STRATEGI PEREMPUAN BURUH IKAN ASIN DALAM

advertisement
STRATEGI PEREMPUAN BURUH IKAN ASIN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN RUMAHTANGGA
Studi Di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung
Timur , Kota Bandarlampung)
(Skripsi)
Oleh
HELMAWATI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
WOMEN’S STRATEGIC SALTED FISH WORKER OF NEEDS COMPLIENCE
HOUSEHOLD
(CASE STUDY AT PASARAN ISLAND, EAST TELUK BETUNG DISTRICT, KOTA
KARANG SUBDISTRICT, BANDAR LAMPUNG CITY)
By
Helmawati
This research aims to find out and explain about women’s strategic of needs complience
household and wife’s income contribution for household’s income as salted fish worker. This
research at pasaran island, east Teluk Betung District, Kota Karang Subdistrict,
Bandarlampung city. The type of this research is descriptive with quantitative approarch.
Samples of this research are 30 women salted fish worker. Collecting data technique this
research is quesionare and documentation, while data analysis used frequency table with
SPSS. The result of this research that strategic of needs complience household is involve
another member of household, job diversivication, build social networking, and owe.
Moreover, wife’s income contribution for household’s income in Pasaran Island, lowest
contribution in 23% and highest contribution in 100%. Wife’s income contribution in 100%
it’s mean wife not only contribute for most but all of income.
Keyword: Fisherman,Worker woman, Fulfillment strategies, Contribution for household’s
income.
ABSTRAK
STRATEGI PEREMPUAN BURUH IKAN ASIN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
RUMAH TANGGA
(Studi Di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota
Bandarlampung)
Oleh
Helmawati
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan strategi pemenuhan kebutuhan
rumahtangga serta kontribusi buruh perempuan terhadap pendapatan rumahtanggga yang bekerja
sebagai buruh pengasinan ikan. Penelitian ini dilakukan di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota
Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung. Tipe penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini berjumlah 30 buruh perempuan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dan dokumentasi, sedangkan analisis
data dilakukan dengan cara analisis tabel frekuensi melalui program pengolahan data statistik,
yaitu SPSS. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa strategi pemenuhan kebutuhan yang
digunakan oleh buruh perempuan pengasinan ikan di Pulau Pasaran adalah berhemat/menekan
pengeluaran, diversifikasi pekerjaan, membangun/mengembangkan jaringan sosial, dan
berhutang. Kontribusi pendapatan buruh perempuan terhadap pendapatan rumahtangga di Pulau
Pasaran yang terkecil adalah 23% dan jumlah terbesar 100%. Sumbangan pendapatan buruh
perempuan terhadap pendapatan rumahtangga ada yang bernilai 100%, itu artinya perempuan
tidak hanya menyumbang sebagian namun sepenuhnya.
Kata kunci: Nelayan, Buruh perempuan, Strategi pemenuhan kebutuhan, Kontribusi pendapatan.
STRATEGI PEREMPUAN BURUH IKAN ASIN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN RUMAHTANGGA
Studi Di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung
Timur , Kota Bandarlampung)
Oleh
Helmawati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Helmawati. Lahir di Bandarlampung,
pada tanggal 26 April 1994 yang merupakan anak kedua dari 3
bersaudara dari pasangan Bapak Chozali dan Ibu Kiswati. Penulis
memiliki satu orang kakak yang bernama Hengki Kurniawan S.H
satu orang adik yang bernama Hendika Saputra.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1. Sekolah Dasar Negeri 2 Gunung Terang yang diselesaikan pada tahun 2006.
2. SMPN Negeri 22 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2009.
3. SMAN 16 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2012.
Pada Tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN
undangan. Pada Bulan Januari Tahun 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di
Desa Karya jitu Mukti, Rawajitu Selatan, Tulang Bawang. Pada Tahun 2016 penulis
telah menyelesaikan skripsi yang berjudul "Strategi Perempuan Buruh Ikan Asin
dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga (Studi di Pulau Pasaran, Kelurahan
Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandarlampung)”.
MOTTO
“ Sedikit Berbicara banyak bekerja”
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai
(dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(QS. Al-Insyirah, 6-8)
“Belajarlah dari pengalaman hari kemarin agar hari ini
lebih baik dari hari kemarin”
“Belajarlah dari pengalaman hari ini agar hari esok
lebih baik dari hari ini”
(Helmawati)
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini untuk:
Ayahanda dan Ibunda tersayang
Chozali dan Kiswati
Kakak dan Adikku tercinta
Hengki Kurniawan S.H dan Hendika Saputra
Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,
keikhlasan, motivasi dan doa yang tiada henti
dalam menanti keberhasilanku
Para pendidik yang telah membimbing, mengajarkan dan mendidik dengan
ketulusannya
Sahabat, teman, dan almamater tercinta yang telah mendewasakan dalam
berpikir dan bertindak serta memberikan pengalaman yang tak terlupakan
Almamater tercinta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmaannirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT, karena berkat Rahmat Dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Perempuan Buruh Ikan Asin dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga (Studi di
Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota
Bandarlampung)”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. A. Effendi, M.M, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H, Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Susetyo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Ikram, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Ibu Drs. Susetyo, M.Si, selaku dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih atas
semua arahan dan bimbingannya selama pembuatan skripsi ini dari awal hingga
akhir, terima kasih telah meluangkan banyak waktu. Terima kasih atas semua
ilmu yang ibu berikan semoga dapat berguna kelak.
8. Bapak Drs. I Gede Sidemen, M.Si, selaku dosen Pembahas. Penulis menyadari
begitu banyak kekurangan dalam skripsi ini. Terima kasih atas masukan, saran
dan kritikan yang bapak berikan sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.
9. Bapak Dr. Sindung Haryanto, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan arahan terkait proses akademik.
10. Seluruh Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung. Terima kasih atas semua ilmu yang bapak dan ibu dosen
berikan, semoga ilmu yang diberikan selama penulis berkuliah di FISIP Sosiologi
dapat bermanfaat di masa depan.
11. Seluruh Staf Administrasi dan karyawan Universitas Lampung yang telah
membantu melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.
12. Bapak Ngarino selaku Kepala Desa Karya Jitu Mukti yang telah memberi izin
penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama
penelitian di lapangan.
13. Bapak dan Ibu masyarakat Desa Karya Jitu Mukti yang telah membantu dalam
penelitian.
14. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Chozali dan Ibu Kiswati
terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan
moral yang telah diberikan.
15. Abangku tercinta Hengki Kurniawan S.H dan adikku tersayang Hendika Saputra
dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan
keberhasilanku.
16. Keluarga besar, terima kasih atas semangat, bantuan dan dukungan yang kalian
berikan.
17. Sahabat-sahabat terbaik ( kartinia sari, ovi, lesta, paula, pipit, chindy, vina, eno,
puji, anggun, okta, sinta) yang selalu memberikan semangat dan dukungan)
18. Teman-teman Sosiologi angkatan 2012 dari NPM 001-112 terima kasih untuk
kekompakan dalam suka maupun duka selama masa kuliah.
19. Kakak tingkat serta adik tingkat sosiologi 2010-2015 terima kasih atas motivasi
dan segala bantuan serta canda tawanya.
20. Teman-teman seperjuangan KKN Desa Karya Jitu Mukti, Kecamatan Rawajitu
Selatan Tahun 2015 (desty, fatimah, angga, dan endry) yang telah memberi
dukungan.
21. Almamaterku Universitas Lampung yang saya banggakan.
22. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan
selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari
penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan
datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar lampung,
penulis
Helmawati
Desember 2016
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK. ......................................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR… ..................................................................................
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
1. Secara Akademik ............................................................................
2. Secara Praktis .................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Strategi Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga .......
1. Kebutuhan Rumahtangga dan Strategi Pemenuhannya .................
B. Tinjauan Tentang Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Nelyan ........
1. Rumahtangga Nelayan ...................................................................
2. Kontribusi pendapatan Rumahtangga ............................................
C. Tinjauan Buruh .....................................................................................
1. Buruh ..............................................................................................
2. Buruh Perempuan ..........................................................................
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ......................................................................................
B. Lokasi penelitian ..................................................................................
C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional .....................................
D. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
F. Teknik Pengolah Data ..........................................................................
G. Teknik Analisis Data ............................................................................
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kota Bandarlampung .................................................
B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur ...............................
C. Keadaan Umum Kelurahan Kota Karang .............................................
1. Sejarah Kota Karang.......................................................................
2. Keadaan Geografis .........................................................................
3. Keadaan Iklim ................................................................................
4. Keadaan Demografi ........................................................................
1
9
9
9
9
10
11
11
19
19
20
22
22
23
26
26
27
31
32
33
34
35
35
37
37
37
38
38
5. Sarana Umum .................................................................................
D. Keadaan Umum Pulau Pasaran ...........................................................
1. Keadaan Geografis .........................................................................
2. Keadaan Topografi ........................................................................
3. Keadaan Demografi .......................................................................
4. Sarana dan Prasarana ......................................................................
5. Potensi Perikanan ..........................................................................
40
42
42
42
43
44
45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................
48
1. Karakteristik Responden ................................................................
48
2. Pendapatan Rumahtangga ..............................................................
54
3. Pengeluaran Rumahtangga .............................................................
60
4. Strategi Buruh Perempuan dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga
........................................................................................................
70
5. Kontribusi Pendapatan Buruh Perempuan Terhadap Pendapatan
Rumahtangga .................................................................................
84
B. Pembahasan .........................................................................................
86
1. Penghematan/Menekan Pengeluaran ..............................................
90
2. Berhutang .......................................................................................
90
3. Diverifikasi Pekerjaan ...................................................................
92
4. Jaringan Sosial ...............................................................................
93
5. Strategi Buruh Perempuan dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga
........................................................................................................
96
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
98
99
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
101
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Halaman
Jumlah penduduk menurut kelompok umur Kelurahan Kota Karang .....
39
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan Kelurahan Kota Karang
39
Jumlah sarana pendidikan, kesehatan, ibadah, transportasi, dan ekonomi di
Kelurahan Kota Karang ...........................................................................
40
Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Pulau Pasaran ....................
43
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Pasaran ........
43
Tingkat pendidikan di Pulau Pasaran ......................................................
44
Umur responden pengasinan ikan di Pulau Pasaran ................................
49
Jumlah Anggota rumahtangga buruh perempuan pengasinan ikan di Pulau
Pasaran .....................................................................................................
50
Jumlah tanggungan anak buruh perempuan pengasinan ikan di Pulau Pasaran
.................................................................................................................
51
Tingkat pendidikan buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran .................
53
Etnis/suku buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran ...............................
54
Pendapatan buruh perempuan di Pulau Pasaran ......................................
55
Pendapatan suami buruh perempuan di Pulau Pasaran ...........................
57
Pendapatan anak buruh perempuan di Pulau Pasaran .............................
58
Pendapatan total rumhatangga buruh perempuan di Pulau Pasaran ........
60
Pengeluaran rumahtangga buruh untuk kebutuhan makan ......................
62
Pengeluaran rumahtangga buruh untuk kebutuhan anak .........................
63
Pengeluaran rumahtangga buruh untuk kebutuhan alat kebersihan ........
64
Pengeluaran rumahtangga buruh untuk kebutuhan bulanan ....................
65
Pengeluaran rumahtangga buruh untuk kebutuhan tahunan ....................
66
Pengeluaran rumahtangga buruh untuk membeli pulsa...........................
68
Pengeluaran total rumahtangga buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran
69
Rumah tanggga buruh yang melakukan penghematan atau tidak di Pulau
Pasaran .....................................................................................................
71
Cara berhemat buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran .........................
71
Rumah tanggga buruh yang mengurangi kosumsi makan atau tidak di Pulau
Pasaran .....................................................................................................
72
Jenis makanan yang dikurangi buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran
73
Rumah tanggga buruh yang melakukan hutang atau tidak di Pulau Pasaran 74
Frekuensi hutang buruh pengasinan ikan ...............................................
75
Hutang buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran ....................................
76
Alokasi penggunanaan hutang buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran
77
Buruh yang memiliki pekerjaan sampingan atau tidah di Pulau Pasaran
78
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Pendapatan sampingan buruh pengasinan ikan di Pulau Pasaran ...........
Kedekatan hubungan antara buruh dengan tetangga rumah ....................
Hubungan antara buruh dengan teman kerja ...........................................
Hubungan kepedulian juragan terhadap buruh ........................................
Hubungan kepedulian teman kerja terhadap buruh .................................
Pihak yang paling cepat memberikan bantuan kepada buruh .................
Kontribusi pendapatan buruh terhadap pendapatan rumahtangga di Pulau
Pasaran .....................................................................................................
79
81
81
82
83
84
85
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Halaman
Bagan kerangka pikir ..................................................................................
Suasana pengasinan ikan di Pulau Pasaran ................................................
A k t i v i t a s p e n g e r i n g a n i k a n a s i n d i P u l a u P a s a r a n .........
A k t i v i t a s p e n y o r t i r a n i k a n a s i n d i P u l a u P a s a r a n ..........
A k t i v i t a s p e n y o r t i r a n i k a n a s i n d i P u l a u P a s a r a n ..........
P e n e l i t i b e r s a m a r e s p o n d e n d i P u l a u P a s a r a n ...................
25
L2
L2
L2
L2
L2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai letak geografis berada pada posisi
strategis, yaitu antara dua benua dan dua samudera. Posisi ini menyebabkan Indonesia
memiliki potensi perikanan sangat besar. Keadaan wilayah laut Indonesia seperti ini
mengandung keanekaragaman sumber daya laut yang potensial baik hayati dan nonhayati. Hal ini tentunya memberikan nilai yang luar biasa pada sumber daya alam
seperti ikan, terumbu karang yang bernilai ekonomi tinggi dan dapat menunjang
peningkatan ekonomi masyarakat nelayan pada khususnya.
Namun pada kenyataannnya masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat
yang tergolong miskin, bahkan lebih miskin dari golongan masyarakat lainnya
terutama yang masih tradisional dan berada di daerah terpencil. Nelayan yang hidup
didaerah terpencil melakukan penangkapan dengan cara tradisional dan sangat
bergantung kepada alam. Kondisi alam yang tidak menentu seringkali menjadi
halangan dalam proses penangkapan sehingga berdampak pada minimnya pendapatan
nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari berupa sandang, pangan,
papan. Anggapan ini menunjukkan bahwa kawasan pesisir merupakan salah satu
2
kantong
kemiskinan
nasional
yang
potensial
dan
menyumbang
terhadap
berlangsungnya keterbelakangan sosial (Kusnadi, 2009:64).
Kondisi ini diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik bahwa jumlah nelayan miskin
di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 7,87 juta, atau sekitar 25,14 persen dari total
penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah 7,87 juta orang
tersebut berasal dari sekitar 10.640 desa miskin yang terdapat di kawasan pesisir di
berbagai daerah di tanah air (rata-rata berpenghasilan tidak lebih dari Rp 500.000,per bulan) (BPS Indonesia,2015).
Di Indonesia sebagian besar nelayannya dikategorikan sebagai nelayan tradisional
dan buruh nelayan. Bagi nelayan tradisional, kehidupan sebagai nelayan tidaklah
semudah pekerjaan lain dikarnakan upah yang mereka peroleh sangatlah minim.
Musim paceklik merupakan kondisi dimana cuaca yang tidak menentu dan minimnya
dalam memperoleh hasil tangkapan, sehingga menyebabkan kehidupan mereka
menjadi semakin miskin. Minimnya pengetahuan nelayan dalam mengolah hasil
tangkapan, menyebabkan mereka juga sulit untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mengatasi kemiskinan yang dialami selama ini.
Pada era modernisasi seperti sekarang ini para nelayan harus memiliki pengetahuan
tentang pengelolaan hasil tangkapan agar peningkatan perekonomian rumahtangga
semakin bertambah. Dalam perekonomian rumahtangga masyarakat pesisir,
rumahtangga nelayan menempatkan laki-laki sebagai kepala rumahtangga yang
bertugas mencari nafkah utama dan menempatkan kaum istri sebagai pendukung
3
yang
kemudian
bertanggungjawab
pada
kelangsungan
hidup
rumahtangga.
Berdasarkan gambaran tentang perekonomian masyarakat pesisir yang telah
dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa penghasilan yang diperoleh suami
kurang maksimal untuk mencukupi keuangan rumahtangga sehingga kaum
perempuan ikut berperan dalam memenuhi kebutuhan.
Perempuan berusaha memperoleh pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan karena
beberapa hal, antara lain adanya kemauan perempuan untuk mandiri dalam bidang
ekonomi, yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan mungkin juga
kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan penghasilan
sendiri. Menurut Rey Snolds (dalam Valentine dan Indah, 2013:25) alasan pokok
yang melatarbelakangi keterlibatan perempuan yang sudah menikah untuk bekerja
yaitu kondisi ekonomi rumahtangga yang bersangkutan rendah, sehingga perempuan
menikah harus bekerja untuk meringankan beban rumahtangga. Dalam hal ini
pendapatan kepala rumahtangga (suami) yang belum mencukupi.
Menurut Vitalaya (dalam Sulastrie dan Abas, 2012:2) desakan kondisi perekonomian
yang memprihatinkan menyebabkan perempuan
menikah harus bekerja untuk
membantu suami dalam perekonomian rumahtangga dan akan memainkan peran
baru. Peran baru yang dijalankan adalah sebagai pekerja, peran sebagai istri dan ibu,
serta perannya dalam kegiatan kemasyarakatan. Menurut Beauregard (dalam Sulastrie
dan Abas, 2012:2) perempuan yang menikah terutama mereka yang sudah memiliki
anak harus mengambil pekerjaan yang tidak menuntut waktu banyak, dalam rangka
4
untuk berhasil menggabungkan pekerjaan dengan tanggung jawab di dalam
rumahtangga mereka.
Kawasan pesisir pantai Bandarlampung merupakan kawasan padat penduduk yang
terdiri dari pulau-pulau kecil, salah satunya adalah Pulau Pasaran sebagai pulau yang
kini sedang diberdayakan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan pembangunan
dalam sektor perikanan. Selain itu, kawasan pesisir pantai ini juga terhitung sangat
padat dan merupakan kawasan yang dikategorikan kumuh jika dilihat dari kondisi
lingkungan sekitar pemukiman.
Berbagai studi mengenai masyarakat nelayan menunjukan bahwa kehidupan masyarakat
pesisir, khususnya keluarga nelayan, tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan dan
kesenjangan sosial ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jumlah penduduk
miskin di Lampung pada Maret 2015 mencapai 1.163,49 orang, bertambah 19,6 ribu
orang (dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2014
(sebesar
1.143,93 orang).
Selama periode September 2014 – Maret 2015, penduduk miskin di daerah perkotaan
bertambah sekitar 9,06 ribu orang (dari 224,21 ribu orang pada September 2014
menjadi 233,27 ribu orang pada Maret 2015), sementara di daerah perdesaan
bertambah 10,50 ribu orang (dari 919,73 ribu orang pada September 2014 menjadi
930,22 ribu orang pada Maret 2015) (BPS Lampung,2015).
5
Pulau Pasaran merupakan pulau kecil dipinggir pantai kota Bandarlampung, berada di
Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur yang masyarakatnya
berprofesi sebagai buruh nelayan dan buruh produksi ikan asin. Lokasi wilayahnya
yang terletak di sepanjang pesisir Lampung menjadikan Pulau Pasaran menjadi
bagian dari wilayah pemasok biota laut, khususnya ikan kecil di Kota
BandarLampung. Pulau Pasaran merupakan bagian dari wilayah perkotaan yang
merupakan pusat dari segala kegiatan dan masyarakatnya unggul dalam bidang
pengasinan ikan. Hal ini kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar
daerah untuk tinggal dan menetap di daerah tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa banyak pendatang berasal dari luar daerah
Lampung, seperti dari Banten, Palembang, Bugis, Jawa, dan Sunda yang menempati
daerah tersebut dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Jumlah penduduk Pulau
Pasaran 1.168 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 598 orang dan perempuan
sebanyak 570 orang, sementara itu jumlah kepala rumahtangga di Pulau Pasaran
sebanyak 263 orang (Monografi Kelurahan Kota Karang, 2015). Menurut Hidayati
(2014:12) pada umumnya, pendatang yang menetap dan mencari kerja di kota adalah
untuk memperbaiki taraf hidup supaya menjadi lebih baik. Akan tetapi, keadaan kota
yang semakin padat dan tidak mampu menampung penduduk pendatang yang kian
meningkat membuat mereka harus hidup seadanya dengan tempat tinggal yang tidak
layak huni. Selain itu, mereka juga tidak memiliki keahlian atau kemampuan untuk
berwirausaha sehingga mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap dan akhirnya
manjadi pekerja di sektor informal.
6
Di kawasan Pulau Pasaran yang penduduknya mayoritas berprofesi sebagai nelayan
terkadang sulit untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya dikarenakan penghasilan
yang minim dan tanggungan hidup yang jumlahnya banyak. Tanggungan hidup
dalam hal ini adalah jumlah anggota rumahtangga yang terdiri dari istri dan anakanak yang jumlahnya terkadang lebih dari 3 orang. Karena itu istri nelayan memiliki
kewajiban untuk mengatur dan ikut andil dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga.
Jika nelayan-nelayan semakin kesulitan memperoleh penghasilan, pihak yang paling
berat menanggung beban hidup dalam rumah tangga nelayan adalah istri nelayan atau
kaum perempuan pesisir (Kusnadi, 2009:106). Dalam hal ini suami istri memiliki
hubungan fungsional dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, yaitu saling melengkapi.
Perempuan atau istri nelayan dalam fenomena ini tidak hanya sekedar melengkapi
dan membantu dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, tetapi juga ikut menentukan
tersedianya sumberdaya ekonomi untuk kebutuhan rumahtangga.
Rumahtangga nelayan adalah salah satu bukti nyata mengenai kaum perempuan pada
masyarakat pesisir yang memiliki peranan penting dalam kehidupan rumahtangga.
Kaum perempuan dituntut untuk menjalankan peran ganda sebagai pencari nafkah
utama dalam keluarga serta menjalankan peranan lain sebagai penunjang pemenuhan
kebutuhan keluarga. Sebagai salah satu dari anggota rumahtangga, seorang istri
dituntut untuk ikut berperan aktif dalam mencapai tujuan tersebut, sehingga tidak
hanya tergantung dari apa yang dilakukan dan diperoleh suami.
7
Hal ini pun berlaku juga pada rumahtangga yang berada di Pulau Pasaran. Di
kehidupan kesehariannya, perempuan di Pulau Pasaran memiliki peran yang lebih
besar daripada kaum laki-laki, di satu sisi mereka ditempatkan pada posisi domestik,
pada sisi yang lain mereka memegang peranan sosial-ekonomi juga. Keterlibatan istri
nelayan pada kegiatan ekonomi rumahtangga memberikan pandangan tersendiri
bahwa tidak adanya diskriminasi antara suami maupun istri, adanya kebebasan yang
diberikan kepada istri untuk bekerja di luar rumah demi memenuhi kebutuhan
keluarga. Berdasarkan fenomena tersebut pada kenyataannya mayoritas rumahtangga
buruh nelayan yang ada di Pulau Pasaran memiliki semangat kerjasama yang baik,
dimana antara suami maupun istri turutserta atau ikut berpartisipasi langsung dalam
hal mencari nafkah.
Fenomena di Pulau pasaran, potret perempuan sebagai istri buruh nelayan yang
bekerja sebagai buruh pada usaha produksi pengasinan ikan. Keikusertaan istri buruh
nelayan bekerja sebagai buruh dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan dan
minimnya keahlian yang memaksa mereka untuk menerima pekerjaan tersebut.
Meskipun pekerjaan buruh banyak menyita waktu dan tenaga, namun pada
kenyataannya sebagian besar istri nelayan di Pulau Pasaran bekerja sebagai buruh
pengasinan ikan demi memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga. Keterlibatan
perempuan dalam kegiatan ekonomi rumahtangga merupakan salah satu satu upaya
peningkatan kesejahteraan dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya lokal. Bachri
(dalam Zen, 2008:2) menyatakan bahwa keterlibatan perempuan sebagai istri
memiliki resiko untuk lebih memanfaatkan waktunya baik sebagai ibu rumahtangga,
8
tenaga kerja dalam usaha perikanan maupun diluar usaha perikanan. Sebagai warga
masyarakat maka perempuan mempunyai kewajiban dan taggungjawab untuk ikut
serta melaksanakan kegiatan baik untuk kesejahteraan rumahtangganya sendiri
maupun
kesejahteraan
masyarakat.
Upaya
perempuan
dalam
peningkatan
kesejahteraan rumahtangga terlihat dari berbagai macam strategi yang dilakukan yaitu
berhemat/menekan
pengeluaran,
berhutang,
diversifikasi
pekerjaan,
hingga
meminjam modal pada patron. Setiap rumahtangga memiliki strategi tersendiri dalam
proses pengeloaan dan pemanfaatan setiap pendapatan yang diperoleh yaitu dengan
memprioritaskan kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut hasil penelitian Leo
(2003:7) prioritas penggunaan pendapatan terdiri dari tiga jenis yaitu: (1)
mengutamakan kebutuhan pokok dan sisanya untuk kelangsungan usaha nelayan, (2)
mengutamakan kebutuhan pokok dan sisanya dipinjamkan kepada rumahtangga lain,
dan (3) mengutamakan pembayaran pinjaman dan sisanya untuk konsumsi kebutuhan
pokok rumahtangga. Ketiga prioritas ini, menunjukkan strategi pemenuhan kebutuhan
hidup rumahtangga nelayan miskin, dan rumahtangga nelayan tidak miskin. Strategi
rumahtangga yang dibentuk dalam upaya pemenuhan kebutuhan rumahtangga
merupakan salah satu peranan perempuan
dalam mengkontribusikan pendapatan
sehingga kebutuhan rumahtangga terpenuhi.
Kontribusi pendapatan perempuan di Pulau Pasaran dalam rumahtangga lebih yang
bersifat sederhana seperti mengarah pada kebutuhan pangan. Sebaliknya pendapatan
buruh nelayan sebagai kepala rumahtangga hanya sebagian dikontribusikan untuk
kebutuhan rumahtangga seperti pendidikan dan kesehatan.
9
Dengan kenyataan seperti itu, menarik untuk diteliti dan dikaji lebih mendalam
mengenai bagaimana Strategi Perempuan elayan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Rumahtangga dan Bagaimana Kontribusi Pendapatan Istri Terhadap Pendapatan
Rumahtangga yang pada hakikatnya kebutuhan memang sudah menjadi hal yang
harus dipenuhi, oleh karena itu masyarakat harus mengetahui strategi dalam
pemenuhan tersebut sehingga kehidupan menjadi sejahtera.
B. Rumusan Masalah
1)
Apa saja strategi yang dilakukan istri buruh nelayan di Pulau Pasaran dalam
pemenuhan kebutuhan rumahtangga ?
2)
Bagaimana kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan rumahtangga
sebagai buruh ikan asin di Pulau Pasaran?
C. Tujuan
1) Untuk memahami dan menganalisa strategi istri buruh nelayan di Pulau Pasaran
dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga.
2) Untuk mengetahui dan menganalisa dengan kontribusi pendapatan istri terhadap
pendapatan rumahtangga buruh ikan asin di Pulau Pasaran.
D. Manfaat Penelitian
1) Secara Akademik
Memberikan sumbangan pemikiran dan praktek ilmu sosiologi khususnya
Sosiologi ekonomi , Sosiologi Pembangunan dan Sosiologi Lingkungan.
10
2) Secara Praktis
Dapat memberikan manfaat sebagai data awal untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dalam bidang kajian yang sama atau dalam kajian bidang yang memiliki
keterkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan dapat memberikan sumbangan
saran dan informasi kepada pemerintah Kota Bandarlampung dalam proses
pembangunan dengan melihat kepentingan masyarakat juga.
11
II. KAJIAN PUTAKA
A. Tinjauan Tentang Strategi Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga
1. Kebutuhan Rumahtangga dan Strategi Pemenuhannya
Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang dapat
memberikan kepuasan jasmani maupun kebutuhan rohani (Rusdan,2015).
Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi
masalah ekomoni, inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah
kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat
pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi sehingga jumlah kebutuhan seseorang berbeda dengan kebutuhan
orang lain yaitu faktor ekonomi, faktor lingkungan sosial budaya, faktor fisik, dan
faktor pendidikan.
Menurut Rusdan (2015), terdapat macam-macam kebutuhan yang harus dipenuhi
manusia dalam kehidupannnya:
a. Kebutuhan primer atau kebutuhan pokok
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sangat mutlak dan harus dipenuhi,
artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan
mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Contoh: sandang, pangan, papan,
dan kesehatan.
12
b. Kebutuhan sekunder atau tambahan
Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan kedua, artinya kebutuhan yang
pemenuhannya setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Contoh: lemari, sepeda,
tempat tidur, dan meja kursi.
c. Kebutuhan tersier atau kemewahan
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang terpenuhi setelah kebutuhan primer
dan sekunder terpenuhi.
Tidak semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan mereka harus mencari cara
yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya. Di dalam memenuhi kebutuhannya,
manusia dihadapkan pada berbagai masalah. Hal ini dimungkinkan karena jumlah
dan macam kebutuhan manusia tidak terbatas. Masalah pokok yang dihadapi
seseorang untuk memenuhi kebutuhan adalah terbatasnya alat pemuas, padahal
kebutuhan manusia tidak terbatas dan agar seseorang dapat memenuhi berbagai
kebutuhannya maka harus menyusun berbagai macam strategi, baik strategi
ekomoni maupun strategi sosial.
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai siasat, manajerialisme atau cara
yang dipakai sehubungan dengan upaya pencapaian suatu tujuan dengan
kosekuensi tertentu (Syani, 2005:149). Soerjono Soekanto (dalam Benjamin,
2013:4) mengemukakan bahwa strategi merupakan prosedur yang mempunyai
alternatif-alternatif pada berbagai tahap atau langkah. Pengertian ini lebih
diperjelas oleh Ali Moertopo (dalam Syani, 2005:149) bahwa strategi pada
hakekatnya berarti hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha menguasai dan
mendayagunakan segala sumber daya masyarakat, suatu bangsa, untuk mencapai
13
tujuannya. Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan suatu cara dan usaha yang dipakai untuk menguasai
dan mendayagunakan sumber daya suatu masyarakat atau bangsa untuk mencapai
tujuannya.
Jika dilihat dari konsepnya, strategi dapat diartikan sebagai rencana yang cermat
mengenai suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara harfiah
pengertian strategi adalah berbagai kombinasi dari aktivitas dan pilihan-pilihan
yang harus dilakukan orang agar supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan
kehidupannya. Konsep strategi ini merupakan bagian dari pilihan rasional, dimana
dalam teori tersebut dikatakan bahwa setiap pilihan yang dibuat individu,
termasuk pemilihan suatu strategi dibuat berdasarkan perimbangan rasional
dengan mempertimbangkan untung rugi yang akan diperoleh (Mugni, 2006:34).
Konsep strategi yang dipaparkan di atas mempengaruhi pilihan individu ketika
menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan satu jenis strategi saja,
sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau strategi
bertahan jamak. Snel dan Starring (dalam Hidayati, 2014:13) mengartikan hal ini
sebagai kecenderungan pelaku-pelaku atau rumahtangga untuk memiliki
pemasukan dari berbagai sumberdaya yang berbeda (karena pemasukan tunggal
terbukti tidak memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya). Strategi yang
berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika
ada strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik.
Menurut Kusnadi (dalam Hariansyah, 2013:14-15), strategi nelayan dalam
menghadapi kemiskinan dapat dilakukan melalui:
14
1. Berhemat
Berhemat dalam kehidupan rumahtangga nelayan merupakan salah satu
strategi yang harus dilakukan oleh istri nelayan. Pada saat cuaca buruk
keadaan ekonomi keluarga nelayan akan menurun atau peceklik, nelayan
harus mengurangi pengeluaran yang biasanya mereka lakukan dengan gaya
hidup yang boros. Strategi berhemat diharapkan mampu menekan pengeluaran
keluarga nelayan untuk dapat memaksimalkan pendapatan yang mereka
dapatkan pada saat musim ikan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya pada saat tidak musim ikan atau peceklik.
2. Diversifikasi Pekerjaan
Strategi adaptasi lain yang digunakan oleh nelayan untuk menghadapi
keditakpastian penghasilan adalah mengkombinasikan pekerjaan. Kegiatan
penangkapan ikan selalu dikombinasikan dengan pekerjaan lain dan
dilakukan secara bergantian. Pada kasus ini isteri nelayan yang berkerja
sebagai buruh ikan asin ketika penghasilannya tidak mencukupi maka mereka
berusaha mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Jaringan Sosial
Melalui jaringan sosial, individu-individu rumahtangga akan lebih efektif dan
efisien untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumberdaya yang
tersedia di lingkungannya. Jaringan sosial memberikan rasa aman bagi
rumahtangga nelayan miskin dalam menghadapi setiap kesulitan hidup
sehingga dapat mengarungi kehidupan dengan baik. Jaringan sosial secara
alamiah bisa ditemukan dalam segala bentuk masyarakat dan manifestasi dari
hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Tindakan sosial-budaya yang bersifat
15
kreatif ini mencerminkan bahwa tekanan-tekanan atau kesulitan ekonomi yang
dihadapi nelayan tidak direspon dengan sikap yang pasrah. Secara umum, bagi
rumahtangga nelayan yang pendapatan setiap harinya bergantung sepenuhnya
pada penghasilan melaut, jaringan sosial berfungsi sangat strategis dalam
menjaga kelangsungan kehidupan mereka. Bagi perempuan yang bekerja di
sektor publik seperti halnya buruh pengasinan ikan, mereka memanfaatkan
jaringan sosial dalam hal ini berupa hubungan buruh dan juragannya (patronklien).
Berbagai macam strategi yang telah dijelaskan diatas dapat dicermati bahwa
maksud dari strategi pemenuhan kebutuhan adalah suatu cara seseorang dalam
upaya memperbaiki kondisi ekonominya. Pernyataan tersebut diperjelas teori yang
diungkapkan Carlk (dalam Handito 2015:3) yaitu Teori Mekanisme Survival
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan cara untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya dan mekanisme
survival juga merupakan upaya seorang memperbaiki kondisi perekonomiannya.
Kemampuan seseorang mengembangkan strategi dalam upaya pemenuhan
kebutuhan juga dapat dilihat pada rumahtangga masyarakat pesisir yang
melibatkan istri/ perampuan dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Strategi
yang umumnya di lakukan perempuan dalam memenuhi kebutuhannya adalah
diverisifikasi usaha , jaringan sosial berhemat, menekan pengeluaraan dan
berhutang. Seperti yang dikemukakan Scot (dalam Hastuti 2013) strategi
rumahtangga dalam mempertahankan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan
dalam hal ini perempuan melakukan bermacam strategi berupa:
16
1. Diversifikasi usaha
2. Menekan pengeluaran/ berhemat
3. Berhutang
4. Mengurangi kualitas kosumsi makanan
5. Melakukan migrasi untuk memperoleh pekerjaan
6. jaringan sosial
Hasil penelitian Widodo (2015:4-8), menjelaskan strategi nafkah berkelanjutan
rumah tangga nelayan Di Desa Karang Agung, Kecamatan Palang, Kabupaten
Tuban, antara lain strategi berbasis jaringan sosial, peranan anggota keluarga dan
migrasi. Dalam hal jaringan sosial, masyarakat Desa Karang Agung mendasarkan
diri pada ikatan kekerabatan, kekeluargaan, dan pertetanggaan. Kelembagaan
tradisional yang masih hidup di Karang Agung adalah sambatan, anjeng atau
buwuhan, dan madarat. Kelompok sosial yang ada adalah kelompok pengajian,
arisan ibu-ibu, dan yasinan. Selain modal sosial berupa kelembagaan, peran
keluarga seperti halnya anak laki-laki yang belum dewasa dan istri turut ikut andil
dalam strategi nafkah berkelanjutan, disini seorang istri bekerja sebagai buruh
pabrik. Keterlibatan anak dalam usaha pencarian nafkah masih terbatas pada
kegiatan ringan seperti membantu menurunkan, memilih, dan menjual hasil
tangkapan. Strategi nafkah berbasis migrasi juga dilakukan oleh rumah tangga
nelayan miskin Karang Agung. Migrasi biasanya dilakukan oleh generasi muda
dengan daerah tujuan di beberapa kota besar di Jawa Timur.
Hasil penelitian Mugni (2006:72-76), juga memperlihatkan bahwa strategi yang
diterapkan oleh rumahtangga nelayan berupa berupa peranan anggota keluarga
17
(istri dan anak keluarga), peranan anggota keluarga dalam hal ini lebih
menepatkan istri sebagai penunjang utama dalam membantu perekonomian
keluarga. Bentuk dari peranan istri dalam ekonomi keluarga berkaitan dengan
pola nafkah ganda, yaitu pola nafkah yang mengalokasikan tenaganya tidak hanya
pada pekerjaan rumah tangga namun ke berbagai jenis pekerjaan , seperti buruh
tani, buruh pabrik, pengolahan ikan asin, dan lain-lain.
Jaringan sosial merupakan strategi adaptasi lain bagi nelayan dan buruh nelayan
dalam menghadapi kemiskinan. Secara sosiologis strategi jaringan sosial tersebut
dikembangkan
baik
secara
formal
maupun
informal.
Jaringan
sosial
memungkinkan keluarga memperoleh tambahan pendapatan (income generation)
atau penghematan (back cutting). Jaringan sosial secara informal terdiri dari
hubungan kekerabatan, pertemanan di lingkungan tempat tinggal (tetangga), dan
pengajian. Jaringan semacam ini memungkinkan proses pertukaran antara tenaga
kerja dengan uang atau barang yang memiliki nilai ekonomis ataupun sosial
seperti sambatan, iuran, dan arisan barang. Jaringan secara formal (vertikal)
terbatas pada hubungan antara majikan (juragan) dengan buruh atau mandornya
yang sering disebut patron-klien (Rochana, 2011:2-4). Jaringan sosial ini dapat
memperluas hubungan kerja, dan menambah pendapatan. Jaringan sosial juga
dapat membuka peluang nelayan untuk berhutang kepada jaringan yang
dimilikinya, baik tetangga, rekan kerja maupun majikannya. Berhutang
merupakan strategi yang dilakukan dalam keadaan mendesak dan ketika strategi
lain dinilai tak mampu menolong dalam jangka waktu cepat.
18
Berdasarkan penjelasan di atas dalam hal ini melihat pola patron-klien dari sudut
pandang jaringan sosial secara formal, Koetjaraningrat (dalam Satria, 2015:40)
menyatakan pola patron-klien merupakan pola hubungan yang didasarkan pada
principle of reciprocity atau asas timbal balik. Menurut Najib (dalam Satria,
2015:39) tata hubungan patron-klien umumnya berkaitan dengan:
1. Hubungan di antara pelaku yang menguasai sumber daya tidak sama.
2. Hubungan khusus yang merupakan hubungan pribadi dan mengandung
keakraban.
3. Hubungan yang didasarkan saling bergantungan.
Pernyataan di atas diperjelas oleh hasil penelitian Belda dan Cristanto (2013:6369) yang menunjukan bahwa pemanfaatan kedua bentuk jaringan sosial sebagai
salah satu strategi mensiasati kesulitan hidup keluarga atau tekanan ekonomi.
Strategi yang digunakan oleh nelayan dalam strategi penghidupannya adalah
strategi survival oleh nelayan buruh, strategi konsolidasi oleh nelayan pemilik
sumberdaya, dan strategi akumulasi oleh juragan. Dalam hal ini nelayan buruh
sepenuhnya menggantungkan kehidupannya kepada juragan (patron) karena
sebagian besar dari nelayan tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhannya dan
mempunyai aset yang rendah.
B. Tinjauan Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Nelayan
1. Rumahtangga Nelayan
Rumahtangga nelayan adalah rumahtangga yang melakukan aktivitas memancing
atau menjaring ikan-ikan/hewan laut lainnya/tanaman-tanaman laut. Usaha ini
selalu dilakukan baik oleh anggota keluarga atau nelayan yang dipekerjakan (BPS
Lampung, 2015). Rumahtangga nelayan dalam hal ini berkaitan dengan upaya
19
anggota keluarga memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang semakin
meningkat namun tidak didukung dengan pendapatan nelayan yang penuh dengan
ketidakpastian menyebabkan banyak nelayan yang beralih profesi menjadi buruh.
Keterlibatan anggota rumahtangga dalam pemenuhan kebutuhan juga sangat
mendukung peningkatan ekonomi. Menurut Kusnadi (dalam Hidayati, 2014:9)
pada rumahtangga nelayan buruh, persoalan mendasar yang dihadapi oleh
rumahtangga nelayan buruh yang tingkat penghasilannya kecil dan tidak pasti
adalah bagaimana mengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki secara efisien
dan efektif sehingga mereka bisa “bertahan hidup” dan bekerja. Kelompokkelompok yang berpenghasilan rendah lebih berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan pokok pangan dalam upaya kelangsungan kehidupan rumahtangganya.
Bentuk dari pengelolaan sumberdaya ekonomi rumah tangga berupa pemanfaatan
sumberdaya perikanan diolah menjadi berbagai jenis olahan rumahtangga.
Upaya masyarakat pesisir dalam meningkatkan ekonomi rumahtangga seperti
yang telah dipaparkan diatas, fenomena tersebut sama halnya yang terjadi pada
rumahtangga
nelayan di Pulau Pasaran pemanfaatan sumberdaya perikanan
dimanfaatkan menjadi olahan ikan asin. Produksi pengasinan ini melibatkan
tenaga buruh yang terdiri dari para istri nelayan di Pulau Pasaran.
2. Kontribusi Pendapatan Rumahtangga
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Bastianbahua, 2011)
bahwa pendapatan adalah hasil yang diterima oleh masyarakat dari seluruh
kegiatan usaha disuatu wilayah selama waktu tertentu, biasanya disebut
pendapatan masyarakat. Dipertegas kembali pendapatan diartikan sebagai
20
penghasilan yang diterima indovidu melalui kegiatan ekonomi dalam bentuk upah
atau uang yang memiliki nilai selama suatu periode. Pendapatan berkaitan erat
dengan pernghasilan yang diperoleh setiap individu maupun kelompok di dalam
masyarakat. Kelompok terkecil dalam masyarakat adalah keluarga yang dalam hal
ini berperan penuh dalam kelangsungan hidup rumatangganya.
Pendapatan rumahtangga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh
anggota keluarga yaitu suami, istri dan anak-anak dalam bentuk uang sebagai
hasil pekerjaannya. Pendapatan rumahtangga mempunyai peran yang penting
dalam menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain antara lain
sandang, pendidikan, perumahan dan kesehatan. Pendapatan rumahtangga akan
berhubungan dengan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar nelayan buruh karena
pendapatan yang rendah akan memberikan efek terhadap rendahnya daya beli
suatu rumahtangga (Alpharezy dkk, 2012:12). Tingkat pendapatan rumahtangga
dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari masing-masing
anggota. Jumlah total antara pendapatan yang diperoleh suami, istri dan anak yang
sudah bekerja disebut dengan pendapatan total rumahtangga. Ketika pendapatan
suami sebagai kepala rumahtangga tidak dapat mencukupi maka dalam hal ini
tingkat pendapatan tergolong rendah. Upaya dalam peningkatan pendapatan
rumahtangga dapat dilakukan dengan cara mengikutsertakan istri dalam pekerjaan
diluar rumahtangga seperti menjadi buruh ataupun pekerjaan lain. Pengikutsertaan
istri dalam peningkatan ekonomi memberikan kontribusi pendapatan sangat besar
bagi kesejahteraan rumahtangga.
21
Kontribusi pendapatan adalah sumbangan nilai hasil yang diterima sebagai
imbalan dari anggota rumahtangga yang bekerja Soekartawi dkk (dalam Fitria,
2008:34). Kontribusi tenaga kerja perempuan diperhitungkan berdasarkan
perbandingan antara pendapatan rumahtangga dari bekerja disektor publik dengan
pendapatan total rumahtangga. Besar pendapatan total rumahtangga ditentukan
oleh pendapatan dari sektor perikanan, pendapatan diluar sektor perikanan, dan
pendapatan bukan upah Sukiyono dkk (dalam Fitria, 2008:35). Sumbangan
pendapatan dari kerja rumahan tidak boleh diremehkan, mengingat ada yang ratarata 45 % pendapatan rumah tangga berasal dari upah kerja perempuan buruh
rumahan. Pendapatan tertinggi sebagai pekerja perempuan mencapai 90 %
pendapatan rumah tangga Ihromi (dalam Fitria, 2008:35).
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam suatu rumahtangga tidak hanya suami
saja yang memiliki pendapatan, isteripun diharuskan menunjang perekonomian
ketika kebutuhan rumahtangga tidak terpenuhi. Kontribusi pendapatan istri
terhadap pendapatan rumahtangga sangat berpengaruh dalam peningkatan
ekonomi.
C. Tinjauan Buruh
1. Buruh
Dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 3
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pekerja atau buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan. Menurut Toha (1991:3) yang
dimaksud dengan buruh adalah seseorang yang bekerja pada orang lain (lazim
disebut majikan) dengan menerima upah, dengan sekaligus mengesampingkan
22
persoalan antara pekerjaan yang dilakukan, dibawah pimpinan orang lain, dan
mengesampingkan pula antara pekerjaan dan pekerja. Menurut Halili Toha
(1991:7) secara sosiologis hubungan antara buruh dengan majikan adalah tak
bebas, sebab sebagai orang yang tidak mempunyai keahlian, buruh terpaksa untuk
bekerja pada orang lain.
Menurut Sukirno (2008:350), upah dalam pengertian teori ekonomi, yaitu
pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan
oleh pengusaha kepada para tenaga kerja. Upah maksudkan sebagai pembayaran
kepada pekerja-pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah, seperti
misalnya buruh kasar. Dalam UU Nomor
13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 30, upah adalah hak pekerja atau buruh yang
diterima dan diberikan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,termasuk
tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah dan atau akan dilakukan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud buruh dalam penelitian ini
adalah orang yang berkerja dengan orang lain, dalam hal ini adalah produksi
pengasinan ikan, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan menerima upah atas kerja yang telah dilakukannya. Upah dalam
pengertian ini merupakan bayaran yang diperoleh pekerja yang berupa uang yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup para pekerja. Upah buruh yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hak yang diterima oleh seseorang yang
23
terlibat dalam proses produksi di pengasinan ikan dalam upaya membeli barangbarang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup para
pekerja.
2. Buruh Perempuan
Peran perempuan dalam dunia pekerjaan cenderung terdapat celah ketidakadilan
yang diterima oleh pekerja buruh, berupa bentuk pembatasan dan diskriminasi
dalam lingkungan kerja. Penempatan pekerjaan disektor publik diidentikan
dengan perempuan dikarnakan sosok perempuan yang telaten dan ulet. Misalnya
banyak buruh tani, buruh perkebunan, dan buruh rokok, identik dengan
perempuan, karena perempuan telaten dan teliti. Buruh pengasinan ikan juga
demikian, mayoritas mereka adalah perempuan. Jarang terlihat buruh pengeringan
ikan adalah laki-laki. Menurut Susi Eja (dalam Daulay, 2006:6), jika dilihat dari
bidang pekerjaan, buruh perempuan termasuk kedalam golongan pekerjaan yang
kasar. Pekerjaan yang tergolong kasar tersebut tidak sebanding dengan upah yang
mereka dapatkan, rata-rata upah perempuan lebih rendah dibandingkan dengan
upah yang diterima oleh laki-laki.
Ketidakberdayaan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan hal
yang melatarbelakangi keberadaan buruh perempuan. Para pemilik modal
memanfaatkan kondisi tersebut untuk menggiring perempuan ke ruang publik.
Akibatnya, volume tenaga kerja perempuan pun meningkat derastis. Hal ini
meyebabkan timbulnya dampak negatif bagi rumahtangga nelayan. Perempuan
dalam hal ini lebih memilih untuk lebih memprioritaskan pekerjaannya sebagai
24
buruh dibandingkan memperhatikan keluarga, menimbulkan banyaknya anakanak minim perhatian orang tua.
25
B. Kerangka Pikir
Strategi Pemenuhan
Kebutuhan:
1. Diversifikasi
Pekerjaan
Kemiskinan
Keluarga
Nelayan
Perempuan
Buruh Ikan
Asin
2. Membangun/
mengembangkan
jaringan sosial
3. Berhutang dan
menekan pengeluaran
Pendapatan total
rumahtangga
Kotribusi pendapatan
perempuan terhadap
pendapatan rumah
tangga
Gambar 1: Alur Kerangka Pemikiran
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan
karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi apa saja yang
dilakukan buruh perempuan dalam memenuhi kebutuhan serta bagaimana
kontribusi pendapatan buruh perempuan terhadap pendapatan rumah tangga di
Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Timur, Kelurahan Kota Karang, Kota
Bandarlampung berdasarkan fakta yang ada. Sesuai dengan pendapat tersebut,
Sugiyono (2013) menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif cocok digunakan
untuk pembuktian/konfirmasi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan
Teluk Betung Timur, Kota Bandarlampung. Dipilihnya lokasi ini karena Pulau
Pasaran berada di pesisir Kota Bandarlampung dan mayoritas penduduk lakilaki dewasa berprofesi sebagai nelayan, sedangkan buruh produksi ikan asin
didominasi oleh kaum perempuan. Melihat dari fakta tersebut, sangat tepat
untuk dilakukakan penelitian terkait strategi perempuan dalam pemenuhan
27
kebutuhan sebagai buruh ikan asin serta bagaimana kontribusi pendapatan
perempuan terhadap pendapatan rumahtangga.
C. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual variabel bertujuan untuk memudahkan pemahaman dan
penafsiran tentang berbagai macam aspek yang berkaitan dengan penelitian.
Definisi konseptual variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Buruh perempuan adalah seseorang yang bekerja di sektor publik di luar
rumah tangga dalam upaya memperoleh penghasilan demi memenuhi
kebutuhan hidupnya maupun orang lain. Buruh perempun nelayan dalam
hal ini memilih ikut bekerja di sektor publik dibandingkan hanya pada
domestik dikarenakan tuntutan ekonomi yang semakin meningkat namun
suami sebagai kepala rumah tangga tidak bisa sepenuhnya memenuhi
kebutuhan ekonomi tersebut. Penelitian ini mengacu pada kriteria
perempuan atau isteri yang bekerja sebagai buruh pengasinan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
2. Rumahtangga nelayan adalah rumah tangga yang melakukan aktivitas
memancing atau menjaring ikan-ikan/hewan laut lainnya/tanamantanaman laut. Dalam rumahtangga nelayan, aktivitas tersebut merupakan
usaha dalam upaya memperoleh pendapatan yang kemudian akan
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Pendapatan
rumahtangga nelayan adalah jumlah semua hasil perolehan penghasilan
28
yang didapat oleh anggota keluarga yaitu suami, istri dan anak-anak
dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Tingkat pendapatan rumah
tangga dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari
masing-masing anggota. Penelitian ini mengacu pada kriteria pendapatan
total rumah tangga, yaitu pendapatan yang diperoleh suami, istri, dan anak
yang sudah bekerja.
3. Strategi pemenuhan kebutuhan dalah serangkaian tindakan yang dipilih
oleh individu atau rumahtangga dalam memanfaatkan sumberdaya, baik
yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
perempuan
nelayan
antara lain
Strategi
yang digunakan
berhemat/menekan pengeluaran,
diversifikasi pekerjaan, pemanfaatan jaringan sosial, dan berhutang.
4. Berhemat dalam kehidupan rumahtangga nelayan merupakan salah satu
strategi yang harus dilakukan oleh istri nelayan. Strategi berhemat
diharapkan mampu menekan pengeluaran rumahtangga nelayan untuk
dapat memaksimalkan pendapatan yang mereka dapatkan pada saat musim
ikan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya pada
saat tidak musim ikan atau peceklik ataupun dengan meminimalisir
kebutuhan seperti mengurangi jumlah kosumsi makanan
5. Kontribusi pendapatan perempuan nelayan adalah perbandingan antara
pendapatan perempuan/isteri nelayan dari bekerja di sektor publik dengan
pendapatan total anggota rumah tangga. Keikutsertaan perempuan dalam
memperoleh pendapatan dilatarbekalangi oleh pendapatan yang diperoleh
suami sebagai kepala rumahtangga tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup
29
rumah tangga. Penelitian ini mengacu pada kriteria seberapa besar
kontribusi istri terhadap pemenuhan kebutuhan rumahtangga.
2. Operasional Variabel
Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan rumahtangga adalah hasil/upah yang diperoleh anggota
rumahtangga dari pekerjaannya. Pada penelitian pendapatan anggota
rumahtangga dikategorikan dalam skala tinggi, sedang, rendah.
Kategori rendah berada pada < Rp 500.000, sedang antara Rp 500.000Rp 1000.000, dan tinggi diatas Rp 1000.000.
2. Pengeluaran rumahtangga, adalah pengeluaran yang dipakai anggota
rumatangga untuk mendapatkan makanan atau yang bukan makanan.
Pada penelitian ini pengeluaran rumahtangga dikategorikan dalam
skala tinggi, sedang, rendah. Kategori rendah berada pada < Rp
500.000, sedang antara Rp 500.000-Rp 1000.000, dan tinggi di atas Rp
1000.000.
3. Strategi pemenuhan kebutuhan
3.1 Diversifikasi pekerjaan, diartikan sebagai perluasan pekerjaan (baik di
sektor kelautan maupun di luar kelautan). Pada penelitian ini,
diversifikasi pekerjaan dilihat dari ada atau tidak adanya pekerjaan
lain dari perempuan yaitu istri nelayan yang bermatapencaharian
sebagai buruh, baik di sektor kelautan maupun di luar sektor
kelautan.
30
3.2 Membangun/mengembangkan jaringan sosial, yaitu memelihara
hubungan baik dan menambah jaringan sosial dalam upaya
memperluas
hubungan
dengan orang lain untuk menjaga
kelangsungan hidup keluarganya.
3.3 Berhutang, yaitu usaha mencari pinjaman untuk menutupi
kekurangan dalam memenuhi
berhutang
dapat
dilihat
kebutuhan
dari:
dasar.
Strategi
(1) banyaknya hutang, (2)
frekuensi berhutang dalam satu bulan, (3) tempat berhutang, dan
(4) alokasi pemanfaatan hutang.
3.4 Berhemat/menekan pengeluaran, berhemat dalam kehidupan
rumahtangga nelayan merupakan salah satu strategi yang harus
dilakukan oleh istri nelayan. Pada penelitian ini, berhemat/
menekan pengeluaran dilihat dari beberapa aspek yaitu:
-
Ada atau tidaknya perempuan/istri nelayan melakukan
penghematan/menekan pengeluaran rumahtangga.
-
Cara apa yang dilakukan perempuan/istri nelayan dalam
proses penghematan/menekan pengeluaran.
-
Bagaimana
bentuk
penghematan
yang
dilakukakan
perempuan/istri nelayan.
4. Kontribusi pendapatan adalah sumbangan nilai hasil yang diperoleh
sebagai imbalan dari anggota rumah tangga yang bekerja. Kontribusi
tenaga kerja perempuan diperhitungkan berdasarkan perbandingan antara
pendapatan rumah tangga dari bekerja di sektor publik dengan pendapatan
total rumah tangga. Pada penilitan ini kontribusi pendapatan dilihat dari
31
berapa besar sumbangan pendapatan isteri terhadap pendapatan rumah
tangga.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi diartikan sebagai generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah istri nelayan yang berprofesi sebagai
buruh ikan asin. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 44 oraang (Data
Monografi Kelurahan Kota Karang 2015).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Sugiyono, 2013).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik simple random
sampling. Dari seluruh istri nelayan yang bekerja sebagai buruh di Pulau
Pasaran Kecamatan Teluk Betung Timur, Kelurahan Kota Karang, Kota
Bandarlampung dipilih secara sederhana untuk menentukan sampel. Untuk
menentukan jumlah sampel dari buruh perempuan Pulau Pasaran tersebut
maka menggunakan perhitungan Slovin (dalam Prasetya, 2012) yaitu:
n=
(
)
Keterangan:
n
= Besaran sampel
N
= Besaran populasi
32
d²
= Taraf nyata atau derajat penyimpangan (0,1)
1
= Bilangan Konstanta
Berdasarkan data yang didapat sebagai berikut:
n=
( ,
)
= 30,5 (dibulatkan 30)
Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden (buruh
perempuan).
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh
data
yang
lengkap,
akurat,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya, maka peneliti mempergunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Kuesioner (Data Primer)
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan daftar pertanyaan yang diisi oleh responden tentang materi yang
ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti, yaitu strategi perempuan
dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga sebagai buruh ikan asin.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung pada objek penelitian yang berupa
aktifitas istri nelayan sebagai buruh pengasinan ikan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan rumahtangga.
3. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan yang mendukung penelitian ini agar
dapat memperkuat data primer, misalnya data monografi desa.
33
4. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah data dari buku-buku, skripsi-skripsi, jurnal-jurnal,
internet, dan literature yang berkaitan dengan penelitian.
E. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program pengolah
data SPSS, yaitu dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Editing, yaitu proses pemeriksaan kembali kuesioner yang telah terisi di
lapangan (jika terdapat kesalahan atau kekeliruan, serta untuk melihat
konsistensi jawaban dan kelengkapan pengisian kuesioner).
2. Membuat format entry data di program SPSS sesuai dengan pertanyaanpertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner.
3. Entry data, yaitu tahap memasukkan data yang telah didapatkan dari kuesioner
ke dalam program SPSS.
4. Prossesing dan output data.
F. Teknik Analisis Data
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Muhson, 2006). Analisis ini hanya berupa akumulasi
data dasar dalam bentuk deskripsi dalam arti tidak mencari atau menerangkan
34
saling hubungan, menguji hipotesis, atau menarik kesimpulan. Teknik analisis
statistik deskriptif yang dapat digunakan antara lain:
1. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dengan analisis ini
akan diketahui kecenderungan hasil temuan penelitian, apakah kontribusi
pendapatan istri nelayan masuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi.
2. Penghitungan ukuran tendensi sentral (mean, median).
3. Penghitungan ukuran penyebaran (standar deviasi, varians, range, kuartil, dan
sebagainya).
Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif
karena ingin
mendeskripsikan data yang diperoleh dari responden dan menjelaskan secara
deskriptif tentang strategi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga
dan kontribusi pendapatan isteri terhadap pendapatan rumah tangga.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kota Bandarlampung
Kota Bandarlampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Kota Bandarlampung
terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan
perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, sehingga menguntungkan bagi
pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandarlampung sebagai pusat perdagangan,
industri, dan pariwisata.
B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Teluk Betung Timur merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang
terdapat di Kota Bandarlampung. Kecamatan Teluk Betung Timur memiliki luas
wilayah 1.210 ha, yang terletak antara 4-50 meter dari permukaan laut. Kecamatan ini
terdiri dari enam kelurahan, yaitu Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Keteguhan,
Kelurahan Kota Karang, Kelurahan Way Tataan, Kelurahan Perwata, dan Kelurahan
Kota Karang Raya. Ibukota dari Kecamatan Teluk Betung Timur adalah Kelurahan
Kota Karang (Kecamatan Teluk Betung Timur dalam Angka, 2013).
36
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandarlampung No 04 tahun 2012 tentang
Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, letak geografis dan wilayah
administratif Kecamatan Teluk Betung Timur memiliki batas-batas sebagai berikut.
a. Sebelah Utara: Kecamatan Teluk Betung Barat
b. Sebelah Selatan: Teluk Lampung
c. Sebelah Timur: Kecamatan Teluk Betung Selatan.
d. Sebelah Barat: Kabupaten Pesawaran
(Kecamatan Teluk Betung Timur dalam Angka, 2013).
2. Keadaan Iklim
Kecamatan Teluk Betung Timur merupakan daerah beriklim tropis dengan curah
hujan rata-rata 166,7 sampai 250 mm/bulan serta rata-rata jumlah hari hujan 15
hari/bulan. Temperatur di kecamatan ini berselang antara 23° C sampai dengan 53° C.
Selang kelembaban relatif di Kecamatan Teluk Betung Timur adalah 30,0 persen
sampai dengan 100,0 persen, sedangkan rata-rata tekanan udara minimal dan
maksimal di Kecamatan Teluk Betung Timur adalah 1.019,4 Nbs dan 1.025,3 Nbs
(Kecamatan Teluk Betung Timur dalam Angka, 2013).
3. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Teluk Betung Timur menurut hasil proyeksi pada
tahun 2013 berjumlah 38.408 jiwa, yang terdiri dari 19.809 jiwa penduduk berjenis
kelamin laki-laki dan 18.599 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan. Dengan
37
luas 12,10 km2, maka kepadatan penduduk adalah sebesar 3.174 jiwa/km2
(Kecamatan Teluk Betung Timur dalam Angka, 2013).
C. Keadaan Umum Kelurahan Kota Karang
1. Sejarah Terbentuknya Kota Karang
Kelurahan Kota Karang berdiri sejak abad 18 (tahun 1800) yang dihuni dan dibuka
oleh Pangeran Tanun Dewangsa dan Pangeran Tanun Jaya beserta keluarga. Kota
Karang berasal dari kata “Kutha Kaghang” (bahasa Lampung) yang dapat diartikan
sebagai segala pagar karang karena pada zaman dahulu kelurahan ini terletak di
pinggir pantai sehingga untuk pengamanannya dipagar menggunakan batu karang,
maka kelurahan ini dinamakan Kota Karang hingga saat ini. Kemudian pada tahun
2012, tepatnya pada tanggal 17 September 2012, Kota Karang dimekarkan menjadi
dua kelurahan, yaitu Kotakarang dan Kota Karang Raya berdasarkan peraturan
Daerah Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan Kota Bandarlampung (Monografi Kelurahan Kota Karang, 2013).
2. Keadaan Geografis
Kelurahan Kota Karang memiliki luas wilayah 35 ha, yang terletak antara 4-50 meter
dari permukaan laut. Letak Kelurahan Kota Karang cukup strategis karena hanya
berjarak 5 km dari pusat pemerintahan kecamatan dan berjarak 8 km dari ibukota
Kota Bandarlampung. Batas-batas wilayah Kelurahan Kota Karang adalah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara: Way Belau/Kelurahan Pesawahan
38
b. Sebelah Selatan: Jalan Teluk Ratai/Kelurahan Kota Karang Raya
c. Sebelah Timur: Jalan Laksamana R.E. Martadinata/Kelurahan Perwata
d. Sebelah Barat: Laut/Teluk Lampung (Monografi Kelurahan Kota Karang, 2013).
3. Topografi dan Iklim
Topografi Kelurahan Kota Karang sebagian besar adalah dataran rendah. Ketinggian
tanah Kelurahan Kota Karang dari permukaan laut 2 meter. Curah hujan 25
mm/tahun, sedangkan suhu rata-ratanya 37° C .
4. Keadaan Demografi
Penduduk Kelurahan Kota Karang pada tahun 2013 berjumlah 10.186 jiwa terdiri
dari penduduk laki-laki sebanyak 5.170 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
5.016 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Kota Karang adalah 2.594 KK.
Secara rinci jumlah penduduk berdasarkan golongan umur disajikan pada Tabel 1. Tabel
1 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Kota Karang berada
pada umur antara 25 – 54 tahun (sebanyak 4.392 jiwa atau 43,1%). Kota Karang
didominasi oleh penduduk yang berusia produktif sehingga mampu menjalankan
kegiatan ekonomi secara optimal. Pekerjaan penduduk di Kelurahan Kota Karang
beraneka ragam, yaitu Pegawai Negeri Sipil, Tentara Republik Indonesia, pedagang,
petani, tukang, buruh, pensiunan, dan lain-lain.
Jumlah penduduk Kota Karang terbanyak adalah penduduk dengan lulusan
pendidikan Sekolah Dasar, yaitu sebanyak 47,6%, seperti yang disajikan pada Tabel
39
2. Lulusan pendidikan penduduk dapat mempengaruhi pekerjaan penduduk tersebut.
Kemajuan suatu daerah juga bisa didorong oleh tingkat pendidikan penduduk daerah
tersebut.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Kota Karang menurut Kelompok Umur
Tahun 2013
Kelompok umur (tahun)
Jumlah jiwa
Persentase (%)
0-4
730
7,2
5-6
604
15,9
7-13
1125
11,0
14-16
782
7,7
17-24
1433
14,1
25-54
4.392
43,1
55 keatas
1120
11,0
Jumlah
10.186
100,00
(Monografi Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung, 2013)
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Kota Karang menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2013
Pendidikan
Frequency
Percent (%)
Tidakl sekolah
2.360
23,3
Taman Kanak-Kanak
293
2,9
SD
4.843
47,6
SMP
1.259
12,4
SMA
1.306
12,8
Akademi/D1-D3
62
0,6
Sarjana S1-S2
57
0,6
Total
10.186
100.0
Sumber : Monografi Kelurahan Kota Karang, 2013
40
5. Sarana Umum
Kelurahan Kota Karang memiliki beberapa sarana untuk menunjang kegiatan
penduduknya, seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah, sarana
transportasi, hingga sarana ekonomi, seperti yang disajikan pada Tabel 3. Sarana
yang ada diharapkan bermanfaat dan mendukung kegiatan penduduk Kelurahan Kota
Karang. Sarana yang ada di Kelurahan Kota Karang sudah cukup memadai untuk
mendukung pelayanan kepada penduduk Kelurahan Kota Karang. Total sarana
pendidikan sebanyak lima unit, sarana kesehatan sebanyak 13 unit, sarana ibadah
sebanyak delapan unit, sarana transportasi sebanyak dua unit, dan sarana ekonomi
sebanyak 11 unit.
Tabel 3. Jumlah Sarana Pendidikan, Kesehatan, Ibadah, Transportasi, dan
Ekonomi di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur
Kota BandarLampung Tahun 2013
Sarana
Pendidikan
Kesehatan
Ibadah
Transportasi
Ekonomi
Jenis sarana
SD
SMP
SMA/SMK
Puskesmas
Posyandu
Klinik
Toko obat
Masjid
Pelabuhan laut
Pelabuhan sungai
Koperasi
Pasar
Ruko
Total
Sumber : Kecamatan Teluk Betung Timur dalam angka, 2013
Jumlah (unit)
3
1
1
1
8
2
2
8
1
1
1
1
9
39
41
Sarana pendidikan yang berupa SD, SMP, dan SMA cukup memadai bagi penduduk
Kelurahan Kota Karang untuk menempuh pendidikan sehingga diharapkan penduduk
mampu bersekolah dan mempunyai ilmu dan pengetahuan yang dapat bermanfaat.
Sarana kesehatan di Kelurahan Kota Karang cukup banyak, seperti Puskesmas,
Posyandu, Pos Klinik, dan toko obat. Sarana kesehatan memberikan pelayanan
kesehatan dasar kepada penduduk untuk dapat menanggulangi masalah kesehatan
yang dialami.
Sarana ibadah di Kelurahan Kota Karang belum lengkap karena hanya ada sarana
ibadah untuk penduduk yang beragama Islam sedangkan penduduk yang beragama
Khatolik, Kristen, Hindu, dan Budha belum tersedia. Sarana transportasi di kelurahan
ini pelabuhan laut dan pelabuhan sungai. Letak Kelurahan Kota Karang yang dekat
dengan laut dan sungai serta banyak penduduk yang beraktivitas di laut dan sungai
membutuhkan pelabuhan ini untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Sarana ekonomi di Kelurahan Kota Karang sudah cukup lengkap dan mampu
menunjang aktivitas perdagangan barang dan jasa. Penduduk dapat membeli
kebutuhan yang diperlukan di pasar, pertokoan maupun koperasi. Pasar terletak di
pusat Kelurahan Kota Karang, pertokoaan, tersebar di wilayah Kelurahan Kota
Karang, sedangkan koperasi terletak di Pulau Pasaran. Toko yang ada menjual dalam
jumlah grosir maupun eceran, barang yang dijual mulai dari sembako, perabotan
rumah tangga, alat listrik, besi dan bangunan, perlengkapan nelayan, dan lain-lain.
42
D. Keadaan Umum Pulau Pasaran
1. Keadaan Geografis
Pulau Pasaran adalah sebuah pulau di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk
Betung Timur. Luas Pulau Pasaran sekitar 12 hektar. Pulau Pasaran dikenal sebagai
sentra pengolahan ikan teri asin terbesar di Kota Bandarlampung. Jarak dari Pulau
Pasaran ke Kelurahan Kota Karang sekitar 1 km dengan waktu tempuh sekitar 15
menit. Pulau Pasaran termasuk dalam Lingkungan 2 di Kelurahan Kota Karang yang
terbagi menjadi RT 09 dan RT 10.
2. Keadaan Topografi
Kondisi tepi laut di Pulau Pasaran hampir secara keseluruhan sudah berupa tumpukan
batu dan tidak ada lagi tepi laut yang berupa pantai berpasir. Kondisi pulau yang
berada pada laut yang dangkal dimanfaatkan oleh penduduk untuk memperluas
wilayah Pulau Pasaran. Penduduk sengaja membuat tumpukan batu untuk membuat
lahan sebagai tempat tinggal mereka, bahkan ada beberapa tempat yang masih berupa
lautan dangkal tetapi sudah menjadi lahan hak milik salah satu warga di Pulau
Pasaran.
3.
Keadaan Demografi
Pulau Pasaran memiliki jumlah penduduk total pada tahun 2015 sebanyak 1.168 jiwa.
Penduduk di Pulau Pasaran terdiri atas laki-laki sebanyak 598 jiwa dan perempuan
sebanyak 570 jiwa. Secara rinci jumlah penduduk berdasarkan golongan umur dapat
dilihat pada Tabel 4.
43
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumalah terbesar \ penduduk di Pulau Pasaran berada pada
umur antara 26-55 tahun (sebanyak 35,5%). Penduduk Pulau Pasaran didominasi oleh
penduduk yang berusia kerja sehingga mampu menjalankan usaha secara optimal. Pulau
Pasaran kini telah menjadi sentra pengolahan ikan teri asin terbesar di Bandarlampung di
mana penduduknya banyak dikenal sebagai pengolah ikan teri asin. Keadaan penduduk
berdasarkan jenis mata pencaharian disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4. Jumlah Penduduk di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Timur
menurut Kelompok Umur tahun 2015.
Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
0–4
95
5–6
34
7 – 13
268
14 – 17
97
18 – 25
180
26 – 55
415
56 keatas
79
Jumlah
1.168
Sumber : Monografi Pulau Pasaran, 2015 ( tidak dipublikasikan)
%
8,1
2,9
22,9
8,3
15,4
35,5
6,8
100,0
Tabel 5. Jumlah Penduduk di Pulau Pasaran menurut Mata Pencaharian tahun
2015.
Mata Pencaharian
Jumlah (jiwa)
%
Pedagang
45
14,3
Karyawan
11
3,5
Buruh
150
47,6
Nelayan
19
6,0
Tukang
4
1,3
Lain-lain
86
27,3
Jumlah
334
100.0
Sumber : Monografi Pulau Pasaran, 2015 ( tidak dipublikasikan)
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase terbesar penduduk di Pulau Pasaran bekerja
sebagai buruh, yaitu sebanyak 47,6%, (bekerja kepada pengolah ikan). Selain itu,
penduduk di Pulau Pasaran bekerja sebagai pedagang, nelayan, tukang, wiraswasta, dan
pekerjaan lainnya. Tingkat pendidikan di Pulau Pasaran disajikan pada Tabel 6.
44
Dari Tabel 6 terlihat bahwa mayoritas pendidikan formal yang pernah diikuti sebagian
penduduk di Pulau Pasaran adalah Sekolah Dasar (SD) (sebesar 54,6%). Kurangnya
kesadaran dan biaya menjadi penyebab utama rendahnya tingkat pendidikan penduduk di
Pulau Pasaran sehingga menyulitkan dalam menerima, menyerap, dan menerapkan
teknologi atau inovasi yang ada pada saat ini.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Penduduk di Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung
timur, tahun 2015.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Tidak sekolah
353
Paud
23
SD
243
SMP
88
SMA
71
Sarjana
12
Diploma
8
Dan lain-lain
370
Jumlah
1.168
Sumber : Monografi Pulau Pasaran, 2015 (tidak dipublikasikan)
%
30,3
5,2
54,6
19,8
16,0
2,7
1,8
31,7
100,0
4. Sarana dan Prasarana
Akses untuk menuju Pulau Pasaran ada dua alternatif, yaitu alternatif darat dan laut. Jalur
darat dapat dilalui dengan menyebrangi jembatan penghubung dengan panjang 500 meter
yang menghubungkan Pulau Pasaran dengan pesisir Kecamatan Teluk Betung Timur,
namun jembatan yang memiliki lebar kurang lebih 1,5 meter ini tidak dapat dilalui oleh
kendaraan besar seperti mobil. Alat transportasi yang digunakan untuk menuju ke Pulau
Pasaran melalui jalur laut adalah dengan menggunakan perahu. Perahu pada saat ini
sudah jarang digunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas karena masyarakat lebih
memilih melewati jembatan penghubung. Pasokan listrik di Pulau Pasaran didistribusikan
45
melalui kabel listrik yang disambungkan melalui tiang-tiang listrik yang dipasang di laut
dan disalurkan dari bawah laut.
Keseluruhan lahan di Pulau Pasaran digunakan untuk berbagai bentuk, 60% lahan
digunakan untuk tempat penjemuran ikan teri, sedangkan sisanya 40% digunakan untuk
sarana penunjang sosial dan ekonomi yang terdapat di Pulau Pasaran, antara lain sarana
pendidikan berupa satu
bangunan Sekolah Dasar (SD), tempat ibadah berupa satu
mushala dan satu masjid, sarana kesehatan berupa satu Puskesdes (Pusat Kesehatan
Desa), tempat pemakaman, satu balai warga, dan satu koperasi. Sarana penunjang
perekonomian pengolah di Pulau Pasaran adalah kapal yang biasa digunakan pengolah
ikan untuk melakukan transaksi jual beli ikan segar di bagan yang letaknya di tengahtengah laut. Selain itu, di Pulau Pasaran terdapat beberapa usaha, yaitu 19 warung
kebutuhan konsumsi dan empat toko besi kecil.
5. Potensi Perikanan
Pulau Pasaran memiliki potensi besar di bidang perikanan. Pulau Pasaran menjadi
salah satu sentra industri pengolahan ikan teri di Lampung. Sebagian besar mata
pencaharian pokok penduduknya bertumpu pada sektor perikanan, yaitu sebagai
pengolah ikan teri asin. Metode dan keterampilan mengolah ikan kering tersebut
diperoleh secara turun-menurun dengan melakukan perbaikan produksi berdasarkan
pengalaman.
Potensi perikanan di Pulau Pasaran membuat masyarakat di pulau ini sebagian besar
memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan perikanan seperti pengolah ikan asin,
46
nelayan, dan buruh pengasin. Hal ini menyebabkan terbentuknya kelompok pengolah
ikan dan kelompok nelayan. Proses kemandirian kelompok serta kelembagaan yang
telah terbentuk diwujudkan dengan berdirinya koperasi perikanan yang dikelola
secara mandiri oleh kelompok pengolah ikan Pulau Pasaran.
Produksi ikan teri di Pulau Pasaran dalam sehari bisa mencapai 20 ton yang
diproduksi oleh lima kelompok pengolah ikan (teri). Pengolahan pengasinan ikan teri
tersebut didukung oleh jumlah produksi ikan basah di Bandarlampung yang sebesar
30.204 ton, sedangkan produksi ikan jenis teri sebesar 12.720 ton (Dinas Kelautan
dan Perikanan Kota Bandarlampung, 2013). Potensi ikan basah khususnya ikan teri
yang tinggi dimanfaatkan oleh masyarakat di Pulau Pasaran untuk mengolah ikan teri
kering. Produk teri kering yang menjadi prioritas pengolah terdiri dari teri nasi, teri
nilon, dan teri jengki.
Secara ekonomi, produk ikan kering yang menguntungkan yaitu teri nasi karena
harga jualnya tinggi, sedangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku, teri jengki
mempunyai pasokan bahan baku yang berkelanjutan karena jenis ikan ini tidak
mengenal musim dan cenderung selalu ada setiap saat. Potensi yang ada di Pulau
Pasaran juga memberikan kesempatan kepada ibu-ibu untuk membentuk kelompok
pengolah produk turunan yang mengolah produk dari ikan teri kering. Produk olahan
ini meningkatkan nilai tambah ikan teri kering dan mampu menambah pendapatan
masyarakat.
47
Pengembangan wilayah Pulau Pasaran dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak
seperti Bank Indonesia Provinsi Lampung, dompet duafa dan Dinas Perikanan
Provinsi Lampung. Sebuah program disusun untuk pengembangan klaster perikanan
di Pulau Pasaran. Program tersebut pada akhirnya berhasil mendirikan koperasi
perikanan yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat Pulau Pasaran, khususnya
kelompok pengolah ikan, kelompok pengolah produk turunan, nelayan, dan buruh
pengasin.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa
strategi perempuan buruh ikan asin dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga
asin (Studi Di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung
Timur, Kota Bandarlampung) sebagai berikut:
1. Strategi perempuan dalam pemenuhan hidup rumahtangga di Pulau Pasaran
antara lain dilakukan dengan cara penghematan/menekan pengeluaran,
diversifikasi pekerjaan, membangun/mengembangkan jaringan sosial, dan
berhutang.
2. Penghematan/menekan pengeluaran buruh perempuan di Pulau Pasaran
dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu mengurangi kebutuhan pokok,
kebutuhan bulanan rumahtangga, dan kebutuhan anak. Selain itu cara lain
menekan pengeluaran yaitu dengan mengurangi kosumsi makanan berupa
beras, sayuran, dan jajanan anak.
3. Tidak semua buruh perempuan di Pulau Pasaran berhutang, beberapa dari
mereka lebih memilih untuk menekan atau mengurangi pengeluaran
rumahtangga.
99
4. Diversifikasi pekerjaan buruh perempuan di Pulau Pasaran masih terbatas
dalam mendapatkan pekerjaan sampingan selain buruh. Pekerjaan sampingan
dilakukan ketika musim paceklik dan bulan purnama tiba. Macam dari
pekerjaan sampingan mereka adalah berdagang, menjadi buruh gosok, dan
buruh cuci.
5. Kuantitas dan kualitas dari hubungan antara buruh pengasinan ikan dengan
tetangga rumah, teman kerja, dan juragan terlihat baik. Begitu halnya ketika
mereka diminta bantuannya, juga baik dan cepat membantu.
6. Kontribusi pendapatan isteri terhadap pendapatan rumahtangga berada pada
30% - 60% (sebanyak 18 rumahtangga atau sebesar 60.0%) dan minoritas
berada pada 70% - 100% (sebanyak 3 rumahtangga atau sebesar 10.0%). Rata
rata kontribusi pendapatan isteri adalah 40.81% dengan standar deviasi
16.596% perbulan. Kontribusi terkecil berdasarkan hasil penelitian adalah
23% dan jumlah terbesar 100%.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas disarankan:
1. Bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan program-program bantuan
yang bisa membantu istri buruh nelayan dalam melakukan pemanfaatan
sumber daya pesisir berupa pemberian pengetahuan berupa penyuluhan
tentang pengelolaan sumber daya pesisir secara baik, sehingga pemanfaatan
sumberdaya dapat bernilai ekonomis, Seperti halnya di Pulau Pasaran peran
isteri buruh nelayan dalam pemenuhan kebutuhan sangatlah membantu dalam
peningkatan ekonomi rumahtangga. Peran mereka yang bekerja sebagai buruh
100
ikan asin dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga pada dasarnya butuh
perhatian dari berbagai kalangan, khususnya pemerintah. Minimnya
pengetahuan
mereka
dalam
mengatur
pendapatan
dan
pengeluaran
rumahtangga, menyebabkan mereka tidak dapat memanfaatkan upah mereka
dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan kepada buruh
perempuan dalam memanfaatkan upah secara maksimal dan pengaturan
strategi secara baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan rumahtangga
2. Mengingat penelitian ini banyak kekurangan karena menitikberatkan pada
strategi perempuan sebagai isteri dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga
sebagai buruh ikan asin dan kontribusi pendapatan isteri terhadap pendapatan
rumahtangga, maka disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk meneliti
model yang berbeda dan cocok untuk generasi muda dalam upaya mengatasi
kemiskinan pada rumahtangga nelayan.
101
DAFTAR PUSTAKA
Buku.
Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan Dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta:
Ar- Ruzz Media.
Muhson, Ali. 2006. Teknik Analisis Data Kuantitatif. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Prasetya, Bambang dan Miftahul Jannah, Lina. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif.
Grafindo. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Alfabeta. Bandung.
Syani, Abdul. 2005. Masyarakat: Dinamika Kelompok dan Implikasi Kebudayaan
dalam Pembangunan. Bandar Lampung: Unila Press.
Toha, Halili dan Hari Pramono. 1991. Hubungan Kerja Antara Majikan Dan Buruh.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsip
BPS. 2015. Angka Kemiskinan Lampung Maret 2015. Diunduh dari:
http://lampung.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20150915120304.pdf [19
Oktober 2015].
BPS. 2015. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi 2015. Diunduh dari:
https://www.academia.edu/Download [10 Oktober 2015].
102
Kelurahan Kota Karang. 2015. Monografi Kelurahan Kota Karang. Bandar
Lampung: Kelurahan Kota Karang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Diunduh dari:
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_13_03.htm [ 15 Oktober 2015].
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 30. Diunduh dari:
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_13_03.htm [ 15 Oktober 2015].
Jurnal Online
Alpharezy M Agam, Zuzy Anna dan Ayi Yustiati. 2012. Analisis Pendapatan Dan
Pola Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Buruh Di Wilayah Pesisir
Kampak Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume
3:No 1. Diunduh dari: http://jurnal.unpad.ac.id/jpk/article/view/3547/2416 [04
Februari 2016].
Bathara Lamun, Kristanti dan Kusai . 2014. Strategi Bertahan Hidup Nelayan Buruh
Di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
Jurnal Berkala Perikanan Terubuk. Volume 42:No 1. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=172145&val=2275&title
=STRATEGI%20BERTAHAN%20HIDUP%20NELAYAN%20BURUH%20
DI%20DESA%20MESKOM%20KECAMATAN%20BENGKALIS%20KAB
UPATEN%20BENGKALIS%20PROVINSI%20RIAU[15 mei 2016].
Belda, Febroza dan Joni Cristanto 2013. Strategi Penghidupan Nelayan Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat. Di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Dan
Sungai Beremas. Jurnal Bumi Indonesia. Volume 1:No 1. Diunduh dari:
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/viewFile/44/44 [18
November 2015].
Benjamin. 2013. Strategi Perempuan Miskin Dalam Mempertahankan Kelangsungan
Hidup. Jurnal Sosiologi. Volume 15:No 2. Diunduh dari:
http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/sosiologi/article/view/183 [29
November 2015].
Dulay,Harmona. 2006. Buruh Perempuan Di Industri Manufaktur Suatu Kajian Dan
Analisis Gender. Jurnal Harmoni Sosial. Volume 1:No 1. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16002/1/was-feb2006%20%281%29.pdf[23 November 2015].
103
Handito Ribut Kusumo . 2015. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat
Miskin Di Wilayah Slum Dukuh Kupang Barat-Surabaya. Jurnal Paradigma.
Volume 3:No 1. Diunduh dari:
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=289855241
6 [15 mei 2016].
Hidayati, Dewi Ayu. 2013. Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan dalam
Memenuhi Kebutuhan Hidup Keluarga dan Jaminan Sosial Bagi Rumah
Tangga Miskin Studi di Kelurahan Jagabaya II Kecamatan Sukabumi Kota
Banda lampung. Jurnal Administratio. Volume 4:No 1. Diunduh dari:
http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/administratio/article/download/142/
148 [03 Oktober 2015].
Leo Zakaria Nur M., 2003. Profil Rumah Tangga Nelayan Buruh dan Strategi
Bertahan Hidup Di Desa Tamalate Kecamatan Galesong Utara Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan. FNMPA UNM Makasar. Makasar. Jurnal Alumni.
Volume 8:No 1. Diunduhdari: http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/8/unm-digilibunm-mnurzakari-389-1-profilr-h.pdf [5 Februari 2016].
Ruslan Murniati. 2010. Pemberdayaan Perempuan dalam Dimensi Pembangunan
Berwawasan Gender. Musawa. Volume 2:No 1. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=185721&val=6439&title
=PEMBERDAYAAN%20PEREMPUAN%20%20DALAM%20DIMENSI%2
0PEMBANGUNAN%20BERBASIS%20GENDER [15 Oktober 2015].
Rochana, Erna. 2011. Survival Strategi Perempuan dalam Menghadapi Gelombang
Pasang. Jurnal Administratio. Volume 2:No 2. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=258321&val=7023&titl
e=SURVIVAL%20STRATEGI%20PEREMPUAN%20DALAM%20MENG
HADAPI%20GELOMBANG%20PASANG%20%28Studi%20Perubahan%2
0Sosial%20di%20%20Desa%20Pesisir%20%20Kota%20Bandar%20Lampu
ng%29 [28 November 2015].
Sulastri dan Abbas Emmy Alamria.2012. Perbedaan Persepsi terhadap
Pengembangan Karir Antara Wanita Menikah dan Wanita Belum Menikah
(Single). Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Jurnal
Ilmiah Kajian Prilaku. Volume 1:No 2. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=58950&val=4111 [21
September 2015].
Valentine, Rizky Wilfrida dan Indah Sulistiowati 2013. Analisis peran ganda dan
strategi Pemberdayaan janda yang bekerja di kota Semarang. Diponegoro
Jurnal Of Economi. Volume 2:No 4. Diunduh dari:
https://core.ac.uk/download/pdf/16702293.pdf [21 September 2015].
104
Wijayanti, Dian Maulina. 2010. Belenggu Kemiskinan Buruh Perempuan Pabrik
Rokok. STAINU Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Komunitas. Volume 2:No
2. Diunduh dari : http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas (18
November 2015).
Skripsi
Fitria Ayu Farida, 2008. Analisis Partisipasi dan Kontribusi Pendapatan Tenaga
Kerja WanitaPada Industri Kecil Krupuk Kedelai Di kecamatan tuntang
kabupaten semarang. Fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Hidayati Arini Nur, 2014. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Nelayan Miskin
di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras Bandar Lampung. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Lampung.
Kusumaningtyas Devi Ratih, 2011 Strategi Ketahanan Ekonomi Keluarga Buruh
(Studi Pada Para Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Industri Jatake, Tangerang.
Fakultas Ilmu Sisial Dan Ilmu Politik. Universitas Lampung.
Mugni,
Abdul. 2006. “Strategi Rumahtangga Nelayan
Kemiskinan”. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
dalam Mengatasi
Internet
Bastianbahua. 2011. Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi
Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango.
Diunduh dari: http://bastiantitof2f.blogspot.co.id/2011/06/pengaruhpendapatan-nelayan-terhadap.html[6 Februari 2016].
Hariyansah, Reki. 2013. Strategi Rumah Tangga Nelayan Dalam Mengatasi
Kemiskinan. Diunduh dari: http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/2013/08/JURNAL-REKI-HARIANSYAH-090569201020SOSIOLOGI-2013.pdf [17 November 2015].
105
Rusdan. 2015. Mengenal Klasifikasi Kebutuhan Manusia Dalam Ilmu Ekonomi.
Diunduh dari: http://www.blablaid.com/mengenal-klasifikasi-kebutuhanmanusia-dalam-ilmu-ekonomi [26 November 2015].
Prioni, Nicko. 2015. Perlunya Menggagas Grand Strategy untuk Eksploitasi dan
Upaya Pengamanan Kepentingan Nasional Di Laut. Diunduh dari:
Mhttp://jurnalmaritim.com/2015/09/perlunya-menggagas-grand-strategyuntuk-eksploitasi-dan-upaya-pengamanan-kepentingan-nasional-di-laut/ [29
September2015].
Widodo, Slamet. 2015. Penguatan Modal Sosial untuk Pengembangan Nafkah
Berkelanjutan Dan Berkeadilan. Diunduh dari:
http://agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/PenguatanModal-Sosial-Untuk-Pengembangan-Nafkah-Berkelanjutan-danBerkeadilan.pdf[30 November 2015].
Download