KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2017 Disampaikan Oleh Wakil Menteri Keuangan Pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional Dalam Rangka Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 Jakarta, 20 April 2016 POKOK BAHASAN 1. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TERKINI 2. TANTANGAN APBN DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL KE DEPAN 3. KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU INDIKATIF 2017 4. LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT 2 1 1 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TERKINI 3 Perkembangan Perekonomian Global • Perekonomian AS menunjukkan perbaikan. • Pertumbuhan PDB AS pada Q4 2015 direvisi menjadi 1% qoq dari rilis sebelumnya 0.7 % qoq. • Data perekonomian Eropa menunjukkan perkembangan aktivitas ekonomi yang lebih baik, tercermin dari berlanjutnya peningkatan hasil survei terhadap aktivitas manufaktur dan jasa • Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh utang (debt financed growth) meningkatkan kekhawatiran terjadinya Bubble perekonomian. • Meskipun ada sinyal perbaikan, perekonomian Jepang masih tertahan. • Bank of Japan (BoJ) menerapkan kebijakan suku bunga negatif untuk mengatasi deflasi. • Tiga Faktor Risiko yang perlu diwaspadai: • Perlambatan Perekonomian TiongkokTiongkok menurunkan target pertumbuhannya menjadi 6.5%-7% untuk 2016. • Kecenderungan harga komoditas yang masih melemah. • Kenaikan suku bunga The FedMenurut rapat FOMC, kemungkinan kenaikan suku bunga baru akan dinaikkan pada bulan Juni 2016, dilakukan dengan memperhatikan outlook dan risiko ekonomi global. 4 Pertumbuhan PDB Indonesia 2015 mencapai 4,8% 6,0 5,5 Kontribusi Terhadap PDB Tahun 2015 5,6 5,6 5,6 YoY (%) 5,5 Tahunan (%) 5,6 Government 8.5% 5,0 5,0 5,1 5,0 4,9 4,7 4,5 5,0 4,8 5,0 Investment 34.6% 4,7 4,7 Non Profit 1.1% 4,0 Household 55.2% 3,5 3,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2013 Komponen Pengeluaran (YoY) Q2 Q3 Q4 Q2 Titik Balik Pertumbuhan Q1 Q2 Q3 2014 2013 Source: BPS Note: Investment includes statistical discrepancy 2015 2014 Yearly Yearly Q4 2015 2015 Q1 Q2 Q3 Q4 Yearly Kont. (%) Kons. RT 5.4 5.1 5.0 5.0 5.0 4.9 5.0 56 Kons. LNPRT 8.2 12.4 (8.3) (7.9) 6.4 8.3 (0.6) 1 Kons. Pemerintah 6.9 1.9 2.2 2.3 6.6 7.3 5.4 10 PMTB 5.3 4.1 4.4 3.6 4.6 6.9 5.1 13 Ekspor 4.2 1.0 (0.9) (0.1) (0.7) (6.4) (2.0) 21 Impor 1.9 2.2 (2.3) (6.8) (6.1) (8.1) (5.8) (21) PDB 5.6 5.0 4.7 4.7 4.7 5.0 4.8 • • • • Konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan signifikan seiring dengan penyerapan belanja yang meningkat PMTB tumbuh cukup tinggi didukung oleh telah berjalannya program pembangunan infrastruktur Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2014 karena aktivitas ekonomi yang relatif menurun Sektor eksternal masih menunjukkan pelemahan • Harga komoditas mengalami penurunan sehingga mempengaruhi ekspor • Rendahnya pertumbuhan impor didorong oleh penurunan impor non-migas 5 Kondisi Fundamental Ekonomi Makro Nasional Cukup Kuat Tingkat Inflasi yang Terkendali Tren Pertumbuhan Positif Investasi Langsung Maret 2016 : CPI 4.45%, Core 3.50%, Adm Price 2.76%; Vol. Food 9.59% yoy (%) 21,0 18,0 15,0 12,0 9,0 6,0 3,0 0,0 (IDR tn) 200 PMA PMDN 150 100 9,59 50 4,45 3,5 0 2,76 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Jan-14Apr-14Jul-14Oct-14Jan-15Apr-15Jul-15Oct-15Jan-16 2011 Source: BPS Defisit APBN yang Sehat dan Terjaga 6 2012 2013 2014 2015 Neraca Transaksi berjalan membaik 20 28% 3% 2,53 27% 2,2 26% 1,8 2% 25% 24% 23% 1,1 27,3 0,7 24,9 22% 21% 24,5 23,1 23,0 2010 2011 2012 10 2,2 2,3 26,7 1% 24,7 (10) (20) 20% 0% Government Debt to GDP 0 2013 2014 2015 Preliminary 2016 Budget Overall Balance (LHS) Current Account (LHS) Capital & Financial Account (LHS) Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Fiscal surplus / (Deficit) (% of GDP) 6 Nilai tukar Rupiah dan Pasar Saham bergerak positif Sebagian besar Nilai Tukar terapresiasi kepada USD pada awal 2016 Per 7 April 2016, Sumber: Bloomberg 10,0% Japan 8,8% 6,9% 6,0% Malaysia Brazil Russia 4,8% EU 4,6% Singapore 4,3% 2,3% Indonesia Thailand 2,0% South Korea 1,9% Turkey 1,3% 0,8% 0,5% -0,5% -3,9% -06% -04% -02% 00% 02% 04% 06% 08% 10% 12% South Africa Vietnam China Pada tahun 2016, Pasar Saham Indonesia mengalami pemulihan karena sentimen positif terhadap ekonomi Indonesia YTD 7 April 2016, Sumber: Bloomberg Indonesia Thailand Philippines 6,0% IHSG per 7 April 2016 4.867 5,3% 4,0% Malaysia 1,9% U.S 0,7% South Korea 0,6% U.K -1,7% Singapore -2,4% India -5,5% Australia -6,3% Hongkong -7,5% India China -15,0% Mexico Japan -17,3% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 7 Kondisi kesehatan Pasar Obligasi terus terjaga Yield Curve SUN Denominasi Rupiah Posisi Kepemilikan Asing SUN Denominasi Rupiah Sumber: Bloomberg *Posisi 6 April 2016; Sumber: DJPPR, Bloomberg 10 9,5 9 8,5 8 7,5 31-Dec-15 1-Sep-15 7-Mar-16 7 6,5 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Rp. Tn 82% 77% 700,00 600,00 500,00 43% 38% 39% 31% 13% 12% 19% 400,00 300,00 21% 14% 10% 200,00 100,00 - 6 1Y2Y3Y4Y5Y6Y7Y8Y9Y10Y 15Y 20Y 30Y Ost. Kepem. Asing Aliran modal masuk 137,70 180,30 97,17 74,58 42,60 53,43 58,87 5,44 -22,59 30/12/2014 30/12/2015 Bond Stock 06/04/2016 Total % Kepem. Asing • Masih tingginya minat pasar kepada SBN Indonesia. (Bid to Cover Ratio hasil lelang SUN 29 Maret 2016: 1,6) • Yield pada SBN Denominasi Rupiah pun lebih rendah dibandingkan dengan posisi tutup tahun 2015. • Hal ini mengindikasikan bahwa adanya sentimen positif dari investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia. 8 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Uraian Pertumbuhan Ekonomi %, yoy Inflasi %, yoy 2014 2015 2016 2017 Realisasi APBN Pagu Indikatif (Maret) Realisasi Realisasi 5,0 4,8 5,3 - 5,5 - 5,9 8,4 3,35 4,7 4,0±1 12.440 13.795 4,45 0,62 13.276 %, ytd Nilai Tukar eop Rupiah per US$, rata rata Ytd Suku Bunga SPN 3 Bulanan (% rata rata) ICP (USD per barel) Lifting Minyak Bumi (ribu barel per hari) Gas (ribu barel setara minyak/hari) 13.900 13.700 – 14.200 11.878 13.392 13.527 5,8 5,97 5,5 5,9 5,5 – 6,5 97 49,2 50 30.2 35 - 45 793,5 777,6 830 785,2* 740 - 750 1.224 1.195 1.155 1234,6* 1.050 – 1.150 * Realisasi Periode Desember 2015 - Februari 2016 9 1 2 TANTANGAN APBN DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL KE DEPAN 10 TANTANGAN FISKAL KE DEPAN Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan semakin berkeadilan TANTANGAN PEREKONOMIAN KE DEPAN : JANGKA PANJANG Reformasi Penganggaran Optimalisasi Penerimaan Kualitas Belanja Kesinambungan Pembiayaan REFORMASI STRUKTURAL JANGKA PENDEK Stimulus Fiskal Menjaga Daya Beli Masyarakat Meningkatkan Iklim Investasi yang Kondusif KETIDAKPASTIAN PEREKONOMIAN GLOBAL 11 ARAH KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH 2017—2020 Jangka Menengah 2018—2020 2017 Defisit Anggaran • Defisit Anggaran dikendalikan pada kisaran 2,3-2,6% PDB. • Defisit Anggaran dikendalikan menuju ke 1,5% PDB. • kebijakan fiskal ekspansi dalam rangka memberikan stimulus bagi perekonomian • Keseimbangan primer menuju positif dalam jangka menengah. • Melanjutkan kebijakan fiskal ekspansi dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal. Mendukung pembangunan infrastruktur PMN dan BLU Lembaga Manajemen Aset Negara • Rasio utang pemerintah dijaga pada batas aman pada kisaran 27—28% PDB; • Pembiayaan Anggaran • Mendukung program sejuta rumah BLU PPDPP • Menyediakan pembiayaan untuk BPJS melalui PMN • Optimalisasi potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri. • Memilih sumber utang yang lebih sesuai dengan kebutuhan, dengan biaya yang minimal dan risiko terkendali. • Melanjutkan dukungan terhadap pembangunan infrastruktur dan program sejuta rumah. 12 ARAH KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH 2017—2020 2017 Pendapatan Negara Belanja Negara Jangka Menengah 2018-2020 • Tax ratio (definisi luas) diarahkan untuk optimal; • Memperluas Tax base; • Meningkatkan kepatuhan WP melalui law enforcement • Optimalisasi sumber PNBP lainnya (SDA Nonmigas dan Laba BUMN). • Tax ratio (definisi luas) diarahkan semakin meningkat; • Kebijakan perpajakan untuk mengendalikan konsumsi dan barang yang bersifat eksternalitas negatif. • menyempurnakan administrasi pengelolaan PNBP agar lebih optimal dan berbasis IT 1. Mendukung pembangunan di bidang infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, terutama di daerah perbatasan. 2. Melanjutkan efisiensi belanja operasional, penajaman belanja non operasional, serta modal non infrastruktur di K/L. 3. Pengalokasian subsidi yang tepat sasaran. 4. Transfer ke Daerah dan Dana Desa kenaikannya lebih besar dari kenaikan Belanja K/L. 5. Pengalokasian DAK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. 6. Meningkatkan alokasi Dana Desa mencapai 10% dari dan di luar Transfer ke Daerah. • Alokasi belanja negara pada kisaran 13,8—15,4% PDB. • Mendukung pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dan program-program prioritas nasional (infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hankam, dll). • Mempertahankan kebijakan subsidi yang tepat sasaran. • Mengarahkan DAK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang sejalan dengan prioritas nasional. 13 1 3 KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU INDIKATIF 2017 14 ARAHAN PRESIDEN Prioritas dalam 5 tahun kedepan : deregulasi, dan percepatan pembangunan infrastruktur Salah satu reform yang ditekankan adalah reformasi anggaran Rancangan anggaran yang dirumuskan tidak selalu bagi rata Anggaran yang disusun harus fokus pada program prioritas yang telah ditentukan dan bermanfaat besar bagi rakyat Prinsip money follow function, money follow organization harus mulai ditinggalkan, menjadi money follow programme Kementerian dalam menyusun rencana anggaran menghilangkan katakata yang tidak jelas, yang absurd Lebih memperbesar belanja modal dan melakukan efisiensi pada belanja barang Seluruh Kementerian/Lembaga memberikan perhatian pada Papua, NTT, kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya 15 Penerimaan Perpajakan dalam Pagu Indikatif 2017 diperkirakan meningkat dari outlook realisasi 2016, dengan tax ratio mencapai 11-12% ... Perkembangan Penerimaan Perpajakan 2010—2016 & Proyeksi 2017 (triliun rupiah) 2.000 Pokok-Pokok Kebijakan Penerimaan Perpajakan 2017 Mengoptimalkan penerapan kebijakan pajak sebelumnya. Meningkatkan kepatuhan WP melalui law enforcement (pemeriksaan dan penyidikan) Ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan. 1.500 1.000 500 0 APBN 2010 2011 2012 2013 Pajak Non Migas 2014 Kepabeanan & Cukai 2015 Proyeksi RAPBNP 2016 Res. Envelope 2017 PPh Migas 16 PNBP Lainnya dalam Pagu Indikatif 2017 akan meningkat, namun penerimaan migas tertekan oleh turunnya harga minyak dunia dan tingkat produksi ... Perkembangan PNBP 2010—2016 & Proyeksi 2017 (triliun rupiah) (USD/barel) 400 112 120 113 106 97 300 100 79 80 200 60 50 50 35 40 40 100 20 0 0 APBN 2010 2011 Pendapatan SDA Pokok-Pokok Kebijakan PNBP 2017 2012 2013 Bag. Pemerintah atas Laba BUMN 2014 PNBP Lainnya 2015 Penerimaan BLU Proyeksi RAPBNP 2016 Mengoptimalkan penerimaan SDA migas menahan turunnya lifting. Mengoptimalkan penerimaan SDA Non Migas pengawasan SDA pertambangan, kehutanan dan perikanan. Meningkatkan PNBP K/L optimalisasi IT, penyempurnaan UU, PP, dan KMK terkait PNBP. Res. Envelope 2017 Harga minyak (US$/barel) 17 Arah Kebijakan Belanja Negara 2017 Melanjutkan Reformasi Subsidi Energi dan realokasi ke anggaran yang lebih produktif ... (Triliun Rupiah) - Pemenuhan 20% anggaran pendidikan dan 5% anggaran kesehatan - Peningkatan anggaran infrastruktur - Subdidi yang lebih tepat sasaran 450,0 400,0 350,0 375,4 345,3 306,5 300,0 255,6 250,0 419,2 408,5 310,9 341,8 311,9 310,0 290,3 266,9 225,2 223,0 208,3 200,0 177,9 100,0 50,0 154,2 142,2 150,0 123,0 104,4 116,9 94,6 78,5 47,2 10,0 155,9 137,8 114,2 94,6 30,8 145,5 140,0 57,6 76,3 67,5 18,7 23,2 26,6 2006 2007 2008 102,1 104,8 86,0 67,5 29,3 33,0 2009 2010 41,0 46,6 74,3 52,7 46,9 20,7 ,0 2005 Subsidi Energi Anggaran Pendidikan 2011 Anggaran Infrastruktur 2012 2013 2014 APBNP APBN 2015 2016 Anggaran Kesehatan Dana Desa 18 Pokok-Pokok Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat 2017 Belanja K/L Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah a.l gaji ke-13. Melanjutkan efisiensi dan penajaman belanja non operasional (a.l. pengendalian belanja perjalanan dinas, moratorium gedung). Melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur dan konektivitas untuk memperbaiki kualitas pembangunan (kereta api, bandara, jalan, jembatan), kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri. Mendukung pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan/energi. Mendukung penegakan hukum (penanganan perkara) serta stabilitas pertahanan dan keamanan (alutsista dan pencegahan terorisme), politik dan demokrasi. Belanja Non K/L Efisiensi pembayaran bunga utang a.l. melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai. Menyediakan cadangan belanja (a.l. risiko fiskal, cadangan ketahanan energi dan cadangan BBM Pemerintah). Belanja hibah kepada pemda terutama untuk pembangunan infrastruktur (dari pinjaman/hibah LN, dan pendapatan negara). Mendukung kerjasama pemerintah swasta dalam pembangunan infrastruktur. 19 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat 2010—2016 & Proyeksi Kapasitas Fiskal 2017 Pagu Indikatif Belanja K/L akan meningkat dari proyeksi RAPBNP 2016 ... 1,8-5,8 Triliun Rupiah % 26,7 1.600,0 14,4 10,9 12,5 1.400,0 5,8 12,9 20,0 (1,6) (2,5) 0,0 1.200,0 -20,0 1.000,0 -40,0 800,0 600,0 -60,0 400,0 -80,0 200,0 -100,0 0,0 -120,0 2010 2011 Belanja K/L 2012 2013 2014 Belanja Non-K/L 2015 2016 APBN 2016 Proyeksi RAPBNP 2017 Proyeksi Pagu Indikatif Pertumbuhan BPP 20 Pokok-Pokok Kebijakan Subsidi Tahun 2017 Kebijakan Subsidi Energi • Melanjutkan pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran untuk BBM dan LPG Tabung 3 kg. • Memperbaiki mekanisme penyaluran dan akurasi data penerima subsidi listrik yang lebih tepat sasaran. • Melanjutkan pemberian subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan dengan daya 900 VA . • Mengembangkan energi baru dan terbarukan Kebijakan Subsidi Non- Energi • Meningkatkan ketepatan penyaluran subsidi pangan (raskin) kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui perbaikan mekanisme penyaluran dan peningkatan akurasi data penerima; • Melaksanakan secara bertahap mekanisme subsidi pupuk melalui subsidi langsung kepada petani; • Melanjutkan dukungan bagi pelaksanaan Program Satu Juta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). 21 Pokok-Pokok Kebijakan Transfer ke Daerah & Dana Desa 2017 Transfer ke Daerah • Meningkatkan alokasi DAK melalui pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di K/L yang telah menjadi kewenangan daerah. • Memperkuat sistem pengalokasian DAK fisik berdasarkan kebutuhan daerah (proposal based). • Meningkatkan kualitas penganggaran dan penyaluran DBH dan penguatan DAU sebagai instrumen equalization grant. Dana Desa • Meningkatkan alokasi Dana Desa 2017 sehingga secara bertahap mencapai 10 persen dari dan di luar transfer ke daerah. • Mendorong peningkatan kualitas fiskal daerah. • Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dana otsus Provinsi Papua, Papua Barat, dan Provinsi Aceh, serta Dana Keistimewaan DIY. • Meningkatkan alokasi DID untuk memberikan penghargaan kepada daerah yang memiliki kinerja baik. 22 Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2017 ... Meningkat lebih tinggi dari Belanja K/L Perkembangan Dana Transfer Ke Daerah 2010-2016 & Proyeksi 2017 900,0 Perbandingan Belanja K/L dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2010 - 2017 (dalam triliun rupiah) 2017 773,5790,2 753,5 - 770,2 750,3780,9 770,3 - 800,9 2016 738,6748,6 - 758,6 748,1 – 768,1 758,1 25,0% 800,0 19,3% 700,0 20,0% 16,9% 23,6% 600,0 15,0% 400,0 10,0% 11,8% 200,0 6,8% 724,7 8,6% 2014 577,2 2013 582,9 1,3% 513,3 480,6 5,0% 417,6 2011 - 573,7 489,4 2012 100,0 623 21,7% 500,0 300,0 2015 411,3 0,0% 2010 LKPP 2011 LKPP 2012 LKPP Transfer ke Daerah 2013 LKPP 2014 2015 2016 LKPP Real 31 Des APBN Dana Desa 2016 2017 Proyeksi Pagu RAPBNP Indikatif Pertumbuhan 332,9 2010 Belanja K/L 344,7 Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2010-2015: Realisasi 2016 : Proyeksi RAPBNP 23 Pokok-Pokok Kebijakan Pembiayaan Anggaran 2017 Mengendalikan rasio utang pemerintah dalam batas yang aman. Mendukung pendanaan dalam rangka penyediaan tanah bagi pembangunan infrastruktur BLU Lembaga Manajemen Aset Negara. Menampung kebutuhan untuk BLU PPDPP (FLPP) dalam rangka program sejuta rumah. Menyediakan pembiayaan untuk cadangan BPJS. Mendukung peningkatan kapasitas Dana Pengembangan Pendidikan Nasional terutama untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan tinggi. Memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Perkembangan Pembiayaan Anggaran 2010-2016 & Proyeksi 2017 Persen Triliun Rp 450,0 3,00 Nonutang Utang % Defisit Anggaran thd PDB (RHS) 400,0 350,0 2,60 2,53 2,30 2,33 300,0 2,60 2,15 2,15 2,00 250,0 1,86 200,0 1,50 150,0 1,14 100,0 50,0 2,50 1,00 0,73 0,0 0,50 (50,0) (100,0) 0,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi Sementara 2016 APBN 2016 2017 Proyeksi Pagu Indikatif RAPBNP 24 1 4 LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT 25 LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT 1. Pagu Indikatif Tahun 2017 akan segera ditetapkan, dan menjadi bahan dalam Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas dan K/L. 2. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM & PPKF) 2017 akan disampaikan kepada DPR RI selambatnya 20 Mei 2016, guna dilakukan pembahasan dalam Pembicaraan Pendahuluan. 3. Dalam Pembicaraan Pendahuluan & Pembahasan KEM & PPKF 2017, K/L diharapkan mempersiapkan dengan baik, khususnya saat melakukan pembahasan rencana kerja K/L bersama Komisi mitra kerjanya. 4. Rencana Kerja K/L harus sejalan dengan arahan Presiden, serta dengan memperhatikan prioritas pembangunan dan tugas masingmasing K/L untuk mencapai sasaran pembangunan Tahun 2017. 5. Dalam hal terdapat usulan tambahan anggaran K/L, seyogyanya dilakukan satu pintu melalui Pemerintah (c.q. Kementerian Keuangan dan Bappenas) 26 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERTEMUAN TIGA PIHAK 1. Melanjutkan kebijakan efisiensi belanja operasional, perjalanan dinas, rapat/konsinyering, dan belanja kurang produktif lainnya (termasuk pengadaan kendaraan dinas dan pembangunan gedung kantor). 2. Melakukan penataan dan penyempurnaan informasi kinerja (output, outcome dan indikator kinerja) dalam Renja K/L dan RKAK/L. 3. Melakukan penataan nomenklatur (mata anggaran) sejalan dengan penyempurnaan informasi kinerja. 27 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TERIMA KASIH