realisasi apbn 2011

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
PERKEMBANGAN EKONOMI DAN ARAH
KEBIJAKAN FISKAL
TAHUN 2017
Disampaikan Oleh Wakil Menteri Keuangan Pada
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
Dalam Rangka Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017
Jakarta, 20 April 2016
POKOK BAHASAN
1. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TERKINI
2. TANTANGAN APBN DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL
KE DEPAN
3. KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU INDIKATIF 2017
4. LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT
2
1
1
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
TERKINI
3
Perkembangan Perekonomian Global
• Perekonomian AS menunjukkan perbaikan.
• Pertumbuhan PDB AS pada Q4 2015 direvisi menjadi 1% qoq dari rilis sebelumnya
0.7 % qoq.
• Data perekonomian Eropa menunjukkan perkembangan aktivitas ekonomi
yang lebih baik, tercermin dari berlanjutnya peningkatan hasil survei terhadap
aktivitas manufaktur dan jasa
• Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh utang (debt financed growth) meningkatkan
kekhawatiran terjadinya Bubble perekonomian.
• Meskipun ada sinyal perbaikan, perekonomian Jepang masih tertahan.
• Bank of Japan (BoJ) menerapkan kebijakan suku bunga negatif untuk mengatasi
deflasi.
• Tiga Faktor Risiko yang perlu diwaspadai:
• Perlambatan Perekonomian TiongkokTiongkok menurunkan target
pertumbuhannya menjadi 6.5%-7% untuk 2016.
• Kecenderungan harga komoditas yang masih melemah.
• Kenaikan suku bunga The FedMenurut rapat FOMC, kemungkinan kenaikan suku
bunga baru akan dinaikkan pada bulan Juni 2016, dilakukan dengan
memperhatikan outlook dan risiko ekonomi global.
4
Pertumbuhan PDB Indonesia 2015 mencapai 4,8%
6,0
5,5
Kontribusi Terhadap PDB Tahun 2015
5,6
5,6
5,6
YoY (%)
5,5
Tahunan (%)
5,6
Government
8.5%
5,0
5,0
5,1
5,0
4,9
4,7
4,5
5,0
4,8
5,0
Investment
34.6%
4,7
4,7
Non Profit
1.1%
4,0
Household
55.2%
3,5
3,0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Komponen
Pengeluaran (YoY)
Q2
Q3
Q4
Q2 Titik Balik
Pertumbuhan
Q1
Q2
Q3
2014
2013
Source: BPS
Note: Investment includes statistical discrepancy
2015
2014
Yearly Yearly
Q4
2015
2015
Q1
Q2
Q3
Q4
Yearly
Kont. (%)
Kons. RT
5.4
5.1
5.0
5.0
5.0
4.9
5.0
56
Kons. LNPRT
8.2
12.4
(8.3)
(7.9)
6.4
8.3
(0.6)
1
Kons. Pemerintah
6.9
1.9
2.2
2.3
6.6
7.3
5.4
10
PMTB
5.3
4.1
4.4
3.6
4.6
6.9
5.1
13
Ekspor
4.2
1.0
(0.9)
(0.1)
(0.7)
(6.4)
(2.0)
21
Impor
1.9
2.2
(2.3)
(6.8)
(6.1)
(8.1)
(5.8)
(21)
PDB
5.6
5.0
4.7
4.7
4.7
5.0
4.8
•
•
•
•
Konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan signifikan
seiring dengan penyerapan belanja yang meningkat
PMTB tumbuh cukup tinggi didukung oleh telah
berjalannya program pembangunan infrastruktur
Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun 2014 karena aktivitas ekonomi yang
relatif menurun
Sektor eksternal masih menunjukkan pelemahan
•
Harga komoditas mengalami penurunan sehingga
mempengaruhi ekspor
•
Rendahnya pertumbuhan impor didorong oleh
penurunan impor non-migas
5
Kondisi Fundamental Ekonomi Makro Nasional Cukup Kuat
Tingkat Inflasi yang Terkendali
Tren Pertumbuhan Positif Investasi Langsung
Maret 2016 :
CPI 4.45%,
Core 3.50%, Adm Price 2.76%; Vol. Food 9.59%
yoy (%)
21,0
18,0
15,0
12,0
9,0
6,0
3,0
0,0
(IDR tn)
200
PMA
PMDN
150
100
9,59
50
4,45
3,5
0
2,76
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Jan-14Apr-14Jul-14Oct-14Jan-15Apr-15Jul-15Oct-15Jan-16
2011
Source: BPS
Defisit APBN yang Sehat dan Terjaga
6
2012
2013
2014
2015
Neraca Transaksi berjalan membaik
20
28%
3%
2,53
27%
2,2
26%
1,8
2%
25%
24%
23%
1,1
27,3
0,7
24,9
22%
21%
24,5
23,1
23,0
2010
2011
2012
10
2,2
2,3
26,7
1%
24,7
(10)
(20)
20%
0%
Government Debt to GDP
0
2013
2014
2015
Preliminary
2016
Budget
Overall Balance (LHS)
Current Account (LHS)
Capital & Financial Account (LHS)
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Fiscal surplus / (Deficit) (% of GDP)
6
Nilai tukar Rupiah dan Pasar Saham bergerak
positif
Sebagian besar Nilai Tukar terapresiasi kepada
USD pada awal 2016
Per 7 April 2016, Sumber: Bloomberg
10,0% Japan
8,8%
6,9%
6,0%
Malaysia
Brazil
Russia
4,8%
EU
4,6%
Singapore
4,3%
2,3%
Indonesia
Thailand
2,0%
South Korea
1,9%
Turkey
1,3%
0,8%
0,5%
-0,5%
-3,9%
-06% -04% -02% 00% 02% 04% 06% 08% 10% 12%
South Africa
Vietnam
China
Pada tahun 2016, Pasar Saham Indonesia
mengalami pemulihan karena sentimen positif
terhadap ekonomi Indonesia
YTD 7 April 2016, Sumber: Bloomberg
Indonesia
Thailand
Philippines
6,0%
IHSG per
7 April 2016
4.867
5,3%
4,0%
Malaysia
1,9%
U.S
0,7%
South Korea
0,6%
U.K
-1,7%
Singapore
-2,4%
India
-5,5%
Australia
-6,3%
Hongkong
-7,5%
India
China -15,0%
Mexico
Japan
-17,3%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
7
Kondisi kesehatan Pasar Obligasi terus terjaga
Yield Curve SUN Denominasi Rupiah
Posisi Kepemilikan Asing SUN Denominasi Rupiah
Sumber: Bloomberg
*Posisi 6 April 2016; Sumber: DJPPR, Bloomberg
10
9,5
9
8,5
8
7,5
31-Dec-15
1-Sep-15
7-Mar-16
7
6,5
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Rp. Tn
82%
77%
700,00
600,00
500,00
43%
38% 39%
31%
13%
12%
19%
400,00
300,00
21%
14%
10%
200,00
100,00
-
6
1Y2Y3Y4Y5Y6Y7Y8Y9Y10Y
15Y
20Y
30Y
Ost. Kepem. Asing
Aliran modal masuk
137,70
180,30
97,17
74,58
42,60
53,43
58,87
5,44
-22,59
30/12/2014
30/12/2015
Bond
Stock
06/04/2016
Total
% Kepem. Asing
• Masih tingginya minat pasar kepada SBN Indonesia.
(Bid to Cover Ratio hasil lelang SUN 29 Maret 2016:
1,6)
• Yield pada SBN Denominasi Rupiah pun lebih rendah
dibandingkan dengan posisi tutup tahun 2015.
• Hal ini mengindikasikan bahwa adanya sentimen
positif dari investor terhadap kondisi perekonomian
Indonesia.
8
Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro
Uraian
Pertumbuhan Ekonomi
%, yoy
Inflasi
%, yoy
2014
2015
2016
2017
Realisasi
APBN
Pagu Indikatif
(Maret)
Realisasi
Realisasi
5,0
4,8
5,3
-
5,5 - 5,9
8,4
3,35
4,7
4,0±1
12.440
13.795
4,45
0,62
13.276
%, ytd
Nilai Tukar
eop
Rupiah per US$, rata rata
Ytd
Suku Bunga SPN 3 Bulanan
(% rata rata)
ICP
(USD per barel)
Lifting
Minyak Bumi
(ribu barel per hari)
Gas
(ribu barel setara minyak/hari)
13.900
13.700 – 14.200
11.878
13.392
13.527
5,8
5,97
5,5
5,9
5,5 – 6,5
97
49,2
50
30.2
35 - 45
793,5
777,6
830
785,2*
740 - 750
1.224
1.195
1.155
1234,6*
1.050 – 1.150
* Realisasi Periode Desember 2015 - Februari 2016
9
1
2
TANTANGAN APBN DAN ARAH
KEBIJAKAN FISKAL KE DEPAN
10
TANTANGAN FISKAL KE DEPAN
Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan semakin berkeadilan
TANTANGAN PEREKONOMIAN
KE DEPAN :
JANGKA PANJANG
Reformasi Penganggaran
Optimalisasi
Penerimaan
Kualitas
Belanja
Kesinambungan
Pembiayaan
REFORMASI
STRUKTURAL
JANGKA PENDEK
Stimulus Fiskal
Menjaga Daya Beli
Masyarakat
Meningkatkan Iklim
Investasi yang Kondusif
KETIDAKPASTIAN
PEREKONOMIAN
GLOBAL
11
ARAH KEBIJAKAN FISKAL
JANGKA MENENGAH 2017—2020
Jangka Menengah
2018—2020
2017
Defisit
Anggaran
•
Defisit Anggaran dikendalikan pada
kisaran 2,3-2,6% PDB.
•
Defisit Anggaran dikendalikan menuju
ke 1,5% PDB.
•
kebijakan fiskal ekspansi dalam
rangka memberikan stimulus bagi
perekonomian
•
Keseimbangan primer menuju positif
dalam jangka menengah.
•
Melanjutkan kebijakan fiskal ekspansi
dengan tetap menjaga keberlanjutan
fiskal.
Mendukung pembangunan
infrastruktur PMN dan BLU
Lembaga Manajemen Aset Negara
• Rasio utang pemerintah dijaga pada batas
aman pada kisaran 27—28% PDB;
•
Pembiayaan
Anggaran
•
Mendukung program sejuta
rumah BLU PPDPP
•
Menyediakan pembiayaan untuk
BPJS melalui PMN
• Optimalisasi potensi pendanaan utang dari
sumber dalam negeri.
• Memilih sumber utang yang lebih sesuai
dengan kebutuhan, dengan biaya yang
minimal dan risiko terkendali.
• Melanjutkan dukungan terhadap
pembangunan infrastruktur dan program
sejuta rumah.
12
ARAH KEBIJAKAN FISKAL
JANGKA MENENGAH 2017—2020
2017
Pendapatan
Negara
Belanja
Negara
Jangka Menengah
2018-2020
• Tax ratio (definisi luas) diarahkan
untuk optimal;
• Memperluas Tax base;
• Meningkatkan kepatuhan WP melalui
law enforcement
• Optimalisasi sumber PNBP lainnya
(SDA Nonmigas dan Laba BUMN).
• Tax ratio (definisi luas) diarahkan
semakin meningkat;
• Kebijakan perpajakan untuk
mengendalikan konsumsi dan barang
yang bersifat eksternalitas negatif.
• menyempurnakan administrasi
pengelolaan PNBP agar lebih optimal dan
berbasis IT
1. Mendukung pembangunan di bidang
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan,
terutama di daerah perbatasan.
2. Melanjutkan efisiensi belanja operasional,
penajaman belanja non operasional, serta
modal non infrastruktur di K/L.
3. Pengalokasian subsidi yang tepat sasaran.
4. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
kenaikannya lebih besar dari kenaikan
Belanja K/L.
5. Pengalokasian DAK untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah.
6. Meningkatkan alokasi Dana Desa mencapai
10% dari dan di luar Transfer ke Daerah.
• Alokasi belanja negara pada kisaran
13,8—15,4% PDB.
• Mendukung pendanaan penyelenggaraan
pemerintahan dan program-program
prioritas nasional (infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, hankam, dll).
• Mempertahankan kebijakan subsidi yang
tepat sasaran.
• Mengarahkan DAK untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
daerah yang sejalan dengan prioritas
nasional.
13
1
3
KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU
INDIKATIF 2017
14
ARAHAN PRESIDEN
 Prioritas dalam 5 tahun kedepan :
 deregulasi, dan
 percepatan pembangunan infrastruktur
 Salah satu reform yang ditekankan adalah reformasi anggaran
 Rancangan anggaran yang dirumuskan tidak selalu bagi rata
 Anggaran yang disusun harus fokus pada program prioritas yang
telah ditentukan dan bermanfaat besar bagi rakyat
 Prinsip money follow function, money follow organization harus mulai
ditinggalkan, menjadi money follow programme
 Kementerian dalam menyusun rencana anggaran menghilangkan katakata yang tidak jelas, yang absurd
 Lebih memperbesar belanja modal dan melakukan efisiensi pada
belanja barang
 Seluruh Kementerian/Lembaga memberikan perhatian pada Papua,
NTT, kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan, terutama dalam
hal pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya
15
Penerimaan Perpajakan dalam Pagu Indikatif 2017
diperkirakan meningkat dari outlook realisasi 2016,
dengan tax ratio mencapai 11-12% ...
Perkembangan Penerimaan Perpajakan 2010—2016
& Proyeksi 2017
(triliun rupiah)
2.000
Pokok-Pokok Kebijakan
Penerimaan Perpajakan 2017
 Mengoptimalkan penerapan
kebijakan pajak sebelumnya.
 Meningkatkan kepatuhan WP
melalui law enforcement
(pemeriksaan dan penyidikan)
 Ekstensifikasi dan intensifikasi
perpajakan.
1.500
1.000
500
0
APBN
2010
2011
2012
2013
Pajak Non Migas
2014
Kepabeanan & Cukai
2015
Proyeksi
RAPBNP
2016
Res. Envelope
2017
PPh Migas
16
PNBP Lainnya dalam Pagu Indikatif 2017 akan meningkat,
namun penerimaan migas tertekan oleh turunnya harga
minyak dunia dan tingkat produksi ...
Perkembangan PNBP 2010—2016
& Proyeksi 2017
(triliun rupiah)
(USD/barel)
400
112
120
113
106
97
300
100
79
80
200
60
50
50
35
40
40
100
20
0
0
APBN
2010
2011
Pendapatan SDA
Pokok-Pokok Kebijakan
PNBP 2017
2012
2013
Bag. Pemerintah atas Laba BUMN
2014
PNBP Lainnya
2015
Penerimaan BLU
Proyeksi
RAPBNP
2016
 Mengoptimalkan penerimaan
SDA migas  menahan
turunnya lifting.
 Mengoptimalkan penerimaan
SDA Non Migas  pengawasan
SDA pertambangan, kehutanan
dan perikanan.
 Meningkatkan PNBP K/L 
optimalisasi IT, penyempurnaan
UU, PP, dan KMK terkait PNBP.
Res. Envelope
2017
Harga minyak (US$/barel)
17
Arah Kebijakan Belanja Negara 2017
Melanjutkan Reformasi Subsidi Energi dan realokasi ke anggaran yang lebih
produktif ...
(Triliun Rupiah)
- Pemenuhan 20% anggaran
pendidikan dan 5% anggaran
kesehatan
- Peningkatan anggaran infrastruktur
- Subdidi yang lebih tepat sasaran
450,0
400,0
350,0
375,4
345,3
306,5
300,0
255,6
250,0
419,2
408,5
310,9
341,8
311,9
310,0
290,3
266,9
225,2
223,0
208,3
200,0
177,9
100,0
50,0
154,2
142,2
150,0
123,0
104,4
116,9
94,6
78,5
47,2
10,0
155,9
137,8
114,2
94,6
30,8
145,5
140,0
57,6
76,3
67,5
18,7
23,2
26,6
2006
2007
2008
102,1 104,8
86,0
67,5
29,3
33,0
2009
2010
41,0
46,6
74,3
52,7
46,9
20,7
,0
2005
Subsidi Energi
Anggaran Pendidikan
2011
Anggaran Infrastruktur
2012
2013
2014 APBNP APBN
2015 2016
Anggaran Kesehatan
Dana Desa
18
Pokok-Pokok Kebijakan
Belanja Pemerintah Pusat 2017
Belanja K/L
 Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah  a.l gaji ke-13.
 Melanjutkan efisiensi dan penajaman belanja non operasional (a.l. pengendalian
belanja perjalanan dinas, moratorium gedung).
 Melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur dan konektivitas untuk
memperbaiki kualitas pembangunan (kereta api, bandara, jalan, jembatan),
kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri.
 Mendukung pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan,
kedaulatan pangan/energi.
 Mendukung penegakan hukum (penanganan perkara) serta stabilitas pertahanan
dan keamanan (alutsista dan pencegahan terorisme), politik dan demokrasi.
Belanja Non K/L
 Efisiensi pembayaran bunga utang  a.l. melalui pemilihan komposisi instrumen
utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai.
 Menyediakan cadangan belanja (a.l. risiko fiskal, cadangan ketahanan energi dan
cadangan BBM Pemerintah).
 Belanja hibah kepada pemda terutama untuk pembangunan infrastruktur (dari
pinjaman/hibah LN, dan pendapatan negara).
 Mendukung kerjasama pemerintah swasta dalam pembangunan infrastruktur.
19
Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat
2010—2016 & Proyeksi Kapasitas Fiskal 2017
Pagu Indikatif Belanja K/L akan meningkat dari proyeksi RAPBNP 2016 ...
1,8-5,8
Triliun Rupiah
%
26,7
1.600,0
14,4
10,9
12,5
1.400,0
5,8
12,9
20,0
(1,6)
(2,5)
0,0
1.200,0
-20,0
1.000,0
-40,0
800,0
600,0
-60,0
400,0
-80,0
200,0
-100,0
0,0
-120,0
2010
2011
Belanja K/L
2012
2013
2014
Belanja Non-K/L
2015
2016
APBN
2016
Proyeksi
RAPBNP
2017
Proyeksi
Pagu
Indikatif
Pertumbuhan BPP
20
Pokok-Pokok Kebijakan
Subsidi Tahun 2017
Kebijakan
Subsidi Energi
• Melanjutkan pemberian subsidi
yang lebih tepat sasaran untuk BBM
dan LPG Tabung 3 kg.
• Memperbaiki mekanisme
penyaluran dan akurasi data
penerima subsidi listrik yang lebih
tepat sasaran.
• Melanjutkan pemberian subsidi
untuk pelanggan rumah tangga
miskin dan rentan dengan daya 900
VA .
• Mengembangkan energi baru dan
terbarukan
Kebijakan Subsidi
Non- Energi
• Meningkatkan ketepatan
penyaluran subsidi pangan
(raskin) kepada Rumah Tangga
Sasaran (RTS) melalui perbaikan
mekanisme penyaluran dan
peningkatan akurasi data
penerima;
• Melaksanakan secara bertahap
mekanisme subsidi pupuk melalui
subsidi langsung kepada petani;
• Melanjutkan dukungan bagi
pelaksanaan Program Satu Juta
Rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
21
Pokok-Pokok Kebijakan
Transfer ke Daerah & Dana Desa 2017
Transfer ke Daerah
• Meningkatkan
alokasi
DAK
melalui
pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan di K/L yang telah menjadi
kewenangan daerah.
• Memperkuat sistem pengalokasian DAK
fisik berdasarkan kebutuhan daerah
(proposal based).
• Meningkatkan kualitas penganggaran dan
penyaluran DBH dan penguatan DAU
sebagai instrumen equalization grant.
Dana Desa
• Meningkatkan alokasi Dana Desa
2017 sehingga secara bertahap
mencapai 10 persen dari dan di
luar transfer ke daerah.
• Mendorong peningkatan kualitas
fiskal daerah.
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dana
otsus Provinsi Papua, Papua Barat, dan
Provinsi Aceh, serta Dana Keistimewaan
DIY.
• Meningkatkan alokasi DID untuk
memberikan penghargaan kepada daerah
yang memiliki kinerja baik.
22
Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2017
... Meningkat lebih tinggi dari Belanja K/L
Perkembangan Dana Transfer Ke Daerah 2010-2016 &
Proyeksi 2017
900,0
Perbandingan
Belanja K/L dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2010 - 2017
(dalam triliun rupiah)
2017
773,5790,2
753,5
- 770,2
750,3780,9
770,3 - 800,9
2016
738,6748,6
- 758,6
748,1
– 768,1
758,1
25,0%
800,0
19,3%
700,0
20,0%
16,9%
23,6%
600,0
15,0%
400,0
10,0%
11,8%
200,0
6,8%
724,7
8,6%
2014
577,2
2013
582,9
1,3%
513,3
480,6
5,0%
417,6
2011
-
573,7
489,4
2012
100,0
623
21,7%
500,0
300,0
2015
411,3
0,0%
2010
LKPP
2011
LKPP
2012
LKPP
Transfer ke Daerah
2013
LKPP
2014
2015
2016
LKPP Real 31 Des APBN
Dana Desa
2016
2017
Proyeksi Pagu
RAPBNP Indikatif
Pertumbuhan
332,9
2010
Belanja K/L
344,7
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
2010-2015: Realisasi
2016 : Proyeksi RAPBNP
23
Pokok-Pokok Kebijakan
Pembiayaan Anggaran 2017
 Mengendalikan rasio utang pemerintah
dalam batas yang aman.
 Mendukung pendanaan dalam rangka
penyediaan tanah bagi pembangunan
infrastruktur  BLU Lembaga Manajemen
Aset Negara.
 Menampung kebutuhan untuk BLU PPDPP
(FLPP)  dalam rangka program sejuta
rumah.
 Menyediakan pembiayaan untuk cadangan
BPJS.
 Mendukung peningkatan kapasitas Dana
Pengembangan
Pendidikan
Nasional
terutama untuk meningkatkan akses
terhadap pendidikan tinggi.
 Memprioritaskan
skema
Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung
pembangunan infrastruktur.
Perkembangan Pembiayaan Anggaran
2010-2016 & Proyeksi 2017
Persen
Triliun Rp
450,0
3,00
Nonutang
Utang
% Defisit Anggaran thd PDB (RHS)
400,0
350,0
2,60
2,53
​2,30
2,33
300,0
2,60
2,15
2,15
2,00
250,0
1,86
200,0
1,50
150,0
1,14
100,0
50,0
2,50
1,00
0,73
0,0
0,50
(50,0)
(100,0)
0,00
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Realisasi
Sementara
2016
APBN
2016 2017
Proyeksi Pagu Indikatif
RAPBNP
24
1
4
LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT
25
LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT
1. Pagu Indikatif Tahun 2017 akan segera ditetapkan, dan menjadi
bahan dalam Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara
Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas dan K/L.
2. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM
& PPKF) 2017 akan disampaikan kepada DPR RI selambatnya 20
Mei 2016, guna dilakukan pembahasan dalam Pembicaraan
Pendahuluan.
3. Dalam Pembicaraan Pendahuluan & Pembahasan KEM & PPKF
2017, K/L diharapkan mempersiapkan dengan baik, khususnya saat
melakukan pembahasan rencana kerja K/L bersama Komisi mitra
kerjanya.
4. Rencana Kerja K/L harus sejalan dengan arahan Presiden, serta
dengan memperhatikan prioritas pembangunan dan tugas masingmasing K/L untuk mencapai sasaran pembangunan Tahun 2017.
5. Dalam hal terdapat usulan tambahan anggaran K/L, seyogyanya
dilakukan satu pintu melalui Pemerintah (c.q. Kementerian
Keuangan dan Bappenas)
26
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PERTEMUAN TIGA PIHAK
1. Melanjutkan kebijakan efisiensi belanja operasional, perjalanan
dinas, rapat/konsinyering, dan belanja kurang produktif lainnya
(termasuk pengadaan kendaraan dinas dan pembangunan gedung
kantor).
2. Melakukan penataan dan penyempurnaan informasi kinerja
(output, outcome dan indikator kinerja) dalam Renja K/L dan RKAK/L.
3. Melakukan penataan nomenklatur (mata anggaran) sejalan dengan
penyempurnaan informasi kinerja.
27
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
TERIMA KASIH
Download