TESIS PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE DEBAT PLUS DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS XI IPA SMA PARIWISATA KERTHA WISATA DENPASAR IDA AYU EKAYUDHA PRATIWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu dikuasai dengan baik. Keterampilan ini merupakan suatu indikator terpenting bagi keberhasilan siswa terutama dalam belajar bahasa Inggris. Dengan penguasaan keterampilan berbicara yang baik, siswa dapat mengomunikasikan ide-ide mereka, baik di sekolah maupun dengan penutur asing, dan juga menjaga hubungan baik dengan orang lain. Berhubungan dengan pernyataan di atas, Ur (1996) menyatakan bahwa “Jika seseorang menguasai suatu bahasa, secara intuitif ia mampu berbicara dalam bahasa tersebut”. Pendapat ini jelas mengindikasikan bahwa keterampilan berbicara mengisyaratkan bahwa seseorang mengetahui suatu bahasa. Selain itu, keterampilan berbicara bisa juga digunakan sebagai suatu media untuk belajar (Izquirdo, 1993). Keterampilan ini sangat terkait dengan pelafalan, gramatika, kosakata, diskursus, keterampilan mendengarkan, dan lain lain. Pada umumnya, siswa SMA masih mengalami kesulitan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pertanyaan dan sebagainya dalam bahasa Inggris dengan menggunakan ragam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar siswa SMA Pariwisata Kerta Wisata Denpasar. Hal 2 tersebut disebabkan oleh rendahnya kreativitas guru dalam menentukan teknik pembelajaran keterampilan berbicara kepada siswa. Para guru pada saat proses belajar-mengajar di kelas lebih cenderung berfokus pada keterampilan lain, seperti keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis (writing) dan keterampilan mendengarkan (listening). Hal itu disebabkan oleh para guru yang lebih berfokus pada hasil UN (Ujian Nasional) yang akan diraih siswa nantinya. Fenomena seperti ini merupakan permasalahan yang perlu segera ditemukan alternatif-alternatif pemecahannya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran keterampilan berbicara dengan ”metode debat plus”. Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya “manipulasi/modifikasi’ terhadap sebuah metode pembelajaran keterampilan berbicara sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan permainan (games) serta kuis. Game dan kuis dicantumkan dalam metode ini mulai dari teknik pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengah-tengah kegiatan atau setelah kegiatan debat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa Inggris dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata bahasa Inggris? 3 2) Bagaimanakah mekanisme penerapan metode debat plus dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar? 3) Bagaimanakah hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris setelah tindakan (treatment) dilakukan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan “debat plus” dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Efektivitas dalam penelitian ini berarti bagaimana debat dapat meningkatkan aspek-aspek kebahasaan dari kemampuan berbicara, baik aspek verbal maupun aspek nonverbal. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa Inggris dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata bahasa Inggris; 2) Mendeskripsikan mekanisme penerapan metode debat plus dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar; dan 4 3) Memperoleh gambaran tentang hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris setelah tindakan (treatment) dilakukan. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Sebuah penelitian memerlukan pembatasan pada pembahasannya agar permasalahan yang hendak diteliti tidak terlalu luas. Adapun pembatasan permasalahan dijabarkan sebagai berikut: 1) Permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa Inggris dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata bahasa Inggris; 2) Mekanisme penerapan metode debat plus dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar yang meliputi penilaian kemampuan berbicara siswa dibatasi pada communication skills yang mencakup ketepatan berbahasa (accuracy), kelancaran (fluency), pemahaman topik (comprehensibility), dan metode penyampaian argumen (methods of delivering arguments). 3) Menganalisis hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui metode debat plus dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar yang mencakup peningkatan pemakaian bahasa siswa dibatasi pada kemampuan pelafalan, tata bahasa (grammar) dan kosa kata (vocabulary). 5 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada dua macam, yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan teori pembelajaran bahasa, khususnya yang berkenaan dengan pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa Kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitianpenelitian lain yang serupa. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya khazanah penelitian, terutama yang berupa penelitian tindakan kelas. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru bahasa Inggris khususnya guru Kelas XI IPA dan bagi siswa. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan model pembelajaran berbicara yang lebih efektif sehingga dapat memberikan alternatif teknik dalam pembelajaran pengembangan keterampilan berbicara. Bagi siswa, manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan berbicara di kelas. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Pada bab ini berturut-turut disajikan beberapa hal seperti kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan model penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai keterampilan berbahasa pada umumnya dan keterampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Para mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris telah banyak melakukannya. Penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan berbicara yang berlangsung selama ini. Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang mengangkat permasalahan pembelajaran keterampilan berbicara, antara lain, dilakukan oleh Sumarwati (1999), Dewi (2003), dan Hubert (2008) Sumarwati (1999) meneliti tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui teknik bermain peran di SLTPN 8 Denpasar. Dari hasil penelitian itu diperoleh simpulan bahwa teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Secara kuantitatif, hasil penelitian melalui dua siklus itu menunjukkan peningkatan sebesar 10,6% untuk aspek kebahasaan dan 7 11,6% untuk aspek nonkebahasaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati berbeda dengan penelitian ini karena jenis penelitian sebelumnya merupakan penelitian secara deskriptif guna mendeskripsikan fenomena dan permasalahanpermasalahan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan prosedur yang diterapkan oleh guru dalam proses pengajaran speaking di SLTPN 8 Denpasar, sedangkan penelitian ini bersifat improftif (perbaikan) yang bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan hasil belajar siswa dalam pengajaran speaking sebelum dan sesudah tindakan dilakukan. Dewi (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “The Success of Communication Approach in teaching-learning process at the third levels of IEC Denpasar 01” membahas tentang keberhasilan pendekatan komunikatif dalam proses belajar mengajar pada level ketiga di lembaga pendidikan bahasa Inggris IEC Denpasar 01. Penerapan pendekatan komunikatif tersebut mencakup 4 (empat) keterampilan bahasa, yaitu keterampilan mendengarkan (listening), keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), dan keterampilan menulis (writing). Keberhasilan penerapan pendekatan komunikatif tersebut didukung oleh peran guru dalam pemberian materi, dan peran siswa sendiri yang memiliki kemauan yang besar dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrisnya. Hubert (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Incorporating Classroom Debate into University EFL Speaking Courses” membahas betapa pentingnya debat dalam meningkatkan kemampuan berbicara di kalangan mahasiswa Universitas Kyoto Sangyo Jepang. Studi tersebut berfokus pada 8 penerapan langkah-langkah debat formal dengan sistem “Australasian Parliamentary Sistem”, yang mencakup peran masing-masing pembicara di kedua tim, isi dari topik yang diperdebatkan, sehingga studi tersebut lebih menargetkan peningkatan pemahaman (comprehensibility) daripada kelancaran (fluency) dan ketepatan ujaran (Accuracy). 2.2 Konsep Studi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa konsep yang memerlukan penjelasan. Konsep-konsep tersebut antara lain peningkatan, keterampilan berbicara, pendekatan metode dan teknik pembelajaran berbicara, dan metode debat plus. 2.2.1 Peningkatan Peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb) (Purwadarminta, 1976: 118). Peningkatan dalam hal ini adalah suatu proses meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa. 2.2.2 Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara pada hakikatnya adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan” (Tarigan 1981:15). 9 2.2.3 Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Berbicara Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoretis tertentu. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung, guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama (Sugandi, 2004:15). Pembelajaran berbicara memiliki banyak sekali teknik pembelajaran. Teknikteknik tersebut antara lain: wawancara, cerita berpasangan, pidato tanpa teks, pidato dengan teks, mengomentari film/sinetron/cerpen/novel, debat, membawakan acara, memimpin rapat, menerangkan obat/makanan/minuman atau benda lainnya, bermain peran, info berantai, dan cerita berangkai (Sugandi, 2004:112-121). 2.2.4 Metode Debat Plus Debat merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih yang masing–masing berusaha memengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan (Simon, 2005:3). Debat dapat diartikan pula sebagai silang pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal melalui dialog formal yang terorganisasi (Depdiknas, 2001: 2). Sementara itu, ”plus” merupakan penyampaian pesan melalui “manipulasi/modifikasi’ terhadap metode debat sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan berbagai permainan (games) serta kuis. Game & kuis disertakan dalam metode debat plus 10 mulai dari teknis pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengahtengah kegiatan atau setelah kegiatan debat. Adapun untuk tema debat akan dipilihkan tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu, tema dari kejadian/fenomena aktual yang menantang namun tidak asing. 2.3 Landasan Teori Sejumlah pandangan para ahli yang digunakan sebagai landasan teori penelitian ini bersangkutan dengan: (1) berbicara dan keterampilan berbicara; (2) faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara; (3) pelafalan; (4) tata bahasa; (5) kosa-kata; (6) penelitian tindakan kelas; (7) Pendekatan komunikatif (communicative approach); (8) penilaian; (9) tes dan nontes; dan (10) metode debat plus. 2.3.1 Berbicara dan Keterampilan Berbicara Berbicara merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi dengan menggunakan kata-kata atau kalimat. Dengan kata lain, berbicara berarti menggunakan bahasa untuk bermacam-macam tergantung dari para penuturnya. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Harmer (1983) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Lebih jauh lagi Harmer (1983) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui 11 kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda. Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan berkaitan dengan berbagai keterampilan mikro (Brown, 2001) seperti (1) menghasilkan ujaran-ujaran bahasa yang bervariasi; (2) menghasilkan fonemfonem dan varian-varian alophon lisan yang berbeda dalam bahasa Inggris; (3) menghasilkan pola-pola tekanan, kata-kata yang mendapat dan tidak mendapat tekanan, struktur ritmis dan intonasi; (4) menghasilkan bentuk-bentuk kata dan frasa yang diperpendek; (5) menggunakan sejumlah kata yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan pragmatis; (6) menghasilkan pemberbicaraan yang fasih dalam berbagai kecepatan yang berbeda; (7) mengamati bahasa lisan yang dihasilkan dan menggunakan berbagai strategi yang bervariasi, yang meliputi pemberhentian sementara, pengoreksian sendiri, pengulangan, untuk kejelasan pesan; (8) menggunakan kelas kata (kata benda, kata kerja, dll.) sistem (tenses, agreement dan plural), pengurutan kata, pola-pola, aturan-aturan dan bentuk ellipsis; (9) menghasilkan pemberbicaraan yang menggunakan elemen-elemen alami dalam frasa, stop, nafas dan kalimat yang tepat; (10) mengekspresikan makna tertentu dalam bentuk-bentuk gramatika yang berbeda; (11) menggunakan bentuk-bentuk kohesif dalam diskursus lisan; (12) menyelesaikan fungsi-fungsi komunikasi dengan tepat menurut situasi, partisipan dan tujuan; (13) menggunakan register, implikatur, aturan-aturan pragmatik dan fitur-fitur sosiolinguistik yang tepat dalam komunikasi langsung; (14) menunjukkan hubungan antara kejadian dan mengomunikasikan hubungan-hubungan antara ide 12 utama, ide pendukung, informasi lama, informasi baru, generalisasi dan contoh; (15) menggunakan bahasa wajah, kinetik, bahasa tubuh dan bahasa-bahasa nonverbal yang lainnya bersamaan dengan bahasa verbal untuk menyampaikan makna; dan (16) mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi berbicara, seperti memberi tekanan pada kata kunci, parafrase, menyediakan konteks untuk menginterpretasikan makna-makna kata, meminta pertolongan dan secara tepat menilai seberapa baik interlokutor memahami apa yang dikatakan. Richard (1986: 21-28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai berikut: (1) Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction) Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain: a) b) c) d) e) f) g) h) i) membuka dan menutup percakapan; memilih topik; membuat percakapan-percakapan kecil/ringan; bergurau; menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi; dilakukan secara bergantian; adanya interupsi/menyela percakapan; bereaksi terhadap satu sama lain; menggunakan gaya berbicara yang sesuai. 13 (2) Berbicara sebagai transaksi (talk as transaction) Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard (1986: 2128). Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu: (a) Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi, dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil dikomunikasikan dan dimengerti. (b) Kedua adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk memeroleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang yang memesan makanan di restoran. (3) Berbicara sebagai penampilan (talk as performance) Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah (dialog) dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan. Richard (1986: 21-28) Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a) fokus pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b) 14 mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang digunakan terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan (e) struktur dan urutannya dapat diprediksikan. Dalam pembelajaran bahasa, menurut Bygate (1995:5-6) ada dua cara mendasar yang kerap kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai skill (keterampilan) yaitu: 1) Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan, menghasilkan, dan mengucapkan bunyi dan struktur bahasa secara benar. 2) Interaction skill yang mencakup membuat keputusan tentang sebuah komunikasi misalnya ingin mengungkapkan apa, bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan yang dimaksudkan oleh orang lain. Belajar bahasa Inggris berarti memiliki kemampuan untuk memproduksi ujaran grammatikal dari sebuah bahasa dan tahu bagaimana menggunakannya dengan benar untuk dapat berkomunikasi secara efektif. (Harmer, 1983:13). Dalam mempelajari bahasa di kelas, siswa lebih cenderung memberi perhatian untuk menjadi lebih teliti (accuracy) akan tetapi pada dasarnya mereka juga harus berlatih untuk menggunakan bahasa secara fasih (fluency). Ada beberapa alasan tentang dilakukannya latihan berbicara selama pelajaran berlangsung di kelas antara lain (Baker dan Westrup, 2003:5) antara lain: 15 1) Kegiatan berbicara akan menguatkan pemerolehan kosakata baru, tata bahasa, dan bahasa secara fungsional 2) Memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya 3) Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topik yang berbeda 4) Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topik yang berbeda Dengan demikian, untuk memudahkan guru dalam merancang program pengajaran yang baik demi mencapai tujuan komunikasi, maka guru diharuskan mengetahui fungsi bahasa yang akan dipakai siswa untuk berinteraksi dalam sebuah komunikasi. 2.3.2 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara Seorang pembicara yang baik harus mempu memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Selain menguasai topik, seorang pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan seseorang untuk dapat 16 menjadi pembicara yang baik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor verbal dan faktor non-verbal (Arsjad dan Mukti, 1988:17). 1) Faktor Verbal a) Ketepatan ucapan Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau pemakainya (pembicara) dianggap aneh. (Arsjad dan Mukti, 1988:19). b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu berkurang. Penempatan tekanan pada kata atau suku kata yang kurang sesuai akan mengakibatkan kejanggalan. (Arsjad dan Mukti, 1988:19) 17 Kejanggalan ini akan mengakibatkan perhatian pendengar akan beralih pada cara berbicara pembicara, sehingga pokok pembicaraan atau pokok pesan yang disampaikan kurang diperhatikan. Akibatnya, keefektifan komunikasi akan terganggu. c) Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Dalam setiap pembicaraan pemakaian kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada katakata yang muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang mengakibatkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. (Arsjad dan Mukti, 1988:19). Hendaknya pembicara menyadari siapa pendengarnya, apa pokok pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya. d) Ketepatan sasaran pembicaraan Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat. (Arsjad dan Mukti, 1988:20). 18 2) Faktor Nonverbal a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku Pembicaraan yang tidak tenang, lesu dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. (Arsjad dan Mukti, 1988:21). Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik setidaknya akan menghilangkan kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan latihan. Kalau sudah terbiasa, lamakelamaan rasa gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar b) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara Pandangan pembicara hendaknya diarahkan kepada semua pendengar. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak pembicara ketika berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping atau menunduk. Akibatnya, perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan (Arsjad dan Mukti, 1988:21). c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. (Arsjad dan Mukti, 1988:21). Namun, tidak berarti si pembicara begitu saja 19 mengikuti pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya. Ia juga harus mampu mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja pendapat itu harus mengandung argumentasi yang kuat, yang diyakini kebenarannya. d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal penting selain mendapatkan tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik. (Arsjad dan Mukti, 1988:21). Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Akan tetapi, gerak-gerik yang berlebihan akan menggangu keefektifan berbicara. Mungkin perhatian pendengar akan terarah pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan ini, sehingga pesan kurang dipahami. e) Kenyaringan suara Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah pendengar. (Arsjad dan Mukti, 1988:22). Yang perlu diperhatikan adalah jangan berteriak. Kita atur kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh pendengar dengan jelas. f) Kelancaran Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. (Arsjad dan Mukti, 1988:23). Seringkali pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu 20 diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya. g) Relevansi/Penalaran Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis (Arsjad dan Mukti, 1988:24). Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan. h) Penguasaan Topik Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara (Arsjad dan Mukti, 1988:24). . 2.3.3 Pelafalan/pengucapan bahasa Inggris Pelafalan bahasa Inggris adalah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan komunikasi lisan. Pelafalan yang salah dapat menyebabkan terjadinya salah pengertian dan pada akhirnya menyebabkan gangguan komunikasi atau communication breakdown. 21 Dalam kamus Longman Dictionary of Applied Linguistics (1985: 232), pengucapan adalah cara mengeluarkan suara tertentu yang menekankan pada suara yang terdengar oleh pendengarnya, dan bukan teknik mengeluarkan suara tertentu atau yang biasa disebut artikulasi. Bunyi dan lambang bahasa Inggris adalah salah satu dari kelompok bahasa yang tidak sempurna karena sistem pengucapan lambang bunyinya tidak konsisten lambang bunyi dalam alfabet yang berjumlah 26 itu dalam bahasa Inggris mewakili lebih dari empat puluh bunyi yang berbeda. (Zubaidi, 2006: 150). Perhatikan satu contoh cara satu lambang bunyi yang diucapkan secara berbeda: Dane’s father who lives in a village in America, called my Dad many times. (Widarso, 1989:31). Dalam satu kalimat tersebut terdapat sembilan lambang bunyi yang sama, yaitu a. Namun dari satu lambang bunyi tersebut ada tujuh bunyi yang berbeda. Bunyi yang berbeda tersebut adalah sebagai berikut: Dane [ei]; father [a]; a [e]; village [i]; America [e] [a]; called [o:]; Dad [æ]; many [e]. Berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia merupakan salah satu kelompok bahasa yang sempurna karena antara ucapan dan lambang bunyinya konsisten (kecuali mungkin pada lambang bunyi e yang bisa dibaca [e] pada setiap dan [é] pada kata tempe; dan pada lambang bunyi o yang bisa dibaca [o] pada kata jodo dan [c] pada kata lombok) . Dalam bahasa Inggris masih terdapat banyak lagi masalah pengucapan yang serupa itu. Hal ini menjadi hambatan yang cukup besar khususnya bagi pembelajar, apalagi bagi pembeajar pemula. Khusus untuk bunyi 22 vokal sendiri, bahasa Inggris ,mempunyai 20 bunyi yang berbeda dan dilambangkan dalam satu lambang atau dua lambang. Berikut ini adalah daftar bunyi baik vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris. Tabel 2.1 Daftar bunyi vokal bahasa Inggris (Ladefoged, 1989: 56) Front Close Mid Open Long i: Central Short I Back Long Short З: ə ʌ æ Long u: ɔ: a: Short ʊ Tabel 2.2 Daftar bunyi vokal dan lambang bunyi dalam bahasa Inggris (O’Connor, 1980: 44) Bunyi i: I e ɔ: u ɔi æ a ʌ З: u: ei əu ai au a: Iə eə uə ə Lambang bunyi feel fill fell fall full foil cat cot cut curt fool fail foal fail foul cart tier tear tour banana a 23 Konsonan bahasa Inggris memiiki 24 bunyi yang berbeda. Berikut adalah daftar bunyi konsonan bahasa Inggris. (Ladefoged, 1989: 51) dan lambang bunyi konsonan bahasa Inggris. (Hornby, 1974: 112 ). Tabel 2.3 Daftar bunyi konsonan bahasa Inggris (Ladefoged, 1989: 57) Bilabial Nasal Labio dental Dental alveolar m n pb td sz Palato Alveolar Palatal ŋ Stop kg Fricative Central (approximant) Velar fv θð ∫ʒ r j w Lateral (approximant) l Tabel 2.4 Daftar bunyi konsonan dan lambang bunyi dalam bahasa Inggris (Hornby, 1974: 112) Homofon adalah ∫ Bunyi ʒ h p m b nt ŋd kl gr t∫j w dj f v θ ð s z she Lambang vision bunyi how pen man bad no tea sing did leg cat red got yes chin wet june fall voice thin then so zoo kata-kata yang 24 diucapkan sama tetapi ditulis dengan ejaan yang berbeda dan seringkali mempunyai makna yang berbeda (Ladefoged, 1989: 130). Bagi pembelajar ini homofon sering menimbulkan masalah karena pengucapannya sama sehingga salah memahaminya kecuali dia mengetahui dengan baik konteks pembicaraannya. 1) peace [pi:s] = kedamaian vs. piece [pi:s] = sepotong 2) two [tu:] = dua vs. too [tu:] = juga vs. to [tu:] = untuk; ke Perbedaan beberapa bunyi yang mirip bagi lidah orang Indonesia umumnya lebih fleksibel dalam meniru bunyi-bunyi bahasa asing. Mereka umumnya tidak mengalami kesulitan untuk menirukan bunyi-bunyi tertentu, sementara orangorang bangsa lain mengalaminya. Beberapa kata dalam bahasa Inggris cenderung juga diucapkan secara salah karena bunyi yang terdapat di dalam kata tersebut mirip. (Zubaidi, 2006: 156). Pembelajar sering menyepelekan perbedaan bunyi yang mirip tersebut. Contohnya adalah bunyi [s] dan bunyi [∫]. Kata she [∫i:] (dia perempuan) seringkali diucapkan [si] yang merupakan bunyi untuk kata see (melihat) atau sea (laut). Bila demikian situasinya maka pembelajar tentu akan menggunakan bunyi yang sama untuk kata berbeda dalam kalimat: She sells sea shells on the sea shore. (Zubaidi, 2006: 156). Berikut ini adalah contoh beberapa kata dalam bahasa Inggris yang memiliki lafaal yang mirip (tetapi berbeda), yang cenderung akan diucapkan sama oleh pembelajar (Ladefoged, 1989: 140). 25 Lambang bunyi yang tidak diucapkan selain dari masalah-masalah pelafalan di atas, dalam bahasa Inggris juga terdapat beberapa kata yang lambang bunyinya tidak dilafalkan (Ladefoged, 1989:140). Seringkali pembelajar salah dalam mengucapkan kata-kata ini karena semua lambang bunyinya diucapkan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut, dimana lambang bunyi yang dicetak tebal tidak dilafalkan. Know Knife Write Whole Mnemonic Psychology Science Wednesday = mengetahui = pisau = menulis = keseluruhan = alat pembangkit = psikologi = ilmu pengetahuan = rabu (Zubaidi, 2006:157) 2.3.4 Tata bahasa Inggris Gebhard (1996: 3), seorang ahli bahasa mendefinisikan tatabahasa sebagai suatu kumpulan sistem yang harus dipatuhi oleh pengguna bahasa sesuatu bahasa itu, dan ia menjadi dasar untuk melahirkan asperasi bahasa yang baik dan indah, serta menjamin kemantapan bahasa sesuatu bahasa. Menurut Gebhard lagi, tatabahasa berfungsi dalam memisahkan bentuk-bentuk bahasa yang gramatis, daripada yang tidak gramatis. Untuk itu dalam mempelajari bahasa Inggris. diperlukan pemahaman terhadap kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan grammar. Bagian-bagian grammar tersebut adalah: 1) Kata-kata benda tunggal dan jamak (Singular and plural nouns) 26 Perbedaan kata benda tunggal dan kata benda jamak daam kalimat bahasa Inggris perlu diperhatikan, karena berpengaruh terhadap penggunaan kata kerja (baik verb to be, verb to have maupun kata kerja). Kata benda tunggal dalam kalimat harus memakai kata kerja tunggal, sedangkan kata benda jamak harus menggunakan kata kerja jamak (Murphy, 1985:213). contoh: This car is expensive (mobil ini mahal) (car bentuk tunggal, memakai is) These cars are expensive (mobil-mobil ini mahal) (cars bentuk jamak, memakai are) Pada umumnya kata benda jamak dibentuk dengan menambahkan –s atau –es pada kata benda tungga, dengan beberapa ,perkecualian (Murphy, 1985:213). Cara membentuk kata benda jamak: a) Dengan menambahkan –s pada kata benda tunggal: Tunggal Jamak Arti door school doors schools pintu sekolah (Murphy, 1985:213) 27 b) Dengan menambahkan –es jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –s, x, –z, –ch, dan –sh. Tunggal Jamak Arti ass bus box buzz bench brush asses buses boxes buzzes benches brushes keledai bus kotak dengungan bangku sikat (Murphy, 1985:213) c) Dengan menambahkan –es jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –o : Tunggal Jamak Arti hero negro tomato mango heroes negroes tomatoes mangoes pahlawan orang negro tomat mangga (Murphy, 1985:213) Akan tetapi hanya dengan menambahkan –s saja, jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –oo, io, -oe, atau –yo, dan beberapa kata benda berakhiran –o yang didahului oleh sebuah konsonan (huruf mati) di bawah ini (Murphy, 1985:213): Tunggal Jamak Arti radio photo dynamo proviso radios photos dynamos provisos radio foto dinamo ketentuan, syarat 28 (Murphy, 1985:213) d) Dengan mengubah –y menjadi i lalu ditambah –es, jika y didahului oleh sebuah huruf mati: Tunggal Jamak Arti baby lady duty library babies ladies duties libraries bayi wanita tugas/kewajiban perpustakaan (Murphy, 1985:214) e) Dengan mengubah –f atau –fe menjadi ves: Tunggal Jamak Arti calf knife shelf wolf calves knives shelves wolves anak sapi pisau rak/papan serigala (Murphy, 1985:214) Bentuk jamak yang tidak beraturan (irregular plurals) Sejumlah kata benda mempunyai bentuk jamak yang tidak beraturan (Murphy, 1985:214). a) Dengan mengadakan perubahan vocal (huruf hidup) yang di dalamnya: Tunggal Jamak Arti man foot woman tooth goose loose mouse men feet woman tooth geese lice mice pria kaki wanita kaki angsa kutu tikus 29 (Murphy, 1985:215) b) Dengan memberikan –en atau –ne untuk membentuk jamaknya: Tunggal Jamak Arti ox child brother cow oxen children brethren kine lembu jantan anak saudara sapi (Murphy, 1985:215) c) Kata-kata benda yang mempunyai bentuk jamak yang sama dengan bentuk tunggalnya: Tuggal Jamak Arti swine deer sheep fish swine deer sheep fish babi rusa domba ikan (Murphy, 1985:215) d) Kata-kata benda yang selalu dalam bentuk jamak dan tidak mempunyai bentuk tunggal: Jamak Arti Glasses Arms Bellows Scissors Trousers Shoes kacamata senjata hembusan gunting celana panjang sepatu 30 Shorts celana pendek (Murphy, 1985:215) 2) Adalah (to be) To be (is, am, are) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia, pada umumnya to be tidak diterjemahkan (Murphy, 1985:215). To be digunakan sebagai penghubung antara subjek dan predikat. Predikat suatu kalimat dapat terdiri atas: a) Kata sifat (adjective) b) Kata benda (noun) c) Kata keterangan/tambahan (adverb) d) Kata kerja (verb) yang menyatakan sedang melakukan sesuatu. To be menghubungkan subjek dan predikat, to be dapat berubah-ubah sesuai dengan subjek (pelaku) (Murphy, 1985:215). Contoh: a) Predikat kalimat kata sifat: 1) 2) 3) 4) I am happy You are right He is handsome We are healthy = Saya gembira = Anda benar = Ia (laki-laki) tampan = Kami sehat (Murphy, 1985:215) b) Predikat kalimat kata benda : 31 1) 2) 3) 4) I am a teacher You are a physician He is a student She is a singer = Saya (adalah) seorang guru = Anda seorang dokter = Ia seorang siswa = Ia seorang penyanyi (Murphy, 1985:215) c) Predikat kalimat kata keterangan: 1) 2) 3) 4) I am in the room You are in the class We are at home She is in the garden = Saya di dalam kamar = Anda di dalam kelas = Kami di rumah = Dia berada di kebun (Murphy, 1985:215) d) Predikatnya kata kerja yang menyatakan sedang melakukan sesuatu: 1) I am reading a book 2) You are studying English 3) We are sitting 4) She is watching television = Saya sedang membaca buku = Anda sedang mempelajari bahasa Inggris = Kami sedang duduk = Dia sedang menonton televise (Murphy, 1985:215) 3) Kalimat Verbal Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya terdiri atas kata kerja. Kata kerja yang belum berfungsi dalam kalimat diawali dengan to dan disebut Infinitive atau Non-Finite Verb (Murphy, 1985:216). To study To read belajar membaca 32 To write To speak menulis berbicara Akan tetapi, bila kata kerja itu telah dipakai sebagai predikat, maka: to tidak dipakai lagi. Subject I/We You He/She They Predicate Study Read Writes speak Object English everyday English everyday English everyday English everyday (Murphy, 1985:216) Macam-macam kalimat verbal Dalam kalimat verbal bila kita ingin membuat: (1) Kalimat negative, disertai kata kerja bantu. Kata kerja bantu itu biasanya berbentuk: a) Do not, bila subjeknya jamak, seperti: we, you dan they atau kalau subjeknya tunggal, seperti: I dan You. (Murphy, 1985:216). b) Does not, bila subjeknya tunggal, seperti: he, she dan it Kata kerja bantu ini akan diletakkan sesudah subjek misalnya: I do not study English everyday He does not (doesn’t) study English everyday (Murphy, 1985:216). 33 (2) Kalimat negative interrogative, dipakai juga peraturan seperti no. 1 di atas, tetapi dengan meletakkan kata kerja bantu itu di depan subjeknya dalam kalimat (Murphy, 1985:216). Contoh: Don’t you study English everyday? Doesn’t he study English everyday? (3) Kalimat Tanya (interrogative) Digunakan kata kerja bantu: Do, untuk subjek Does, untuk subjek : I, you, we, they : he, she , it Contoh Do you read a book everyday? Does he read a book everyday? (4) Kalimat perintah (imperative) Kata kerja langsung diletakkan paling depan atau sesudah please/don’t. (Murphy, 1985:217). Contoh: Study, please 34 Please, speak Don’t run (Murphy, 1985:217). 4) Indefinite numerals Menunjukkan bilangan jenis tertentu tanpa mengatakan secara tepat berapa bilangan itu. Oleh karena itu disebut Indefinite Numerals. (Murphy, 1985:219). Kata-kata sifat utama golongan ini adalah: all, some, enough, no, many, few, several. Contoh. All men are mortal Some men die young Fifteen men will be enough No men were present Many men are poor Few men are rich Several men came (Murphy, 1985:219). 5) Tingkat perbandingan (degree of comparison) Kebanyakan kata sifat yang menunjukkan sifat, dua buah kata sifat kuantitatif, yaitu much dan little, dan dua buah kata sifat bilangan, yaitu many dan few, mempunyai tingkat perbandingan (degree of comparison). (Murphy, 1985:220). 35 Tingkat perbandingan berjumlah tiga tingkat, yaitu: The positive degree (tingkat biasa) The comparative (tingkat lebih/perbandingan) The superlative (tingkat paling) (Murphy, 1985:220). Kata sifat yang terdiri dari satu suku kata dan beberapa kata sifat bersuku kata dua dapat dibentuk Comparative dengan menambahkan – -er atau –r, dan Superlative dengan menambahkan –est dan –est ditambahkan. (Murphy, 1985:223). Positive (bentuk kata positive) Rich Thick Fast Small great Comparative (bentuk komparatif) Superlative (bentuk superlatif) Richer Thicker Faster Smaller Greater Richest Thickest Fastest Smallest Greatest (Murphy, 1985:223). Kata sifat yang bersuku kata dua (yang tekanan suaranya jatuh pada suku kata awal) atau lebih, ditambahkan more untuk membentuk Comparatives dan most untuk Superlatives. Positive (bentuk kata positive) Famous Useful Beautiful Interesting difficult Comparative (bentuk komparatif) Superlative (bentuk superlatif) more famous more useful more beautiful more interesting more difficult most famous most useful most beautiful most interesting most difficult 36 Beberapa kata sifat dibentuk dengan cara tak beraturan (irregular) untuk Comparatives dan superlatives (Murphy, 1985:225). Positive (bentuk kata positive) Bad Good Little Much Fore Comparative (bentuk komparatif) Superlative (bentuk superlatif) worse better less more former Worst Best Least Most Foremost 6) Kata kerja bantu (auxiliary verbs) Auxiliary verbs adalah kata kerja bantu yang diletakkan di depan kata kerja pokok untuk membentuk bentuk waktu (tense), ragam grammatikal (voice) dan modus (mood) (Murphy, 1985:226). Misalnya: can, could, may, might, must, shall, should, will, would, ought, dsb. Be (is, am, are, was, were, been), do (do, does, did), have (have, has, had), need, dare dan used to kadang-kadang juga dipakai sebagai Auxiliary Verbs (kata kerja bantu). 2.3.5 Kata Dalam kegiatan berkomunikasi kata-kata dijalinsatukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Yang penting adalah pengertian yang tersirat di balik kata yang digunakan harus mampu dipahami oleh orang lain sehingga tercipta komunikasi dua arah 37 yang baik dan harmonis. Keraf (2007: 23) memberikan pengertian kata sebagai suatu unit dalam bahasa yang memiliki komponen tertentu dan secara relative memiliki distribusi yang bebas. Kata menurut pemakaian bahasa oleh Arifin dan Junaiyah (2008:2) didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang ulang, dan secara potensial dapat berdiri sendiri. Kosa kata atau perbendaharaan kata adalah jumlah seluruh kata dalam suatu bahasa; juga kemampuan kata-kata yang diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis. Kosa kata dari suatu bahasa itu selalu mengalami perubahan dan berkembang karena kehidupan yang semakin kompleks. Dengan mengerti kegunaan dan fungsi dari suatu kata dan bagaimana kata-kata dapat tergabung dan menyatu membuat sebuah komunikasi yang bermakna. Sebagian besar siswa tidak mampu berkomunikasi yang benar secara gramatikal karena mereka tidak mengetahui kegunaan dan fungsi dari tiap-tiap bagian dari berbicara. Bagian-bagian tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1) Kata benda atau nomina (noun) Kata benda sering digunakan untuk menamai seseorang, tempat atau benda. Door, hand, school ,day adalah contoh dari noun. Noun (kata benda) dapat dibedakan menjadi dua sub kelass. Satu diantaranya memiliki dua bagian . (Finegan, 1992: 115) a. Proper Noun Proper Nouns adalah nama orang-orang, tempat, dan sesuatu yang biasanya diawali dengan huruf kapital pada bagian awal penulisan. 38 Contoh: Debbie Mars b. Common Noun Common Nouns biasanya tidak diawali dengan huruf kapital pada awal penulisan katanya, kecuali saat kata tersebut terletak pada awal kalimat. Common Nouns dapat dibedakan menjadi dua bagian (Finegan, 1992: 115): Count Nouns Cup loaf stalk Coin plank sheet Count nouns merupakan kata benda yang dapat dihitung dan memiliki bentuk tunggal dan bentuk jamak (Finegan, 1992: 115). . Noncount Nouns money bread hay Milk wood paper Noncount Nouns merupakan kata benda yang tidak dapat dihitung dan dalam bentuk tunggalnya tidak dapat ditambahkan kata a atau an didepan kata tersebut (Finegan, 1992: 115) Akhiran Pembentuk Kata benda Berikut ini akan dijelaskan beberapa akhiran yang dapat membentuk suatu kata menjadi kata benda. (Finegan, 1992: 116) a) Pembentuk agen atau objek 39 -er : driver, employer, examiner, writer -or : actor, collector, director, educator, elevator -ar : beggar, liar -ant : accountant, assistant, attendant, combatant, servant -ist : biologist, chemist, economist, dentist, scientist -ee : employee, examinee, refugee, referee, invitee (Finegan, 1992: 116) b) Pembentuk kata benda dari kata kerja (verb) -age : breakage, coverage, drainage, marriage, leakage -al : approval, arrival, refusal -ance : acceptance, appearance, performance -ery : delivery, discovery,recovery -ment : agreement, arrangement, employment, management -sion : collision, decision, division, confusion -ation : education, attention, solution -ure : departure, failure, closure (Finegan, 1992: 116) c) Pembentuk kata benda abstrak dari kata sifat (adjective) -ance/-ence : importance, absence, presence, diligence -ity : ability, activity, equlity, divinity -ness : darkness, happiness, kindness -th : length, strength, truth, width 40 (Finegan, 1992: 117) 2) Kata kerja (verb) Verb (kata kerja) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menunjukkan aksi atau tindakan (Gebhard, 1996: 42). Verb (kata kerja) dapat membentuk sebuah kelas kata, adapun bagianbagiannya adalah: a. Melakukan suatu pekerjaan: take, go, jump, talk, ran b. Dapat membuat suatu bentuk –ing, atau infinitive (bentuk to-) to swim/swimming to listen/listening to be/being to write/writing c. Dapat dikombinasikan dengan kata benda, determiners, dan kata ganti, untuk memberitahu kita siapa (atau apa) yang dilakukan, untuk apa, dan untuk siapa. We slept soundly They played hockey Adam gave Tia a gift d. Dapat muncul baik dalam bentuk sendiri (single verns) maupun dalam bentuk kelompok (verbs groups) – yaitu suatu untaian kata yang berkombinasi membentuk satu arti. (Finegan, 1992: 226) Single Verbs Know learns discover Verbs Groups Have known is learning will discover Kata kerja mempunyai dua bagian sub kelas: 41 a. Lexical verbs (dapat dikatakan ”dictionary verbs”) adalah kata kerja uang mempunyai arti. Run, jump, sit, stand; b. Auxiliary verbs/kata kerja bantu (dapat dikatakan ”helping verbs”) adalah kata kerja yang biasanya digunakan untuk tujuan gramatikal daripada untuk arrti; They have all gone They will not return They did not see the snow Kata kerja yang ditebalkan di atas tidak memiliki arti, mereka adalah auxiliary (kata kerja bantu). Tanpa mereka kalimat tetap memiliki arti tetapi tidak gramatikal. They all gone They not return They not see the snow (Finegan, 1992: 226) 3) Kata sifat (adjective) Kata sifat sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menjelaskan atau memberikan informasi lebih tentang noun atau pronoun (Gebhard, 1996: 46). Kata sifat menjelaskan kata benda dalam bentuk sebagai keterangan ukuran, warna, dan nomber. Kata sifat memiliki tiga sub kelas sebagai berikut. a. Descriptive adjective Descriptive adjective adalah tipe adjective yang paling umum. (Finegan, 1992: 227). Beberapa dari tipe ini terbentuk dari anggota kelas kata lain yang diikuti oleh akhiran. (reason -> reasonable, 42 wonder -> wonderful). Beberapa contoh descriptive adjective yang menyatakan kualitas: Beautiful Stupid smart clever ugly patient pretty honest b. Proper Adjectives Tipe ini biasanya dibentuk dengan akhiran dari proper nouns. Layaknya seperti proper nouns, proper adjectives biasanya dimulai dengan huruf kapital. Proper Noun Proper Adjective Australia China Shakespeare Australian Chinese Shakesperian (Finegan, 1992: 228) c. Verbal Adjectives Kata sifat verbal adalah kata kerja yang berfungsi sebagai kata sifat. 1) Bentuk –ing (present participle): Shaking taking noting 2) Bentuk -en (past participle), biasanya dengan akhiran –en atau – ed. Shaken taken noted Dari penjelasan diatas, kita dapat merangkum akhiran kata yang dimiliki oleh kata sifat yang diderivasi dari kelas kata lain. (Hartanto, 1996: 67) -able :comfortable -ish : greyish 43 -ful : playful -less : useless -al : physical -ous : dangerous -ic : scientific -y : dirty Empat Kriteria Kata Sifat a) Dapat berfungsi sebagai atributif (yang terletak diantara determiner dan kata benda, misalnya an ugly painting b) Dapat berfungsi sebagai predikatif (sebagai komplemen subjek), atau sebagai komplemen objek. The painting is ugly I thought the painting ugly c) Dapat diberi premodifier very They are very happy The very happy children d) Dapat mengambil bentuk komparatif dan superlaatif baik secara infleksi [=dengan akhiran –er dan –est] maupun secara perifrastik [= dengan menggunakan more dan most]. Happy-happier-happiest [secara infleksi] Intelligent-more intelligent-most intelligent [secara perifrastik] 4) Kata keterangan (adverb) Kata keterangan biasanya dimaksudkan sebagai kata yang memberikan informasi lebih tentang verb, adjective atau adverb lainnya. Secara morfologi kata keterangan dapat dikelompokkan sebagai berikut. a) Adverb sederhana, misalnya: just, only, well. b) Adverb majemuk, misalnya: somehow, somewhere, therefore 44 c) Adverb derivasional. Banyak dari adverb yang diderivasi dari adjective (kata sifat) dengan diberi akhiran –ly: oddly, interestingly,warmly, quickly (Finegan, 1992: 238) 5) Kata ganti (pronoun) Kata ganti sering dimaksudkan sebagai sebuah kata yang bisa digunakan sebagai sebuah noun. Kata ganti dapat dibedakan menjadi empat sub kelas. a. Personal pronoun Personal pronoun mengacu pada kamu, aku dan kepada orang lain. Daftar dibawah ini menunjukkan bentuk yang berbeda dari personal pronouns. Subjective Pronoun Objective pronoun Possessive pronoun Possessive determiners I You He She It We You They me you him her it us you them mine yours his hers its ours yours theirs my your his her its our your their Emphatic reflexive pronouns myself yourself himself herself itself ourselves yourselves themselves b. Indefinite pronouns Indefinite pronouns adalah some-, any-, no-,every-, dikombinasikan dengan –body, -one, -thing: Somebody Someone Something anybody anyone anything nobody everybody no one everyone nothing everything yang 45 c. Interogative pronoun Interogative pronoun adalah pronoun yang digunakan dalam bentuk tanya. Terdapat lima interrogative pronouns: Who? Whom? Whose? What? Which? d. Relative pronouns Relative pronouns terletak pada bagian depan dari adjective clauses (disebut juga dengan relative clauses) yang memodifikasi sebuah noun atau sebuah pronoun. Relative pronouns yang paling umum adalah: Who That whom when whose where which 6) Kata depan (preposition) Kata depan adalah sebuah kata yang menunjukkan hubungan dengan katakata lainnya dalam suatu kalimat. (Finegan, 1992: 240) Hubungan tersebut antara lain: arah, tempat, waktu, sebab, cara, dan jumlah. Kata depan dapat diidentifikasi berdasarkan fungsinya yang menunjukkan hubungan anatar sesuatu. Berikut adalah daftar dari lima puluh kata depan yang paling umum. Aboard About Above Across After Against Along Amid Among behind below beneath beside between beyond by despite down in inside into like minus near next of off over past plus round through to towards under unlike 46 Around At Before during except from on onto out up with Dalam garis besarnya makna preposition berkaitan dengan perihal berikut: a) Ruang (in, on, outside) b) Waktu (in, at, on, during, since, for) c) Arah atau gerak (into, up, down) d) Sebab (because of, due to, thank to, owing to, on account of) e) Hal (about, on, concerning, instead of) f) Alat, cara, dan lain-lain (with a hammer in amazement, in blue dress) 7) Kata penghubung (conjunction) Kata penghubung adalah sebuah kata yang menghubungkan kata-kata atau kelompok kata lainnya. (Finegan, 1992: 241). Kata penghubung dapat dibedakan menjadi dua bagian: a. Coordinating conjuctions and, but, either … or, neither …nor b. Subordinating Conjuctions Kata benda Adjectival Adverbial whoever, whichever, that who, whom, which, that if, unless, when, because 8) Kata seru (interjections) 47 Kata seru adalah sebuah kata seperti urrgh!, gosh!, wow!, yang menunjukkan ungkapan emosi atau seperti senang, kaget, terkejut, dan jijik, tapi tidak menunjuk pada arti lain. (Finegan, 1992: 241). Interjection jarang digunakan dalam berbicara atau menulis. 2.3.5 Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga dengan Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. (Burns, 2009: 6). Fokus PTK adalah pada siswa atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata Guru dalam pengembangan profesionalnya. Secara rinci, tujuan PTK antara lain: (1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah, (2) Membantu Guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran, (3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan, (4) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. (Burns, 2009: 8) Dari PTK dapat dihasilkan upaya-upaya (1) peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah, (2) peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas, (3) peningkatan atau perbaikan 48 kualitas penggunaan media, alat bantu, dan sumber belajar lainnya, (4) peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa, (5) peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah, dan (6) peningkatan atau perbaikan kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah. (Trianto, 2011: 18) PTK ini memiliki keunggulan antara lain: 1) peneliti atau guru tidak perlu meninggalkan kelas atau pekerjaannya; 2) tidak memerlukan biaya yang tinggi dan dapat dilakukan kapan saja; 3) hasil penelitiannya yang direncanakan dapat dirasakan; 4) bila treatment (perlakuan) dilakukan kepada responden, mereka dapat merasakan hasilnya; Treatment yang dilakukan memberikan motivasi kepada subjek didik untuk menghasilkan perubahan sikap. Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat untuk memperluas kemampuan dan memperoleh pemahaman yang lebih tentang kelas, siswa dan diri sendiri sebagai guru. (Trianto, 2011: 18) Lewin (dalam Suparno, 2008: 11) mengembangkan model spiral dalam penelitian tindakan yang kemudian menjadi sumber acuan dan banyak dikembangkan oleh para ahli lainnya sebagai berikut: (1) Perencanaan (4) Refleksi (5) Aksi berikutnya (2) Tindakan 49 (3) Observasi (Suparno, 2008: 11) Berdasarkan bagan di atas, penelitian tindakan kelas sebagai sebuah siklus menggambarkan seperangkat langkah-langkah untuk selanjutnya diadakan perencanaan ulang, pengamatan ulang dan refleksi ulang. Burns (2009: 8) memberikan penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan sebagai berikut: 1) Perencanaan Fase ini memegang peranan yang penting karena dsalam fase ini rencana tindakan dikembangkan berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan di era yang lebih khusus. (Burns, 2009: 8) 2) Tindakan Rencana yang melibatkan intervensi pada situasi pengajaran harus dipertimbangkan dengan baik untuk dilaksanakan tindakan dengan batasan waktu yang ditentukan. 3) Pengamatan ke dalam suatu 50 Fase ini mencakup pengamatan secara sistematis dampak dari tindakan yang dilakukan dan mencatat/ mendokumentasikan konteks, kegiatan, dan opin dari semua yang ikut terlibat di dalamnya. 4) Refleksi Pada fase ini, guru melihat kembali kegiatan yang telah dilakukannya. Dengan kata lain, guru menggambarkan, mengevaluasi, dan mendeskripsikan dampak dari tindakan yang dilakukan dengan tujuan memberikan penjelasan yang rasional dan memahami permasalahan yang telah dikaji lebih jelas. (Burns, 2009: 8) 2.3.6 Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif perlu dipahami oleh setiap guru bahasa Inggris agar dapat menyusun perencanaan pengajaran, melaksanakan penyajian materi pelajaran, mengevaluasi hasil belajar dan proses pembelajaran dengan baik. (Dewi, 2003 : 23). Pendekatan komunikatif dipandang sebagai pendekatan yang unggul dalam pengajaran bahasa. Keunggulan ini antara lain karena berdasarkan pada pandangan ilmu bahasa dan teori belajar bahasa yang mengutamakan pemakaian bahasa sesuai dengan fungsinya. Di samping itu, tujuan pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif adalah membentuk komunikatif siswa. Artinya, melalui berbagai kegiatan pembelajaran diharapkan siswa menguasai kemampuan berkomunikasi yakni kemampuan menggunakan bentuk-bentuk 51 tuturan sesuai dengan fungsi-fungsi bahasa dalam proses pemahaman maupun penggunaan. (Brumfit, 1979 :42) 2.3.6.1 Hakikat Pendekatan Komunikatif Munculnya istilah pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa diilhami oleh suatu teori yang memandang bahasa sebagai alat berkomunikasi. Berdasarkan teori tersebut, maka tujuan pembelajaran bahasa dirumuskan sebagai ikhtisar untuk mengembangkan kemampuan yang disebut kompetensi komunikatif. (Brumfit, 1979 :43) 2.3.6.2 Prosedur pembelajaran komunikatif Berkenaan dengan prosedur pembelajaran dalam kelas yang berdasarkan pendekatan komunikatif, Brumfit (1979) menawarkan garis besar kegiatan pembelajaran untuk tingkat sekolah menengah atas. Garis besar tersebut sebagai berikut. a) Penyajian dialog singkat Penyajian ini didahului dengan pemberian motivasi dengan cara menghubungkan situasi dialog dengan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. b) Pelatihan lisan dialog Pelatihan dialog singkat diawali dengan contoh yang dilakukan oleh guru. Para siswa mengulang contoh lisan gurunya, baik secara bersama-sama, setengah, kelompok kecil, atau secara individu. 52 c) Tanya-jawab Hal ini dilakukan dua fase. Pertama, tanya-jawab yang berdasarkan topik dan situasi dialog. Kedua, tanya-jawab tentang topik itu dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa. d) Pengkajian Siswa diajak untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam dialog. Selanjutnya, para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama. e) Penarikan simpulan Siswa diarahkan untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa yang terkandung dalam dialog. f) Aktivitas interpretatif Siswa diarahkan untuk menafsirkan beberapa dialog yang dilisankan. g) Aktivitas produksi lisan Dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai kepada aktivitas yang bebas. h) Pemberian Tugas 53 Memberikan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah i) Evaluasi Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan Memperhatikan prosedur di atas, dapat dilihat adanya kesamaan antara prosedur pembelajaran yang berdasarkan prinsip pendekatan struktural. Lain halnya yang disodorkan oleh Littlewood adalah prosedur metodologis yang terbagi atas kegiatan pra-komunikatif dan kegiatan komunikatif. Sejalan dengan itu, Harmer (1983) mengemukakan bahwa tahap-tahap pembelajaran bahasa komunikatif harus dimulai dari aktivitas nonkomunikatif menuju aktivitas komunikatif. Dalam fase kegiatan nonkomunikatif, para pembelajar belum memiliki keinginan untuk berkomunikasi, juga mereka tidak memiliki tujuan berkomunikasi. Pada tahap ini peranan guru masih dominan, guru masih sering melakukan intervensi. Dalam fase komunikatif, pembelajar sudah memiliki keinginan dan tujuan berkomunikasi. Pembelajar tidak lagi menitikberatkan pada bentuk, tetapi pada isi. Berkenaan dengan penggunaan pendekatan komunikatif Littlewood, mengemukakan ada dua kegiatan komunikatif yang perlu dikenal, yaitu: (1) Kegiatan komunikasi fungsional; (2) Kegiatan interaksi sosial. 54 Kegiatan komunikasi fungsional dapat berupa kegiatan berbahasa untuk saling membagi informasi dan kegiatan berbahasa untuk mengolah informasi yang keduanya dapat dirinci menjadi: (a)kegiatan saling membagi informasi dengan kerja sama yang terbatas; (b) kegiatan saling membagi informasi dengan kerja sama yang tidak terbatas; (c) kegiatan saling membagi informasi dan mengolah informasi; (d) kegiatan mengolah informasi. Kegiatan interaksi sosial dapat berupa: (a)dialog dan bermain peran; (b) simulasi; (c) memerankan lakon pendek yang lucu; (d) improvisasi; (e) berdebat; dan (f) melaksanakan berbagai bentuk diskusi. 2.3.7 Penilaian Penilaian merupakan proses untuk menentukan nilai seseorang melalui pengukuran untuk memperoleh informasi yang berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) tentang hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam prosedur penilaian kegiatan berbicara siswa menurut Madsen (1983: 91-95) yaitu holistic scoring dan objectified scoring. Holistic scoring cenderung dipilih ketika guru mengevaluasi bermacam- 55 macam kriteria/ aspek yang luas secara spontan misalnya ketepatan, kelancaran, tata bahasa, kosakata dan pengucapan. Sedang objectified scoring difokuskan untuk mengevaluasi aspek yang terbatas sesuai dengan tujuan diadakannya penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian, baik menggunakan pendekatan holistic maupun objectified penilaian harus memiliki kriteria. 2.3.8 Tes dan Non-Tes Trianto (2011: 61) memberikan definisi tes sebagai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes sedangkan non-tes adalah cara lain mengukur segala sesuatu yang tidak teramati dalam proses belajar mengajar yang mana alat pengukuran non-tes antara lain berupapedoman observasi, skala sikap, daftar cek, catatan riwayat kelakuan dan jaringan sisiomentrik. Selain kemampuan menggunakan bahasa Inggris dalam berbicara salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar adalah partisipasi siswa secara sukarela dalam kegiatan belajar mengajar. Cara untuk mendapatkan informasi hasil belajar siswa dalam hal ini berbeda yaitu dengan menggunakan tes (mengukur kemampuan yang dapat diamati) dan non-tes (yang berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera). 2.3.9 Metode Debat plus Metode debat plus ini merupakan metode debat yang diadopsi dari sistem debat Australasia parliamentari (Australasian parliamentary Debate) milik Simon (2005). Pembelajaran dengan menggunakan metode Debat Plus adalah suatu 56 metode pembelajaran dimana seluruh siswa diharuskan untuk tampil aktif dan cepat dalam mencerna, menyikapi, kemudian merespon/bersikap dengan menyampaikan pendapat/pemikirannya berdasarkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman mereka selama ini terhadap suatu fenomena/permasalahan aktual yang sedang terjadi disekitarnya. Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya modifikasi terhadap metode ini sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan berbagai permainan (games). Adapun untuk tema debat akan dipilihkan tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu, tema dari kejadian/fenomena aktual yang menantang namun tidak asing. Metode Debat Plus tersebut juga sangat fleksibel mengingat guru sangat mungkin untuk menambah, menyederhanakan serta mengembangkan lagi sesuai kebutuhan, kondisi serta tujuan penelitian sendiri. Melalui jurnal Guru dan jurnal siswa dapat dilihat distribusi keaktifan, keterampilan, kemampuan para siswa, serta pesan dan kesan siswa terkait dengan metode debat. Semua hal tersebut tentunya untuk menghidupkan suasana belajar siswa. Diharapkan dengan kondisi yang menyenangkan tersebut motivasi siswa akan meningkat dari awal sampai akhir pelajaran, sehingga akan memberikan efek berganda seperti bertambah mudahnya siswa dalam memahami konsep tanpa terasa seolah terdoktrinasi serta meningkatkan kemampuan menghubungkan berbagai variabel konsep dengan kondisi riel yang terjadi di lapangan. Semua itu muaranya kearah peningkatan atau perbaikan prestasi siswa. 57 Disinilah guru dituntut untuk merancang metode pembelajaran yang selain mampu mengembangkan kompetensi ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik juga metode itu harus berpusat pada siswa, menyenangkan, mudah diterapkan, tidak membutuhkan waktu panjang & berbagai peralatan serta tidak membutuhkan biaya tinggi Ada dua hal yang berkaitan dengan metode debat plus, yaitu pengertian dan berbagai aktivitas dalam metode debat plus. Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik dengan istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti berpegang teguh pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti–bukti yang mendukung kasus dari masing–masing pihak yang berdebat. Debat plus dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu ada dua pihak yang di sini masing–masing memegang peranan sebagai pihak positif dan negatif. Selain itu, mereka mencoba mempertahankan argumen mereka dengan di dukung oleh bukti–bukti serta fakta–fakta yang mendukung kasus mereka, namun terlebih dahulu sebelum mereka melakukan hal tersebut kedua belah pihak harus memberikan suatu parameter yang jelas mengenai kasus (motion) mereka atau memberikan suatu definisi yang menjelaskan kemana arah dari kasus mereka.(Simon, 2005:12). 58 (1) Tujuan debat plus Tujuan dari debat plus adalah upaya kedua belah pihak yang mencoba membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang mendukung kasus mereka di mana cara membuat satu argumen yang baik dan benar adalah suatu argumen selalu berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So What is the conclusion). Dalam debat plus diperlukan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. (Hubert, 2008: 2). Aspek-aspek linguistik keterampilan berbicara bahasa Inggris menjadi target utama dalam debat plus ini. Berbeda dengan debat pada umumnya yang lebih menekankan pada analogi pola pikir yang benar mengenai pengetahuan pengetahuan umum atau kasus – kasus yang sedang terjadi di dalam masyarakat dan lebih menekankan pada metode dan aturan-aturan dalam debat. Dalam debat plus, diperlukan pula kemampuan merespon suatu masalah dikarenakan di sini terjadi adanya suatu proses saling mempertahankan pendapat antara kedua belah pihak. Di dalam debat plus dilarang menyangkutpautkan suku, agama, ras, dan adat, disebabkan di dalam debat plus sendiri kita masih menggunakan etika sebagai seorang manusia untuk berpendapat. (2) Topik debat plus Topik debat plus, atau yang biasa disebut motion, adalah suatu permasalahan umum yang terjadi di dalam masyarakat dan diketahui secara global oleh setiap orang. Dalam metode debat plus ini, topik diambil dari judul bab yang 59 terdapat dalam buku panduan yang dipakai guru dan siswa sesuai dengan silabus pembelajaran yang digunakan. (3) Langkah-langkah debat plus Di dalam melakukan debat plus ada langkah – langkah yang harus ditempuh di dalam aplikasinya, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut: (a) Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran (b) Siswa mendengarkan penjelasan singkat guru tentang materi yang dipelajari dan materi yang akan didiskusikan melalui perdebatan. Guru telah menyampaikan tindakan yang akan diujicobakan pada pertemuan minggu kemarin agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu serta berjalan wajar. (c) Guru menyampaikan aturan main (rule of game) serta semua hal, tahapan atau langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan perdebatan nanti, termasuk perbedaan- perbedaan Debat Plus dengan debat secara umum. (d) Guru membagi 2 (dua) kelompok siswa yang saling berhadapan, yakni pro (setuju) dan pihak kontra (tidak setuju) dengan jumlah anggota yang sama melalui game tak tik tuk tok untuk menentukan anggota kelompok. (e) Melalui Game ini siswa disuruh membentuk lingkaran/segi empat (disesuaikan space ruang) kemudian seluruh siswa diharuskan mengucapkan kata TAK TIK TUK TOK secara bergantian. Siswa yang mengucapkan kata TAK akan bergabung 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan kata TUK, 60 sedangkan siswa yang mengucapkan kata TIK 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan TOK. (f) Guru mengingatkan kembali cara–cara berkomunikasi dan berpendapat yang efektif dan benar serta poin–poin utama yang harus siswa pegang dari kegiatan Debat Plus. (g) Setelah itu guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara/ menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi/dibahas oleh kelompok yang kontra, demikian seterusnya sampai diharapkan seluruh siswa bisa mengemukakan pendapatnya. (h) Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis pointer/inti ide–ide dari setiap siswa di lembar/catatan guru yang ditempel di tembok, baik yang pro ataupun yang kontra. Dari catatan ini guru dapat melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang/tidak aktif. (i) Untuk mempermudah proses pencatatan ide dan nama–nama siswa selama perdebatan berlangsung guru memberikan semacam Kartu pengenal bernomor yang berbeda warna pada 2 kelompok tersebut. (j) Guru melaksanakan kegiatan Debat dengan 2 tema, namun per 1 (satu) tema selesai guru harus memberikan arahan, penjelasan/tambahan konsep, kesimpulan serta menentukan pemenang debat pada tema tersebut. 61 (k) Kriteria penilaian pemenang Debat berasal dari “kekompakan kelompok” (kecepatan dalam memberikan tanggapan) sebelum batas waktu yang ditentukan serta “distribusi keaktifan” dari kelompok tersebut. (l) Setelah sesi pertama selesai, guru melanjutkan kegiatan Debat kembali dengan tema selanjutnya. (m) Saat Debat berlangsung guru harus memberikan batasan waktu melalui ketukan (misal 5 ketukan) untuk mempersilahkan kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Apabila setelah batasan waktu (misal 5 ketukan) telah terlewati dan suatu kelompok yang mendapat giliran untuk memberikan tanggapan belum/tidak bisa memberikan tanggapan, maka kelompok tersebut dinyatakan kalah. (n) Kemudian jika perdebatan berlangsung imbang (dua kelompok sama – sama mampu memberikan tanggapan), maka melalui lembar/catatan, guru akan bisa melihat distribusi keaktifan siswa dan menentukan kelompok mana yang paling merata keaktifannya dan kelompok mana yang masih didominasi oleh siswa – siswa tertentu. (o) Dari data – data di lembar catatan guru yang ditempel didepan tersebut, guru bisa mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik/materi yang ingin dicapai dan dikumpulkan pada guru. 2.4 Model Penelitian 62 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Dalam setiap penelitian tindakan, termasuk penelitian tindakan kelas, terdapat empat aspek pokok, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Keempat aspek pokok tersebut pengkajiannya dilakukan secara berbaur, bertahap, dan sistematis yang diterapkan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif, sebagaimana dapat dilihat pada diagram di bawah ini, data kualitatif tersebut diperoleh melalui observasi, dan jurnal kegiatan. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes perbuatan siswa pada saat melakukan tes keterampilan berbicara dengan metode debat plus, baik pada tes awal, tes akhir 1, tes akhir 2, dan kuesioner. kualitatif Data 1. Jurnal Kegiatan (observasi) analisis deskriptif 2. Kuesioner 3. Rekaman kuantitatif 1. Hasil tes awal (pre-test) 2. Hasil tes akhir (post-test) Diagram 2.1 Alur Model Penelitian Hubungan antara siklus I dan siklus II dapat diterangkan dalam gambar sebagai berikut ini. P E RE NC A N A A N R E F LE K S I S IK LU S I P E LA K S A N A A N P E N G A M AT A N P E RE NC A N A A N RE F L E K S I S I K L U S II PELAKSAN AAN 63 Diagram 2.2 Hubungan Siklus I dan Siklus II Proses kegiatan tindakan kelas dilakukan adalah bertolak dari permasalahan yang akan dipecahkan, kemudian direncanakan suatu tindakan dan pelaksanakannya. Pada pelaksanaan tindakan dilakukan penyampaian materi, tes perbuatan, dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi, dan jurnal direfleksikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I merupakan permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II. Selanjutnya, kegiatan dimulai lagi seperti kegiatan pada siklus I, yakni perencaaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan perubahan-perubahan untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada siklus I. 64 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran yang bersangkutan. Dengan menggunakan metode yang tepat akan memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, sebab metode penelitian sebagai petunjuk yang memeberikan arah, corak, dan tahapan kerja suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan, yaitu metode penelitian tindakan kelas (action research). Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Proses kegiatan tindakan kelas yang peneliti lakukan adalah bertolak dari permasalahan yang dipecahkan, kemudian peneliti merencanakan suatu tindakan dan melaksanakannya. Pada pelaksanaan tindakan peneliti melakukan penyampaian materi, tes perbuatan, dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi, dan jurnal peneliti merefleksi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Permasalahanpermasalahan yang muncul pada siklus I merupakan permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II. Selanjutnya, kegiatan dimulai lagi seperti kegiatan pada siklus I, yakni perencaaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan perubahanperubahan untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada siklus I. 65 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif berhubungan dengan bagaimana debat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Data kualitatif tersebut diperoleh melalui observasi langsung, jurnal kegiatan, dan kuesioner. Pendekatan kuantitatif berhubungan dengan perbandingan dari hasil tes yang diperoleh sebelum dan sesudah treatment. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes keterampilan berbicara siswa baik pada tes awal (pre-test), tes akhir I (post-test 1), dan tes akhir II (post-test II). 3.2 Lokasi Penelitian Penilitian ini dilaksanakan di SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. yang bertempat di Jl. Tukad Balian Renon Denpasar. Lokasi penelitian ini dipilih karena SMA Pariwisata Kertha Wisata merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Atas plus Pariwisata yang situasi penggunaan bahasa Inggrisnya tinggi tetapi kemampuan berbicara siswanya masih rendah. Situasi ini diketahui dengan diadakannya wawancara awal dan observasi langsung dengan guru dan beberapa siswa tentang penguasaan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Selain itu berdasarkan hasil wawancara awal, pemilihan lokasi juga dikarenakan target (goal) pada kompetensi dasar keterampilan Berbicara (speaking) selama ini dirasakan masih kurang, sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk mencapai target kompetensi berbicara. 66 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data kualitatif yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui observasi langsung, pemberian tes, jurnal kegiatan, pencatatan dan rekaman yaitu berupa bahasa Inggris lisan yang diucapkan siswa di kelas serta data kuantitatif yang berupa angka dan nilai-nilai yang diperoleh dari nilai hasil tes awal, niai hasil tes akhir dan kuesioner. 3.3.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar dengan jumlah siswa 19 orang yang terdiri dari 13 (tiga belas) orang siswa laki-laki dan 6 (enam) siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran bahasa Inggris. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjaring data adalah sebagai berikut. 67 3.4.1 Kuesioner Kuesioner diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan perasaan siswa, minat dan motivasi siswa sebelum dan setelah dilakukannya tindakan. Kuesioner juga digunakan untuk mengungkap efektifitas penggunaan metode debat plus dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika berbicara melalui metode debat plus. Adapun aspek yang diungkap melalui kuisioner ini adalah a) Pendapat siswa tentang pemberian metode debat dalam pembelajaran, b) Apakah metode yang disajikan guru dapat membantu siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam standar kompetensi berbicara, c) Apakah metode tersebut membantu siswa untuk dapat berbicara dengan baik, d) Apa pendapat siswa mengenai pembentukan kelompok yang dilakukan guru e) Menurut siswa, topik/permasalahan apa yang cocok untuk diperdebatkan di dalam kelas, f) Pendapat siswa mengenai pelaksanaan debat untuk membahas masalahmasalah yang diberikan, g) Apakah dalam diskusi dan penyampaian pendapat dalam debat tersebut siswa mengalami kesulitan dalam berbicara dan diminta menyebutkan kesulitan-kesulitan tersebut, h) Usaha apa yang siswa lakukan agar kesulitan tersebut tidak terjadi lagi pada pelaksanaan debat selanjutnya, 68 3.4.2 Tes Tes digunakan untuk mengukur kemampuan maupun hasil belajar siswa. Tes awal (diagnostic test) digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berbicara bahasa inggris sebelum diberikan treatment, sedangkan tes akhir (achievement test) digunakan sebagai alat ukur tingkat kemampuan dan tingkat peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris yang dicapai oleh siswa dikelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar, sejauhmana metode debat plus tersebut berhasil meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Aspek-aspek yang dinilai meliputi aspek-aspek kebahasaan yang terdiri atas pelafalan, tata bahasa dan kosa kata yang diucapkan siswa yang dinilai berdasarkan penjabaran pada rubric keterampilan berbicara yakni ketepatan, kefasihan berbicara dan pemahaman serta cara penyampaian argumen (accuracy, fluency ,comprehensibility dan method of delivering argument). 3.4.3 Jurnal kegiatan Setiap akhir pertemuan kegiatan belajar-mengajar, guru membuat jurnal kegiatan selama mengajar. Jurnal yang dibuat ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran dan untuk mengetahui kegiatan atau sikap siswa selama proses pembelajaran. Dari jurnal kegiatan ini guru merekapitulasi hasilnya. Hasil rekapitulasi ini kemudian digunakan untuk melakukan refleksi diri terhadap proses mengajar. 69 3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode pengamatan atau observasi (Sudaryanto, 1993:133). Metode pengamatan atau observasi dibantu dengan teknik perekaman dan pencatatan. Perekaman dan pencatatan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu dapat didengarkan secara berulangkali tetapi terdapat banyak gangguan dari suara kendaraan hal ini karena kelas tempat dilangsungkannya penelitian terletak tepat disisi jalan raya, oleh karena itu, teknik pencatatan juga dipergunakan di dalam pengumpulan data. Data yang diperoleh melalui teknik ini langsung bisa ditranskripsi. Teknik pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan berpartisipasi. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini dilaksanakan melalui tiga fase yaitu fase sebelum diberlakukannya Siklus Pratindakan, Siklus I dan Siklus II yang masing-masing siklus tersebut dijabarkan sebagai berikut. 3.5.1 Pre-Observasi Pre-observasi pada siklus pra-tindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas, kemampuan awal pada keterampilan berbicara dan sejauh mana pemakaian bahasa siswa sebelum diberlakukannya tindakan. Aktivitas yang dilakukan pada pre-observasi adalah sebagai berikut: 70 1) Mengumpulkan informasi untuk mengetahui situasi belajar siswa, motivasi belajar siswa, metode belajar-mengajar keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa guna mengetahui permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa Inggris. Informasi dikumpulkan dari siswa menggunakan teknik pencatatan dan kuesioner untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas sebelum diberlakukannya tindakan. 2) Menggunakan teknik observasi partisipasi dengan berpatisipasi dalam proses pembelajaran di kelas untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa, kemampuan kebahasaan dan kemampuan pemakaian bahasanya dengan mengadakan tes awal (pre-test). 3.5.2 Siklus I Siklus I dilaksanakan dengan empat tahapan, tahapan pelaksanaan siklus I ini dijabarkan sebagai berikut: 1) Perencanaan Pada tahap ini, persiapan yang dilakukan sebelum mengadakan observasi lansung ke kelas adalah dengan mempersiapkan skenario pembelajaran, materi ajar untuk dipakai dalam pembelajaran di kelas dan tes akhir di akhir siklus I serta kriteria penilaian hasil belajar. 71 2) Pelaksanaan Fase pelaksanaan di siklus I ini merupakan fase yang mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti. Rancangan pelaksanaan penelitian pada siklus I sebagai berikut: (1) Pendahuluan (15 menit) (a) Guru mengucapkan salam kepada siswa (b) Guru mengecek kehadiran siswa (c) Guru menyampaikan topik bahasan yang akan diajarkan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik. (2) Kegiatan inti (65 menit) (a) Guru memperkenalkan topik dan menerangkan lebih rinci topik bahasan dalam pembelajaran di kelas. (b) Guru menjelaskan lebih detail tentang cara menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) (c) Guru memberikan contoh cara mengucapkan ekspresi menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) (d) Guru meminta siswa untuk mengungkapkan ekspresi menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap 72 suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) rasa suka atau tidak suka terhadap beberapa topic yang diberikan melalui debat plus. (e) Guru meminta siswa untuk melakukan debat. (f) Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa (g) Guru mengoreksi dan membahas ketepatan berbicara siswa (3) Kegiatan akhir (20 menit) (a) menyimpulkan topik pembelajaran yang dipelajari hari ini termasuk memperbaiki kesalahan berbahasa siswa. (b) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya (c) menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan salam penutup 3) Tindakan Fase tindakan merupakan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan. 4) Pengamatan Pada fase ini, pengamatan difokuskan pada data yang diperoleh di kelas selama siklus I berlangsung dengan mengamati hasil dari pengajaran keterampilan berbicara di kelas (metode debat plus). 73 5) Refleksi Pada fase ini, guru mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil dari tindakan pada siklus I dengan tujuan untuk selanjutnya merancang rencana tindakan treatment pada siklus II. Data yang berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes akhir siklus I, dievaluasi dan dihitung menggunakan rumus untuk menentukan skor perolehan masing-masing siswa. Demikian pula data kualitatif yang diperoleh akan dijabarkan dalam bentuk tulisan secara deskriptif. 3.5.3 Siklus II Siklus II dibagi menjadi empat tahapan, sama halnya pada siklus I, masing-masing tahapan dijabarkan sebagai berikut: 1) Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, persiapan yang dilakukan sebelum mengaplikasikan metode debat plus dalam kegiatan pengajaran berbicara di kelas adalah sebagai berikut: a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang dapat diperdebatkan untuk melatih keterampilan berbicara siswa c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada siswa di akhir siklus berdasarkan materi yang diajarkan. 74 2) Pelaksanaan Fase pelaksanaan di siklus II ini merupakan fase dimana penelitian yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan di kelas. Rancangan pelaksanaan penelitian pada siklus II sebagai berikut: (1) Pendahuluan (15 menit) (a) Guru mengucapkan salam kepada siswa (b) Guru mengecek kehadiran siswa (c) Guru menyampaikan topik bahasan yang akan diajarkan tentang bagaimana melakukan presentasi lisan menyampaikan pendapat dan alasan yang mendukung dengan meode debat plus dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik. (2) Kegiatan inti (65 menit) (a) Guru memperkenalkan topik dan menerangkan lebih rinci topik bahasan dalam pembelajaran di kelas. (b) Guru menjelaskan lebih detail tentang cara melakukan presentasi lisan dengan baik, mencakup hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan presentasi (Introduction, body, conclusion) (c) Guru meminta siswa untuk membagi diri dalam kelompok, yaitu kelompok pro dan kontra, 1 kelompok terdiri dari 3 orang. 75 (d) Guru memberikan beberapa topic, dan mengundi topic serta mengundi kelompok yang maju untuk mengungkapkan pendapat, mempertahankan pendapat, dan disertai alasan. (e) Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa (f) Guru membahas kesalahan berbahasa Inggris siswa dan mengoreksinya dengan ekpresi bahasa yang tepat. (g) Guru memberikan contoh cara mengucapkan ekspresi yang tepat dan meminta siswa untuk mengungkapkan ekspresi yang tepat tersebut. (3) Kegiatan akhir (20 menit) (a) menyimpulkan topik pembelajaran yang dipelajari hari ini termasuk memperbaiki kesalahan berbahasa siswa. (b) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya (c) menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan salam penutup 3) Tindakan Pada fase tindakan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang tadi mulai dilaksanakan. 4) Pengamatan 76 Pengamatan difokuskan pada data yang diperoleh di kelas selama siklus II berlangsung dengan mengamati hasil dari pengajaran keterampilan berbicara di kelas (metode debat plus). 5) Refleksi Pada fase ini, guru mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil dari tindakan pada siklus II. Jika hasil dari tindakan pada siklus II mencapai target, maka pemberian tindakan dicukupkan. 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data Ada 2 (dua) jenis data dalam penelitian ini. Data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil jurnal kegiatan pada setiap tindakan (treatment) di masing-masing siklus. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari data hasil tes awal siswa, tes akhir I, dan tes akhir II dan kuesioner. Kedua data tersebut dianalisis secara deskriptif. Hasil dari kuesioner dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil kuesioner tes awal, kuesioner tes akhir I dan kuesioner tes akhir II. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara yang dikuasai siswa dari perbandingan hasil tes awal dan tes akhir. Kriteria yang digunakan dalam penilaian keterampilan berbicara siswa diadopsi dari Rubric Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa oleh Simon (2005: 15). yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi siswa. Adapun rubric penilaian yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 77 No 1 3 4. 2 2 (40% Skor - 54%) berbahasa 5 (85% 1. Sangat tergesa-gesa dengan penggunaan Penjelasan ungkapan yang pendek-pendek 2. Terkadang sulit untuk dimengerti 1. Penggunaan kosakata yang luas dan tepat , Ketepatan respon yang tepat dan mampu dipahami secara (Accuracy) -100%) logis tanpa adaada kesulitan pada pengucapan 1 (0% Hampir tidak komunikasi 2. Tidak terdapat kesalahan gramatika - 39%) 3. Penggunaan aksen penutur asli 4 (70% 1. Penggunaan kosakata yang cukup memadai 5 (85% Dapat memahami pembicaraan tanpa kesulitan Pemahaman dan luas, respon yang mampu dipahami Topic pembicaraan -84%) 2. Terkadang masih terjadi kesalahan -100%) (Comprehensibility) gramatika 3. Menggunakan aksen bahasa Ibu yang tidak 4 (70%- Dapat memahami pembicaraan dengan begitu kental 84%) kecepatan yang normal dan bereaksi secara cepat 3 (55% 1.Jawaban sesuai dengan pertanyaan dan dapat dipahami, meskipun terjadi kesalahan pada 3-69%) (55% Dapat memahami sebagian pengucapan dan tata bahasa besar pembicaraan tetapi lambat memberikan reaksi 2. Penggunaan kosakata yang memadai tapi -69%) tidak bervariasi jelas 3. Penggunaan aksen bahasa Ibu yang tidak 2 (40% Sulit mengikuti percakapan orang lain begitu kental -54%) 2 (40% 1.Jawaban dapat diterima, sulit untuk dimengerti jelas didengar) Penggunaan 1 (0% Tidak dapat(tidak memahami maksud pembicaraan - 54%) kosakata yang kurang 2.Kesalahan mendasar pada gramatika -39%) 3.Penggunaan aksen bahasa Ibu yang kental 1 (0%Jawaban tidak dapat diterima 5 (85% Mampu membangun suatu karena kasuskesalahan dengan Cara penyampaian argument, ide/pendapat 39%) dalam pengucapan sehingga menyebabkan didukung oleh argumen–argumen yang -100%) (method of delivering komunikasi terganggu atau mengaburkan mendukung kasus berdasarkan pada arguments,ideas/opinions) makna pertanyaan–pertanyaan dasar berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), 5 (85% 1. berkomunikasi secara efektif dan Kefasihan Berbahasa danDapat Kesimpulannya (So What is the (Fluency) mudah conclusion) urutandengan penyampaian terstruktur -100%) 2. Dapat berbicara waktu yang lama dengan baik. Indikator 4 (70%- Berkomunikasi secara efektif pada giliran 84%) berbicara, tapi tidak bisa berbicara pada waktu yang lama. 3 (55% -69%) Dapat menyampaikan ide, tetapi dengan tergesa-gesa dan pendek. 78 4 (70%- Mampu menyampaikan pendapatnya tentang 84%) suatu kasus mulai dari apa (what) mengapa (why) disertai dengan pemberian kesimpulan diakhir pmbicaraan. penyampaian kurang terstruktur. setelah pemberian kesimpulan kadang ditambahkan dengan definisi (what) lagi. 3 (55% -69%) 2 (40% -54%) 1 (0% -39%) menyampaikan pendapatnya berfokus pada apa (what) dan mengapa (why) kemudian diulangi lagi dengan penekanan akan apa (what) yang sama dan mengapa (why) yang sama. Siswa langsung menyampaikan mengapa (why) tanpa diawali dengan apa (what) dan tanpa diakhiri dengan kesimpulan. Penyampaian ide hanya pada mengapa (why) dan sangat singkat. Tabel 3.1 Rubric Penilaian Keterampilan Berbicara (Simon, 2005:15) Dalam menentukan perolehan nilai tes hasil belajar masing-masing siswa dan rata-rata kelas, digunakanlah rumus sebagai berikut : a. Nilai tes hasil belajar siswa menggunakan rumus: Nilai = Nilai yang diperoleh siswa x 100 Jumlah skor maksimal b.Rata- rata kelas menggunakan rumus : X = N x 100 n ( Arikunto, 2002: 122) 79 Keterangan : X = Maen N = Nilai total yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa Sedangkan untuk menginterpretasikan skor yang berhubungan dengan penilaian berbicara siswa, digunakan kriteria acuan penilaian milik Simon (2005: 17). No 1 2 3 4 5 Skor (%) Tingkat Kemampuan 85% - 100% Sangat baik (A) 70%-84% Baik (B) 55%-69% Cukup (C) 40%-54% Kurang (D) 0%-39% Sangat kurang (E) Tabel 3.2 Kriteria Acuan Penilaian Keterampilan Berbicara (Simon, 2005:15) Berdasarkan tabel di atas, kategori tingkat pencapaian siswa sebagai berikut: 1) Kategori ‘sangat baik’ apabila nilai perolehan siswa antara 85 sampai dengan 100 2) Kategori ‘baik’ apabila nilai perolehan siswa antara 70 sampai dengan 84 3) Kategori ‘cukup’ apabila nilai perolehan siswa antara 55 sampai dengan 69 4) Kategori ‘kurang’ apabila nilai perolehan siswa antara 40 sampai dengan 54, dan 5) Kategori ‘sangat kurang’ apabila nilai perolehan siswa antara 0 sampai dengan 39 80 Hasil dari kuesioner baik pada tes awal mauoun tes akhir dihitung dan dipersentasi dari masing-masing pertanyaan digambarkan secara deskriptif melalui rumus sebagai berikut : % = jumlah siswa yang memilih pertanyaan X 100 % Jumlah keseluruhan siswa (Heaton, 1998: 25) Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk mata pelajaran bahasa Inggris di SMA Pariwisata Kertha Wisata adalah 65, jadi berkaitan dengan hal tersebut, pemberian treatment (siklus) akan berakhir setelah angka KKM 65 bisa diperoleh. 3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Penulisan hasil penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. Metode informal digunakan dalam bentuk perian dengan untaian kata-kata biasa agar penjelasannya terkesan terinci dan terurai (Sudaryanto, 1993:145). Sedangkan metode formal yang penyajiannya adalah perumusan dengan tanda atau lambing-lambang dipakai sebagai pelengkap metode informal. Bentuk tanda tau lambang yang dimaksud yaitu: A = Accuracy (ketepatan berbahasa); F = Fluency (kelancaran berbicara); C = Comprehensibility (pemahaman topik); M = Method of delivering argument (metode penyampaian topik); T = Transkripsi; S = Standar. 81 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diberikan penjelasan tentang hasil penelitian yang berfokus pada data dan analisis dari permasalahan yang dikaji yang mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menunjukkan hasil belajar siswa dalam bentuk persen dan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil tes awal, tes akhir I, dan tes akhir II. Selanjutnya, data tersebut dibandingkan untuk mengetahui peningkatan siswa dalam berbicara pada setiap tindakan (treatment) yang dilakukan. Sedangkan, data hasil kualitatif diperoleh dari kuesioner dan jurnal kegiatan. 4.1 Permasalahan Utama Siswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris 4.1.1 Data Sebelum Tindakan (treatment) Dilakukan Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan terhadap siswa kelas IX IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar ketika dilakukannya tes awal, ditemukan bahwa siswa memiliki keterampilan berbicara yang kurang memadai. Hal tersebut diuraikan berikut. 4.1.1.1 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa Pelafalan kata-kata bahasa Inggris yang tepat memiliki peranan yang penting dalam suksesnya komunikasi dengan bahasa tersebut. Namun, pelafalan kata dalam bahasa Inggris memiliki sifat tidak konsisten sehingga menjadi 82 masalah bagi pembelajar. Bahasa Inggris memiliki 44 bunyi, yang terdiri dari 20 bunyi vokal dan 24 bunyi konsonan. Contoh lambang bunyi yang secara tidak konsisten dibunyikan adalah oo yang dalam kata book dibaca [bʊk], tetapi dalam kata flood dibaca [fld]; dan lambang bunyi u dibaca [u] pada put, tetapi dibaca [] pada cut, dan dibaca [yu] pada university. Berdasarkan hasil tes awal, ditemukan beberapa kesalahan pelafalan siswa, kesalahan-kesalahan tersebut sebagai berikut: 1) Perubahan bunyi ”t” yang beraspirasi [th] beraspirasi menjadi t yang tidak beraspirasi [t] Dalam data ditemukan adanya perubahan dari [th] beraspirasi menjadi [t] dental. Perubahan itu terjadi pada semua posisi yaitu posisi awal, tengah dan akhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh-contoh berikut. (i) T : We can to take everything (data 1) [wi: kən tik evriθIŋ] St : We can take everything [wi: kən t eik evriθIŋ] (ii) T : One bottle beer mean one soul dissapear (data 2) [wn botol bi:r min wn soul disəpe:r] St : One bottle beer means one soul disappear [wn botəl biər mi:nz səul disəpiər] 83 (iii) T : But this one more easy to do (data 3) [ Bt dis wn iziə tu: du:] St : But this one is easier to do [Bt ðis wn iz iziə tu: du:] Transkripsi pengucapan yang muncul pada contoh kalimat di atas menunjukkan adanya kesalahan bila dibandingkan dengan lafal bahasa sumbernya, yakni bahasa Inggris. Kesalahan yang dimaksud adalah pengucapan bunyi [t] pada kata take, bottle, dan but. Bunyi [th] yang terucap adalah [t] dental (take) dan [t] retoflek (bottle,but) sedangkan [t] dalam bahasa Inggris adalah [th] pada posisi awal yang diucapkan dengan aspirasi [th]. [t] yang diucapkan beraspirasi didahului atau diikuti oleh vokal baik yang muncul di tengah (bottle), awal (take), maupun di akhir kata (but). [t] retoflek pada data ini yaitu pada kata bottle,but dipengaruhi oleh bahasa Bali yang memiliki aksen dental (t) yang kental. Alveolar [t] dalam bahasa Inggris dapat berdistribusi pada awal, tengah, dan akhir kata. Jika berdistribusi pada awal kata serta langsung diikuti oleh vokal keras bertekanan, [t] diucapkan beraspirasi. (Ladefoged, 1989: 35). 2) Perubahan bunyi dental frikatif tak bersuara [] menjadi bunyi [t] Data menunjukkan bahwa terjadi perubahan dari bunyi dental frikatif tak bersuara [] menjadi [t], baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Perubahan-perubahan tersebut sebagai berikut: 84 (i) T : Thank you much for the government (data 4) [Tekyu veri mt tu: də gvermənt ] St : Thank you very much to the government [æk yu veri mt tu: ðə gvənmənt] (ii) T : We looking for something important in internet. (data 1) [wi luki for smtI im’po:tn in intənet ] St : We are looking for something important in Internet [wi ə: luki for smI im’p:tnt in intənet] Contoh di atas menunjukkan adanya perubahan dari bunyi [] menjadi bunyi [t] di awal (thank), dan tengah (something). Ini terjadi karena tidak dimilikinya bunyi [] dalam bahasa Bali atau pun bahasa Indonesia, dan juga karena kurang fasihnya pemakai bahasa tersebut (siswa) dalam melafalkan bunyi [th] menjadi []. Perbedaan di antara kedua bunyi itu ialah [] sebagai konsonan keras tak bersuara hambatannya lebih panjang, sedangkan [ð] adalah konsonan lunak bersuara hambatannya lebih pendek. (Ladefoged, 1989: 40). 3) Perubahan bunyi [f], [v] menjadi [p] Berubahnya bunyi konsonan [f/]dan [v] banyak ditemukan karena bunyi konsonan seperti itu kemungkinan tidak selalu ada pada setiap bahasa. Perubahan tersebut dapat disimak dalam data berupa kalimat yang digunakan, sebagai berikut. 85 (i) T : I have very much example (data 1) [Ae hep peri mch ek’sa:mpl ] St : I have a lot of examples [Ae hæv ə lot əv Ig’za:mpl] (ii) T : Even adolescence love play PS (data 1) [ i:pen edəlesn lv plei PS] St : Even adolescenct love playing PS [i:vn ædəlesnt lv pleie PS] (iii) T : Government never forget the vendor (data 4) [gvenment nepə: foget de vendr] St : Government never forget about the vendor [gvnmnt nev: f’get baÚt vendr] Perubahan pengucapan bunyi [f] dan [v] menjadi [p] pada contoh 1-3 dalam kata-kata very, forget (posisi awal), never, information (posisi tengah), dan have (posisi akhir) disebabkan oleh tidak adanya kedua bunyi tersebut dalam bahasa daerah (misalnya bahasa Bali) walaupun ada dalam bahasa Indonesia. Namun pada data 3, siswa sudah mampu mengucapkan kata vendor [vendr] dengan benar. 86 4.1.1.2 Tata Bahasa Inggris Siswa Pada bagian ini dicermati kesalahan yang terjadi dalam tata bahasa Inggris yang digunakan oleh siswa. 1) Ketidaksesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda Sejumlah data menunjukkan terjadinya ketidaksesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda yang mengikutinya. Kata penunjuk dalam bentuk singular sedangkan kata benda dalam bentuk jamak. Contoh : (i) (ii) T : This televisons is bad influence for childrens (data 3) St : This television is bad influence for children T : This is our jobs as the young generation (data 2) St : this is our duty as the young generation (iii) T St : Many peoples love play games on the internet (data 1) : Many people love playing games on the internet Kata penunjuk this yang muncul pada awal kedua kata benda di atas (pada contoh 1 dan 2) sangat tidak tepat karena tidak adanya kesesuaian antara kata penunjuk this yang berbentuk singular dengan kedua kata benda yang berbentuk jamak (televisions, jobs). Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa Bali maupun Indonesia salah satu bentuk penjamakannya dengan mengulang kata dasar. Dalam bahasa Inggris harus ada kesesuaian antara kata penunjuk dengan kata benda sehingga 87 kalimat yang benar seperti Buku-buku ini harus dikembalikan besok, dan Meja ini berat adalah ’these books must be returned tomorrow dan This table is heavy, yaitu ada kesesuaian antara these dengan books, begitu pula antara this dengan table. Pada contoh 1,3 terdapat kesalahan penggunaan kata children dan peoples yang tidak perlu dibubuhi akhiran ’s’ karena kata children dan people sendiri sudah menunjukkan jamak. 2) Tidak adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda jamak Absennya suffix ’s’/’-es’ sebagai penanda jamak, ditemukan dalam tes awal ini. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan menerjemahkan kata mengikuti aturan bahasa Ibu mereka (bahasa Bali dan bahasa Indonesia). Tentunya kedua bahasa ini memiliki aturan yang berbeda dalam pemberian penanda jamak pada tiap kata bendanya dengan aturan penanda jamak dalam bahasa Inggris. Kesalahan-kesalahan siswa dalam hal ini dapat dilihat sebagai berikut. (i) T : All subject of vocational school must teach in English (data 5) St : All subjects of vocational school must be taught in English 88 (ii) T : Many student bored with English lesson because to many regulation on it (data 5) St : Many students bored with the English beause there are too many regulations in the grammar (iii) T : Nowdays the party are need reducement (data 6) St : Nowdays the number of the parties are need to be reduced. Pada contoh 1-3 di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa tidak ada penambahan penanda jamak pada kata benda subject, student, regulation dan party padahal sudah jelas ada kata keterangan jamak seperti kata all (sebelum kata subject), many (sebelum kata student) dan to be ’are’ (setelah kata party) yang menandakan bahwa kata-kata benda tersebut harus dibubuhi penanda jamak. Hal ini terjadi karena (1) berbedanya kaedah penjamakan antara bahasa Bali maupun bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Bali maupun Indonesia penjamakan dilakukan dengan penambahan kata numeralia jamak, seperti banyak, para atau dengan mengulang kata dasar, sedangkan dalam bahasa Inggris penjamakan dilakukan dengan penambahan tanda pluralisasi seperti ’s’, ’-es’, -en’ dan ’zero’ pada kata benda yang bisa dihitung. 89 Contoh : Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Anak-anak children Buku-buku books Para pedagang sellers Ikan-ikan fish (zero) Banyak murid students 3) Terjadinya bentuk pengulangan Bentuk pengulangan ditemukan pada kata keterangan waktu, kata keterangan kuantitas, dan kata kerja. Bentuk pengulangan seperti itu ada dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Dalam data ditemukan : (i) T St (ii) T St (iii)T : For many-many times already discussed... (data 2) : It have been many times being discussed : There very many conflicts caused by internet (data 1) : There are many conflicts caused by the existence of Internet : If we just looking and looking the past time we will never succeed people (data 6) St : If we are only looking at the past, we will never be succeeded. 90 Many-many (contoh 1), very many (contoh 2), dan looking and looking (contoh 3) adalah bentuk pengulangan yang sangat dipengaruhi oleh bahasa daerah maupun bahasa Indonesia, yaitu dengan mengulang bentuk kata dasar. Many-many (contoh 1) dikatakan benar jika digunakan dalam bahasa casual atau bahasa pergaulan, tetapi dikatakan salah menurut aturan standar bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris salah satu bentuk pengulangan dilakukan dengan penambahan quntifier seperti much, more, dan tidak ada pengulangan dengan mengulang bentuk kata dasar. 4) Penggunaan kata much, more untuk menyatakan lebih Sejumlah data menunjukkan terjadi penambahan kata much dan more pada kata sifat yang terdiri dari satu dan empat suku kata. Penambahan seperti berikut benar dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia tetapi salah dalam bahasa Inggris. Contoh : (i) T : That death punishment much strong than that (data 7) St : The death punishment is much stronger than that one. (ii) T : With sport people get look more young (data 8) St : by doing sport, people look younger than they are Pemakaian kata much dan more pada contoh 1 dan 2 di atas jika digunakan untuk menyatakan makna lebih tidak bisa dibenarkan. Rumusan untuk 91 menyatakan lebih pada kata keterangan atau kata sifat yang terdiri dari satu atau dua suku kata dalam bahasa Inggris harus dengan menambahkan akhiran /-r/ atau /-er/ pada kata yang terdiri dari satu atau dua suku kata sehingga menjadi younger dan stronger. Tetapi bila kata keterangan atau kata sifat itu terdiri lebih dari dua suku kata maka di depannya harus ditambah dengan more sehingga menjadi more interesting. Didalam bahasa Indonesia pemarkahan morfemis terhadap adjectiva sepeti di dalam bahasa Inggris tidak ada, tetapi ciri adjectiva dapat diketahui secara sintaksis, misalnya dengan mendampingkan kata-kata seperti lebih, sekali, terlalu, agak, kurang, hampir di sebelah kata yang akan di uji. 5) Penggunaan to be untuk kata kerja bantu do atau did Ketidaksesuaian pada pemakaian kata kerja to be juga ditemukan dalam sejumlah data. Pemakaian kata kerja bantu do dan to be seharusnya disesuaikan dengan jenis kata yang mengikutinya. data berikut bisa di cermati lebih seksama. (i) T : Are you have evidence? (data 1) St : Do you have any evidence? (ii) T : They are not care with the rule in the school (data 5) St : They don’t care about the school’s rule 92 (iii)T : The TV reality show is not give bad influence to the children (data 9) St : The TV reality shows don’t give bad influnce to the children Penggunaan to be (am, is, are, was, were, dan been) yang disatukan dengan kata kerja dalam kala sekarang tidaklah tepat, yang tepat adalah menggunakan kata kerja bantu do dengan perubahan bentuknya (does, did, dan done) agar dapat bersesuaian dengan kata kerja utama sehingga secara berturut-turut menjadi do you (1), they do (2) dan the reality shows do. 6) Pelepasan to be pada kalimat nonverbal Dari data yang terjaring banyak terjadi pelesapan. Dalam bahasa Indonesia digunakan kata adalah sebagai penyepadanan kata kerja bantu, hal tersebut dapat dilihat pada : (i) (ii) (iii) T : This already special suggestion for students (data 5) St : This is already special suggestion for students T : This not bad, this already good choice (data 5) St : This is not bad, it’s good choice already T : Smoke will damage your lungs, you will difficult to breath (data 2) 93 St : Smoke will damage your lungs, you will be difficult to breath (iv) : If the Putra Daerah more interesting to lead the regency T (data 10) St : If the Putra Daerah is more interested to lead the regency Pada data 1-4 tidak ditemukan to be pada tempat yang membutuhkan to be. Seperti telah disebutkan di depan bahwa to be disepadankan dengan adalah. Adalah dalam bahasa Indonesia merupakan kata yang digunakan pada saat memberikan keterangan mengenai suatu hal (misalnya yang menyangkut pekerjaan). To be diperlukan pada kalimat tersebut karena menyangkut faktor kesesuaian antara kata penunjuk dengan kata sifat, kata keterangan, dan kata benda. 7) Penggantian dan pelesapan kata sandang (the > ) Kata sandang ini dan itu dalam bahasa Indonesia, the dalam bahasa Inggris. penggantian dan pelepasan kata-kata tersebut ditemukan dalam sejumlah data. Contoh : (i) T : Quality number one (data 10) St : The quatity is number one 94 Pemakaian kata sandang dalam setiap bahasa memiliki kaidah yang berbeda. Dalam bahasa Inggris kata sandang harus dipakai dalam data 1 karena kata quality (kualitas) yang letaknya sebelum kata benda. 4.1.1.3 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa Tes awal menunjukkan terjadinya kesalahan dalam pemilihan kosakata yang dikategorikan menjadi kesalahan penggunaan kosakata yang tidak tepat, hal seperti ini muncul dikarenakan kurangnya pemahaman yang benar terhadap makna suatu kata dan kesusahan yang dialami siswa dalam memilih sinonimi kata tersebut. Kesalahan yang dimaksud bisa dilihat pada data yang ditampilkan dalam contoh berikut ini. (i) T : All the students are demanded to study regularly. (data 5) St : All the students are requested to study regularly. (ii) T : OSIS is one of the students’ organization in school that has important roles and function. (data 8) St : OSIS is one of the students’ organization in school that plays important roles and function. (iii)T : They speak with tourist in order to realize knowledge of English at school (data 5) St : They speak with tourist in order to apply knowledge of Englsh at 95 School (iv) T : The aim of ”Sekolah Bertaraf International” programs is to repair the skill of students (data 5) St : The aim of ”Sekolah Bertaraf International” programs is to Improve the skill of students (v) T : I Hope vice of University from Bali for the next time will be the winner in Debat Contest in National (data 5) St : I Hope representative of University from Bali for the next time will be the winner in Debat Contest in National Digunakannya kata-kata yang digarisbawahi pada data di atas jika dihubungkan dengan konteks kalimat-kalimat tersebut sangat tidak tepat karena sudah ada kata atau istilah yang benar seperti tampak pada kalimat bahasa Inggris standar yang dihadirkan setelah bahasa Inggris hasil transkripsi yang diutarakan oleh siswa. Pada data 1, pemilihan leksikon demand berdasarkan arti kamus yang berarti ‘meminta’ sehingga siswa memilih demand sedangkan sesuai dengan konteks kalimat, request yang hampir sama artinya, jauh lebih tepat. Dapat diamati perbedaan arti yang halus diberikan oleh kamus Oxford Advance Learners’ of Current English. Demands didefinisikan sebagai “ask for (something) as if ordering , or as if one has a right to, asked what I 96 wanted”. ‘meminta (sesuatu) jika dipesan, atau jika berhak untuk, meminta apa yang saya inginkan’. Sedangkan definisi request dalam kamus ini adalah: “asking or being asked, expression of desire for something ‘meminta atau diminta, ekpresi keinginan terhadap sesuatu’. Sehingga digunakanlah kata ‘request’ untuk menggantikan kata ‘demand’. Kemudian pada data 2, kata have dalam kamus Oxford Advance Learners’ of Current English didefinisikan sebagai “possess, own something concrete : he has a house ‘(menunjukkan kepemilikan, memiliki sesuatu: contoh, dia (L) memiliki sebuah rumah’ kemudian posisi kata ‘have’ lebih tepat digantikan dengan kata ‘play’yang dalam Oxford Advance Learners’ of Current English, ‘play’ didefinisikan sebagai “perform, cause to be heard”. kata play dirasakan memiliki nuansa yang lebih idiomatik daripada have. Sehingga kata play dapat diartikan ‘memiliki peranan penting atau memainkan peranan penting.’ Data 3 pemilihan kata realize mungkin maksudnya ‘merealisasikan pengetahuan,’ padahal maksudnya ‘menerapkan’. Dalam kamus Oxford Advance Learners’ of Current English, kata realize berarti “convert (a hope, plan, etc) into a pack”. Sehingga kata realize tersebut lebih tepat digantikan dengan kata apply yang dalam kamus berarti “make’ practical use of (research, a discovery) ‘membuat; penerapan dari (penelitian, sebuah penemuan). Kata repair pada data 4 berarti “restore (something worn or damage) to good condition : repair the road” ‘membereskan (sesuatu yang 97 dikenakan atau yang rusak) menjadi baik . Kata repair dirasakan kurang tepat penggunaannya dalam kalimat tersebut, karena biasanya mengacu pada ‘memperbaiki barang-barang’ sehingga posisi kata ‘repair’ lebih tepat digantikan dengan kata ‘improve’ yang dalam kamus berarti “make or become better” ‘membuat menjadi lebih baik, meningkatkan’. Demikian halnya dengan kata vice yang dirasakan kurang tepat digunakan dalam kalimat pada data 5. Dijelaskan menurut kamus Oxford Advance Learners’ of Current English bahwa vice berarti “next in rank to somebody and able to represent them or act for them”, ‘wakil dari suatu jabatan tertinggi’. Oleh karenanya dipilihkannya kata representative sebagai pengganti kata ‘vice’ karena sesuai dengan definisi kata representative berarti ‘ seseorang yang dipilih untuk berbicara atau mewakili segenap orang. 4.1.1.4 Hasil Tes Awal Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sebelum dilakukannya tindakan. Hasil tes awal ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil tes awal (pre-test) Indikator Siswa Dwipa Juniawan Tunyasa Alit A 2 2 2 3 F 2 2 2 2 C 1 3 2 2 M 2 1 2 3 Total Nilai % (Nilai dalam persen) 7 8 8 10 35 40 40 50 35% 40% 40% 50% Tingkat kemampuan Sangat kurang Kurang Kurang Kurang 98 Supitri 2 3 2 3 10 50 50% Arya 2 2 1 2 7 35 35% Chintya 3 3 2 2 10 50 50% Dimas 2 2 1 1 7 35 35% Eka 2 2 1 2 7 35 35% Gde 2 2 3 3 10 50 50% Bagus Indri 2 3 3 2 10 50 50% Puji 3 3 2 3 11 55 55% Suka 2 2 2 2 8 40 40% Umar 2 1 2 3 8 40 40% Windi 2 2 1 1 6 30 30% Dayu 3 3 3 2 11 55 55% Wiri Wiwin 3 3 2 2 10 50 50% Yoga 2 2 1 1 6 30 30% Yoga ari 3 2 3 3 11 55 55% Rata-rata 2.3 2.2 1.9 2.1 825 Nilai 46 45 38 42 43% Catatan: A : Accuracy (ketepatan berbahasa) F : Fluency (kelancaran) C : Comprehensibility (pemahaman topik) M : Method of Delivering Arguments (cara penyampaian argumen) Kurang Sangat Kurang Kurang Sangat kurang Sangat kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Sangat kurang Cukup Kurang Sangat kurang Cukup Kurang Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris pada pemberian tes awal (pre-test) adalah 43% dan nilai ini sangat jauh dari nilai target, yaitu 65 %. Berdasarkan tabel hasil tes awal di atas dapat dijelaskan bahwa comprehensibility (pemahaman topik) siswa berada dalam kategori yang sangat kurang. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai total siswa unuk aspek comprehensibility yaitu sebesar 38% dengan nilai ratarata 1,9. Lima siswa memperoleh nilai 3, delapan siswa memperoleh nilai 2 dan sisanya mmperoleh nilai 1. Pemahaman topik yang dibicarakan ini diperoleh dari isi pembicaraan siswa selama tes awal berlangsung. Rata-rata siswa kurang mampu 99 menguasai topik yang dibicarakan, hal ini dikarenakan minimnya informasi seputar topik yang diberikan pada saat tes awal. Elemen Method of delivering argument dicapai dengan 42%. Dalam menyampaikan pendapatnya secara langsung, siswa tidak mengetahui teknik penyampaian ide/pendapat yang benar, siswa cenderung langsung pada poin pembicaraan, apakah siswa tersebut setuju ataupun tidak setuju dan langsung memberikan alasannya. hal ini menyebabkan waktu penyampaian menjadi sangat singkat karena sebagian besar siswa menggunakan kalimat yang pendek dan terkadang sulit untuk dimengerti. Elemen Fluency diperoleh dengan angka 45%. Sebagian besar siswa masih kebingungan ketika diminta pendapatnya secara langsung, mereka cenderung terdiam lama, meminta guru untuk mengulangi pertanyaan, dan menyampaikan ungkapan ide/pendapatnya yang secara pendek-pendek tergesa-gesa terkadang sulit dengan penggunaan untuk dimengerti. Kekuranglancaran siswa disebabkan rasa grogi dan tegang ketika berbicara karena belum terbiasa berbicara langsung tanpa diberikan waktu untuk menulis dikertas apa yang akan dibicarakan. selain itu, kurang lancarnya siswa juga disebabkan karena kurangnya penguasaan akan informasi tentang topik yang ditanyakan oleh guru pada saat pre-test. Siklus berikutnya siswa perlu dimotivasi untuk menghilangkan perasaan-perasaan grogi dan takut salah dalam berbicara bahasa inggris. Dan elemen terakhir Accuracy yang diperoleh dengan angka 46%. Siswa belum mampu menggunakan bahasa secara tepat, terbukti dari tes awal ini 100 ditemukan banyak kesalahan dalam ketepatan berbahasa siswa baik dari segi pelafalan, tata bahasa dan kosa kata bahasa Inggris. 4.1.1.5 Hasil Jurnal Kegiatan Tes Awal Tes awal dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Maret 2011. Ketika guru memasuki kelas, para siswa menyambut dengan memberi salam dan kemudian duduk dengan sedikit gaduh, hal ini mungkin dikarenakan guru yang masuk ke kelas mereka bukanlah guru yang biasanya mengajar mata pelajaran bahasa Inggris di kelas mereka. Setelah guru memperkenalkan diri dan memberitahu mereka terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas ini, para siswa pun menjadi agak tenang dan guru mulai mengajar. Pertama-tama, guru mengecek daftar hadir siswa dan menjelaskan topik yang akan mereka pelajari, yaitu pada buku pegangan Bab V “Thinking Critically”. Proses belajar mengajar dimulai dengan penjelasan tentang subtopik yang tertuang dalam Bab V tersebut dan aktivitas serta tes yang akan dilakukan siswa. Pertama-tama guru menjelaskan definisi, tujuan, situasi, contoh-contoh, dan cara mengutarakan pendapat (Expressing Opinion) dan menanyakan pendapat (asking for opinion). Setelah para siswa cukup paham dengan semua penjelasan yang diberikan oleh guru, maka siswa dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar ( pro dan kontra) dan diminta untuk menanggapi tiga buah topik yang berhubungan dengan permasalahan umum. Adapun ketiga topik yang dipilihkan yaitu : (1) That we 101 would put affirmative action toward vocational school’s graduates, (2) That women should give equal rights in the working fields, (3) That workers’ demonstration is the best way to get sufficient income.” Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan aktivitas ini adalah 15 menit. Topik (motion) yang dipilih oleh siswa setelah dilakukan pengundian adalah “That we would put affirmative action toward vocational school’s graduates.” Kegiatan ini berjalan dengan cukup lancar, debat dipenuhi dengan argumenargumen dari kedua kelompok yang saling mempertahankan argumen mereka. Argumen dari setiap siswa direkam dan dicatat oleh guru sehingga dapat diketahui kemampuan berbicara siswa dalam mengutarakan pendapatnya. Kegiatan ini hanya didominasi oleh siswa yang kemampuan berbahasa Inggrisnya bagus, sedangkan sebagian besar siswa yang kemampuan bahasa Inggrisnya rendah hanya memberikan pendapat secara singkat dan dengan kalimat same with my friend ‘pendapat saya sama dengan teman saya’ dan terlihat tidak termotivasi untuk mengungkapkan idenya. Setelah kegiatan ini usai, dilanjutkan dengan pemberian tes awal (pre-test). Siswa diminta duduk berkelompok (tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga sampai empat siswa) dan tiap kelompok secara bergiliran maju ke depan guru, selanjutnya tiap-tiap siswa dalam kelompok diminta mengungkapkan idenya terkait dengan topik yang diberikan oleh guru. Topik yang dipilih untuk tiap siswa dalam kelompok berbeda. Hal ini untuk menghindari pendapat/ide yang sama dari tiap siswa. Sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan awal siswa dalam berbicara dengan bahasa Inggris. 102 Dalam penilaian, setiap indikator ditentukan skornya sebagai patokan atau ukuran berdasarkan kategori skor yang telah ditentukan. Skor tersebut dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik di (accuracy,fluency,comprehensibility,dan tiap-tiap method indikator of delivering penilaian argument). Kategori sangat kurang apabila siswa mendapatkan skor 1 (0-39%), kategori kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%), kategori cukup jika siswa mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika siswa mendapatkan skor 4 (7084%), dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan siswa yaitu 5 (85100%). 4.1.1.6 Hasil Kuesioner Tes Awal Setelah pemberian tes awal (pre-test) selesai, siswa diberikan kuesioner dengan beberapa intruksi terkait dengan pengisian kuesioner tersebut. Setelah diberikan instruksi, siswa mengisi kuesioner tersebut dalam waktu 10 menit.Tujuan dari dilaksanakan pemberian kuesioner pada saat tes awal adalah untuk mengetahui permasalahan apa yang dihadapi siswa dalam berbicara dengan bahasa Inggris. Ada 8 (delapan) pertanyaan dalam kuisioner ini, 4 (empat) pertanyaan untuk mengetahui sikap siswa terkait dengan keterampilan berbicara bahasa Inggris dan 4 (empat) pertanyaan lagi untuk mengetahui gambaran dan tanggapan siswa tentang teknik guru dalam mengajarkan keterampilan berbicara (speaking). 103 Diantara 19 (Sembilan belas siswa), 14 siswa (73,7%) mengatakan bahwa berbicara bahasa Inggris sangat susah dan tidak satupun dari siswa yang menyatakan bahwa berbicara dalam bahasa Inggris itu mudah. Ketika siswa diminta untuk berbicara dengan mengemukakan pendapatnya dalam bahasa Inggris, 12 siswa (63,2%) merasa kurang suka dan tidak satupun yang antusias dalam berbicara bahasa Inggris. Enam belas siswa (84,2%) siswa mengatakan bahwa sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara bahasa Inggris, 17 siswa (89,4%) mengatakan bahwa guru mengajar dengan metode yang biasa, dimana siswa diminta mencatat dialog ataupun percakapan di buku, kemudian mempraktekkannya dengan membawa buku ke depan kelas, kemudian siswa diminta untuk melakukan percakapan dengan teknik role-play. Setelah semua siswa maju kedepan, guru tidak memberi penjelasan yang lebih terperinci tentang pelajaran berbicara yang mereka praktekkan, demikian pula pada akhir pelajaran, guru tidak menyimpulkan materi yang mereka pelajari ataupun yang mereka praktekkan pada hari itu, sehingga siswapun menjadi acuh tak acuh dengan bahasa Inggris dan menjadi pasif berbicara. Hal tersebut juga didukung dari pernyataan beberapa siswa saat dilakukan interview langsung, siswa tersebut menyatakan bahwa guru mengajarkan mereka cenderung berpusat pada buku tanpa diselingi games atau permainan dan metode yang bervariatif sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi dalam berbicara bahasa Inggris. 104 Empat pertanyaan terakhir pada kuesioner dirancang untuk mengetahui gambaran dan tanggapan siswa tentang teknik guru dalam mengajarkan keterampilan berbicara (speaking). 15 siswa (78,9%) menyatakan kadang-kadang guru membantu mereka dalam kegiatan berbicara di kelas. 12 siswa (63,2%) mengatakan bahwa kadang-kadang guru membantu mereka jika menemukan kesusahan dalam berbicara bahasa Inggris. 17 siswa (89,4%) (menyatakan bahwa guru sangat jarang menggunakan media dalam mengajar bahasa Inggris siswa di kelas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa masih berpikir bahwa berbicara bahasa Inggris merupakan aktivitas yang susah karena sangatlah susah bagi mereka untuk mengungkapkan ide dan pendapatnya secara langsung di depan umum dan siswa juga mengalami kesusahan dalam meningkatkan pemahaman mereka terhadap apa yang dibicarakan tanpa suatu metode alternatif yang dapat membantu mereka dalam berbicara bahasa Inggris sehingga mereka semakin termotivasi dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya. 4.1.1.7 Refleksi Tes Awal Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes awal, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: minat dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam tes awal. Siswa masih mengalami kebingungan, apa yang harus mereka katakan pada saat berbicara lisan. Sehingga proses belajar mengajar 105 dirasakan berjalan kurang kondusif. Sebenarnya masalah sesungguhnya yang dihadapi siswa adalah stigma mereka akan keterampilan berbicara yang susah. Mereka cenderung berpikiran bahwa berbicara bahasa Inggris itu sangat susah dan mereka sangat takut salah dalam berbicara. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan siswa pada saat interview yaitu “Belajar bahasa inggris itu susah bu. Saya selalu takut kalau mau ngomong, saya merasa kurang menguasai kota kata, setiap saya ingat grammar dan struktur batallah saya mengucapkan kalimat bahasa inggris. Kalau sudah begitu bu, yang ada hanya rasa bosan, malas, dan takut salah. Gimana ya bu?’’. Karena hal itulah siswa menjadi enggan mengemukakan pendapat ataupun berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Hasil dari analisis kuisioner menunjukkan bahwa 14 siswa (73,7%) menyatakan bahwa berbicara mengemukakan pendapat dalam bahasa Inggris sangat susah dan tidak satupun dari siswa yang menyatakan bahwa berbicara bahasa Inggris itu mudah dan 16 siswa (84,2%) menyatakan bahwa sangat penting untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Diharapkan dengan menggunakan metode debat plus, siswa menjadi lebih termotivasi dan senang dalam mengemukakan ide-ide mereka terkait dengan kehidupan sekitar mereka dan isu-isu nasional yang sedang hangat diperbincangkan, sehingga akan diperoleh hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka alami. Tindakan yang dilakukan guru yaitu menegaskan kembali penerapan rumus 5W+H dalam menyampaikan pendapatnya tentang informasi terkait dengan topik yang diberikan supaya informasi yang disampaikan utuh dan akurat. Oleh sebab 106 itu, melalui teknik debat plus nantinya, siswa diajarakan cara berpendapat yang benar sesuai dengan urutannya serta teknik yang tepat. 4.1.2 Pembahasan Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini berfokus pada permasalahan utama yang dihadapi siswa kelas XI SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar dalam berbicara bahasa Inggris. Hasil dari tes awal menunjukkan bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa dikategorikan sangat rendah. Keterampilan berbicara berhak mendapatkan perhatian penting karena berbicara memiliki tujuan utama yaitu untuk berkomunikasi. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada setiap pertemuan di setiap siklus, kuesioner dan jurnal kegiatan, dapat disimpulkan hal-hal yang merupakan permasalahan utama yang dihadapi siswa dalam berbicara bahasa Inggris sebagai berikut: 1) Guru tidak pernah mengecek kesalahan siswa Kadang-kadang karena disibukkan dengan nilai yang harus dicapai pada mata pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan, guru cenderung menganggap remeh tata bahasa pada aspek keterampilan berbicara siswa. 2) Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa siswa dan guru selama proses observasi, dapat disimpulkan bahwa metode dan teknik mengajar yang digunakan selama ini masih sangat konvensional. Teknik dan metode pengajaran yang konvensional, seperti siswa diberikan topik untuk 107 dikembangkan menjadi dialog, atau diberi situasi dengan teknik role-play yang pada akhirnya dipresentasikan, seolah-olah sangat membosankan dan kurang menantang bagi siswa. Selain itu, selama ini proses belajar mengajar keterampilan berbicara (speaking) juga sangat jarang menggunakan media atau fasilitas yang dapat mencerahkan atmosfer pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dirasakan sangat monoton. 3) Motivasi belajar siswa yang masih rendah Dari hasil pengamatan selama proses pemberian tes awal, baik sebelum maupun sesudah pemberian tes awal, ditemukan bahwa motivasi siswa selama proses belajar dan mengajar juga kurang baik. Kalau sedang tidak diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah topik-topik di luar mata pelajaran. Ketika seorang dari mereka mempresentasikan sesuatu di depan kelas, siswa yang lainnya cenderung untuk kurang memperhatikan presentasi. 4) Anggapan siswa terhadap bahasa Inggris itu sukar Sebagian besar siswa diselimuti oleh sebuah pemikiran bahwa pelajaran Bahasa Inggris yang mereka anggap sukar untuk dikuasaisehingga mereka dipenuhi semacam perasaan enggan mempelajari bahkan, mengucapkan bahasa Inggris. 108 5) Kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya sama Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, bahasa Inggris juga memiliki padanan kata. Hal ini membuat siswa sulit dalam menentukan kosakata yang tepat dalam berkomunikasi lisan. Misalnya saja kata “tall” dan “high”, kedua kata itu memiliki padanan yang sama dalam bahasa Indonesia, kadang-kadang siswa masih salah dalam menggunakan kedua kata tersebut. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas terutama dalam penguasaan keterampilan berbicara siswa yang masih sangat rendah, telah dilakukan treatment dengan metode debat plus yang terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. 4.2 Mekanisme Penerapan Metode Debat Plus dalam Pembelajaran Bebicara Bahasa Inggris 4.2.1 Data Siklus I Siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Seluruh kegiatan pada siklus I ini dijabarkan sebagai berikut: 4.2.1.1 Perencanaan Siklus I Sebelum kegiatan dilaksanakan, skenario pengajaran, Jurnal kegiatan, topik debat, lembar kerja siswa untuk masing-masing sesi telah dirancang 109 sehingga diharapkan proses belajar mengajar nantinya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 4.2.1.2 Pelaksanaan Siklus I Siklus ini terdiri dari 4 (empat) pertemuan. Pertemuan pertama, kedua dan ketiga adalah penerapan metode debat plus dalam meningkatkan keterampilan berbicara berbahasa Inggris siswa dan pertemuan ke-empat diisi dengan pemberian tes akhir I. Tes akhir I dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa setelah dilaksanakannya tes awal. Kuesioner tes akhir I dilaksanakan setelah tes akhir I usai dilakukan. Tujuan diberikannya kuesioner pada tes akhir I ini adalah untuk mengetahui kesan dan respon siswa terkait dengan metode debat plus yang berikan. Semua aktivitas yang dilakukan pada siklus I ini direkam dalam rekaman dan jurnal kegiatan. 4.2.1.3 Hasil Jurnal Kegiatan sesi I Tes Akhir I Observasi ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2011. Ketika guru memasuki kelas, siswa mengucapkan salam. Kemudian guru membalas salam dan mengecek kehadiran siswa. Pada hari ini, 100 % siswa hadir. Pada hari ini guru menjelaskan kembali cara menyampaikan pendapat dengan benar baik cara menanyakan pendapat kepada seseorang (asking for opinion), memberikan pendapat (giving opinion), pernyataan setuju (agreement), dan pernyataan tidak setuju (disagreement). Siswa memperhatikan penjelasan 110 guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis. Kemudian guru juga membahas hasil tes awal yang dilakukan siswa, dan memberikan penjelasan terkait dengan beberapa kesalahan siswa dalam mengutarakan pendapatnya dalam berbicara dengan bahasa inggris, baik itu pada segi ketepatan berbahasa, kelancaran, pemahaman dan metode penyampaian pendapat. Kemudian siswa mulai diperkenalkan dengan metode debat plus. Siswa diberikan pemahaman tentang cara-cara mengemukakan pendapat dengan metod debat plus, aturan-aturan dalam permainan debat plus. Kemudian guru memberikan topic dan meminta siswa untuk membagi diri menjadi dua grup besar. Proses pembagian grup ini dilakukan dengan meminta siswa untuk membentuk lingkaran kemudian seluruh siswa diharuskan mengucapkan kata TAK TIK TUK TOK secara bergantian. siswa yang mengucapkan kata TAK akan bergabung 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan kata TUK, sedangkan siswa yang mengucapkan kata TIK 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan TOK. Topik yang dimainkan pada hari ini adalah “the house would implement quota for woman in the parliament”. Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Kemudian siswa mulai melakukan debat. Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi oleh kelompok yang kontra, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mengemukakan pendapatnya. Pada awal pelaksanaan, hanya siswa yang dapat berbahasa inggris saja yang berani mengemukakan pendapat, siswa yang kurang fasih hanya berkata 111 ‘yes, I agree with my friend’s opinion” saja, tanpa menambahkan argumennya sendiri. Padahal jika diminta untuk menuliskan pendapat mereka pada secarik kertas, banyak sekali ide-ide yang mereka ciptakan, tapi giliran mengemukakan secara lisan, mereka enggan. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Setelah permainan usai, guru membahas hasil debat, menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. 4.2.1.4 Hasil Jurnal Kegiatan sesi II Tes Akhir I Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 1 April 2011. Seperti biasa, siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Pada pertemuan kedua di kelas, jumlah siswa yang hadir sama dengan pertemuan pertama. Pada hari ini, guru menjelaskan cara menyampaikan pendapat dengan benar dan cara melakukan presentasi lisan yang mencakup introduction, body dan conclusion. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis. Kemudian siswa diajak untuk menyampaikan presentasinya dalam permainan debat plus. Adapun topik-topik yang disediakan adalah: (1) That 112 internet marginalize tradition, (2) That we should follow the West. , (3) school uniform are necessary for high school students. Kemudian siswa di bagi kedalam kelompoknya (1 kelompok terdiri dari 3 siswa) guru memberikan topik dan meminta siswa dalam grup sesi pertama untuk mempersiapkan timnya dalam permainan debat plus. Adapun topik yang dimainkan pada sesi ini yaitu “That we should follow the West,“ karena siswa kelas XI IPA berjumlah 19 orang, maka terbentuklah 6 (enam) kelompok. setelah 6 (enam) kelompok terbentuk, dilakukan pengundian kelompok yang akan berdebat hari ini. Setelah dilakukan pengundian, tim yang berdebat hari ini adalah kelompok II dan kelompok V. Sebelum permainan dimulai, siswa diberikan kartu pengenal bernomor dan bewarna yang berbeda untuk memudahkan guru dalam proses pencatatan ide pada lembar guru yang ditempel di tembok. Tim pro berwarna biru dan tim kontra berwarna merah. KELOMPOK II (pro) Alit Supitri Arya KELOMPOK V (kontra) Suka Umar Windi 113 Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pada saat siswa berdiskusi, guru kembali mengingatkan cara-cara menyatakan pendapat dengan menggunakan ekpresi yang tepat. Kemudian siswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama kelompok pro mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan pendapatnya. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Debat plus sesi pertama usai, dilanjutkan dengan sesi ke-dua, tim yang maju kali ini akan membahas topik “school uniform are necessary for high school students”. Tim yang maju pada sesi ke-dua adalah: KELOMPOK 1 (pro) Dwipa Juniawan Tunyasa KELOMPOK IV (kontra) Gde Bagus Indri Puji Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat, menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. 114 Observasi hari ini diakhiri dengan pemberian beberapa topik untuk dimainkan pada pertemuan selanjutnya, siswa diminta untuk menyiapkan bukti-bukti argument mereka yang dapat menguatkan pendapatnya. Siswa pun sangat antusias mencatat topik-topik yang ditulis di papan tulis dan telihat kompak membagi tugas untuk mencari bahan, materi tentang topik debat dengan timnya. 4.2.1.5 Hasil Jurnal Kegiatan sesi III Tes Akhir I Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2011. Seperti biasa, siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Hari ini guru menjelaskan cara menyampaikan ekspresi setuju dan tidak setuju terhadap suatu isu. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis. Kemudian siswa diajak untuk menyampaikan pernyataan setuju atau tidak setuju secara langsung berdasarkan situasi yang diberikan pada latihan siswa, setelah itu dilanjutkan dengan sesi debat yang membahas topic yaitu “That tourism exploits our culture” Seperti biasa, sebelum permainan dimulai, siswa diberikan kartu pengenal bernomor dan bewarna yang berbeda untuk memudahkan guru dalam proses pencatatan ide pada lembar guru yang ditempel di tembok. KELOMPOK III (pro) Chintya Dimas Eka 115 KELOMPOK VI (kontra) Dayu Wiri Wiwin Yoga Yoga ari Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pembicara pertama kelompok pro mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra. Pada saat siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok untuk melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Setelah permainan usai, guru membahas hasil debat, menambahkan argumen untuk topik debat, mengoreksi pemakaian bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan dan motivasi kepada siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa inggris mereka. 4.2.1.6 Hasil Jurnal Kegiatan sesi IV Tes Akhir I Pada hari ini, Selasa, 19 April 2011 dilaksanakan sesi ke-empat yang diisi dengan pemberian tes akhir I. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya dan siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya seputar topik yang dipilihkan. Topik yang dipilihkan untuk tiap siswa berbeda-beda, hal ini untuk mengindari adanya kesamaan pendapat diantara siswa jika diberikan topik yang sama. Diperlukan ide-ide asli yang berasal dari pemikiran siswa itu sendiri, sehingga 116 diketahui seberapa jauh peningkatan keterampilan berbicaranya termasuk ketepatan berbahasa tiap siswa. Kegiatan ini menghabiskan waktu yang cukup lama, mengingat sebagian besar siswa sudah mampu berbicara dalam waktu 5 menit. 4.2.1.7 Refleksi Siklus I Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes akhir I, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: minat dan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam tes akhir I yaitu 64%. Siswa sudah mulai memperhatikan ketepatan berbahasa, walaupun masih ditemukan beberapa kesalahan dalam ketepatan berbahasa seperti penggunaan kosakata yang sudah mulai bervariasi, kesalahan yang cukup mendasar pada grammatika dan masih adanya aksen bahasa ibu yang kental. Dalam menyampaikan pendapat/ide, siswa masih sangat tergesa-gesa dan cenderung mengungkapkannya dalam waktu yang singkat walaupun cara penyampaiannya sudah cukup terstruktur. Walaupun dalam hasil tes akhir I sudah ditemukan beberapa peningkatan siswa, namun nilai hasil yang diperoleh siswa belum mencapai nilai target yaitu 65%. Oleh sebab itu, diperlukan untuk mengadakan siklus kedua. 4.2.2 Data Siklus II Siklus II juga terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Segala kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ini dijabarkan sebagai berikut: 117 4.2.2.1 Perencanaan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, persiapan yang dilakukan sebelum mengaplikasikan metode debat plus dalam kegiatan pengajaran berbicara di kelas adalah sebagai berikut: a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II dan mempersiapkan alat dan bahan mengajar (lembar guru yang ditempel di tembok, kartu penanda grup pro dan kontra) b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang dapat diperdebatkan untuk melatih keterampilan berbicara siswa c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada siswa di akhir siklus berdasarkan materi yang diajarkan 4.2.2.2 Pelaksanaan Siklus II Fase pelaksanaan di siklus II ini merupakan fase dimana penelitian yang telah direncanakan tersebut dilaksanakan di kelas. Siklus II terdiri atas tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua diisi dengan pemberian tindakan, sedangkan pertemuan ketiga diisi dengan pemberian tes akhir II. 4.2.2.3 Hasil Jurnal Kegiatan sesi I Tes Akhir II Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 1 April 2011. Seperti biasa, ketika guru memasuki kelas, siswa memberi salam dengan sopan. Pada pertemuan pertama di siklus kedua ini, jumlah siswa yang hadir hanya 18 orang, 1 orang siswa tidak masuk karena sakit. Pada hari ini guru mengingatkan kembali cara 118 menyampaikan pendapat dengan benar baik dan cara melakukan presentasi lisan yang mencakup introduction, body dan conclusion, cara mengungkapkan ekspresi setuju dan tidak setuju, serta cara mengungkapakan pernyataan suka dan tidak suka. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan siswa mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis. pada kesempatan ini pula, guru melakukan pembahasan terhadap permasalahan-permasalahan ketepatan berbahasa siswa selama siklus I seperti membahas struktur gramatikal kalimat, pelafalan, struktur kata dan kalimat serta pemilihan kata, hal ini guna meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul pada siklus II ini, setelah aktivitas ini usai, dilanjutkan dengan mengundang siswa melakukan permainan debat plus. Topik yang dimainkan hari ini adalahh: (1) That “pacaran” motivates our study, dan (2) That boy bands are not art. Kemudian siswa di bagi kedalam kelompoknya dan guru memberikan topik dan meminta siswa dalam grup sesi pertama untuk mempersiapkan timnya dalam permainan debat plus. Adapun topik yang dimainkan pada sesi ini yaitu “That “pacaran” motivates our study,“ kelompok yang akan berdebat kali ini adalah: KELOMPOK 1 (kontra) Dwipa Juniawan Tunyasa 119 KELOMPOK IV (pro) Gde Bagus Indri Puji Seperti biasa, siswa diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Kemudian siswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama kelompok pro mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan pendapatnya. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat, menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada observasi hari ini keterampilan berbicara siswa sudah menunjukkan adanya peningkatan. Siswa sudah tidak canggung lagi mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, walaupun masih ada kesalahan-kesalahan kecil dalam gramatika, struktur kata dan kalimat. 120 4.2.2.4 Hasil Jurnal Kegiatan sesi II Tes Akhir II Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 29 April 2011. Seperti biasa, siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Hari ini jumlah siswa lengkap, yakni berjumlah 19 siswa. Pada hari ini guru menjelaskan cara mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan seseorang (asking someone’s point of view), mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkapkan perasaan tidak senang (expressing displeased). Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis. Setelah siswa cukup paham dengan apa yang disampaikan oleh guru, siswa diminta untuk melakukan beberapa latihan-latihan berbicara seperti membuat dialog berpasangan dan dipraktekkan didepan kelas dengan menkombinasikan berbagai ekspresi cara menanyakan pendapat, menyampaikan pendapat, mengungkapkan setuju dan tidak setuju, suka dan tidak suka, disertai dengan cara penyampaian yang mencakup introduction, body and conclusion. Setelah latihanlatihan usai, siswa diajak kembali untuk melakukan permainan debat. Kemudian siswa diajak untuk menyampaikan presentasinya dalam permainan debat plus. Adapun topik-topik yang dipilihkan adalah disediakan adalah: (1) That internet marginalize tradition, (2) That technology is a time bomb. Kelompok yang berdebat hari ini adalah: KELOMPOK II (kontra) Alit Supitri Arya 121 KELOMPOK V (pro) Suka Umar Windi Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pada saat siswa berdiskusi, guru kembali mengingatkan cara-cara menyatakan pendapat dengan menggunakan ekpresi yang tepat. Kemudian siswa mulai melakukan debat. pembicara pertama kelompok pro mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan pendapatnya. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Debat plus sesi pertama usai, dilanjutkan dengan sesi ke-dua, tim yang maju kali ini akan membahas topik “That technology is a time bomb”. KELOMPOK III (kontra) Chintya Dimas Eka 122 KELOMPOK VI (pro) Dayu Wiri Wiwin Yoga Yoga ari Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat, menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan dan mengoreksi penggunaan bahasa siswa. Berdasarkan hasil observasi hari ini, disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan dalam minat belajar siswa, motivasi belajar siswa yang terlihat, suasana kelas yang tidak membosankan, karena siswa mempersiapkan untuk tampil lebih baik dalam memepertahankan argument mereka di depan kelas. 4.2.2.5 Hasil Jurnal Kegiatan sesi III Tes Akhir II Pada hari ini, Jumat, 6 Mei 2011 dilaksanakan sesi ke-tiga yang diisi dengan pemberian tes akhir II. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya dan siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya seputar topik yang dipilihkan. Topik yang dipilihkan untuk tiap siswa berbeda-beda. Hal ini untuk mengindari adanya kesamaan pendapat diantara siswa jika diberikan topik yang sama. Diperlukan ide-ide asli yang berasal dari pemikiran siswa itu sendiri, sehingga diketahui seberapa jauh peningkatan keterampilan berbicaranya termasuk ketepatan berbahasa tiap siswa. Topik untuk tiap-tiap siswa pada tes awal, tes 123 akhir I, dan tes akhir II tidaklah sama, hal ini untuk mengukur peningkatan kemampuan berbicara siswa. 4.2.2.6 Refleksi Siklus II Hasil observasi pada siklus II sangat memuaskan, karena tindakan yang dilakukan di siklus II ini berjalan dengan lancar dan siswa mampu mencapai target 65% bahkan ada beberapa siswa yang melebihi target. 14 siswa mendapatkan skor melebihi 65. Pada siklus ini, sebagian besar siswa sangat antusias dalam melakukan kegiatan debat plus secara aktiv dan terlihat sangat kritis dalam mengungkapkan ide mereka, dan menyanggah pendapat lawan. Walaupun dalam berbicara bahasa Inggris, masih terdapat kesalahan tata bahasa tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi hasil peningkatan berbicara mereka. Siswa yang awalnya terlihat pasif sudah mulai aktif berbicara mengikuti siswa yang lain. Komunikasi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam berbahasa Inggris secara lisan sudah mengalami peningkatan. 124 4.3 Hasil Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Setelah Tindakan dilakukan 4.3.1 Observasi Siklus I 4.3.1.1 Hasil Tes Akhir I Hasil dari tes akhir I akan dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan yang dialami siswa dari tes awal sampai pada tes akhir I. Tabel 4.4 Hasil tes akhir 1 Indikator Siswa Dwipa Juniawan Tunyasa Alit Supitri Arya Chintya Dimas Eka Gde Bagus Indri Puji Suka Umar Windi Dayu Wiri Wiwin Yoga Yoga ari Rata-rata Nilai Total Nilai % (Nilai dalam%) Tingkat kemampuan A 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 F 2 3 4 3 3 2 3 3 3 4 C 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 M 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 11 14 14 14 15 10 14 11 13 15 55 70 70 70 75 50 70 55 65 75 55% 70% 70% 70% 75% 50% 70% 55% 65% 75% Cukup Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Cukup Cukup Baik 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 15 13 11 15 10 13 75 65 55 75 50 65 75% 65% 55% 75% 50% 65% Baik Cukup Cukup Baik Kurang Cukup 4 2 4 3.3 68 3 3 3 2.9 58 4 3 4 3.3 66 3 3 4 3.4 68 14 11 15 70 55 75 70% 55% 75% 1240 64% Cukup Cukup Baik Cukup 125 Catatan: A : Accuracy (ketepatan) F : Fluency (kelancaran) C : Comprehensibility (pemahaman) M : Method of Delivering Arguments (metode penyampaian argumen) Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris pada tes akhir I adalah 64% dan nilai ini hampir mendekati target , yaitu 65 %. Berdasarkan tabel di atas, hasil dari elemen Fluency mendeskripsikan tingkat kelancaran berbicara siswa masih kurang walaupun sudah ada sedikit peningkatan . Hal ini ditandai dengan perolehan nilai total yang dicapai sebesar 58% dengan nilai rata-rata 2,9. Kekuranglancaran siswa masih disebabkan rasa grogi dan tegang ketika berbicara karena belum terbiasa berbicara langsung tanpa diberikan waktu untuk menulis dikertas apa yang akan dibicarakan. Selain itu, kurangnya penguasaan akan informasi tentang topik yang ditanyakan oleh guru pada saat tes awal juga masih menjadi kendala. Walaupun siswa sudah diberikan topik-topik yang akan diperdebatkan untuk selanjutnya dicarikan informasi terkait topik-topik tersebut, pada kenyataannya sebagian siswa masih belum mampu menyampaikan argumennya tanpa membaca materi. Dalam menyampaikan argumennya, seringkali siswa berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang mengganggu pembicaraan, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Banyak juga ditemukan kesalahan pelafalan yang menyebabkan kurang efektifnya penggunaan bahasa siswa. Berdasarkan tabel hasil tes akhir I, elemen comprehensibility berada dalam kategori cukup. Rata-rata siswa cukup paham dengan topik yang 126 ditanyakan kepada mereka, karena topik-topik masalah yang peneliti berikan adalah masalah-masalah seputar dunia siswa yang dekat dengan kehidupan siswa di sekolah. Siswa yang kurang memahami topik tersebut disebabkan oleh topik yang diterimanya kurang disenangi, sehingga ia kurang menguasai topik permasalahan yang diterimanya ketika berbicara menyampaikan ide/pendapatnya kepada guru pada saat tes akhir I. Hasil dari indikator elemen accuracy dalam tes akhir I masih sangat kurang. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari indikator accuracy adalah 3.3 (68%) dan dinilai bahwa hasilnya cukup meningkat jika dibandingkan saat tes awal. Ditemukan ada 10 (sepuluh) siswa yang mendapat nilai 4 pada indikator ketepatan berbicara. Sedangkan elemen method of delivering arguments, diperoleh nilai rata-rata siswa pada indikator ini yaitu 3.4 atau 68% siswa sudah cukup mampu menyampaikan idenya dengan baik. Siswa menyampaikan ide/pendapatnya diawali dengan pemberian definisi ‘apa’ (what), kemudian mnjelaskan ‘mengapa’ (why) dan memberikan kesimpulan di akhir penyampaian idenya. namun sebagian siswa masih kurang paham, sehingga setelah menyampaikan kesimpulan, merka cenderung menegaskan lagi bagian definisi ‘apa’ (what), kemudian mnjelaskan ‘mengapa’ (why) dan menutup kembali pembicaraan. 4.3.1.2 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa Pada bagian ini dicermati peningkatan yang terjadi dalam pelafalan katakata bahasa Inggris siswa. 127 1) Bunyi [t] yang sudah beraspirasi [th] Dalam data ditemukan adanya peningkatan pelafalan dari [th] beraspirasi. Contoh : (i) T : Thousand people die because drug (data 1) [θoʊznd pi:pel daI bikɒz əv drg] St : Thousand people die because of drug [θaʊznd pi:pl daI bikɒz əv drg] Setelah dilaksanakannya tindakan (siklus I) ditemukan adanya peningkatan dalam pelafalan, transkripsi pengucapan yang muncul pada contoh kalimat di atas menunjukkan adanya peningkatan pelafalan bunyi [t] pada kata thousand [θaʊznd] 2) Peningkatan bunyi [f], [v] menjadi [p] Peningkatan bunyi [f], [v] dapat disimak dalam data berupa kalimat yang digunakan, sebagai berikut: (i) T : Start from last february in this school all students not allow brings handphone (data 4) [sta:t from lɑ:st februəry in dis skul ol stju:dn nαt əloud briŋ henphʊn] St : It’s started from last februəry all students are not allowed to bring handphone in this school. [sta:t frəm la:st februari ɔ:l stju:dnt ə: nαt ələud tu briŋ hæn fəun in ðis skul] 128 (ii) T : Most the society still fanatic about the govermental sistem in province (data 2) [moʊs ov de sosαiəti stil fənætik əbout the gʌvənməntɑl sistəm in Provins] St : Most of the society still fanatic about the governmental system in provinsi. [məust əv ðe sə’sαiəti stil fənætik əbαut ðə gʌvənməntl sistəm in prɒvins] (iii) T : The phenomena of national examination always make student nervous (data 5) [ðe fənominən ov nænəl egzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt ne:vəs] St : The phenomenon of national examination always make student nervous [ðe fə’nominən əv naænəl igzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt nɜ:vəs] (iv) T : Each party must have the philosophy of Bhineka tunggal Ika (data 6) [i:t parti mas həv ðə fəilosəfi əv Bhineka tunggal ika] St : Each party must have the philosophy of Bhineka tunggal Ika 129 [i:t pa:ti məst həv ðə fəlosəfi əv Bhineka tunggal ika] (v) T : They can to enjoy see new up date fashion in Internet (data 7) [ðeI kən tu enƷɔI si: nju əp tu deIt fesn in intənet] St : They can enjoy searching up to date fashion in the internet [ðeI kən inƷcI s3:tfiŋ Ap tu deIt fæsn on ðə intənet] Pelafalan bunyi [f] dan [v] yang tepat pada contoh 1-5 menunjukkan terjadinya peningkatan pada pelafalan bahasa Inggris siswa. Pada siklus I siswa sudah mulai berhati-hati dalam memproduksi bunyi-bunyi bahasa Inggris saat berbicara. 3) Perubahan bunyi [au], [dƷ], [ə], [o], [ɒ] , [ɜ] menjadi [o],[d ], [a], [a] dan [o], [e] Pada tes akhir I ditemukan adanya kesalahan baru, kesalahan ini tidak ditemukan pada tes awal karena pada tes awal siswa belum mampu mengemukakan pendapatnya secara gamblang, karena siswa masih berkutat pada rasa takut untuk memproduksi bunyi dan ketidaktahuan siswa akan bunyi bahasa tersebut. Berikut ditampilkan kesalahan pelafalan bahasa Inggris yang ditemukan pada tes akhir siklus I ini. Data menunjukkan banyak terjadi perubahan bunyi dari bahasa Inggris ke bahasa Bali maupun bahasa Indonesia. Perubahan-perubahan yang dimaksud bisa dicermati pada contoh-contoh berikut: (i) T : Thousand people die because of drug (data 1) [tosənd pi:pel daI bikoz əv drg] 130 St : Thousand people die because of drug [θaUznd pi:pl daI bikqz əv drg] (ii) T : It proved that 70% persons prefer live in the village (data 8) [it pru:v ðæt 70% p3:sn prife: liv in ðə vilid] St :It proved that 70% persons prefer live in the village [it pru:v ðæt 70% p3:sns prIfʒ: liv in ðə vilidƷ] (iii) T : The government should give special attention to the poor (data 9) [ðə gʌvənmən səd giv spəsial əenn tu ðə pɔ:] St : The government should give special attention to the poor [ðə gʌvənmən səd giv spəl ə’tenn tu ðə pɔ:] (iv) T : All the material must present in English (data 10) [ɔl ðə matərial məst prizentid in iŋgli] St : All the materials must be presented in English [ɔl ðə mətiəriəl məst bi prizentid in iŋgli] (v) T : The human resourches quality in Indonesia need to increase [ðə hju:mən risc kwaleti in indonesia nid tu Inkri:sd] (data 10) St : The human resourches quality in Indonesia need to be increased [ðə hju:mən risc:s kwDləti in indonesia nid tu bi Inkri:sd] 131 (vi) T : Teenage film bring many problem (data 2) [ti:nid film briŋs meni probləms] St : Teenage film brings many problems [ti:neidƷ film briŋs meni prabləms] (vii) T : The phenomena of national examination always make student nervous (data 5) [ðə penominən əv naænəl egzæmineIn ɔlweis meIk stju:dnt ne:ves] St : The phenomenon of national examination always make student nervous [ðə fə’nominən əv naænəl igzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt nɜ:vəs] Jika diperhatikan data di atas maka dapat kita lihat beberapa perubahan bunyi vokal. Perubahan bunyi vokal seperti itu disebabkan oleh kuatnya pengaruh bahasa daerah sehingga cara mengucapkannya disesuaikan dengan apa yang tertulis dengan membaca salah satu dari vokal rangkap tersebut. Oleh karena itu terjadilah perubahan-perubahan seperti yang tampak pada contoh di atas, yakni : contoh 1 contoh 2 contoh 3,4 [au] [dƷ] [ə] berubah menjadi berubah menjadi berubah menjadi contoh 5 contoh 6 [O] [ɒ] berubah menjadi berubah menjadi pada kata thousand, pada kata village, pada kata special dan material, [a] pada kata quality, [o] pada kata problem,, [o] [d] [a] 132 contoh 7 [ɜ] berubah menjadi [e] pada kata nervous. 4.3.1.3 Tata Bahasa Inggris Siswa Pada bagian ini akan dicermati peningkatan dalam tata bahasa siswa, diantaranya: 1)Kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda Pada tes akhir I ditemukan adanya peningkatan sejumlah data yang menunjukkan terjadinya kesesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda yang mengikutinya. Contoh : (i) T : This house believes that public should give a room for putra daerah... (data 12) St : This house believes that public should give a room for putra daerah... (ii) T : Sometimes the children like spend times on internet. (data 7) St : Sometimes the children like spending their times on internet. Kata penunjuk a yang muncul pada awal kata benda room (pada contoh 1) sangat tepat karena a menunjukkan benda tunggal (room) sehingga tidak diperlukan adanya penambahan benda jamak (s) pada kata room. Demikian pula pada contoh 2, kata benda ’children’ bukanlah orang ketiga tunggal, sehingga pada kata kerjanya (like) tidak perlu ditambahkan akhiran ’s’. 133 2) Adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda jamak Pada siklus I ini, siswa diberikan pemahaman yang lebih mendetail mengenai tata bahasa, terbukti pada tes akhir I ditemukan adanya peningkatan dalam pemberian penanda jamak (suffix ’s’ / ’-es’). Peningkatan siswa dapat dilihat sebagai berikut: (i) T : There are so many reasons said by the government to increase the fuel price. (data 9) St : There are many reasons said by the government to increase the fuel price. (ii) T : In big cities in Indonesia there will be many problems of social living. (data 9) St : In the Indonesia’s big cities there will be many problems of social living. (iii)T : Because Bali had million cultures and arts. (data 8) St : Because Bali had million cultures and arts Pada contoh 1-3 di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa penambahan tanda jamak terhadap kata benda reason, problem, culture dan art sudah tepat. Sudah jelas ada kata keterangan jamak seperti kata many (sebelum kata reason,problem), dan million (setelah kata culture dan art) yang menandakan bahwa kata benda kalimat tersebut harus dibubuhkan penanda jamak. 134 3) Pemakaian kata kerja bantu ’do/does’ Kesesuaian pada pemakaian kata kerja bantu do telah dibuktikan, berikut bisa dicermati lebih seksama. (i) T : They don’t keep our nation. (data 9) St : They don’t keep our nation (ii) T : English does not help teacher at all, the student get bored infact students but they will bored (data 10) St : English does not help teacher at all, the student will get bored infact Pemakaian kata kerja bantu ’do’ pada contoh 1 dan kata kerja bantu ’does’ pada contoh 2 menunjukkan adanya peningkatan dalam tata bahasa siswa. Proses pemunculan verba yang berfungsi sebagai kata kerja bantu (auxiliary dengan atau tanpa sufiks-es) pada kalimat bentuk negative dan interrogative dengan contoh perubahan dari positive sentence menjadi negative dan interrogative sentence seperti pada kalimat They keep our nation (contoh 1). Verba keep memerlukan primary auxiliary ”do” untuk dapat berdistribusi dalam negative sentence karena verba tersebut mengikuti subjek pertama jamak dan tidak mendapat imbuhan sufiks –s, sehingga verba keep menjadi don’t keep pada kalimat They don’t keep our nation. Perubahan bentuk verba help (yang mendapat sufiks –es) sehingga mengharuskan auxiliary ’do’ mendapatkan imbuhan sufiks –es sehingga menjadi ’does’, pada saat verba mengikuti subjek pertama dan personal pronoun bentuk 135 tunggal, seperti pada kalimat English helps teacher (contoh 2). Berdasarkan hal itu, verba help, dalam kasus ini, membutuhkan auxiliary ’do’ bersufik-es, sehingga verba help mengalami perubahan bentuk menjadi doesn’t help saat berdistribusi pada negative sentence. 4)Penggunaan to be pada kata nonverbal Tes akhir I menunjukkan terjadinya peningkatan dalam penggunaan ’to be’ sebelum kata-kata nonverbal. Beberapa data berikut digunakan sebagai contoh: (i) (ii) (iii) T : Some students are happy join competition (data 10) St : Some students are happy to join the competiton T : Golkar and PDI are two big parties now (data 6) St : Golkar and PDI are two big parties now. T : Facebook is a social network will influence student share everything to the world (data 7) St : Facebook is a social network that will influence students to share everything to the world (iv) T : If parents are more exciting if children study in internet it will become better (data 7) St : If parents are more exciting to let their children study through internet it will be better 136 Data 1-4 telah ditemukan pemakaian to be yang tepat. Hal ini dikarenakan semakin tingginya motivasi belajar siswa untuk mampu menggunakan kosa kata bahasa Inggris secara tepat. 4.3.1.4 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa Tes akhir I menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam memilih kosakata yang tepat. Banyak siswa yang masih menggunakan kosakata yang kurang tepat dalam berbicara. Kesalahan ini terjadi disebabkan karena pengaruh terjemahan dari bahasa Indonesia yang memiliki perbedaan kelas kata dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, tidak ditemukan afiks yang menunjukkan perbedaan kelas kata, baik itu pada kata benda, kata sifat, kata keterangan seperti yang ditunjukkan dibawah ini. saya sukses dalam ujian akhir. saya mendapat sukses saya mengerjakan pekerjaan itu dengan sukses. Sementara dalam bahasa Inggris, pengklasifikasian kata pada umumnya sangat jelas ditunjukkan, seperti contoh di bawah ini. I succeeded in the final examination I was successful in the final examination. I did the final examination successfully. Hasil tes akhir I menunjukkan beberapa kesalahan siswa dalam penggunaan kosakata yang tidak tepat secara sintaksis, diantaranya. 137 (i) T : With it, however our country’s development will be succeed. (data 9) St : ’With it, however our country’s development will be successful. Kata yang bergaris bawah diatas kurang tepat secara sintaksis. Hal ini karena kata yang harus digunakan setelah ’be’ adalah kata sifat, sementara kata ’succeed’ berfungsi sebagai kata kerja, kata yang diperlukan adalah kata ’successful’. sehingga kalimatnya menjadi ’with it, however our country’s development will be successful. (ii)T St : All of us boring with the English class. (data 10) : All of us feel bored with the English class Kata boring pada kalimat di atas harus diganti dengan kata bored, walaupun kedua kata tersebut termasuk dalam kelas kata sifat (adjective). Tetapi terdapat perbedaan dalam penggunaan masingmasing. ’bored’ digunakan untuk mendeskripsikan perasaan seseorang akan kebosanan, sementara ’boring’ mendeskripsikan sesuatu yang sudah tidak menyenangkan lagi. pada kalimat diatas kata ’boring’ seharusnya menggambarkan semua perasaan, jadi kata pada kalimat 138 diatas harus diganti dengan kata ’bored’ sehingga maksud kalimat di atas menjadi jelas, yaitu menggambarkan perasaan bosan para siswa. (iii) T : Because of that we are in Bali have to tolerance in others. (data 8) St : ’Because of that we are in Bali have to tolerate in others Tolerance dalam klasifikasi kelas kata termasuk kelas kata benda. sedangkan dalam kalimat tersebut diperlukan kelas kata kerja, yaitu kata ’tolerate, sehingga kalimat yang diharapkan menjadi ’because of that we are in Bali have to tolerate in others’ (iv) T St : It was a necessary for student to study English (data 10) : It was necessary for student to study English Jika menggunakan kata ’necessary’ dengan didahului ’a’ didepan kata tersebut menunjukkan seolah-olah kata necessary adalah sebuah kata benda (noun). padahal kata yang diperlukan untuk menyampaikan maksud kalimat di atas adalah kata sifat (adjective), sehingga kalimat yang benar seharusnya, ’ it was necessary for student to study English’ 139 Hasil dari tes akhir I ini juga menunjukkan adanya beberapa peningkatan yang terjadi pada pemilihan kosa kata, bisa dilihat pada data yang ditampilkan sebagai contoh berikut ini. Contoh: (i) T St : The articles have to fulfill the technical requirements (data 6) : The articles have to fulfil the technical requirements Pemilihan leksikon fulfill berdasarkan arti kamus yang berarti ‘memenuhi’ sudah tepat untuk kalimat di atas. (ii)T : Therefore, the tutor quality will raise and the sametime the educational quality will improve (data 10) St : Therefore, the quality of tutors will raise and at the sametime the educational quality will improve Pemilihan kata improve sangat tepat karena dirasakan memiliki nuansa yang lebih idiomatik. Dalam kamus kata improve memiliki arti ‘make or become better’ yaitu ‘membuat sesuatu jadi lebih baik’. Sehingga pemilihan kosakata improve dirasakan sangat tepat. 4.3.1.5 Hasil Kuesioner Tes Akhir I Ada 8 (delapan) pertanyaan yang tercantum di kuesioner tahap II ini, sama seperti kuesioner tahap I. 4 (empat) pertanyaan disusun untuk mengetahui 140 kesan siswa tentang speaking dan empat pertanyaan lagi disusun untuk mengetahui pendapat mereka tentang guru bahasa Inggris dalam mengajar speaking. Hasil kuesioner menunjukkan 15 siswa (78,9%) menyatakan bahwa mereka menyukai belajar speaking dengan metode debat plus yang disertakan dalam proses belajar-mengajar di kelas. Jika dibandingkan dengan hasil tes awal jelas terlihat peningkatan yang diperoleh siswa. Saat tes awal, 14 (73,7%) siswa menyatakan bahwa berbicara bahasa Inggris sangat sukar. Melalui metode debat, 15 siswa (78,9%) menyatakan bahwa speaking bukanlah hal yang sukar, seperti apa yang mereka rasakan saat awal pertemuan. 16 siswa (84,2%) menyatakan dengan metode debat banyak membantu mereka dalam mengembangkan ide-ide; 16 siswa (84,2%) menyatakan mereka jadi tahu komponen-komponen dalam speaking yang harus diperhatikan ketika berbicara menyampaikan argument; 17 siswa (89,5%) menyatakan mereka semakin kritis dan termotivasi dalam berbicara bahasa Inggris dan 17 (89,5%) siswa menyatakan keterampilan berbicara bahasa Inggris mereka meningkat dan mereka semakin percaya diri dalam berkomunikasi lisan dengan bahasa Inggris. Hasil kuesioner ini membuktikan bahwa metode debat plus efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa. 141 4.3.2 Observasi Siklus II 4.3.2.1 Hasil Tes Akhir II Hasil dari tes akhir II kelas XI IPA dalam mengungkapkan pendapatnya menunjukkan adanya peningkatan dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa. Table 4.5 Hasil tes akhir II Indikator Siswa Total Nilai % (Nilai dalam%) Tingkat kemampuan A F C M Dwipa 4 3 4 4 15 75 75% Baik Juniawan 3 3 4 3 13 65 65% Cukup Tunyasa 3 4 4 4 15 75 75% Baik Alit 4 3 3 4 14 70 70% Baik Supitri 4 4 4 4 16 80 80% Baik Arya 3 3 4 4 14 70 70% Baik Chintya 4 4 4 4 16 80 80% Baik Dimas 3 3 4 3 13 65 65% Cukup Eka 4 3 4 3 14 70 70% Baik Gde 5 4 5 5 19 95 95% Sangat baik Bagus Indri 5 5 4 5 19 95 95% Sangat baik Puji 4 5 5 5 19 95 95% Sangat baik Suka 3 3 4 3 13 65 65% Cukup Umar 4 3 4 5 16 80 80% Baik Windi 4 3 3 3 13 65 65% Cukup Dayu 5 4 5 4 18 90 90% Sangat baik Wiri Wiwin 4 5 5 5 19 95 95% Sangat baik Yoga 3 4 3 3 13 65 65% Cukup Yoga ari 5 4 5 5 19 95 95% Sangat baik Rata-rata 3.8 3.6 4.0 3.9 1490 Nilai 77 73 81 78 78% Baik Catatan: A : Accuracy (ketepatan) F : Fluency (kelancaran) C : Comprehensibility (pemahaman) M : Method of delivering argument (metode penyampian argument) 142 Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris pada tes akhir II adalah 78% dan nilai ini sesuai dengan nilai target, yaitu 65%. Hasil dari indikator accuracy ini dalam tes akhir II sudah mengalami peningkatan. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari indikator accuracy adalah 3.8 (77%) dan dinilai bahwa hasilnya sudah cukup baik. Ditemukan hanya 4 (empat) siswa yang mendapat nilai 5 pada indikator ketepatan berbicara, 9 (Sembilan) siswa mendapat nilai 4, dan 6 (enam) siswa mendapat nilai 3. Sebagian besar siswa sudah mulai memperhatikan ketepatan berbicara bahasa Inggris, baik pada pegucapan, pembentukan kata dan kalimat serta pemilihan kata yang tepat. Dari tabel hasil tes akhir II dapat dijelaskan bahwa kelancaran (fluency) siswa dalam berbicara sudah cukup baik dan meningkat. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai total yang dicapai sebesar 73% dengan nilai rata-rata 3,6. Sebanyak 3 siswa memperoleh nilai 5, 7 siswa mendapatkan nilai 4, dan 9 siswa memperoleh nilai 3. Ekspresi siswa dalam berbicara sudah cukup baik, dengan penekanan pada kalimat-kalimat yang tampak jelas, jeda dengan menyelipkan bunyi ee, oo, aa, pada saat berbicara sudah tidak tampak. Ketika guru meminta pendapat siswa akan topik yang dipilihkan, sebagian besar siswa sudah mampu memberikan respon jawaban yang cepat, sehingga guru tidak perlu mengulang lagi memberikan pertanyaan seperti halnya yang terjadi pada tes awal siswa, sebelum dilakukannya siklus I dan II. 143 Tabel menunjukkan penguasaan topik siswa berada dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai total siswa sebesar 81%. Rata-rata siswa cukup paham dengan topik yang ditanyakan kepada mereka, karena topiktopik masalah yang peneliti berikan adalah masalah-masalah seputar dunia siswa yang dekat dengan kehidupan siswa di sekolah. Siswa juga sudah mulai aktif mencari bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi untuk kasus-kasus dalam topik perdebatan yang dilakukan di kelas. Sehingga hal tersebut mampu memperkaya kosakata siswa. Referensi itu mereka dapat dari berbagai media massa cetak dan internet. Siswa dalam menyampaikan pendapat/idenya telah menggunakan katakata yang cukup bervariasi, dan informasi yang disampaikan juga sudah cukup mendetail. Dalam penyampaian ide/pendapatnya, siswa sudah mampu berbicara secara terstruktur. Terbukti dengan diperolehnya nilai rata-rata siswa pada indikator ini yaitu 3.9 atau sekitar 78% siswa sudah mampu menyampaian idenya dengan baik. Siswa menyampaikan ide/pendapatnya diawali dengan pemberian definisi ‘apa’ (what), kemudian menjelaskan ‘mengapa’ (why) dan memberikan kesimpulan di akhir penyampaian idenya. Hal ini tentu saja dikarenakan motivasi belajar siswa yang telah meningkat, suasana belajar dikelas yang baik, siswa bersemangat untuk tampil menjadi yang terbaik dalam menyampaikan ide/pendapatnya dalam bahasa Inggris seputar topik-topik yang dipilihkan. 144 4.3.2.2 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa Dari hasil tes akhir II, siswa mulai memperhatikan pelafalan kata-kata bahasa Inggris dengan baik, terbukti dari data yang ditemukan pada hasil tes akhir II ini, ditemukan adanya peningkatan pelafalan diantaranya : 1) Peningkatan pelafalan bunyi [f], [v] Bunyi [f], [v] sudah diucapkan dengan tepat oleh siswa. Hal ini dapat disimak dalam data berupa kalimat yang digunakan, sebagai berikut: (i) T : Many value we can take from use english in all lesson (data 1) [meni velju: kən wi teik frəm jus eŋglI in ɔ:l lesns] St : There are many values can we take from using english in all lessons [ðeə meni vælju: kən wi teik frəm jusiŋ iŋglI in ɔ:l lesns] (ii) T : With sport like basketball, volleyball and footbal we can make our brain relax (data 2) [ baI doiŋ spɔrt laIk bα:skit bɔ:l, volibɔ:l ənd futbɔ:’ wi kən meIk α: breIn rilæks] St : By doing sports such as basketball, volleyball, and football we can make our brain relax [ baI duiŋ spɔ:t sʌt əs bα:skit bɔ:l, volibɔ:l ənd futbɔ:’ wi kən meIk α: breIn rilæks] 145 Contoh di atas menunjukkan adanya peningkatan pelafalan bunyi [f] dan [v] yang diucapkan oleh siswa. 2) Ketepatan pengucapan bunyi [ɜ] Pada siklus II, siswa sudah mulai berhati-hati dalam mengucapkan setiap kata pada kalimat, sehingga kesalahan pada pelafalan sudah mampu diminimalisir. berikut ditemukan satu bukti adanya peningkatan pelafalan, yaitu : (i) T : Government must make some work plan to help the poor (data 3) [gʌvənmənt məst meIk sɑm wɜ:k plæns tu help ðə pɔ:] St : Government must make some work plan to help the poor [ gʌvənmənt məst meIk sʌm wɜ:k plæns tu help ðə pɔ:] Ketepatan pelafalan bunyi [ɜ] menunjukkan peningkatan siswa dalam memproduksi bunyi-bunyi bahasa Inggris. 4.3.2.3 Tata Bahasa Inggris Siswa Pada bagian ini dicermati peningkatan tata bahasa siswa salam berbicara bahasa Inggris, peningkatan tersebut sebagai berikut. 1) Kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda Sebagian besar siswa sudah memperhatikan bentuk kata penunjuk dengan kata benda yang mengikutinya. Apabila kata penunjuk dalam bentuk singular maka tidak perlu dibubuhkan penanda jamak (s/es) pada akhir kata benda. 146 Contoh : (i) T St (ii) T St : ... a social network problem can occur everywhere (data 4) : ... a social network problem can occur everywhere : Poverty is a damage of the indonesia government (data 5) : Poverty is a threat of the indonesia government Artikel a yang muncul pada awal kedua kata benda di atas (pada contoh 1 dan 2) menunjukkan bahwa kata benda pada kalimat tersebut sudah tunggal, sehingga tidak diperlukan adanya akhiran ’s/es’. 2)Adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda jamak Suffix ’s’/’-es’ sebagai penanda jamak, ditemukan dalam data ini. Siswa sudah mampu menghasilkan ujaran yang jelas dengan disertai akhiran ’s/es’ sebagai penanda jamak dari kata benda yang mereka sampaikan dalam kalimat, contohnya dapat dilihat sebagai berikut: (i) T : Students and their future will brighter without drug. (data 6) St : Students and their future will be brighter without drug. (ii) T : All students to be know result examination theirself (data1) St : All students know their examination result. (iii)T : Cigarettes have many consumers (data 7) St : Cigarettes have many consumers 147 Pada contoh 1-3 di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa penambahan tanda jamak terhadap kata benda, student, dan buyer semuanya tepat. Kata keterangan jamak seperti kata their (setelah kata student), all (sebelum kata student) dan many (setelah kata consumer yang menandakan bahwa kata benda kalimat tersebut harus dibubuhkan penanda jamak. 3) Penggunaan kata kerja bantu do atau did yang tepat Hasil siklus kedua menunjukkan adanya kesesuaian pada pemakaian kata kerja bantu do dan disesuaikan dengan jenis kata yang mengikutinya, contoh dalam data, yaitu : (i) T : For example, would you like to listen your teacher teaching science by using English language meanwhile you do not understand what he said?” (data 1) St : For example, would you like to listen your teacher teaching science by using English language meanwhile you don’t understand what he said?” (ii) T : Many parents do not guide their children,because they busy work. (data 8) St : Many parents do not guide their children because they are busy at work 148 (iii) T : The fact proved that many Indonesian films do not educate the Teenagers (data 8) St : The fact proved that many Indonesian films do not educate the teenagers Penggunaan kata kerja bantu do dengan perubahan bentuknya (does, did, dan done) agar bisa bersesuaian dengan kata kerja utama sehingga secara berturutturut menjadi you do not (1), many parents do not (2) dan indonesian films do not (3). 3) Penggunaan to be sebelum kata-kata nonverbal Data menunjukkan adanya peningkatan dalam penggunaan to be sebelum kata-kata nonverbal. Beberapa data berikut digunakan sebagai contoh: (i) T St (ii) T St : There is an agreement and disagree answer (data 7) : There is an agreement and disagreement respon : If they are careless their children can use cigarette (data 7) : If they are careless their children can produce cigarette Data 1-2 ditemukan pemakaian to be pada tempat yang tepat. Seperti telah disebutkan di depan bahwa to be disepadankan dengan adalah. Sehingga pada kalimat di atas diperlukan to be ’is’ (contoh 1) dan to be ’are’ (contoh 2). 149 4.3.2.4 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa Data hasil tes akhir II menunjukkan peningkatan yang dialami siswa dalam pemilihan kosa kata yang tepat, seperti: (i) T St : The meaning of study hard is to study regularly. (data 1) : The meaning of study hard is to study regularly. Pada contoh 1, kata ‘mean’ merupakan kata kerja (verb), sedangkan kata yang diperlukan dalam kalimat pada contoh 1 adalah kata benda (noun), sehingga posisi kata ‘mean’ (verb) digantikan dengan kata ‘meaning’ (noun). Dalam kalimat tersebut, siswa sudah mampu memilih dengan tepat kata benda (meaning) yang dimaksudkan dalam kalimat. (ii) T : Children just study to satisfy their parents to keep the family harmonious (data 8) St : Children just study to satisfy their parents to keep the family harmonious Penggunaan kata ‘harmonious’ dinyatakan sudah tepat karena kata yang seharusnya digunakan setelah kata ‘family’ adalah kata sifat (adjective), sehingga kata yang digunakan adalah kata ‘harmonious’. 150 (iii). T : The member of the party discuss the new regulation with seriously(data 9) St : The member of the party discuss the new regulation Seriously Kata ‘seriously’ pada contoh nomor 4 merupakan kata keterangan (adverb). Kalimat pada contoh 4 dinyatakan sudah tepat karena diperlukan sebuah kata keterangan untuk menerangkan kata kerja (discuss). (iv). T : If there many parties it will spend much money for celebrating the feast day (data 9) St : If there are many parties it will spend much money for celebrating the feast day Kata celebrating dalam contoh diatas sudah dinyatakan tepat, karena setelah menggunakan kata for harus diikuti dengan bentuk –ing, sehingga kata yang tepat menjadi kata celebrating. (v) T : Because of that we are in Bali have to tolerate in others (data 4) St : Because of that we are in Bali have to tolerate in others ... 151 Demikian halnya pada contoh 5, kata tolerate yang merupakan kelas kata kerja(verb) yang telah digunakan dengan tepat menjadi ‘to tolerate’ (verb) . Data hasil tes akhir II masih menunjukkan beberapa kesalahan kecil yang terjadi pada pemilihan kosa kata siswa secara semantik. Hal seperti ini muncul dikarenakan antara lain oleh kurangnya pemahaman yang benar terhadap makna suatu kata. Kesalahan yang dimaksud bisa dilihat pada data yang ditampilkan sebagai contoh berikut ini. Contoh: (i) T : Students can practice Englsh to repair their language skill (data 1) St : Students can practice Englsh to improve their language skill Pada contoh di atas, pemilihan kata repair kurang tepat, karena yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut adalah ‘mampu meningkatkan menjadi lebih baik’. Kata repair akan tepat jika dimaksudkna untuk menyatakan ‘memperbaiki sesuatu benda’. Maka, kata yang tepat untuk menggantikan kata repair adalah kata improve karena memiliki arti yang lebih idiomatik, yaitu ‘meningkatkan sesuatu menjadi lebih baik’. Sehingga makna dan pesan dari kalimat di atas dapat dipahami. (ii)T : So the distance my age with my brother is about three years (data10) St : So the difference my age with my brother is about three years. 152 Demikian pula pada contoh di atas, kata distance dirasakan tidak tepat untuk memberikan makna ‘jarak’, karena pesan yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut adalah, ‘perbedaan umur’, sehingga pemilihan kata difference lebih tepat untuk menggantikan kata distance. Tindakan dihentikan pada siklus II karena hasil perolehan rata-rata siswa telah sesuai dengan standar yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu 65. hal ini juga berarti bahwa penelitian ini telah mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus pra-tindakan, siklus I dan II, diperolehlah perbandingan ketiga rata-rata siswa pada tiap tingkatannya. Hal ini dapat disimak pada data kuantitatif hasil perolehan nilai siswa disetiap siklus yang mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya, dapat disimak tabel nilai rata-rata yang diperoleh siswa ditiap-tiap siklus di bawah ini. Tabel 4.6 Nilai rata-rata tiap Siklus Tes Tingkat X penguasaan Tes Awal 43 Sangat rendah Tes Akhir I 64 Cukup Tes Akhir II 78 Baik Berdasarkan keseluruhan hasil belajar siswa pada siklus pra tindakan, siklus I dan siklus II, diperolehlah perbandingan ketiga nilai rata-rata siswa pada tiap tingkatannya ditampilkan dalam tabel diagram di bawah ini. 153 Tabel 4.7 Peningkatan siswa di tiap Siklus 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tes Akhir II Tes Akhir I Tes Awal Tes Awal Tes Tes Akhir I Akhir II Data kuantitatif juga didukung oleh data kualitatif dalam penelitian ini yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan ditiap siklus. Kuesioner yang mencakup respon siswa terkait dengan pemberian tindakan dengan metode debat plus mendukung peningkatan penguasaan keterampilan berbicara siswa. 154 BAB V KURIKULUM, SILABUS, RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN, MATERI, DAN EVALUASI Bab ini membahas tentang sumbangan linguistik di dalam proses pembelajaran dan hubungan antara linguistik dan pengajaran bahasa dalam menyukseskan proses belajar mengajar. Dalam bab ini dibahas pula kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan evaluasi yang digunakan selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas yang disimpulkan sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan membandingkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan evaluasi yang dipakai disekolah tempat berlangsungnya penelitian ini (SMA Pariwisata Kertha Wisata). 5.1 Linguistik Terapan Pengajaran bahasa merupakan salah satu cabang dari linguistik terapan (applied linguistics), karena pengajaran bahasa merupakan aktivitas yang berfokus pada aplikasi dari ilmu bahasa. Linguistik terapan berusaha untuk menerapkan hasil penelitian linguistik untuk keperluan praktis, atau memecahkan persoalan praktis yang berhubungan dengan bahasa, bahasa dijadikan alat. Contoh: dalam pengajaran bahasa dan penerjemahan mengutamakan penelitian bahasa dari segi internal. Dalam pengajaran linguistik termasuk juga psikolinguistik dan sosiolinguistik membekali guru tentang teori-teori seputar hakikat bahasa, proses 155 berbahasa, pemerolehan bahasa, penggunaan bahasa secara aktual dalam komunikasi sehari-hari dan lain-lain yang bisa dijadikan asumsi dasar atau panduan dalam menentukan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa termasuk didalamnya adalah pengorganisasian materi. Linguistik membekali guru dengan kemampuan untuk menganalisis aspekaspek bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, semantik) yang berguna dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Pada dasarnya metodologi pengajaran bahasa adalah cabang linguistik terapan yang menitikberatkan perhatiannya pada kemungkinan teoriteori linguistik dipakai, dimanfaatkan atau dipraktekkan dalam proses pembelajaran bahasa. 5.2 Desain Kurikulum Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar Richards (1985:145). Kurikulum dikatakan sebagai bahan acuan dalam pengajaran. Kurikulum yang berlaku saat ini dan digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata adalah kurikulum KTSP 2006. KTSP 2006 lebih sederhana dibandingkan KBK 2004. Kurikulum 2006 ini didisain sedemikian rupa sehingga pembelajaran grammar 156 yang monoton dieliminisasi karena pembelajaran yang fokus ke grammar bisa membuat siswa terpaku dengan pola tata bahasa. Kini siswa bisa lebih luwes menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan, dalam kurikulum 2006 ini siswa menjadi lebih komunikatif yaitu dengan belajar language focus atau ungkapan kebahasaan atau expressing something, seperti mengungkapkan pendapat, mengucapkan terima kasih, dan juga belajar memberikan respon. Selain itu juga ada teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti teks dalam bentuk procedure yang biasanya sering digunakan dalam teks berupa cooking instruction, ataupun petunjuk pemakaian suatu alat. Ada lagi teks bergenre Analytical Exposition, Hortatory Exposition, dan Discussion yang sangat berguna bagi siswa untuk berlatih cara mengemukakan pendapat dan berdebat dalam tata cara yang benar. 5.3 Silabus Silabus adalah suatu rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar dari suatu mata pelajaran. Silabus ini merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Dengan demikian pengembangan silabus ini minimal harus mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut: kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik, bagaimana cara membentuk kompetensi tersebut, dan bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi itu. 157 Harmer (1983:19) menyatakan bahwa silabus ini akan sangat bermanfaat sebagai pedoman bagi pengajar karena berisi petunjuk secara keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi yang harus dipelajari oleh peserta didik. Selain itu, juga menerangkan tentang kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Dengan berpedoman pada silabus diharapkan pengajar akan dapat mengajar lebih baik, tanpa khawatir akan keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya. (Harmer 1983:19). 5.3.1 Profil Pembelajar Profil pembelajar mencakup tiga komponen utama yaitu, gambaran tentang pembelajar, gambaran tentang kebutuhan belajar siswa (pembelajar) dan gambaran tentang materi pembelajaran yang akan diajarkan (Harmer, 1983:22). Objek pembelajar dari penelitian ini adalah siswa kelas sebelas (XI) IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Berikut informasi tentang profil pembelajar pada penelitian ini. 1. Jenis Kelamin : Siswa Laki-laki dan Perempuan 2. Jumlah Siswa : 19 siswa 3. Umur : 16-17 tahun 158 4. Latar Belakang Keluarga : Ekonomi menengah ke bawah 5. Tingkat kepandaian (profiency) : Rendah 6. Motivasi : Lancar berbahasa Inggris agar mampu lulus Ujian Akhir 7. IQ rata-rata 8. Sikap : Sedang : Siswa cukup serius dalam proses belajar mengajar dan memiliki motivasi belajar yang cukup baik dalam mengikuti pembelajaran dikelas. Namun disaat tertentu pada pertengahan pembelajaran, proses ketika berbicara, siswa tampak kurang konsentrasi karena takut salah ucap, terdiam setelah mengucapkan satu sampai dua kalimat, tampak lelah dan terlihat malas. 9. Minat : Meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa, termasuk pelafalan, kosa kata dan tata bahasa siswa. 159 10. Bahasa yang dikuasai siswa : Bahasa Indonesia dan Bahasa Ibu (bahasa Bali) 11. Latar Belakang Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta 12. Tujuan Belajar : secara umum, tujuan belajar siswa adalah mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris sehingga siswa dapat lulus Ujian Nasional SMA. 5.3.2 Analisis Kebutuhan Belajar Siswa (Needs Analysis) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan belajar siswa adalah mengetahui materi ajar apa yang sudah mampu dikuasai siswa, apa yang harus mereka kuasai di akhir pembelajaran dan apa materi yang ingin mereka ketahui. Bahan ajar disusun secara terstruktur berdasarkan kebutuhan pembelajar dan berdasarkan rencana kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan dan harus mendukung kegiatan belajar tersebut dalam rangka mencapai tujuan kompetensi yang diinginkan. Sebelum bahan ajar tersebut disusun, perlulah dilakukan suatu analisis yang merupakan prosedur untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pembelajar yang disebut dengan needs analysis (Richard, 1986: 51). Richard menyatakan bahwa needs analysis adalah suatu aktivitas yang mendeskripsikan perbedaan antara aktivitas bahasa apa yang sudah 160 dikuasai dan dilakukan pembelajar saat ini dan aktivitas bahasa apa yang diharapkan mampu dikuasai siswa nantinya. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, analisis kebutuhan dari penelitian ini dapat disusun sebagai berikut: 1. Kebutuhan berkomunikasi (Communication needs) : kebutuhan berkomunikasi yang tinggi, mengingat sekolah tempat siswa ini belajar adalah sekolah plus pariwisata yang mengharapkan siswanya siap kerja sehingga diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar. 2. Prinsip Target Kebutuhan (Principal Target Needs) : mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar, memahami pembicaraan, mampu menyampaikan pendapat dan mampu merespon pertanyaan dengan lafal yang benar, tata bahasa yang tepat dan kosa-kata yang yang luas serta mampu dipahami. 3. Kebutuhan Belajar (Learning Needs) : a. Menyampaikan pendapat; meminta dan memberi pendapat (expressing opinion; asking and giving opinion) b. Menyampaikan setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal (agree and disagree) c. Menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan (likes and dislike) 161 d. Menyampaikan ekspresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) 5.3.3 Analisis Frame Faktor (Frame Factors Analysis) Dalam mengembangkan silabus, sangat perlu diperhatikan situasi dan kondisi dimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan karena hal tersebut mendukung berhasilnya proses belajar mengajar di kelas. Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi, jumlah siswa di dalam kelas, tipe kelas, dan sarana parasarana pendukung yang tersedia di kelas. Berikut dijabarkan analisis frame faktor: 1. Deskripsi kelas : Pembelajaran ini dimulai pukul 11.45-13.10 setiap hari Selasa dan Jumat. Karena pelajaran ini dilaksanakan siang hari, sebagian besar siswa tampak lelah, hilang semangat belajar, kurang konsentrasi, mengantuk dan gerah karena tidak disediakan AC atau kipas angin. Ruangan kelas cukup besar sehingga tampak sangat cukup menampung jumlah siswa yang hanya 19 siswa. 2. Sarana dan Prasarana mengajar : teks, 3. Kendala belajar yang mungkin muncul : kartu, gambar, lembar distribusi yang ditempel. kata-kata asing, salah memahami arti kata, kesulitan mencari kata-kata yang dimaksud karena ketidaktahuan siswa. 5.3.4 Tujuan (Objective) Tujuan dari disusunnya disain pembelajaran pada penelitian ini adalah: 162 1. Memotivasi siswa agar mampu lebih aktiv dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, seperti : a) Siswa dapat merespon dengan benar terhadap tindak tutur: mengungkapkan/meminta pendapat (expressing: opinion ). b) Siswa dapat melakukan presentasi lisan dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari dengan metode debat plus. c) Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya dengan menyertakan alasan. d) Siswa dapat melakukan berbagai tindak tutur dalam wacana lisan interpersonal/ transaksional: memberikan pernyataan setuju dan tidak setuju e) Siswa dapat merespons dengan benar terhadap tindak tutur: menyatakan berbagai sikap (suka dan tidak suka). f) siswa mampu menyampaikan ekspresi untuk menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekspresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan bahasa yang benar. 163 2. Mengembangkan tingkat penguasaan kosa-kata siswa dan struktur tata bahasa Inggris siswa. Keempat elemen tersebut (profil pembelajar, analisis kebutuhan belajar siswa, analisis frame faktor, dan tujuan ) merupakan dasar dari perencanaan awal pembelajaran. Silabus yang digunakan untuk kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata adalah Silabus Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Muatan Lokal Bahasa Inggris yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Badan Standar Nasional Pendidikan untuk kelas XI. Silabus Sekolah ini terdiri atas Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, dan Alokasi Waktu. Berikut ditampilkan silabus bahasa Inggris kelas XI SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. 164 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu (Menit) Mendengarkan 1. Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari 1.1 Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: setuju dan tidak setuju, perasaan senang /tidak senang (pleased, displeased) o Setuju-senang o tidak setujutidak senang Melakukan studi pustaka untuk mengidentifikasi berbagai ungkapan setuju dan tidak setuju, senang, tidak senang beserta responnya secara kelompok. Mengungkap kan makna dalam teks percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari Mengungkapkan makna dalam o setuju-suka percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara o tidak setujuakurat, lancar dan berterima dalam tidak suka konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: Menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap suatu setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal. Mendengarkan percakapan transaksional/interper -sonal melalui tape secara klasikal Mendiskusikan tindak tutur yang digunakan dan responnya dalam percakapan yang didengar secara berkelompok Berbicara 3. Bermain peran secara berkelompok Mengidentifikasi makna tindak tutur mengungkapkan setuju Merespon tindak tutur tidak setuju Mengidentifikasi makna tindak tutur tidak setuju Merespon tindak tutur tidak setuju Mengidentifikasi makna tindak tutur tidak senang Merespon tindak tutur tidak senang Tertulis 2 x 45 menit Quiz Tugas Menggunakan tindak tutur setujusuka Merespon tindak tutur menasehati Menggunakan tindak tutur tidak setuju-tidak suka Tugas Performa ns 2x 45 menit 165 Standar Kompetensi Materi Pembelajaran Kompetensi Dasar Alokasi Waktu Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian (Menit) Berbicara 2 x 45 5. mampu memahami presentasi lisan secara terstruktur dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi seharihar 5.2 Merespon makna dan langkah dalam sebuah presentasi lisan yang menggunakan ragam bahasa secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari Memahami struktur sebuah tes lisan dengan menyimak (introduction, body,conclusi on) Menyimak sebuah naskah presentasi Mendiskusikan berbagai aspek dari teks seperti isi, struktur teks, secara berkelompok. Membaca nyaring bermakna naskah presentasi ragam tulis quiz yang dibahas dengan ucapan dan intonasi yang benar Mengidentifikasi topik dari teks yang dibaca Tes tertulis Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks presentasi tugas berbicara 6. mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) (expressing point of view)) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi seharihari 6.2 Menyampaikan ekspresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) memberikan pandangan (expressing point of view) menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) memberikan pandangan mampu menggunakan kalimat untuk menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) memberikan pandangan (expressing point of view) memberikan pandangannya terhadap sebuah acara televise dan film dengan menggunakan ekpresi menyampaikan pandangan secara tepat. (expressing point of view) 5.6 Silabus SMA Pariwisata Kertha Wisata Tugas 2 x 45 Performa ns 166 SILABUS Mata Pelajaran Kelas Semester Aspek Standar kompetensi Kompetensi dasar Materi pembelajaran : Bahasa Inggris : XI : II : Speaking (berbicara) : Siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur Kegiatan pembelajaran Indikator penilaian Teknik Siswa mampu mengungkapkan / menyampaikan pendapat, ide, opini dan memberi pendapat dengan benar dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari Menyampaikan Pendapat (Expressing opinion) * Asking for opinion 1. what do you think about? *Giving opinion 1. I think that… I believe that… siswa memperhatikan pemaparan tentang cara menyampaikan pendapat (asking for opinion, giving opinion, Menggunakan ekspresi menyampaikan pendapat,membe ri pendapat Memprakktekan penggunaan ekspresi dalam menyampaikan pendapat dengan melakukan debat secara berkelompok membahas kesalahan dalam penggunaan bahasa yang dilakukan slama kegiatan berdebat. mengulas kembali topic yang dibahas sehingga memungkinkan adanya pendapat tambahan dari siswa siswa memperhatikan pemaparan tentang cara menyampaikan pendapat. melakukan presentasi lisan Memprakktekapr esentasi lisan siwa mampu menggunakan kalimat untuk menyampaikan pendapat, menanyakan pendapat, pernyataan setju dan tidak setuju dalam praktik berdebat perkelompok merespon dengan benar terhadap tindak tutur : mengungkapka n pendapat. Observasi Instrument contoh Melakukan role play menanyakan pendapat, menyampaikan pendapat, menyatakan setuju dan ketidaksetujuan A: “what do you think about living in Bali and living in Jakarta?” Melakukan debat dengan Motion/topik debat Alokasi waktu Sumber belajar 2 x 45minutes Buku Look a head II Progress handbook B: “……………!” Kangguru Indonesia Siswa akan lebih memahami cara menyampaikan pendapat dengan berpartisipasi langsung dalam kegiaan debat Guidelines for debating 167 Siswa mampu menampilkan presentasi lisan(debat plus) tentang suatu topic secara terstruktur dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari dengan topic yang diberikan secara berkelompok membahas kesalahan dalam penggunaan bahasa yang dilakukan slama kegiatan presentasi mengulas kembali topic yang dibahas sehingga memungkinkan adanya pendapat tambahan dari siswa siswa mampu melakukan presentasi lisan secara berkelompok dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari siswa mampu menyampaikan pendapat dan alasan dengan menggunakan bahasa yang tepat. Melakukan presentasi lisan memaparkan informasi atau pendapat tentang suatu topik yang diberikan dengan memperhatikan tahapan-tahapan presentasi lisan. *state the topic of presentation (e.g., today I will discuss a primary school classroom) *give the listener a plan of what is to be discussed (e.g., I will first consider two points in favour”) Observasi Melakukan presentasi sesuai dengan aturan melakukan presentasi “well good morning member of this house, in this lovely occasion I would like to discuss about the role of education…” 2 x 45minutes Buku Look a head II Progress handbook Guidelines for debating New interchange book *use connectives that can help your audience have a sense of structure (e.g, firstly, secondly.. * give signal to the listener that the talk is almost finished: “In conclusion …” Kompetensi dasar Materi pembelajaran Kegiatan belajar Indikator penilaian Teknik Siswa mampu mengungkapkan / menyampaikan pernyataan setuju dan tidak setuju dengan benar dengan menggunakan ragam bahasa Menyampaikan setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal. (Expressing agreement dan disagreement) Siswa memperhatika n pemaparan tentang cara menyampaika n pernyataan setuju dan ketidaksetujua n terhadap siwa mampu menggunaka n kalimat untuk menyampai kan pernyataan setuju dan tidak setuju Observation debat Instrumen Contoh Membuat dialog sigkat menyatakan setuju dan tidak setuju berdasarkan model yang A: I don’t think that some parents are wise. they don’t listen to us? B. I agree wakt u Sumber belajar 1x 90 minut es Buku Look a head II Progress handbook Guidelines for debating LKS Kreatif 168 lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari *agreement (I agree, I think so,etc) *disagreement (I don’t think so, I disagree,etc) P O Siswa mampu mengungkapkan ekpresi suka dan tidak suka terhadap sesuatu fenomena,topic,h al yang ada dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari Menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap suatu setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal. (Expressing like and dislike ) Siswa mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan Menyampaikan ekspresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s dalam siswa mampu merespon dengan baik tindak tutur yang tepat S *Likes (I like, I love, I am keen on, I am crazy about, we all enjoy, etc) *dislike (I don’t really like, I dislike, I am not really interested in, can’t enjoy, I can’t stand, I hate,etc) suatu hal Menggunakan ekspresi menyampaika n pernyataan setuju dan tidak setuju Memprakktek an penggunaan penyataan setuju dan tidak setuju dalam menyampaika n pendapat membahas kesalahan dalam penggunaan bahasa yang dilakukan slama kegiatan berdebat. mengulas kembali topic yang dibahas sehingga memungkinka n adanya pendapat tambahan dari siswa Siswa memperhatika n pemaparan tentang cara menyampaika n pernyataan suka dan tidak suka terhadap sesuatu Menggunakan ekspresi menyampaika n suka dan tidak suka dengan bahasa yang benar Memprakktek an penggunaan penyataan suka dan tidak suka dengan memeberikan pendapat terhadap gambar yang diberikan (berkelompok ). membahas hasil dari pemaparan kelompok (ketepatan berbahasa) Siswa memperhatika n pemaparan tentang cara menanyakan diberikan Melakukan debat dengan Motion/topik debat yang diberikan with you. the try to give us a lot of advice Advanced Learning English II T T E S T I siwa mampu menggunaka n kalimat untuk menyampai kan suka dan tidak suka terhadap sesuatu secara tepat. melakukan debat dengan menggunakan ungkapan suka dan tidak suka terhadap topic yang dipilihkan dan menyampaika n pendaoatnya berdasarkan kesukaan atau ketidak sukaan tersebut Observation Siswa memberikan tanggapan suka dan tidak suka terhadap movies/tv programs yang diberikan. A: Do you like the comedian series bajaj bajuri? 1 x 90 minut es Buku Look a head II debat Melakukan debat dengan Motion/topik debat yang diberikan Progress handbook Guidelines for debating B. … Advanced Learning English II “I like watching “Liputan 6”, personally I believe that watching Liputan 6 not only gives me the latest information, but also increasesmy awareness about the environment” .. siswa mampu menggunaka n kalimat untuk Observation Debat Siswa memberikan pandangannya terhadap sebuah acara televise 2 x 45 minut es Buku Look a head II Progress handbook 169 (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) *asking someone point of view (I’d be glad to have your view on ..) *Expressing points of view (personally, I believe.. ) *Expressing pleased (How wonderful..) *Expressing displeased (I am very annoyed.. ) P O S pandangan seseorang terhadap sesuatu, cara menyampaika n pandangan terhadap sesuatu, cara mengungkapk an ekspresi suka dan ketidaksukaan Menggunakan ekspresi menanyakan pandangan seseorang terhadap sesuatu, cara menyampaika n pandangan terhadap sesuatu, cara mengungkapk an ekspresi suka dan ketidaksukaan dengan bahasa yang benar Memprakktek an penggunaan penyataan menanyakan pandangan seseorang terhadap sesuatu, cara menyampaika n pandangan terhadap sesuatu, cara mengungkapk an ekspresi suka dan ketidaksukaan dengan benar melalui latihan menyampaika n pandangan membahas hasil dari pemaparan kelompok (ketepatan berbahasa) menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungka pkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkp akan ekpresi ketidaksuka an (expressing displeased) dengan bahasa yang benar. melakukan debat dengan menggunaka n ekspresi menyampai kan pandangan akan suatu permasalaha n yang muncul. T dan film dengan menggunakan ekpresi menyampaikan pandangan secara tepat. Guidelines for debating Bahan Ajar SMA (Dispora Prov. Bali) LKS Kharisma LkS Kretif T EST II Tabel 5.7 Silabus Penelitian Tindakan Kelas Silabus pada tabel di atas merupakan silabus yang digunakan selama penelitian ini. Silabus ini diadopsi dari silabus mata pelajaran bahasa Inggris yang digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata dari Depdiknas (2008:52) dan dijadikan pedoman selama proses belajar-mengajar setelah sebelumnya dilakukan 170 beberapa pengubahan dan pengembangan kegiatan belajar dan indikator sesuai dengan kebutuhan pada penelitian. Jika dibandingkan dengan silabus milik SMA Pariwisata Kertha Wisata yang selama ini digunakan oleh sekolah ini, diamati sangat sedikit sekali disorot kompetensi dasar berbicara dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa sesuai dengan indikator yang tercantum pada silabus tersebut terlihat masih monoton. Silabus yang digunakan masih kurang mencapai target, khususnya untuk standar kompetensi berbicara. Dirasakan guru cenderung berfokus pada standar kompetensi membaca (reading), menulis (writing) dan mendengarkan (listening). Hal ini dikarenakan guru lebih berfokus pada target Ujian Nasional yang lebih mengutamakan kompetensi membaca (reading), dan kompetensi mendengarkan (listening). Padahal, pada semester genap ini setelah 3 bulan belajar di kelas siswa kelas XI disekolah ini akan melakukan program praktek ke industri (pariwisata,ekonomi bisnis) sehingaa sekiranya diperlukan penguasaan bahasa inggris yang aktif terutama dalam aspek berbicara. Untuk lebih jelasnya, dapat disimak silabus yang digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata dalam semester genap ini. 171 5.4 Materi Materi yang disusun sesuai dengan silabus dan sesuai dengan kebutuhan siswa serta tujuan yang akan dicapai. Materi selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : PERTEMUAN MATERI SIKLUS I Tes Awal dan Kuesioner I 1 Asking for opinion, Delivering opinion 2 How to make a good oral presentation (debat plus) 3 Expressing agreement dan disagreement 4 Tes akhir I Kuesioner II SIKLUS II 1 2 3 Expressing like and dislike Asking someone’s point of view, giving point of view (Expressing pleased) (Expressing displeased) Tes akhir II Kuesioner II Tabel 5.8 Rencana Materi Pelaksanaan Siklus 172 Materi 1)Ways to say it Expressing opinions Asking other people’s opinion : what do you think of … is that right (true) that … do you think it’s going … why do they behave like that? do you have any idea? how do you like…? please give me your frank opinion. what’s your opinion? Expressing opinions: in my opinion, … I personally believe … I personally think … I personally feel … from my point of view … I think … I believe … in my case … what I’m more concerned with is … 2) Learn the structure of oral presentation below oral presentation consist of : introduction, body and conclusion. Introduction capture the attention and interest of your audience, perhaps with quoting a proverb or statement. state the topic or aim of the presentation (e.g, Today I will discuss a primary school classroom”) give any relevant background precisely give the listener a plan of what is to be discussed (e.g, “ I will first consider two points in favour”) Body develop each point according to your plan 173 use connective that can help your audience have a sense of structure (e.g., firstly, secondly). this is needed more frequently and more emphatically than in essay or written presentation because the listener cannot ‘see’ when a new point begins. Conclusion Give signal to the listener that the talk is almost finished : “In conclusion …” Restate the main points evaluate the importance of the information draw a strong conclusion. 3) Expressing agreement and disagreement Saying that you agree : yes, I agree with you I’m sure you’re right that’s right that’s exactly what I think yes, I suppose so I don’t have any objections I think so too Saying that you don’t agree politely : I see your point, but … yes, may be, but … I don’t entirely agree with … you may be right, but … do you think so? I see what you mean, but … to some extent, yes, but … I don’t think so I don’t agree with you. I’m not sure I agree with you I don’t like the idea Saying that you don’t agree we will never agree not at all I disagree I think that’s nonsense 174 making a conclusion 4) in conclusion therefore we state that … to conclude on the whole, on this basis, we agree that… from the statement we can conclude … from the facts above Expressing like and dislikes (ungkapan suka dan tidak suka) 1. Ketika kita akan mengungkapkan kesukaan terhadap sesuatu, kita berkata: a. I like .. d. I am crazy about .. b. I love .. e. We all enjoy.. c. I am keen on .. f. … is my cup of tea 2. Mengungkapkan rasa tidak suka terhadap sesuatu, kita berkata : a. I don’t really like e. … is not my cup of tea b. I dislike biology f. I can’t stand c. I am not really interested in .. g. I hate it d. I can’t enjoy 5) Asking someone’s point of view: What do you think about the comedian series ‘Bajaj Bajuri?’ Excuse me, what do you feel about the Harry Potter and the Sorcerer’s Stone? What are your feelings about the two characters which were terrified by a tyrannosaurus rex in Jurassic park? have you got any comments about the latest album on Padi? what is your reaction to …? I’d be glad to have your view on … Expressing points of view: Fantastic! I always love the ‘Bajaj Bajuri’ serial and all of the silly ideas of these series personally I believe … In my view … it seems to me … From my point of view … well, to my mind this … to be perfectly frank … 175 5.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP ini dapat digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan. Oleh karena itu, dengan berpedoman RPP ini pengajar akan dapat mengajar dengan sistematis, tanpa khawatir keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya. RPP akan membantu si pengajar dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik pengajar maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan demikian pengajar dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa persiapan tertulis maupun tidak tertulis, seorang pengajar akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang pengajar yang belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci dibandingkan seorang pengajar yang sudah berpengalaman. 176 Berikut ini dicantumkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan ke Hari/tanggal Alokasi Waktu : Bahasa Inggris : XI/II :7 : Jumat, 29 April 2011 : 2 x 45 menit Standar Kompetensi Siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur Kompetensi Dasar Siswa mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari Indikator siswa mampu menggunakan kalimat untuk menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan bahasa yang benar. melakukan debat dengan menggunakan ekspresi menyampaikan pandangan akan suatu permasalahan yang muncul. 177 Tujuan Pembelajaran siswa mampu menyampaikan ekspresi untuk menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekspresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan bahasa yang benar. siswa mampu melakukan debat dengan menggunakan ekspresi menyampaikan pandangan diserta alasan yang logis. Materi Pokok Asking someone’s point of view: What do you think about the comedian series ‘Bajaj Bajuri?’ Excuse me, what do you feel about the Harry Potter and the Sorcerer’s Stone? What are your feelings about the two characters which were terrified by a tyrannosaurus rex in Jurassic park? have you got any comments about the latest album on Padi? what is your reaction to …? I’d be glad to have your view on … Expressing points of view: Fantastic! I always love the ‘Bajaj Bajuri’ serial and all of the silly ideas of these series personally I believe … In my view … it seems to me … From my point of view … well, to my mind this … to be perfectly frank … Topik yang dapat didiskusikan, misalnya: - Is TV good or bad for students? - Should mobile phones be banned from school? 178 Kegiatan Belajar Mengajar Guru Siswa Kegiatan Awal Guru mengucapkan salam kepada siswa Guru mengecek kehadiran siswa siswa merespon salam guru siswa memperhatikan mengangkat tangan siswa memperhatikan dan Guru menyampaikan topic bahasan yaitu tentang bagaimana menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) Kegiatan Inti Guru memperkenalkan topik Guru menjelaskan lebih detail tentang cara menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) Guru memberikan contoh cara mengucapkan ekspresi menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) Guru meminta siswa untuk mengungkapkan ekspresi menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka siswa memperhatikan siswa memperhatikan siswa mendengarkan dengan seksama dan mengikuti cara pengucapkan ekspresi yang dicontohkan oleh guru siwa menyampaikan pandangannya (sesuai topic yang diberikan) siswa yang mendapat giliran melakukan debat, bersiap-siap untuk menyampaikan pandangannya. 179 (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) rasa suka atau tidak suka terhadap beberapa topic yang diberikan melalui debat plus. Guru meminta siswa untuk melakukan debat. siswa berdebat menyampaikan pandangan mereka. Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa siswa memperhatikan dan berdebat Guru mengoreksi dan membahas ketepatan berbicara siswa siswa memperhatikan Kegiatan akhir menyimpulkan topic pembelajaran yang dipelajari hari ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan salam penutup Pendekatan/metode pembelajaran: siswa memperhatikan siswa bertanya siswa membalas salam penutup Pendekatan komunikatif Intruksi langsung (Direct instruction) Observasi Sumber belajar Buku Look A head II Progress Grade XI Advanced Learning English II Bahan Ajar SMA (Dispora Prov.Bali) Listen and Learn with kangguru Indonesia II Interchange 1,2,3 by Jack C.Richards LKS Kreatif XI LKS Kharisma XI 180 Penilaian Teknik: Performance Assesment Bentuk: diskusi dan debat Your turn!! Work in pairs. in turns, express an opinion about the following topic. see the model below. A : In my opinion, the local TV programs are not very good B : I don’t think so. they are generally very good OR C : I personally think that the talk shows are very boring and long D : I don’t know about that. but I think the topics discussed are current. The quiz programs Too childish and not Appealing to younger challenging viewers The advertisements uninteresting Very entertaining and creative The sports programs Too short and too People don’t want to see localized foreign sport programs The movies Very old-fashioned and Many people like seeing poor quality older and well-known actors and actres Try this Create a new short dialog based on the items given. see the model below Dialog A Sandra : There are too many silly cartoons on television lately. don’t you agree? Tony : Not at all. actually, I like cartoons because they’re very entertaining. Cartoons Silly programs Entertaining Western films Too much violence You can study English Interviews Gossips Interesting topics Women’s programs Luxurious fashions Up to date fashions Dialog B Tita : I don’t think that young people should be allowed to wear strange hair styles Jono : why? What’s wrong with them? Tita : Well, I personally believe that people who wear strange hair styles will look untidy and badly-behaved. Jono : I see your point, but I think they just want to be stylish. that’s all. 181 Drink alcohol smoke wear strange hair styles Bad-mannered Dirty and smell awful untidy Forget their problems Want to be relaxed Want to appear stylish Kriteria penilaian : Tes lisan: 0-39 (sangat kurang), 40-54 (kurang), 55-69 (cukup), 70-84 (baik), dan 85100 (sangat baik) 2 Kefasihan Berbahasa No (Fluency)Indikator 5 (85% Skor -100%) berbahasa 5 (85% 1 Ketepatan (Accuracy) 3 Pemahaman Topic pembicaraan (Comprehensibility) 1. Dapat berkomunikasi secara efektif dan Penjelasan mudah 2. Dapat berbicara dengan waktu yang lama 1. Penggunaan kosakata yang luas dan tepat , respon yang tepat dan mampu dipahami secara -100%) logis tanpa ada kesulitan pengucapan 4 (70%- Berkomunikasi secara pada efektif pada giliran 2. Tidak terdapat kesalahan gramatika 84%) berbicara, tapi tidak bisa berbicara pada waktu 3. Penggunaan aksen penutur asli yang lama. 4 (70% 1. Penggunaan kosakata yang cukup memadai dan luas,menyampaikan respon yang mampu 3 (55% Dapat ide, dipahami tetapi dengan -84%) 2. Terkadang masih terjadi tergesa-gesa dan pendek. kesalahan gramatika -69%) 3. Menggunakan aksen bahasa Ibu yang tidak 2 (40% 1. Sangat tergesa-gesa dengan penggunaan begitu kental ungkapan yang pendek-pendek -3 54%) (55% 1.Jawaban 2. Terkadang sesuai sulitdengan untuk dimengerti pertanyaan dan dapat dipahami, meskipun terjadi kesalahan pada -69%) pengucapan dan tata bahasa 1 (0% Hampir tidak ada komunikasi 2. Penggunaan kosakata yang memadai tapi tidak bervariasi jelas - 39%) 3. Penggunaan aksen bahasa Ibu yang tidak begitu kental 5 (85% Dapat memahami pembicaraan tanpa kesulitan 2 (40% -100%) 1.Jawaban dapat diterima, sulit untuk dimengerti (tidak jelas didengar) Penggunaan - 54%) yang kurang pembicaraan dengan 4 (70%- kosakata Dapat memahami 2.Kesalahan mendasar pada gramatika 84%) kecepatan yang normal dan secara 3.Penggunaan aksen bahasa Ibubereaksi yang kental 1 (0%- cepat Jawaban tidak dapat diterima karena kesalahan 39%) dalam pengucapan sehingga 3 (55% Dapat memahami sebagian besarmenyebabkan pembicaraan komunikasi terganggu atau mengaburkan tetapi lambat memberikan reaksi makna -69%) 182 2 (40% Sulit mengikuti percakapan orang lain -54%) 1 (0% Tidak dapat memahami maksud pembicaraan -39%) 4. 5 (85% Cara penyampaian argument, ide/pendapat -100%) (method of delivering arguments,ideas/opinions) Mampu membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang mendukung kasus berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So What is the conclusion) urutan penyampaian terstruktur dengan baik. 4 (70%- Mampu menyampaikan pendapatnya tentang 84%) suatu kasus mulai dari apa (what) mengapa (why) disertai dengan pemberian kesimpulan diakhir pmbicaraan. penyampaian kurang terstruktur. setelah pemberian kesimpulan kadang ditambahkan dengan definisi (what) lagi. 3 (55% -69%) 2 (40% -54%) 1 (0% -39%) Mengetahui Kepala Sekolah SMA (P) Kertha Wisata menyampaikan pendapatnya berfokus pada apa (what) dan mengapa (why) kemudian diulangi lagi dengan penekanan akan apa (what) yang sama dan mengapa (why) yang sama. Siswa langsung menyampaikan mengapa (why) tanpa diawali dengan apa (what) dan tanpa diakhiri dengan kesimpulan. Penyampaian ide hanya pada mengapa (why) dan sangat singkat. Denpasar, ………… Guru Mata Pelajaran Bhs. Inggris 183 I Gusti Bagus Swadaya, S.Sos IA Ekayudha Pratiwi, S.S Rencana pelaksanaan pembelajaran diatas diadopsi dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan di SMA Pariwisata Kertha Wisata, dan dilakukan beberapa pengembangan pada indikator dan kegiatan belajar siswa dikelas. Jika dicermati pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipakai di SMA Pariwisata Kertha Wisata, indikator serta kegiatan belajar yang dicantumkan masih sederhana dan terkesan sangat singkat. Sehingga siswa tersebut belum mampu memahami dan menggunakan materi pembelajaran pada setiap kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan di SMA Pariwisata Kertha Wisata sebelum dilakukan penelitian ini, sebagai berikut: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan ke Alokasi Waktu : Sma Kertha Wisata : Bhs Inggris : XI / Genap :: 2 X Pertemuan (2 X 45 menit) Standar Kompetensi : Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari 184 Indikator : Mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) I. Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat memahami ekspresi yang digunakan dalam mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dalam kehidupan seharihari. II. Materi Ajar : Speaking : menyatakan sikap terhadap sesuatu: mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) III. Metode Pengajaran : Ceramah, tanya jawab, diskusi dan Praktek IV. Langkah Pembelajaran : A. Kegiatan Awal : - Doa - Presensi Siswa - Motivasi dengan mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran B. Kegiatan Inti : i. Guru menjelaskan berbagai ungkapan, menyatakan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) ii. Guru menyuruh siswa membuat percakapan dengan ungkapan mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) iii. Guru menyuruh siswa mempraktekannya didepan kelas secara berpasangan. C. Kegiatan Akhir : - Membahas bersama - Salam penutup V. Sumber Belajar : Buku in progress 2, LKS Kharisma dan Kamus VI. Penilaian : Tugas dan unjuk kerja Tes Tulis :40-50 (kurang), 50-56 (cukup), 65-80 (baik), 80 (sangat baik). Mengetahui Kepala Sekolah SMA (P) Kertha Wisata Denpasar, 11 Juli 2011 Guru Mata Pelajaran Bhs. Inggris 185 I Gusti Bagus Swadaya, S.Sos Rebecca K.Putri , S.S Rencana pelaksanaan pembelajaran milik SMA Pariwisata di atas dirasakan masih jauh dari efektif. Metode pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP yang diterbitkan oleh Sekolah lebih banyak pada metode ceramah meskipun metode tanya jawab, diskusi dan praktek tercantum di dalamnya. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dipakai oleh sekolah adalah pendekatan struktural yang lebih memusatkan struktur dibandingkan kepada fungsi bahasa, sedangkan pelaksanaan RPP yang dibuat untuk penelitian ini lebih menekankan kepada pendekatan komunikatif yang melibatkan siswa untuk banyak berpartisipasi dalam kegiatan berbicara dan menggunakan bahasa yang dipelajari di kelas dengan praktik berbicara dalam setiap materi ajar. Aktivitas belajar-mengajar yang dilakukan siswa dan guru tidak dijelaskan secara terperinci, sehingga tidak bisa digambarkan situasi belajar-mengajar di kelas. Sedangkan RPP yang digunakan dalam penelitian ini berisikan gambaran aktivitas belajar-mengajar dikelas, sehingga dapat dilihat distribusi keaktifan suasana di kelas dan memudahkan proses belajar mengajar di kelas. Sumber ajar yang dipakai oleh sekolah pada sumber tersebut, sedangkan sumber ajar yang dipakai dalam penelitian ini mengompilasi dari berbagai sumber yang relevan dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP 186 yang digunakan sebagai pedoman dalam kepentingan penelitian ini merupakan RPP yang sangat efektif. 4.6 Evaluasi Evaluasi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari dilakukannya tindakan terhadap kemampuan berbicara siswa kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Tes I : Tes Awal (menilai kemampuan berbicara siswa dengan meminta siswa menyampaikan pendapat/ide terhadap topik yang diberikan secara langsung) Tes II : Tes akhir I (siswa diminta untuk memberikan pendapat/ide/pandangan apakah setuju/tidak setuju dengan topic yang diberikan secara langsung) Tes III : Tes akhir II (siswa diminta untuk memberikan pendapat/ide/pandangan apakah setuju/tidak setuju dengan topic yang diberikan secara langsung) Berikut dicantumkan latihan-latihan keterampilan berbicara siswa yang digunakan selama siklus (siklus I dan II) Activity 1 Work in pairs. choose one of the situations here. Make a dialogue. Then, practice it in front of the class. 187 Maya and Nube are discussing their new English teacher. Maya likes her, Nube doesn’t. Akbar and Rina has just returned from a movie. Risna didn’t like it, but her boyfriend did. Toga bought the new album of Britney Spears. He likes it, but Jacky, his friend, doesn’t. Anggi and puspita are discussing about Bali. both of them like it. Pipit and hanum are talking about the latest fashion. they like it. Activity 2 Show It Off Your mission Share your opinion by making your own oral presentation. you can use your own topic or choose one of these topics. Smoking is dangerous for your health The use of mobile phones is not allowed in school School uniform are necessary for high school students. Activity 3 Express your attitude when you agree and disagree based on the following situations. Do it orally. Number 1 has been done for you as an example. The play ended at ten o’clock Agree : Yeah that’s right Disagree : No, it didn’t. they told me it’s at eleven Did you know that the couple had divorced before they left the country? Agree : Disagree : In my opinion, a man should have one wife only. marrying another woman is a crime. Agree : Disagree : The movie played by Tom Cruise is boring. Agree : Disagree : The rich people must have spent a lot of money for the party. Agree : Disagree : 188 Think about it Look at the following picture. Then answer the questions. Have you seen ‘Superman Returns’ movie? Did you like it? Why/why not? What kind of movies do you like to watch? How do you express your point of view about a movie? Activity 6 Your turn Have you ever watched any of the following movies/Tv programs? give your point of view about them. see the example. I like watching “Liputan 6”, Personally I believe that watching Liputan 6 not only gives me the latest information. but also increases my awareness about the environment. 189 _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ 190 _____________________ _____________________ _____________________ _____________________ BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penguasaan keterampilan berbicara siswa masih dikategorikan rendah. Faktor-faktor itu meliputi: (a) guru tidak pernah mengecek kesalahan siswa ; (b) metode pembelajaran yang digunakan masih 191 sangat sederhana, siswa mencatat dialog kemudian mempraktikkannya dengan membawa buku ke depan kelas, ; (c) motivasi belajar siswa yang masih rendah; (d) anggapan siswa terhadap bahasa Inggris itu sukar; (e) kesulitan memilih katakata yang padanan bahasa Indonesianya sama. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner tes awal bahwa (15) 78,9% siswa mengatakan bahwa guru tidak pernah mengecek kesalahan siswa, (12) 63,2 % siswa menyatakan bahwa motivasi belajar mereka masih rendah, selama ini proses pembelajaran keterampilan berbicara (speaking) juga sangat jarang menggunakan media atau fasilitas yang dapat mencerahkan atmosfer pembelajaran sehingga proses pembelajaran terasa sangat monoton., siswa merasa kurang suka dan tidak satu pun yang antusias dalam berbicara, (14) 73,7 % siswa beranggapan bahwa bahasa Inggris itu sukar, dan dalam berbicara (16) 84,2 % siswa menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya sama. Sebelum metode debat plus ini diterapkan, siswa merasa kesulitan dalam berbicara dengan bahasa Inggris. Dari hasil pengamatan awal ditemukan bahwa motivasi siswa selama proses belajar dan mengajar juga kurang baik. Kalau sedang tidak diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah topik-topik diluar mata pelajaran. Terkait dengan teknik dan metode pengajaran yang konvensional, diciptakanlah sebuah inovasi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan permainan debat sehingga memberikan nuansa yang menyenangkan dan menantang. Metode debat plus diperkenalkan pada pertemuan pertama dan diaplikasikan pada tiap-tiap pertemuan di masing-masing siklus. 192 Hasil tes awal menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Inggris masih sangat rendah. Data kuantitatif menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 43% pada tes awal yang dikategorikan ke dalam level kurang. Data kualitatif menunjukkan banyak kesalahan dalam pelafalan siswa, tata bahasa, dan pemilihan kosakata. Dari aspek ketepatan berbahasa ditemukan kesalahan dalam pelafalan, seperti (a) pelafalan bunyi [t] yang beraspirasi [th] menjadi [t] yang tidak beraspirasi; (b) perubahan bunyi dental frikatif tak bersuara [] menjadi bunyi [t]; (c) perubahan bunyi [f], [v] menjadi [p]. Dari segi penguasaan tata bahasa bahasa Inggris siswa, ditemukan; (a) ketidaksesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda; (b) tdak adanya penanda jamak (suffix ’s’/’es’) pada kata benda jamak; (c) Terjadinya bentuk pengulangan; (d) penggunaan much, more untuk menyatakan lebih; (e) penggunaan to be untuk kata kerja bantu do atau did; (f) pelepasan to be pada kalimat nonverbal; dan (g) pelesapan kata sandang (the >). Dari segi penguasaan kosa kata ditemukan adanya pemilihan kosakata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat, seperti : kata demanded yang seharusnya digantikan oleh kata requested, kata has yang seharusnya digantikan oleh kata plays, kata realize yang seharusnya digantikan dengan kata apply, kata repair yang seharusnya digantikan dengan kata improve dan kata vice yang seharusnya digantikan dengan kata representative. Selama proses pembelajaran di kelas pada siklus I sesi pertama siswa sering mengalami kesulitan dalam berbicara menyampaikan ide/pendapatnya. Mereka terdiam lama setelah menyampaikan dua sampai tiga kata dan sering menggunakan bahasa Inggris yang tidak tepat baik, dari segi pelafalan, tata bahasa 193 maupun pemilihan kosa katanya, siswa mulai berani berbicara pada sesi terakhir siklus I setelah diterapkannya metode debat plus. Keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan metode debat plus. Peningkatan ini dapat dilihat dengan membandingkan hasil tes keterampilan berbicara siklus I yang mengalami peningkatan. Hasil siklus I sebesar 64% berada pada kategori cukup. Peningkatan yang terjadi juga dapat dilihat dari data kualitatif yang berupa (1) peningkatan dalam pelafalan, seperti (a) bunyi [t] yang sudah beraspirasi [th], (b) pelafalan bunyi [f], [v] secara tepat. (2) peningkatan dalam penggunaan tata bahasa, seperti (a) kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda, (b) adanya penanda jamak (suffix s/es) (c) pemakaian kata kerja bantu, (d) penggunaan to be pada kata nonverbal. (3) peningkatan dalam pemilihan kosakata, seperti pemilihan kata fulfil dan improve. Peningkatan yang dialami siswa juga semakin terlihat pada penerapan siklus II. Secara kuantitatif pemerolehan nilai sebesar 74% berada dalam kategori baik. Peningkatan nilai tes keterampilan berbicara ini meliputi seluruh aspek keterampilan berbicara yang dijadikan kriteria penilaian. Ketepatan berbahasa siswa yang mengalami peningkatan mencakup peningkatan pelafalan kata-kata bahasa Inggris, tata bahasa dan kosa-kata bahasa Inggris. Dari segi pelafalan ditemukan: (a) adanya ketepatan pelafalan bunyi [f], [v], (b) ketepatan pengucapan bunyi [3]. Dari aspek penguasaan tata bahasa ditemukan: (a) Adanya kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda, [b] adanya penanda jamak (suffiks ’s’/-es), (c) pemakaian kata kerja bantu, (d) penggunaan to be pada kata nonverbal pada kata benda jamak. Dari aspek pemilihan kosa-kata ditemukan 194 adanya ketepatan dalam pemilihan kosa kata seperti kata-kata: meaning, harmonious, dan seriously. Metode debat plus efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan dilaksanakannya metode debat plus, suasana belajar di kelas menjadi lebih menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, komunikasi siswa dengan guru dalam berbicara bahasa Inggris juga mengalami peningkatan karena siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam berargumentasi. Peningkatan ini juga dapat dilihat dari hasil kuesioner bahwa 89,5% siswa menyatakan keterampilan berbicara bahasa Inggris mereka meningkat dan mereka semakin percaya diri dalam berkomunikasi lisan dengan bahasa Inggris. 6.2 Saran Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini yaitu pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus secara teoretis dapat bermanfaat untuk pengembangan teori bahasa, khususnya yang berkenaan dengan pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas XI. Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada teori yang perlu dikaji ulang. Terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas, guru diharapkan merubah kurikulum pembelajaran terutama pada kegiatan pembelajarannya sehingga proses pembelajaran akan menjadi semakin efektif, oleh karena itu melalui penelitian tindakan kelas ini telah dirancang kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris. Pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus 195 dapat dimanfaatkan sebagai alternatif oleh guru bahasa Inggris khususnya pada pembelajaran menyampaikan ide, pendapat, bertanya, dan merespon pertanyaan. Metode pembelajaran ini juga dapat diterapkan pada pembelajaran lain sehingga kreativitas guru sangat diperlukan. Selain itu, perlu disampaikan metode debat plus bukan satu-satunya metode yang dapat meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran keterampilan berbicara sehingga diharapkan guru dapat mencari metode-metode lain yang lebih menarik, kreatif, dan variatif. Pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus merupakan pembelajaran yang melatih siswa berbicara menyampaikan pendapat, ide, bertanya dan merespon pertanyaan secara langsung dan dengan cara praktik sehingga siswa dapat menerapkan keterampilannya didalam pelajaran bahasa lainnya. 196 LAMPIRAN-LAMPIRAN 197