2 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL KELAS X SMA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Oleh: Galang Eko Pribadi1, Maria Luthfiana2, Yufitri Yanto3 Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Pada Materi Sistem Persamaan Linear Kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan LKS berupa LKS siswa dan LKS guru dengan pendekatan PMRI pada materi sistem persamaan linear tiga variabel untuk siswa kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau dan mengetahui kualitas LKS dilihat dari aspek kevalidan dan kepraktisan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan 4-D (four D model). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, and Disseminate. Proses pada tahap Define meliputi: a) analisis awal, b) analisis siswa, c) analisis tugas, d) analisis konsep, dan e) merumuskan tujuan pembelajaran. Proses pada tahap Design meliputi: a) pemilihan format dan b) desain awal, pada desain awal meliputi pembuatan angket untuk validasi, angket respon siswa, dan penulisan draft awal. Proses pada tahap Develop meliputi: a) validasi oleh para ahli diikuti dengan revisi, b) uji coba produk. Produk penelitian ini berupa LKS siswa dan LKS guru pada materi sistem persamaan linear tiga variabel dengan pendekatan PMRI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kevalidan LKS menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan mendapat kategori baik pada komponen kelayakan bahasa dengan rata-rata skor sebesar 3,29, pada komponen kelayakan isi mendapat kategori sangat baik dengan rata-rata skor sebesar 3,52, sedangkan pada komponen kelayakan penyajian mendapatkan predikat baik dengan rata-rata skor 3,04. (2) kualitas bahan ajar dilihat dari aspek kepraktisan termasuk dalam kriteria “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,13 ditentukan berdasarkan hasil respon siswa terhadap LKS. Kata Kunci: Pengembangan, SPLTV , LKS. PENDAHULUAN Pada saat ini pendidikan di Indonesia menerapkan K13 revisi 2016, orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau 2dan3 3 (Majid, 2014:28). Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. (Majid, 2014:16). Dengan kata lain guru adalah fasilisator, selain itu guru harus mampu mengembangkan bahan ajar yang digunakan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh ketika belajar matematika. Cara yang bisa dilakukan guru untuk menciptakan dan mengembangkan bahab ajar antara lain dengan menggunakan pendekatan dalam proses pengembangan bahan ajarnya, yang sesuai dengan materi yang akan disampaikaan. Salah satu jenis bahan ajar yang bisa dikembangkan oleh guru adalah LKS. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi dan juga penugasan. LKS memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, membantu siswa dalam belajar dan memahami materi pembelajaran (Depdiknas dalam Rochim, 2016). Lembar kerja siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS berisi panduan bagi siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto dalam Rupaidah & Danaryanti, 2013). Peran Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran salah satunya adalah sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di SMA Negeri 2 Lubuklinggau, siswa di SMA Negeri 2 Lubuklinggau termasuk siswa yang aktif hal ini memungkinkan untuk digunakan LKS sebagai bahan ajar. Dwi Febriani Arifin M.Pd. Mat. menerangkan bahwa di SMA Negeri 2 Lubuklinggau LKS memang sudah menjadi bahan ajar dan alat bantu guru dalam menyampaikan materi ataupun penugasan pada siswanya, tetapi pada kenyataanya buku LKS yang digunakan kurang menarik dan kurang memotivasi siswa untuk belajar, selain desainya yang kurang menarik bahasa dalam soal-soalnya bersifat abstrak atau sulit dimengerti oleh siswa sehingga siswa sulit untuk mencerna maksud dari soal-soal tersebut. Selain tampilan LKS yang tidak berwarna, didalam LKS yang digunakan juga masih mempunyai kekurangan, salah satunya yaitu lembar jawaban yang disediakan sangatlah sedikit sehingga siswa harus menuliskan jawaban di kertas 4 lain dan tidak langsung menjabarkan jawaban di lembar jawaban yang disediakan dalam LKS, dalam hal ini LKS yang dimaksud adalah LKS matematika. Hudojo (dalam harsatuddin, 2014) menyatakan bahwa matematika merupakan ideide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Karena itulah matematika sering sekali dianggap momok yang sangat mengerikan bagi para siswa, karena dalam belajar matematika banyak sekali menggunakan angka, rumus-rumus dan simbol-simbol. Pembelajaran matematika sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari, setiap aktifitas dalam kehidupan sehari-hari pastinya ada kaitanya dengan matematika, salah satu materi dalam matematika yang sangat sering kita temui dalam keseharian kita adalah materi tentang Sistem Persamaan Linear. Persamaan linear merupakan persamaan dalam bentuk polinomial yang variabelnya berderajat satu atau nol, dan tidak terjadi perkalian antar variabelnya (operasi yang ada hanya penjumlahan dan pengurangan) (Purwanto dkk, 2005:11). Sedangkan suatu sistem persamaan linear merupakan kumpulan beberapa persamaan linear (dalam materi ini dibatasi banyaknya pernyataan berhingga.) (Purwanto dkk, 2005:12). Ada beberapa kesulitan dalam materi persamaan linear, Masalah pemodelan menjadi penyebab sulitnya siswa dalam menyelesaikan SPL, untuk itu pembelajaran mengenai SPL sebaiknya diwali dengan menghadirkan permasalahan nyata untuk memberikan stimulus kepada siswa agar siswa mampu berpikir kreaktif, menekankan keterampilan ‘process of doing mathematic’, sehingga mereka dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapi dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok, hal ini senada dengan PMRI. Salah satu pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan Pembelajaran Maematika Realistik Indonesia (PMRI). Menurut (Zulkardi dalam Simanulang, 2013) Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘process of doing mathematic’ berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat 5 menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok. Yang berdasarkan pendapat dari Freudenthal Institute, Utrecht University yang berpendapat bahwa matematika merupakan kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri pengetahuan yang diperlukan (Gravemeijer dalam Wagimun, 2015). Aktivitas dalam pembelajaran PMRI sesuai dengan prinsip dalam pengembangan kurikulum 2013 yaitu berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Dari masalah yang dihadapi, peneliti menawarkan solusi yaitu dengan mengembangkan LKS yang konvensional menjadi LKS yang menarik sehingga produk LKS yang dihasilkan dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dan penugasan pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel dengan menggunakan pendekatan PMRI. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “1) Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel Kelas X di SMA Negeri 2 Lubuklinggau?, 2) Bagaimana kevalidan dan kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel Kelas X di SMA Negeri 2 Lubuklinggau?” TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Thobroni (2015:19) pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Sagala (dalam Sumantri, 2015:2) pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Hamalik (2007:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta 6 diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. B. Pengertian LKS LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan/atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaanya tergantung dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2014:269). Menurut Trianto (2009:223) Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2009:223). Sedangkan Menurut Anggraini (2016) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi materi, ringkasan, dan tugas yang harus di kerejakan oleh peserta didik. Peran Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran salah satunya adalah sebagai LKS yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan peserta didik. C. Pengembangan LKS berbasis PMRI Menurut Fajar dan Nur (2010) pengembangan LKS berbasis PMR harus memenuhi standar bahan ajar PMRI, yaitu: 1. Bahan ajar yang disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2. Bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk memotivasi siswa dan membantu siswa belajar matematika. 3. Bahan ajar memuat berbagai konsep matematika yang saling terkait sehingga siswa memperoleh pengetahuan matematika yang bermakna dan utuh. 4. Bahan ajar memuat materi pengayaan yang mengakomodasi perbedaan cara dan kemampuan berpikir siswa. Bahan ajar dirumuskan / disajikan sedemikian sehingga mendorong / memotivasi siswa berpikir kritis, kreatif, dan inovatif serta berinteraksi dalam belajar. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research & Development (R&D). metode penelitian dan pengembangan adalah 7 merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti dalam upaya mengembangkan produk yang telah ada (inovasi) maupun untuk menciptakan produk baru (kreasi) yang teruji. Dalam penelitian ini dikembangkan LKS dengan pendekatan PMRI yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. Pengembangan LKS ini, mengacu pada pengembangan perangkat model 4-D (four D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, and Disseminate. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket dan wawancara terhadap respon siswa pada produk LKS. Tabel 1 Pedoman Pemberian Skor Lembar Penilaian Kevalidan LKS Skor Kriteria 4 3 2 1 Sangat baik Baik Kurang baik Sangat kurang baik Tabel 2 Pedoman Pemberian Skor Lembar Penilaian Kepraktisan LKS Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Nilai Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju 4 3 2 1 Tabel 3 Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor Menjadi Data Kualitatif Interval Rata-Rata Skor Klasifikasi 𝑋 > 3,4 2,8 < 𝑋 ≤ 3,4 2,2< 𝑋 ≤ 2,8 1,6 < 𝑋 ≤ 2,2 1,6 ≤ X Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Dari hasil penghitungan angket validasi oleh para ahli kevalidan LKS menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan mendapat Klasifikasi baik pada 8 komponen kelayakan bahasa dengan Rata-rata skor sebesar 3,29 pada komponen kelayakan isi mendapat Klasifikasi sangat baik dengan rata-rata skor sebesar 3,52, sedangkan pada komponen kelayakan penyajian mendapatkan klasifikasi baik dengan Rata-rata skor 3,04. Didapatkan rata-rata skor dari validator sebesar 3,27 dengan skor maksimum 4,00 sehingga LKS dapat diklasifikasikan valid. Dari hasil penghitungan angket respon siswa kepraktisan LKS (LKS siswa) menunjukkan kriteria “Baik” dengan Rata-rata skor sebesar 3,13 ditentukan berdasarkan hasil respon siswa terhadap LKS. Sehingga LKS yang dikembangkan dapat diklasifikasikan praktis. 2. Pembahasan Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, diperoleh produk penelitian berupa LKS berbasis PMRI pada materi Sistem persamaan linear tiga variabel. LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa LKS siswa dan LKS guru. Selain bertujuan untuk menghasilkan LKS siswa dan LKS guru, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kepraktisan LKS sistem persamaan linear tiga variabel pada kelas X SMA. LKS ini dikembangkan dengan model pengembangan 4-D (four D model). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, and Disseminate. LKS guru dan LKS siswa diuji cobakan kepada siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Sebelum diuji cobakan, LKS guru dan LKS siswa divalidasi oleh tiga orang dosen yang terdiri dari ahli bahasa, ahli materi, dan ahli. 1. Tahap Define Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa langkah analisis, adapun analisis yang dilakukan adalah analisis awal, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan analisis tujuan pembelajaran. Pada analisis awal diketahui bahwa kurikulum yang digunakan pada kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau adalah kurikulum 2013, selain itu juga didapati beberapa masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika antara lain kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, kurangnya gambar ilustrasi pada LKS yang digunakan sehingga kurang memotivasi siswa, dalam LKS juga belum menggunakan konteks yang berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Solusi yang dapat digunakan 9 adalah dengan penggunaan LKS dengan pendekatan PMRI karena LKS dapat membantu siswa dalam memahami materi dengan lebih mudah secara mandiri. Pada tahap analisis siswa diketahui bahwa siswa kelas X SMA sudah bisa berpikir secara abstrak dan memikirkan pemecahan masalah menurut logikanya, namun kenyataanmya siswa masih membutuhkan bembingan guru dalam proses pembelajaran. Pada tahap analisis tugas struktur yang akan dipelajari adalah materi sistem persamaan linear tiga variabel. Selanjutnya pada analisis konsep didapatkan susunan konsep sebagai prasyarat dan yang akan dipelajari, prasyarat untuk mempelajari LKS ini adalah siswa sudah mempelajari tentang persamaan linear, persamaan linear satu variabel, dan sistem persamaan linear dua variabel. Analisis yang terahir adalah analisis tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran yang dicapai adalah menyusun konsep sistem persamaan linear tiga variabel, menemukan syarat sistem persamaan linear tiga variabel, dan menyelesaikan masalah kontekstual sistem persamaan linear tiga variel dengan metode eleminasi, substitusi dan eliminasi-substitusi. 2. Tahap Design Pada tahap ini terdapat empat langkah yaitu: 1) penyusunan tes acuan patokan, 2) pemilihan media, 3) pemilihan format, 4) desain awal. Pada tahap pertama yaitu penyusunan tes acuan patokan, pada tahap ini penulis membuat soalsoal cerita yang akan digunakan di dalam LKS, soal cerita selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan menggunakan konteks, tes acuan patokan dibagi menjadi empat macam, yaitu: 1) latihan beserta langkah-langkah penyelesaian yang berbentuk pertanyaan pada tes ini selalu berjudul “Mari Kita Belajar” dalam pengerjaan soal ini siswa diperbolehkan berdiskusi dan berkelompok. Pada tahap kedua yaitu pemilihan media, pada tahap ini LKS dipilih sebagai media untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan memfasilitasi pendekatan PMRI, dalam LKS disuguhkan soal-soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, di dalam LKS juga disediakan tempat penyelesaian yang cukup, sehingga siswa tidak perlu menuliskan jawaban mereka pada buku lain. Pada tahap ketiga yaitu pemilihan format, pada tahap ini format yang dipilih adalah format LKS dengan pendekatan PMRI dan materi yang termuat dalam LKS sesuai dengan kompetensi dasar 3.3 dan 3.4 kurikulum 2013 tentang Sistem Persamaan Linear 10 Tiga Variabel. Adapun LKS yang dikembangkan memuat komponen-kompenen yang meliputi (1) bagian awal, pada bagian awal LKS mencakup halaman sampul, halaman keterangan LKS, halaman kata pengantar, halaman petunjuk penyajian LKS, halaman peta konsep, dan halaman daftar isi, (2) bagian isi, pada bagian isi LKS meliputi halaman Iceberg, halaman apersepsi, halaman KI-KD, halaman permasalahan “Mari Kita Belajar”, halaman latihan “Aku Suka Berlatih”, halaman uji kompetensi “Saatnya Beraksi”, halaman kesimpulan “Mari Menyimpulkan”, (3) bagian akhir, pada bagian akhir LKS berisi halaman daftar pustaka dan halaman sampul belakang LKS. Setelah pemilihan format, langkah selanjutnya adalah desain awal LKS. Pada tahap ini yang dilakukan adalah membuat angket untuk validasi para ahli, angket respon siswa dan penulisan LKS dengan pendekatan PMRI sehingga tersusunlah draft awal LKS. 3. Tahap Develop Pada tahap ini langkah yang dilakukan adalah validasi LKS disertai revisi dari para ahli, dan ujicoba lapangan. Validasi LKS ini dilakukan untuk mengetahui kualitas LKS dilihat dari komponen kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa. Hasil validasi LKS berupa pernyataan ahli bahasa, ahli materi dan ahli media bahwa LKS layak untuk diujicobakan dengan beberapa revisi. Selain itu, dari validasi LKS ini diperoleh data kuantitatif yang menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan mendapat Klasifikasi baik pada komponen kelayakan bahasa dengan Rata-rata skor sebesar 3,29 pada komponen kelayakan isi mendapat Klasifikasi sangat baik dengan rata-rata skor sebesar 3,52, sedangkan pada komponen kelayakan penyajian mendapatkan klasifikasi baik dengan Ratarata skor 3,04. Maka dipeoleh rata-rata skor validator sebesar 3,27 sehingga LKS diklsifikasikan valid. Setelah LKS divalidasi oleh para ahli dan sudah direvisi sesuai saran dari validator, selanjutnya LKS diujicobakan kepada kelompok kecil, dari hasil permasalahan yang dikerjakan oleh siswa maka dapat disimpulkan bahwa lima siswa yang menjadi subjek penelitian mengerti dan bisa menggunakan LKS dengan baik sehingga LKS bisa langsung diujicobakan kepada kelompok besar atau uji coba lapangan. Selanjutnya dilakukan uji coba lapangan, subjek penelitian disini adalah siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Setelah siswa menggunakan LKS yang dikembangkan, siswa diberikan angket respon siswa. 11 Hasil dari analisis data angket respon siswa digunakan untuk melihat kepraktisan LKS yang dikembangkan. Dari hasil analisis data angket respon siswa didapatkan nilai kuantitatif dengan Rata-rata skor sebesar 3,13 Dengan demikian, hasil respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan termasuk dalam Klasifikasi baik. Dengan demikian LKS memenuhi syarat kepraktisan. Respon siswa tidak hanya berupa data kuantitatif berupa Rata-rata skor tetapi juga terdapat saran yang diberikan. Meskipun LKS sudah layak dan tidak perlu direvisi, tetapi saran yang diberikan oleh validator dan siswa menjadi pertimbangan dalam memperbaiki dan menyempurnakan LKS. 4. Tahap Desseminate Tahap penyebaran (desseminate) tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut 1. Pengembangan LKS dengan pendekatan PMRI pada materi sistem persamaan linear tiga variabel untuk siswa kelas X dilakukan dengan mengadopsi model pengembangan 4-D (four D model). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, and Disseminate. Proses pada tahap Define meliputi: a) analisis awal, b) analisis siswa, c) analisis tugas, d) analisis konsep, dan e) merumuskan tujuan pembelajaran. Proses pada tahap Design meliputi: a) pemilihan format dan b) desain awal, pada desain awal meliputi pembuatan angket untuk validasi, angket respon siswa, dan penulisan draft awal. Proses pada tahap Develop meliputi: a) validasi oleh para ahli diikuti dengan revisi, b) uji coba produk. Proses pada tahap Disseminate tidak dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian. 2. Kevalidan dan Kepraktisan LKS yang dikembangkan 12 a. Kevalidan LKS menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan mendapat Klasifikasi baik pada komponen kelayakan bahasa dengan Rata-rata skor sebesar 3,29 pada komponen kelayakan isi mendapat Klasifikasi sangat baik dengan rata-rata skor sebesar 3,52, sedangkan pada komponen kelayakan penyajian mendapatkan klasifikasi baik dengan Rata-rata skor 3,04. Didapatkan rata-rata skor dari validator sebesar 3,27 dengan skor maksimum 4,00 sehingga LKS dapat diklasifikasikan valid. b. Kepraktisan LKS (LKS siswa) menunjukkan kriteria “Baik” dengan Ratarata skor sebesar 3,13 ditentukan berdasarkan hasil respon siswa terhadap LKS. Sehingga LKS yang dikembangkan dapat diklasifikasikan praktis. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, R. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Ketrampilan Proses Di Sman 4 Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4 (4), 350-356. Fadjar S. dan Nur A. Mustajab. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik di SMP. Yogyakarta: PPPPTK. Hamalik, O. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Majid, A. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prastowo, A. 2014. Pengembangan LKS Tematik Tinjauan Teoritis Dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Purwanto, H. dkk. Aljabar Linier. Jakarta: PT. Ercontara Rajawali. Rochim, M. dkk. 2016. Pengembangan LKS Dengan Pendekatan PMRI Pada Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Untuk SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 4 (1), 35-43. Rupaidah, A. & Danaryanti, A. 2013. Pengembangan Lks Dengan Pendekatan Realistik Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (1), 10-17. Simanulang, J. 2013. Pengembangan LKS Materi Himpunan Konteks Lascar Pelangi Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia 13 (PMRI) Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, 7 (2), 25-36. Sumantri, M. S. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori Dan Praktik Ditingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. . 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wagimun & Lestariningsih. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Pmri Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok Di Kelas VIII (Developing Grup Activity Sheet By The Appoarch Of Pmri On The Curve Materials). Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 3 (2), 189-198.