Pemerintah Mendorong Industri Hijau Melalui Pemberian

advertisement
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Siaran Pers
Kepala BKPM: Pemerintah Mendorong Industri Hijau Melalui Pemberian Insentif
Jakarta, 27 April 2015 --- Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan bahwa dalam
pengembangan investasi hijau, ada tiga tantangan yang harus diharapi. Pertama, masih banyak
industri yang menggunakan teknologi lama yang kurang ramah lingkungan. Kedua, sumber
daya manusia yang kompeten masih terbatas. Ditambah kurangnya dukungan fasilitas dan
pembiayaan, isu ini menghambat penelitian dan pengembangan, serta penerapan hasilhasilnya yang sesuai dengan kebutuhan industri nasional. Ketiga, insentif yang mendukung
pengembangan industri hijau di Indonesia masih sedikit. Untuk mendukung pertumbuhan
investasi hijau, Franky menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia telah menyediakan sejumlah
fasilitas, baik fiskal maupun non fiskal. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani pada pembukaan Tropical Landscapes Summit: A
Global Investment Opportunity di Shangri la Hotel Jakarta hari ini (27/4).
"Investasi untuk industri hijau memang lebih mahal. Oleh sebab itu, diperlukan insentif dari
pemerintah agar produk industri hijau dapat bersaing dengan produk konvensional di pasar.
Untuk itu kami menawarkan fasilitas fiskal berupa: Tax holiday bagi lima industri pionir,
termasuk industri biofuel dan industri dari sumbar daya terbarukan. Dengan baru
diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan
untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu,
investor di 143 bidang usaha juga berhak memperoleh tax allowance dari hanya 129 bidang
dalam peraturan sebelumnya, termasuk investor di bidang pembangkit tenaga listrik dengan
energi baru/terbarukan, pengusahaan tenaga panas bumi, industri pemurnian dan pengolahan
gas alam, bidang penampungan, penjernihan dan penyaluran air bersih, serta pengelolaan dan
pembuangan sampah. Selain itu, kami menawarkan pembebasan bea impor bagi material, alat,
dan mesin untuk produksi," papar Franky.
Franky menambahkan, fasilitas nonfiskal yang Pemerintah sediakan yaitu Pertama, Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk perizinan dan nonperizinan investasi. Kedua, kemudahan izin
keimigrasian bagi tenaga kerja asing yang juga diproses di PTSP BKPM. Ketiga, pelayanan
segera (rush handling) serta pembongkaran dan penimbunan di luar kawasan pabean untuk
barang impor tertentu. Keempat, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang telah ada di delapan
lokasi dan akan dibangun di 11 lokasi baru di seluruh Indonesia.
"Tidak hanya sampai disitu, dalam revisi peraturan tentang tax allowance, kami mendukung
pemberian insentif tersebut kepada perusahaan yang menggunakan teknologi ramah
lingkungan dan komponen lokal yang tinggi. Selain itu, kami ingin pemerintah lebih aktif
AnD
meyakinkan produsen untuk beralih ke industri hijau dan mengedukasi konsumen untuk lebih
terlibat dalam ekonomi hijau." tambah Franky.
Berpidato dalam pembukaan seminar, Franky juga menyatakan bahwa pada dasarnya, tidak
terdapat definisi yang universal dari investasi hijau atau green investment. Indonesia
menghubungkan investasi hijau dengan konsep industri hijau. Dari segi input, industri hijau
menggunakan material yang ramah lingkungan dan energi alternatif, keduanya dalam jumlah
yang lebih kecil; Dalam prosesnya, industri hijau menerapkan konsep reduce, reuse, recycle
and recovery, menggunakan teknologi ramah lingkungan, serta mempekerjakan sumber daya
manusia yang berkompetensi tinggi, efisien, dan berwawasan lingkungan; dan dari segi output,
industri hijau menghasilkan produk yang bersahabat dengan alam serta mampu menekan
jumlah emisi karbon dan sampah.
"Berdasarkan prinsip tersebut, investasi hijau tidak memiliki batasan hitam dan putih. Kegiatan
investasi yang ramah lingkungan, memberi nilai tambah yang optimal kepada sumbar daya
alam, melibatkan inovasi, serta menerapkan prinsip green production alih-alih melakukan
business as usual, bisa dikatakan sebagai investasi hijau,”" ungkap Franky.
Franky menjelaskan bahwa di Indonesia, setidaknya terdapat tujuh sektor usaha yang erat
kaitannya dengan pelestarian lingkungan dan berpeluang dikembangkan sebagai investasi
hijau. Sektor investasi tersebut mencakup pertanian, kehutanan, perikanan, pengusahaan
tenaga panas bumi, industri penghasil produk ramah lingkungan, pembangkit listrik dari
sumber energi baru/terbarukan, dan pengelolaan sampah.
Dalam lima tahun terakhir, realisasi investasi langsung di ketujuh sektor tersebut di Indonesia
mencapai 41 miliar dollar. Tidak hanya itu, kami juga mencatat angka pertumbuhan rata-rata
tahunan yang cukup meyakinkan dalam periode 2010-2014, yaitu 23% untuk PMA dan 42%
untuk PMDN. Kami memperkirakan akan tercipta realisasi investasi setidaknya sebesar 100
miliar dollar hingga tahun 2019 di ketujuh sektor tersebut di Indonesia,” papar Franky.
Apresiasi United Nations atas Komitmen Indonesia
Sementara itu, Gina Casar, UN Under Secretary General and Associate Administrator of UNDP
mengapresiasi inisiatif Pemerintah Indonesia dalam menerapkan kebijakan investasi hijau,
diantaranya melalui komitmen pengurangan emisi karbon sebesar 26% pada RPJMN 20152019. Gina mengungkapkan bahwa event Tropical Landscapes Summit ini diselenggarakan
pada saat yang tepat, baik bagi Indonesia maupun dunia, di saat komunitas internasional
sedang dalam proses untuk membentuk agenda global dalam mencapai Millenium
Development Goals (MDG).
--Selesai—
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi:
Ariesta Riendrias Puspasari
Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat dan
Tata Usaha Pimpinan
Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190
Telepon : 021-5269874
HP : 08161946825
E-mail : [email protected]
AnD
Download