BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers 200 Perusahaan Tahap Konstruksi Realisasikan Investasi Rp 264,7 T Jakarta, 2 Maret 2016 – Badan Koordinasi Penanaman Modal mengawal proyek investasi sebanyak 200 perusahaan dalam tahap konstruksi sepanjang tahun 2015. Hingga kini, tercatat proyek-proyek yang telah direalisasikan dalam dua daftar tersebut mencapai Rp 264,7 Triliun atau 51,4% dari total rencana investasi 200 perusahaan tersebut sebesar Rp 512,6 Triliun. Adapun proyek tersebut terdiri dari bidang industri, pembangkit tenaga listrik, real estate dan beberapa industri lainnya. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyampaikan bahwa capaian realisasi investasi 200 perusahaan tersebut menunjukkan dua hal penting. Pertama, bahwa investasi tetap positif di saat terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dikhawatirkan akan menunda proses realisasi investasi. Kedua, pengawalan terhadap proyek investasi yang sedang konstruksi ini dapat mendorong pencapaian target realisasi tahun 2016 yang mencapai Rp 594,8 Triliun. “Setelah kami bertemu dan berbicara langsung dengan para investor, mereka menyampaikan bahwa Indonesia tetap menjadi lokasi yang penting bagi mereka untuk melakukan investasi. Proyek-proyek yang masih konstruksi ini dapat mendorong pencapaian target realisasi investasi tahun 2016,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor BKPM, Jakarta, Rabu (2/3). Franky menjelaskan, dari 200 proyek investasi yang sedang dikawal BKPM, 59 proyek diantaranya sudah selesai konstruksi dan siap untuk memulai kegiatan produksinya, dengan nilai investasi Rp 108 Triliun. 59 proyek tersebut tercatat menyerap 14.679 tenaga kerja langsung. Sementara itu, 141 proyek lainnya masih melanjutkan terus melakukan konstruksinya dengan nilai investasi yang sudah direalisasikan sebesar Rp 157 Triliun. “Proyek yang masih dalam tahap konstruksi ini akan terus kami kawal dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja langsung hingga 65.012 orang,” jelasnya. Franky menambahkan, dari 59 proyek investasi yang sudah selesai konstruksi tersebut, sebagian besar berada di luar Jawa sebanyak 33 proyek dan di Pulau Jawa sebanyak 26 proyek. Proyek investasi di luar Jawa di antaranya tersebar di Sumatera Utara 9 proyek, Bali 5 proyek, Sumatera Selatan dan Riau masing-masing 3 proyek, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat masing-masing sebanyak 2 proyek, serta Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah dan Papua Barat masing-masing 1 proyek. “Hal ini cukup menggembirakan karena geliat investasi di luar Jawa tumbuh dan dapat mendorong pemerataan pembangunan. Kami akan mengawal terus 141 proyek investasi yang sedang konstruksi yang 70 perusahaan berada di luar Jawa, sementara 71 perusahaan berada di Pulau Jawa,” imbuhnya. Menguatkan Substitusi Impor dan Mendorong Orientasi Ekspor Nilai strategis dari pengawalan realisasi investasi 200 perusahaan tersebut adalah adanya proyeksi adanya potensi nilai substitusi impor sebesar US$ 634 Juta dan nilai ekspor sebesar US$ 15,2 Miliar. Franky merinci potensi tersebut diperoleh dari 200 perusahaan tersebut. Dari total 59 perusahaan yang sudah selesai konstruksi dan siap untuk produksi komersil, potensi nilai subsitusi impor mencapai US$ 453 juta dan potensi nilai ekspor sebesar US$ 7,1 milliar. Sedangkan nilai subsitusi impor dari perusahaan yang saat ini masih dalam tahap konstruksi sebanyak 141 perusahaan sebesar US$ 181 Juta dan potensi nilai ekspor sebesar US$ 8,1 Miliar. “Potensi nilai subsitusi impor dan rencana ekspor yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia, sehingga kami terus mengawal proyek konstruksi perusahaan tersebut. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk dapat mengurangi impor dan memanfaatkan barang – barang produksi dalam negeri selain tetap meningkatkan ekspor,” jelasnya. Franky menjelaskan bahwa beberapa perusahaan juga akan membangun pembangkit tenaga listrik sendiri, dengan rencana akan menghasilkan listrik sebesar 4.190 MW. Sebagian besar akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, namun ada juga perusahaan yang bekerjasama dengan PLN skema Power Purchase Agreement. “Selain itu, beberapa perusahaan juga akan menjual listrik melalui PPA dengan PLN, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus,” jelasnya. Beberapa poin penting tersebut merupakan bagian dari program-program yang telah diluncurkan oleh BKPM dalam rangka membantu penanam modal merealisasikan proyeknya. Beberapa program di awal tahun yang sudah diluncurkan oleh BKPM diantaranya adalah Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) serta layanan Izin investasi tiga jam yang bertujuan untuk untuk memberikan kepastian dan kemudahan bagi para calon investor potensial. “BKPM akan terus bekerjasama dengan kementerian atau lembaga terkait untuk dapat menganalisis hambatan dan permasalahan yang dihadapi perusahaan, untuk kemudian mencari opsi terbaik penyelesaiannya. Di era persaingan saat ini, kami tentu tidak bisa berpuas diri, kami selalu berinovasi atas program-program yang mendukung investasi maupun mengurangi hambatan investasi seperti mengurangi perizinan untuk berinvestasi,” tutup Franky. --Selesai-- Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi: M.M. Azhar Lubis Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Jl. Jend. Gatot Subroto 44, Jakarta 12190, Indonesia Telepon: 021-5252008 ext.7001 HP: 08159525035 e-mail : [email protected]