policy brief - BKKBN | Kalimantan Selatan

advertisement
 POLICY BRIEF
KESEHATAN ANAK DI KALIMANTAN SELATAN
IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM
Oleh : Bandi Sulistiyanto, SE Indonesia Total
West Sulawesi
West Nusa Tenggara
Central Sulawesi
Maluku
South Kalimantan
East Nusa Tenggara
Gorontalo
North Maluku
West Sumatera
Banten
North Sumatera
West Kalimantan
Bengkulu
Riau Islands
Lampung
South Sumatera
South Sulawesi
Southeast Sulawesi
West Papua
West Java
Bangka Belitung
Jambi
Riau
Papua
East Java
North Sulawesi
Bali
Central Kalimantan
DKI Jakarta
Central Java
East Kalimantan
Nanggroe Aceh Darussalam
DI Yogyakarta
39
74
72
60
59
58
57
52
51
47
46
46
46
46
43
43
42
41
41
41
39
39
39
37
36
35
35
34
30
28
26
26
25
19
Program kesehatan Indonesia selama ini telah memfokuskan pada kesehatan dan kesejahteraan anak. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan dalam kelangsungan hidup anak. Secara nasional, kematian bayi, kematian dalam 12 bulan pertama, telah mengalami penurunan yaitu dari seribu kelahiran terdapat 66 kematian di tahun 1994 dan menjadi 39 kematian ditahun 2007. Angka kematian bayi (IMR) bervariasi antar propinsi; tertinggi di Bali (74/1000) dan terendah di DI Yogyakarta (19/1000). Infant mortality rate di Provinsi Kalimantan Selatan menduduki ranking kelima berdasarkan SDKI 2007 yaitu 58 per seribu kelahiran hidup. Semua angka kematian menunjukkan trend penurunan sejak 15 tahun yang lalu kecuali untuk Angka Kematian Bayi dimana untuk 10‐14 tahun yll sebesar 16 meningkat menjadi 23 untuk periode 0‐4 tahun sebelum survey ini dilakukan. Angka Kematian Anak yang lebih tinggi terdapat di perdesaan, kelompok tidak sekolah dan kelas ekonomi menengah kebawah. Secara nasional 59% atau Hampir enam dari 10 anak Indonesia mendapat imunisasi lengkap sedangkan di Kalimantan Selatan hanya 51% mendapat imunisasi lengkap padahal tahun 1997 angkanya lebih tinggi yaitu 56%. angka ini berada dibawah rata rata nasional. Cakupan imunisasi tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (94%) dan terendah di Papua Barat (24%). Di Kalimantan Selatan bayi disusui oleh ibunya secara ekslusif selama sekitar dua bulan. Angka ini walaupun lebih tinggi daripada angka nasional (0,7 bulan) tetap perlu diperhatikan mengingat UNICEF dan WHO menyarankan ini dilakukan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Sebanyak 70% anak anak sudah memperoleh suplemen vitamin A dalam enam bulan terakhir (hampir sama dengan rata rata nasional). Walaupun angka ini cukup tinggi namun perlu ditingkatkan mengingat kekurangan berat akan vitamin A dapat menyebabkan kerusakan mata, lambatnya pemulihan dari sakit, atau meningkatnya keparahan infeksi seperti campak dan penyakit perut pada anak anak. Pemberian vitamin A berkorelasi positif dengan pendidikan ibu. Mencari pengobatan kepada petugas kesehatan adalah usaha yang tepat namun di Kalimantan Selatan pada tahun 2007 kurang dari Kalimantan Selatan
separuh jumlah anak dengan gejala ARI dan demam yang 57
47
Indonesia
66
49
dicarikan pengobatannya pada petugas kesehatan. SDKI 2002‐03
SDKI 2007
Implikasi Kebijakan dan Program.
Kebijakan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan sekaligus menekan kematian bayi dan anak perlu lebih diarahkann pada kelompok wanita tidak sekolah, status ekonomi menengah kebawah dan mereka yang berada diperdesaan. Program program peningkatan ekonomi keluarga seperti UPPKS dan program sejenis dari berbagai sector serta program program peningkatan derajat kesehatan seperti Posyandu dan PKK menjadi sangat relevan untuk lebih digalakkan. 
Download