MPR menjalin hubungan dengan semua
Kementerian dan lembaga-lembaga yang lain seperti PGRI, Kementeriankementerian.
Contoh peran Humas dalam Peranan Back Up Management adalah Biro
Humas menerima kunjungan dari sekolah-sekolah baik itu mulai dari TK, SD, SMP,
SLTA maupun perguruan tinggi yang ingin berkunjung ke MPR RI diberikan dan
50
sisipkan pembelajaran dan sosialisasi mengenai apa itu MPR dan mengenai Empat
Pilar itu sendiri.
Selain itu, Humas MPR RI pada tahun 2014 juga mensosialisasikan kegiatan
sidang akhir masa jabatan MPR periode 2009-2014 yang diselenggarakan dari
tanggal 22-29 September 2014, lalu kegiatan pelantikan anggota baru MPR periode
2014-2019 yang dilaksanakan tanggal 1-3 Oktober 2014, dan kegiatan pelantikan
Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019 yang dilaksanakan tanggal 20
Oktober 2014. Acara sosialiasi ini dihadiri oleh himpunan Biro Humas dari lembagalembaga negara, Kementerian-kementerian, dan institusi lainnya yang terhimpun di
dalam Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas).
Kegiatan
ini
dilaksanakan
di
Ruang
GBHN,
Komplek
Gedung
MPR/DPR/DPD, pada hari Rabu, 24 September 2014. Bapak Agus Subagyo, M.I.R.,
Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga sekaligus selaku Ketua
Panitia acara menjelaskan kegiatan ini. Ketua Bakohumas yang diwakili oleh Drs.
Ismail Cawidu, M.Si., Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi
dan Informasi, memaparkan beberapa hal mengenai pentingnya hubungan
masyarakat.
Humas MPR RI sebagai Back Up Management juga ada sosialisasi tentang
pendaftaran wartawan pada sidang Paripurna MPR/DPR/DPD RI Tahun 2014. Dalam
hal ini, ketua Biro Humas MPR RI, Bapak Drs. Yana Indrawan, M. Si, pada tanggal 4
51
September 2014 mengeluarkan pengumuman dengan Nomor: UM.040/3017/2014
tentang pendaftaran wartawan pada sidang Paripurna MPR/DPR/DPD RI tahun 2014.
Selain itu Peran Humas MPR RI dalam membentuk Corporate Image
memiliki tugas utama yaitu membentuk citra positif. Terkait dengan pembentukan
citra positif tersebut, Bagian Pemberitaan yang dipimpin Ibu Rharas Estining Palupi,
S.H., M.H. selaku Kepala Bagian Pemberitaan memiliki peran yang sangat penting
karena Bagian Pemberitaan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemberitaan dan
penerbitan.
Karena itu seiring dengan upaya pembentukan citra positif tentang MPR RI,
diharapkan Bagian Pemberitaan lebih meningkatkan sosialisasi kegiatan dan hasilhasil kerja MPR RI melalui pemberitaan di media massa maupun media internal yaitu
bulletin dan majalah Parlementaria serta home page MPR RI di www.mpr.go.id.
Komitmen Pimpinan MPR untuk memperluas jangkauan sosialisasi Empat
Pilar Bangsa diwujudkan dengan memadukan berbagai bentuk kegiatan, antara lain
Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Training Of Trainers, dialog interaktif melalui TVRI dan RRI, sosialisasi melalui
media cetak, sosialisasi langsung kepada kelompok-kelompok masyarakat, serta
dengan penerbitan berbagai buku yang memuat sejarah ketatanegaraan, seperti buku
Panduan Pemasyarakatan UUD NRI Tahun 1945, buku Materi Sosialisasi Putusan
52
MPR berupa Ketetapan dan Keputusan MPR, dan buku Risalah Perubahan UUD NRI
Tahun 1945.
Setiap instansi/ lembaga apapun bentuknya baik itu lembaga yang bersifat
profit maupun yang bersifat non profit selalu berhubungan dengan pihak-pihak lain
baik diluar maupun di dalam lembaga itu sendiri. Keberagaman masyarakat Indonesia
membawa nilai-nilai yang beragam pula. Masalah saat ini yang muncul di Indonesia
makin kompleks dan menunjukkan bahwa permasalahan di Indonesia tidak
sesederhana seperti yang dibayangkan. Semakin banyak permasalahan yang muncul
ke publik dan muncul nada pesimis akan terselesaikannya masalah tersebut. Kondisikondisi seperti ini sering dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk kemudian
melahirkan persepsi publik yang negatif terhadap MPR RI dan cenderung mengarah
semakin tidak percayanya publik pada partai dan tentunya mengarah kepada orangorang partai yang ada di MPR RI.
Tentunya melihat permasalahan di atas, maka sangat jelas akan menjadi tugas
berat bagi MPR RI sebagai lembaga dan anggota-anggotanya untuk kemudian
diterima kembali dengan baik oleh masyarakat apalagi didukung dengan makin
bebasnya media dalam bersuara. Mengelola persoalan yang muncul tentunya bukan
tugas yang sederhana dan mudah. Mempublikasikan dan mensosialisasikan kerja
MPR RI sebenarnya membutuhkan penanganan yang khusus mengingat anggota
53
MPR RI memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Oleh sebab itulah, keberadaan
Humas dalam MPR RI menjadi sesuatu yang sangat strategis dan teramat penting.
B. Kegiatan Humas MPR RI
1. Sosialisasi Empat Pilar MPR
Humas MPR RI yang menunjang segala dukungan teknis, administratif, dan
keahlian guna terselenggaranya kegiatan sosialisasi melalui kegiatan sosialisasi yang
akan dijalankan oleh Pimpinan dan anggota MPR RI, memiliki perencanaan programprogram sosialisasi dalam kegiatannya mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa demi
tercapainya niat dan tujuan.
Kegiatan internal humas MPR RI aktifitasnya menyangkut kegiatan yang
akan dilaksanakan bersama orang-orang dalam perusahaan. Adapun kegiatan internal
yang dilaksanakan adalah kegiatan publikasi. Pertama, kegiatan publikasi MPR RI
melalui media cetak meliputi surat kabar dan majalah. Surat kabar merupakan media
massa cetak yang dapat tersebar secara luas dan dapat dinikmati oleh sebagian besar
kalangan. Oleh karena itu surat kabar dipilih sebagai salah satu media publikasi MPR
RI. Sedangkan untuk majalah, dalam hal ini yang dibuat merupakan majalah khusus
untuk publik internal (Majalah Majelis), yang berisikan pemaparan seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh MPR RI.
54
Kedua, kegiatan publikasi MPR RI melalui media elektronik. Publikasi MPR
RI dengan media elektronik disampaikan melalui dua media, yaitu LPP (Lembaga
Penyiaran Publik) seperti RRI dan TVRI. Untuk media elektronik, tidak ada proses
pemilihan secara khusus untuk televisi atau radio mana yang akan digunakan, karena
pada dasarnya MPR RI hanya memanfaatkan media yang sudah ada dan bukan
memilih media-media tersebut.
Ketiga, kegiatan publikasi MPR RI melalui media online, publikasi MPR RI
melalui penggunaan media online dirasa sangat tepat dan mempunyai nilai penting
untuk terus dikembangkan dalam pesatnya perkembangan teknologi maupun secara
online. Media publikasi online yang dibuat oleh MPR RI adalah berupa sebuah
website resmi Pemerintah dengan alamat website www.mpr.go.id.
Keempat, kegiatan publikasi MPR RI melalui media luar ruang. Publikasi
MPR RI melalui media luar ruang seperti baliho dan spanduk dibuat dalam bentuk
gambar dan tulisan. Kelima, kegiatan publikasi MPR RI melalui media tatap muka.
Publikasi MPR RI melalui media tatap muka biasanya dibuat dalam bentuk diskusi
dan lokakarya yang membahas mengenai Dialog Empat Pilar Bangsa yang diadakan
secara rutin. Diskusi dan lokakarya yang diadakan oleh MPR RI sebagai media
penyampaian informasi biasanya mendatangkan pembicara, baik pimpinan MPR RI,
perwakilan Fraksi, maupun pengamat politik secara rutin setiap hari senin pukul
13.00-15.30 WIB di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR RI.
55
Kegiatan eksternal humas MPR RI adalah kegiatan yang dilakukan oleh
humas MPR RI yang aktifitasnya menyangkut kegiatan yang akan dilaksanakan
bersama masyarakat. Kegiatan sosialisasi MPR RI tahun 2014 yang pertama adalah
Lomba Cerdas Cermat (LCC) Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
tingkat SLTA di seluruh Indonesia. Materi yang dilombakan meliputi Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, Ketetapan MPR RI, Undang-Undang
yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, khususnya yang berkaitan dengan Lembaga Negara yang
tugas dan kewenangannya diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, undang-undang bidang politik (Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD; Pemilu Presiden; Partai Politik; UU tentang MPR, DPR, DPD, dan
DPRD), undang-undang tentang Pemerintahan Daerah, undang-undang tentang warga
negara, dan undang-undang yang mengatur tentang lembaga Negara.
Putaran final Cerdas Cermat Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara diikuti oleh 33 (tiga puluh tiga) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang
mewakili 33 (tiga puluh tiga) provinsi. Sekolah yang berlomba pada putaran final di
Jakarta merupakan hasil seleksi tingkat provinsi yang dilaksanakan oleh MPR bekerja
sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi pada bulan Maret s.d. September 2014.
56
Jumlah peserta dari masing-masing sekolah adalah 10 (sepuluh) orang
didampingi oleh 2 (dua) orang guru pendamping dan 1 (satu) orang dari Dinas
Pendidikan Provinsi. LCC Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ini akan
dilombakan di masing-masing provinsi yang dipilih oleh Dinas Pendidikan provinsi.
Ke 33 perwakilan dari provinsi akan dilombakan kembali di Jakarta yang nantinya
akan memperebutkan gelar juara nasional.
Penulis melihat, Sosialisasi Empat Pilar Bangsa juga merangkul anak-anak
SLTA, melalui lomba cerdas cermat tingkat SLTA di seluruh Indonesia. Jadi MPR
melakukan sosialisasi Empat Pilar kepada anak-anak SMA, dengan seleksi di tiap
provinsi di seluruh 33 provinsi. Ke 18 sekolah akan dilombakan di masing-masing
provinsi yang dipilih oleh Dinas Pendidikan provinsi. Ke 33 perwakilan dari provinsi
akan dilombakan kembali di Jakarta yang akan memperebutkan gelar juara nasional.
Bentuk kegiatan dialog-dialog dan talkshow seperti MPR “Goes To Campus”,
Dialog Interkatif RRI bersama pimpinan atau anggota MPR dan atau anggota fraksi,
Jendela Anak Negeri, Warung Kebangsaan, Seminar Nasional Empat Pilar
Kebangsaan mempunyai bentuk kegiatan yang diantaranya sama, yaitu ada seminar,
dialog-dialog ringan, tanya jawab dan hiburan-hiburan.
MPR “Goes To Campus” menghadirkan narasumber pimpinan atau anggota
MPR, mereka datang langsung ke kampus dan juga akdemisi dari kampus, juga ada
57
dari instansi pemerintahan provinsi setempat baik Bupati, wakil Bupati sampai kepala
instansi di daerah.
Dialognya yang sangat ringan diselingi komedi-komedi oleh para komedian
membuat mahasiswa dan mahasiswi tidak akan bosan. Mahasiswa juga diberikan
kesempatan untuk bertanya kepada narasumber seputar permasalahan yang
diagendakan. Dan setiap kampus itu mempunyai tema yang berbeda-beda. Jadi garis
besarnya tetap Empat Pilar Bangsa namun diambil tema yang lebih khusus lagi.
Bentuk acaranya menampilkan tema yang berbeda-beda di setiap episodenya
dengan tetap mengedepankan substansi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara dan
disesuaikan dengan isu-isu teraktual sebagai bahan dialog antara narasumber dan
peserta. Sosialisasi Empat Pilar Bangsa ini dilaksanakan secara tematik.
Proses produksi dilaksanakan oleh penyedia jasa produksi yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil pelelangan umum yang dilaksanakan oleh Unit Layanan
Pengadaan, Sekretariat Jenderal MPR RI, sedangkan penyiaran dilaksanakan oleh
stasiun televisi yang memiliki jangkauan ke 33 Provinsi di seluruh Indonesia, yaitu
TVRI2. Sebagaimana perjanjian kerjasama yang dijalin oleh MPR RI dan TVRI dan
RRI sebagai LPP (Lembaga Penyiaran Publik) untuk acara kegiatan-kegiatan MPR
RI.
2
Litbang Sekretariat Jenderal MPR RI, Biro Hubungan Antar Lembaga.
58
Pelaksana setiap Kegiatan sosialisasi Empat Pilar Bangsa MPR RI ini adalah
Sekretariat Jenderal MPR RI yang terdiri dari 6 Biro, yaitu Biro Persidangan, Biro
Sekretariat Pimpinan, Biro Hubungan Masyarakat, Biro Administrasi dan
Pengawasan, Biro Keuangan dan Biro Umum.
Dalam bentuk diskusi publik ada Forum Bakohumas (Badan Koordinasi
Hubungan Masyarakat) yaitu diskusi kemajlisan dengan pesertanya wartawan dan
kegiatan menerima kunjungan dari sekolah-sekolah baik itu mulai dari TK, SD, SMP,
SMA maupun Perguruan Tinggi yang ingin berkunjung ke MPR RI.
Sebelum kegiatan forum Bakohumas dilakukan, Humas MPR mengundang
humas-humas dari instansi-instansi lain diundang ke MPR dan diberikan pemahaman
atau penjelasan mengenai sidang-sidang yang akan dilakukan oleh MPR RI kedepan.
Indikasi yang terlihat terkait dengan sosialisasi Empat Pilar Bangsa adalah
mereka lebih cinta tanah air dan bangsa, lebih untuk berusaha untuk tetap ikut dalam
NKRI dan mengesampingkan kepentingan kelompok namun mengutamakan
kepentingan bersama. Sejauh ini, Peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
Empat Pilar Bangsa sudah efektif, karena bisa langsung menyasar dari apa yang ingin
dituju dan hasilnya bisa lebih baik karena langsung ke sasaran tersebut.
Dalam laporannya kepada Wakil Ketua MPR RI, Ketua Panitia Muhammad
Rizal mengatakan bahwa sebelum mengikuti kegiatan, diadakan survei secara acak
59
kepada para peserta, sekitar 74% peserta sudah mengetahui tentang kegiatan
sosialisasi Empat Pilar hanya 26% yang belum mengetahui. Setelah mengikuti
rangkaian kegiatan sosialisasi, sekitar 11% peserta makin sangat paham dengan
pentingnya pemahaman dan pengamalan Empat Pilar Bangsa, 76% paham tentang
pentingnya pemahaman dan pengamalan Empat Pilar Bangsa, hanya 13% peserta
yang masih perlu didorong dan mempelajari lagi soal Empat Pilar Bangsa.3
Secara garis besar, setelah mengikuti kegiatan sosialisasi secara intensif,
secara umum terjadi peningkatkan pemahaman yang massif dalam diri para
komunikan soal Empat Pilar Bangsa. Bahkan, para komunikan berencana tidak
hanya selesai hanya dalam tataran teoritis saja, tapi akan mengadopsi nilai-nilai luhur
Pancasila dalam kegiatan sehari-hari mulai dari lingkungan terdekat.
Demi menciptakan masyarakat yang penuh dengan rasa nasionalisme yang
tinggi, MPR RI terus menggalakkan berbagai kegiatan sosialisasi Empat Pilar Bangsa
di berbagai kalangan sebagai langkah awal dalam membangun sumber daya manusia
dan bangsa yang berkualitas. Kegiatan sosialisasi Empat Pilar Bangsa senantiasa
dilakukan agar masyarakat kritis terhadap nilai-nilai dari budaya barat, maka dari itu
kita harus punya filter yaitu Empat Pilar Bangsa ini. Jadi, nilai-nilai dari luar yang
mempunyai
3
4-pilar
dampak
buruk
bagi
kehidupan
masyarakat
bisa
kita
cegah.
https://www.mpr.go.id/berita/read/2013/09/02/12559/nyala-api-unggun-tutup-tot-outbound-
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Empat Pilar Bangsa di Indonesia tidak lepas dari peran serta
universitas-universitas dan kalangannya dalam membuat acara sosialisasi yang
nyaman dan kondusif. Perlu adanya pembinaan terhadap seluruh penyelenggara
negara agar rasa nasionalisme didalam diri terus ditularkan ke seluruh lapisan
masyarakat. Sebagai salah satu Biro di MPR RI, Biro Humas MPR RI telah berusaha
memberikan kontribusi yang nyata terhadap tugas-tugas Pimpinan dan anggota MPR
saat ini.
Penulis menyimpulkan bahwa Peran Humas MPR secara umum, seperti
menjadi Communicator, membina Relationship , peranan Back Up Management dan
membentuk Corporate Image berjalan cukup baik. Mendukung secara teknis dan
administratif tugas-tugas dari Pimpinan MPR. Ini bisa kita lihat pada kegiatankegiatan sosialisasi MPR RI dimana Pimpinan MPR RI dan Tim Kerja Sosialisasi
MPR RI yang telah dibentuk. Karena juru bicara dari MPR sebenarnya adalah
Pimpinan MPR sendiri.
Kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa ini
disusun sebagai kerangka dalam menjadikan masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang mengimplementasikan nilai-nilai luhur bangsa. Sehingga cita-cita
60
61
dan tujuan dari sosialisasi Empat Pilar Bangsa bisa terwujud. Segala persiapan yang
matang dilakukan oleh Humas MPR RI demi terciptanya hubungan yang baik antara
instansi pemerintah dengan masyarakat Indonesia dengan menampung aspirasi
publiknya.
Dengan memberikan pelayanan dan menyebarluaskan pesan atau informasi
mengenai kebijaksanaan hingga program-program kerja secara nasional kepada
masyarakat.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1. Adanya humas dalam lingkungan manajemen MPR RI saat ini secara
umum memang sudah ada. Hanya saja dalam pengamatan penulis
menunjukkan bahwa peranan humas MPR RI belum dimanfaatkan secara
optimal dan strategis. Indikasi ini dapat dilihat dalam kasus-kasus tertentu
yang dialami MPR RI dimana sering terjadi permasalahan-permasalahan
opini publik terpublikasikan secara tidak terorganisir dan terkoordinasi.
2. Biro humas MPR RI masih sangat sulit untuk menjalankan fungsi politik
kehumasan yang sebenarnya. Fungsi kehumasan politik sebenarnya tidak
perlu dijalankan tim kehumasan, namun perlu disadari bahwa humas
politik harus dijalankan dengan baik oleh anggota MPR RI itu sendiri,
karena sebenarnya penilaian kinerja dan humas MPR RI di mata rakyat
62
ditentukan oleh anggota MPR RI itu sendiri. Maka dari itu baik pimpinan
maupun anggota MPR RI sendiri harus menjadi seorang humas yang baik
bagi lembaganya, apapun yang diucapkan harus dipegang dengan baik,
karena apa yang diucapkaannya adalah cerminan bagi lembaganya itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. Teori dan Metodologi Penelitian “Public Relations”. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Asshiddiqie, Jimly. 2005. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan
Dalam UUD 1945. Yogyakarta: UII Press.
Bertrand R. Canfield. 1959. Public Relations, Principles and Problems, dikutip oleh
Roland E. Wolseley & Laurence R. Campbell, Third Edition, Exploring
Journalism, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J.
Berry, David. 1995. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Departemen Penerangan RI, “Pedoman dan Manual Penerangan”, Booklet. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: PT. Sari
Agung, 1997), cet- XI
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Human Relations dan Public Relations. Bandung:
CV Mandar Maju.
-------------------------------. 1999. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Jefkins, Frank – Daniel Yadin. 2003. Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Linggar Anggoro, M. 2005. Teori dan Profesi KeHumasan Serta Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Litbang Sekretariat Jenderal MPR RI, Biro Hubungan Antar Lembaga.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
-----------------------. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. 2013. Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
63
64
Ningrat, Soewarno Handaya. 1980. Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen. Jakarta:
CV Haji Masagung.
Rahmat, Jallaludin. 2006. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Rekaman Siaran Dialog Interaktif RRI tanggal 2 September 2013, Litbang Hubungan
Antar Lembaga MPR RI.
Ruslan, Rosady. 1997. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
-------------------, 2005. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi:
Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sekretariat Jenderal DPR RI. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Jakarta: Sekretariat Jenderal DPR RI.
Sekretariat Jenderal MPR RI, 2009. MPR RI, Sejarah, Realita dan Dinamika.
Jakarta: Sekjen MPR RI.
-----------------------------------------. 2013. Tanya Jawab Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.
----------------------------------------. 2013. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.
----------------------------------------. 2013. Bahan Tayangan Materi Sosialisasi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia. Jakarta: Sekretariat
Jenderal MPR RI.
Suhandi, Sigit. 2009. Bhinneka Tunggal Ika Maha Karya Persembahan Mpu
Tantular. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Walgito, Bimo. 2002. Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Yogayakarta: Ardi.
Sumber lain:
http://www.mpr.go.id
http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-sosialisasi.html
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Proses Transfer dalam Humas....................................................
26
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Biro Humas MPR RI ...............................
Draft Wawancara
Script Wawancara
Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal MPR RI
Surat Ijin Magang di Sekretariat Jenderal MPR RI
Surat Ijin Penelitian Skripsi di Sekretariat Jenderal MPR RI
Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Magang
34
DRAFT WAWANCARA
Pertanyaan:
1.
Menurut Bapak, sejauh mana peran Humas MPR RI dalam
mensosialisasikan keempat pilar ini?
2.
Peran Humas MPR secara umum, seperti Penasihat Ahli, Fasilitator
Komunikasi, lalu fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi?
3.
Siapa yang lebih berperan dalam membangun paham 4 Pilar Bangsa ini?
4.
Apakah MPR RI pernah mengalami krisis kepercayaan di masyarakat?
5.
Seberapa penting pengaruhnya mensosialisasikan 4 Pilar Bangsa?
6.
Apakah Humas MPR RI bekerjasama dengan Departemen lain dalam
mensosialisasikan 4 Pilar ini?
7.
Sejauh ini, apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Humas MPR
RI dalam mensosialisasikan 4 Pilar?
8.
Bagaimana pola hubungan yang dibina Humas MPR RI dengan internal
dan eksternal MPR RI?
9.
Apakah dalam bersosialisasi dan melakukan sebuah konsep kegiatan
menggunakan teori Humas?
10. Strategi dan langkah apa yang dipakai dalam mensosialisasikan 4 Pilar
Bangsa?
11. Apakah strategi yang dipakai sudah efektif atau belum?
12. Apa saja indikasi yang kongkret terkait nasionalisme masyarakat dengan
sosialisasi 4 Pilar Bangsa?
SCRIPT WAWANCARA
Hasil Wawancara dengan staff Hubungan Antarlembaga Biro Hubungan
Masyarakat MPR RI
(Bapak Hendrasto Setiawan, S.I.P.)
Selasa, 4 November 2014 pukul 13.30 WIB
1. Menurut Bapak, sejauh mana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan
keempat pilar ini?
Jawab: MPR dalam UU MD3 sebelum dilakukan amandemen dalam UU
Nomer 27 tahun 2009 disebutkan bahwa salah satu tugas pimpinan MPR yaitu
mengkoordinasikan seluruh anggota MPR untuk memasyarakatkan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Dan oleh pimpinan MPR
pada periode 2009-2014 dulu disaat kepemimpinan Bapak Taufiq Kiemas
bahwa untuk memasyarakatkan UUD 1945 itu dikemas dalam istilah 4 Pilar.
Yaitu ada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. MPR RI
dalam mensosialisasikan 4 Pilar itu ada beberapa metode, diantaranya ada
sosialisasi 4 Pilar di seluruh kabupaten di Indonesia. Itu dilakukan MPR
dibantu oleh Sekretariat Jenderal di Biro Persidangan. Mereka bekerjasama
dengan PGRI di kabupaten kota. Jadi MPR mengarahkan sosialisasi itu
bekerjasama dengan PGRI di seluruh kabupaten di Indonesia dengan
menghadirkan langsung narasumber dari tim sosialisasi MPR. Tim sosialisasi
MPR itu sendiri anggotanya terdiri dari anggota MPR yang sudah dibagi
menjadi beberapa kelompok pembagian, jadi ada kelompok 1, kelompok 2,
kelompok 3… mereka sistem kerjanya berbagi. Kelompok 1 didaerah sana,
kelompok 2 didaerah sini, dll. Kemudian ada lagi metode yang pake TOT
(Training Of Trainer) di Biro Persidangan, di pusat pengkajian ada yang
namanya seminar Focus Group Discussion. Kemudian langsung ke Biro
Humas, Biro Humas dalam memasyarakatkan 4 Pilar ada beberapa metode
yang dilakukan oleh Biro Humas yang pertama diantaranya melalui dialog di
media elektronik. Di radio dan televisi mulai tahun 2009 sampai 2014 ini
karena kita istilahnya anggarannya tiap tahun, mengalami beberapa
perubahan, yang pertama sekitar tahun 2009 sampai 2013 ada dialog RRI dan
dialog di TVRI juga di TV swasta. Di tahun 2014 ini, masih juga dialog di
RRI dan dialog di TVRI. Dialog di TVRI saat ini sudah berjalan, ada 2 acara,
yang pertama Jendela Anak Negeri atau dulu namanya Negeri 4 Pilar dan
Warung Kebangsaan yang dulu namanya Warung 4 Pilar. Itu yang melalui
media elektronik. Ada lagi melalui lomba cerdas cermat tingkat SLTA seluruh
Indonesia. Jadi MPR melakukan sosialisasi 4 Pilar kepada generasi muda
khususnya anak-anak SMA, kita melakukan seleksi di tiap provinsi di seluruh
33 provinsi bekerjasama dengan Dinas Pendidikan provinsi. Biasanya di
masing-masing provinsi dilombakan 18 sekolah, pilihan dari Dinas
Pendidikan provinsi. Kemudian dikunjungi dan diadakan lomba di tiap-tiap
provinsi dan diambil 1 pemenang yang akan berlomba di Jakarta. Kebetualn
saat ini sedang dilaksanakan putaran final lomba cerdas cermat itu. Jadi
mereka ke 33 perwakilan dari sekolah pemenang-pemenang di provinsi
sekarang sudah berada di Jakarta semua, mereka akan dilombakan kembali di
Jakarta yang nantinya akan memperebutkan gelar juara nasional. Kemudian
adalagi untuk yang segmennya mahasiswa, dulu namanya 4 Pilar “Goes To
Campus”, sekarang MPR “Goes To Campus”. MPR “Goes To Campus” itu
kita sasarannya mahasiswa, kita dalam bentuk dialog talkshow secara ringan.
Kita bekerjasama dengan kampus-kampus pilihan. Itu sudah mulai dari tahun
2012 acara “Goes To Campus” itu. Tahun 2012 kurang lebih ada 16 kampus,
2013 ada 48 kampus dan 2014 rencana ada 48 kampus juga di 24 provinsi.
Dan kebetulan saat ini sudah 21 provinsi atau 42 kampus. Dan itu kita
kerjasama dengan kampus-kampus, metodenya dialog secara ringan, kita
kerjasama dengan TVRI. Acaranya disiarkan di TVRI setiap hari senin pukul
21.00-22.00 WIB di TVRI Nasional. Acaranya itu sendiri dihadiri oleh
peserta kurang lebih 200 sampai 300, bahkan ada yang pernah sampai 1000
peserta. Target kita memang mahasiswa, menghadirkan narasumber pimpinan
atau anggota MPR, mereka datang langsung ke kampus dan juga akdemisi
dari kampus, juga ada dari instansi pemerintahan provinsi setempat. Bisa
Bupati atau wakil Bupati, atau kepala instansi di daerah, bisa kepala Bappeda,
dll. Jadi talkshow nya sangat ringan diselingi komedi-komedi. Mahasiswa
juga diberikan kesempatan untuk bertanya kepada narasumber seputar
permasalahan yang ditampilkan. Dan setiap kampus itu mempunyai tema
yang berbeda-beda. Jadi garis besarnya tetap 4 Pilar Bangsa namun kita ambil
tema yang lebih khusus lagi. Misalkan saja ada tema Pembangunan
Infrastruktur, Pembangunan Daerah Tertinggal, dll.
2. Peran Humas MPR secara umum, seperti Penasihat Ahli, Fasilitator
Komunikasi, lalu fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi?
Jawab: Berdasarkan survey-survey yang dilakukan oleh lembaga survey
universitas, Sosialisasi 4 pilar ini memang sangat berguna bagi masyarakat.
Terbukti orang yang sebelumnya belum tahu apa itu Undang-Undang, MPR
sebagai lembaga tinggi negara, karena saat ini masih banyak orang yang
menganggap MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Kemudian kalau di
Humas MPR sendiri sebenarnya kita sebagai mendukung kegiatan dari MPR
atau Pimpinan MPR, karena juru bicara dari MPR sebenarnya adalah
Pimpinan MPR sendiri. Kita di Humas MPR ini mendukung tugas-tugas dari
Pimpinan
dan
MPR
itu
sendiri.
Kan
tadi
ada
tugas
pimpinan
mengkoordinasikan seluruh anggota MPR untuk memasyarakatkan UndangUndang Dasar. Ada berbagai kegiatan, kita di Sekretariat Jenderal
memberikan dukungan teknis dan administratif mengenai kegiatan-kegiatan
itu. Misalnya kegiatan MPR “Goes To Campus” yang narasumbernya bisa
Pimpinan dan anggota MPR. Kita di Sekretariat Jenderal mendukung
pelaksanaan kegiatan sosialisasi dalam bentuk MPR “Goes To Campus”.
Dalam “Goes To Campus” itu kan kita juga ada sesi tanya jawab. MPR
sebagai lembaga negara apabila ada masukan-masukan dari kampus, baik itu
dari mahasiswa sebagai peserta “Goes To Campus” ya kita tampung.
Lembaga MPR sendiri bukan sebagai eksekutor, kegiatan itu ada di lembaga
eksekutif. Biasanya dari MPR juga melakukan considering di Badan Kajian
mengenai apa-apa yang bisa diwujudkan sistem ketatanegaraan. Usul-usul dan
masukan-masukan baik dari kampus dan mahasiswa akan ditampung dan
menjadi usulan nantinya bagi pemerintahan.
3. Siapa yang lebih berperan dalam membangun paham 4 Pilar Bangsa ini?
Jawab: Yang bertugas untuk mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila harusnya
ada lembaga sendiri. Karena MPR sebenarnya adalah lembaga politik dan
lembaga Negara. Wacana itu sebenarnya pernah ada, bahwa nantinya akan
ada badan sendiri yang bertugas untuk mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila
dan Undang-Undang Dasar. Namun saat ini karena dirasa setelah adanya
reformasi lalu sosialisasi nilai-nilai Pancasila praktis tidak ada yang
melakukannya. Maka dari itu MPR pada jaman Pak Taufiq Kiemas bernisiatif
untuk MPR sebagai lembaga negara yang memasyarakatkan Undang-Undang
Dasar sekaligus memasyarakatkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
4. Apakah MPR RI pernah mengalami krisis kepercayaan di masyarakat?
Jawab: MPR berusaha meyakinkan masyarakat bahwa nilai-nilai Pancasila
itu harus ditanamkan ke dari segala umur mulai dari anak TK sampai orang
tua harus ditanamkan sejak dari lahir nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan.
Karena dewasa ini nilai-nilai dari budaya barat salah satunya itu dari internet,
maka dari itu kita harus punya filter yaitu Pancasila. Jadi nilai-nilai dari luar
yang mempunyai dampak buruk bagi kehidupan masyarakat harus bisa kita
tangkal yang mempunyai berdampak buruk bagi kehidupan di masyarakat
kita. Mulai di TK kita sudah diajarkan mulai dari menggambar, Pancasila,
cinta tanah air. Karena itu semuanya dimulai dari sejak kecil. Sebenarnya jika
kita menanamkan ini saat sudah besar ya mungkin agak susah, tapi kalau
sejak kecil sudah ditanamkan seperti bagaimana cara menghormati orang tua,
bagaimana harus taat beribadah, menghormati sesama manusia, dan nilai-nilai
yang tercantum dalam Pancasila sudah ditanamkan sejak kecil, saya yakin
nanti untuk generasi yang berikutnya dia bisa menjadikan sumber daya
manusia yang lebih berkualitas.
5. Seberapa penting pengaruhnya mensosialisasikan 4 Pilar Bangsa?
Jawab: Sosialisasi 4 Pilar yang sudah dilakukan MPR tentulah sangat
berpengaruh besar terhadap kepribadian masyarakat Indonesia saat ini.
Namun memang kita tidak bisa menyangkal bahwa belum seluruh masyarakat
bisa terjangkau dengan sosialisasi yang dilakukan MPR karena luasnya
wilayah Indonesia ini dan juga terbatasnya sumber daya manusia MPR yang
dimiliki. Tapi berdasarkan survey yang sudah pernah dilakukan bahwa dengan
dilakukannya sosialisasi ini manfaatnya sudah dirasakan cukup baik, cuma
masih ada beberapa kekurangan yang harus perlu dibenahi MPR dalam
melakukan sosialisasi 4 Pilar itu sendiri. Dengan adanya sosialisasi 4 Pilar
diharapkan memang diharapkan persatuan dan kesatuan bangsa dan semangat
kedaerahan, konflik-konflik di daerah dan upaya untuk memisahkan diri dari
NKRI lebih bisa diredam dengan adanya sosialisasi 4 Pilar. Cuma memang
ada beberapa daerah tertentu yang memang harus dilakukan penekanan lebih
lanjut dan perhatian lebih khusus mengenai sosialisasi 4 pilar itu sendiri
supaya daerah-daerah itu bisa tetap berpedoman bahwa NKRI merupakan
harga mati.
6. Apakah Humas MPR RI bekerjasama dengan Departemen lain dalam
mensosialisasikan 4 Pilar ini?
Jawab: MPR RI dalam mensosialisasikan 4 Pilar Bangsa bekerjasama dengan
instansi-instansi lain. Seperti yang saya sebutkan tadi. Ada yang namanya
dengan PGRI yaitu Persatuan Guru Republik Indoneisa, yang dilakukan oleh
MPR RI dalam bentuk sosialisasi di kabupaten dan kota. Kerjasamanya dalam
bentuk MPR melakukan sosialisasi dengan mengundang guru-guru PKn yang
ada di kabupaten tersebut. Dimaksudkan bahwa mereka yang telah diberi
sosialisasi 4 Pilar itu bisa mengajarkan lagi ke anak didik mereka. Kemudian
untuk acara dalam bentuk Training Of Trainer yang bekerjasama dengan
Kemeterian Agama. Perwakilan dari semua agama-yang ada di Indonesia dan
ormas-ormas keagamaan kita undang, kita berikan sosialisasi dan diharapkan
mereka memberikan sosialisasi lagi ke kalangan mereka masing-masing.
Yang agama Islam ke agama Islam, Hindu, Katolik, Kristen, dll ke golongan
agamanya mereka sendiri-sendiri. Lalu cerdas cermat bekerjasama dengan
Kementerian Pendidikan di masing-masing provinsi. Itulah contoh kerjasama
MPR dengan lembaga dan instansi lain dalam melakukan sosialisasi 4 Pilar
tersebut.
7. Sejauh ini, apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Humas MPR RI
dalam mensosialisasikan 4 Pilar?
Jawab: Sekarang ini di tahun 2014 yang masih dilaksanakan adalah lomba
cerdas cermat, lalu dalam bentuk dialog-dialog seperti “Goes To Campus”,
dialog-dialog di radio juga masih, kita di RRI setiap hari rabu, live dari jam
10.00-11.00 wib, untuk yang di TVRI kita rekaman, tayangnya untuk “Goes
To Campus” tiap senin malam jam 21.00 wib. Lalu yang Jendela Anak Negeri
Rabu dan Sabtu di TVRI jam 21.00-20.00 wib. Ada juga Warung Kebangsaan
tiap hari Minggu jam 9.30-10.30 wib. Dan juga ada dialog diskusi kemajlisan
dengan pesertanya wartawan. Kita di Biro Humas ada kegiatan menerima
kunjungan dari sekolah-sekolah baik itu mulai dari TK, SD, SMP, SMA
maupun perguruan tinggi yang ingin berkunjung ke MPR RI kita berikan dan
sisipkan pembelajaran dan sosialisasi mengenai apa itu MPR dan mengenai 4
Pilar itu sendiri. Itu yang masih dilakukan di Biro Humas saat ini.
8. Bagaimana pola hubungan yang dibina Humas MPR RI dengan internal dan
eksternal MPR RI?
Jawab: Pola hubungannya ya kita berusaha menjalin komunikasi dan
hubungan yang baik antara internal sendiri baik itu di Biro Humas sendiri
maupun biro-biro lainnya yang ada di MPR RI, karena semua kegiatan yang
ada di Biro Humas juga berkaitan dengan biro-biro yang lain jadi
hubungannya
harus
kita
jaga.
Misalnya
apabila
Biro
Humas
menyelenggarakan lomba cerdas cermat , ada biro-biro lain yang berhubungan
seperti Biro Keuangan, Biro Umum, kemudia Biro Setpim. Karena satu
kegiatan saling berhubungan maka dari itu kita harus bisa menjaga
komunikasi dan hubungan yang baik dengan sesama biro di internal MPR.
Untuk hubungan yang eksternal, kita menjalin instansi-instansi yang
berhubungan dengan kegiatan MPR. Ada juga kita punya forum yang
bernama Forum Bakohumas (Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat).
Forum ini adalah forum antara humas di instansi-instansi lain, misalnya dari
pemerintah, semua Kementerian. Lalu juga ada lembaga-lembaga yang lain.
Kita biasanya ada pertemuan kehumasan. Kebetulan tahun ini dalam dalam
menghadapi sidang kemarin, mulai dari sidang akhir masa jabatan anggota
MPR, sidang awal masa jabatan anggota MPR 2014-2019 dan menghadapi
sidang pelantikan presiden dan wakil presiden yang telah dilakukan MPR.
sebelum dilakukan sidang itu, MPR mengadakan forum Bakohumas yang
mengundang humas-humas dari instansi-instansi lain diundang ke MPR dan
kita berikan pemahaman atau penjelasan mengenai sidang-sidang yang akan
dilakukan oleh MPR.
9. Apakah dalam bersosialisasi dan melakukan sebuah konsep kegiatan
menggunakan teori Humas?
Jawab: Kita jarang mendapatkan teori-teori, kita langsung saja. Mungkin
karena saya basic nya bukan dari komunikasi jadi saya nggak tahu teori-teori
dalam Humas itu seperti apa. Mungkin jika yang lain yang jurusannya
komunikasi lebih paham teori-teori di Humas dan apakah itu diterapkan disini
saya nggak tahu.
10. Strategi dan langkah apa yang dipakai dalam mensosialisasikan 4 Pilar
Bangsa?
Jawab: Langkah nya adalah langsung ke sasaran yang kita tuju atau to the
point. Misalnya kita mau menyasar ke kalangan sekolah anak-anak SMA,
yaudah kita berikan lomba cerdas cermat 4 Pilar, kita mau sasar guru-guru,
yaudah kita kerjasama dengan PGRI, kita mau sosialisasi 4 Pilar untuk
kalangan pengamen, kita adakan lomba cipta lagu 4 Pilar Bangsa buat
pengamen, dan itu sudah dilakukan. Kita mau menyasar anak TK, kita adakan
lomba menggambar dan mewarnai tentang 4 Pilar Bangsa, jadi kita langsung
ke sasaran strateginya.
11. Apakah strategi yang dipakai sudah efektif atau belum?
Jawab: Saya rasa sudah efektif karena bisa langsung menyasar dari apa yang
ingin kita tuju sasarannya. Dan hasilnya bisa lebih baik karena langsung ke
sasarannya itu.
12. Apa saja indikasi yang kongkret terkait nasionalisme masyarakat dengan
sosialisasi 4 Pilar Bangsa?
Jawab: Indikatornya untuk misalnya yang sudah pernah diberikan sosialisasi
adalah mereka lebih cinta tanah air dan bangsa, lebih untuk berusaha untuk
tetap ikut dalam NKRI. Contohnya seperti yang ada di daerah-daerah
perbatasan. Mereka yang selama ini belum disentuh oleh pemerintah, MPR
bisa langsung datangi penduduk Indonesia yang hidup di daerah perbatasan,
mulai dari perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini, sudah pernah
didatangi. Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, lalu yang
berbatasan dengan Filipina, Natuna yang berada di tengah laut kita sudah
datangi. Pimpinan MPR langsung yang datang memberikan sosialisasi 4 Pilar.
Dengan adanya itu mereka lebih senang untuk ikut bergabung ke NKRI.
Meskipun belum seluruh daerah perbatasan bisa dikunjungi karena letaknya
yang luas dan panjang dan belum bisa semuanya dijangkau. Cuma ada
beberapa daerah yang belum sempat didatangi dan mereka masih ada
keinginan untuk memisahkan diri dengan NKRI dan bergabung ke negara
tetangga. Ya Mungkin itu karena keterbatasan, harusnya dari pemerintah
daerah harus lebih intens memberikan masukan untuk mereka tetap bertahan
dengan pembangunan infrastruktur, layanan pendidikan dan kesehatan yang
lebih, kita yakin mereka bisa lebih bertahan untuk tetap dalam wilayah NKRI.
Tapi yang telah dilakukan MPR, MPR sudah sampai melakukan sosialisasi di
perbatasan-perbatasan.
Jakarta, 4 November 2014
(Mochammad Kahfi)
(Bpk. Hendrasto Setiawan, S.I.P)
Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal MPR RI
Berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Download