bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Telepon seluler Blackberry sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Telepon pintar (smartphone) ini pernah menjadi primadona dengan menempati
peringkat pertama sebagai jenis smartphone yang paling banyak digunakan. Dengan
berbagai fitur dan kemudahan yang ditawarkan membuat Blackberry digemari
berbagai macam kalangan. Angka penjualan Blackberry di Indonesia merupakan salah
satu yang terbesar di Asia. Jutaan orang Indonesia telah menjadi pelanggan Blackberry
hingga saat ini. Research In Motion (RIM) sebagai produsen Blackberry secara
eksplisit juga mengakui bahwa Indonesia adalah salah satu pasar terpenting bagi
produk mereka.
Dari saat pertama kali dipasarkan secara resmi di Indonesia pada tahun 2004
Blackberry kemudian menjadi perangkat komunikasi yang digandrungi banyak orang
dalam waktu yang relatif singkat. Meski pada awalnya ditujukan untuk kalangan
pekerja profesional namun di Indonesia Blackberry sukses dijual ke berbagai segmen
konsumen. Mulai dari anak sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja kantoran,
artis maupun pejabat beramai-ramai menjadi pengguna dan pelanggan layanan
Blackberry. Sebelum masuknya perangkat kompetitor dari Android dan Iphone,
Blackberry merupakan perangkat paling populer yang bersifat always connected
sehingga banyak yang menggunakan Blackberry agar tidak ketinggalan informasi
dalam pergaulan dan tidak dibilang ketinggalan jaman.
Namun kesuksesan RIM dalam memasarkan produk Blackberry nya hingga
menjadi perangkat telekomunikasi favorit di Indonesia bukannya tanpa hambatan.
Beberapa persoalan sempat mengganjal penjualan Blackberry di Indonesia, khususnya
yang menyangkut kepatuhan RIM terhadap regulasi-regulasi yang diterapkan
pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah ketika pemerintah, dalam hal ini
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di bawah pimpinan Menteri
Tifatul Sembiring sempat mengancam akan menutup layanan Blackberry di Indonesia
karena RIM menolak menutup akses terhadap konten-konten pornografi melalui
perangkatnya. Hal ini sempat membuat heboh pelanggan Blackberry di tanah air yang
1
khawatir tidak bisa menggunakan layanan Blackberry Messenger (BBM) yang sangat
vital bagi komunikasi mereka. Beruntung RIM akhirnya tunduk pada regulasi tersebut
sehingga layanan mereka terus berjalan dan dapat dinikmati masyarakat. Namun
disamping itu masih ada beberapa isu lain menyangkut hubungan RIM dengan
pemerintah Indonesia.
Persoalan lain yang pernah menghambat penjualan Blackberry di Indonesia
adalah saat pemerintah Indonesia sempat membekukan impor bagi Blackberry selama
dua bulan pada Juni-Agustus 2009. Langkah ini dilandasi karena belum adanya sevice
center resmi Blackberry di Indonesia sehingga konsumen kurang mendapat layanan
purna jual atas produk yang dibelinya.
Dinamika hubungan antara Research In Motion dengan pemerintah Indonesia ini
bisa dipandang dengan perspektif ekonomi politik. Research In Motion (RIM) dalam
bentuknya sebagai sebuah Multinational Corporation (MNC) merupakan objek penting
dalam bahasan ekonomi politik internasional. Multinational Corporation atau
Perusahaan Multinasional pada skala yang besar juga bisa dikatakan sebagai salah satu
aktor internasional yang berpengaruh disamping negara atau nation-state. Perusahaan
Multinasional (PMN) bisa menjadi sumber penggerak ekonomi dengan investasi yang
ditanamkannya dan seringkali mempunyai daya tawar yang lebih besar dibandingkan
dengan negara tersebut.
Dimensi ekonomi politik dalam hubungan antara RIM dengan pemerintah
Indonesia semakin terlihat ketika pada tahun 2011 RIM memilih Malaysia sebagai
salah satu basis lokasi produksi Blackberry. Hal ini tentu saja membuat pemerintah
Indonesia kecewa. Padahal, bila dihitung-hitung jumlah penjualan dan pengguna
Blackberry di Malaysia jauh tertinggal ketimbang di Indonesia. Dengan tingginya
pangsa pasar Blackberry di Indonesia, pemerintah menganggap RIM seharusnya
menanamkan investasinya disini. Sementara itu untuk memenuhi demand tersebut
Indonesia harus terus mengimpor Blackberry produksi luar negeri. Akibatnya nilai
impor produk telepon seluler (ponsel), termasuk Blackberry, yang tinggi membebani
neraca perdagangan Indonesia1.
Relasi dua entitas yang berbeda antara RIM dengan pemerintah Indonesia ini
menarik untuk dicermati. Karena biasanya dinamika hubungan antara MNC dengan
1
http://industri.kontan.co.id/news/wamendag-kecewa-pabrik-blackberry-ada-di-malaysia
2
sebuah negara bersifat khusus dan tidak bisa digeneralisasi. Dalam hubungan antara
RIM dan pemerintah Indonesia ini patut disorot mengenai kebijakan-kebijakan
pemerintah terhadap RIM dan juga pengaruhnya terhadap aktivitas investasi RIM di
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan adalah:
“Bagaimana implikasi pangsa pasar Blackberry dan kebijakan-kebijakan yang
diterapkan pemerintah Indonesia terhadap investasi Research In Motion di
Indonesia?”
C.
Kerangka Konseptual
Untuk membahas hubungan antara Multinational Corporation (MNC) dengan
sebuah negara maka diperlukan penjelasan mengenai konsep MNC beserta
karakteristik yang menyertainya. Selain itu juga perlu ditelisik relevansi antara MNC
dengan proses pembangunan nasional.
Definisi dan Karakteristik Multinational Corporation (MNC)
Banyak definisi yang diajukan para ahli untuk menjelaskan Multinational
Corporation (MNC) atau perusahaan multinasional. Penulis memilih untuk
menggunakan pengertian yang diajukan Joan Spero berikut ini:
“A Multinational Corporation is a firm with foreign subsidiaries that extend the
firm’s production and marketing beyond the boundaries of any one country.
Multinational Corporations are not simply large corporations that market their
products abroad, they are firms that have sent abroad a package of capital,
technology, managerial talent, and marketing skills to carry out productions in foreign
countries. In many cases, the multinational’s production is truly worldwide, with
different stages of production carried out in different countries.2”
Joan Spero menambahkan bahwa pada banyak kasus proses produksi dalam
sebuah MNC benar-benar mendunia, beberapa tahapan produksi yang berbeda
dilakukan di negara yang berbeda-beda pula. Tahap marketing juga seringkali berskala
2
Joan E. Spero. 1985. The Politics of International Economic Relations. Hlm 132
3
internasional. Barang-barang yang diproduksi di satu atau lebih negara dijual hingga
ke seluruh dunia. Pada akhirnya MNC cenderung mempunyai cabang atau perwakilan
luar negeri di banyak negara.
Dengan demikian ada karakteristik khusus yang melekat pada sebuah badan
usaha agar bisa disebut sebagai perusahaan multinasional. Dari definisi di atas
setidaknya perusahaan tersebut haruslah beroperasi (mempunyai cabang) di beberapa
negara, dan mentransfer modal, teknologi, kecakapan manajerial dan kecakapan
pemasaran untuk melaksanakan kegiatan bisnis di luar negeri asalnya. .
Motif MNC Melakukan Produksi Internasional/Investasi Asing
John Dunning mengklasifikasikan beberapa dorongan utama mengapa sebuah
Multinational Corporation (MNC) terlibat aktivitas bisnis di luar negara asalnya.
Motivasi ini menentukan jenis investasi asing (FDI) yang dilakukan oleh sebuah
MNC, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa sebuah MNC mempunyai lebih
dari satu motif dalam aktivitas internasionalnya.
Menurut Dunning ada empat alasan utama mengapa sebuah perusahaan
melakukan aktivitas produksi di luar negeri. Empat motif inilah yang mendorong
perusahaan untuk melakukan kegiatan yang bersifat produksi (mengolah barang
mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi) di luar negara asalnya.
Sehingga kesamaan dari empat jenis motif tersebut adalah sama-sama mendorong
perusahaan untuk berinvestasi dengan memiliki fasilitas produksi di luar negeri.
Motif-motif tersebut adalah3:
1.
Mencari Sumber Daya (Natural Resource Seekers)
Perusahaan Multinasional yang masuk kategori ini adalah mereka yang
melakukan investasi asing demi memperoleh sumberdaya tertentu yang lebih bermutu
maupun lebih murah dibanding yang ada di negara asalnya. Tujuan mereka melakukan
Foreign Direct Investment (FDI) adalah memaksimalkan keuntungan dan daya saing
di pasar yang mereka layani. Semua atau bahkan sebagian besar output dari cabang
MNC yang beroperasi di negara tujuan investasi itu akan diekspor ke negara industri
maju. Ada tiga jenis MNC yang melakukan FDI karena didorong oleh motif mencari
sumberdaya. Yang pertama adalah MNC yang melakukan investasi asing karena
3
John H. Dunning dan Sarianna M. Lundan. 2008. Multinational Enterprises and the Gobal Economy
(2nd Edition). Hlm 67-73
4
mencari sumberdaya fisik/alam. Mereka biasanya terdiri dari para produsen utama dan
perusahaan-perusahaan manufaktur yang mencari bahan baku di luar negara asalnya.
Yang
kedua
adalah
Perusahaan
Multinasional
yang
mencari
sumberdaya
manusia/karyawan yang murah. Terdiri dari perusahaan-perusahaan manufaktur atau
jasa yang berasal dari negara dengan upah pegawai yang tinggi sehingga mereka
melakukan investasi ke negara dengan upah lebih rendah. Jenis yang ketiga yaitu
perusahaan yang melakukan FDI karena terdorong kebutuhan untuk memperoleh
kemampuan teknologi tinggi, maupun keahlian manajemen atau marketing dan
kecakapan organisasional.
2.
Mencari/Memperluas Pasar (Market Seekers)
Multinational Corporation (MNC) bisa melakukan investasi asing di negara atau
region tertentu karena terdorong oleh keinginan untuk menyediakan produk barang
atau jasanya di kawasan tersebut. Investasi dengan motif market-seeking ini bisa
dilakukan demi melindungi pasar yang sudah ada maupun untuk mengeksploitasi
pasar yang baru. Terlepas dari besarnya pasar dan potensi pertumbuhan pangsa pasar,
ada empat alasan sebuah MNC melakukan investasi yang bersifat market-seeking.
Yang pertama adalah karena suplier ataupun konsumen utama mereka telah
mendirikan fasilitas produksi di luar negeri sehingga mereka harus mengikutinya
supaya tetap bisa mempertahankan bisnisnya. Yang kedua adalah karena seringnya
suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh MNC perlu disesuaikan dengan kultur
atau cita rasa lokal. Yang ketiga adalah alasan untuk meminimalisasi biaya produksi
dan transaksi. Dan alasan terakhir yang tak kalah penting bagi sebuah MNC sebagai
bagian dari strategi produksi dan pemasaran global mereka adalah demi memperkuat
kehadiran mereka di pasar yang juga dilayani oleh pihak kompetitor.
3.
Melakukan Efisiensi (Efficiency Seekers)
Motivasi dari FDI yang bersifat effieciency-seeking adalah demi merasionalisasi
struktur dari investasi yang telah ada sebelumnya baik yang bersifat resource-seeking
maupun market-seeking sehingga perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari
penguasaan bersama atas aktivitas-aktivitas bisnis yang terpisah secara geografis.
Investasi yang bersifat mencari efisiensi ini manfaat utamanya adalah menekan skala
dan sekup ekonomi serta diversifikasi resiko perusahaan. Tujuan dari MNC yang
melakukan investasi yang bersifat effieciency-seeking adalah untuk mengambil
5
keuntungan dari perbedaan faktor-faktor sumberdaya, budaya, susunan institusional,
pola
permintaan,
kebijakan
ekonomi
dan
struktur
pasar
dengan
cara
mengkonsentrasikan produksi di sejumlah lokasi terbatas untuk memenuhi bermacammacam pasar.
4.
Mencari Aset Strategis (The Strategic Asset Seekers)
Motivasi keempat dari MNC dalam melakukan FDI adalah demi mencapai
tujuan-tujuan strategis jangka panjang mereka utamanya mempertahankan atau
meningkatkan daya saing global mereka dengan cara memperoleh/mengakuisisi asetaset perusahaan asing di luar negara asalnya. Alasan investasi ini biasanya tidak terlalu
memfokuskan diri pada minimalisasi biaya produksi melainkan lebih kepada
mengeksploitasi aset dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan. Hampir sama seperti
investasi yang bertujuan mencari efisiensi, MNC yang berinvestasi dengan mencari
aset strategis berusaha memaksimalkan keuntungan dari kepemilikan bersama atas
aktivitas dan kapabilitas bisnis yang bermacam-macam, maupun dari aktivitas dan
kapabilitas bisnis yang sama yang berada pada lingkungan ekonomi dan potensi yang
bermacam-macam.
Selain empat motif utama yang mendorong sebuah MNC untuk berinvestasi
(dalam memiliki fasilitas produksi) di luar negeri seperti yang dijelaskan di atas,
Dunning menyebutkan bahwa ada kategori investasi lain yang dilakukan oleh MNC di
luar negara asalnya yang tidak cocok untuk dimasukkan kedalam empat motif di atas.
Ada tiga jenis investasi lainnya yang tidak termotivasi oleh keempat jenis motif di
atas. Perbedaannya adalah jenis-jenis investasi asing ini tidak selalu mendorong MNC
melakukan kegiatan produksinya di luar negeri. Tiga motif/jenis investasi itu adalah4:
1.
Escape Investments
Yang dimaksud dengan escape investments adalah aktivitas investasi asing oleh
MNC yang dilakukan untuk melepaskan diri dari keterbasan-keterbatasan yang
ditimbulkan oleh peraturan perundang-undangan atau kebijakan makro dari negara
asalnya. Dalam investasi jenis ini sebuah perusahaan akan memindahkan sebagian
aktivitas bisnisnya ke negara lain yang dianggap memiliki peraturan yang lebih sesuai
untuk mengembangkan bisnisnya.
4
Ibid, John H. Dunning dan Sarianna M. Lundan. Hlm 74-77
6
2.
Support Investments
Tujuan dari investasi jenis ini adalah untuk mendukung aktivitas bisnis dari
komponen-komponen lain dari sebuah perusahaan. Biasanya sebuah cabang
perusahaan yang didirikan sebagai wujud dari support invesment tidak berperan utama
sebagai pengeruk keuntungan, bahkan bisa membutuhkan banyak biaya, namun
aktivitas bisnis yang dilakukannya akan dirasakan manfaatnya oleh komponen
perusahaannya yang lain. Yang termasuk jenis investasi ini adalah investasi yang
dilakukan MNC menyangkut persoalan perdagangan dan keuangan yang sangat
penting demi memfasilitasi dan menjalankan fungsi ekspor dan impor dari sebuah
aktivitas bisnis MNC. Selain untuk menjalankan fungsi ekspor dan impor tersebut,
peran cabang perusahaan bisa sangat bervariasi mulai dari menyangkut distribusi,
pemasaran, iklan, rekrutmen, kehumasan, hingga sebagai penghubung dengan negara
tuan rumah tempat berinvestasi.
3.
Passive Investments
Investasi jenis ini hampir mirip dan sulit dibedakan dengan investasi portofolio
yang hanya mengincar keuntungan atau kenaikan nilai modal dari investasi yang
ditanam tanpa melibatkan diri dalam manajemen perusahaan. Biasanya dilakukan oleh
perusahaan yang spesialis dalam hal jual-beli perusahaan lain atau aset properti.
Passive investments sama-sama mengincar profit dari kenaikan nilai modal yang
ditanam namun dengan sedikit menyuntikkan keahlian manajemen dan sumberdaya
sehingga meningkatkan nilai dari investasi mereka di masa depan.
Relevansi MNC terhadap Pembangunan Nasional
Aktivitas yang erat kaitannya dengan MNC adalah Penanaman Modal AsingLangsung (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI). Salah satu pengertian FDI
seperti yang diajukan oleh Stephen Cohen adalah aktivitas finansial yang pada
umumnya berupa aliran modal internasional dari negara asal perusahaan ke negara
tuan rumah (negara penerima modal) dengan tujuan untuk memperoleh sebagian atau
seluruh hak kepemilikan dari sebuah entitas bisnis yang nyata seperti pabrik, fasilitas
produksi bahan baku, maupun keseluruhan sistem distribusi. Dalam pengertian ini
7
istilah FDI akan berdampak pada keseimbangan neraca pembayaran baik bagi negara
asal perusahaan(home country) maupun negara penerima modal (host country) 5.
Foreign Direct Investment (FDI) berbeda dari investasi portofolio meskipun
keduanya sering disalahartikan sebagai sebuah kesamaan6. Investasi portofolio terjadi
ketika seseorang atau institusi finansial membeli sejumlah kecil saham perusahaan
yang berlokasi di negara lain dengan harapan akan memperoleh keuntungan dari
penjualan kembali saham itu di masa yang akan datang. Investor atau penanam modal
tidak mempunyai wewenang untuk mempengaruhi keputusan manajemen perusahaan
dan tidak mempunyai komitmen jangka panjang pada perusahaan tersebut melainkan
hanya mengharapkan keuntungan dari naiknya harga saham dan pembagian laba
perusahaan (dividen). Sebaliknya, FDI merupakan investasi yang dilakukan
perusahaan dengan tujuan memperoleh hak kepemilikan dan kendali atas perusahaan
lain di luar negeri. Paling tidak investor tersebut mempunyai pengaruh besar dalam hal
produksi, strategi pemasaran, anggaran, seleksi manajer, dan hal operasional lainnya
dari
perusahaan
yang
menerima
investasi.
Dengan
melakukan
FDI,
perusahaan/investor akan menyuntikkan paket sumberdaya produksi yang meliputi
skill manajemen dan teknik produksi yang handal, serta teknologi dan sistem
pemasaran yang maju. Oleh karenanya FDI seringkali faktanya akan meningkatkan
lapangan pekerjaan dan nilai ekspor dari host country7. Hal inilah yang menjadi daya
tarik setiap negara untuk berlomba-lomba menarik perusahaan asing agar melakukan
investasi langsung di negerinya.
Karena aktivitas investasi yang dilakukannya maka MNC dipandang dapat
memberikan dampak-dampak positif terhadap negara tuan rumah. Multinational
Corporation akan membawa teknologi, produk, kapital finansial, dan teknik
manajemen canggih ke negara-negara yang tidak memilikinya. Suntikan sumberdaya
ke negara-negara tuan rumah akan mendorong timbulnya lapangan pekerjaan dan
peningkatan keahlian tenaga kerja ketika mereka memanfaatkan teknologi modern
yang dibawa oleh perusahaan multinasional itu. MNC juga bisa membantu
5
Ibid, Stephen D. Cohen. Hlm. 37
6
UNCTAD. 2003. World Investment Report. Hlm. 100 Dikutip dalam Stephen D. Cohen. 2007.
Multinational Corporations and Foreign Direct Investment: Avoiding Simplicity Embracing Complexity
Hlm. 37
7
Ibid Hlm. 38
8
memperbaiki neraca pembayaran suatu negara. Karena dengan mendirikan cabang
usaha baru atau membeli perusahaan yang sudah ada di suatu negara maka akan ada
aliran kapital masuk ke dalam ekonomi negara tersebut. Selain efek langsung tersebut
MNC juga bisa menimbulkan efek positif tidak langsung berupa pelimpahan atau
“spillover effect” ke ekonomi negara tuan rumah. Artinya dengan adanya MNC di
suatu negara akan merangsang pertumbuhan usaha-usaha lain yang berkaitan untuk
memasok kebutuhan usaha MNC tersebut8.
D.
Argumen Utama
- Research In Motion (RIM) merupakan wujud dari sebuah Multinational
Corporation (MNC). Perusahaan ini yang menjalankan aktivitas bisnisnya secara
global dan memiliki kantor-kantor perwakilan di seluruh dunia.
- Indonesia selama bertahun-tahun merupakan salah satu pasar terbesar dan
terpenting bagi produk RIM yaitu Blackberry.
- Pangsa pasar Blackberry yang sangat besar di Indonesia mendapat perhatian
pemerintah Indonesia yang berkepentingan untuk melindungi konsumen Blackberry di
Indonesia dan menarik investasi RIM ke Indonesia sehingga mendapatkan manfaat
ekonomi lebih besar.
- Research In Motion (RIM) merespon tingginya pangsa pasar Blackberry di
Indonesia dan juga desakan pemerintah dengan mendirikan PT RIM Indonesia dan
bekerjasama dengan ITB membuka Blackberry Innovation Center (BBIC).
- Investasi RIM di Indonesia hingga sejauh ini merupakan investasi yang
berbentuk support investment yang bertujuan untuk menunjang aktivitas perusahan
induknya yaitu RIM Kanada. Investasi itu untuk membantu pemasaran dan distribusi
produk Blackberry di Indonesia. Nilai investasi itu masih kecil dibandingkan dengan
jika RIM melakukan tahapan produksi produk di Indonesia sehingga pemerintah
Indonesia belum merasakan dampak ekonomi yang besar dari investasi itu.
E.
Metode Penelitian
Dalam meneliti skripsi yang berjudul “Hubungan Negara-Multinational
Corporation, Studi Kasus: Implikasi Pangsa Pasar Blackberry dan Kebijakan
8
Mohtar Mas’oed. 1997. “Perusahaan Multinasional dalam EPI” dalam Kumpulan Diktat Mata Kuliah
Ekonomi Politik Internasional. Hlm 11-12
9
Pemerintah Indonesia Terhadap Investasi Research In Motion”, penulis akan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan melihat fenomologi yang
terjadi, dan melakukan studi literatur. Pengumpulan data yang diperlukan dalam
penelitian ini akan memanfaatkan sumber tertulis dari berbagai buku, jurnal, dokumen
resmi, surat kabar, tesis, majalah serta artikel-artikel baik yang berasal dari media
cetak maupun online (internet) agar dapat menunjang analisis yang merupakan bagian
dari skripsi ini.
F.
Sistematika Penulisan
Tulisan ini akan dibagi kedalam lima bab. Bab pertama berisi latar belakang,
rumusan masalah, kerangka konseptual, argumen utama, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab kedua akan membahas tentang Research In Motion dan
aktivitasnya sebagai sebuah MNC. Bab Ketiga akan membahas perkembangan pangsa
pasar produk Research In Motion yaitu Blackberry di Indonesia beserta persoalanpersoalan yang sempat menghadangnya. Bab Keempat membahas kebijakan-kebijakan
pemerintah Indonesia terhadap Research In Motion dan analisa terhadap aktivitas
investasi RIM di Indonesia. Dan bab kelima akan berisi kesimpulan dari bab-bab
sebelumnya.
10
Download