BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian mengenai Komodifikasi Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah pendekatan kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin (2003:4) bahwa pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan bentuk hitungan-hitungan lainnya, tetapi dengan contoh berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan prilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Selanjutnya, Branen (2004:11) mengemukakan bahwa dalam penelitian tradisi kualitatif, peneliti menggunakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural. Dalam hal ini peneliti diharapkan fleksibel dan reflektif, tetapi tetap mengambil jarak, dalam upaya untuk mencapai wawasan imajinatif ke dunia responden. Tradisi dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menurut pandangan peneliti memiliki ketepatan untuk menggali dan mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam. Dengan demikian, maka penelitian kualitatif dengan design penelitian terfokus pada observational case study. Dalam design penelitian ini cara pengumpulan data yang utama adalah dengan participation observation dengan titik perhatian penelitian pada Pedanda/Pandita di Desa Pakraman Sanur dalam Komodifikasi Upacara Ngaben. Penelitian kualitatif pada umumnya dilawankan dengan penelitian kuantitatif. Seperti dijelaskan Zamroni (1992:81-89), bahwa 72 73 penelitian kualitatif secara umum memiliki lima karakteristik. (1) Mempunyai latar belakang alamiah, peneliti sendiri menjadi instrumen inti. Peneliti lebih banyak mempergunakan waktu di daerah penelitian untuk mengamati dan memahami permasalahan secara mendalam. Peneliti dibantu dengan alat bantu berupa alat perekam seperti tape. (2) Bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata atau gambar daripada data dalam wujud angka-angka. Laporan yang ditulis sering mengambil kutipan data dalam rangka menunjukkan pentingnya sesuatu yang dihadapi. (3) Menekankan proses daripada produk. (4) Cenderung menganalisis data secara induktif atau berangkat dari hal-hal khusus yang berhasil dikumpulkan. (5) Mementingkan peran makna. Suatu prilaku atau gejala bisa banyak mempunyai arti. Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Berdasarkan karakter atau ciri-ciri tersebut, maka penelitian kualitatif pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan konsep atau mengembangkan pemahaman dari suatu fenomena, dalam hal ini Komodifikasi Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur Denpasar dalam Era Globalisasi. Penelitian ini diarahkan untuk menelaah secara kritis fenomena komodifikasi upacara ngaben di Desa Pakraman Sanur Denpasar dalam Era Globalisasi. Telaahan kritis dilakukan dengan mengamati bentuk komodifikasi dan faktor penyebabnya. Selanjutnya produsen yang merangkap sebagai manajer 74 organisasi, konsumen, dan media dilihat peran dan keterlibatannya. Peluang pasar yang dilihat oleh Pedanda di griya dalam melakukan praktik jual beli upacara ngaben, akan ditelaah dengan teori komodifikasi sehingga akan diungkap mengenai produk, distribusi, dan pola konsumsi dalam upacara ngaben tersebut. Hegemoni Pedanda sebagai Siwa dan orang suci pemimpin upacara ditelaah dengan teori hegemoni dan praktik sehingga akan diungkap relasi antara ideologi, konsensus, dan kekuasaan. Peran Pedanda di griya dalam menjalankan upacara ngaben (termasuk banten), dikaji secara mendalam dengan teori dekonstruksi untuk memahami dampak dan makna yang ditimbulkan oleh komodifikasi tersebut. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Griya Pedanda di Desa Pakraman Sanur Denpasar yang melakukan penjualan upacara ngaben kepada umat Hindu. Dipilihnya Desa Pakraman Sanur sebagai lokasi penelitian karena Desa Pakraman Sanur memiliki Pedanda cukup banyak begitu pun Desa Pakraman Intaran sedangkan Desa Pakraman Penyaringan belum memiliki Pedanda. Pedanda ada yang memiliki sisya, tetapi ada juga yang tidak. Baik sisya maupun masyarakat yang bukan berasal dari Sanur dapat membeli upakara ngaben di griya-griya tersebut. Dengan demikian, telah terjadi komodifikasi upacara meskipun upacara tersebut telah dapat dibeli dengan jalan memesannya. Sebagai salah satu kawasan pariwisata di Bali yang sudah terkenal di mata Wisatawan Asing sejak awal perkembangan pariwisata di Bali, Desa Pakraman Sanur, 75 termasuk ke dalam Kecamatan Denpasar Selatan. Kecamatan Denpasar Selatan paling banyak memiliki Pedanda/Pandita yaitu sebanyak 46 orang bahkan Desa Pakraman Sanur dan Intaran jumlah Pedanda/Panditanya 36 orang, dan Desa Pakraman Sanur sendiri Pedanda/Panditanya berjumlah 22 orang. Di samping itu, Kota Denpasar sendiri memiliki penduduk yang heterogen. Oleh karena itu, dibutuhkan keseimbangan prilaku dalam arti hormatmenghormati satu sama lain dengan berpedoman pada jiwa kebersamaan. 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian adalah data kualitatif dan data kuantitatif sebagai pendukungnya. Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka, untuk membacanya harus dijabarkan secara rinci dan jelas agar bisa menarik simpulan bahwa telah terjadi komodifikasi upacara ngaben di Desa Pakraman Sanur Denpasar dalam era globalisasi. Menurut Nawawi (2005: 96-97), jenis data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi data kualitatif dan kuantitaif. Data kualitatif juga banyak digunakan dalam penelitian filosofis dan sebagian juga terdapat dalam penelitian deskriptif dan historis. Data kuantitatif dinyatakan dalam bentuk angka, baik yang berasal dari transformasi data kualitatif maupun sejak semula sudah bersifat kuantitatif. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, diutamakan data kualitatif dengan argumentasi bahwa penelitian ini bersifat deskriptif dengan 76 menekankan landasan filosofis. Data kuantitatif penggunaannya adalah dalam melengkapi dan sebagai bahan untuk dapat lebih meyakinkan penjelasan yang ada kaitannya dengan substansi penelitian, seperti gambaran jumlah penduduk, pekerjaan, perbedaan jenis kelamin dan yang lainnya, akan diformat ke dalam bentuk tabulasi data, baik data primer maupun dari hasil pengolahan data. 3.3.2 Sumber Data Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber Data primer adalah objek yang diobservasi langsung di lapangan dan para informan yang diwawancarai. Dengan kata lain, data primer adalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian, melalui proses wawancara dengan informan, seperti Pedanda/Pandita, tokoh-tokoh agama Hindu, Bendesa Desa Pakraman, dan sarati. Data ini juga dilengkapi dengan data foto, gambar, dan peta untuk melengkapi data primer. Sumber data sekunder berupa dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang dapat mendukung hasil penelitian. Data sekunder diperoleh dari sejumlah tempat, kantor, dan lembaga. Data sekunder ini sangat berharga bagi peneliti guna lebih memahami lebih mendalam tentang permasalahan yang dijadikan objek penelitian. 3.4 Instrumen Penelitian Paradigma penelitian kualitatif mendudukkan fenomena sosial sebagai pusat studi ilmu sosial yang secara fundamental melibatkan manusia sebagai 77 pelaku praktis (aktivis sosial senantiasa sarat dengan dunia makna yang melihat pada subjek (manusia) pelakunya, melibatkan interpretasi, kesadaran, dan makna subjektif di tingkat individu, manusia pelaku suatu tindakan sosial (Bungin, 2003:13). Data penelitian harus dapat dideskripsikan, dianalisis, dan diinterpretasikan. Untuk itu diperlukan data yang akurat. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri sebagai alat utama pengumpul data (Nasution, 1992:9). Jika pengumpulan data memanfaatkan alat yang bukan manusia, sangat sulit menyesuaikan dengan kenyataan. Oleh karena itu peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk melakukan observasi dan wawancara, agar dapat menangkap makna data penelitian (Kaelan, 2005:19-21). Peneliti dapat langsung melakukan seleksi data sehingga lebih efektif dan efisien. Instrumen sifatnya sebagai sarana bantu yang dipandang cocok untuk mendokumentasikan hasil wawancara agar data yang dikumpulkan sesuai keperluan studi. Untuk mendapatkan data yang sahih diperlukan instrumen pengumpulan data yang memadai. Instrumen yang diperlukan dalam pengumpulan data adalah panduan wawancara, kamera foto, kertas dan alat tulis, serta alat perekam suara. Untuk menyusun rancangan studi, draf hasil penelitian, dan laporan penelitian dibutuhkan seperangkat komputer atau laptop. 3.5 Teknik Penentuan Informan Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dengan memilih informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian Konsepsi penentuan informan diawali dengan pendalaman 78 kondisi wilayah penelitian. Didapatkan bahwa gambaran umum wilayah penelitian adalah termasuk ke dalam Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar dan merupakan kawasan wisata yang terutama ditujukan untuk wisatawan lanjut usia. Dalam tahapan awal ditentukan satu orang informan kunci (key informant) yang dianggap paling memahami kondisi wilayah penelitian, yakni Bendesa Pakraman Sanur. Selanjutnya, setelah dilakukan wawancara mendalam tentang tujuan penelitian, beberapa orang informan lainnya ditetapkan lagi sesuai aspekaspek yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang penting bagi peneliti bukan banyak dan sedikitnya jumlah informan, melainkan peneliti lebih mengutamakan kualitas informan. Dalam arti, lebih menguasai informasi yang ingin diperoleh dari daerah penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini, Vredenbergt (1981:91) mengungkapkan bahwa dalam setiap kebudayaan, sewaktu-waktu akan berjumpa dengan informan yang mempunyai pengetahuan jauh lebih luas mengenai masalah-masalah yang diteliti daripada informan lain. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dijadikan informan dalam penelitian yang berjudul ”Komodifikasi Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur Denpasar dalam Era Globaliasi, Denpasar” dapat dikelompokkan menjadi: (1) Bendesa Pakraman Sanur; (2) Pedanda/Pandita di Desa Pakraman Sanur yang menyediakan upacara ngaben untuk umat Hindu melalui pesanan; dan (3) Sarati, tokoh agama, dan masyarakat. 79 Penentuan ketiga kelompok yang dijadikan informan tersebut semata-mata menurut pertimbangan peneliti mempunyai informasi dan mengetahui permasalahan yang terkait dengan komodifikasi upacara ngaben tersebut. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul berupa data primer dan data sekunder. 3.6.1 Observasi Sesuai dengan karakter penelitian kualitatif, maka teknik observasi atau pengamatan sangat penting karena merupakan cara untuk mengamati prilaku dan benda-benda yang digunakan atau dihasilkan oleh masyarakat yang hendak dipahami melalui penelitian. Dalam penelitian tentang Komodifikasi Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur Denpasar dalam Era Globalisasi digunakan participation observation atau pengamatan terlibat. Konsep pengamatan terlibat adalah mengumpulkan data dengan melibatkan diri dalam lingkungan subjek secara sistematis dan tidak mencolok sehingga tercipta suatu interaksi sosial yang intensif antara peneliti dengan masyarakat Desa Pakraman Sanur yang sedang melaksanakan upacara ngaben dengan komodifikasi di sebuah griya Menghindari efek tidak baik dari aktivitas partisipasi mengingat partisipasi yang terlalu aktif akan mengakibatkan si peneliti menjadi “native person” (Zamroni, 1992: 88), maka dalam penelitian kualitatif ini peneliti berada dalam 80 posisi antara observasi dan partisipasi untuk mencapai tujuan penelitian. Peneliti dapat menjadikan partisipasi dalam upaya “internalisasi” sambil mengumpulkan data. 3.6.2 Wawancara Pengumpulan data melalui wawancara bertujuan memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari informan. Informasi atau data yang diperoleh dari informan yang diposisikan sebagai ionforman kunci, akan sangat menentukan siapa yang layak menjadi informan berikutnya sehingga dalam melakukan wawancara diupayakan dengan cara terbuka, sistematis, dan dalam situasi yang menyenangkan. Wawancara atau interview dilakukan secara mendalam kepada para informan, seperti pedanda/pandita, tokoh agama/tokoh masyarakat, bendesa pakraman, dan sarati. Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian untuk mendapatkan data, keterangan, pandangan atau pendirian dari subjek tersebut. Teknik wawancara ini sangat penting untuk mendukung data yang didapat dari observasi karena tidak semua data yang berkaitan dengan ritual diperoleh dari pengamatan. Dalam penelitian kualitatif, wawancara mempunyai dua fungsi yaitu (1) sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data dan (2) merupakan bagian integral dari participation observation. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak berencana, berdasarkan pedoman wawancara yang dipersiapkan. Akan 81 tetapi, dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan alur informasi yang disampaikan oleh informan dengan tidak menyimpang dari permasalahan yang diajukan dalam penelitian. 3.6.3 Life History Teknik life history atau disebut pula individual life story oleh Bungin (2008:110-111) diartikan sebagai sebuah pendekatan dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk mendapatkan bahan keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu tertentu dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian. Dalam ilmu sosial, life history digunakan sebagai pendekatan untuk melihat bagaimana reaksi, tanggapan, interpretasi, pandangan dari dalam terhadap diri masyarakat (auto kritik). Melalui life history seorang peneliti akan memperdalam pengertiannya secara kualitatif mengenai detail persoalan yang sedang dipelajarinya dari orang, kelompok, atau masyarakat tertentu yang tidak dapat diperoleh dari sekedar observasi, interview, atau dengan menggunakan kuisioner. Pengumpulan data pengalaman pribadi dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam secara terus menerus terhadap informan. Wawancara baru dihentikan apabila data tentang pengalaman pribadi informan tersebut dirasa sudah cukup. Selain dengan wawancara, juga pengumpulan data pribadi dapat dilakukan melalui dokumen pribadi, seperti biografi, surat pribadi, catatancatatan, dan buku harian. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang sangat detail tentang pribadi idividu karena dianggap sangat menentukan dalam menjawab permasalahan penelitian. 82 Dalam penelitian ini teknik life history khusus digunakan hanya untuk 1 Pedanda di Desa Pakraman Sanur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data tentang pengalaman hidup sang Pedanda sejak kecil hidup bersama keluarganya, tumbuh menjadi dewasa, mengikuti jenjang pendidikan, dan meniti karir, sampai akhirnya tertarik untuk mempelajari ajaran-ajaran agama dan ditahbiskan menjadi Pedanda. 3.6.4 Studi Dokumen Selain observasi, wawancara, dan life history, data dalam penelitian ini juga didapat dari menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Komodifikasi Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur Denpasar dalam Era Globalisasi Sebagai bagian dari teknik pengumpulan data, menurut Mulyana (2001:196) dokumen-dokumen melengkapi data-data yang didapat dari observasi dan wawancara. Dokumen tersebut dapat membantu peneliti untuk menelaah sumber-sumber sekunder lainnya, karena kebanyakan situasi yang dikaji mempunyai sejarah dan dokumen-dokumen ini sering menjelaskan aspek situasi tersebut. 3.7 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari jawaban pertanyaan akan diolah dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu data diuraikan sehingga dapat diketahui Komodifikasi 83 Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur Denpasar dalam Era Globalisasi. Analisis kualitatif menurut Wuisman (1996: 300) adalah metode pemadatan data. Dengan cara mengembangkan taksonomi, sistem klasifikasi deskriptif atau klasifikasi kronologis yang mencakup jumlah keterangan yang terkumpulkan dan menunjukkan keterkaitannya secara sistematis. Secara operasional analisis data kualitatif dilakukan dengan tiga langkah sistematis secara jalin menjalin (Miles, 1992: 19), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan Reduksi data dilakukan dengan penyeleksian informan, pencatatan/perekaman informasi data ke dalam pola yang telah ditetapkan, pemilihan terhadap dokumen yang diperlukan, serta pengembangan proposisiproposisi. Dalam reduksi data ini dilakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan konversi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data dilakukan dengan cara deskriptif. yaitu merangkai dan menyususn informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan atau penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif, dan mudah dipahami. Penyajian data menggunakan teks naratif yang dilengkapi dengan jaringan kerja yang berkaitan sehingga semua informasi yang disusun mudah dilihat dan dimengerti. Penarikan simpulan yaitu suatu kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang terhadap catatan-catatan lapangan dengan maksud untuk menguji kebenaran dan validitas makna yang muncul di lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan yang kuat, simpulan dapat disusun lebih rinci dan utuh. 84 3.8 Penyajian Analisis Data Analisis data yang telah diuraikan di atas selanjutnya akan disajikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang secara sistematis dilakukan dalam bentuk narasi, uraian dengan suatu argumentasi. Data kuantitatif yang diperlukan sebagai tambahan untuk memperjelas dan mempermudah dalam pemahaman hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan jenis dan bentuk data, baik yang dituangkan dalam bentuk tabel maupun dengan bentuk narasi lainnya.