MAKALAH PENERAPAN PENDEKATAN SOSIO EMOSTONAL OLEH GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SEKOLAH DASAR (SD) OLEH Dra. Tin Indrawati, M.Pd FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG PENERAPAN PENDEKATAN SOSlO EMOSlONAL OLEH GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SEKOLAH DASAR (SD) A. Latar Belakang Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mutu hasil pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu proses pembelajaran. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran adalah meningkatkan mutu guru, sehingga memiliki tingkat kemampuan profesional yang memadai. Guru memegang peranan yang penting dalam pendidikan formal, karena guru adalah sebagai pelaksana yang langsung di lapangan. Dengan kata lain guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bertumpu kepada keprofesionalan guru dalam menjalankan tugasnya. Maksudnya keberhasilan pendidikan sagat tergantung kepada keahlian guru dalam menjalankan tugasnya. Pendidikan Nasional juga hams menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah ait, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan, sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan, serta berorientasi pada masa depan. Iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat hams dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif, dan keinginan untuk maju. Perubahan-perubahan di segala bidang pada saat ini terjadi dengan sangat cepat, misalnya, dalam beberapa waktu terakhir orang mengirim berita dengan faksimile merupakan ha1 yang paling cepat dan tepat, dalam waktu yang relatif singkat internet menggantikan cara mengirim berita yang mempunyai kelebihan dari cara faksimele tersebut. Telepon genggam (hand phone) sudah banyak dimiliki orang-orang yang menganggap bahwa itu memang lebih mereka butuhkan dan lebih membantu kelancaran pekerjaan mereka dibandingkan dengan memiliki telepon biasa. Yang kesemuanya itu untuk manusia yang membutuhkannya. Bagi yang mempunyai kebutuhan akan bebas memilih apa yang diinginkannya. Dapat dibayangkan bagaimana anak-anak yang sekarang menghadapi masa mendatang dengan penuh keterampilan m e n g p n a k a n serta memilih informasi. Dalam ha1 ini penulis berpendapat bahwa sekolah adalah salah satu wadah untuk membekali serta mempersiapkan anak-anak untuk dapat hidup pada masa mendatang dengan penuh percaya diri. Hal ini sesuai dengan dikemukakan Kennedy dan Tipps (1994:3) bahwa "chat7es are occllrit~gso rapidly that pr?dictii~g1.r-hatlife will he like in even a few year, let alotle whet1 children become ad~iltis in~po.vible".Dengan demikian, guru disekolah sebagai orang yang membantu siswa mengembangkan segala potensinya seoptimal mungkin adalah merupakan kewajibannya. Untuk itu guru hendaknya berusaha membantu siswa kearah tersebut, misalnya membekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemauan. Yang jelas membiarkan anak berkembang serta bertumbuh dengan sendirinya atau dengan cara seperti biasa dilakukan guru adalah merupakan suatu ha1 yang tidak mungkin, jika ingin merpersiapkan manusia masa mendatang yang penuh dengan tantangan. Siswa- siswa hendaknya dipersiapkan dengan sesuatu kehidupan belajar yang terusmenerus (life long education). Mereka hendaknya mampu menghadapi masa dengan penuh percaya diri, mampu menentukan, memilih, serta memutuskan jalan hidupnya sendiri sesuai dengan keadaan pada saat itu. Dalarn pembelajaran disekolah siswa hendaknya tidak hanya belajar, namun hendaknya diberikan pengalaman-pengalaman belajar bagaimana belajar, mereka dibantu mengembangkan segala potensinya, mereka diajarkan bagaimana cara berfikir, dan mereka dibantu bagaimana menjadi siswa yang efektif. Well dan Joyce (1 986: 1) mengemukakan bahwa : "iil.facr the most importail/ lorlg-term olrtconle of irts~~rcfion may he the str~derlt'.s irlcreast~dcapabilities to lear.i1 more easily aild efecfively in fi~tzrre.How) teachir~gis contfr~ctedhas a large inrpnct 017 strrderlr 's ahi1itie.s to edtlcnted themseh~es". Maksud pendapat Weil dan Joyce tersebut adalah bahwa keterampilan belajar mandiri adalah salah satu tujuan yang akan dicapai siswa dalam memperoleh pengalaman belajar sehingga siswa mempunyai kemampuan belajar dengan mudah dan efektif. Dalam ha1 ini guru dalam mengajar hendaknya mampu menciptakan situasi yang kondusif yang dapat mempengaruhi siswa sehingga mereka dapat menjadikan diri mereka terdidik, menjadikan dirinya sendiri. Dalam ha1 ini penulis menterjemahkan sebagai situasi yang kondusif dengan menerapkan pendekatan sosio emosional oleh guru dalam pengelolaan kelas di Sekolah Dasar (SD). Mutu profesional guru dapat terlihat pada kemampuan mengelola kelas dan mengajar secara efektif dalam arti dia mampu membelajarkan siswa menguasai bahan pembelajaran yang diberikannya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dalam mengelola kelas seorang guru hendaknya mampu mengontrol atau mengendalikan perilaku siswa, sehingga mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Demikianlah, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan pendekatan sosio emosional untuk membantu guru dalam pengelolaan kelas di SD. Maksudnya setelah membaca makalah tentang pendekatan sosio emosional yang ada pada makalah ini, para guru dan pembaca lainnya akan memiliki pengetahuan, keterampilan dan mempunyai komitmen bahwa guru dalam proses pembelajaran menerapkan pendekatan sosio emosional. Jadi makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi guru, calon guru, siapa saja yang sedang melakukan kegiatan mengajar. B. Permasalahan Telah dikemukakan di atas bahwa pendekatan sosio emosional perlu dipahami guru dan calon guru, namun ha1 itu belum begitu nampak penerapannya di sekolah. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis berpendapat bahwa guru perlu memahami : 1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sosio emosional ? 2. Bagaimana cara guru menerapkan pendekatan sosio emosional dalam pengelolaan kelas di Sekolah Dasar (SD)? C. Pembahasan Untuk menyatukan pandangan tentang pendekatan "Sosio-emosional". Pada bagian ini, menurut hemat penulis perlu dikemukakan tentang konsep pendekatan Sosio-emosional tersebut dan cara menerapkan pendekatan sosioemosional. 1. Konsep Pendekatan Sosio-Emosional a. Pengertian Pendekatan Sosio-Emosional Dalam pengelolaan kelas, seorang guru hendaknya dapat menerapkan multi pendekatan. Sebab setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pendekatan yang diterapkan guru adalah pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang ditemuinya dalam kelas, agar terpecahkan masalah tersebut dan terciptanya suasana belajar yang efektif dan efisien. Pendekatan dalam pengelolaan kelas merupakan alternatif yang digunakan guru dalam menangani suatu kasus pengelolaan kelas (Rohani, 1998:139). Sedangkan menurut Maman Rachman (1 994:47) pendekatan adalah merupakan suatu bentuk manajemen kelas yang terletak pada keterampilan guru dalam memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap siswa dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan sumber permasalahannya. Jadi dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan suatu alternatif yang dilakukan guru dalam pengelolaan kelas, yang memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap siswa dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan permasalahan siswa tersebut, agar terciptanya lingkungan yang kondusif dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan guru dalam pengelolaan kelas adalah pendekatan sosio-emosional. Pendekatan ini terdiri dari dua kata yaitu: sosio/sosial dan emosional. Oemar Hmalik (2004:104) mengemukakan "bahwa yang dimaksud dengan sosial adalah hubungan antar pribadi saling aksi mereaksi sehingga dapat diterima sebagai anggota kelompok". Sedang emosional berasal dari kata emosi, kata emosi seringkali diartikan sebagai keadaan yang bergejolak-gejolak, guncangan dalam organisme atau berupa kebencian dan teror yang berakhir pada perkelahian. Menurut Oemar Hmalik (2000:95) "emosi bukan hanya ditandai dengan sikap yang bergejolak, tetapi emosi juga dapat berupa kasih sayang dan perhatian, cinta serta ambisi". Oleh sebab itu dalam implikasinya siswa hams dibantu agar dapat mengontrol emosinya supaya berkembang kearah yang positif dan konstruktif Disamping itu Bridges Loree (dalam Wahib, 1999:153) menyatakan "bahwa perkembangan emosional siswa dipengaruhi oleh lingkungan sosial, dan bagaimana orang lain berinteraksi terhadap siswa tersebut, sementara di sekolah, perlakuan gurulah yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan sosio-emosional siswa". Pendekatan Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologis penyuluhan klinis dan konseling. Karena itu sangat memberi arti yang penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dengan siswa. Guru adalah penentu utama atas hubungan antara guru dengan siswa dan siswa sesama siswa. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam pengelolaan kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula demikian menurut (Rachman, 1999:71). Terkait dengan ha1 di atas, Oemar Hmalik (2000:27) berpendapat bahwa "guru merupakan kejl person dalam kelas. Guru yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar siswa, yang paling banyak berhubungan dengan siswa dibandingkan dengan personil sekolah lainnya". Guru adalah seseorang yang memiliki otoritas, buka saja otoritas dalam bidang akademis, melainkan juga dalam bidang nun akademis. Di dalam masyarakat "guru", dipandang sebagai orang yang "digugu dan ditiru (ditiru dan dituruti). Pengaruh guru terhadap siswa sangat besar, faktor-faktor intimidasi, sugesti, identifikasi, dan simpati, memegang peran penting dalam interaksi sosial. Jadi pengaruh guru terhadap siswa sangatlah berarti, siswa yang dibimbing oleh guru yang memiliki kesehatan mental yang baik memperlihatkan stabilitas emosional yang lebih tinggi dari pada siswa yang dibimbing oleh guru yang mentalnya kurang sehat. b. Tujuan Pendekatan Sosio-Emosional Secara umum tujuan penerapan pendekatan Sosio-Emosional sama dengan tujuan penerapan pendekatan yang lain, yakni untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif. Tapi perbedan pendekatan Sosio-Emosional menurut (Djamarah, 2002:203) yaitu "menekankan pada terciptanya iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas, artinya ada hungan yang baik, yang positif antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa". Sementara itu Glasser (dalam Rohani, 1998:142) menyatakan "bahwa pendekatan Sosio-Emosional dapat membina rasa tanggung jawab, sosial dan harga diri siswa dengan cara mengarahkan siswa untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapinya. Selanjutnya Dreikus (dalam Rohani, 1998:143) mengemukakan "Pendekatan Sosio-Emosional dapat menciptakan suasana pembelajaran dalam kelas yang demokrasi, yang mana siswa diperlakukan sebagai manusia secara bijaksana dalam mengambil keputusan, disamping diberikan kesempatan untuk menanggung konsekuensi atas perbuatan siswa itu sendiri. Jadi tujuan dari Pendekatan Sosio-Emosional adalah untuk menciptakan suasana belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina rasa tanggung jawab sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. c. Ciri-ciri Pendekatan Sosio-Emosional Hubungan guru - siswa dikatakan adanya iklim Sosio- Emosional yang baik, apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat seperti yang dikatakan Thomas Gordon (1 999:29) > Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan terbuka diri satu sama lain. i Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai orang lain. i Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain. i Kebebasan, yang mernperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya. > Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang terpenuhi. Sedangkan menurut Thomas Gordon (dalam Arikunto, 1993:40) Pendekatan Sosio-Emosional yang baik adalah adanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 'r Memiliki keterbukaan (Oyennes or Trmq?erency) sehingga masing-masing pihak merasa bebas dalam bertindak dan saling menjaga kejujuran 'r Mengandung rasa saling menjaga, saling mernbutuhkan serta saling berguna bagi pihak lain. Diwarnai oleh rasa saing tergantung satu sama lain. > Masing-masing pihak merasakan terpisah satu sama lain, sehingga saling mengembangkan memberikan keuni kan, kesempatan untuk kreatifitasnya dan individualisasinya. + Dirasakan masing-masing pihak sebagai tempat bertemunya kebutuhan-kebutuhan, sehingga kebutuhan satu sama lain dapat terpenuhi bersama-sama dengan melalui terpenu hinya kebutuhan pihak lain. Disamping itu Ahmad Rohani (1 991 : 137) berpendapat, pendekatan Sosio-Emosional yang baik adalah adanya sikap : + Guru bersikap "hangat" dalam membina sikap persahabatan dengan semua siswa, menghargai siswa dan menerima siswa dengan berbagai keterbatasannya. k Guru bersikap adil, sehingga siswa diperlakukan sama tanpa tumbuh rasa dianak tirikan atau disisihkan. i Guru bersikap obyektif terhadap kesalahan siswa dengan melakukan sanksi sesuai dengan tata tertib bila siswa melanggar disiplin yang telah disetujui bersama. 'i Guru tidak menghukum siswa di depan teman-temannya, sehingga menyebabkan siswa kehilangan muka. > Guru tidak menuntut siswa untuk mengikuti aturan-aturan yang diluar kemampuan siswa untuk mengikutinya. > Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi siswa yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai suru tauladan yang baik. Jadi beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berjalannya pendekatan Sosio-Emosional dalam kelas dengan baik apabila adanya sikap : keterbukaan antara guru dan siswa (adanya sikap bersahabat dengan siswa), saling menjaga hubungan baik (guru bersikap adil, obyektif, tidak rnenuntut siswa, tidak menghukum siswa di depan kelas, dan memberikan penghargaan serta hadiah atas perilaku siswa yang berperilaku positif), kebebasan dalam berkreativitas, dan saling memenuhi kebutuhan antara guru dengan siswa. d. Hubungan Tipe Kepemimpinan Guru Dengan Pendekatan Sosio-Emosional Peranan guru, tipe kepernimpinan ~ w r uatau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Berikut ini adalah tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ahmad Rohani (1 991 : 123) yang berpengaruh terhadap Sosio-Emosional siswa. 1. Tipe Kepemimpinan Otoriter Tipe kepemimpinan yang bercorak otoriter akan menghasilkan siswa yang submissive atau aptis. Tapi lain pihak juga akan menumbuhkan sikap yang agresif. Kedua sikap siswa ini dapat merupkan sumber problema pengelolaan kelas, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan. 2. Tipe Kepemimpinan Laizez-Fnire Tipe kepemimpinan yang cenderung pada LaizezFaire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe seperti ini malahan biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Akan tetapi kelompok siswa semacam ini biasanya tidak cukup banya. 3. Tipe Kepemimpinan Demokrasi Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokrasi lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan antara guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal, siswa akan belajar produktif tanpa adanya pengawasan dari guru. Guru yang berusahan menciptakan suasana yang demokrasi tanpa melepaskan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Guru yang efektif bukanlah guru yang otokrasi, tetapi juga tidak memberikan kebebasan tanpa batar (laizezfaire). Guru yang demokrasi membimbing siswa, guru yang otokrasi mendominasi, guru yang Laizez-faire lepas tanggung jawab. Jadi dari uraian di atas, tipe kepemimpinan yang dapat menunjang penggunaan pendekatan Sosio-Emosional pembelajaran adalah tipe kepemimpinan yang demokrasi. dalam e. Hal-ha1 yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Pendekatan Sosio-Emosional Seorang guru perlu memahami siswanya, tanpa memahami siswa akan sulit bagi guru untuk menyesuaikan pembelajaran pada perbedaan individual yang ada diantara siswa, akan sulit membantu siswa dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa, akan sukar membina interaksi belajar mengajar dengan siswa dan sulit membimbing perkembangan potensi siswa. Maka dari itu sudah selayaknya seorang gun1 mengenal aspek-aspek pribadi siswa diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Oemar Hmalik (2004:lOl-105). 1. Latar Belakang Masyarakat Kultur dimana siswa tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap siswa. Latar belakang kultur ini menyebabkan siswa memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik, masyarakat lain, dan cara bertingkah lakunya. Pengalaman siswa diluar sekolah yang hidup dalam masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman siswa yang tinggal di pedesaan. Tiap masyarakat memberikan pengaruh yang berlainan terhadap siswa, sehingga setiap siswa memiliki kepribadian yang berbedabeda pula. 2. Latar Belakang Keluarga Situasi dalam keluarga, besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, rninat, sikap, tujuan, disiplin, dan perbuatan siswa di sekolah. Apabila di rumah siswa sering mengalami tekanan, merasa tidak aman, frustasi, maka siswa juga akan merasakan ha1 yang sama di Sekolah. Jabatan orang tua, keadaan ekonomi orang tua, status sosial orang tua di masyarakat, kultur keluarga yang rendah, norma agama, dan lain-lain, akan mempengaruhi sikap, tujuan, dan tingkah laku siswa di Sekolah. Maka dari itu ,guru perlu mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga siswa, agar dapat merencanakan kegiatan yang serasi. 3 . Tingkat Intelegensi Hasil tes intelegensi juga menjadi sumber yang menggambarkan tentang abilitas belaj ar siswa. Tingkat intelegensi (IQ) adalah terdiri dari usia mental. Mental age = MA dibagi dengan usia kronologis (CA). Tingkat intelegensi dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan seorang siswa. 4. HasilBelajar Guru perlu mengetahui hasil belajar dan kemajuan siswa yang telah diperoleh sebelumnya, misalnya dari sekolah lain, sebelum siswa memasuki sekolahnya sekarang. Pengenalan dalam ha1 ini penting artinya bagi guru, karena dalam pengenalan ini guru dapat membantul mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya. 5. Kesehatan Badan Guru perlu secara berkala mengetahui tentang keadaan dan pertunlbuhan siswa. Keadaan kesehatan ini besar pengaruhnya terhadap hasil pendidikan dan penyesuaian sosial siswa. Kalau guru mengenal data yang lengkap tentang kesehatan dan pertumbuhan jasmani siswa maka guru dapat memikirkan dan mengusahakan pemberian bantuan kepada siswa seperti : memperbaiki prosedur belajar, mengatur tempat duduk, memberikan bantuan seperlunya. 6. Hubungan Antar Pribadi Hungan antar pribadi siswa yang saling aksi mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan siswa yang lain dalam satu kelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa yang aman di Sekolah. Hal ini sangat berpengaruh pada kelakuan dan motivasi belajar siswa. 7. Kebutuhan Emosional Diantara kebutuhan emosional yang penting dikalangan siswa pada umumnya, ialah ingin diterima (ncceptar~ce), bertemad mencintai (clffecrion), dan rasa aman (secl~riy). Kebutuhan ini perlu mendapatkan kepuasan, dan apabila tidak berhasil memberikan kepuasan atas kebutuhan tersebut maka siswa akan frustasi, bertingkah laku pemalu, kelakuan yang agresif, dan bertingkah laku submissive (terlalu bergantung pada orang lain). Dengan mengenal kondisi emosional siswa, guru dapat memberikan bimbingan yang diperlukan oleh siswa dan berusahan memberikan sifat pribadi yang baik, guna menjamin stabilitas emosional siswa. 8. Minat Belajar Guru mengenal minat siswa, karena ha1 ini penting bagi guru untuk memilih bahan belajar, menuntun siswa kearah pengetahuan, dan untuk mendorong motivasi belajar siswa. I MlLlK PERPBST&IALM UNN. KEI;'ER! PADANG 1 s f. Cara dan Alat r~ntuk Rlengenal Siswa dalam Penerapan Pendekatan Sosio-Emosional Untuk mengenal siswa, guru dapat menerapkan bermacammacam alat dan cara-cara tertentu, berikut cara dan alat untuk mengenal siswa yang dikemukakan oleh Oemal Hamalik (2004 107) 1. Alat yang dapat dipergunakan dalam penerapan Pendekatan Sosio-Emosional. > Anecdotal Record Anecdotas Record ialah catatan tentang satu atau lebih observasi guru terhadap kelakuan dan reaksi murid dalam berbagai situasi. Catatan ini dibuat sekali atau dua kali dalam seminggu selama setahun, baru dapat menggambarkan perkembangan siswa selama itu. > Angket (Questionnaire) Angket terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban tertulis. Melalui angket, guru dapat menanyai tentang minat, masalah kebutuhan, kecemasan, ambisi dan sebagainhya. > Tes Tes tertulis, baik yang dibuat oleh guru maupun tes yang telah disusun oleh para ahli atau lembaga tertentu, guru dapat mengetahui tentang hasil pendidikan siswa, tingkat intelegensi, sifat-sifat kepribadian, sikap dan abilitas tiap siswa. > Sosiometri Tes sosiometri dipergunakan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara pribadi siswa atau hubungan sosial diantara siswa di dalam satu kelasl kelompok tetapi tidak menjelaskan mengapa hubungan itu terjadi. 2. Cara yang dapat digunakan dalam Pendekatan Sosio- Emosional >. Percakapan dan Wawancara Informasi Dalam percakapan informal dengan siswa, guru dapat mengarahkan pokok pembicaraan untuk mengungkapkan minat, reaksinya terhadap sekolah, pengalaman yang didapat diluar sekolah, motivasi, dan aspirasi siswa. Selain itu, gum juga dapat mengadakan wawancara secara informal dengan setiap siswa guna mengetahui segala sesuatu tentang pribadi siswa. ';. Observasi Guru dapat menggunakan kesempatan yang ada setiap hari untuk mengetahui tingkah laku siswa. Melalui observasi secara terus-meneius, guru dapat memperoleh tentang abilitas, sikap sisura terhadap kegiatan-kegiatan sekolah, partisipasi siswa terhadap berbagai kegiatan, hubungan antara siswa dalam berbagai kelompok. 'r Diskusi Informal Siswa mengadakari diskusi secara informal, dan guru mendengarkannya. Melalui diskusi informal yang dilakukan oleh siswa, dan guru dapat memperoleh gambaran tentang pengalaman dan minat siswa (dari pokok yang dipilihnya), memahami reaksi siswa terhadap pengalamann y a. > Konferensi Antara Orang Tua dan Guru Dalam kesempatan mengunjungi orang tua siswa (home visit) dan mengadakan pertemuan (konferensi) dengan orang tua siswa tersebut untuk melaporkan kemajuan belajar siswa maka guru sebaiknya menggunakan kesempatan itu untuk mempelajari situasi keluarga siswa. > Studi Kasus (Case Study) Dengan mengadakan studi kasus, guru dapat menghimpun banyak informasi tentang siswa dari berbagai sumber di dalam satu-kesatuan pola. Ini bermanfaan untuk memahami siswa tersebut secara menyeluruh sebagai individu. Dengan demikian, pola perkembangan siswa juga dapat diamati secara kontiniu. Informasi yang diperoleh dari studi kasus diantaranya yang berkaitan dengan : informasi umun (nama, alamat, nama orang tua, umur, masuk sekolah, dan kelas), situasi masyarakat, latar belakang keluarga, catatan sekolah, mental abilitas, kondisi jasmani dan pengalaman-pengalaman di luar sekolah. g. Pengertian Pengelolaan Kelas Mulyani Sumantri (1 999:281) menyatakan bahwa "kegiatan belajar-mengajar bukan sekedar ditentukan oleh kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran (Subject-matter knowledge). Keterampilan mengelola kelas (action system knowledge). Keterampilan mengelola kelas, merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar yang optimal". Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan siswa, dan menciptakan disiplin belajar secara sehat. Lebih lanjut Syaiful Bahri Djamariah (2003: 198) mengemukakan "bahwa pengertian pengelolaan kelas dapat ditinjau dari dua kata yaitu : pengelolaan dan kelas. Pengelolaan berasal dari kata 'kelola' ditambah awalan 'pe' dan akhiran 'an'. lstilah lain dari kata pengelolaan adalaha 'manajemen' manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris yaitu 'management', yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan". Menurut Arikunto (dalam Djamarah, 2003:196) "manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan". Sedangkan kelas menurut Arikunto (dalam Djamarah, 2003: 196) yaitu "sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama". Dari uraian di atas sapat dipahami bahwa pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. h. Usaha dan Tujilan Pengelolaan Kelas yang Efektif 1. Usaha dalam Mengelola Kelas Yang Efektif Seorang guru dapat menciptakan kondisi kelas yang efektif dengan usaha sebagai berikut : > Mengetahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi kelas yang menguntungkan dalam proses belajar menga-jar. 'r Mengenal masalah-masalah apa saja yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar menga-jar. > Menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas, salah satu pendekatan tersebut adalah Pendekatan Sosio-Emosional dan mengetahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Demikianlah usaha yang dapat dilakukan gun1 dalam, menciptakan pembelajaran yang efektif menurut (Rohani, 1991: 1 16). 2. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektifi Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Namun secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas (Djamarah, 2003: 198). Selain itu Mulyani Sumantri (1999:282) berpendapat bahwa pengelolaan kelas bertujuan untuk : > Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuanya secara optimal. > Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas sehingga bila terjadi gangguan dlaam belajar mengajar dapat dieliminir. > Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi tenvujudnya interaksi belajar mengajar. > Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas. > Melayani dan membimbing perbedaan individual siswa. Untuk mencapai tujuan pengelolaan kelas di atas, maka guru dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar, salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan Sosio-Emosional. 2. Cara Penerapan Pendekatan Sosio-Emosional dalam Pengelolaan Kelas a. Langkah-langkah dalam Penerapan Pendekatan Sosio-Emosional Adapun langkah-langkah atau petunjuk dari penerapan Pendekatan Sosio-Emosional dalam mengatasi permasalahan di depan adalah dengan cara menjaga komunikasi secara efektif, memberikan motivasi atau dorongan terhadap siswa untuk mengubah perilaku siswa yang menyimpan. Dan kedua komponen ini dapat dilakukan dengan cara : Melibatkan diri secara pribadi dengan siswa, menerima siswa, tetapi bukan kepada perilaku siswa yang menyimpang, menunjukkan masalah. kesediaan membantu siswa memecahkan Memberi uraian atau pernyataan tentang perilaku siswa, menanggapi masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa, karena ha1 itu dapat melemahkan semangat diri siswa. Nyatakan perasaan yang sebenarnya yang akan meningkatkan pengertian siswa. Usahakan penjelasan yang singkat, hindarkan penjelasan yang tidak akan membangkitkan motivasi siswa. Pantau dan waspadalah terhadap dampak kata-kata yang disampaikan kepada siswa Berikan pujian yang bersifat menghargai, karena ha1 itu produktif, tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai, karena ha1 itu destruktif. Hindarkan sikap menentang atau melawan, dengan cara menghindarkan perintah, tuntutan dan komentar yang memancing respon defensif. Dengarkan apa yang diungkapkan siswa dan dorong siswa untuk mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya. Akui, terima, dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara yang meningkatkan perasaan harga diri siswa. Memberikan kepada siswa pemecahan masalah yang ditawarkan, pergunakan waktu untuk memberikan bimbingan yang diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya. Dengan langkah-langkah ini, guru dapat menciptakan hubungan yang baik anara guru dengan siswa, dan walaupun guru nantinya akan menghadapi siswa yang berperilaku menyimpang, guru mampu memecahkan masalah tersebut dengan cara yang yang benar, tanpa adanya hukuman yang menyakitkan hati siswa. b. Penerapan Pendekatan Sosio-Emosional Pada Kelas Tinggi di SD Pada hakekatnya, penerapan Pendekatan Sosio-Emosional pada kelas tinggi dengan penerapan Pendekatan Sosio-Emosional di kelas lain adalah sama, yaitu sama-sama untuk menciptakan hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan siswa sesama siswa. Tapi walaupun demikian, perbedaannya akan dapat ditemui, sebab pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis siswa kelas tinggi berbeda dengan siswa kelas lain. Siswa kelas tinggi pada umumnya berusia 1 1-14 tahun. Pada usia ini siswa mengalami kegoncangan psikologis (masa pra pubertas). Yang mana masa pra pubertas itu terjadi pada anak laki-laki mulai berumur 1213 tahun, sedangkan pada anak perempuan terjadi lebih awal yaitu mulai berumur 10-11 tahun. Menurut Kroh (dalam Soemanto, 1990:66) "menyatakan bahwa masa tersebut dinamakan dengan 'trotsperiods'. Lebih lanjut lagi Kroh menyatakan bahwa dalam masa ini siswa cenderung agresif dan suka melawan orang lain termasuk orang tuanya sendiri". Seringkali siswa pada masa perkembangan ini suka berbuat secara negatif yang kadang-kadang hanya bermaksud untuk sekedar menarik perhatian orang lain Sebagai seorang guru yang baik, akan dapat menanggapi perubahan yang terjadi pada diri siswa. Maka dari itu disinilah letak perbedaan penerapan Pendekatan Sosio-Emosional pada kelas tinggi dengan kelas yang lain. Dalam menghadapi siswa pada masa pra pubertas memang terasa sulit, karena akan berperilaku menarik perhatian orang dan selalu ingin dipuji. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Maslow (dalam Rohani, 1991:28) bahwa "salah satu dari kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk dikenal". Jadi untuk menghadapi siswa yang seperti ini, guru dapat menerapkan pendekatan Sosio-Emosional, yakni dengan cara menunjukkan keakraban dan sikap yang bersahabat terhadap siswa. Karena pada siswa kelas tinggi, siswa sudah mulai mencari identitas diri dan ingin untuk dihargai selayaknya orang dewasa. Dan dalam menyampaikan pesan atau penjelasan guru menekankan pada komunikasi yang efektif, agar perilaku siswa yang tidak dikehendaki dapat diperbaikinya serta memberikan motivasi atau dorongan yang dapat membangkitkan semangat baru bagi siswa urltuk berbuat. Tetapi apabila guru tidak demikian, maka akan timbul dendam dalam diri siswa, sebab cara berfikir siswa kelas tinggi berbeda dengan siswa kelas yang lain. Disamping itu, dengan menerapkan Pendekatan Sosio-Emosional ini hendaknya akan membantu perkembangan siswa kearah yang baik. Siswa dapat menempatkan diri dalam bersosialisasi dengan temannya ataupun dengan guru di sekolah. c. Pendekatan yang Dapat Dikombinasikan dengan Pendekatan Sosio- Emosional Pada Kelas Tinggi di SD Dalam penerapan Pendekatan Sosio-Emosional ini, dapat dikombinasikan dengan pendekatan yang lainnya, seperti : pendekatan pengubahan perilaku, pendekatan otoriter, dan pendekatan intimidasi. Pendekatan-pendekatan ini dapat dilakukan setelah pendekatan SosioEmosional gaga1 terlaksana dengan baik. Pendekatan Pengubahan Perilaku Sesuai dengan namanya, pendekatan pengubahan perilaku merupakan suatu mengembangkan tingkah laku tindakan guru siswa yang baik, dalam dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan pengubahan perilaku ini bertolak dari suatu pandangan psikologis Behavioral yang berasumsi bahwa semua tingkah laku yang baik dan kurang baik merupakan hasil proses belajar dan di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang kndamental berupa penguatan positif, hukuman, penghapusan, dan penguatan negatif. Untuk itu menurut pendekatan ini tingkah laku yang baik atau positif hams dirangsang dengan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Dan sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas dapat diberikan sanksi atau hukuman yang menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari. L Jadi Pendekatan Pengubahan Perilaku ini dapat mendukung pelaksanaan Pendekatan Sosio-Emosional pada kelas tinggi Sekolah Dasar, yang tujuannya sama-sama untuk mengontrol tingkah laku siswa, agar siswa senantiasa berperilaku baik terhadap guru maupun sesama siswa. Pendekatan Otoriter Pendekatan otoriter diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Di dalam pendekatan otoriter adanya kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk dipatuhi anggota kelas. Jadi apabila dalam Pendekatan Sosio-Emosional disiplin terabaikan, maka guru dapat bertindak dengan menerapkan Pendekatan Otoriter ini, guna mengembalikan disiplin kelas yang baik. Pendekatan Intimidasi Pendekatan lntimidasi adalah pendekatan yang memandang pengelolaan kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Pendekatan ini merupakan alternatif terakhir, yang berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat, misalnya guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak "berhenti" dengan harapan setelah mendengarkan suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikia, Pendekatan Intimidasi hanya berlaku untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak produktif lagi. D. Kesimpulan Dari uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa Pendekatan SosioEmosioanal dipergwnakan untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, dapat menciptakan hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa dengan mengutamakan komunikasi secara efektif, menunjukkan keakraban dan sikap yang bersahabat terhadap siswa dan memberikan motivasi yang dapat membangkitkan senlangat baru bagi siswa untuk berbuat. Daftar Ruj iikan Abu Ahmadi, 1982. ,Tosiologi Per~didikan.Szrrahqa : Bina Ilmu Ahmad Rohani . 199 1. Pedonlar? Perglelc~i~ggaraar7 Adn?iilis/ra.si Perldidikan di Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. -------. 1998. Per~gelc~lnni? Per?gqjarnrl.Jakarta: Rineka Cipta Danvis A Soelaiman. 1994. Perlgarltar Kepada Teori d a i ~Praktek Perlgajnrnn. Semarang: [KIP Semarang Press. Gordon, Thomas. 1990. G~rrrrYang Efekti'f:Jakarta: Rajawali Pers. Kennedy, Leonard M dan Tipps, Steve. 1994. Glidirig C'hildrerl S Learning of Matl~en?a/ics. Watworth Publishing Company: Belmont. Maman Rachman. 1999. Manajemen Kel~7.y.Jakarta: Depdikbud. Mulyani Sumantri. 1999. Strategi Relajar. Met~gqjar.Jakarta. Depdikbud. Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Bel~!~nr Meiignjnr. Bandung: Sinar Batu Algensindo. ------- ,2004. Proses Relajar Merlgajnr. Jakarta: Bumi Aksara. Roehmat Wahib. 1999. Petlgenthailpl dnr? Relqjar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud. Suharsimi Arikunto. 1993.Mnltajen?erl Ptv~gqjnrart.Jakarta: Rineka Cipta. Syaifbl Bahri Djamarah. 2003. Strategi Helajar Mei~gajar. Jakarta: Rineka Cipta. Weil, Masha dan Yoyce, Bruce. 1986. Model of London. Tenching. Prentice-Hall: