peningkatan keterampilan berbicara dengan metode

advertisement
TESIS
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
DENGAN METODE DEBAT PLUS DALAM PROSES
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SISWA
KELAS XI IPA SMA PARIWISATA KERTHA WISATA
DENPASAR
IDA AYU EKAYUDHA PRATIWI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu
dikuasai dengan baik. Keterampilan ini merupakan suatu indikator terpenting bagi
keberhasilan siswa terutama dalam belajar bahasa Inggris. Dengan penguasaan
keterampilan berbicara yang baik, siswa dapat mengomunikasikan ide-ide mereka,
baik di sekolah maupun dengan penutur asing, dan juga menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
Berhubungan dengan pernyataan di atas, Ur (1996) menyatakan bahwa
“Jika seseorang menguasai suatu bahasa, secara intuitif ia mampu berbicara dalam
bahasa tersebut”. Pendapat ini jelas mengindikasikan bahwa keterampilan
berbicara mengisyaratkan bahwa seseorang mengetahui suatu bahasa. Selain itu,
keterampilan berbicara bisa juga digunakan sebagai suatu media untuk belajar
(Izquirdo, 1993). Keterampilan ini sangat terkait dengan pelafalan, gramatika,
kosakata, diskursus, keterampilan mendengarkan, dan lain lain.
Pada
umumnya,
siswa
SMA
masih
mengalami
kesulitan
untuk
menyampaikan gagasan, pikiran, pertanyaan dan sebagainya dalam bahasa Inggris
dengan menggunakan ragam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal ini juga
dialami oleh sebagian besar siswa SMA Pariwisata Kerta Wisata Denpasar. Hal
2
tersebut disebabkan oleh rendahnya kreativitas guru dalam menentukan teknik
pembelajaran keterampilan berbicara kepada siswa. Para guru pada saat proses
belajar-mengajar di kelas lebih cenderung berfokus pada keterampilan lain, seperti
keterampilan
membaca
(reading),
keterampilan
menulis
(writing)
dan
keterampilan mendengarkan (listening). Hal itu disebabkan oleh para guru yang
lebih berfokus pada hasil UN (Ujian Nasional) yang akan diraih siswa nantinya.
Fenomena seperti ini merupakan permasalahan yang perlu segera ditemukan
alternatif-alternatif pemecahannya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan
alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran
keterampilan berbicara dengan ”metode debat plus”.
Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya
“manipulasi/modifikasi’ terhadap sebuah metode pembelajaran keterampilan
berbicara sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan
permainan
(games) serta kuis. Game dan kuis dicantumkan dalam metode ini mulai dari
teknik pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengah-tengah
kegiatan atau setelah kegiatan debat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1)
Apakah permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa
Inggris dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata bahasa
Inggris?
3
2)
Bagaimanakah mekanisme penerapan metode debat plus dalam
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA
SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar?
3)
Bagaimanakah hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa
Inggris setelah tindakan (treatment) dilakukan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
kegiatan “debat plus” dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dalam
meningkatkan kemampuan berbicara. Efektivitas dalam penelitian ini berarti
bagaimana debat dapat meningkatkan aspek-aspek kebahasaan dari kemampuan
berbicara, baik aspek verbal maupun aspek nonverbal.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara
bahasa Inggris dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata
bahasa Inggris;
2) Mendeskripsikan mekanisme penerapan metode debat plus dalam
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA SMA
Pariwisata Kertha Wisata Denpasar; dan
4
3) Memperoleh gambaran tentang hasil pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Inggris setelah tindakan (treatment) dilakukan.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Sebuah
penelitian
memerlukan
pembatasan
pada
pembahasannya
agar
permasalahan yang hendak diteliti tidak terlalu luas. Adapun pembatasan
permasalahan dijabarkan sebagai berikut:
1) Permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa Inggris
dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata bahasa Inggris;
2) Mekanisme
penerapan
metode
debat
plus
dalam
pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA SMA Pariwisata
Kertha Wisata Denpasar yang meliputi penilaian kemampuan berbicara
siswa dibatasi pada communication skills yang mencakup ketepatan
berbahasa
(accuracy),
kelancaran
(fluency),
pemahaman
topik
(comprehensibility), dan metode penyampaian argumen (methods of
delivering arguments).
3) Menganalisis hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris
melalui metode debat plus dalam meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar yang
mencakup peningkatan pemakaian bahasa siswa dibatasi pada kemampuan
pelafalan, tata bahasa (grammar) dan kosa kata (vocabulary).
5
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada dua macam, yaitu manfaat
akademis dan manfaat praktis.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan teori pembelajaran bahasa, khususnya yang berkenaan dengan
pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa Kelas XI IPA SMA Pariwisata
Kertha Wisata sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitianpenelitian lain yang serupa. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk
memperkaya khazanah penelitian, terutama yang berupa penelitian tindakan kelas.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru
bahasa Inggris khususnya guru Kelas XI IPA dan bagi siswa. Bagi guru,
penelitian ini dapat dijadikan model pembelajaran berbicara yang lebih efektif
sehingga dapat memberikan alternatif teknik dalam pembelajaran pengembangan
keterampilan berbicara.
Bagi siswa, manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan motivasi dan keterampilan berbicara di kelas.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN
Pada bab ini berturut-turut disajikan beberapa hal seperti kajian pustaka,
konsep, landasan teori, dan model penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian mengenai keterampilan berbahasa pada umumnya dan
keterampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia
pendidikan. Para mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris telah
banyak melakukannya. Penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian
tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan berbicara yang
berlangsung selama ini.
Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang
mengangkat permasalahan pembelajaran keterampilan berbicara, antara lain,
dilakukan oleh Sumarwati (1999), Dewi (2003), dan Hubert (2008)
Sumarwati (1999) meneliti tentang peningkatan keterampilan berbicara
siswa melalui teknik bermain peran di SLTPN 8 Denpasar. Dari hasil penelitian
itu diperoleh simpulan bahwa teknik bermain peran dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Secara kuantitatif, hasil penelitian melalui dua
siklus itu menunjukkan peningkatan sebesar 10,6% untuk aspek kebahasaan dan
7
11,6% untuk aspek nonkebahasaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati
berbeda dengan penelitian ini karena jenis penelitian sebelumnya merupakan
penelitian secara deskriptif guna mendeskripsikan fenomena dan permasalahanpermasalahan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan prosedur yang
diterapkan oleh guru dalam proses pengajaran speaking di SLTPN 8 Denpasar,
sedangkan penelitian ini bersifat improftif (perbaikan) yang bertujuan untuk
mendeskripsikan perbedaan hasil belajar siswa dalam pengajaran speaking
sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.
Dewi (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “The Success of
Communication Approach in teaching-learning process at the third levels of IEC
Denpasar 01” membahas tentang keberhasilan pendekatan komunikatif dalam
proses belajar mengajar pada level ketiga di lembaga pendidikan bahasa Inggris
IEC Denpasar 01. Penerapan pendekatan komunikatif tersebut mencakup 4
(empat) keterampilan bahasa, yaitu keterampilan mendengarkan (listening),
keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), dan
keterampilan menulis (writing). Keberhasilan penerapan pendekatan komunikatif
tersebut didukung oleh peran guru dalam pemberian materi, dan peran siswa
sendiri yang memiliki kemauan yang besar dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa Inggrisnya.
Hubert (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Incorporating
Classroom Debate into University EFL Speaking Courses” membahas betapa
pentingnya debat dalam meningkatkan kemampuan berbicara di kalangan
mahasiswa Universitas Kyoto Sangyo Jepang. Studi tersebut berfokus pada
8
penerapan
langkah-langkah
debat
formal
dengan
sistem
“Australasian
Parliamentary Sistem”, yang mencakup peran masing-masing pembicara di kedua
tim, isi dari topik yang diperdebatkan, sehingga studi tersebut lebih menargetkan
peningkatan pemahaman (comprehensibility) daripada kelancaran (fluency) dan
ketepatan ujaran (Accuracy).
2.2 Konsep
Studi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa konsep yang
memerlukan penjelasan. Konsep-konsep tersebut antara lain peningkatan,
keterampilan berbicara, pendekatan metode dan teknik pembelajaran berbicara,
dan metode debat plus.
2.2.1 Peningkatan
Peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,
kegiatan, dsb) (Purwadarminta, 1976: 118). Peningkatan dalam hal ini adalah
suatu proses meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa.
2.2.2 Keterampilan Berbicara
Keterampilan
berbicara
pada
hakikatnya
adalah
“kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan” (Tarigan
1981:15).
9
2.2.3 Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Berbicara
Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan
teoretis tertentu. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Metode adalah
prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Satu metode dapat
diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara kongkret
yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung, guru dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama (Sugandi, 2004:15).
Pembelajaran berbicara memiliki banyak sekali teknik pembelajaran. Teknikteknik tersebut antara lain: wawancara, cerita berpasangan, pidato tanpa teks,
pidato
dengan
teks,
mengomentari
film/sinetron/cerpen/novel,
debat,
membawakan acara, memimpin rapat, menerangkan obat/makanan/minuman atau
benda lainnya, bermain peran, info berantai, dan cerita berangkai (Sugandi,
2004:112-121).
2.2.4 Metode Debat Plus
Debat merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih
yang masing–masing berusaha memengaruhi orang lain untuk menerima usul
yang disampaikan (Simon, 2005:3). Debat dapat diartikan pula sebagai silang
pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal
melalui dialog formal yang terorganisasi (Depdiknas, 2001: 2). Sementara itu,
”plus” merupakan penyampaian pesan melalui “manipulasi/modifikasi’ terhadap
metode debat sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan berbagai
permainan (games) serta kuis. Game & kuis disertakan dalam metode debat plus
10
mulai dari teknis pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengahtengah kegiatan atau setelah kegiatan debat. Adapun untuk tema debat akan
dipilihkan tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu,
tema dari kejadian/fenomena aktual yang menantang namun tidak asing.
2.3 Landasan Teori
Sejumlah pandangan para ahli yang digunakan sebagai landasan teori
penelitian ini bersangkutan dengan: (1) berbicara dan keterampilan berbicara; (2)
faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara; (3) pelafalan; (4) tata bahasa; (5)
kosa-kata; (6) penelitian tindakan kelas; (7)
Pendekatan komunikatif
(communicative approach); (8) penilaian; (9) tes dan nontes; dan (10) metode
debat plus.
2.3.1 Berbicara dan Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat. Dengan kata lain, berbicara berarti
menggunakan bahasa untuk bermacam-macam tergantung dari para penuturnya.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau
pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara
berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Harmer (1983) menyatakan bahwa
berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat
untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Lebih jauh lagi Harmer (1983) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah
kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui
11
kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari
masyarakat yang berbeda.
Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan
berkaitan dengan berbagai keterampilan mikro (Brown, 2001) seperti (1)
menghasilkan ujaran-ujaran bahasa yang bervariasi; (2) menghasilkan fonemfonem dan varian-varian alophon lisan yang berbeda dalam bahasa Inggris; (3)
menghasilkan pola-pola tekanan, kata-kata yang mendapat dan tidak mendapat
tekanan, struktur ritmis dan intonasi; (4) menghasilkan bentuk-bentuk kata dan
frasa yang diperpendek; (5) menggunakan sejumlah kata yang tepat untuk
mencapai tujuan-tujuan pragmatis; (6) menghasilkan pemberbicaraan yang fasih
dalam berbagai kecepatan yang berbeda; (7) mengamati bahasa lisan yang
dihasilkan dan menggunakan berbagai strategi yang bervariasi, yang meliputi
pemberhentian sementara, pengoreksian sendiri, pengulangan, untuk kejelasan
pesan; (8) menggunakan kelas kata (kata benda, kata kerja, dll.) sistem (tenses,
agreement dan plural), pengurutan kata, pola-pola, aturan-aturan dan bentuk
ellipsis; (9) menghasilkan pemberbicaraan yang menggunakan elemen-elemen
alami dalam frasa, stop, nafas dan kalimat yang tepat; (10) mengekspresikan
makna tertentu dalam bentuk-bentuk gramatika yang berbeda; (11) menggunakan
bentuk-bentuk kohesif dalam diskursus lisan; (12) menyelesaikan fungsi-fungsi
komunikasi dengan tepat menurut situasi, partisipan dan tujuan; (13)
menggunakan register, implikatur, aturan-aturan pragmatik dan fitur-fitur
sosiolinguistik yang tepat dalam komunikasi langsung; (14) menunjukkan
hubungan antara kejadian dan mengomunikasikan hubungan-hubungan antara ide
12
utama, ide pendukung, informasi lama, informasi baru, generalisasi dan contoh;
(15) menggunakan bahasa wajah, kinetik, bahasa tubuh dan bahasa-bahasa
nonverbal yang lainnya bersamaan dengan bahasa verbal untuk menyampaikan
makna; dan (16) mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi berbicara,
seperti memberi tekanan pada kata kunci, parafrase, menyediakan konteks untuk
menginterpretasikan makna-makna kata, meminta pertolongan dan secara tepat
menilai seberapa baik interlokutor memahami apa yang dikatakan.
Richard (1986: 21-28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai
berikut:
(1) Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)
Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan
yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus
utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka
menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa
formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan
dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
membuka dan menutup percakapan;
memilih topik;
membuat percakapan-percakapan kecil/ringan;
bergurau;
menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi;
dilakukan secara bergantian;
adanya interupsi/menyela percakapan;
bereaksi terhadap satu sama lain;
menggunakan gaya berbicara yang sesuai.
13
(2) Berbicara sebagai transaksi (talk as transaction)
Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan
yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard (1986: 2128). Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu:
(a) Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi,
dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan
akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan
bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil
dikomunikasikan dan dimengerti.
(b) Kedua adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk
memeroleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang
yang memesan makanan di restoran.
(3) Berbicara sebagai penampilan (talk as performance)
Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna
menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara
model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah (dialog)
dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan. Richard
(1986: 21-28)
Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a) fokus
pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b)
14
mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang
digunakan terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan
(e) struktur dan urutannya dapat diprediksikan. Dalam pembelajaran
bahasa, menurut Bygate (1995:5-6) ada dua cara mendasar yang kerap
kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai skill (keterampilan)
yaitu:
1) Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan, menghasilkan,
dan mengucapkan bunyi dan struktur bahasa secara benar.
2) Interaction skill yang mencakup membuat keputusan tentang
sebuah
komunikasi
misalnya
ingin
mengungkapkan
apa,
bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh orang lain.
Belajar bahasa Inggris berarti memiliki kemampuan untuk memproduksi
ujaran grammatikal dari sebuah bahasa dan tahu bagaimana menggunakannya
dengan benar untuk dapat berkomunikasi secara efektif. (Harmer, 1983:13).
Dalam mempelajari bahasa di kelas, siswa lebih cenderung memberi perhatian
untuk menjadi lebih teliti (accuracy) akan tetapi pada dasarnya mereka juga harus
berlatih untuk menggunakan bahasa secara fasih (fluency).
Ada beberapa alasan tentang dilakukannya latihan berbicara selama
pelajaran berlangsung di kelas antara lain (Baker dan Westrup, 2003:5) antara
lain:
15
1) Kegiatan berbicara akan menguatkan pemerolehan kosakata baru, tata
bahasa, dan bahasa secara fungsional
2) Memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan bahasa yang
dipelajarinya
3) Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk
mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topik
yang berbeda
4) Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk
mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topik
yang berbeda
Dengan demikian, untuk memudahkan guru dalam merancang program
pengajaran yang baik demi mencapai tujuan komunikasi, maka guru
diharuskan mengetahui fungsi bahasa yang akan dipakai siswa untuk
berinteraksi dalam sebuah komunikasi.
2.3.2 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Seorang pembicara yang baik harus mempu memberikan kesan bahwa ia
menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik yang baik akan
menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Selain menguasai topik, seorang
pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan
tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian
pendengar. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan seseorang untuk dapat
16
menjadi pembicara yang baik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor verbal dan
faktor non-verbal (Arsjad dan Mukti, 1988:17).
1) Faktor Verbal
a) Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan
berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan
menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya
dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa
dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga
terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau pemakainya (pembicara)
dianggap aneh. (Arsjad dan Mukti, 1988:19).
b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik
tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.
Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan
tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya
menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat
dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu berkurang.
Penempatan tekanan pada kata atau suku kata yang kurang sesuai akan
mengakibatkan kejanggalan. (Arsjad dan Mukti, 1988:19)
17
Kejanggalan ini akan mengakibatkan perhatian pendengar akan beralih
pada cara berbicara pembicara, sehingga pokok pembicaraan atau pokok pesan
yang disampaikan kurang diperhatikan. Akibatnya, keefektifan komunikasi akan
terganggu.
c) Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Dalam setiap
pembicaraan pemakaian kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada katakata yang muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang mengakibatkan
rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. (Arsjad dan
Mukti, 1988:19).
Hendaknya pembicara menyadari siapa pendengarnya, apa pokok
pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan
dan pendengarnya. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau
pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya.
d) Ketepatan sasaran pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan
kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang
mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan
atau menimbulkan akibat. (Arsjad dan Mukti, 1988:20).
18
2) Faktor Nonverbal
a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
Pembicaraan yang tidak tenang, lesu dan kaku tentulah akan memberikan
kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya
pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. (Arsjad dan
Mukti, 1988:21). Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat dan
penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik setidaknya akan menghilangkan
kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan latihan. Kalau sudah terbiasa, lamakelamaan rasa gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar
b) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
Pandangan pembicara hendaknya diarahkan kepada semua pendengar.
Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar
merasa kurang diperhatikan. Banyak pembicara ketika berbicara tidak
memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping atau menunduk.
Akibatnya, perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya
pendengar merasa terlibat dan diperhatikan (Arsjad dan Mukti, 1988:21).
c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya
memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia
menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru.
(Arsjad dan Mukti, 1988:21). Namun, tidak berarti si pembicara begitu saja
19
mengikuti pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya. Ia juga harus mampu
mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja pendapat
itu harus mengandung argumentasi yang kuat, yang diyakini kebenarannya.
d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan
berbicara. Hal-hal penting selain mendapatkan tekanan, biasanya juga dibantu
dengan gerak tangan atau mimik. (Arsjad dan Mukti, 1988:21). Hal ini dapat
menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Akan tetapi, gerak-gerik yang
berlebihan akan menggangu keefektifan berbicara. Mungkin perhatian pendengar
akan terarah pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan ini, sehingga pesan
kurang dipahami.
e) Kenyaringan suara
Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah
pendengar. (Arsjad dan Mukti, 1988:22). Yang perlu diperhatikan adalah jangan
berteriak. Kita atur kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh pendengar
dengan jelas.
f) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. (Arsjad dan Mukti, 1988:23).
Seringkali
pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu
20
diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang mengganggu penangkapan pendengar,
misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara
yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok
pembicaraannya.
g) Relevansi/Penalaran
Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis (Arsjad dan
Mukti, 1988:24). Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah
logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat
dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
h) Penguasaan Topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain
supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan
menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat
penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara (Arsjad dan Mukti,
1988:24). .
2.3.3 Pelafalan/pengucapan bahasa Inggris
Pelafalan bahasa Inggris adalah faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan komunikasi lisan. Pelafalan yang salah dapat menyebabkan
terjadinya salah pengertian dan pada akhirnya menyebabkan gangguan
komunikasi atau communication breakdown.
21
Dalam kamus Longman Dictionary of Applied Linguistics (1985: 232),
pengucapan adalah cara mengeluarkan suara tertentu yang menekankan pada
suara yang terdengar oleh pendengarnya, dan bukan teknik mengeluarkan suara
tertentu atau yang biasa disebut artikulasi.
Bunyi dan lambang bahasa Inggris adalah salah satu dari kelompok bahasa
yang tidak sempurna karena sistem pengucapan lambang bunyinya tidak konsisten
lambang bunyi dalam alfabet yang berjumlah 26 itu dalam bahasa Inggris
mewakili lebih dari empat puluh bunyi yang berbeda. (Zubaidi, 2006: 150).
Perhatikan satu contoh cara satu lambang bunyi yang diucapkan secara berbeda:
Dane’s father who lives in a village in America, called my Dad many times.
(Widarso, 1989:31). Dalam satu kalimat tersebut terdapat sembilan lambang bunyi
yang sama, yaitu a. Namun dari satu lambang bunyi tersebut ada tujuh bunyi yang
berbeda. Bunyi yang berbeda tersebut adalah sebagai berikut: Dane [ei]; father
[a]; a [e]; village [i]; America [e] [a]; called [o:]; Dad [æ]; many [e].
Berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia merupakan salah satu
kelompok bahasa yang sempurna karena antara ucapan dan lambang bunyinya
konsisten (kecuali mungkin pada lambang bunyi e yang bisa dibaca [e] pada
setiap dan [é] pada kata tempe; dan pada lambang bunyi o yang bisa dibaca [o]
pada kata jodo dan [c] pada kata lombok) .
Dalam bahasa Inggris masih terdapat banyak lagi masalah
pengucapan yang serupa itu. Hal ini menjadi hambatan yang cukup besar
khususnya bagi pembelajar, apalagi bagi pembeajar pemula. Khusus untuk bunyi
22
vokal sendiri, bahasa Inggris ,mempunyai 20 bunyi yang berbeda dan
dilambangkan dalam satu lambang atau dua lambang. Berikut ini adalah daftar
bunyi baik vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.
Tabel 2.1 Daftar bunyi vokal bahasa Inggris
(Ladefoged, 1989: 56)
Front
Close
Mid
Open
Long
i:
Central
Short
I
Back
Long
Short
З:
ə
ʌ
æ
Long
u:
ɔ:
a:
Short
ʊ
Tabel 2.2 Daftar bunyi vokal dan lambang bunyi dalam bahasa Inggris
(O’Connor, 1980: 44)
Bunyi
i:
I
e
ɔ:
u
ɔi
æ
a
ʌ
З:
u:
ei
əu
ai
au
a:
Iə
eə
uə
ə
Lambang
bunyi
feel
fill
fell
fall
full
foil
cat
cot
cut
curt
fool
fail
foal
fail
foul
cart
tier
tear
tour
banana
a
23
Konsonan bahasa Inggris memiiki 24 bunyi yang berbeda. Berikut adalah
daftar bunyi konsonan bahasa Inggris. (Ladefoged, 1989: 51) dan lambang bunyi
konsonan bahasa Inggris. (Hornby, 1974: 112 ).
Tabel 2.3 Daftar bunyi konsonan bahasa Inggris
(Ladefoged, 1989: 57)
Bilabial
Nasal
Labio
dental
Dental alveolar
m
n
pb
td
sz
Palato
Alveolar
Palatal
ŋ
Stop
kg
Fricative
Central
(approximant)
Velar
fv
θð
∫ʒ
r
j
w
Lateral
(approximant)
l
Tabel 2.4 Daftar bunyi konsonan dan lambang bunyi dalam bahasa Inggris
(Hornby, 1974: 112)
Homofon
adalah
∫
Bunyi
ʒ
h
p
m
b
nt
ŋd
kl
gr
t∫j
w
dj
f
v
θ
ð
s
z
she
Lambang
vision
bunyi
how
pen
man
bad
no
tea
sing
did
leg
cat
red
got
yes
chin
wet
june
fall
voice
thin
then
so
zoo
kata-kata
yang
24
diucapkan sama tetapi
ditulis dengan ejaan yang berbeda dan seringkali
mempunyai makna yang berbeda (Ladefoged, 1989: 130). Bagi pembelajar ini
homofon sering menimbulkan masalah karena pengucapannya sama sehingga
salah
memahaminya
kecuali
dia
mengetahui
dengan
baik
konteks
pembicaraannya.
1) peace [pi:s] = kedamaian vs. piece [pi:s] = sepotong
2) two [tu:] = dua vs. too [tu:] = juga vs. to [tu:] = untuk; ke
Perbedaan beberapa bunyi yang mirip bagi lidah orang Indonesia umumnya
lebih fleksibel dalam meniru bunyi-bunyi bahasa asing. Mereka umumnya tidak
mengalami kesulitan untuk menirukan bunyi-bunyi tertentu, sementara orangorang bangsa lain mengalaminya. Beberapa kata dalam bahasa Inggris cenderung
juga diucapkan secara salah karena bunyi yang terdapat di dalam kata tersebut
mirip. (Zubaidi, 2006: 156).
Pembelajar sering menyepelekan perbedaan bunyi yang mirip tersebut.
Contohnya adalah bunyi [s] dan bunyi [∫]. Kata she [∫i:] (dia perempuan)
seringkali diucapkan [si] yang merupakan bunyi untuk kata see (melihat) atau sea
(laut). Bila demikian situasinya maka pembelajar tentu akan menggunakan bunyi
yang sama untuk kata berbeda dalam kalimat: She sells sea shells on the sea
shore. (Zubaidi, 2006: 156). Berikut ini adalah contoh beberapa kata dalam
bahasa Inggris yang memiliki lafaal yang mirip (tetapi berbeda), yang cenderung
akan diucapkan sama oleh pembelajar (Ladefoged, 1989: 140).
25
Lambang bunyi yang tidak diucapkan selain dari masalah-masalah
pelafalan di atas, dalam bahasa Inggris juga terdapat beberapa kata yang lambang
bunyinya tidak dilafalkan (Ladefoged, 1989:140). Seringkali pembelajar salah
dalam mengucapkan kata-kata ini karena semua lambang bunyinya diucapkan.
Beberapa contohnya adalah sebagai berikut, dimana lambang bunyi yang dicetak
tebal tidak dilafalkan.
Know
Knife
Write
Whole
Mnemonic
Psychology
Science
Wednesday
= mengetahui
= pisau
= menulis
= keseluruhan
= alat pembangkit
= psikologi
= ilmu pengetahuan
= rabu
(Zubaidi, 2006:157)
2.3.4 Tata bahasa Inggris
Gebhard (1996: 3), seorang ahli bahasa mendefinisikan tatabahasa sebagai
suatu kumpulan sistem yang harus dipatuhi oleh pengguna bahasa sesuatu
bahasa itu, dan ia menjadi dasar untuk melahirkan asperasi bahasa yang baik
dan indah, serta menjamin kemantapan bahasa sesuatu bahasa. Menurut
Gebhard lagi, tatabahasa berfungsi dalam memisahkan bentuk-bentuk bahasa
yang gramatis, daripada yang tidak gramatis. Untuk itu dalam mempelajari
bahasa Inggris. diperlukan pemahaman terhadap kaidah-kaidah yang mengatur
penggunaan bahasa yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan grammar.
Bagian-bagian grammar tersebut adalah:
1) Kata-kata benda tunggal dan jamak (Singular and plural nouns)
26
Perbedaan kata benda tunggal dan kata benda jamak daam kalimat
bahasa
Inggris
perlu
diperhatikan,
karena
berpengaruh
terhadap
penggunaan kata kerja (baik verb to be, verb to have maupun kata kerja).
Kata benda tunggal dalam kalimat harus memakai kata kerja tunggal,
sedangkan kata benda jamak harus menggunakan kata kerja jamak
(Murphy, 1985:213).
contoh:

This car is expensive (mobil ini mahal)
(car bentuk tunggal, memakai is)

These cars are expensive (mobil-mobil ini mahal)
(cars bentuk jamak, memakai are)
Pada umumnya kata benda jamak dibentuk dengan menambahkan
–s atau –es pada kata benda tungga, dengan beberapa ,perkecualian
(Murphy, 1985:213).
Cara membentuk kata benda jamak:
a) Dengan menambahkan –s pada kata benda tunggal:
Tunggal
Jamak
Arti
door
school
doors
schools
pintu
sekolah
(Murphy, 1985:213)
27
b) Dengan menambahkan –es jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –s, x, –z, –ch, dan –sh.
Tunggal
Jamak
Arti
ass
bus
box
buzz
bench
brush
asses
buses
boxes
buzzes
benches
brushes
keledai
bus
kotak
dengungan
bangku
sikat
(Murphy, 1985:213)
c) Dengan menambahkan –es jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –o :
Tunggal
Jamak
Arti
hero
negro
tomato
mango
heroes
negroes
tomatoes
mangoes
pahlawan
orang negro
tomat
mangga
(Murphy, 1985:213)
Akan tetapi hanya dengan menambahkan –s saja, jika kata benda tunggal
itu berakhir huruf –oo, io, -oe, atau –yo, dan beberapa kata benda
berakhiran –o yang didahului oleh sebuah konsonan (huruf mati) di bawah
ini (Murphy, 1985:213):
Tunggal
Jamak
Arti
radio
photo
dynamo
proviso
radios
photos
dynamos
provisos
radio
foto
dinamo
ketentuan, syarat
28
(Murphy, 1985:213)
d) Dengan mengubah –y menjadi i lalu ditambah –es, jika y didahului oleh
sebuah huruf mati:
Tunggal
Jamak
Arti
baby
lady
duty
library
babies
ladies
duties
libraries
bayi
wanita
tugas/kewajiban
perpustakaan
(Murphy, 1985:214)
e) Dengan mengubah –f atau –fe menjadi ves:
Tunggal
Jamak
Arti
calf
knife
shelf
wolf
calves
knives
shelves
wolves
anak sapi
pisau
rak/papan
serigala
(Murphy, 1985:214)
Bentuk jamak yang tidak beraturan (irregular plurals)
Sejumlah kata benda mempunyai bentuk jamak yang tidak beraturan (Murphy,
1985:214).
a) Dengan mengadakan perubahan vocal (huruf hidup) yang di dalamnya:
Tunggal
Jamak
Arti
man
foot
woman
tooth
goose
loose
mouse
men
feet
woman
tooth
geese
lice
mice
pria
kaki
wanita
kaki
angsa
kutu
tikus
29
(Murphy, 1985:215)
b) Dengan memberikan –en atau –ne untuk membentuk jamaknya:
Tunggal
Jamak
Arti
ox
child
brother
cow
oxen
children
brethren
kine
lembu jantan
anak
saudara
sapi
(Murphy, 1985:215)
c) Kata-kata benda yang mempunyai bentuk jamak yang sama dengan bentuk
tunggalnya:
Tuggal
Jamak
Arti
swine
deer
sheep
fish
swine
deer
sheep
fish
babi
rusa
domba
ikan
(Murphy, 1985:215)
d) Kata-kata benda yang selalu dalam bentuk jamak dan tidak mempunyai
bentuk tunggal:
Jamak
Arti
Glasses
Arms
Bellows
Scissors
Trousers
Shoes
kacamata
senjata
hembusan
gunting
celana panjang
sepatu
30
Shorts
celana pendek
(Murphy, 1985:215)
2) Adalah (to be)
To be (is, am, are) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia,
pada umumnya to be tidak diterjemahkan (Murphy, 1985:215).
To be digunakan sebagai penghubung antara subjek dan predikat. Predikat
suatu kalimat dapat terdiri atas:
a) Kata sifat (adjective)
b) Kata benda (noun)
c) Kata keterangan/tambahan (adverb)
d) Kata kerja (verb) yang menyatakan sedang melakukan sesuatu.
To be menghubungkan subjek dan predikat, to be dapat berubah-ubah
sesuai dengan subjek (pelaku) (Murphy, 1985:215). Contoh:
a) Predikat kalimat kata sifat:
1)
2)
3)
4)
I am happy
You are right
He is handsome
We are healthy
= Saya gembira
= Anda benar
= Ia (laki-laki) tampan
= Kami sehat
(Murphy, 1985:215)
b) Predikat kalimat kata benda :
31
1)
2)
3)
4)
I am a teacher
You are a physician
He is a student
She is a singer
= Saya (adalah) seorang guru
= Anda seorang dokter
= Ia seorang siswa
= Ia seorang penyanyi
(Murphy, 1985:215)
c) Predikat kalimat kata keterangan:
1)
2)
3)
4)
I am in the room
You are in the class
We are at home
She is in the garden
= Saya di dalam kamar
= Anda di dalam kelas
= Kami di rumah
= Dia berada di kebun
(Murphy, 1985:215)
d) Predikatnya kata kerja yang menyatakan sedang melakukan sesuatu:
1) I am reading a book
2) You are studying English
3) We are sitting
4) She is watching television
= Saya sedang membaca buku
= Anda sedang mempelajari bahasa
Inggris
= Kami sedang duduk
= Dia sedang menonton televise
(Murphy, 1985:215)
3) Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya terdiri atas kata kerja. Kata
kerja yang belum berfungsi dalam kalimat diawali dengan to dan disebut
Infinitive atau Non-Finite Verb (Murphy, 1985:216).
To study
To read
belajar
membaca
32
To write
To speak
menulis
berbicara
Akan tetapi, bila kata kerja itu telah dipakai sebagai predikat, maka: to tidak
dipakai lagi.
Subject
I/We
You
He/She
They
Predicate
Study
Read
Writes
speak
Object
English everyday
English everyday
English everyday
English everyday
(Murphy, 1985:216)
Macam-macam kalimat verbal
Dalam kalimat verbal bila kita ingin membuat:
(1) Kalimat negative, disertai kata kerja bantu.
Kata kerja bantu itu biasanya berbentuk:
a) Do not, bila subjeknya jamak, seperti: we, you dan they atau kalau
subjeknya tunggal, seperti: I dan You. (Murphy, 1985:216).
b) Does not, bila subjeknya tunggal, seperti: he, she dan it
Kata kerja bantu ini akan diletakkan sesudah subjek misalnya:
I do not study English everyday
He does not (doesn’t) study English everyday
(Murphy, 1985:216).
33
(2) Kalimat negative interrogative, dipakai juga peraturan seperti no. 1 di atas,
tetapi dengan meletakkan kata kerja bantu itu di depan subjeknya dalam
kalimat (Murphy, 1985:216).
Contoh:
Don’t you study English everyday?
Doesn’t he study English everyday?
(3) Kalimat Tanya (interrogative)
Digunakan kata kerja bantu:
Do, untuk subjek
Does, untuk subjek
: I, you, we, they
: he, she , it
Contoh
Do you read a book everyday?
Does he read a book everyday?
(4) Kalimat perintah (imperative)
Kata kerja langsung diletakkan paling depan atau sesudah please/don’t.
(Murphy, 1985:217).
Contoh:
Study, please
34
Please, speak
Don’t run
(Murphy, 1985:217).
4) Indefinite numerals
Menunjukkan bilangan jenis tertentu tanpa mengatakan secara tepat berapa
bilangan itu. Oleh karena itu disebut Indefinite Numerals. (Murphy,
1985:219).
Kata-kata sifat utama golongan ini adalah: all, some, enough, no, many, few,
several.
Contoh.







All men are mortal
Some men die young
Fifteen men will be enough
No men were present
Many men are poor
Few men are rich
Several men came
(Murphy, 1985:219).
5) Tingkat perbandingan (degree of comparison)
Kebanyakan kata sifat yang menunjukkan sifat, dua buah kata sifat
kuantitatif, yaitu much dan little, dan dua buah kata sifat bilangan, yaitu
many dan few, mempunyai tingkat perbandingan (degree of comparison).
(Murphy, 1985:220).
35
Tingkat perbandingan berjumlah tiga tingkat, yaitu:
 The positive degree (tingkat biasa)
 The comparative (tingkat lebih/perbandingan)
 The superlative (tingkat paling)
(Murphy, 1985:220).
Kata sifat yang terdiri dari satu suku kata dan beberapa kata sifat
bersuku kata dua dapat dibentuk Comparative dengan menambahkan –
-er atau –r, dan Superlative dengan menambahkan –est dan –est
ditambahkan. (Murphy, 1985:223).
Positive
(bentuk kata
positive)
Rich
Thick
Fast
Small
great
Comparative
(bentuk komparatif)
Superlative
(bentuk superlatif)
Richer
Thicker
Faster
Smaller
Greater
Richest
Thickest
Fastest
Smallest
Greatest
(Murphy, 1985:223).
Kata sifat yang bersuku kata dua (yang tekanan suaranya jatuh pada
suku kata awal) atau lebih, ditambahkan more untuk membentuk
Comparatives dan most untuk Superlatives.
Positive
(bentuk kata
positive)
Famous
Useful
Beautiful
Interesting
difficult
Comparative
(bentuk komparatif)
Superlative
(bentuk superlatif)
more famous
more useful
more beautiful
more interesting
more difficult
most famous
most useful
most beautiful
most interesting
most difficult
36
Beberapa kata sifat dibentuk dengan cara tak beraturan (irregular)
untuk Comparatives dan superlatives (Murphy, 1985:225).
Positive
(bentuk kata
positive)
Bad
Good
Little
Much
Fore
Comparative
(bentuk komparatif)
Superlative
(bentuk superlatif)
worse
better
less
more
former
Worst
Best
Least
Most
Foremost
6) Kata kerja bantu (auxiliary verbs)
Auxiliary verbs adalah kata kerja bantu yang diletakkan di depan kata kerja
pokok untuk membentuk bentuk waktu (tense), ragam grammatikal (voice)
dan modus (mood) (Murphy, 1985:226).
Misalnya: can, could, may, might, must, shall, should, will, would, ought,
dsb. Be (is, am, are, was, were, been), do (do, does, did), have (have, has,
had), need, dare dan used to kadang-kadang juga dipakai sebagai Auxiliary
Verbs (kata kerja bantu).
2.3.5 Kata
Dalam kegiatan berkomunikasi kata-kata dijalinsatukan dalam suatu
konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah sintaksis yang ada dalam suatu
bahasa. Yang penting adalah pengertian yang tersirat di balik kata yang digunakan
harus mampu dipahami oleh orang lain sehingga tercipta komunikasi dua arah
37
yang baik dan harmonis. Keraf (2007: 23) memberikan pengertian kata sebagai
suatu unit dalam bahasa yang memiliki komponen tertentu dan secara relative
memiliki distribusi yang bebas.
Kata menurut pemakaian bahasa oleh Arifin dan Junaiyah (2008:2)
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang ulang,
dan secara potensial dapat berdiri sendiri. Kosa kata atau perbendaharaan kata
adalah jumlah seluruh kata dalam suatu bahasa; juga kemampuan kata-kata yang
diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis. Kosa kata dari
suatu bahasa itu selalu mengalami perubahan dan berkembang karena kehidupan
yang semakin kompleks. Dengan mengerti kegunaan dan fungsi dari suatu kata
dan bagaimana kata-kata dapat tergabung dan menyatu membuat sebuah
komunikasi yang bermakna. Sebagian besar siswa tidak mampu berkomunikasi
yang benar secara gramatikal karena mereka tidak mengetahui kegunaan dan
fungsi dari tiap-tiap bagian dari berbicara. Bagian-bagian tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
1) Kata benda atau nomina (noun)
Kata benda sering digunakan untuk menamai seseorang, tempat atau
benda. Door, hand, school ,day adalah contoh dari noun. Noun (kata
benda) dapat dibedakan menjadi dua sub kelass. Satu diantaranya memiliki
dua bagian . (Finegan, 1992: 115)
a. Proper Noun
Proper Nouns adalah nama orang-orang, tempat, dan sesuatu yang
biasanya diawali dengan huruf kapital pada bagian awal penulisan.
38
Contoh:
Debbie
Mars
b. Common Noun
Common Nouns biasanya tidak diawali dengan huruf kapital pada awal
penulisan katanya, kecuali saat kata tersebut terletak pada awal kalimat.
Common Nouns dapat dibedakan menjadi dua bagian (Finegan, 1992:
115):
Count Nouns
Cup
loaf
stalk
Coin
plank sheet
Count nouns merupakan kata benda yang dapat dihitung dan memiliki
bentuk tunggal dan bentuk jamak (Finegan, 1992: 115).
.
Noncount Nouns
money bread hay
Milk
wood paper
Noncount Nouns merupakan kata benda yang tidak dapat dihitung dan
dalam bentuk tunggalnya tidak dapat ditambahkan kata a atau an didepan
kata tersebut (Finegan, 1992: 115)
Akhiran Pembentuk Kata benda
Berikut ini akan dijelaskan beberapa akhiran yang dapat membentuk suatu
kata menjadi kata benda. (Finegan, 1992: 116)
a) Pembentuk agen atau objek
39
-er
: driver, employer, examiner, writer
-or
: actor, collector, director, educator, elevator
-ar
: beggar, liar
-ant
: accountant, assistant, attendant, combatant, servant
-ist
: biologist, chemist, economist, dentist, scientist
-ee
: employee, examinee, refugee, referee, invitee
(Finegan, 1992: 116)
b) Pembentuk kata benda dari kata kerja (verb)
-age
: breakage, coverage, drainage, marriage, leakage
-al
: approval, arrival, refusal
-ance : acceptance, appearance, performance
-ery
: delivery, discovery,recovery
-ment : agreement, arrangement, employment, management
-sion : collision, decision, division, confusion
-ation : education, attention, solution
-ure
: departure, failure, closure
(Finegan, 1992: 116)
c) Pembentuk kata benda abstrak dari kata sifat (adjective)
-ance/-ence
: importance, absence, presence, diligence
-ity
: ability, activity, equlity, divinity
-ness
: darkness, happiness, kindness
-th
: length, strength, truth, width
40
(Finegan, 1992: 117)
2) Kata kerja (verb)
Verb (kata kerja) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang
menunjukkan aksi atau tindakan (Gebhard, 1996: 42).
Verb (kata kerja) dapat membentuk sebuah kelas kata, adapun bagianbagiannya adalah:
a. Melakukan suatu pekerjaan:
take, go, jump, talk, ran
b. Dapat membuat suatu bentuk –ing, atau infinitive (bentuk to-)
to swim/swimming
to listen/listening
to be/being
to write/writing
c. Dapat dikombinasikan dengan kata benda, determiners, dan kata ganti,
untuk memberitahu kita siapa (atau apa) yang dilakukan, untuk apa,
dan untuk siapa.
We slept soundly
They played hockey
Adam gave Tia a gift
d. Dapat muncul baik dalam bentuk sendiri (single verns) maupun dalam
bentuk kelompok (verbs groups) – yaitu suatu untaian kata yang
berkombinasi membentuk satu arti. (Finegan, 1992: 226)
Single Verbs
Know
learns
discover
Verbs Groups
Have known
is learning
will discover
Kata kerja mempunyai dua bagian sub kelas:
41
a. Lexical verbs (dapat dikatakan ”dictionary verbs”) adalah kata
kerja uang mempunyai arti. Run, jump, sit, stand;
b. Auxiliary verbs/kata kerja bantu (dapat dikatakan ”helping verbs”)
adalah kata kerja yang biasanya digunakan untuk tujuan gramatikal
daripada untuk arrti;
They have all gone
They will not return
They did not see the snow
Kata kerja yang ditebalkan di atas tidak memiliki arti,
mereka adalah auxiliary (kata kerja bantu). Tanpa mereka kalimat
tetap memiliki arti tetapi tidak gramatikal.
They all gone
They not return
They not see the snow
(Finegan, 1992: 226)
3) Kata sifat (adjective)
Kata sifat sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menjelaskan atau
memberikan informasi lebih tentang noun atau pronoun (Gebhard, 1996:
46). Kata sifat menjelaskan kata benda dalam bentuk sebagai keterangan
ukuran, warna, dan nomber.
Kata sifat memiliki tiga sub kelas sebagai berikut.
a. Descriptive adjective
Descriptive adjective adalah tipe adjective yang paling umum.
(Finegan, 1992: 227). Beberapa dari tipe ini terbentuk dari anggota
kelas kata lain yang diikuti oleh akhiran. (reason -> reasonable,
42
wonder -> wonderful). Beberapa contoh descriptive adjective yang
menyatakan kualitas:
Beautiful
Stupid
smart
clever
ugly
patient
pretty
honest
b. Proper Adjectives
Tipe ini biasanya dibentuk dengan akhiran dari proper nouns.
Layaknya seperti proper nouns, proper adjectives biasanya dimulai
dengan huruf kapital.
Proper Noun
Proper Adjective
Australia
China
Shakespeare
Australian
Chinese
Shakesperian
(Finegan, 1992: 228)
c. Verbal Adjectives
Kata sifat verbal adalah kata kerja yang berfungsi sebagai kata sifat.
1) Bentuk –ing (present participle):
Shaking
taking
noting
2) Bentuk -en (past participle), biasanya dengan akhiran –en atau –
ed.
Shaken
taken
noted
Dari penjelasan diatas, kita dapat merangkum akhiran kata yang
dimiliki oleh kata sifat yang diderivasi dari kelas kata lain. (Hartanto, 1996: 67)
-able :comfortable
-ish
: greyish
43
-ful
: playful
-less
: useless
-al
: physical
-ous
: dangerous
-ic
: scientific
-y
: dirty
Empat Kriteria Kata Sifat
a) Dapat berfungsi sebagai atributif (yang terletak diantara determiner dan
kata benda, misalnya an ugly painting
b) Dapat berfungsi sebagai predikatif (sebagai komplemen subjek), atau
sebagai komplemen objek.
The painting is ugly
I thought the painting ugly
c) Dapat diberi premodifier very
They are very happy
The very happy children
d) Dapat mengambil bentuk komparatif dan superlaatif baik secara infleksi
[=dengan akhiran –er dan –est] maupun secara perifrastik [= dengan
menggunakan more dan most].
Happy-happier-happiest [secara infleksi]
Intelligent-more intelligent-most intelligent [secara perifrastik]
4) Kata keterangan (adverb)
Kata keterangan biasanya dimaksudkan sebagai kata yang memberikan
informasi lebih tentang verb, adjective atau adverb lainnya. Secara
morfologi kata keterangan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a) Adverb sederhana, misalnya: just, only, well.
b) Adverb majemuk, misalnya: somehow, somewhere, therefore
44
c) Adverb derivasional. Banyak dari adverb yang diderivasi dari adjective
(kata sifat) dengan diberi akhiran –ly:
oddly, interestingly,warmly, quickly
(Finegan, 1992: 238)
5) Kata ganti (pronoun)
Kata ganti sering dimaksudkan sebagai sebuah kata yang bisa digunakan
sebagai sebuah noun. Kata ganti dapat dibedakan menjadi empat sub kelas.
a. Personal pronoun
Personal pronoun mengacu pada kamu, aku dan kepada orang lain.
Daftar dibawah ini menunjukkan bentuk yang berbeda dari personal
pronouns.
Subjective
Pronoun
Objective
pronoun
Possessive
pronoun
Possessive
determiners
I
You
He
She
It
We
You
They
me
you
him
her
it
us
you
them
mine
yours
his
hers
its
ours
yours
theirs
my
your
his
her
its
our
your
their
Emphatic
reflexive
pronouns
myself
yourself
himself
herself
itself
ourselves
yourselves
themselves
b. Indefinite pronouns
Indefinite
pronouns
adalah
some-,
any-,
no-,every-,
dikombinasikan dengan –body, -one, -thing:
Somebody
Someone
Something
anybody
anyone
anything
nobody everybody
no one
everyone
nothing
everything
yang
45
c. Interogative pronoun
Interogative pronoun adalah pronoun yang digunakan dalam bentuk
tanya. Terdapat lima interrogative pronouns:
Who?
Whom?
Whose?
What?
Which?
d. Relative pronouns
Relative pronouns terletak pada bagian depan dari adjective clauses
(disebut juga dengan relative clauses) yang memodifikasi sebuah noun
atau sebuah pronoun. Relative pronouns yang paling umum adalah:
Who
That
whom
when
whose
where
which
6) Kata depan (preposition)
Kata depan adalah sebuah kata yang menunjukkan hubungan dengan katakata lainnya dalam suatu kalimat. (Finegan, 1992: 240) Hubungan tersebut antara
lain: arah, tempat, waktu, sebab, cara, dan jumlah.
Kata depan dapat diidentifikasi berdasarkan fungsinya yang menunjukkan
hubungan anatar sesuatu. Berikut adalah daftar dari lima puluh kata depan yang
paling umum.
Aboard
About
Above
Across
After
Against
Along
Amid
Among
behind
below
beneath
beside
between
beyond
by
despite
down
in
inside
into
like
minus
near
next
of
off
over
past
plus
round
through
to
towards
under
unlike
46
Around
At
Before
during
except
from
on
onto
out
up
with
Dalam garis besarnya makna preposition berkaitan dengan perihal
berikut:
a) Ruang (in, on, outside)
b) Waktu (in, at, on, during, since, for)
c) Arah atau gerak (into, up, down)
d) Sebab (because of, due to, thank to, owing to, on account of)
e) Hal (about, on, concerning, instead of)
f) Alat, cara, dan lain-lain (with a hammer in amazement, in blue
dress)
7) Kata penghubung (conjunction)
Kata penghubung adalah sebuah kata yang menghubungkan kata-kata atau
kelompok kata lainnya. (Finegan, 1992: 241). Kata penghubung dapat
dibedakan menjadi dua bagian:
a. Coordinating conjuctions
and, but, either … or, neither …nor
b. Subordinating Conjuctions
Kata benda
Adjectival
Adverbial
whoever, whichever, that
who, whom, which, that
if, unless, when, because
8) Kata seru (interjections)
47
Kata seru adalah sebuah kata seperti urrgh!, gosh!, wow!, yang
menunjukkan ungkapan emosi atau seperti senang, kaget, terkejut, dan
jijik, tapi tidak menunjuk pada arti lain. (Finegan, 1992: 241). Interjection
jarang digunakan dalam berbicara atau menulis.
2.3.5 Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga dengan Classroom
Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. (Burns, 2009: 6).
Fokus PTK adalah pada siswa atau pada proses belajar mengajar yang terjadi
di kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata
yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata Guru dalam
pengembangan profesionalnya. Secara rinci, tujuan PTK antara lain: (1)
Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, (2) Membantu Guru dan tenaga kependidikan
lainnya
mengatasi
masalah
pembelajaran,
(3)
Meningkatkan
sikap
profesional pendidik dan tenaga kependidikan, (4) Menumbuhkembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif
dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan. (Burns, 2009: 8)
Dari PTK dapat dihasilkan upaya-upaya (1) peningkatan atau
perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah, (2) peningkatan atau
perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas, (3) peningkatan atau perbaikan
48
kualitas penggunaan media, alat bantu, dan sumber belajar lainnya, (4)
peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi untuk
mengukur proses dan hasil belajar siswa, (5) peningkatan atau perbaikan
terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah, dan (6) peningkatan
atau perbaikan kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi
siswa di sekolah. (Trianto, 2011: 18)
PTK ini memiliki keunggulan antara lain:
1) peneliti atau guru tidak perlu meninggalkan kelas atau pekerjaannya;
2) tidak memerlukan biaya yang tinggi dan dapat dilakukan kapan saja;
3) hasil penelitiannya yang direncanakan dapat dirasakan;
4) bila treatment (perlakuan) dilakukan kepada responden, mereka dapat
merasakan hasilnya;
Treatment yang dilakukan memberikan motivasi kepada subjek didik untuk
menghasilkan perubahan sikap. Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat
untuk memperluas kemampuan dan memperoleh pemahaman yang lebih
tentang kelas, siswa dan diri sendiri sebagai guru. (Trianto, 2011: 18)
Lewin (dalam Suparno, 2008: 11) mengembangkan model spiral dalam
penelitian tindakan yang kemudian menjadi sumber acuan dan banyak
dikembangkan oleh para ahli lainnya sebagai berikut:
(1) Perencanaan
(4) Refleksi
(5) Aksi berikutnya
(2) Tindakan
49
(3) Observasi
(Suparno, 2008: 11)
Berdasarkan bagan di atas, penelitian tindakan kelas sebagai sebuah siklus
menggambarkan seperangkat langkah-langkah untuk selanjutnya diadakan
perencanaan ulang, pengamatan ulang dan refleksi ulang. Burns (2009: 8)
memberikan penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan
sebagai berikut:
1) Perencanaan
Fase ini memegang peranan yang penting karena dsalam fase ini
rencana tindakan dikembangkan berdasarkan permasalahan yang ada
di lapangan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan di era
yang lebih khusus. (Burns, 2009: 8)
2) Tindakan
Rencana yang melibatkan intervensi pada situasi pengajaran harus
dipertimbangkan dengan baik untuk dilaksanakan
tindakan dengan batasan waktu yang ditentukan.
3) Pengamatan
ke dalam suatu
50
Fase ini mencakup pengamatan secara sistematis dampak dari tindakan
yang dilakukan dan mencatat/ mendokumentasikan konteks, kegiatan,
dan opin dari semua yang ikut terlibat di dalamnya.
4) Refleksi
Pada fase ini, guru melihat kembali kegiatan yang telah dilakukannya.
Dengan
kata
lain,
guru
menggambarkan,
mengevaluasi,
dan
mendeskripsikan dampak dari tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memberikan penjelasan yang rasional dan memahami permasalahan
yang telah dikaji lebih jelas. (Burns, 2009: 8)
2.3.6 Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif perlu dipahami oleh setiap guru bahasa Inggris
agar dapat menyusun perencanaan pengajaran, melaksanakan penyajian materi
pelajaran, mengevaluasi hasil belajar dan proses pembelajaran dengan baik.
(Dewi, 2003 : 23). Pendekatan komunikatif dipandang sebagai pendekatan yang
unggul dalam pengajaran bahasa. Keunggulan ini antara lain karena berdasarkan
pada pandangan ilmu bahasa dan teori belajar bahasa yang mengutamakan
pemakaian bahasa sesuai dengan fungsinya. Di samping itu, tujuan pengajaran
bahasa dengan pendekatan komunikatif adalah membentuk komunikatif siswa.
Artinya, melalui berbagai kegiatan pembelajaran diharapkan siswa menguasai
kemampuan berkomunikasi yakni kemampuan menggunakan bentuk-bentuk
51
tuturan sesuai dengan fungsi-fungsi bahasa dalam proses pemahaman maupun
penggunaan. (Brumfit, 1979 :42)
2.3.6.1 Hakikat Pendekatan Komunikatif
Munculnya istilah pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa
diilhami oleh suatu teori yang memandang bahasa sebagai alat berkomunikasi.
Berdasarkan teori tersebut, maka tujuan pembelajaran bahasa dirumuskan sebagai
ikhtisar
untuk
mengembangkan
kemampuan
yang
disebut
kompetensi
komunikatif. (Brumfit, 1979 :43)
2.3.6.2 Prosedur pembelajaran komunikatif
Berkenaan dengan prosedur pembelajaran dalam kelas yang berdasarkan
pendekatan komunikatif, Brumfit (1979) menawarkan garis besar kegiatan
pembelajaran untuk tingkat sekolah menengah atas. Garis besar tersebut sebagai
berikut.
a) Penyajian dialog singkat
Penyajian ini didahului dengan pemberian motivasi dengan cara menghubungkan
situasi dialog dengan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b) Pelatihan lisan dialog
Pelatihan dialog singkat diawali dengan contoh yang dilakukan oleh guru. Para
siswa mengulang contoh lisan gurunya, baik secara bersama-sama, setengah,
kelompok kecil, atau secara individu.
52
c) Tanya-jawab
Hal ini dilakukan dua fase. Pertama, tanya-jawab yang berdasarkan topik dan
situasi dialog. Kedua, tanya-jawab tentang topik itu dikaitkan dengan pengalaman
pribadi siswa.
d) Pengkajian
Siswa diajak untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam dialog.
Selanjutnya, para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain
yang fungsi komunikatifnya sama.
e) Penarikan simpulan
Siswa diarahkan untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa yang
terkandung dalam dialog.
f) Aktivitas interpretatif
Siswa diarahkan untuk menafsirkan beberapa dialog yang dilisankan.
g) Aktivitas produksi lisan
Dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai kepada aktivitas
yang bebas.
h) Pemberian Tugas
53
Memberikan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah
i) Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan
Memperhatikan prosedur di atas, dapat dilihat adanya kesamaan antara prosedur
pembelajaran yang berdasarkan prinsip pendekatan struktural.
Lain halnya yang disodorkan oleh Littlewood adalah prosedur metodologis
yang terbagi atas kegiatan pra-komunikatif dan kegiatan komunikatif. Sejalan
dengan itu, Harmer (1983) mengemukakan bahwa tahap-tahap pembelajaran
bahasa komunikatif harus dimulai dari aktivitas nonkomunikatif menuju aktivitas
komunikatif. Dalam fase kegiatan nonkomunikatif, para pembelajar belum
memiliki keinginan untuk berkomunikasi, juga mereka tidak memiliki tujuan
berkomunikasi.
Pada tahap ini peranan guru masih dominan, guru masih sering melakukan
intervensi. Dalam fase komunikatif, pembelajar sudah memiliki keinginan dan
tujuan berkomunikasi. Pembelajar tidak lagi menitikberatkan pada bentuk, tetapi
pada isi. Berkenaan dengan penggunaan pendekatan komunikatif Littlewood,
mengemukakan ada dua kegiatan komunikatif yang perlu dikenal, yaitu:
(1) Kegiatan komunikasi fungsional;
(2) Kegiatan interaksi sosial.
54
Kegiatan komunikasi fungsional dapat berupa kegiatan berbahasa untuk
saling membagi informasi dan kegiatan berbahasa untuk mengolah informasi yang
keduanya dapat dirinci menjadi:
(a)kegiatan saling membagi informasi dengan kerja sama yang terbatas;
(b) kegiatan saling membagi informasi dengan kerja sama yang tidak terbatas;
(c) kegiatan saling membagi informasi dan mengolah informasi;
(d) kegiatan mengolah informasi.
Kegiatan interaksi sosial dapat berupa:
(a)dialog dan bermain peran;
(b) simulasi;
(c) memerankan lakon pendek yang lucu;
(d) improvisasi;
(e) berdebat; dan
(f) melaksanakan berbagai bentuk diskusi.
2.3.7 Penilaian
Penilaian merupakan proses untuk menentukan nilai seseorang melalui
pengukuran untuk memperoleh informasi yang berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) tentang hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi peserta didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Ada dua
macam pendekatan yang digunakan dalam prosedur penilaian kegiatan berbicara
siswa menurut Madsen (1983: 91-95) yaitu holistic scoring dan objectified
scoring. Holistic scoring cenderung dipilih ketika guru mengevaluasi bermacam-
55
macam kriteria/ aspek yang luas secara spontan misalnya ketepatan, kelancaran,
tata bahasa, kosakata dan pengucapan. Sedang objectified scoring difokuskan
untuk mengevaluasi aspek yang terbatas sesuai dengan tujuan diadakannya
penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian, baik menggunakan pendekatan holistic
maupun objectified penilaian harus memiliki kriteria.
2.3.8 Tes dan Non-Tes
Trianto (2011: 61) memberikan definisi tes sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa berupa nilai yang diperoleh dari
pelaksanaan tes sedangkan non-tes adalah cara lain mengukur segala sesuatu yang
tidak teramati dalam proses belajar mengajar yang mana alat pengukuran non-tes
antara lain berupapedoman observasi, skala sikap, daftar cek, catatan riwayat
kelakuan dan jaringan sisiomentrik. Selain kemampuan menggunakan bahasa
Inggris dalam berbicara salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar
adalah partisipasi siswa secara sukarela dalam kegiatan belajar mengajar. Cara
untuk mendapatkan informasi hasil belajar siswa dalam hal ini berbeda yaitu
dengan menggunakan tes (mengukur kemampuan yang dapat diamati) dan non-tes
(yang berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dan proses mental
lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera).
2.3.9 Metode Debat plus
Metode debat plus ini merupakan metode debat yang diadopsi dari sistem
debat Australasia parliamentari (Australasian parliamentary Debate) milik Simon
(2005). Pembelajaran dengan menggunakan metode Debat Plus adalah suatu
56
metode pembelajaran dimana seluruh siswa diharuskan untuk tampil aktif dan
cepat dalam mencerna, menyikapi, kemudian merespon/bersikap dengan
menyampaikan pendapat/pemikirannya berdasarkan pengetahuan, pemahaman
dan pengalaman mereka selama ini terhadap suatu fenomena/permasalahan aktual
yang sedang terjadi disekitarnya.
Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya
modifikasi terhadap metode ini sehingga siswa diajak belajar sambil bermain
dengan berbagai permainan (games). Adapun untuk tema debat akan dipilihkan
tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu, tema dari
kejadian/fenomena aktual yang menantang namun tidak asing.
Metode Debat Plus tersebut juga sangat fleksibel mengingat guru sangat
mungkin untuk menambah, menyederhanakan serta mengembangkan lagi sesuai
kebutuhan, kondisi serta tujuan penelitian sendiri. Melalui jurnal Guru dan jurnal
siswa dapat dilihat distribusi keaktifan, keterampilan, kemampuan para siswa,
serta
pesan
dan
kesan
siswa
terkait
dengan
metode
debat.
Semua hal tersebut tentunya untuk menghidupkan suasana belajar siswa.
Diharapkan dengan kondisi yang menyenangkan tersebut motivasi siswa akan
meningkat dari awal sampai akhir pelajaran, sehingga akan memberikan efek
berganda seperti bertambah mudahnya siswa dalam memahami konsep tanpa
terasa seolah terdoktrinasi serta meningkatkan kemampuan menghubungkan
berbagai variabel konsep dengan kondisi riel yang terjadi di lapangan. Semua itu
muaranya kearah peningkatan atau perbaikan prestasi siswa.
57
Disinilah guru dituntut untuk merancang metode pembelajaran yang selain
mampu mengembangkan kompetensi ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik
juga metode itu harus berpusat pada siswa, menyenangkan, mudah diterapkan,
tidak membutuhkan waktu panjang & berbagai peralatan serta tidak membutuhkan
biaya tinggi
Ada dua hal yang berkaitan dengan metode debat plus, yaitu pengertian
dan berbagai aktivitas dalam metode debat plus.
Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut
identik dengan istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti
berpegang teguh pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu
pendapat untuk saling mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi debat
sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk
argumen disertai bukti–bukti yang mendukung kasus dari masing–masing pihak
yang berdebat.
Debat plus dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu ada dua pihak yang
di sini masing–masing memegang peranan sebagai pihak positif dan negatif.
Selain itu, mereka mencoba mempertahankan argumen mereka dengan di dukung
oleh bukti–bukti serta fakta–fakta yang mendukung kasus mereka, namun terlebih
dahulu sebelum mereka melakukan hal tersebut kedua belah pihak harus
memberikan suatu parameter yang jelas mengenai kasus (motion) mereka atau
memberikan suatu definisi yang menjelaskan kemana arah dari kasus
mereka.(Simon, 2005:12).
58
(1) Tujuan debat plus
Tujuan dari debat plus adalah upaya kedua belah pihak yang mencoba
membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang
mendukung kasus mereka di mana cara membuat satu argumen yang baik dan
benar adalah suatu argumen selalu berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar
berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So
What is the conclusion). Dalam debat plus diperlukan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar. (Hubert, 2008: 2). Aspek-aspek linguistik keterampilan berbicara
bahasa Inggris menjadi target utama dalam debat plus ini. Berbeda dengan debat
pada umumnya yang lebih menekankan pada analogi pola pikir yang benar
mengenai pengetahuan pengetahuan umum atau kasus – kasus yang sedang terjadi
di dalam masyarakat dan lebih menekankan pada metode dan aturan-aturan dalam
debat. Dalam debat plus, diperlukan pula kemampuan merespon suatu masalah
dikarenakan di sini terjadi adanya suatu proses saling mempertahankan pendapat
antara kedua belah pihak. Di dalam debat plus dilarang menyangkutpautkan suku,
agama, ras, dan adat, disebabkan di dalam debat plus sendiri kita masih
menggunakan etika sebagai seorang manusia untuk berpendapat.
(2) Topik debat plus
Topik debat plus, atau yang biasa disebut motion, adalah suatu
permasalahan umum yang terjadi di dalam masyarakat dan diketahui secara global
oleh setiap orang. Dalam metode debat plus ini, topik diambil dari judul bab yang
59
terdapat dalam buku panduan yang dipakai guru dan siswa sesuai dengan silabus
pembelajaran yang digunakan.
(3) Langkah-langkah debat plus
Di dalam melakukan debat plus ada langkah – langkah yang harus
ditempuh di dalam aplikasinya, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai
berikut:
(a) Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran
(b) Siswa mendengarkan penjelasan singkat guru tentang materi yang dipelajari
dan materi yang akan didiskusikan melalui perdebatan. Guru telah
menyampaikan tindakan yang akan diujicobakan pada pertemuan minggu
kemarin agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu serta berjalan wajar.
(c) Guru menyampaikan aturan main (rule of game) serta semua hal, tahapan atau
langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan perdebatan nanti, termasuk
perbedaan- perbedaan Debat Plus dengan debat secara umum.
(d) Guru membagi 2 (dua) kelompok siswa yang saling berhadapan, yakni pro
(setuju) dan pihak kontra (tidak setuju) dengan jumlah anggota yang sama
melalui game tak tik tuk tok untuk menentukan anggota kelompok.
(e) Melalui Game ini siswa disuruh membentuk lingkaran/segi empat
(disesuaikan space ruang) kemudian seluruh siswa diharuskan mengucapkan
kata TAK TIK TUK TOK secara bergantian. Siswa yang mengucapkan kata
TAK akan bergabung 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan kata TUK,
60
sedangkan siswa yang mengucapkan kata TIK 1 kelompok dengan siswa yang
mengucapkan TOK.
(f) Guru mengingatkan kembali cara–cara berkomunikasi dan berpendapat yang
efektif dan benar serta poin–poin utama yang harus siswa pegang dari kegiatan
Debat Plus.
(g) Setelah itu guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara/
menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi/dibahas oleh kelompok
yang kontra, demikian seterusnya sampai diharapkan seluruh siswa bisa
mengemukakan pendapatnya.
(h) Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis pointer/inti ide–ide
dari setiap siswa di lembar/catatan guru yang ditempel di tembok, baik yang
pro ataupun yang kontra. Dari catatan ini guru dapat melihat distribusi siswa
yang aktif dan yang kurang/tidak aktif.
(i) Untuk mempermudah proses pencatatan ide dan nama–nama siswa selama
perdebatan berlangsung guru memberikan semacam Kartu pengenal bernomor
yang berbeda warna pada 2 kelompok tersebut.
(j) Guru melaksanakan kegiatan Debat dengan 2 tema, namun per 1 (satu) tema
selesai guru harus memberikan arahan, penjelasan/tambahan konsep,
kesimpulan serta menentukan pemenang debat pada tema tersebut.
61
(k) Kriteria penilaian pemenang Debat berasal dari “kekompakan kelompok”
(kecepatan dalam memberikan tanggapan) sebelum batas waktu yang
ditentukan serta “distribusi keaktifan” dari kelompok tersebut.
(l) Setelah sesi pertama selesai, guru melanjutkan kegiatan Debat kembali dengan
tema selanjutnya.
(m) Saat Debat berlangsung guru harus memberikan batasan waktu melalui
ketukan (misal 5 ketukan) untuk mempersilahkan kelompok lain untuk
memberikan tanggapan. Apabila setelah batasan waktu (misal 5 ketukan) telah
terlewati dan suatu kelompok yang mendapat giliran untuk memberikan
tanggapan belum/tidak bisa memberikan tanggapan, maka kelompok tersebut
dinyatakan kalah.
(n) Kemudian jika perdebatan berlangsung imbang (dua kelompok sama – sama
mampu memberikan tanggapan), maka melalui lembar/catatan, guru akan bisa
melihat distribusi keaktifan siswa dan menentukan kelompok mana yang paling
merata keaktifannya dan kelompok mana yang masih didominasi oleh siswa –
siswa tertentu.
(o) Dari data – data di lembar catatan guru yang ditempel didepan tersebut, guru
bisa mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada
topik/materi yang ingin dicapai dan dikumpulkan pada guru.
2.4 Model Penelitian
62
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan
kelas. Dalam setiap penelitian tindakan, termasuk penelitian tindakan kelas,
terdapat empat aspek pokok, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi. Keempat aspek pokok tersebut pengkajiannya
dilakukan secara berbaur, bertahap, dan sistematis yang diterapkan dalam dua
siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif, sebagaimana dapat dilihat pada diagram di
bawah ini, data kualitatif tersebut diperoleh melalui observasi, dan jurnal kegiatan.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes perbuatan siswa pada saat melakukan tes
keterampilan berbicara dengan metode debat plus, baik pada tes awal, tes akhir 1,
tes akhir 2, dan kuesioner.
kualitatif
Data
1. Jurnal Kegiatan
(observasi)
analisis
deskriptif
2. Kuesioner
3. Rekaman
kuantitatif
1. Hasil tes awal (pre-test)
2. Hasil tes akhir (post-test)
Diagram 2.1 Alur Model Penelitian
Hubungan antara siklus I dan siklus II dapat diterangkan dalam gambar sebagai
berikut ini.
P E RE NC A N A A N
R E F LE K S I
S IK LU S I
P E LA K S A N A A N
P E N G A M AT A N
P E RE NC A N A A N
RE F L E K S I
S I K L U S II
PELAKSAN AAN
63
Diagram 2.2 Hubungan Siklus I dan Siklus II
Proses kegiatan tindakan kelas dilakukan adalah
bertolak dari
permasalahan yang akan dipecahkan, kemudian direncanakan suatu tindakan dan
pelaksanakannya. Pada pelaksanaan tindakan dilakukan penyampaian materi, tes
perbuatan, dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan.
Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi, dan jurnal direfleksikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada
siklus I merupakan permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II.
Selanjutnya, kegiatan dimulai lagi seperti kegiatan pada siklus I, yakni
perencaaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan perubahan-perubahan untuk
mengatasi permasalahan yang muncul pada siklus I.
64
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara kerja untuk memahami objek
yang menjadi sasaran yang bersangkutan. Dengan menggunakan metode yang
tepat akan memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, sebab metode
penelitian sebagai petunjuk yang memeberikan arah, corak, dan tahapan kerja
suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan, yaitu metode penelitian
tindakan kelas (action research). Proses penelitian tindakan kelas ini
direncanakan berlangsung dalam dua siklus.
Tiap siklus
terdiri
atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2)
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Proses kegiatan tindakan kelas yang
peneliti lakukan adalah bertolak dari permasalahan yang dipecahkan, kemudian
peneliti merencanakan suatu tindakan dan melaksanakannya. Pada pelaksanaan
tindakan peneliti melakukan penyampaian materi, tes perbuatan, dan observasi
terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi,
dan jurnal peneliti merefleksi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Permasalahanpermasalahan yang muncul pada siklus I merupakan permasalahan yang harus
dipecahkan pada siklus II. Selanjutnya, kegiatan dimulai lagi seperti kegiatan pada
siklus I, yakni perencaaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan perubahanperubahan untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada siklus I.
65
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
pendekatan
kualitatif
dan
pendekatan
kuantitatif.
Pendekatan
kualitatif
berhubungan dengan bagaimana debat dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa. Data kualitatif tersebut diperoleh melalui observasi langsung,
jurnal kegiatan, dan kuesioner.
Pendekatan kuantitatif berhubungan dengan perbandingan dari hasil tes yang
diperoleh sebelum dan sesudah treatment. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes
keterampilan berbicara siswa baik pada tes awal (pre-test), tes akhir I (post-test 1),
dan tes akhir II (post-test II).
3.2 Lokasi Penelitian
Penilitian ini dilaksanakan di SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar.
yang bertempat di Jl. Tukad Balian Renon Denpasar. Lokasi penelitian ini dipilih
karena SMA Pariwisata Kertha Wisata merupakan satu-satunya Sekolah
Menengah Atas plus Pariwisata yang situasi penggunaan bahasa Inggrisnya tinggi
tetapi kemampuan berbicara siswanya masih rendah. Situasi ini diketahui dengan
diadakannya wawancara awal dan observasi langsung dengan guru dan beberapa
siswa tentang penguasaan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Selain itu
berdasarkan hasil wawancara awal, pemilihan lokasi juga dikarenakan target
(goal) pada kompetensi dasar keterampilan Berbicara (speaking) selama ini
dirasakan masih kurang, sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk mencapai
target kompetensi berbicara.
66
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data kualitatif yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui
observasi langsung, pemberian tes, jurnal kegiatan, pencatatan dan rekaman yaitu
berupa bahasa Inggris lisan yang diucapkan siswa di kelas serta data kuantitatif
yang berupa angka dan nilai-nilai yang diperoleh dari nilai hasil tes awal, niai
hasil tes akhir dan kuesioner.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA
Pariwisata Kertha Wisata Denpasar dengan jumlah siswa 19 orang yang terdiri
dari 13 (tiga belas) orang siswa laki-laki dan 6 (enam) siswa perempuan.
Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran bahasa Inggris.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menjaring data adalah sebagai berikut.
67
3.4.1 Kuesioner
Kuesioner diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan perasaan siswa, minat dan motivasi siswa sebelum dan
setelah dilakukannya tindakan. Kuesioner juga digunakan untuk mengungkap
efektifitas penggunaan metode debat plus dalam pembelajaran keterampilan
berbicara dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika berbicara melalui
metode debat plus. Adapun aspek yang diungkap melalui kuisioner ini adalah
a) Pendapat siswa tentang pemberian metode debat dalam pembelajaran,
b) Apakah metode yang disajikan guru dapat membantu siswa dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dalam standar kompetensi
berbicara,
c) Apakah metode tersebut membantu siswa untuk dapat berbicara dengan
baik,
d) Apa pendapat siswa mengenai pembentukan kelompok yang dilakukan guru
e) Menurut siswa, topik/permasalahan apa yang cocok untuk diperdebatkan di
dalam kelas,
f) Pendapat siswa mengenai pelaksanaan debat untuk membahas masalahmasalah yang diberikan,
g) Apakah dalam diskusi dan penyampaian pendapat dalam debat tersebut
siswa mengalami kesulitan dalam berbicara dan diminta menyebutkan
kesulitan-kesulitan tersebut,
h) Usaha apa yang siswa lakukan agar kesulitan tersebut tidak terjadi lagi pada
pelaksanaan debat selanjutnya,
68
3.4.2 Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan maupun hasil belajar siswa.
Tes awal (diagnostic test) digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
berbicara bahasa inggris sebelum diberikan treatment, sedangkan tes akhir
(achievement test) digunakan sebagai alat ukur tingkat kemampuan dan tingkat
peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris yang dicapai oleh siswa dikelas
XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar, sejauhmana metode debat plus
tersebut berhasil meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Aspek-aspek yang
dinilai meliputi aspek-aspek kebahasaan yang terdiri atas pelafalan, tata bahasa
dan kosa kata yang diucapkan siswa yang dinilai berdasarkan penjabaran pada
rubric keterampilan berbicara yakni ketepatan, kefasihan berbicara dan
pemahaman
serta
cara
penyampaian
argumen
(accuracy,
fluency
,comprehensibility dan method of delivering argument).
3.4.3 Jurnal kegiatan
Setiap akhir pertemuan kegiatan belajar-mengajar, guru membuat jurnal
kegiatan selama mengajar. Jurnal yang dibuat ini bertujuan untuk mengetahui
kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran dan untuk mengetahui kegiatan
atau sikap siswa selama proses pembelajaran. Dari jurnal kegiatan ini guru
merekapitulasi hasilnya. Hasil rekapitulasi ini kemudian digunakan untuk
melakukan refleksi diri terhadap proses mengajar.
69
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
metode pengamatan atau observasi (Sudaryanto, 1993:133). Metode pengamatan
atau observasi dibantu dengan teknik perekaman dan pencatatan. Perekaman dan
pencatatan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu dapat
didengarkan secara berulangkali tetapi terdapat banyak gangguan dari suara
kendaraan hal ini karena kelas tempat dilangsungkannya penelitian terletak tepat
disisi jalan raya, oleh karena itu, teknik pencatatan juga dipergunakan di dalam
pengumpulan data. Data yang diperoleh melalui teknik ini langsung bisa
ditranskripsi.
Teknik pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
berpartisipasi. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
dilaksanakan melalui tiga fase yaitu fase sebelum diberlakukannya Siklus Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang masing-masing siklus tersebut dijabarkan
sebagai berikut.
3.5.1 Pre-Observasi
Pre-observasi pada siklus pra-tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris
di kelas, kemampuan awal pada keterampilan berbicara dan sejauh mana
pemakaian bahasa siswa sebelum diberlakukannya tindakan. Aktivitas yang
dilakukan pada pre-observasi adalah sebagai berikut:
70
1) Mengumpulkan informasi untuk mengetahui situasi belajar siswa, motivasi
belajar siswa, metode belajar-mengajar keterampilan berbicara bahasa
Inggris siswa guna mengetahui permasalahan utama yang dialami siswa
dalam berbicara bahasa Inggris. Informasi dikumpulkan dari siswa
menggunakan teknik pencatatan dan kuesioner untuk mengetahui respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas sebelum
diberlakukannya tindakan.
2) Menggunakan teknik observasi partisipasi dengan berpatisipasi dalam
proses pembelajaran di kelas untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
berbicara bahasa Inggris siswa, kemampuan kebahasaan dan kemampuan
pemakaian bahasanya dengan mengadakan tes awal (pre-test).
3.5.2 Siklus I
Siklus I dilaksanakan dengan empat tahapan, tahapan pelaksanaan siklus I ini
dijabarkan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Pada tahap ini, persiapan yang dilakukan sebelum mengadakan observasi
lansung ke kelas adalah dengan mempersiapkan skenario pembelajaran,
materi ajar untuk dipakai dalam pembelajaran di kelas dan tes akhir di
akhir siklus I serta kriteria penilaian hasil belajar.
71
2) Pelaksanaan
Fase pelaksanaan di siklus I ini merupakan fase yang mendeskripsikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti. Rancangan pelaksanaan
penelitian pada siklus I sebagai berikut:
(1) Pendahuluan (15 menit)
(a) Guru mengucapkan salam kepada siswa
(b) Guru mengecek kehadiran siswa
(c) Guru menyampaikan topik bahasan yang akan diajarkan dengan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik.
(2) Kegiatan inti (65 menit)
(a) Guru memperkenalkan topik dan menerangkan lebih rinci topik
bahasan dalam pembelajaran di kelas.
(b) Guru menjelaskan lebih detail tentang cara menyampaikan
pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking
someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing
pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)
(c) Guru
memberikan
contoh
cara
mengucapkan
ekspresi
menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta
pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap
suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)
(d) Guru
meminta
siswa
untuk
mengungkapkan
ekspresi
menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta
pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap
72
suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)
rasa suka atau tidak suka terhadap beberapa topic yang diberikan
melalui debat plus.
(e) Guru meminta siswa untuk melakukan debat.
(f) Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan berbicara
bahasa Inggris siswa
(g) Guru mengoreksi dan membahas ketepatan berbicara siswa
(3) Kegiatan akhir (20 menit)
(a) menyimpulkan topik pembelajaran yang dipelajari hari ini
termasuk memperbaiki kesalahan berbahasa siswa.
(b) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
(c) menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan salam
penutup
3) Tindakan
Fase tindakan merupakan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang
telah dirancang pada tahap perencanaan.
4) Pengamatan
Pada fase ini, pengamatan difokuskan pada data yang diperoleh di kelas
selama siklus I berlangsung dengan mengamati hasil dari pengajaran
keterampilan berbicara di kelas (metode debat plus).
73
5) Refleksi
Pada fase ini, guru mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil dari tindakan
pada siklus I dengan tujuan untuk selanjutnya merancang rencana tindakan
treatment pada siklus II.
Data yang berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes akhir siklus
I, dievaluasi dan dihitung menggunakan rumus untuk menentukan skor perolehan
masing-masing siswa. Demikian pula data kualitatif yang diperoleh akan
dijabarkan dalam bentuk tulisan secara deskriptif.
3.5.3 Siklus II
Siklus II dibagi menjadi empat tahapan, sama halnya pada siklus I, masing-masing
tahapan dijabarkan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, persiapan yang dilakukan sebelum
mengaplikasikan metode debat plus dalam kegiatan pengajaran berbicara
di kelas adalah sebagai berikut:
a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II
b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang dapat diperdebatkan
untuk melatih keterampilan berbicara siswa
c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada siswa di akhir siklus
berdasarkan materi yang diajarkan.
74
2) Pelaksanaan
Fase pelaksanaan di siklus II ini merupakan fase dimana penelitian yang
telah direncanakan tersebut dilaksanakan di kelas. Rancangan pelaksanaan
penelitian pada siklus II sebagai berikut:
(1) Pendahuluan (15 menit)
(a) Guru mengucapkan salam kepada siswa
(b) Guru mengecek kehadiran siswa
(c) Guru menyampaikan topik bahasan yang akan diajarkan
tentang bagaimana melakukan presentasi lisan menyampaikan
pendapat dan alasan yang mendukung dengan meode debat
plus dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan
topik.
(2) Kegiatan inti (65 menit)
(a) Guru memperkenalkan topik dan menerangkan lebih rinci topik
bahasan dalam pembelajaran di kelas.
(b) Guru menjelaskan lebih detail tentang cara melakukan
presentasi lisan dengan baik, mencakup hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menyampaikan presentasi (Introduction,
body, conclusion)
(c) Guru meminta siswa untuk membagi diri dalam kelompok,
yaitu kelompok pro dan kontra, 1 kelompok terdiri dari 3
orang.
75
(d) Guru memberikan beberapa topic, dan mengundi topic serta
mengundi kelompok yang maju untuk mengungkapkan
pendapat, mempertahankan pendapat, dan disertai alasan.
(e) Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan
berbicara bahasa Inggris siswa
(f) Guru membahas kesalahan berbahasa Inggris siswa dan
mengoreksinya dengan ekpresi bahasa yang tepat.
(g) Guru memberikan contoh cara mengucapkan ekspresi yang
tepat dan meminta siswa untuk mengungkapkan ekspresi yang
tepat tersebut.
(3) Kegiatan akhir (20 menit)
(a) menyimpulkan topik pembelajaran yang dipelajari hari ini
termasuk memperbaiki kesalahan berbahasa siswa.
(b) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
(c) menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan
salam penutup
3) Tindakan
Pada fase tindakan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dirancang tadi mulai dilaksanakan.
4) Pengamatan
76
Pengamatan difokuskan pada data yang diperoleh di kelas selama siklus II
berlangsung dengan mengamati hasil dari pengajaran keterampilan
berbicara di kelas (metode debat plus).
5) Refleksi
Pada fase ini, guru mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil dari tindakan
pada siklus II. Jika hasil dari tindakan pada siklus II mencapai target, maka
pemberian tindakan dicukupkan.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Ada 2 (dua) jenis data dalam penelitian ini. Data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil jurnal kegiatan pada setiap tindakan
(treatment) di masing-masing siklus. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari
data hasil tes awal siswa, tes akhir I, dan tes akhir II dan kuesioner. Kedua data
tersebut dianalisis secara deskriptif. Hasil dari kuesioner dianalisis secara
deskriptif dengan membandingkan hasil kuesioner tes awal, kuesioner tes akhir I
dan kuesioner tes akhir II.
Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
peningkatan keterampilan berbicara yang dikuasai siswa dari perbandingan hasil
tes awal dan tes akhir. Kriteria yang digunakan dalam penilaian keterampilan
berbicara siswa diadopsi dari Rubric Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa
oleh Simon (2005: 15). yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi siswa. Adapun
rubric penilaian yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
77
No
1
3
4.
2
2 (40%
Skor
- 54%)
berbahasa 5 (85%
1. Sangat tergesa-gesa dengan penggunaan
Penjelasan
ungkapan yang pendek-pendek
2. Terkadang sulit untuk dimengerti
1. Penggunaan kosakata yang luas dan tepat ,
Ketepatan
respon yang tepat dan mampu dipahami secara
(Accuracy)
-100%)
logis
tanpa
adaada
kesulitan
pada pengucapan
1 (0%
Hampir
tidak
komunikasi
2. Tidak terdapat kesalahan gramatika
- 39%)
3. Penggunaan aksen penutur asli
4 (70%
1. Penggunaan kosakata yang cukup memadai
5 (85%
Dapat
memahami
pembicaraan
tanpa kesulitan
Pemahaman
dan luas,
respon yang
mampu dipahami
Topic pembicaraan
-84%)
2. Terkadang masih terjadi kesalahan
-100%)
(Comprehensibility)
gramatika
3. Menggunakan aksen bahasa Ibu yang tidak
4 (70%- Dapat memahami pembicaraan dengan
begitu kental
84%)
kecepatan yang normal dan bereaksi secara
cepat
3 (55%
1.Jawaban sesuai dengan pertanyaan dan dapat
dipahami, meskipun terjadi kesalahan pada
3-69%)
(55%
Dapat
memahami
sebagian
pengucapan
dan tata
bahasa besar pembicaraan
tetapi
lambat memberikan
reaksi
2. Penggunaan
kosakata yang
memadai tapi
-69%)
tidak bervariasi jelas
3. Penggunaan aksen bahasa Ibu yang tidak
2 (40%
Sulit mengikuti percakapan orang lain
begitu kental
-54%)
2 (40%
1.Jawaban dapat diterima, sulit untuk
dimengerti
jelas didengar)
Penggunaan
1 (0%
Tidak dapat(tidak
memahami
maksud pembicaraan
- 54%)
kosakata yang kurang
2.Kesalahan mendasar pada gramatika
-39%)
3.Penggunaan aksen bahasa Ibu yang kental
1
(0%Jawaban tidak
dapat diterima
5
(85%
Mampu
membangun
suatu karena
kasuskesalahan
dengan
Cara penyampaian
argument, ide/pendapat
39%)
dalam pengucapan
sehingga menyebabkan
didukung
oleh argumen–argumen
yang
-100%)
(method of delivering
komunikasi terganggu
atau mengaburkan
mendukung
kasus
berdasarkan
pada
arguments,ideas/opinions)
makna
pertanyaan–pertanyaan
dasar berupa; Apa
(What),Mengapa (Why), Bagaimana (How),
5 (85%
1.
berkomunikasi secara
efektif dan
Kefasihan Berbahasa
danDapat
Kesimpulannya
(So What
is the
(Fluency)
mudah
conclusion)
urutandengan
penyampaian
terstruktur
-100%)
2. Dapat berbicara
waktu yang
lama
dengan baik.
Indikator
4 (70%- Berkomunikasi secara efektif pada giliran
84%)
berbicara, tapi tidak bisa berbicara pada waktu
yang lama.
3 (55%
-69%)
Dapat menyampaikan ide, tetapi dengan
tergesa-gesa dan pendek.
78
4 (70%- Mampu menyampaikan pendapatnya tentang
84%)
suatu kasus mulai dari apa (what) mengapa
(why) disertai dengan pemberian kesimpulan
diakhir pmbicaraan. penyampaian kurang
terstruktur. setelah pemberian kesimpulan
kadang ditambahkan dengan definisi (what)
lagi.
3 (55%
-69%)
2 (40%
-54%)
1 (0%
-39%)
menyampaikan pendapatnya berfokus pada
apa (what) dan mengapa (why) kemudian
diulangi lagi dengan penekanan akan apa
(what) yang sama dan mengapa (why) yang
sama.
Siswa langsung menyampaikan mengapa
(why) tanpa diawali dengan apa (what) dan
tanpa diakhiri dengan kesimpulan.
Penyampaian ide hanya pada mengapa (why)
dan sangat singkat.
Tabel 3.1 Rubric Penilaian Keterampilan Berbicara (Simon, 2005:15)
Dalam menentukan perolehan nilai tes hasil belajar masing-masing siswa
dan rata-rata kelas, digunakanlah rumus sebagai berikut :
a. Nilai tes hasil belajar siswa menggunakan rumus:
Nilai =
Nilai yang diperoleh siswa x 100
Jumlah skor maksimal
b.Rata- rata kelas menggunakan rumus :
X =  N x 100
n
( Arikunto, 2002: 122)
79
Keterangan :
X
= Maen
N
= Nilai total yang diperoleh siswa
N
= Jumlah siswa
Sedangkan untuk menginterpretasikan skor yang berhubungan dengan
penilaian berbicara siswa, digunakan kriteria acuan penilaian milik Simon (2005:
17).
No
1
2
3
4
5
Skor (%)
Tingkat Kemampuan
85% - 100%
Sangat baik (A)
70%-84%
Baik (B)
55%-69%
Cukup (C)
40%-54%
Kurang (D)
0%-39%
Sangat kurang (E)
Tabel 3.2 Kriteria Acuan Penilaian Keterampilan Berbicara
(Simon, 2005:15)
Berdasarkan tabel di atas, kategori tingkat pencapaian siswa sebagai berikut:
1) Kategori ‘sangat baik’ apabila nilai perolehan siswa antara 85 sampai
dengan 100
2) Kategori ‘baik’ apabila nilai perolehan siswa antara 70 sampai dengan 84
3) Kategori ‘cukup’ apabila nilai perolehan siswa antara 55 sampai dengan
69
4) Kategori ‘kurang’ apabila nilai perolehan siswa antara 40 sampai dengan
54, dan
5) Kategori ‘sangat kurang’ apabila nilai perolehan siswa antara 0 sampai
dengan 39
80
Hasil dari kuesioner baik pada tes awal mauoun tes akhir dihitung dan
dipersentasi dari masing-masing pertanyaan digambarkan secara deskriptif
melalui rumus sebagai berikut :
% =
jumlah siswa yang memilih pertanyaan
X
100 %
Jumlah keseluruhan siswa
(Heaton, 1998: 25)
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk mata pelajaran bahasa Inggris
di SMA Pariwisata Kertha Wisata adalah 65, jadi berkaitan dengan hal tersebut,
pemberian treatment (siklus) akan berakhir setelah angka KKM 65 bisa diperoleh.
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penulisan hasil penelitian ini menggunakan metode formal dan informal.
Metode informal digunakan dalam bentuk perian dengan untaian kata-kata biasa
agar penjelasannya terkesan terinci dan terurai (Sudaryanto, 1993:145).
Sedangkan metode formal yang penyajiannya adalah perumusan dengan tanda
atau lambing-lambang dipakai sebagai pelengkap metode informal. Bentuk tanda
tau lambang yang dimaksud yaitu: A = Accuracy (ketepatan berbahasa); F =
Fluency (kelancaran berbicara); C = Comprehensibility (pemahaman topik); M =
Method of delivering argument (metode penyampaian topik); T = Transkripsi; S
= Standar.
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diberikan penjelasan tentang hasil penelitian yang berfokus
pada data dan analisis dari permasalahan yang dikaji yang mencakup data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menunjukkan hasil belajar siswa
dalam bentuk persen dan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil tes awal, tes
akhir I, dan tes akhir II. Selanjutnya, data tersebut dibandingkan untuk
mengetahui peningkatan siswa dalam berbicara pada setiap tindakan (treatment)
yang dilakukan. Sedangkan, data hasil kualitatif diperoleh dari kuesioner dan
jurnal kegiatan.
4.1 Permasalahan Utama Siswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris
4.1.1 Data Sebelum Tindakan (treatment) Dilakukan
Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan terhadap siswa kelas
IX IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar ketika dilakukannya tes awal,
ditemukan bahwa siswa memiliki keterampilan berbicara yang kurang memadai.
Hal tersebut diuraikan berikut.
4.1.1.1 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa
Pelafalan kata-kata bahasa Inggris yang tepat memiliki peranan yang
penting dalam suksesnya komunikasi dengan bahasa tersebut. Namun, pelafalan
kata dalam bahasa Inggris memiliki sifat tidak konsisten sehingga menjadi
82
masalah bagi pembelajar. Bahasa Inggris memiliki 44 bunyi, yang terdiri dari 20
bunyi vokal dan 24 bunyi konsonan. Contoh lambang bunyi yang secara tidak
konsisten dibunyikan adalah oo yang dalam kata book dibaca [bʊk], tetapi dalam
kata flood dibaca [fld]; dan lambang bunyi u dibaca [u] pada put, tetapi dibaca
[] pada cut, dan dibaca [yu] pada university.
Berdasarkan hasil tes awal, ditemukan beberapa kesalahan pelafalan siswa,
kesalahan-kesalahan tersebut sebagai berikut:
1) Perubahan bunyi ”t” yang beraspirasi [th] beraspirasi menjadi t yang
tidak beraspirasi [t]
Dalam data ditemukan adanya perubahan dari [th] beraspirasi menjadi [t]
dental. Perubahan itu terjadi pada semua posisi yaitu posisi awal, tengah dan
akhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh-contoh berikut.
(i) T
: We can to take everything (data 1)
[wi: kən tik evriθIŋ]
St
: We can take everything
[wi: kən t eik evriθIŋ]
(ii) T
: One bottle beer mean one soul dissapear (data 2)
[wn botol bi:r min wn soul disəpe:r]
St
: One bottle beer means one soul disappear
[wn botəl biər mi:nz səul disəpiər]
83
(iii) T
: But this one more easy to do (data 3)
[ Bt dis wn iziə tu: du:]
St
: But this one is easier to do
[Bt ðis wn iz iziə tu: du:]
Transkripsi pengucapan yang muncul pada contoh kalimat di atas
menunjukkan adanya kesalahan bila dibandingkan dengan lafal bahasa
sumbernya, yakni bahasa Inggris. Kesalahan yang dimaksud adalah
pengucapan bunyi [t] pada kata take, bottle, dan but. Bunyi [th] yang
terucap adalah [t] dental (take) dan [t] retoflek (bottle,but) sedangkan [t]
dalam bahasa Inggris adalah [th] pada posisi awal yang diucapkan dengan
aspirasi [th]. [t] yang diucapkan beraspirasi didahului atau diikuti oleh
vokal baik yang muncul di tengah (bottle), awal (take), maupun di akhir
kata (but). [t] retoflek pada data ini yaitu pada kata bottle,but dipengaruhi
oleh bahasa Bali yang memiliki aksen dental (t) yang kental.
Alveolar [t] dalam bahasa Inggris dapat berdistribusi pada awal,
tengah, dan akhir kata. Jika berdistribusi pada awal kata serta langsung
diikuti oleh vokal keras bertekanan, [t] diucapkan beraspirasi. (Ladefoged,
1989: 35).
2) Perubahan bunyi dental frikatif tak bersuara [] menjadi bunyi [t]
Data menunjukkan bahwa terjadi perubahan dari bunyi dental frikatif tak
bersuara [] menjadi [t], baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata.
Perubahan-perubahan tersebut sebagai berikut:
84
(i) T
: Thank you much for the government (data 4)
[Tekyu veri mt tu: də gvermənt ]
St
: Thank you very much to the government
[æk yu veri mt tu: ðə gvənmənt]
(ii) T
: We looking for something important in internet. (data 1)
[wi luki for smtI im’po:tn in intənet ]
St
: We are looking for something important in Internet
[wi ə: luki for smI im’p:tnt in intənet]
Contoh di atas menunjukkan adanya perubahan dari bunyi [] menjadi
bunyi [t] di awal (thank), dan tengah (something). Ini terjadi karena tidak
dimilikinya bunyi [] dalam bahasa Bali atau pun bahasa Indonesia, dan juga
karena kurang fasihnya pemakai bahasa tersebut (siswa) dalam melafalkan
bunyi [th] menjadi []. Perbedaan di antara kedua bunyi itu ialah [] sebagai
konsonan keras tak bersuara hambatannya lebih panjang, sedangkan [ð] adalah
konsonan lunak bersuara hambatannya lebih pendek. (Ladefoged, 1989: 40).
3) Perubahan bunyi [f], [v] menjadi [p]
Berubahnya bunyi konsonan [f/]dan [v] banyak ditemukan karena bunyi
konsonan seperti itu kemungkinan tidak selalu ada pada setiap bahasa.
Perubahan tersebut dapat disimak dalam data berupa kalimat yang digunakan,
sebagai berikut.
85
(i) T
: I have very much example (data 1)
[Ae hep peri mch ek’sa:mpl ]
St
: I have a lot of examples
[Ae hæv ə lot əv Ig’za:mpl]
(ii) T
: Even adolescence love play PS (data 1)
[ i:pen edəlesn lv plei PS]
St
: Even adolescenct love playing PS
[i:vn ædəlesnt lv pleie PS]
(iii) T
: Government never forget the vendor (data 4)
[gvenment nepə: foget de vendr]
St
: Government never forget about the vendor
[gvnmnt nev: f’get baÚt vendr]
Perubahan pengucapan bunyi [f] dan [v] menjadi [p] pada contoh 1-3
dalam kata-kata very, forget (posisi awal), never, information (posisi tengah),
dan have (posisi akhir) disebabkan oleh tidak adanya kedua bunyi tersebut
dalam bahasa daerah (misalnya bahasa Bali) walaupun ada dalam bahasa
Indonesia. Namun pada data 3, siswa sudah mampu mengucapkan kata vendor
[vendr] dengan benar.
86
4.1.1.2 Tata Bahasa Inggris Siswa
Pada bagian ini dicermati kesalahan yang terjadi dalam tata bahasa
Inggris yang digunakan oleh siswa.
1) Ketidaksesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda
Sejumlah data menunjukkan terjadinya ketidaksesuaian antara bentuk
kata penunjuk dengan kata benda yang mengikutinya. Kata penunjuk dalam
bentuk singular sedangkan kata benda dalam bentuk jamak.
Contoh :
(i)
(ii)
T
: This televisons is bad influence for childrens (data 3)
St
: This television is bad influence for children
T
: This is our jobs as the young generation (data 2)
St
: this is our duty as the young generation
(iii) T
St
: Many peoples love play games on the internet (data 1)
: Many people love playing games on the internet
Kata penunjuk this yang muncul pada awal kedua kata benda di
atas (pada contoh 1 dan 2) sangat tidak tepat karena tidak adanya
kesesuaian antara kata penunjuk this yang berbentuk singular dengan
kedua kata benda yang berbentuk jamak (televisions, jobs). Hal ini terjadi
karena pengaruh bahasa Bali maupun Indonesia salah satu bentuk
penjamakannya dengan mengulang kata dasar. Dalam bahasa Inggris
harus ada kesesuaian antara kata penunjuk dengan kata benda sehingga
87
kalimat yang benar seperti Buku-buku ini harus dikembalikan besok, dan
Meja ini berat adalah ’these books must be returned tomorrow dan This
table is heavy, yaitu ada kesesuaian antara these dengan books, begitu
pula antara this dengan table. Pada contoh 1,3 terdapat kesalahan
penggunaan kata children dan peoples yang tidak perlu dibubuhi akhiran
’s’ karena kata children dan people sendiri sudah menunjukkan jamak.
2) Tidak adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda
jamak
Absennya suffix ’s’/’-es’ sebagai penanda jamak, ditemukan dalam
tes
awal
ini.
Hal
ini
disebabkan
oleh
adanya
kecenderungan
menerjemahkan kata mengikuti aturan bahasa Ibu mereka (bahasa Bali dan
bahasa Indonesia). Tentunya kedua bahasa ini memiliki aturan yang
berbeda dalam pemberian penanda jamak pada tiap kata bendanya dengan
aturan penanda jamak dalam bahasa Inggris. Kesalahan-kesalahan siswa
dalam hal ini dapat dilihat sebagai berikut.
(i)
T
: All subject of vocational school must teach in
English (data 5)
St
: All subjects of vocational school must be taught in
English
88
(ii)
T
: Many student bored with English lesson
because to many regulation on it (data 5)
St
: Many students bored with the English beause there are too
many regulations in the grammar
(iii)
T
: Nowdays the party are need reducement (data 6)
St
: Nowdays the number of the parties are need to be
reduced.
Pada contoh 1-3 di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa tidak
ada penambahan penanda jamak pada kata benda subject, student,
regulation dan party padahal sudah jelas ada kata keterangan jamak seperti
kata all (sebelum kata subject), many (sebelum kata student) dan to be
’are’ (setelah kata party) yang menandakan bahwa kata-kata benda
tersebut harus dibubuhi penanda jamak. Hal ini terjadi karena (1)
berbedanya kaedah penjamakan antara bahasa Bali maupun bahasa
Indonesia dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Bali maupun Indonesia
penjamakan dilakukan dengan penambahan kata numeralia jamak, seperti
banyak, para atau dengan mengulang kata dasar, sedangkan dalam bahasa
Inggris penjamakan dilakukan dengan penambahan tanda pluralisasi
seperti ’s’, ’-es’, -en’ dan ’zero’ pada kata benda yang bisa dihitung.
89
Contoh
: Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Anak-anak
children
Buku-buku
books
Para pedagang
sellers
Ikan-ikan
fish (zero)
Banyak murid
students
3) Terjadinya bentuk pengulangan
Bentuk pengulangan ditemukan pada kata keterangan waktu, kata
keterangan kuantitas, dan kata kerja. Bentuk pengulangan seperti itu ada
dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
Dalam data ditemukan :
(i) T
St
(ii) T
St
(iii)T
: For many-many times already discussed... (data 2)
: It have been many times being discussed
: There very many conflicts caused by internet (data 1)
: There are many conflicts caused by the existence of Internet
: If we just looking and looking the past time we will never succeed
people (data 6)
St
: If we are only looking at the past, we will never be succeeded.
90
Many-many (contoh 1), very many (contoh 2), dan looking and looking
(contoh 3) adalah bentuk pengulangan yang sangat dipengaruhi oleh bahasa
daerah maupun bahasa Indonesia, yaitu dengan mengulang bentuk kata dasar.
Many-many (contoh 1) dikatakan benar jika digunakan dalam bahasa casual atau
bahasa pergaulan, tetapi dikatakan salah menurut aturan standar bahasa Inggris.
Dalam bahasa Inggris salah satu bentuk pengulangan dilakukan dengan
penambahan quntifier seperti much, more, dan tidak ada pengulangan dengan
mengulang bentuk kata dasar.
4) Penggunaan kata much, more untuk menyatakan lebih
Sejumlah data menunjukkan terjadi penambahan kata much dan more pada
kata sifat yang terdiri dari satu dan empat suku kata. Penambahan seperti berikut
benar dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia tetapi salah dalam bahasa
Inggris.
Contoh :
(i) T : That death punishment much strong than that (data 7)
St : The death punishment is much stronger than that one.
(ii) T : With sport people get look more young (data 8)
St : by doing sport, people look younger than they are
Pemakaian kata much dan more pada contoh 1 dan 2 di atas jika
digunakan untuk menyatakan makna lebih tidak bisa dibenarkan. Rumusan untuk
91
menyatakan lebih pada kata keterangan atau kata sifat yang terdiri dari satu atau
dua suku kata dalam bahasa Inggris harus dengan menambahkan akhiran /-r/ atau
/-er/ pada kata yang terdiri dari satu atau dua suku kata sehingga menjadi
younger dan stronger. Tetapi bila kata keterangan atau kata sifat itu terdiri lebih
dari dua suku kata maka di depannya harus ditambah dengan more sehingga
menjadi more interesting.
Didalam bahasa Indonesia pemarkahan morfemis terhadap adjectiva
sepeti di dalam bahasa Inggris tidak ada, tetapi ciri adjectiva dapat diketahui
secara sintaksis, misalnya dengan mendampingkan kata-kata seperti lebih, sekali,
terlalu, agak, kurang, hampir di sebelah kata yang akan di uji.
5) Penggunaan to be untuk kata kerja bantu do atau did
Ketidaksesuaian pada pemakaian kata kerja to be juga ditemukan dalam
sejumlah data. Pemakaian kata kerja bantu do dan to be seharusnya
disesuaikan dengan jenis kata yang mengikutinya. data berikut bisa di cermati
lebih seksama.
(i) T : Are you have evidence? (data 1)
St : Do you have any evidence?
(ii) T : They are not care with the rule in the school (data 5)
St : They don’t care about the school’s rule
92
(iii)T : The TV reality show is not give bad influence to the children
(data 9)
St
: The TV reality shows don’t give bad influnce to the children
Penggunaan to be (am, is, are, was, were, dan been) yang disatukan
dengan kata kerja dalam kala sekarang tidaklah tepat, yang tepat adalah
menggunakan kata kerja bantu do dengan perubahan bentuknya (does, did,
dan done) agar dapat bersesuaian dengan kata kerja utama sehingga secara
berturut-turut menjadi do you (1), they do (2) dan the reality shows do.
6)
Pelepasan to be pada kalimat nonverbal
Dari data yang terjaring banyak terjadi pelesapan. Dalam bahasa
Indonesia digunakan kata adalah sebagai penyepadanan kata kerja bantu, hal
tersebut dapat dilihat pada :
(i)
(ii)
(iii)
T
: This  already special suggestion for students (data 5)
St
: This is already special suggestion for students
T
: This  not bad, this already good choice (data 5)
St
: This is not bad, it’s good choice already
T
: Smoke will damage your lungs, you will  difficult to
breath (data 2)
93
St
: Smoke will damage your lungs, you will be difficult to
breath
(iv)
: If the Putra Daerah  more interesting to lead the regency
T
(data 10)
St
: If the Putra Daerah is more interested to lead the regency
Pada data 1-4 tidak ditemukan to be pada tempat yang
membutuhkan to be. Seperti telah disebutkan di depan bahwa to be
disepadankan dengan adalah. Adalah dalam bahasa Indonesia merupakan
kata yang digunakan pada saat memberikan keterangan mengenai suatu
hal (misalnya yang menyangkut pekerjaan). To be diperlukan pada kalimat
tersebut karena menyangkut faktor kesesuaian antara kata penunjuk
dengan kata sifat, kata keterangan, dan kata benda.
7) Penggantian dan pelesapan kata sandang (the > )
Kata sandang ini dan itu dalam bahasa Indonesia, the dalam bahasa
Inggris. penggantian dan pelepasan kata-kata tersebut ditemukan dalam
sejumlah data.
Contoh :
(i) T :  Quality number one
(data 10)
St : The quatity is number one
94
Pemakaian kata sandang dalam setiap bahasa memiliki kaidah
yang berbeda. Dalam bahasa Inggris kata sandang harus dipakai dalam
data 1 karena kata quality (kualitas) yang letaknya sebelum kata benda.
4.1.1.3 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa
Tes awal menunjukkan terjadinya kesalahan dalam pemilihan kosakata yang
dikategorikan menjadi kesalahan penggunaan kosakata yang tidak tepat, hal
seperti ini muncul dikarenakan kurangnya pemahaman yang benar terhadap
makna suatu kata dan kesusahan yang dialami siswa dalam memilih sinonimi kata
tersebut. Kesalahan yang dimaksud bisa dilihat pada data yang ditampilkan dalam
contoh berikut ini.
(i) T : All the students are demanded to study regularly. (data 5)
St : All the students are requested to study regularly.
(ii) T : OSIS is one of the students’ organization in school that has
important roles and function. (data 8)
St : OSIS is one of the students’ organization in school that plays
important roles and function.
(iii)T : They speak with tourist in order to realize knowledge of English at
school (data 5)
St : They speak with tourist in order to apply knowledge of Englsh at
95
School
(iv) T : The aim of ”Sekolah Bertaraf International” programs is to repair
the skill of students (data 5)
St : The aim of ”Sekolah Bertaraf International” programs is to
Improve the skill of students
(v) T : I Hope vice of University from Bali for the next time will be the
winner in Debat Contest in National (data 5)
St : I Hope representative of University from Bali for the next time
will be the winner in Debat Contest in National
Digunakannya kata-kata yang digarisbawahi pada data di atas jika
dihubungkan dengan konteks kalimat-kalimat tersebut sangat tidak tepat
karena sudah ada kata atau istilah yang benar seperti tampak pada kalimat
bahasa Inggris standar yang dihadirkan setelah bahasa Inggris hasil transkripsi
yang diutarakan oleh siswa.
Pada data 1, pemilihan leksikon demand berdasarkan arti kamus
yang berarti ‘meminta’ sehingga siswa memilih demand sedangkan sesuai
dengan konteks kalimat, request yang hampir sama artinya, jauh lebih tepat.
Dapat diamati perbedaan arti yang halus diberikan oleh kamus Oxford
Advance Learners’ of Current English. Demands didefinisikan sebagai “ask
for (something) as if ordering , or as if one has a right to, asked what I
96
wanted”. ‘meminta (sesuatu) jika dipesan, atau jika berhak untuk, meminta
apa yang saya inginkan’. Sedangkan definisi request dalam kamus ini adalah:
“asking or being asked, expression of desire for something ‘meminta atau
diminta, ekpresi keinginan terhadap sesuatu’. Sehingga digunakanlah kata
‘request’ untuk menggantikan kata ‘demand’.
Kemudian pada data 2, kata have dalam kamus Oxford Advance
Learners’ of Current English didefinisikan sebagai “possess, own something
concrete : he has a house ‘(menunjukkan kepemilikan, memiliki sesuatu:
contoh, dia (L) memiliki sebuah rumah’ kemudian posisi kata ‘have’ lebih
tepat digantikan dengan kata ‘play’yang dalam Oxford Advance Learners’ of
Current English, ‘play’ didefinisikan sebagai “perform, cause to be heard”.
kata play dirasakan memiliki nuansa yang lebih idiomatik daripada have.
Sehingga kata play dapat diartikan ‘memiliki peranan penting atau memainkan
peranan penting.’
Data 3 pemilihan kata realize mungkin maksudnya ‘merealisasikan
pengetahuan,’ padahal maksudnya ‘menerapkan’. Dalam kamus Oxford
Advance Learners’ of Current English, kata realize berarti “convert (a hope,
plan, etc) into a pack”. Sehingga kata realize tersebut lebih tepat digantikan
dengan kata apply yang dalam kamus berarti “make’ practical use of
(research, a discovery) ‘membuat; penerapan dari (penelitian, sebuah
penemuan).
Kata repair pada data 4 berarti “restore (something worn or
damage) to good condition : repair the road” ‘membereskan (sesuatu yang
97
dikenakan atau yang rusak) menjadi baik . Kata repair dirasakan kurang tepat
penggunaannya dalam kalimat tersebut, karena biasanya mengacu pada
‘memperbaiki barang-barang’ sehingga posisi kata ‘repair’ lebih tepat
digantikan dengan kata ‘improve’ yang dalam kamus berarti “make or become
better” ‘membuat menjadi lebih baik, meningkatkan’. Demikian halnya
dengan kata vice yang dirasakan kurang tepat digunakan dalam kalimat pada
data 5. Dijelaskan menurut kamus Oxford Advance Learners’ of Current
English bahwa vice berarti “next in rank to somebody and able to represent
them or act for them”, ‘wakil dari suatu jabatan tertinggi’. Oleh karenanya
dipilihkannya kata representative sebagai pengganti kata ‘vice’ karena sesuai
dengan definisi kata representative berarti ‘ seseorang yang dipilih untuk
berbicara atau mewakili segenap orang.
4.1.1.4 Hasil Tes Awal
Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sebelum
dilakukannya tindakan. Hasil tes awal ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil tes awal (pre-test)
Indikator
Siswa
Dwipa
Juniawan
Tunyasa
Alit
A
2
2
2
3
F
2
2
2
2
C
1
3
2
2
M
2
1
2
3
Total
Nilai
%
(Nilai
dalam
persen)
7
8
8
10
35
40
40
50
35%
40%
40%
50%
Tingkat
kemampuan
Sangat kurang
Kurang
Kurang
Kurang
98
Supitri
2
3
2
3
10
50
50%
Arya
2
2
1
2
7
35
35%
Chintya
3
3
2
2
10
50
50%
Dimas
2
2
1
1
7
35
35%
Eka
2
2
1
2
7
35
35%
Gde
2
2
3
3
10
50
50%
Bagus
Indri
2
3
3
2
10
50
50%
Puji
3
3
2
3
11
55
55%
Suka
2
2
2
2
8
40
40%
Umar
2
1
2
3
8
40
40%
Windi
2
2
1
1
6
30
30%
Dayu
3
3
3
2
11
55
55%
Wiri
Wiwin
3
3
2
2
10
50
50%
Yoga
2
2
1
1
6
30
30%
Yoga ari 3
2
3
3
11
55
55%
Rata-rata 2.3 2.2
1.9 2.1
825
Nilai
46
45
38
42
43%
Catatan:
A
: Accuracy (ketepatan berbahasa)
F
: Fluency (kelancaran)
C
: Comprehensibility (pemahaman topik)
M
: Method of Delivering Arguments (cara penyampaian argumen)
Kurang
Sangat Kurang
Kurang
Sangat kurang
Sangat kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Sangat kurang
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Cukup
Kurang
Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam
keterampilan berbicara bahasa Inggris pada pemberian tes awal (pre-test) adalah
43% dan nilai ini sangat jauh dari nilai target, yaitu 65 %. Berdasarkan tabel hasil
tes awal di atas dapat dijelaskan bahwa comprehensibility (pemahaman topik) siswa
berada dalam kategori yang sangat kurang. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan
nilai total siswa unuk aspek comprehensibility yaitu sebesar 38% dengan nilai ratarata 1,9. Lima siswa memperoleh nilai 3, delapan siswa memperoleh nilai 2 dan
sisanya mmperoleh nilai 1. Pemahaman topik yang dibicarakan ini diperoleh dari isi
pembicaraan siswa selama tes awal berlangsung. Rata-rata siswa kurang mampu
99
menguasai topik yang dibicarakan, hal ini dikarenakan minimnya informasi seputar
topik yang diberikan pada saat tes awal.
Elemen Method of delivering argument dicapai dengan 42%. Dalam
menyampaikan pendapatnya secara langsung, siswa tidak mengetahui teknik
penyampaian ide/pendapat yang benar, siswa cenderung langsung pada poin
pembicaraan, apakah siswa tersebut setuju ataupun tidak setuju dan langsung
memberikan alasannya. hal ini menyebabkan waktu penyampaian menjadi sangat
singkat karena sebagian besar siswa menggunakan kalimat yang pendek dan
terkadang sulit untuk dimengerti.
Elemen Fluency diperoleh dengan angka 45%. Sebagian besar siswa
masih kebingungan ketika diminta pendapatnya secara langsung, mereka
cenderung terdiam lama, meminta guru untuk mengulangi pertanyaan, dan
menyampaikan
ungkapan
ide/pendapatnya
yang
secara
pendek-pendek
tergesa-gesa
terkadang
sulit
dengan
penggunaan
untuk
dimengerti.
Kekuranglancaran siswa disebabkan rasa grogi dan tegang ketika berbicara karena
belum terbiasa berbicara langsung tanpa diberikan waktu untuk menulis dikertas
apa yang akan dibicarakan. selain itu, kurang lancarnya siswa juga disebabkan
karena kurangnya penguasaan akan informasi tentang topik yang ditanyakan oleh
guru pada saat pre-test. Siklus berikutnya siswa perlu dimotivasi untuk
menghilangkan perasaan-perasaan grogi dan takut salah dalam berbicara bahasa
inggris.
Dan elemen terakhir Accuracy yang diperoleh dengan angka 46%. Siswa
belum mampu menggunakan bahasa secara tepat, terbukti dari tes awal ini
100
ditemukan banyak kesalahan dalam ketepatan berbahasa siswa baik dari segi
pelafalan, tata bahasa dan kosa kata bahasa Inggris.
4.1.1.5 Hasil Jurnal Kegiatan Tes Awal
Tes awal dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Maret 2011. Ketika guru
memasuki kelas, para siswa menyambut dengan memberi salam dan kemudian
duduk dengan sedikit gaduh, hal ini mungkin dikarenakan guru yang masuk ke
kelas mereka bukanlah guru yang biasanya mengajar mata pelajaran bahasa
Inggris di kelas mereka. Setelah guru memperkenalkan diri dan memberitahu
mereka terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas ini, para siswa
pun menjadi agak tenang dan guru mulai mengajar.
Pertama-tama, guru mengecek daftar hadir siswa dan menjelaskan topik
yang akan mereka pelajari, yaitu pada buku pegangan Bab V “Thinking
Critically”. Proses belajar mengajar dimulai dengan penjelasan tentang subtopik
yang tertuang dalam Bab V tersebut dan aktivitas serta tes yang akan dilakukan
siswa. Pertama-tama guru menjelaskan definisi, tujuan, situasi, contoh-contoh,
dan cara mengutarakan pendapat (Expressing Opinion) dan menanyakan pendapat
(asking for opinion).
Setelah para siswa cukup paham dengan semua penjelasan yang diberikan
oleh guru, maka siswa dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar ( pro dan kontra)
dan diminta untuk menanggapi tiga buah topik yang berhubungan dengan
permasalahan umum. Adapun ketiga topik yang dipilihkan yaitu : (1) That we
101
would put affirmative action toward vocational school’s graduates, (2) That
women should give equal rights in the working fields, (3) That workers’
demonstration is the best way to get sufficient income.”
Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan aktivitas ini adalah 15 menit.
Topik (motion) yang dipilih oleh siswa setelah dilakukan pengundian adalah
“That we would put affirmative action toward vocational school’s graduates.”
Kegiatan ini berjalan dengan cukup lancar, debat dipenuhi dengan argumenargumen dari kedua kelompok yang saling mempertahankan argumen mereka.
Argumen dari setiap siswa direkam dan dicatat oleh guru sehingga dapat diketahui
kemampuan berbicara siswa dalam mengutarakan pendapatnya. Kegiatan ini
hanya didominasi oleh siswa yang kemampuan berbahasa Inggrisnya bagus,
sedangkan sebagian besar siswa yang kemampuan bahasa Inggrisnya rendah
hanya memberikan pendapat secara singkat dan dengan kalimat same with my
friend ‘pendapat saya sama dengan teman saya’ dan terlihat tidak termotivasi
untuk mengungkapkan idenya.
Setelah kegiatan ini usai, dilanjutkan dengan pemberian tes awal (pre-test).
Siswa diminta duduk berkelompok (tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga sampai
empat siswa) dan tiap kelompok secara bergiliran maju ke depan guru, selanjutnya
tiap-tiap siswa dalam kelompok diminta mengungkapkan idenya terkait dengan
topik yang diberikan oleh guru. Topik yang dipilih untuk tiap siswa dalam
kelompok berbeda. Hal ini untuk menghindari pendapat/ide yang sama dari tiap
siswa. Sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan awal siswa dalam
berbicara dengan bahasa Inggris.
102
Dalam penilaian, setiap indikator ditentukan skornya sebagai patokan atau
ukuran berdasarkan kategori skor yang telah ditentukan. Skor tersebut
dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang, kurang, cukup, baik,
dan
sangat
baik
di
(accuracy,fluency,comprehensibility,dan
tiap-tiap
method
indikator
of
delivering
penilaian
argument).
Kategori sangat kurang apabila siswa mendapatkan skor 1 (0-39%), kategori
kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%), kategori cukup jika siswa
mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika siswa mendapatkan skor 4 (7084%), dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan siswa yaitu 5 (85100%).
4.1.1.6 Hasil Kuesioner Tes Awal
Setelah pemberian tes awal (pre-test) selesai, siswa diberikan kuesioner
dengan beberapa intruksi terkait dengan pengisian kuesioner tersebut. Setelah
diberikan instruksi, siswa mengisi kuesioner tersebut dalam waktu 10
menit.Tujuan dari dilaksanakan pemberian kuesioner pada saat tes awal adalah
untuk mengetahui permasalahan apa yang dihadapi siswa dalam berbicara dengan
bahasa Inggris.
Ada 8 (delapan) pertanyaan dalam kuisioner ini, 4 (empat) pertanyaan
untuk mengetahui sikap siswa terkait dengan keterampilan berbicara bahasa
Inggris dan 4 (empat) pertanyaan lagi untuk mengetahui gambaran dan tanggapan
siswa tentang teknik guru dalam mengajarkan keterampilan berbicara (speaking).
103
Diantara 19 (Sembilan belas siswa), 14 siswa (73,7%) mengatakan
bahwa berbicara bahasa Inggris sangat susah dan tidak satupun dari siswa yang
menyatakan bahwa berbicara dalam bahasa Inggris itu mudah. Ketika siswa
diminta untuk berbicara dengan mengemukakan pendapatnya dalam bahasa
Inggris, 12 siswa (63,2%) merasa kurang suka dan tidak satupun yang antusias
dalam berbicara bahasa Inggris.
Enam belas siswa (84,2%) siswa mengatakan bahwa sangat penting
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbicara bahasa Inggris.
Dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara bahasa Inggris, 17 siswa
(89,4%) mengatakan bahwa guru mengajar dengan metode yang biasa, dimana
siswa diminta mencatat dialog ataupun percakapan di buku, kemudian
mempraktekkannya dengan membawa buku ke depan kelas, kemudian siswa
diminta untuk melakukan percakapan dengan teknik role-play. Setelah semua
siswa maju kedepan, guru tidak memberi penjelasan yang lebih terperinci tentang
pelajaran berbicara yang mereka praktekkan, demikian pula pada akhir pelajaran,
guru tidak menyimpulkan materi yang mereka pelajari ataupun yang mereka
praktekkan pada hari itu, sehingga siswapun menjadi acuh tak acuh dengan
bahasa Inggris dan menjadi pasif berbicara. Hal tersebut juga didukung dari
pernyataan beberapa siswa saat dilakukan interview langsung, siswa tersebut
menyatakan bahwa guru mengajarkan mereka cenderung berpusat pada buku
tanpa diselingi games atau permainan dan metode yang bervariatif sehingga siswa
merasa bosan dan tidak termotivasi dalam berbicara bahasa Inggris.
104
Empat pertanyaan terakhir pada kuesioner dirancang untuk mengetahui
gambaran dan tanggapan siswa tentang teknik guru dalam mengajarkan
keterampilan berbicara (speaking). 15 siswa (78,9%) menyatakan kadang-kadang
guru membantu mereka dalam kegiatan berbicara di kelas. 12 siswa (63,2%)
mengatakan bahwa kadang-kadang guru membantu mereka jika menemukan
kesusahan dalam berbicara bahasa Inggris. 17 siswa (89,4%) (menyatakan bahwa
guru sangat jarang menggunakan media dalam mengajar bahasa Inggris siswa di
kelas.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa masih berpikir bahwa berbicara
bahasa Inggris merupakan aktivitas yang susah karena sangatlah susah bagi
mereka untuk mengungkapkan ide dan pendapatnya secara langsung di depan
umum dan siswa juga mengalami kesusahan dalam meningkatkan pemahaman
mereka terhadap apa yang dibicarakan tanpa suatu metode alternatif yang dapat
membantu mereka dalam berbicara bahasa Inggris sehingga mereka semakin
termotivasi dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya.
4.1.1.7 Refleksi Tes Awal
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes awal, dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu: minat dan kemampuan siswa dalam berbicara
bahasa Inggris masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh
siswa dalam tes awal. Siswa masih mengalami kebingungan, apa yang harus
mereka katakan pada saat berbicara lisan. Sehingga proses belajar mengajar
105
dirasakan berjalan kurang kondusif. Sebenarnya masalah sesungguhnya yang
dihadapi siswa adalah stigma mereka akan keterampilan berbicara yang susah.
Mereka cenderung berpikiran bahwa berbicara bahasa Inggris itu sangat susah dan
mereka sangat takut salah dalam berbicara. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan
siswa pada saat interview yaitu “Belajar bahasa inggris itu susah bu. Saya selalu
takut kalau mau ngomong, saya merasa kurang menguasai kota kata, setiap saya
ingat grammar dan struktur batallah saya mengucapkan kalimat bahasa inggris.
Kalau sudah begitu bu, yang ada hanya rasa bosan, malas, dan takut salah.
Gimana ya bu?’’. Karena hal itulah siswa menjadi enggan mengemukakan
pendapat ataupun berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris.
Hasil dari analisis kuisioner menunjukkan bahwa 14 siswa (73,7%)
menyatakan bahwa berbicara mengemukakan pendapat dalam bahasa Inggris
sangat susah dan tidak satupun dari siswa yang menyatakan bahwa berbicara
bahasa Inggris itu mudah dan 16 siswa (84,2%) menyatakan bahwa sangat penting
untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Diharapkan dengan
menggunakan metode debat plus, siswa menjadi lebih termotivasi dan senang
dalam mengemukakan ide-ide mereka terkait dengan kehidupan sekitar mereka
dan isu-isu nasional yang sedang hangat diperbincangkan, sehingga akan
diperoleh hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka
alami. Tindakan yang dilakukan guru yaitu menegaskan kembali penerapan rumus
5W+H dalam menyampaikan pendapatnya tentang informasi terkait dengan topik
yang diberikan supaya informasi yang disampaikan utuh dan akurat. Oleh sebab
106
itu, melalui teknik debat plus nantinya, siswa diajarakan cara berpendapat yang
benar sesuai dengan urutannya serta teknik yang tepat.
4.1.2 Pembahasan
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini
berfokus pada permasalahan utama yang dihadapi siswa kelas XI SMA Pariwisata
Kertha Wisata Denpasar dalam berbicara bahasa Inggris. Hasil dari tes awal
menunjukkan bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa dikategorikan
sangat rendah. Keterampilan berbicara berhak mendapatkan perhatian penting
karena berbicara memiliki tujuan utama yaitu untuk berkomunikasi. Berdasarkan
observasi yang dilakukan pada setiap pertemuan di setiap siklus, kuesioner dan
jurnal kegiatan, dapat disimpulkan hal-hal yang merupakan permasalahan utama
yang dihadapi siswa dalam berbicara bahasa Inggris sebagai berikut:
1) Guru tidak pernah mengecek kesalahan siswa
Kadang-kadang karena disibukkan dengan nilai yang harus dicapai pada
mata pelajaran
bahasa
Inggris
yang diajarkan,
guru cenderung
menganggap remeh tata bahasa pada aspek keterampilan berbicara siswa.
2) Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional
Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa siswa dan guru selama proses
observasi, dapat disimpulkan bahwa metode dan teknik mengajar yang
digunakan selama ini masih sangat konvensional. Teknik dan metode
pengajaran yang konvensional, seperti siswa diberikan topik untuk
107
dikembangkan menjadi dialog, atau diberi situasi dengan teknik role-play
yang pada akhirnya dipresentasikan, seolah-olah sangat membosankan dan
kurang menantang bagi siswa. Selain itu, selama ini proses belajar
mengajar
keterampilan
berbicara
(speaking)
juga
sangat
jarang
menggunakan media atau fasilitas yang dapat mencerahkan atmosfer
pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dirasakan sangat monoton.
3) Motivasi belajar siswa yang masih rendah
Dari hasil pengamatan selama proses pemberian tes awal, baik sebelum
maupun sesudah pemberian tes awal, ditemukan bahwa motivasi siswa
selama proses belajar dan mengajar juga kurang baik. Kalau sedang tidak
diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa
Indonesia atau bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah
topik-topik di luar mata pelajaran. Ketika seorang dari mereka
mempresentasikan sesuatu di depan kelas, siswa yang lainnya cenderung
untuk kurang memperhatikan presentasi.
4) Anggapan siswa terhadap bahasa Inggris itu sukar
Sebagian besar siswa diselimuti oleh sebuah pemikiran bahwa pelajaran
Bahasa Inggris yang mereka anggap sukar untuk dikuasaisehingga mereka
dipenuhi semacam perasaan enggan mempelajari bahkan, mengucapkan
bahasa Inggris.
108
5) Kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya
sama
Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, bahasa Inggris juga memiliki
padanan kata. Hal ini membuat siswa sulit dalam menentukan kosakata
yang tepat dalam berkomunikasi lisan.
Misalnya saja kata “tall” dan
“high”, kedua kata itu memiliki padanan yang sama dalam bahasa
Indonesia, kadang-kadang siswa masih salah dalam menggunakan kedua
kata tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas terutama dalam
penguasaan keterampilan berbicara siswa yang masih sangat rendah, telah
dilakukan treatment dengan metode debat plus yang terbukti efektif dalam
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa SMA Pariwisata
Kertha Wisata Denpasar.
4.2 Mekanisme Penerapan Metode Debat Plus dalam Pembelajaran Bebicara
Bahasa Inggris
4.2.1 Data Siklus I
Siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Seluruh kegiatan pada siklus I ini dijabarkan sebagai berikut:
4.2.1.1 Perencanaan Siklus I
Sebelum kegiatan dilaksanakan, skenario pengajaran, Jurnal kegiatan,
topik debat, lembar kerja siswa untuk masing-masing sesi telah dirancang
109
sehingga diharapkan proses belajar mengajar nantinya berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
4.2.1.2 Pelaksanaan Siklus I
Siklus ini terdiri dari 4 (empat) pertemuan. Pertemuan pertama, kedua dan
ketiga adalah penerapan metode debat plus dalam meningkatkan keterampilan
berbicara berbahasa Inggris siswa dan pertemuan ke-empat diisi dengan
pemberian tes akhir I. Tes akhir I dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan berbicara siswa setelah dilaksanakannya tes awal. Kuesioner tes
akhir I dilaksanakan setelah tes akhir I usai dilakukan. Tujuan diberikannya
kuesioner pada tes akhir I ini adalah untuk mengetahui kesan dan respon siswa
terkait dengan metode debat plus yang berikan. Semua aktivitas yang dilakukan
pada siklus I ini direkam dalam rekaman dan jurnal kegiatan.
4.2.1.3 Hasil Jurnal Kegiatan sesi I Tes Akhir I
Observasi ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2011. Ketika guru
memasuki kelas, siswa mengucapkan salam. Kemudian guru membalas salam dan
mengecek kehadiran siswa. Pada hari ini, 100 % siswa hadir.
Pada hari ini guru menjelaskan kembali cara menyampaikan pendapat
dengan benar baik cara menanyakan pendapat kepada seseorang (asking for
opinion), memberikan pendapat (giving opinion), pernyataan setuju (agreement),
dan pernyataan tidak setuju (disagreement). Siswa memperhatikan penjelasan
110
guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan
guru di papan tulis.
Kemudian guru juga membahas hasil tes awal yang dilakukan siswa, dan
memberikan penjelasan terkait dengan beberapa kesalahan siswa dalam
mengutarakan pendapatnya dalam berbicara dengan bahasa inggris, baik itu pada
segi ketepatan berbahasa, kelancaran, pemahaman dan metode penyampaian
pendapat. Kemudian siswa mulai diperkenalkan dengan metode debat plus. Siswa
diberikan pemahaman tentang cara-cara mengemukakan pendapat dengan metod
debat plus, aturan-aturan dalam permainan debat plus.
Kemudian guru
memberikan topic dan meminta siswa untuk membagi diri menjadi dua grup
besar. Proses pembagian grup ini dilakukan dengan meminta siswa untuk
membentuk lingkaran kemudian seluruh siswa diharuskan mengucapkan kata
TAK TIK TUK TOK secara bergantian. siswa yang mengucapkan kata TAK akan
bergabung 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan kata TUK, sedangkan
siswa yang mengucapkan kata TIK 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan
TOK. Topik yang dimainkan pada hari ini adalah “the house would implement
quota for woman in the parliament”. Masing-masing kelompok yang akan
berdebat diberikan waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya.
Kemudian siswa mulai melakukan debat. Guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi oleh
kelompok yang kontra, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mengemukakan
pendapatnya. Pada awal pelaksanaan, hanya siswa yang dapat berbahasa inggris
saja yang berani mengemukakan pendapat, siswa yang kurang fasih hanya berkata
111
‘yes, I agree with my friend’s opinion” saja, tanpa menambahkan argumennya
sendiri. Padahal jika diminta untuk menuliskan pendapat mereka pada secarik
kertas, banyak sekali ide-ide yang mereka ciptakan, tapi giliran mengemukakan
secara lisan, mereka enggan.
Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari
setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat
melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Setelah permainan usai,
guru membahas hasil debat, menambahkan argumen untuk topik debat yang baru
saja dimainkan, mengoreksi penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan
memberikan arahan kepada siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara
bahasa Inggris mereka.
4.2.1.4 Hasil Jurnal Kegiatan sesi II Tes Akhir I
Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 1 April 2011. Seperti biasa,
siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Pada pertemuan
kedua di kelas, jumlah siswa yang hadir sama dengan pertemuan pertama. Pada
hari ini, guru menjelaskan cara menyampaikan pendapat dengan benar dan cara
melakukan presentasi lisan yang mencakup introduction, body dan conclusion.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa
yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis.
Kemudian siswa diajak untuk menyampaikan presentasinya dalam
permainan debat plus. Adapun topik-topik yang disediakan adalah: (1) That
112
internet marginalize tradition, (2) That we should follow the West. , (3) school
uniform are necessary for high school students.
Kemudian siswa di bagi kedalam kelompoknya (1 kelompok terdiri dari
3 siswa) guru memberikan topik dan meminta siswa dalam grup sesi pertama
untuk mempersiapkan timnya dalam permainan debat plus. Adapun topik yang
dimainkan pada sesi ini yaitu “That we should follow the West,“ karena siswa
kelas XI IPA berjumlah 19 orang, maka terbentuklah 6 (enam) kelompok. setelah
6 (enam) kelompok terbentuk, dilakukan pengundian kelompok yang akan
berdebat hari ini. Setelah dilakukan pengundian, tim yang berdebat hari ini adalah
kelompok II dan kelompok V. Sebelum permainan dimulai, siswa diberikan kartu
pengenal bernomor dan bewarna yang berbeda untuk memudahkan guru dalam
proses pencatatan ide pada lembar guru yang ditempel di tembok. Tim pro
berwarna biru dan tim kontra berwarna merah.
KELOMPOK II (pro)
Alit
Supitri
Arya
KELOMPOK V (kontra)
Suka
Umar
Windi
113
Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit
untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pada saat siswa berdiskusi, guru kembali
mengingatkan cara-cara menyatakan pendapat dengan menggunakan ekpresi yang
tepat. Kemudian siswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai
seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap
siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat
distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Debat plus sesi pertama usai,
dilanjutkan dengan sesi ke-dua, tim yang maju kali ini akan membahas topik
“school uniform are necessary for high school students”. Tim yang maju pada
sesi ke-dua adalah: KELOMPOK 1 (pro)
Dwipa
Juniawan
Tunyasa
KELOMPOK IV (kontra)
Gde Bagus
Indri
Puji
Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat,
menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi
penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada
siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka.
114
Observasi hari ini diakhiri dengan pemberian beberapa topik untuk dimainkan
pada pertemuan selanjutnya, siswa diminta untuk menyiapkan bukti-bukti
argument mereka yang dapat menguatkan pendapatnya. Siswa pun sangat antusias
mencatat topik-topik yang ditulis di papan tulis dan telihat kompak membagi
tugas untuk mencari bahan, materi tentang topik debat dengan timnya.
4.2.1.5 Hasil Jurnal Kegiatan sesi III Tes Akhir I
Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2011. Seperti biasa,
siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Hari ini guru
menjelaskan cara menyampaikan ekspresi setuju dan tidak setuju terhadap suatu
isu. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa mencatat
apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis.
Kemudian siswa diajak untuk menyampaikan pernyataan setuju atau tidak
setuju secara langsung berdasarkan situasi yang diberikan pada latihan siswa,
setelah itu dilanjutkan dengan sesi debat yang membahas topic yaitu “That
tourism exploits our culture”
Seperti biasa, sebelum permainan dimulai, siswa diberikan kartu
pengenal bernomor dan bewarna yang berbeda untuk memudahkan guru dalam
proses pencatatan ide pada lembar guru yang ditempel di tembok.
KELOMPOK III (pro)
Chintya
Dimas
Eka
115
KELOMPOK VI (kontra)
Dayu Wiri
Wiwin
Yoga
Yoga ari
Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit
untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pembicara pertama kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra. Pada saat siswa menyampaikan
gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel
di tembok untuk melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif.
Setelah permainan usai, guru membahas hasil debat, menambahkan
argumen untuk topik debat, mengoreksi pemakaian bahasa siswa yang kurang
tepat dan memberikan arahan dan motivasi kepada siswa untuk terus menggali
kemampuan berbicara bahasa inggris mereka.
4.2.1.6 Hasil Jurnal Kegiatan sesi IV Tes Akhir I
Pada hari ini, Selasa, 19 April 2011 dilaksanakan sesi ke-empat yang
diisi dengan pemberian tes akhir I. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya dan
siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya seputar topik yang dipilihkan.
Topik yang dipilihkan untuk tiap siswa berbeda-beda, hal ini untuk mengindari
adanya kesamaan pendapat diantara siswa jika diberikan topik yang sama.
Diperlukan ide-ide asli yang berasal dari pemikiran siswa itu sendiri, sehingga
116
diketahui seberapa jauh peningkatan keterampilan berbicaranya termasuk
ketepatan berbahasa tiap siswa. Kegiatan ini menghabiskan waktu yang cukup
lama, mengingat sebagian besar siswa sudah mampu berbicara dalam waktu 5
menit.
4.2.1.7 Refleksi Siklus I
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes akhir I, dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu: minat dan kemampuan siswa dalam berbicara
bahasa Inggris mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
yang diperoleh siswa dalam tes akhir I yaitu 64%. Siswa sudah mulai
memperhatikan ketepatan berbahasa, walaupun masih ditemukan beberapa
kesalahan dalam ketepatan berbahasa seperti penggunaan kosakata yang sudah
mulai bervariasi, kesalahan yang cukup mendasar pada grammatika dan masih
adanya aksen bahasa ibu yang kental. Dalam menyampaikan pendapat/ide, siswa
masih sangat tergesa-gesa dan cenderung mengungkapkannya dalam waktu yang
singkat walaupun cara penyampaiannya sudah cukup terstruktur.
Walaupun dalam hasil tes akhir I sudah ditemukan beberapa peningkatan
siswa, namun nilai hasil yang diperoleh siswa belum mencapai nilai target yaitu
65%. Oleh sebab itu, diperlukan untuk mengadakan siklus kedua.
4.2.2 Data Siklus II
Siklus II juga terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Segala kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ini dijabarkan sebagai berikut:
117
4.2.2.1 Perencanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, persiapan yang dilakukan sebelum
mengaplikasikan metode debat plus dalam kegiatan pengajaran berbicara di kelas
adalah sebagai berikut:
a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II dan
mempersiapkan alat dan bahan mengajar (lembar guru yang ditempel di
tembok, kartu penanda grup pro dan kontra)
b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang dapat diperdebatkan
untuk melatih keterampilan berbicara siswa
c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada siswa di akhir siklus
berdasarkan materi yang diajarkan
4.2.2.2 Pelaksanaan Siklus II
Fase pelaksanaan di siklus II ini merupakan fase dimana penelitian yang
telah direncanakan tersebut dilaksanakan di kelas. Siklus II terdiri atas tiga
pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua diisi dengan pemberian tindakan,
sedangkan pertemuan ketiga diisi dengan pemberian tes akhir II.
4.2.2.3 Hasil Jurnal Kegiatan sesi I Tes Akhir II
Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 1 April 2011. Seperti biasa,
ketika guru memasuki kelas, siswa memberi salam dengan sopan. Pada pertemuan
pertama di siklus kedua ini, jumlah siswa yang hadir hanya 18 orang, 1 orang
siswa tidak masuk karena sakit. Pada hari ini guru mengingatkan kembali cara
118
menyampaikan pendapat dengan benar baik dan cara melakukan presentasi lisan
yang mencakup introduction, body dan conclusion, cara mengungkapkan ekspresi
setuju dan tidak setuju, serta cara mengungkapakan pernyataan suka dan tidak
suka.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan siswa mencatat apa yang
disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis. pada kesempatan ini pula, guru
melakukan
pembahasan
terhadap
permasalahan-permasalahan
ketepatan
berbahasa siswa selama siklus I seperti membahas struktur gramatikal kalimat,
pelafalan, struktur kata dan kalimat serta pemilihan kata, hal ini guna
meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul pada siklus II ini,
setelah aktivitas ini usai, dilanjutkan dengan mengundang siswa melakukan
permainan debat plus.
Topik yang dimainkan hari ini adalahh: (1) That “pacaran” motivates our
study, dan (2) That boy bands are not art.
Kemudian siswa di bagi kedalam kelompoknya dan guru memberikan
topik dan meminta siswa dalam grup sesi pertama untuk mempersiapkan timnya
dalam permainan debat plus. Adapun topik yang dimainkan pada sesi ini yaitu
“That “pacaran” motivates our study,“ kelompok yang akan berdebat kali ini
adalah:
KELOMPOK 1 (kontra)
Dwipa
Juniawan
Tunyasa
119
KELOMPOK IV (pro)
Gde Bagus
Indri
Puji
Seperti biasa, siswa diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan
kelompoknya. Kemudian siswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama
kelompok pro mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya
kemudian ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya
sampai seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan
pendapatnya. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide
dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru
dapat melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif.
Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat,
menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi
penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada
siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada
observasi hari ini keterampilan berbicara siswa sudah menunjukkan adanya
peningkatan. Siswa sudah tidak canggung lagi mengungkapkan pendapatnya di
depan kelas, walaupun masih ada kesalahan-kesalahan kecil dalam gramatika,
struktur kata dan kalimat.
120
4.2.2.4 Hasil Jurnal Kegiatan sesi II Tes Akhir II
Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 29 April 2011. Seperti biasa,
siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Hari ini jumlah
siswa lengkap, yakni berjumlah 19 siswa. Pada hari ini guru menjelaskan cara
mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan
seseorang (asking someone’s point of view), mengungkapkan perasaan senang
(expressing pleased) dan mengungkapkan perasaan tidak senang (expressing
displeased). Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa
mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis.
Setelah siswa cukup paham dengan apa yang disampaikan oleh guru, siswa
diminta untuk melakukan beberapa latihan-latihan berbicara seperti membuat
dialog berpasangan dan dipraktekkan didepan kelas dengan menkombinasikan
berbagai ekspresi cara menanyakan pendapat, menyampaikan pendapat,
mengungkapkan setuju dan tidak setuju, suka dan tidak suka, disertai dengan cara
penyampaian yang mencakup introduction, body and conclusion. Setelah latihanlatihan usai, siswa diajak kembali untuk melakukan permainan debat. Kemudian
siswa diajak untuk menyampaikan presentasinya dalam permainan debat plus.
Adapun topik-topik yang dipilihkan adalah disediakan adalah: (1) That internet
marginalize tradition, (2) That technology is a time bomb. Kelompok yang
berdebat hari ini adalah:
KELOMPOK II (kontra)
Alit
Supitri
Arya
121
KELOMPOK V (pro)
Suka
Umar
Windi
Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit
untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pada saat siswa berdiskusi, guru kembali
mengingatkan cara-cara menyatakan pendapat dengan menggunakan ekpresi yang
tepat. Kemudian siswa mulai melakukan debat. pembicara pertama kelompok pro
mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian
ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai
seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan pendapatnya.
Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap
siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat
distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Debat plus sesi pertama usai,
dilanjutkan dengan sesi ke-dua, tim yang maju kali ini akan membahas topik
“That technology is a time bomb”.
KELOMPOK III (kontra)
Chintya
Dimas
Eka
122
KELOMPOK VI (pro)
Dayu Wiri
Wiwin
Yoga
Yoga ari
Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat,
menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan dan
mengoreksi penggunaan bahasa siswa. Berdasarkan hasil observasi hari ini,
disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan dalam minat belajar siswa, motivasi
belajar siswa yang terlihat, suasana kelas yang tidak membosankan, karena siswa
mempersiapkan untuk tampil lebih baik dalam memepertahankan argument
mereka di depan kelas.
4.2.2.5 Hasil Jurnal Kegiatan sesi III Tes Akhir II
Pada hari ini, Jumat, 6 Mei 2011 dilaksanakan sesi ke-tiga yang diisi
dengan pemberian tes akhir II. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya dan
siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya seputar topik yang dipilihkan.
Topik yang dipilihkan untuk tiap siswa berbeda-beda. Hal ini untuk mengindari
adanya kesamaan pendapat diantara siswa jika diberikan topik yang sama.
Diperlukan ide-ide asli yang berasal dari pemikiran siswa itu sendiri, sehingga
diketahui seberapa jauh peningkatan keterampilan berbicaranya termasuk
ketepatan berbahasa tiap siswa. Topik untuk tiap-tiap siswa pada tes awal, tes
123
akhir I, dan tes akhir II tidaklah sama, hal ini untuk mengukur peningkatan
kemampuan berbicara siswa.
4.2.2.6 Refleksi Siklus II
Hasil observasi pada siklus II sangat memuaskan, karena tindakan yang
dilakukan di siklus II ini berjalan dengan lancar dan siswa mampu mencapai
target 65% bahkan ada beberapa siswa yang melebihi target. 14 siswa
mendapatkan skor melebihi 65. Pada siklus ini, sebagian besar siswa sangat
antusias dalam melakukan kegiatan debat plus secara aktiv dan terlihat sangat
kritis dalam mengungkapkan ide mereka, dan menyanggah pendapat lawan.
Walaupun dalam berbicara bahasa Inggris, masih terdapat kesalahan tata bahasa
tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi hasil peningkatan berbicara mereka. Siswa
yang awalnya terlihat pasif sudah mulai aktif berbicara mengikuti siswa yang lain.
Komunikasi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam berbahasa
Inggris secara lisan sudah mengalami peningkatan.
124
4.3 Hasil Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Setelah
Tindakan dilakukan
4.3.1 Observasi Siklus I
4.3.1.1 Hasil Tes Akhir I
Hasil dari tes akhir I akan dibandingkan dengan hasil tes awal untuk
mengetahui seberapa jauh peningkatan yang dialami siswa dari tes awal sampai
pada tes akhir I.
Tabel 4.4 Hasil tes akhir 1
Indikator
Siswa
Dwipa
Juniawan
Tunyasa
Alit
Supitri
Arya
Chintya
Dimas
Eka
Gde
Bagus
Indri
Puji
Suka
Umar
Windi
Dayu
Wiri
Wiwin
Yoga
Yoga ari
Rata-rata
Nilai
Total
Nilai
%
(Nilai
dalam%)
Tingkat kemampuan
A
3
4
3
4
4
3
4
2
3
4
F
2
3
4
3
3
2
3
3
3
4
C
3
3
3
4
4
2
3
3
4
4
M
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3
11
14
14
14
15
10
14
11
13
15
55
70
70
70
75
50
70
55
65
75
55%
70%
70%
70%
75%
50%
70%
55%
65%
75%
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang
Baik
Cukup
Cukup
Baik
4
4
3
4
2
3
3
3
3
3
2
3
4
3
2
4
3
3
4
3
3
4
3
4
15
13
11
15
10
13
75
65
55
75
50
65
75%
65%
55%
75%
50%
65%
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Kurang
Cukup
4
2
4
3.3
68
3
3
3
2.9
58
4
3
4
3.3
66
3
3
4
3.4
68
14
11
15
70
55
75
70%
55%
75%
1240
64%
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
125
Catatan:
A
: Accuracy (ketepatan)
F
: Fluency (kelancaran)
C
: Comprehensibility (pemahaman)
M
: Method of Delivering Arguments (metode penyampaian argumen)
Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam
keterampilan berbicara bahasa Inggris pada tes akhir I adalah 64% dan nilai ini
hampir mendekati target , yaitu 65 %. Berdasarkan tabel di atas, hasil dari elemen
Fluency mendeskripsikan tingkat kelancaran berbicara siswa masih kurang
walaupun sudah ada sedikit peningkatan . Hal ini ditandai dengan perolehan nilai
total yang dicapai sebesar 58% dengan nilai rata-rata 2,9. Kekuranglancaran siswa
masih disebabkan rasa grogi dan tegang ketika berbicara karena belum terbiasa
berbicara langsung tanpa diberikan waktu untuk menulis dikertas apa yang akan
dibicarakan. Selain itu, kurangnya penguasaan akan informasi tentang topik yang
ditanyakan oleh guru pada saat tes awal juga masih menjadi kendala. Walaupun
siswa sudah diberikan topik-topik yang akan diperdebatkan untuk selanjutnya
dicarikan informasi terkait topik-topik tersebut, pada kenyataannya sebagian siswa
masih belum mampu menyampaikan argumennya tanpa membaca materi. Dalam
menyampaikan argumennya, seringkali siswa berbicara terputus-putus, bahkan
antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang
mengganggu pembicaraan, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan
sebagainya. Banyak juga ditemukan kesalahan pelafalan yang menyebabkan
kurang efektifnya penggunaan bahasa siswa.
Berdasarkan tabel hasil tes akhir I, elemen comprehensibility berada
dalam kategori cukup. Rata-rata siswa cukup paham dengan topik yang
126
ditanyakan kepada mereka, karena topik-topik masalah yang peneliti berikan
adalah masalah-masalah seputar dunia siswa yang dekat dengan kehidupan siswa
di sekolah. Siswa yang kurang memahami topik tersebut disebabkan oleh topik
yang diterimanya kurang disenangi, sehingga ia kurang menguasai topik
permasalahan yang diterimanya ketika berbicara menyampaikan ide/pendapatnya
kepada guru pada saat tes akhir I.
Hasil dari indikator elemen accuracy dalam tes akhir I masih sangat kurang.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari indikator accuracy adalah 3.3 (68%) dan
dinilai bahwa hasilnya cukup meningkat jika dibandingkan saat tes awal.
Ditemukan ada 10 (sepuluh) siswa yang mendapat nilai 4 pada indikator ketepatan
berbicara.
Sedangkan elemen method of delivering arguments, diperoleh nilai rata-rata
siswa pada indikator ini yaitu 3.4 atau 68% siswa sudah cukup mampu
menyampaikan idenya dengan baik. Siswa menyampaikan ide/pendapatnya diawali
dengan pemberian definisi ‘apa’ (what), kemudian mnjelaskan ‘mengapa’ (why)
dan memberikan kesimpulan di akhir penyampaian idenya. namun sebagian siswa
masih kurang paham, sehingga setelah menyampaikan kesimpulan, merka
cenderung menegaskan lagi bagian definisi ‘apa’ (what), kemudian mnjelaskan
‘mengapa’ (why) dan menutup kembali pembicaraan.
4.3.1.2 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa
Pada bagian ini dicermati peningkatan yang terjadi dalam pelafalan katakata bahasa Inggris siswa.
127
1) Bunyi [t] yang sudah beraspirasi [th]
Dalam data ditemukan adanya peningkatan pelafalan dari [th] beraspirasi.
Contoh :
(i) T
: Thousand people die because drug (data 1)
[θoʊznd pi:pel daI bikɒz əv drg]
St
: Thousand people die because of drug
[θaʊznd pi:pl daI bikɒz əv drg]
Setelah dilaksanakannya tindakan (siklus I) ditemukan adanya
peningkatan dalam pelafalan, transkripsi pengucapan yang muncul pada contoh
kalimat di atas menunjukkan adanya peningkatan pelafalan bunyi [t] pada kata
thousand [θaʊznd]
2) Peningkatan bunyi [f], [v] menjadi [p]
Peningkatan bunyi [f], [v] dapat disimak dalam data berupa kalimat yang
digunakan, sebagai berikut:
(i) T
: Start from last february in this school all students not allow brings
handphone
(data 4)
[sta:t from lɑ:st februəry in dis skul ol stju:dn nαt əloud briŋ
henphʊn]
St
: It’s started from last februəry all students are not allowed to bring
handphone in this school.
[sta:t frəm la:st februari ɔ:l stju:dnt ə: nαt ələud tu briŋ hæn fəun
in ðis skul]
128
(ii) T
: Most the society still fanatic about the govermental sistem in
province (data 2)
[moʊs ov de sosαiəti stil fənætik əbout the gʌvənməntɑl sistəm in
Provins]
St
: Most of the society still fanatic about the governmental system in
provinsi.
[məust əv ðe sə’sαiəti stil fənætik əbαut ðə gʌvənməntl sistəm
in prɒvins]
(iii) T
: The phenomena of national examination always make student
nervous (data 5)
[ðe fənominən ov nænəl egzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt
ne:vəs]
St
: The phenomenon of national examination always make student
nervous
[ðe fə’nominən əv naænəl igzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt
nɜ:vəs]
(iv)
T
: Each party must have the philosophy of Bhineka tunggal
Ika (data 6)
[i:t parti mas həv ðə fəilosəfi əv Bhineka tunggal ika]
St
: Each party must have the philosophy of Bhineka tunggal
Ika
129
[i:t pa:ti məst həv ðə fəlosəfi əv Bhineka tunggal ika]
(v)
T
: They can to enjoy see new up date fashion in Internet (data 7)
[ðeI kən tu enƷɔI si: nju əp tu deIt fesn in intənet]
St
: They can enjoy searching up to date fashion in the internet
[ðeI kən inƷcI s3:tfiŋ Ap tu deIt fæsn on ðə intənet]
Pelafalan bunyi [f] dan [v] yang tepat pada contoh 1-5 menunjukkan terjadinya
peningkatan pada pelafalan bahasa Inggris siswa. Pada siklus I siswa sudah mulai
berhati-hati dalam memproduksi bunyi-bunyi bahasa Inggris saat berbicara.
3) Perubahan bunyi [au], [dƷ], [ə], [o], [ɒ] , [ɜ] menjadi [o],[d ], [a], [a] dan
[o], [e]
Pada tes akhir I ditemukan adanya kesalahan baru, kesalahan ini tidak
ditemukan pada tes awal karena pada tes awal siswa belum mampu
mengemukakan pendapatnya secara gamblang, karena siswa masih berkutat pada
rasa takut untuk memproduksi bunyi dan ketidaktahuan siswa akan bunyi bahasa
tersebut. Berikut ditampilkan kesalahan pelafalan bahasa Inggris yang ditemukan
pada tes akhir siklus I ini.
Data menunjukkan banyak terjadi perubahan bunyi dari bahasa Inggris ke
bahasa Bali maupun bahasa Indonesia. Perubahan-perubahan yang dimaksud bisa
dicermati pada contoh-contoh berikut:
(i)
T
: Thousand people die because of drug (data 1)
[tosənd pi:pel daI bikoz əv drg]
130
St : Thousand people die because of drug
[θaUznd pi:pl daI bikqz əv drg]
(ii) T
: It proved that 70% persons prefer live in the village (data 8)
[it pru:v ðæt 70% p3:sn prife: liv in ðə vilid]
St
:It proved that 70% persons prefer live in the village
[it pru:v ðæt 70% p3:sns prIfʒ: liv in ðə vilidƷ]
(iii)
T
: The government should give special attention to the poor (data 9)
[ðə gʌvənmən səd giv spəsial əenn tu ðə pɔ:]
St
: The government should give special attention to the poor
[ðə gʌvənmən səd giv spəl ə’tenn tu ðə pɔ:]
(iv)
T
: All the material must present in English (data 10)
[ɔl ðə matərial məst prizentid in iŋgli]
St
: All the materials must be presented in English
[ɔl ðə mətiəriəl məst bi prizentid in iŋgli]
(v)
T
: The human resourches quality in Indonesia need to increase
[ðə hju:mən risc kwaleti in indonesia nid tu Inkri:sd] (data 10)
St
: The human resourches quality in Indonesia need to be increased
[ðə hju:mən risc:s kwDləti in indonesia nid tu bi Inkri:sd]
131
(vi)
T : Teenage film bring many problem (data 2)
[ti:nid film briŋs meni probləms]
St : Teenage film brings many problems
[ti:neidƷ film briŋs meni prabləms]
(vii)
T : The phenomena of national examination always make
student nervous (data 5)
[ðə penominən əv naænəl egzæmineIn ɔlweis meIk stju:dnt
ne:ves]
St
: The phenomenon of national examination always make student
nervous
[ðə fə’nominən əv naænəl igzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt
nɜ:vəs]
Jika diperhatikan data di atas maka dapat kita lihat beberapa perubahan
bunyi vokal. Perubahan bunyi vokal seperti itu disebabkan oleh kuatnya
pengaruh bahasa daerah sehingga cara mengucapkannya disesuaikan dengan
apa yang tertulis dengan membaca salah satu dari vokal rangkap tersebut. Oleh
karena itu terjadilah perubahan-perubahan seperti yang tampak pada contoh di
atas, yakni :
contoh 1
contoh 2
contoh 3,4
[au]
[dƷ]
[ə]
berubah menjadi
berubah menjadi
berubah menjadi
contoh 5
contoh 6
[O]
[ɒ]
berubah menjadi
berubah menjadi
pada kata thousand,
pada kata village,
pada kata special dan
material,
[a]
pada kata quality,
[o]
pada kata problem,,
[o]
[d]
[a]
132
contoh 7
[ɜ]
berubah menjadi
[e]
pada kata nervous.
4.3.1.3 Tata Bahasa Inggris Siswa
Pada bagian ini akan dicermati peningkatan dalam tata bahasa siswa,
diantaranya:
1)Kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda
Pada tes akhir I ditemukan adanya peningkatan sejumlah data yang menunjukkan
terjadinya kesesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda yang
mengikutinya.
Contoh :
(i) T : This house believes that public should give a room for putra
daerah... (data 12)
St
: This house believes that public should give a room for putra
daerah...
(ii) T : Sometimes the children like spend times on internet. (data 7)
St : Sometimes the children like spending their times on internet.
Kata penunjuk a yang muncul pada awal kata benda room (pada
contoh 1) sangat tepat karena a menunjukkan benda tunggal (room)
sehingga tidak diperlukan adanya penambahan benda jamak (s) pada kata
room. Demikian pula pada contoh 2, kata benda ’children’ bukanlah orang
ketiga tunggal, sehingga pada kata kerjanya (like) tidak perlu ditambahkan
akhiran ’s’.
133
2) Adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda jamak
Pada siklus I ini, siswa diberikan pemahaman yang lebih mendetail
mengenai tata bahasa, terbukti pada tes akhir I ditemukan adanya peningkatan
dalam pemberian penanda jamak (suffix ’s’ / ’-es’). Peningkatan siswa dapat
dilihat sebagai berikut:
(i) T : There are so many reasons said by the government to increase the
fuel price. (data 9)
St : There are many reasons said by the government to increase the
fuel price.
(ii) T : In big cities in Indonesia there will be many problems of social
living. (data 9)
St : In the Indonesia’s big cities there will be many problems of social
living.
(iii)T : Because Bali had million cultures and arts. (data 8)
St : Because Bali had million cultures and arts
Pada contoh 1-3 di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa
penambahan tanda jamak terhadap kata benda reason, problem, culture
dan art sudah tepat. Sudah jelas ada kata keterangan jamak seperti kata
many (sebelum kata reason,problem), dan million (setelah kata culture
dan art) yang menandakan bahwa kata benda kalimat tersebut harus
dibubuhkan penanda jamak.
134
3) Pemakaian kata kerja bantu ’do/does’
Kesesuaian pada pemakaian kata kerja bantu do telah dibuktikan, berikut bisa
dicermati lebih seksama.
(i) T
: They don’t keep our nation. (data 9)
St
: They don’t keep our nation
(ii) T
: English does not help teacher at all, the student get bored infact
students but they will bored (data 10)
St
: English does not help teacher at all, the student will get bored
infact
Pemakaian kata kerja bantu ’do’ pada contoh 1 dan kata kerja bantu ’does’
pada contoh 2 menunjukkan adanya peningkatan dalam tata bahasa siswa. Proses
pemunculan verba yang berfungsi sebagai kata kerja bantu (auxiliary dengan atau
tanpa sufiks-es) pada kalimat bentuk negative dan interrogative dengan contoh
perubahan dari positive sentence menjadi negative dan interrogative sentence
seperti pada kalimat They keep our nation (contoh 1). Verba keep memerlukan
primary auxiliary ”do” untuk dapat berdistribusi dalam negative sentence karena
verba tersebut mengikuti subjek pertama jamak dan tidak mendapat imbuhan
sufiks –s, sehingga verba keep menjadi don’t keep pada kalimat They don’t keep
our nation.
Perubahan bentuk verba help (yang mendapat sufiks –es) sehingga
mengharuskan auxiliary ’do’ mendapatkan imbuhan sufiks –es sehingga menjadi
’does’, pada saat verba mengikuti subjek pertama dan personal pronoun bentuk
135
tunggal, seperti pada kalimat English helps teacher (contoh 2). Berdasarkan hal
itu, verba help, dalam kasus ini, membutuhkan auxiliary ’do’ bersufik-es,
sehingga verba help mengalami perubahan bentuk menjadi doesn’t help saat
berdistribusi pada negative sentence.
4)Penggunaan to be pada kata nonverbal
Tes
akhir
I
menunjukkan
terjadinya
peningkatan
dalam
penggunaan ’to be’ sebelum kata-kata nonverbal. Beberapa data berikut
digunakan sebagai contoh:
(i)
(ii)
(iii)
T
: Some students are happy join competition (data 10)
St
: Some students are happy to join the competiton
T
: Golkar and PDI are two big parties now (data 6)
St
: Golkar and PDI are two big parties now.
T
: Facebook is a social network will influence student
share everything to the world (data 7)
St
: Facebook is a social network that will influence students
to share everything to the world
(iv)
T
: If parents are more exciting if children study in
internet it will become better (data 7)
St
: If parents are more exciting to let their children study
through internet it will be better
136
Data 1-4 telah ditemukan pemakaian to be yang tepat. Hal ini
dikarenakan semakin tingginya motivasi belajar siswa untuk mampu
menggunakan kosa kata bahasa Inggris secara tepat.
4.3.1.4 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa
Tes akhir I menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam
memilih kosakata yang tepat. Banyak siswa yang masih menggunakan
kosakata yang kurang tepat dalam berbicara. Kesalahan ini terjadi
disebabkan karena pengaruh terjemahan dari bahasa Indonesia yang
memiliki perbedaan kelas kata dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa
Indonesia, tidak ditemukan afiks yang menunjukkan perbedaan kelas kata,
baik itu pada kata benda, kata sifat, kata keterangan seperti yang
ditunjukkan dibawah ini.
saya sukses dalam ujian akhir.
saya mendapat sukses
saya mengerjakan pekerjaan itu dengan sukses.
Sementara dalam bahasa Inggris, pengklasifikasian kata pada umumnya
sangat jelas ditunjukkan, seperti contoh di bawah ini.
I succeeded in the final examination
I was successful in the final examination.
I did the final examination successfully.
Hasil tes akhir I menunjukkan beberapa kesalahan siswa dalam
penggunaan kosakata yang tidak tepat secara sintaksis, diantaranya.
137
(i) T
: With it, however our country’s development will be
succeed. (data 9)
St
: ’With it, however our country’s development will be
successful.
Kata yang bergaris bawah diatas kurang tepat secara sintaksis. Hal ini
karena kata yang harus digunakan setelah ’be’ adalah kata sifat,
sementara kata ’succeed’ berfungsi sebagai kata kerja, kata yang
diperlukan adalah kata ’successful’. sehingga kalimatnya menjadi ’with
it, however our country’s development will be successful.
(ii)T
St
: All of us boring with the English class. (data 10)
: All of us feel bored with the English class
Kata boring pada kalimat di atas harus diganti dengan kata bored,
walaupun kedua kata tersebut termasuk dalam kelas kata sifat
(adjective). Tetapi terdapat perbedaan dalam penggunaan masingmasing. ’bored’ digunakan untuk mendeskripsikan perasaan seseorang
akan kebosanan, sementara ’boring’ mendeskripsikan sesuatu yang
sudah tidak menyenangkan lagi. pada kalimat diatas kata ’boring’
seharusnya menggambarkan semua perasaan, jadi kata pada kalimat
138
diatas harus diganti dengan kata ’bored’ sehingga maksud kalimat di
atas menjadi jelas, yaitu menggambarkan perasaan bosan para siswa.
(iii) T
: Because of that we are in Bali have to tolerance in others.
(data 8)
St
: ’Because of that we are in Bali have to tolerate in others
Tolerance dalam klasifikasi kelas kata termasuk kelas kata
benda. sedangkan dalam kalimat tersebut diperlukan kelas kata kerja,
yaitu kata ’tolerate, sehingga kalimat yang diharapkan menjadi
’because of that we are in Bali have to tolerate in others’
(iv) T
St
: It was a necessary for student to study English (data 10)
: It was necessary for student to study English
Jika menggunakan kata ’necessary’ dengan didahului ’a’ didepan kata
tersebut menunjukkan seolah-olah kata
necessary adalah sebuah kata benda
(noun). padahal kata yang diperlukan untuk menyampaikan maksud kalimat di
atas adalah kata sifat (adjective), sehingga kalimat yang benar seharusnya, ’ it was
necessary for student to study English’
139
Hasil dari tes akhir I ini juga menunjukkan adanya beberapa peningkatan
yang terjadi pada pemilihan kosa kata, bisa dilihat pada data yang ditampilkan
sebagai contoh berikut ini.
Contoh:
(i) T
St
: The articles have to fulfill the technical requirements (data 6)
: The articles have to fulfil the technical requirements
Pemilihan leksikon fulfill berdasarkan arti kamus yang berarti ‘memenuhi’
sudah tepat untuk kalimat di atas.
(ii)T
: Therefore, the tutor quality will raise and the sametime the
educational quality will improve (data 10)
St
: Therefore, the quality of tutors will raise and at the sametime the
educational quality will improve
Pemilihan kata improve sangat tepat karena dirasakan memiliki nuansa yang
lebih idiomatik. Dalam kamus kata improve memiliki arti ‘make or become
better’ yaitu ‘membuat sesuatu jadi lebih baik’. Sehingga pemilihan kosakata
improve dirasakan sangat tepat.
4.3.1.5 Hasil Kuesioner Tes Akhir I
Ada 8 (delapan) pertanyaan yang tercantum di kuesioner tahap II ini,
sama seperti kuesioner tahap I. 4 (empat) pertanyaan disusun untuk mengetahui
140
kesan siswa tentang speaking dan empat pertanyaan lagi disusun untuk
mengetahui pendapat mereka tentang guru bahasa Inggris dalam mengajar
speaking.
Hasil kuesioner menunjukkan 15 siswa (78,9%) menyatakan bahwa
mereka menyukai belajar speaking dengan metode debat plus yang disertakan
dalam proses belajar-mengajar di kelas. Jika dibandingkan dengan hasil tes awal
jelas terlihat peningkatan yang diperoleh siswa. Saat tes awal, 14 (73,7%) siswa
menyatakan bahwa berbicara bahasa Inggris sangat sukar. Melalui metode debat,
15 siswa (78,9%) menyatakan bahwa speaking bukanlah hal yang sukar, seperti
apa yang mereka rasakan saat awal pertemuan. 16 siswa (84,2%) menyatakan
dengan metode debat banyak membantu mereka dalam mengembangkan ide-ide;
16 siswa (84,2%) menyatakan mereka jadi tahu komponen-komponen dalam
speaking yang harus diperhatikan ketika berbicara menyampaikan argument; 17
siswa (89,5%) menyatakan mereka semakin kritis dan termotivasi dalam berbicara
bahasa Inggris dan 17 (89,5%) siswa menyatakan keterampilan berbicara bahasa
Inggris mereka meningkat dan mereka semakin percaya diri dalam berkomunikasi
lisan dengan bahasa Inggris.
Hasil kuesioner ini membuktikan bahwa metode debat plus efektif dalam
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa.
141
4.3.2 Observasi Siklus II
4.3.2.1 Hasil Tes Akhir II
Hasil dari tes akhir II kelas XI IPA dalam mengungkapkan pendapatnya
menunjukkan adanya peningkatan dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris
siswa.
Table 4.5 Hasil tes akhir II
Indikator
Siswa
Total
Nilai
%
(Nilai
dalam%)
Tingkat kemampuan
A
F
C
M
Dwipa
4
3
4
4
15
75
75%
Baik
Juniawan 3
3
4
3
13
65
65%
Cukup
Tunyasa
3 4
4
4
15
75
75%
Baik
Alit
4
3
3
4
14
70
70%
Baik
Supitri
4
4
4
4
16
80
80%
Baik
Arya
3
3
4
4
14
70
70%
Baik
Chintya
4
4
4
4
16
80
80%
Baik
Dimas
3
3
4
3
13
65
65%
Cukup
Eka
4
3
4
3
14
70
70%
Baik
Gde
5
4
5
5
19
95
95%
Sangat baik
Bagus
Indri
5
5
4
5
19
95
95%
Sangat baik
Puji
4
5
5
5
19
95
95%
Sangat baik
Suka
3
3
4
3
13
65
65%
Cukup
Umar
4
3
4
5
16
80
80%
Baik
Windi
4
3
3
3
13
65
65%
Cukup
Dayu
5
4
5
4
18
90
90%
Sangat baik
Wiri
Wiwin
4
5
5
5
19
95
95%
Sangat baik
Yoga
3
4
3
3
13
65
65%
Cukup
Yoga ari 5
4
5
5
19
95
95%
Sangat baik
Rata-rata 3.8 3.6
4.0 3.9
1490
Nilai
77
73
81
78
78%
Baik
Catatan:
A
: Accuracy (ketepatan)
F
: Fluency (kelancaran)
C
: Comprehensibility (pemahaman)
M
: Method of delivering argument (metode penyampian argument)
142
Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam
keterampilan berbicara bahasa Inggris pada tes akhir II adalah 78% dan nilai ini
sesuai dengan nilai target, yaitu 65%.
Hasil dari indikator accuracy ini dalam tes akhir II sudah mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari indikator accuracy adalah
3.8 (77%) dan dinilai bahwa hasilnya sudah cukup baik. Ditemukan hanya 4
(empat) siswa yang mendapat nilai 5 pada indikator ketepatan berbicara, 9
(Sembilan) siswa mendapat nilai 4, dan 6 (enam) siswa mendapat nilai 3.
Sebagian besar siswa sudah mulai memperhatikan ketepatan berbicara bahasa
Inggris, baik pada pegucapan, pembentukan kata dan kalimat serta pemilihan kata
yang tepat.
Dari tabel hasil tes akhir II dapat dijelaskan bahwa kelancaran (fluency)
siswa dalam berbicara sudah cukup baik dan meningkat. Hal ini ditandai dengan
perolehan nilai total yang dicapai sebesar 73% dengan nilai rata-rata 3,6.
Sebanyak 3 siswa memperoleh nilai 5, 7 siswa mendapatkan nilai 4, dan 9 siswa
memperoleh nilai 3. Ekspresi siswa dalam berbicara sudah cukup baik, dengan
penekanan pada kalimat-kalimat yang tampak jelas, jeda dengan menyelipkan
bunyi ee, oo, aa, pada saat berbicara sudah tidak tampak. Ketika guru meminta
pendapat siswa akan topik yang dipilihkan, sebagian besar siswa sudah mampu
memberikan respon jawaban yang cepat, sehingga guru tidak perlu mengulang
lagi memberikan pertanyaan seperti halnya yang terjadi pada tes awal siswa,
sebelum dilakukannya siklus I dan II.
143
Tabel menunjukkan penguasaan topik siswa berada dalam kategori baik.
Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai total siswa sebesar 81%. Rata-rata
siswa cukup paham dengan topik yang ditanyakan kepada mereka, karena topiktopik masalah yang peneliti berikan adalah masalah-masalah seputar dunia siswa
yang dekat dengan kehidupan siswa di sekolah. Siswa juga sudah mulai aktif
mencari bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi untuk kasus-kasus dalam
topik perdebatan yang dilakukan di kelas. Sehingga hal tersebut mampu
memperkaya kosakata siswa. Referensi itu mereka dapat dari berbagai media
massa cetak dan internet.
Siswa dalam menyampaikan pendapat/idenya telah menggunakan katakata yang cukup bervariasi, dan informasi yang disampaikan juga sudah cukup
mendetail. Dalam penyampaian ide/pendapatnya, siswa sudah mampu berbicara
secara terstruktur. Terbukti dengan diperolehnya nilai rata-rata siswa pada
indikator ini yaitu 3.9 atau sekitar 78% siswa sudah mampu menyampaian idenya
dengan baik. Siswa menyampaikan ide/pendapatnya diawali dengan pemberian
definisi ‘apa’ (what), kemudian menjelaskan ‘mengapa’ (why) dan memberikan
kesimpulan di akhir penyampaian idenya. Hal ini tentu saja dikarenakan motivasi
belajar siswa yang telah meningkat, suasana belajar dikelas yang baik, siswa
bersemangat untuk tampil menjadi yang terbaik dalam menyampaikan
ide/pendapatnya dalam bahasa Inggris seputar topik-topik yang dipilihkan.
144
4.3.2.2 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa
Dari hasil tes akhir II, siswa mulai memperhatikan pelafalan kata-kata
bahasa Inggris dengan baik, terbukti dari data yang ditemukan pada hasil tes akhir
II ini, ditemukan adanya peningkatan pelafalan diantaranya :
1) Peningkatan pelafalan bunyi [f], [v]
Bunyi [f], [v] sudah diucapkan dengan tepat oleh siswa. Hal ini dapat disimak
dalam data berupa kalimat yang digunakan, sebagai berikut:
(i) T
: Many value we can take from use english in all lesson
(data 1)
[meni velju: kən wi teik frəm jus eŋglI in ɔ:l lesns]
St
: There are many values can we take from using english in
all lessons
[ðeə meni vælju: kən wi teik frəm jusiŋ iŋglI in ɔ:l lesns]
(ii) T
: With sport like basketball, volleyball and footbal we can
make our brain relax (data 2)
[ baI doiŋ spɔrt laIk bα:skit bɔ:l, volibɔ:l ənd futbɔ:’
wi kən meIk α: breIn rilæks]
St
: By doing sports such as basketball, volleyball, and football
we can make our brain relax
[ baI duiŋ spɔ:t sʌt əs bα:skit bɔ:l, volibɔ:l ənd futbɔ:’ wi
kən meIk α: breIn rilæks]
145
Contoh di atas menunjukkan adanya peningkatan pelafalan bunyi [f] dan
[v] yang diucapkan oleh siswa.
2) Ketepatan pengucapan bunyi [ɜ]
Pada siklus II, siswa sudah mulai berhati-hati dalam mengucapkan setiap kata
pada kalimat, sehingga kesalahan pada pelafalan sudah mampu diminimalisir.
berikut ditemukan satu bukti adanya peningkatan pelafalan, yaitu :
(i) T
: Government must make some work plan to help the poor (data 3)
[gʌvənmənt məst meIk sɑm wɜ:k plæns tu help ðə pɔ:]
St
: Government must make some work plan to help the poor
[ gʌvənmənt məst meIk sʌm wɜ:k plæns tu help ðə pɔ:]
Ketepatan pelafalan bunyi [ɜ] menunjukkan peningkatan siswa dalam
memproduksi bunyi-bunyi bahasa Inggris.
4.3.2.3 Tata Bahasa Inggris Siswa
Pada bagian ini dicermati peningkatan tata bahasa siswa salam berbicara
bahasa Inggris, peningkatan tersebut sebagai berikut.
1) Kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda
Sebagian besar siswa sudah memperhatikan bentuk kata penunjuk dengan
kata benda yang mengikutinya. Apabila kata penunjuk dalam bentuk singular
maka tidak perlu dibubuhkan penanda jamak (s/es) pada akhir kata benda.
146
Contoh :
(i) T
St
(ii) T
St
: ... a social network problem can occur everywhere (data 4)
: ... a social network problem can occur everywhere
: Poverty is a damage of the indonesia government (data 5)
: Poverty is a threat of the indonesia government
Artikel a yang muncul pada awal kedua kata benda di atas (pada contoh 1
dan 2) menunjukkan bahwa kata benda pada kalimat tersebut sudah tunggal,
sehingga tidak diperlukan adanya akhiran ’s/es’.
2)Adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda jamak
Suffix ’s’/’-es’ sebagai penanda jamak, ditemukan dalam data ini.
Siswa sudah mampu menghasilkan ujaran yang jelas dengan disertai akhiran
’s/es’ sebagai penanda jamak dari kata benda yang mereka sampaikan dalam
kalimat, contohnya dapat dilihat sebagai berikut:
(i) T : Students and their future will brighter without drug. (data 6)
St : Students and their future will be brighter without drug.
(ii) T : All students to be know result examination theirself (data1)
St : All students know their examination result.
(iii)T : Cigarettes have many consumers (data 7)
St : Cigarettes have many consumers
147
Pada contoh 1-3 di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa penambahan tanda jamak
terhadap kata benda, student, dan buyer semuanya tepat. Kata keterangan jamak
seperti kata their (setelah kata student), all (sebelum kata student) dan many
(setelah kata consumer yang menandakan bahwa kata benda kalimat tersebut
harus dibubuhkan penanda jamak.
3) Penggunaan kata kerja bantu do atau did yang tepat
Hasil siklus kedua menunjukkan adanya kesesuaian pada pemakaian kata kerja
bantu do dan disesuaikan dengan jenis kata yang mengikutinya, contoh dalam
data, yaitu :
(i) T
: For example, would you like to listen your teacher teaching
science by using English language meanwhile you do not
understand what he said?” (data 1)
St
: For example, would you like to listen your teacher teaching
science by using English language meanwhile you don’t
understand what he said?”
(ii) T
: Many parents do not guide their children,because they busy
work. (data 8)
St
: Many parents do not guide their children because they are busy
at work
148
(iii) T
: The fact proved that many Indonesian films do not educate the
Teenagers (data 8)
St
: The fact proved that many Indonesian films do not educate the
teenagers
Penggunaan kata kerja bantu do dengan perubahan bentuknya (does, did, dan
done) agar bisa bersesuaian dengan kata kerja utama sehingga secara berturutturut menjadi you do not (1), many parents do not (2) dan indonesian films do not
(3).
3) Penggunaan to be sebelum kata-kata nonverbal
Data menunjukkan adanya peningkatan dalam penggunaan to be
sebelum kata-kata nonverbal. Beberapa data berikut digunakan sebagai contoh:
(i) T
St
(ii) T
St
: There is an agreement and disagree answer (data 7)
: There is an agreement and disagreement respon
: If they are careless their children can use cigarette (data 7)
: If they are careless their children can produce cigarette
Data 1-2 ditemukan pemakaian to be pada tempat yang tepat. Seperti telah
disebutkan di depan bahwa to be disepadankan dengan adalah. Sehingga pada
kalimat di atas diperlukan to be ’is’ (contoh 1) dan to be ’are’ (contoh 2).
149
4.3.2.4 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa
Data hasil tes akhir II menunjukkan peningkatan yang dialami siswa dalam
pemilihan kosa kata yang tepat, seperti:
(i) T
St
: The meaning of study hard is to study regularly. (data 1)
: The meaning of study hard is to study regularly.
Pada contoh 1, kata ‘mean’ merupakan kata kerja (verb), sedangkan kata
yang diperlukan dalam kalimat pada contoh 1 adalah kata benda (noun),
sehingga posisi kata ‘mean’ (verb) digantikan dengan kata ‘meaning’
(noun). Dalam kalimat tersebut, siswa sudah mampu memilih dengan tepat
kata benda (meaning) yang dimaksudkan dalam kalimat.
(ii) T
: Children just study to satisfy their parents to keep the
family harmonious (data 8)
St
: Children just study to satisfy their parents to keep the
family harmonious
Penggunaan kata ‘harmonious’ dinyatakan sudah tepat karena kata yang
seharusnya digunakan setelah kata ‘family’ adalah kata sifat (adjective),
sehingga kata yang digunakan adalah kata ‘harmonious’.
150
(iii). T
: The member of the party discuss the new regulation with
seriously(data 9)
St
: The member of the party discuss the new regulation
Seriously
Kata ‘seriously’ pada contoh nomor 4 merupakan kata keterangan
(adverb). Kalimat pada contoh 4 dinyatakan sudah tepat karena
diperlukan sebuah kata keterangan untuk menerangkan kata kerja
(discuss).
(iv). T : If there many parties it will spend much money for
celebrating the feast day (data 9)
St : If there are many parties it will spend much money for
celebrating the feast day
Kata celebrating dalam contoh diatas sudah dinyatakan tepat,
karena setelah menggunakan kata for harus diikuti dengan bentuk –ing,
sehingga kata yang tepat menjadi kata celebrating.
(v) T : Because of that we are in Bali have to tolerate in others (data 4)
St : Because of that we are in Bali have to tolerate in others ...
151
Demikian halnya pada contoh 5, kata tolerate yang merupakan kelas kata
kerja(verb) yang telah digunakan dengan tepat menjadi ‘to tolerate’ (verb) .
Data hasil tes akhir II masih menunjukkan beberapa kesalahan kecil yang
terjadi pada pemilihan kosa kata siswa secara semantik. Hal seperti ini muncul
dikarenakan antara lain oleh kurangnya pemahaman yang benar terhadap makna
suatu kata. Kesalahan yang dimaksud bisa dilihat pada data yang ditampilkan
sebagai contoh berikut ini.
Contoh:
(i) T
: Students can practice Englsh to repair their language skill (data 1)
St
: Students can practice Englsh to improve their language skill
Pada contoh di atas, pemilihan kata repair kurang tepat, karena yang dimaksudkan
dalam kalimat tersebut adalah ‘mampu meningkatkan menjadi lebih baik’. Kata
repair akan tepat jika dimaksudkna untuk menyatakan ‘memperbaiki sesuatu
benda’.
Maka, kata yang tepat untuk menggantikan kata repair adalah kata
improve karena memiliki arti yang lebih idiomatik, yaitu ‘meningkatkan sesuatu
menjadi lebih baik’. Sehingga makna dan pesan dari kalimat di atas dapat
dipahami.
(ii)T
: So the distance my age with my brother is about three
years (data10)
St
: So the difference my age with my brother is about three years.
152
Demikian pula pada contoh di atas, kata distance dirasakan tidak
tepat untuk memberikan makna ‘jarak’, karena pesan yang dimaksudkan dalam
kalimat tersebut adalah, ‘perbedaan umur’, sehingga pemilihan kata difference
lebih tepat untuk menggantikan kata distance.
Tindakan dihentikan pada siklus II karena hasil perolehan rata-rata
siswa telah sesuai dengan standar yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu 65.
hal ini juga berarti bahwa penelitian ini telah mencapai keberhasilan sesuai
dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus pra-tindakan, siklus I
dan II, diperolehlah perbandingan ketiga rata-rata siswa pada tiap tingkatannya.
Hal ini dapat disimak pada data kuantitatif hasil perolehan nilai siswa disetiap
siklus yang mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya, dapat disimak tabel
nilai rata-rata yang diperoleh siswa ditiap-tiap siklus di bawah ini.
Tabel 4.6 Nilai rata-rata tiap Siklus
Tes
Tingkat
X
penguasaan
Tes Awal
43
Sangat rendah
Tes Akhir I
64
Cukup
Tes Akhir II
78
Baik
Berdasarkan keseluruhan hasil belajar siswa pada siklus pra tindakan,
siklus I dan siklus II, diperolehlah perbandingan ketiga nilai rata-rata siswa pada
tiap tingkatannya ditampilkan dalam tabel diagram di bawah ini.
153
Tabel 4.7 Peningkatan siswa di tiap Siklus
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tes Akhir II
Tes Akhir I
Tes Awal
Tes
Awal
Tes
Tes
Akhir I Akhir II
Data kuantitatif juga didukung oleh data kualitatif dalam penelitian ini
yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan ditiap siklus. Kuesioner yang
mencakup respon siswa terkait dengan pemberian tindakan dengan metode debat
plus mendukung peningkatan penguasaan keterampilan berbicara siswa.
154
BAB V
KURIKULUM, SILABUS, RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN, MATERI, DAN EVALUASI
Bab ini membahas tentang sumbangan linguistik di dalam proses
pembelajaran dan hubungan antara linguistik dan pengajaran bahasa dalam
menyukseskan proses belajar mengajar. Dalam bab ini dibahas pula kurikulum,
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan evaluasi yang digunakan
selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas yang disimpulkan sangat efektif
dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan membandingkan
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan evaluasi yang dipakai
disekolah tempat berlangsungnya penelitian ini (SMA Pariwisata Kertha Wisata).
5.1 Linguistik Terapan
Pengajaran bahasa merupakan salah satu cabang dari linguistik terapan
(applied linguistics), karena pengajaran bahasa merupakan aktivitas yang berfokus
pada aplikasi dari ilmu bahasa. Linguistik terapan berusaha untuk menerapkan
hasil penelitian linguistik untuk keperluan praktis, atau memecahkan persoalan
praktis yang berhubungan dengan bahasa, bahasa dijadikan alat. Contoh: dalam
pengajaran bahasa dan penerjemahan mengutamakan penelitian bahasa dari segi
internal.
Dalam
pengajaran
linguistik
termasuk
juga
psikolinguistik
dan
sosiolinguistik membekali guru tentang teori-teori seputar hakikat bahasa, proses
155
berbahasa, pemerolehan bahasa, penggunaan bahasa secara aktual dalam
komunikasi sehari-hari dan lain-lain yang bisa dijadikan asumsi dasar atau
panduan dalam menentukan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa
termasuk didalamnya adalah pengorganisasian materi.
Linguistik membekali guru dengan kemampuan untuk menganalisis aspekaspek bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, semantik) yang berguna dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran bahasa. Pada dasarnya metodologi pengajaran bahasa adalah cabang
linguistik terapan yang menitikberatkan perhatiannya pada kemungkinan teoriteori linguistik dipakai,
dimanfaatkan atau dipraktekkan dalam proses
pembelajaran bahasa.
5.2 Desain Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas).
Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,
sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap
memasuki pendidikan dasar Richards (1985:145).
Kurikulum dikatakan sebagai bahan acuan dalam pengajaran. Kurikulum
yang berlaku saat ini dan digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata adalah
kurikulum KTSP 2006. KTSP 2006 lebih sederhana dibandingkan KBK 2004.
Kurikulum 2006 ini didisain sedemikian rupa sehingga pembelajaran grammar
156
yang monoton dieliminisasi karena pembelajaran yang fokus ke grammar bisa
membuat siswa terpaku dengan pola tata bahasa. Kini siswa bisa lebih luwes
menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan, dalam
kurikulum 2006 ini siswa menjadi lebih komunikatif yaitu dengan belajar
language focus atau ungkapan kebahasaan atau expressing something, seperti
mengungkapkan pendapat, mengucapkan terima kasih, dan juga belajar
memberikan respon. Selain itu juga ada teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa,
seperti teks dalam bentuk procedure yang biasanya sering digunakan dalam teks
berupa cooking instruction, ataupun petunjuk pemakaian suatu alat. Ada lagi teks
bergenre Analytical Exposition, Hortatory Exposition, dan Discussion yang sangat
berguna bagi siswa untuk berlatih cara mengemukakan pendapat dan berdebat
dalam tata cara yang benar.
5.3 Silabus
Silabus adalah suatu rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran dan
pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar dari suatu mata pelajaran. Silabus
ini merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Dengan demikian
pengembangan silabus ini minimal harus mampu menjawab pertanyaan sebagai
berikut: kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik, bagaimana
cara membentuk kompetensi tersebut, dan bagaimana cara mengetahui bahwa
peserta didik telah memiliki kompetensi itu.
157
Harmer (1983:19) menyatakan bahwa silabus ini akan sangat
bermanfaat sebagai pedoman bagi pengajar karena berisi petunjuk secara
keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi
yang harus
dipelajari oleh peserta didik. Selain itu, juga menerangkan tentang
kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan
dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Dengan berpedoman
pada silabus diharapkan pengajar akan dapat mengajar lebih baik, tanpa
khawatir akan keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar
mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi
yang seharusnya. (Harmer
1983:19).
5.3.1 Profil Pembelajar
Profil pembelajar mencakup tiga komponen utama yaitu, gambaran
tentang
pembelajar,
gambaran
tentang
kebutuhan
belajar
siswa
(pembelajar) dan gambaran tentang materi pembelajaran yang akan
diajarkan (Harmer, 1983:22).
Objek pembelajar dari penelitian ini adalah siswa kelas sebelas (XI)
IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Berikut informasi tentang
profil pembelajar pada penelitian ini.
1. Jenis Kelamin
: Siswa Laki-laki dan Perempuan
2. Jumlah Siswa
: 19 siswa
3. Umur
: 16-17 tahun
158
4. Latar Belakang Keluarga
: Ekonomi menengah ke bawah
5. Tingkat kepandaian (profiency) : Rendah
6.
Motivasi
: Lancar berbahasa Inggris agar mampu
lulus Ujian Akhir
7. IQ rata-rata
8.
Sikap
: Sedang
: Siswa cukup serius dalam proses
belajar mengajar dan memiliki
motivasi belajar yang cukup baik
dalam
mengikuti
pembelajaran
dikelas. Namun disaat tertentu
pada
pertengahan
pembelajaran,
proses
ketika
berbicara,
siswa tampak kurang konsentrasi
karena takut salah ucap, terdiam
setelah mengucapkan satu sampai
dua kalimat, tampak
lelah dan
terlihat malas.
9.
Minat
:
Meningkatkan
kemampuan
berbicara bahasa Inggris siswa,
termasuk pelafalan, kosa kata
dan tata bahasa siswa.
159
10.
Bahasa yang dikuasai siswa
: Bahasa Indonesia dan Bahasa
Ibu (bahasa Bali)
11.
Latar Belakang Pendidikan
: Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Swasta
12.
Tujuan Belajar
: secara umum, tujuan belajar
siswa
adalah
mampu
berkomunikasi dalam bahasa
Inggris sehingga siswa dapat
lulus Ujian Nasional SMA.
5.3.2 Analisis Kebutuhan Belajar Siswa (Needs Analysis)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan belajar
siswa adalah mengetahui materi ajar apa yang sudah mampu dikuasai siswa, apa
yang harus mereka kuasai di akhir pembelajaran dan apa materi yang ingin
mereka ketahui. Bahan ajar disusun secara terstruktur berdasarkan kebutuhan
pembelajar dan berdasarkan rencana kegiatan belajar mengajar yang telah
ditetapkan dan harus mendukung kegiatan belajar tersebut dalam rangka mencapai
tujuan kompetensi yang diinginkan. Sebelum bahan ajar tersebut disusun, perlulah
dilakukan suatu analisis yang merupakan prosedur untuk mengumpulkan
informasi tentang kebutuhan pembelajar yang disebut dengan needs analysis
(Richard, 1986: 51). Richard menyatakan bahwa needs analysis adalah suatu
aktivitas yang mendeskripsikan perbedaan antara aktivitas bahasa apa yang sudah
160
dikuasai dan dilakukan pembelajar
saat ini dan aktivitas bahasa apa yang
diharapkan mampu dikuasai siswa nantinya.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, analisis kebutuhan dari
penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:
1. Kebutuhan berkomunikasi (Communication needs) :
kebutuhan
berkomunikasi yang tinggi, mengingat sekolah tempat siswa ini belajar
adalah sekolah plus pariwisata yang mengharapkan siswanya siap kerja
sehingga diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar.
2. Prinsip Target Kebutuhan (Principal Target Needs) :
mampu
berkomunikasi dengan baik dan lancar, memahami pembicaraan, mampu
menyampaikan pendapat dan mampu merespon pertanyaan dengan lafal
yang benar, tata bahasa yang tepat dan kosa-kata yang yang luas serta
mampu dipahami.
3. Kebutuhan Belajar (Learning Needs)
:
a. Menyampaikan pendapat; meminta dan memberi pendapat
(expressing opinion; asking and giving opinion)
b. Menyampaikan setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal
(agree and disagree)
c. Menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan (likes and dislike)
161
d. Menyampaikan ekspresi dalam menanyakan pandangan (asking
someone’s point of view)
5.3.3 Analisis Frame Faktor (Frame Factors Analysis)
Dalam mengembangkan silabus, sangat perlu diperhatikan situasi dan
kondisi dimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan karena hal tersebut
mendukung berhasilnya proses belajar mengajar di kelas. Situasi dan kondisi yang
dimaksud meliputi, jumlah siswa di dalam kelas, tipe kelas, dan sarana parasarana
pendukung yang tersedia di kelas. Berikut dijabarkan analisis frame faktor:
1. Deskripsi kelas
: Pembelajaran ini dimulai pukul 11.45-13.10 setiap
hari Selasa dan Jumat. Karena pelajaran ini dilaksanakan siang hari,
sebagian besar siswa tampak lelah, hilang semangat belajar, kurang
konsentrasi, mengantuk dan gerah karena tidak disediakan AC atau kipas
angin. Ruangan kelas cukup besar sehingga tampak sangat cukup
menampung jumlah siswa yang hanya 19 siswa.
2.
Sarana dan Prasarana mengajar
:
teks,
3. Kendala belajar yang mungkin muncul
:
kartu,
gambar,
lembar
distribusi yang ditempel.
kata-kata
asing,
salah
memahami arti kata, kesulitan mencari kata-kata yang dimaksud karena
ketidaktahuan siswa.
5.3.4 Tujuan (Objective)
Tujuan dari disusunnya disain pembelajaran pada penelitian ini adalah:
162
1.
Memotivasi siswa agar mampu lebih aktiv dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Inggris, seperti :
a) Siswa dapat merespon dengan benar terhadap tindak tutur:
mengungkapkan/meminta pendapat (expressing: opinion ).
b) Siswa
dapat
melakukan
presentasi
lisan
dengan
menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan
berterima dalam berkomunikasi sehari-hari dengan metode
debat plus.
c) Siswa
dapat
mengungkapkan
pendapatnya
dengan
menyertakan alasan.
d) Siswa dapat melakukan berbagai tindak tutur dalam wacana
lisan interpersonal/ transaksional: memberikan pernyataan
setuju dan tidak setuju
e) Siswa dapat merespons dengan benar terhadap tindak tutur:
menyatakan berbagai sikap (suka dan tidak suka).
f) siswa mampu menyampaikan ekspresi untuk menanyakan
pandangan (asking someone’s point of view) terhadap
sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of
view)
mengungkapkan
perasaan
senang
(expressing
pleased) dan mengungkpakan ekspresi ketidaksukaan
(expressing displeased) dengan bahasa yang benar.
163
2. Mengembangkan tingkat penguasaan kosa-kata siswa dan struktur
tata bahasa Inggris siswa.
Keempat elemen tersebut (profil pembelajar, analisis kebutuhan belajar
siswa, analisis frame faktor, dan tujuan ) merupakan dasar dari
perencanaan awal pembelajaran.
Silabus yang digunakan untuk kelas XI IPA SMA Pariwisata
Kertha Wisata adalah Silabus Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Muatan Lokal Bahasa
Inggris yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Badan Standar Nasional Pendidikan untuk kelas XI. Silabus Sekolah
ini terdiri atas Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Materi
Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, dan Alokasi
Waktu. Berikut ditampilkan silabus bahasa Inggris kelas XI SMA
Pariwisata Kertha Wisata Denpasar.
164
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
(Menit)
Mendengarkan
1.
Memahami
makna dalam
percakapan
transaksional
dan
interpersonal
resmi dan
berlanjut
(sustained)
dalam
konteks
kehidupan
sehari-hari
1.1
Merespon makna dalam percakapan
transaksional (to get things done)
dan interpersonal (bersosialisasi)
resmi dan berlanjut (sustained)
secara akurat, lancar, dan berterima
yang menggunakan ragam bahasa
lisan dalam konteks kehidupan
sehari-hari dan melibatkan tindak
tutur: setuju dan tidak setuju,
perasaan senang /tidak senang
(pleased, displeased)
o Setuju-senang

o tidak setujutidak senang
Melakukan studi
pustaka untuk
mengidentifikasi
berbagai ungkapan
setuju dan tidak
setuju, senang, tidak
senang beserta
responnya secara
kelompok.
Mengungkap
kan makna
dalam teks
percakapan
transaksional
dan
interpersonal
resmi dan
berlanjut
(sustained)
dalam
konteks
kehidupan
sehari-hari
Mengungkapkan makna dalam
o setuju-suka
percakapan transaksional (to get things
done) dan interpersonal (bersosialisasi)
resmi dan berlanjut (sustained) dengan
menggunakan ragam bahasa lisan secara o tidak setujuakurat, lancar dan berterima dalam
tidak suka
konteks kehidupan sehari-hari dan
melibatkan tindak tutur: Menyampaikan
kesukaan dan ketidaksukaan terhadap
suatu setuju dan ketidaksetujuan terhadap
suatu hal.






Mendengarkan
percakapan
transaksional/interper
-sonal melalui tape
secara klasikal

Mendiskusikan
tindak tutur yang
digunakan dan
responnya dalam
percakapan yang
didengar secara
berkelompok
Berbicara
3.


Bermain peran secara
berkelompok
Mengidentifikasi makna tindak
tutur mengungkapkan setuju
Merespon tindak tutur tidak
setuju
Mengidentifikasi makna tindak
tutur tidak setuju
Merespon tindak tutur tidak setuju
Mengidentifikasi makna tindak
tutur tidak senang
Merespon tindak tutur tidak
senang
Tertulis
2 x 45
menit
Quiz
Tugas



Menggunakan tindak tutur setujusuka
Merespon tindak tutur menasehati
Menggunakan tindak tutur tidak
setuju-tidak suka
Tugas
Performa
ns
2x 45
menit
165
Standar Kompetensi
Materi
Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
(Menit)
Berbicara
2 x 45
5. mampu memahami
presentasi lisan secara
terstruktur dengan
menggunakan ragam
bahasa lisan secara
akurat, lancar dan
berterima dalam
berkomunikasi seharihar

5.2 Merespon makna
dan langkah dalam
sebuah presentasi lisan
yang menggunakan ragam
bahasa secara akurat,
lancar dan berterima
dalam konteks kehidupan
sehari-hari
Memahami
struktur sebuah tes
lisan dengan
menyimak
 (introduction,
body,conclusi
on)


Menyimak sebuah
naskah presentasi
Mendiskusikan
berbagai aspek dari
teks seperti isi,
struktur teks, secara
berkelompok.
Membaca nyaring bermakna
naskah presentasi ragam tulis
quiz
yang dibahas dengan ucapan
dan intonasi yang benar

Mengidentifikasi topik dari
teks yang dibaca

Tes
tertulis
Mengidentifikasi informasi
tertentu dari teks presentasi
tugas
berbicara
6. mampu
menggunakan ekpresi
dalam menanyakan
pandangan (asking
someone’s point of
view) (expressing point
of view)) dengan
menggunakan ragam
bahasa lisan secara
akurat, lancar dan
berterima dalam
berkomunikasi seharihari
6.2 Menyampaikan
ekspresi dalam
menanyakan pandangan
(asking someone’s point
of view) memberikan
pandangan (expressing
point of view)
 menanyakan
pandangan
(asking
someone’s point
of view)
 memberikan
pandangan
mampu menggunakan
kalimat untuk
menanyakan pandangan
(asking someone’s point
of view) memberikan
pandangan (expressing
point of view)
memberikan pandangannya
terhadap sebuah acara televise
dan film dengan menggunakan
ekpresi menyampaikan
pandangan secara tepat.
(expressing point
of view)
5.6 Silabus SMA Pariwisata Kertha Wisata
Tugas
2 x 45
Performa
ns
166
SILABUS
Mata Pelajaran
Kelas
Semester
Aspek
Standar kompetensi
Kompetensi
dasar
Materi
pembelajaran
: Bahasa Inggris
: XI
: II
: Speaking (berbicara)
: Siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan
ragam bahasa lisan secara lancar dan berterima dalam
konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak
tutur
Kegiatan
pembelajaran
Indikator
penilaian
Teknik
Siswa mampu
mengungkapkan /
menyampaikan
pendapat, ide,
opini dan
memberi
pendapat dengan
benar dengan
menggunakan
ragam bahasa
lisan secara
akurat, lancar dan
berterima dalam
berkomunikasi
sehari-hari
Menyampaikan
Pendapat
(Expressing opinion)

* Asking for opinion
1. what do you think
about?

*Giving opinion
1. I think that… I
believe that…



siswa
memperhatikan
pemaparan
tentang cara
menyampaikan
pendapat (asking
for opinion,
giving opinion,
Menggunakan
ekspresi
menyampaikan
pendapat,membe
ri pendapat
Memprakktekan
penggunaan
ekspresi dalam
menyampaikan
pendapat dengan
melakukan debat
secara
berkelompok
membahas
kesalahan dalam
penggunaan
bahasa yang
dilakukan slama
kegiatan
berdebat.
mengulas
kembali topic
yang dibahas
sehingga
memungkinkan
adanya pendapat
tambahan dari
siswa

siswa
memperhatikan
pemaparan
tentang cara
menyampaikan
pendapat.

melakukan
presentasi lisan
Memprakktekapr
esentasi lisan



siwa mampu
menggunakan
kalimat untuk
menyampaikan
pendapat,
menanyakan
pendapat,
pernyataan
setju dan tidak
setuju dalam
praktik
berdebat
perkelompok
merespon
dengan benar
terhadap
tindak tutur :
mengungkapka
n pendapat.
Observasi
Instrument
contoh
Melakukan role
play menanyakan
pendapat,
menyampaikan
pendapat,
menyatakan setuju
dan
ketidaksetujuan
A: “what do you
think about living in
Bali and living in
Jakarta?”
Melakukan debat
dengan
Motion/topik
debat
Alokasi
waktu
Sumber
belajar
2 x 45minutes
Buku Look a
head II
Progress
handbook
B: “……………!”
Kangguru
Indonesia
Siswa akan lebih
memahami cara
menyampaikan
pendapat dengan
berpartisipasi
langsung dalam
kegiaan debat
Guidelines
for debating
167


Siswa mampu
menampilkan
presentasi
lisan(debat plus)
tentang suatu
topic secara
terstruktur dengan
menggunakan
ragam bahasa
lisan secara
akurat, lancar dan
berterima dalam
berkomunikasi
sehari-hari
dengan topic
yang diberikan
secara
berkelompok
membahas
kesalahan dalam
penggunaan
bahasa yang
dilakukan slama
kegiatan
presentasi
mengulas
kembali topic
yang dibahas
sehingga
memungkinkan
adanya pendapat
tambahan dari
siswa

siswa mampu
melakukan
presentasi lisan
secara
berkelompok
dengan
menggunakan
ragam bahasa
lisan
secara
akurat, lancar
dan berterima
dalam
berkomunikasi
sehari-hari
siswa mampu
menyampaikan
pendapat dan
alasan dengan
menggunakan
bahasa
yang
tepat.
Melakukan
presentasi lisan
memaparkan
informasi atau
pendapat tentang
suatu topik yang
diberikan dengan
memperhatikan
tahapan-tahapan
presentasi lisan.
*state the topic of
presentation (e.g.,
today I will discuss a
primary school
classroom)

*give the listener a
plan of what is to be
discussed (e.g., I will
first consider two
points in favour”)
Observasi
Melakukan
presentasi sesuai
dengan aturan
melakukan
presentasi
“well good morning
member of this
house, in this lovely
occasion I would
like to discuss
about the role of
education…”
2 x 45minutes
Buku Look a
head II
Progress
handbook
Guidelines
for debating
New
interchange
book
*use connectives that
can help your
audience have a
sense of structure
(e.g, firstly,
secondly..
* give signal to the
listener that the talk
is almost finished:
“In conclusion …”
Kompetensi
dasar
Materi
pembelajaran
Kegiatan belajar
Indikator
penilaian
Teknik
Siswa mampu
mengungkapkan /
menyampaikan
pernyataan setuju
dan tidak setuju
dengan benar
dengan
menggunakan
ragam bahasa
Menyampaikan
setuju dan
ketidaksetujuan
terhadap suatu hal.
(Expressing
agreement dan
disagreement)

Siswa
memperhatika
n pemaparan
tentang cara
menyampaika
n pernyataan
setuju dan
ketidaksetujua
n terhadap

siwa mampu
menggunaka
n
kalimat
untuk
menyampai
kan
pernyataan
setuju dan
tidak setuju
Observation
debat
Instrumen
Contoh
Membuat
dialog sigkat
menyatakan
setuju dan tidak
setuju
berdasarkan
model yang
A: I don’t
think that
some parents
are wise. they
don’t listen
to us?
B. I agree
wakt
u
Sumber belajar
1x 90
minut
es
Buku Look a head II
Progress handbook
Guidelines for debating
LKS Kreatif
168
lisan secara
akurat, lancar dan
berterima dalam
berkomunikasi
sehari-hari
*agreement (I
agree, I think
so,etc)

*disagreement (I
don’t think so, I
disagree,etc)



P
O
Siswa mampu
mengungkapkan
ekpresi suka dan
tidak suka
terhadap sesuatu
fenomena,topic,h
al yang ada
dengan
menggunakan
ragam bahasa
lisan secara
akurat, lancar dan
berterima dalam
berkomunikasi
sehari-hari
Menyampaikan
kesukaan dan
ketidaksukaan
terhadap suatu
setuju dan
ketidaksetujuan
terhadap suatu hal.
(Expressing like
and dislike )




Siswa mampu
menggunakan
ekpresi dalam
menanyakan
pandangan
Menyampaikan
ekspresi dalam
menanyakan
pandangan
(asking someone’s

dalam
siswa
mampu
merespon
dengan baik
tindak tutur
yang tepat

S
*Likes (I like, I
love, I am keen
on, I am crazy
about, we all
enjoy, etc)
*dislike (I don’t
really like, I
dislike, I am not
really interested
in, can’t enjoy, I
can’t stand, I
hate,etc)
suatu hal
Menggunakan
ekspresi
menyampaika
n pernyataan
setuju dan
tidak setuju
Memprakktek
an
penggunaan
penyataan
setuju dan
tidak setuju
dalam
menyampaika
n pendapat
membahas
kesalahan
dalam
penggunaan
bahasa yang
dilakukan
slama
kegiatan
berdebat.
mengulas
kembali topic
yang dibahas
sehingga
memungkinka
n adanya
pendapat
tambahan dari
siswa
Siswa
memperhatika
n pemaparan
tentang cara
menyampaika
n pernyataan
suka dan tidak
suka terhadap
sesuatu
Menggunakan
ekspresi
menyampaika
n suka dan
tidak suka
dengan bahasa
yang benar
Memprakktek
an
penggunaan
penyataan
suka dan tidak
suka dengan
memeberikan
pendapat
terhadap
gambar yang
diberikan
(berkelompok
).
membahas
hasil dari
pemaparan
kelompok
(ketepatan
berbahasa)

Siswa
memperhatika
n pemaparan
tentang cara
menanyakan


diberikan
Melakukan
debat dengan
Motion/topik
debat yang
diberikan
with you. the
try to give us
a lot of
advice
Advanced Learning
English II
T
T
E
S
T
I
siwa mampu
menggunaka
n
kalimat
untuk
menyampai
kan
suka
dan
tidak
suka
terhadap
sesuatu
secara tepat.
melakukan
debat dengan
menggunakan
ungkapan suka
dan tidak suka
terhadap topic
yang
dipilihkan dan
menyampaika
n pendaoatnya
berdasarkan
kesukaan atau
ketidak sukaan
tersebut
Observation
Siswa
memberikan
tanggapan suka
dan tidak suka
terhadap
movies/tv
programs yang
diberikan.
A: Do you
like the
comedian
series bajaj
bajuri?
1 x 90
minut
es
Buku Look a head II
debat
Melakukan
debat dengan
Motion/topik
debat yang
diberikan
Progress handbook
Guidelines for debating
B. …
Advanced Learning
English II
“I like
watching
“Liputan 6”,
personally I
believe that
watching
Liputan 6 not
only gives
me the latest
information,
but also
increasesmy
awareness
about the
environment”
..
siswa
mampu
menggunaka
n
kalimat
untuk
Observation
Debat
Siswa
memberikan
pandangannya
terhadap sebuah
acara televise
2 x 45
minut
es
Buku Look a head II
Progress handbook
169
(asking
someone’s point
of view) terhadap
sesuatu,hal
memberikan
pandangan
(expressing point
of view)
mengungkapkan
perasaan senang
(expressing
pleased) dan
mengungkpakan
ekpresi
ketidaksukaan
(expressing
displeased)
dengan
menggunakan
ragam bahasa
lisan secara
akurat, lancar dan
berterima dalam
berkomunikasi
sehari-hari
point of view)
terhadap
sesuatu,hal
memberikan
pandangan
(expressing point
of view)
mengungkapkan
perasaan senang
(expressing
pleased) dan
mengungkpakan
ekpresi
ketidaksukaan
(expressing
displeased)

*asking someone
point of view (I’d
be glad to have
your view on ..)
*Expressing
points of view
(personally, I
believe.. )
*Expressing
pleased (How
wonderful..)

*Expressing
displeased (I am
very annoyed.. )

P
O
S
pandangan
seseorang
terhadap
sesuatu, cara
menyampaika
n pandangan
terhadap
sesuatu, cara
mengungkapk
an ekspresi
suka dan
ketidaksukaan
Menggunakan
ekspresi
menanyakan
pandangan
seseorang
terhadap
sesuatu, cara
menyampaika
n pandangan
terhadap
sesuatu, cara
mengungkapk
an ekspresi
suka dan
ketidaksukaan
dengan bahasa
yang benar
Memprakktek
an
penggunaan
penyataan
menanyakan
pandangan
seseorang
terhadap
sesuatu, cara
menyampaika
n pandangan
terhadap
sesuatu, cara
mengungkapk
an ekspresi
suka dan
ketidaksukaan
dengan benar
melalui
latihan
menyampaika
n pandangan
membahas
hasil dari
pemaparan
kelompok
(ketepatan
berbahasa)
menanyakan
pandangan
(asking
someone’s
point
of
view)
terhadap
sesuatu,hal
memberikan
pandangan
(expressing
point
of
view)
mengungka
pkan
perasaan
senang
(expressing
pleased) dan
mengungkp
akan ekpresi
ketidaksuka
an
(expressing
displeased)
dengan
bahasa yang
benar.
melakukan
debat
dengan
menggunaka
n ekspresi
menyampai
kan
pandangan
akan suatu
permasalaha
n
yang
muncul.

T
dan film dengan
menggunakan
ekpresi
menyampaikan
pandangan
secara tepat.
Guidelines for debating
Bahan Ajar SMA
(Dispora Prov. Bali)
LKS Kharisma
LkS Kretif
T EST
II
Tabel 5.7 Silabus Penelitian Tindakan Kelas
Silabus pada tabel di atas merupakan silabus yang digunakan selama
penelitian ini. Silabus ini diadopsi dari silabus mata pelajaran bahasa Inggris yang
digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata dari Depdiknas (2008:52) dan
dijadikan pedoman selama proses belajar-mengajar setelah sebelumnya dilakukan
170
beberapa pengubahan dan pengembangan kegiatan belajar dan indikator sesuai
dengan kebutuhan pada penelitian. Jika dibandingkan dengan silabus milik SMA
Pariwisata Kertha Wisata yang selama ini digunakan oleh sekolah ini, diamati
sangat sedikit sekali disorot kompetensi dasar berbicara dan kegiatan belajar yang
dilakukan siswa sesuai dengan indikator yang tercantum pada silabus tersebut
terlihat masih monoton.
Silabus yang digunakan masih kurang mencapai target, khususnya untuk
standar kompetensi berbicara. Dirasakan guru cenderung berfokus pada standar
kompetensi membaca (reading), menulis (writing) dan mendengarkan (listening).
Hal ini dikarenakan guru lebih berfokus pada target Ujian Nasional yang lebih
mengutamakan kompetensi membaca (reading), dan kompetensi mendengarkan
(listening). Padahal, pada semester genap ini setelah 3 bulan belajar di kelas siswa
kelas XI disekolah ini akan melakukan program praktek ke industri
(pariwisata,ekonomi bisnis) sehingaa sekiranya diperlukan penguasaan bahasa
inggris yang aktif terutama dalam aspek berbicara. Untuk lebih jelasnya, dapat
disimak silabus yang digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata dalam
semester genap ini.
171
5.4 Materi
Materi yang disusun sesuai dengan silabus dan sesuai dengan kebutuhan
siswa serta tujuan yang akan dicapai. Materi selengkapnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
PERTEMUAN
MATERI
SIKLUS I
Tes Awal dan Kuesioner I
1
Asking for opinion, Delivering opinion
2
How to make a good oral presentation (debat
plus)
3
Expressing agreement dan disagreement
4
Tes akhir I Kuesioner II
SIKLUS II
1
2
3
Expressing like and dislike
Asking someone’s point of view, giving point
of view

(Expressing pleased)

(Expressing displeased)
Tes akhir II Kuesioner II
Tabel 5.8 Rencana Materi Pelaksanaan Siklus
172
Materi
1)Ways to say it
Expressing opinions
Asking other people’s opinion :








what do you think of …
is that right (true) that …
do you think it’s going …
why do they behave like that?
do you have any idea?
how do you like…?
please give me your frank opinion.
what’s your opinion?
Expressing opinions:









in my opinion, …
I personally believe …
I personally think …
I personally feel …
from my point of view …
I think …
I believe …
in my case …
what I’m more concerned with is …
2) Learn the structure of oral presentation below
oral presentation consist of : introduction, body and conclusion.
Introduction

capture the attention and interest of your audience, perhaps with quoting a
proverb or statement.

state the topic or aim of the presentation (e.g, Today I will discuss a
primary school
classroom”)

give any relevant background precisely

give the listener a plan of what is to be discussed (e.g, “ I will first consider
two points in favour”)
Body

develop each point according to your plan
173

use connective that can help your audience have a sense of structure (e.g.,
firstly, secondly). this is needed more frequently and more emphatically
than in essay or written presentation because the listener cannot ‘see’ when
a new point begins.
Conclusion




Give signal to the listener that the talk is almost finished : “In conclusion
…”
Restate the main points
evaluate the importance of the information
draw a strong conclusion.
3) Expressing agreement and disagreement
Saying that you agree :







yes, I agree with you
I’m sure you’re right
that’s right
that’s exactly what I think
yes, I suppose so
I don’t have any objections
I think so too
Saying that you don’t agree politely :











I see your point, but …
yes, may be, but …
I don’t entirely agree with …
you may be right, but …
do you think so?
I see what you mean, but …
to some extent, yes, but …
I don’t think so
I don’t agree with you.
I’m not sure I agree with you
I don’t like the idea
Saying that you don’t agree




we will never agree
not at all
I disagree
I think that’s nonsense
174
making a conclusion







4)
in conclusion
therefore
we state that …
to conclude
on the whole,
on this basis, we agree that…
from the statement
we can conclude …
from the facts above
Expressing like and dislikes (ungkapan suka dan tidak suka)
1. Ketika kita akan mengungkapkan kesukaan terhadap sesuatu, kita berkata:
a. I like ..
d. I am crazy about ..
b. I love ..
e. We all enjoy..
c. I am keen on ..
f. … is my cup of tea
2. Mengungkapkan rasa tidak suka terhadap sesuatu, kita berkata :
a. I don’t really like
e. … is not my cup of tea
b. I dislike biology
f. I can’t stand
c. I am not really interested in ..
g. I hate it
d. I can’t enjoy
5) Asking someone’s point of view:
 What do you think about the comedian series ‘Bajaj
Bajuri?’
 Excuse me, what do you feel about the Harry Potter
and the Sorcerer’s Stone?
 What are your feelings about the two characters which
were terrified by a tyrannosaurus rex in Jurassic park?
 have you got any comments about the latest album on
Padi?
 what is your reaction to …?
 I’d be glad to have your view on …
Expressing points of view:







Fantastic! I always love the ‘Bajaj Bajuri’ serial and all
of the silly ideas of these series
personally I believe …
In my view …
it seems to me …
From my point of view …
well, to my mind this …
to be perfectly frank …
175
5.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP ini dapat
digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum untuk melaksanakan
pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya berisi petunjuk secara
rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang
harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus
digunakan. Oleh karena itu, dengan berpedoman RPP ini pengajar akan dapat
mengajar dengan sistematis, tanpa khawatir keluar dari tujuan, ruang lingkup
materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang
seharusnya. RPP akan membantu si pengajar dalam mengorganisasikan materi
standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin
timbul dalam pembelajaran.
Baik pengajar maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang
hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan demikian pengajar dapat
mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam
pembelajaran yang telah diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa
persiapan tertulis maupun tidak tertulis, seorang pengajar akan mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang pengajar yang
belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci
dibandingkan seorang pengajar yang sudah berpengalaman.
176
Berikut ini dicantumkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Pertemuan ke
Hari/tanggal
Alokasi Waktu
: Bahasa Inggris
: XI/II
:7
: Jumat, 29 April 2011
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
Siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara
lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak
tutur
Kompetensi Dasar
Siswa mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan (asking
someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan
(expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased)
dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan
menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam
berkomunikasi sehari-hari
Indikator


siswa mampu menggunakan kalimat untuk menanyakan pandangan
(asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan
pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang
(expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan
(expressing displeased) dengan bahasa yang benar.
melakukan debat dengan menggunakan ekspresi menyampaikan
pandangan akan suatu permasalahan yang muncul.
177
Tujuan Pembelajaran
 siswa mampu menyampaikan ekspresi untuk menanyakan pandangan
(asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan
pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang
(expressing pleased) dan mengungkpakan ekspresi ketidaksukaan
(expressing displeased) dengan bahasa yang benar.
 siswa mampu melakukan debat dengan menggunakan ekspresi
menyampaikan pandangan diserta alasan yang logis.
Materi Pokok
Asking someone’s point of view:
 What do you think about the comedian series ‘Bajaj
Bajuri?’
 Excuse me, what do you feel about the Harry Potter
and the Sorcerer’s Stone?
 What are your feelings about the two characters which
were terrified by a tyrannosaurus rex in Jurassic park?
 have you got any comments about the latest album on
Padi?
 what is your reaction to …?
 I’d be glad to have your view on …
Expressing points of view:







Fantastic! I always love the ‘Bajaj Bajuri’ serial and all
of the silly ideas of these series
personally I believe …
In my view …
it seems to me …
From my point of view …
well, to my mind this …
to be perfectly frank …
Topik yang dapat didiskusikan, misalnya:
-
Is TV good or bad for students?
-
Should mobile phones be banned from school?
178
Kegiatan Belajar Mengajar
Guru
Siswa
Kegiatan Awal
 Guru mengucapkan salam kepada
siswa
 Guru mengecek kehadiran siswa
 siswa merespon salam guru
 siswa
memperhatikan
mengangkat tangan
 siswa memperhatikan
dan
 Guru
menyampaikan
topic
bahasan yaitu tentang bagaimana
menyampaikan
pandangan
(expressing points of view)
meminta
pandangan
(asking
someone’s point of view),
menyatakan
sikap
suka
(expressing pleasure) dan tidak
suka (expressing displeasure)
Kegiatan Inti
 Guru memperkenalkan topik
 Guru menjelaskan lebih detail
tentang
cara
menyampaikan
pandangan (expressing points of
view) meminta pandangan (asking
someone’s point of view),
menyatakan
sikap
suka
(expressing pleasure) dan tidak
suka (expressing displeasure)
 Guru memberikan contoh cara
mengucapkan
ekspresi
menyampaikan
pandangan
(expressing points of view)
meminta
pandangan
(asking
someone’s point of view),
menyatakan
sikap
suka
(expressing pleasure) dan tidak
suka (expressing displeasure)
 Guru meminta siswa untuk
mengungkapkan
ekspresi
menyampaikan
pandangan
(expressing points of view)
meminta
pandangan
(asking
someone’s point of view),
menyatakan
sikap
suka
 siswa memperhatikan
 siswa memperhatikan
 siswa
mendengarkan
dengan
seksama dan mengikuti cara
pengucapkan
ekspresi
yang
dicontohkan oleh guru
 siwa menyampaikan pandangannya
(sesuai topic yang diberikan) siswa
yang mendapat giliran melakukan
debat,
bersiap-siap
untuk
menyampaikan pandangannya.
179
(expressing pleasure) dan tidak
suka (expressing displeasure) rasa
suka atau tidak suka terhadap
beberapa topic yang diberikan
melalui debat plus.
 Guru meminta siswa untuk
melakukan debat.
 siswa berdebat menyampaikan
pandangan mereka.
 Guru memandu jalannya debat dan
menilai kemampuan berbicara
bahasa Inggris siswa
 siswa memperhatikan dan berdebat
 Guru mengoreksi dan membahas
ketepatan berbicara siswa
 siswa memperhatikan
Kegiatan akhir
 menyimpulkan topic pembelajaran
yang dipelajari hari ini
 memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
 menutup proses belajar mengajar
hari ini dan memberikan salam
penutup
Pendekatan/metode pembelajaran:



 siswa memperhatikan
 siswa bertanya
 siswa membalas salam penutup
Pendekatan komunikatif
Intruksi langsung (Direct instruction)
Observasi
Sumber belajar








Buku Look A head II
Progress Grade XI
Advanced Learning English II
Bahan Ajar SMA (Dispora Prov.Bali)
Listen and Learn with kangguru Indonesia II
Interchange 1,2,3 by Jack C.Richards
LKS Kreatif XI
LKS Kharisma XI
180
Penilaian

Teknik: Performance Assesment

Bentuk: diskusi dan debat
Your turn!!
Work in pairs. in turns, express an opinion about the following topic. see the
model below.
A
: In my opinion, the local TV programs are not very good
B
: I don’t think so. they are generally very good
OR
C
: I personally think that the talk shows are very boring and long
D
: I don’t know about that. but I think the topics discussed are
current.
The quiz programs
Too childish and not
Appealing to younger
challenging
viewers
The advertisements
uninteresting
Very entertaining and
creative
The sports programs
Too short and too
People don’t want to see
localized
foreign sport programs
The movies
Very old-fashioned and
Many people like seeing
poor quality
older and well-known
actors and actres
Try this
Create a new short dialog based on the items given. see the model below
Dialog A
Sandra : There are too many silly cartoons on television lately. don’t you agree?
Tony : Not at all. actually, I like cartoons because they’re very entertaining.
Cartoons
Silly programs
Entertaining
Western films
Too much violence
You can study English
Interviews
Gossips
Interesting topics
Women’s programs
Luxurious fashions
Up to date fashions
Dialog B
Tita : I don’t think that young people should be allowed to wear strange
hair styles
Jono : why? What’s wrong with them?
Tita : Well, I personally believe that people who wear strange hair
styles will look untidy and badly-behaved.
Jono : I see your point, but I think they just want to be stylish. that’s all.
181
Drink alcohol
smoke
wear strange hair styles
Bad-mannered
Dirty and smell awful
untidy
Forget their problems
Want to be relaxed
Want to appear
stylish
Kriteria penilaian :
Tes lisan: 0-39 (sangat kurang), 40-54 (kurang), 55-69 (cukup), 70-84 (baik), dan 85100 (sangat baik)
2
Kefasihan Berbahasa
No (Fluency)Indikator
5 (85%
Skor
-100%)
berbahasa 5 (85%
1
Ketepatan
(Accuracy)
3
Pemahaman
Topic pembicaraan
(Comprehensibility)
1. Dapat berkomunikasi secara efektif dan
Penjelasan
mudah
2. Dapat berbicara dengan waktu yang lama
1. Penggunaan kosakata yang luas dan tepat ,
respon yang tepat dan mampu dipahami secara
-100%)
logis tanpa ada kesulitan
pengucapan
4 (70%- Berkomunikasi
secara pada
efektif
pada giliran
2.
Tidak
terdapat
kesalahan
gramatika
84%)
berbicara, tapi tidak bisa berbicara pada waktu
3.
Penggunaan
aksen penutur asli
yang
lama.
4 (70%
1. Penggunaan kosakata yang cukup memadai
dan
luas,menyampaikan
respon yang mampu
3 (55%
Dapat
ide, dipahami
tetapi dengan
-84%)
2.
Terkadang
masih
terjadi
tergesa-gesa dan pendek. kesalahan
gramatika
-69%)
3. Menggunakan aksen bahasa Ibu yang tidak
2 (40%
1.
Sangat
tergesa-gesa dengan penggunaan
begitu
kental
ungkapan yang pendek-pendek
-3 54%)
(55%
1.Jawaban
2.
Terkadang
sesuai
sulitdengan
untuk dimengerti
pertanyaan dan dapat
dipahami, meskipun terjadi kesalahan pada
-69%)
pengucapan dan tata bahasa
1 (0%
Hampir
tidak ada
komunikasi
2. Penggunaan
kosakata
yang memadai tapi
tidak bervariasi jelas
- 39%)
3. Penggunaan aksen bahasa Ibu yang tidak
begitu kental
5 (85%
Dapat memahami pembicaraan tanpa kesulitan
2 (40%
-100%)
1.Jawaban dapat diterima, sulit untuk
dimengerti (tidak jelas didengar) Penggunaan
- 54%)
yang kurang pembicaraan dengan
4 (70%- kosakata
Dapat memahami
2.Kesalahan mendasar pada gramatika
84%)
kecepatan
yang
normal
dan
secara
3.Penggunaan
aksen
bahasa
Ibubereaksi
yang kental
1
(0%- cepat
Jawaban tidak dapat diterima karena kesalahan
39%)
dalam
pengucapan
sehingga
3 (55%
Dapat memahami
sebagian
besarmenyebabkan
pembicaraan
komunikasi
terganggu
atau
mengaburkan
tetapi lambat memberikan reaksi
makna
-69%)
182
2 (40%
Sulit mengikuti percakapan orang lain
-54%)
1 (0%
Tidak dapat memahami maksud pembicaraan
-39%)
4.
5 (85%
Cara penyampaian
argument, ide/pendapat
-100%)
(method of delivering
arguments,ideas/opinions)
Mampu membangun suatu kasus dengan
didukung oleh argumen–argumen yang
mendukung
kasus
berdasarkan
pada
pertanyaan–pertanyaan dasar berupa; Apa
(What),Mengapa (Why), Bagaimana (How),
dan Kesimpulannya (So What is the
conclusion) urutan penyampaian terstruktur
dengan baik.
4 (70%- Mampu menyampaikan pendapatnya tentang
84%)
suatu kasus mulai dari apa (what) mengapa
(why) disertai dengan pemberian kesimpulan
diakhir pmbicaraan. penyampaian kurang
terstruktur. setelah pemberian kesimpulan
kadang ditambahkan dengan definisi (what)
lagi.
3 (55%
-69%)
2 (40%
-54%)
1 (0%
-39%)
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA (P) Kertha Wisata
menyampaikan pendapatnya berfokus pada
apa (what) dan mengapa (why) kemudian
diulangi lagi dengan penekanan akan apa
(what) yang sama dan mengapa (why) yang
sama.
Siswa langsung menyampaikan mengapa
(why) tanpa diawali dengan apa (what) dan
tanpa diakhiri dengan kesimpulan.
Penyampaian ide hanya pada mengapa (why)
dan sangat singkat.
Denpasar, …………
Guru Mata Pelajaran Bhs. Inggris
183
I Gusti Bagus Swadaya, S.Sos
IA Ekayudha Pratiwi, S.S
Rencana pelaksanaan pembelajaran diatas diadopsi dari rencana pelaksanaan
pembelajaran yang digunakan di SMA Pariwisata Kertha Wisata, dan dilakukan
beberapa pengembangan pada indikator dan kegiatan belajar siswa dikelas. Jika
dicermati pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipakai di SMA
Pariwisata Kertha Wisata, indikator serta kegiatan belajar yang dicantumkan
masih sederhana dan terkesan sangat singkat. Sehingga siswa tersebut belum
mampu memahami dan menggunakan materi pembelajaran pada setiap
kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan di SMA Pariwisata Kertha
Wisata sebelum dilakukan penelitian ini, sebagai berikut:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Pertemuan ke
Alokasi Waktu
: Sma Kertha Wisata
: Bhs Inggris
: XI / Genap
:: 2 X Pertemuan (2 X 45 menit)
Standar Kompetensi
: Memahami makna dalam percakapan transaksional dan
interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
: mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan
(asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan
(expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan
mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan menggunakan
ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari
184
Indikator
: Mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan
pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang
(expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased)
I. Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat memahami ekspresi yang digunakan dalam
mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking
someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan
mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dalam kehidupan seharihari.
II. Materi Ajar
: Speaking : menyatakan sikap terhadap sesuatu: mengungkapkan
pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point
of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan
ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased)
III. Metode Pengajaran : Ceramah, tanya jawab, diskusi dan Praktek
IV. Langkah Pembelajaran
:
A. Kegiatan Awal
:
- Doa
- Presensi Siswa
- Motivasi dengan mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran
B. Kegiatan Inti :
i. Guru menjelaskan berbagai ungkapan, menyatakan pandangan (expressing point
of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view)
mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan
ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased)
ii.
Guru menyuruh siswa membuat percakapan dengan ungkapan mengungkapkan
pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking
someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased)
dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased)
iii.
Guru menyuruh siswa mempraktekannya didepan kelas secara berpasangan.
C. Kegiatan Akhir
:
- Membahas bersama
- Salam penutup
V. Sumber Belajar
: Buku in progress 2, LKS Kharisma dan Kamus
VI. Penilaian
: Tugas dan unjuk kerja
Tes Tulis :40-50 (kurang), 50-56 (cukup), 65-80 (baik), 80 (sangat baik).
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA (P) Kertha Wisata
Denpasar, 11 Juli 2011
Guru Mata Pelajaran Bhs. Inggris
185
I Gusti Bagus Swadaya, S.Sos
Rebecca K.Putri , S.S
Rencana pelaksanaan pembelajaran milik SMA Pariwisata di atas
dirasakan masih jauh dari efektif. Metode pembelajaran yang dicantumkan dalam
RPP yang diterbitkan oleh Sekolah lebih banyak pada metode ceramah meskipun
metode tanya jawab, diskusi dan praktek tercantum di dalamnya. Hal ini
disebabkan karena pendekatan yang dipakai oleh sekolah adalah pendekatan
struktural yang lebih memusatkan struktur dibandingkan kepada fungsi bahasa,
sedangkan pelaksanaan RPP yang dibuat untuk penelitian ini lebih menekankan
kepada pendekatan komunikatif
yang
melibatkan siswa untuk banyak
berpartisipasi dalam kegiatan berbicara dan menggunakan bahasa yang dipelajari
di kelas dengan praktik berbicara dalam setiap materi ajar.
Aktivitas belajar-mengajar yang dilakukan siswa dan guru tidak dijelaskan
secara terperinci, sehingga tidak bisa digambarkan situasi belajar-mengajar di
kelas. Sedangkan RPP yang digunakan dalam penelitian ini berisikan gambaran
aktivitas belajar-mengajar dikelas, sehingga dapat dilihat distribusi keaktifan
suasana di kelas dan memudahkan proses belajar mengajar di kelas. Sumber ajar
yang dipakai oleh sekolah pada sumber tersebut, sedangkan sumber ajar yang
dipakai dalam penelitian ini mengompilasi dari berbagai sumber yang relevan
dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP
186
yang digunakan sebagai pedoman dalam kepentingan penelitian ini merupakan
RPP yang sangat efektif.
4.6 Evaluasi
Evaluasi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari
dilakukannya tindakan terhadap kemampuan berbicara siswa kelas XI IPA SMA
Pariwisata Kertha Wisata Denpasar.
Tes I
: Tes Awal (menilai kemampuan berbicara siswa dengan meminta siswa
menyampaikan pendapat/ide terhadap topik yang diberikan secara
langsung)
Tes II
: Tes akhir I (siswa diminta untuk memberikan pendapat/ide/pandangan
apakah setuju/tidak setuju dengan topic yang diberikan secara langsung)
Tes III : Tes akhir II (siswa diminta untuk memberikan pendapat/ide/pandangan
apakah setuju/tidak setuju dengan topic yang diberikan secara langsung)
Berikut dicantumkan latihan-latihan keterampilan berbicara siswa yang digunakan
selama siklus (siklus I dan II)
Activity 1
Work in pairs. choose one of the situations here. Make a dialogue. Then, practice
it in front of the class.
187





Maya and Nube are discussing their new English teacher. Maya likes her,
Nube doesn’t.
Akbar and Rina has just returned from a movie. Risna didn’t like it, but
her boyfriend did.
Toga bought the new album of Britney Spears. He likes it, but Jacky, his
friend, doesn’t.
Anggi and puspita are discussing about Bali. both of them like it.
Pipit and hanum are talking about the latest fashion. they like it.
Activity 2
Show It Off
Your mission
Share your opinion by making your own oral presentation. you can use your own
topic or choose one of these topics.



Smoking is dangerous for your health
The use of mobile phones is not allowed in school
School uniform are necessary for high school students.
Activity 3
Express your attitude when you agree and disagree based on the following
situations. Do it orally. Number 1 has been done for you as an example.





The play ended at ten o’clock
Agree
: Yeah that’s right
Disagree
: No, it didn’t. they told me it’s at eleven
Did you know that the couple had divorced before they left the country?
Agree
:
Disagree
:
In my opinion, a man should have one wife only. marrying another woman
is a crime.
Agree
:
Disagree
:
The movie played by Tom Cruise is boring.
Agree
:
Disagree
:
The rich people must have spent a lot of money for the party.
Agree
:
Disagree
:
188
Think about it Look at the following picture. Then answer the questions.



Have you seen ‘Superman Returns’ movie? Did you like it? Why/why not?
What kind of movies do you like to watch?
How do you express your point of view about a movie?
Activity 6
Your turn
Have you ever watched any of the following movies/Tv programs? give your
point of view about them. see the example.
I like watching “Liputan 6”, Personally I believe
that watching Liputan 6 not only gives me the
latest information. but also increases my
awareness about the environment.
189
_____________________
_____________________
_____________________
_____________________
_____________________
_____________________
_____________________
_____________________
190
_____________________
_____________________
_____________________
_____________________
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, ada
beberapa faktor yang menyebabkan penguasaan keterampilan berbicara siswa
masih dikategorikan rendah. Faktor-faktor itu meliputi: (a) guru tidak pernah
mengecek kesalahan siswa ; (b) metode pembelajaran yang digunakan masih
191
sangat sederhana, siswa mencatat dialog kemudian mempraktikkannya dengan
membawa buku ke depan kelas, ; (c) motivasi belajar siswa yang masih rendah;
(d) anggapan siswa terhadap bahasa Inggris itu sukar; (e) kesulitan memilih katakata yang padanan bahasa Indonesianya sama. Hal ini dapat dilihat dari hasil
kuesioner tes awal bahwa (15) 78,9% siswa mengatakan bahwa guru tidak pernah
mengecek kesalahan siswa, (12) 63,2 % siswa menyatakan bahwa motivasi belajar
mereka masih rendah, selama ini proses pembelajaran keterampilan berbicara
(speaking) juga sangat jarang menggunakan media atau fasilitas yang dapat
mencerahkan atmosfer pembelajaran sehingga proses pembelajaran terasa sangat
monoton., siswa merasa kurang suka dan tidak satu pun yang antusias dalam
berbicara, (14) 73,7 % siswa beranggapan bahwa bahasa Inggris itu sukar, dan
dalam berbicara (16) 84,2 % siswa menyatakan bahwa mereka mengalami
kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya sama. Sebelum
metode debat plus ini diterapkan, siswa merasa kesulitan dalam berbicara dengan
bahasa Inggris. Dari hasil pengamatan awal ditemukan bahwa motivasi siswa
selama proses belajar dan mengajar juga kurang baik. Kalau sedang tidak
diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa Indonesia atau
bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah topik-topik diluar mata
pelajaran. Terkait dengan teknik dan metode pengajaran yang konvensional,
diciptakanlah sebuah inovasi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan
permainan debat sehingga memberikan nuansa yang menyenangkan dan
menantang. Metode debat plus diperkenalkan pada pertemuan pertama dan
diaplikasikan pada tiap-tiap pertemuan di masing-masing siklus.
192
Hasil tes awal menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
berbicara bahasa Inggris masih sangat rendah. Data kuantitatif menunjukkan
bahwa nilai rata-rata siswa 43% pada tes awal yang dikategorikan ke dalam level
kurang. Data kualitatif menunjukkan banyak kesalahan dalam pelafalan siswa, tata
bahasa, dan pemilihan kosakata. Dari aspek ketepatan berbahasa ditemukan
kesalahan dalam pelafalan, seperti (a) pelafalan bunyi [t] yang beraspirasi [th]
menjadi [t] yang tidak beraspirasi; (b) perubahan bunyi dental frikatif tak bersuara
[] menjadi bunyi [t]; (c) perubahan bunyi [f], [v] menjadi [p]. Dari segi
penguasaan tata bahasa bahasa Inggris siswa, ditemukan; (a) ketidaksesuaian
antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda; (b) tdak adanya penanda jamak
(suffix ’s’/’es’) pada kata benda jamak; (c) Terjadinya bentuk pengulangan; (d)
penggunaan much, more untuk menyatakan lebih; (e) penggunaan to be untuk kata
kerja bantu do atau did; (f) pelepasan to be pada kalimat nonverbal; dan (g)
pelesapan kata sandang (the >). Dari segi penguasaan kosa kata ditemukan
adanya pemilihan kosakata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat, seperti :
kata demanded yang seharusnya digantikan oleh kata requested, kata has yang
seharusnya digantikan oleh kata plays, kata realize yang seharusnya digantikan
dengan kata apply, kata repair yang seharusnya digantikan dengan kata improve
dan kata vice yang seharusnya digantikan dengan kata representative.
Selama proses pembelajaran di kelas pada siklus I sesi pertama siswa
sering mengalami kesulitan dalam berbicara menyampaikan ide/pendapatnya.
Mereka terdiam lama setelah menyampaikan dua sampai tiga kata dan sering
menggunakan bahasa Inggris yang tidak tepat baik, dari segi pelafalan, tata bahasa
193
maupun pemilihan kosa katanya, siswa mulai berani berbicara pada sesi terakhir
siklus I setelah diterapkannya metode debat plus.
Keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan
metode debat plus. Peningkatan ini dapat dilihat dengan membandingkan hasil tes
keterampilan berbicara siklus I yang mengalami peningkatan. Hasil siklus I
sebesar 64% berada pada kategori cukup. Peningkatan yang terjadi juga dapat
dilihat dari data kualitatif yang berupa (1) peningkatan dalam pelafalan, seperti (a)
bunyi [t] yang sudah beraspirasi [th], (b) pelafalan bunyi [f], [v] secara tepat. (2)
peningkatan dalam penggunaan tata bahasa, seperti (a) kesesuaian bentuk kata
penunjuk dengan kata benda, (b) adanya penanda jamak (suffix s/es) (c)
pemakaian kata kerja bantu, (d) penggunaan to be pada kata nonverbal. (3)
peningkatan dalam pemilihan kosakata, seperti pemilihan kata fulfil dan improve.
Peningkatan yang dialami siswa juga semakin terlihat pada penerapan
siklus II. Secara kuantitatif pemerolehan nilai sebesar 74% berada dalam kategori
baik. Peningkatan nilai tes keterampilan berbicara ini meliputi seluruh aspek
keterampilan berbicara yang dijadikan kriteria penilaian. Ketepatan berbahasa
siswa yang mengalami peningkatan mencakup peningkatan pelafalan kata-kata
bahasa Inggris, tata bahasa dan kosa-kata bahasa Inggris. Dari segi pelafalan
ditemukan: (a) adanya ketepatan pelafalan bunyi [f], [v], (b) ketepatan
pengucapan bunyi [3]. Dari aspek penguasaan tata bahasa ditemukan: (a) Adanya
kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda, [b] adanya penanda jamak
(suffiks ’s’/-es), (c) pemakaian kata kerja bantu, (d) penggunaan to be pada kata
nonverbal pada kata benda jamak. Dari aspek pemilihan kosa-kata ditemukan
194
adanya ketepatan dalam pemilihan kosa kata seperti kata-kata: meaning,
harmonious, dan seriously.
Metode debat plus efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa. Dengan dilaksanakannya metode debat plus, suasana belajar di kelas
menjadi lebih menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, komunikasi
siswa dengan guru dalam berbicara bahasa Inggris juga mengalami peningkatan
karena siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam berargumentasi.
Peningkatan ini juga dapat dilihat dari hasil kuesioner bahwa 89,5% siswa
menyatakan keterampilan berbicara bahasa Inggris mereka meningkat dan mereka
semakin percaya diri dalam berkomunikasi lisan dengan bahasa Inggris.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini yaitu pembelajaran
keterampilan berbicara dengan metode debat plus secara teoretis dapat bermanfaat
untuk pengembangan teori bahasa, khususnya yang berkenaan dengan
pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas XI. Namun, tidak menutup
kemungkinan masih ada teori yang perlu dikaji ulang.
Terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Inggris di kelas, guru diharapkan merubah kurikulum pembelajaran
terutama pada kegiatan pembelajarannya sehingga proses pembelajaran akan
menjadi semakin efektif, oleh karena itu melalui penelitian tindakan kelas ini telah
dirancang kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
disarankan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Inggris. Pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus
195
dapat dimanfaatkan sebagai alternatif oleh guru bahasa Inggris khususnya pada
pembelajaran menyampaikan ide, pendapat, bertanya, dan merespon pertanyaan.
Metode pembelajaran ini juga dapat diterapkan pada pembelajaran lain
sehingga kreativitas guru sangat diperlukan. Selain itu, perlu disampaikan metode
debat plus bukan satu-satunya metode yang dapat meningkatkan keberhasilan
dalam pembelajaran keterampilan berbicara sehingga diharapkan guru dapat
mencari metode-metode lain yang lebih menarik, kreatif, dan variatif.
Pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus merupakan
pembelajaran yang melatih siswa berbicara menyampaikan pendapat, ide,
bertanya dan merespon pertanyaan secara langsung dan dengan cara praktik
sehingga siswa dapat menerapkan keterampilannya didalam pelajaran bahasa
lainnya.
196
LAMPIRAN-LAMPIRAN
197
Download