BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan kesehatan global semakin meningkat, terutama penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri patogen. Infeksi bakteri sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Maka untuk menghambat daya infeksi agar tidak berkelanjutan, perlu adanya antibiotik sebagai obat. Antibiotik sendiri merupakan zat hasil isolasi dari sel mikroorganisme, di mana pada konsentrasi rendah dapat menghambat atau membunuh organisme lainnya. Hasil uji antibakteri yang dilaporkan oleh Dallas dkk. (2013) terhadap salah satu senyawa antibiotik, pada konsentrasi 30 ppm, tetrasiklin mampu menghambat pertumbuhan bakteri hingga 24 mm. Tetapi penggunaan antibiotik yang terlalu sering dan panjang dapat mengalami resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut. Salah satu contohnya adalah antibiotik penisilin yang diisolasi dari bakteri Staphylococcus yang tidak mampu lagi menghambat antibakteri jenis betalactam. Oleh karena itu, penyakit yang disebabkan oleh bakteri menjadi ancaman utama bagi kesehatan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengisolasi senyawa aktif yang berasal dari bahan alam ini, namun ketersediaanya terbatas. Metode isolasi juga membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya relatif mahal (Jasril dkk., 2012). Usaha lain yang dilakukan adalah merancang dan mengembangkan senyawa aktif dengan pendekatan sintesis kimia. Metoda sintesis kimia merupakan upaya yang dianggap mampu memberikan solusi dan lebih efektif untuk menghasilkan senyawa aktif. Metoda sintesis juga dapat menghasilkan berbagai struktur analog dari senyawa aktif yang lebih variatif, sehingga senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas biologis yang baik dapat diperoleh. Oleh karena itu, penelitian dan penemuan senyawa – senyawa baru hasil sintesis untuk senyawa obat antibiotik, terutama sebagai antibakteri, semakin berkembang. Salah satu senyawa sintesis yang telah diketahui memiliki potensi farmakologis dan biologis yang baik adalah senyawa pirazolina. Senyawa turunan pirazolina termasuk dalam senyawa turunan dari golongan 1,2-diazol yang 1 2 membentuk struktur heterosiklik cincin lima yang mengandung dua atom nitrogen dan diketahui mampu memberikan sumbangan aktivitas biologis yang baik (Chovatia dkk., 2009). Penelitian yang telah dilakukan oleh Joshi dkk. (2016) dengan metode molecular docking terhadap novel turunan pirazolina dengan subtituen yang terikat, melaporkan bahwa gugus hetero–aril yang terikat dan cincin aromatik senyawa pirazolina ini yang mampu memberikan sumbangan keaktifan biologis senyawa. Beberapa sifat aktivitas biologi senyawa turunan pirazolina yang telah dilaporkan, antara lain sebagai antibakteri (Hassan, 2013; Kitawat dan Singh, 2014), antijamur (Deng dkk., 2012; Behalo, 2010), antiradang (Ovais, 2013), antikanker (Havrylyuk, 2009), kardiovaskular (Malhotra dkk., 2002) dan antidepresan (Özdemir dkk., 2007). Berdasarkan analisis pendekatan retrosintesis senyawa pirazolina, bahan awal yang digunakan dalam sintesis merupakan suatu turunan benzaldehida. Tiga turunan benzaldehida yang digunakan adalah 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida, 3,4-dimetoksibenzaldehida, dan 4-metoksibenzaldehida. Ketiga bahan awal diketahui merupakan bahan yang berlimpah dan mudah ditemukan di alam. Senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida ditemukan dalam tanaman vanilin dan kesediaanya yang berlimpah. Senyawa 3,4-dimetoksibenzaldehida dengan nama lain veratraldehida merupakan hasil derivatisasi vanilin yang termetilasi. Senyawa 4-metoksibenzaldehida atau p-anisaldehida banyak ditemukan dalam minyak asiri tanaman adas. Ketiga senyawa bahan alam ini juga telah banyak diteliti sebagai bahan awal sintesis senyawa pirazolina (Venkataraman dkk., 2010; Santhi dkk., 2014) Senyawa pirazolina disintesis melalui reaksi antara senyawa intermediet kalkon dengan turunan hidrazin. Senyawa kalkon diketahui merupakan hasil reaksi kondensasi antara senyawa aldehida aromatik dan keton aromatik dalam suasana asam ataupun basa. Dua cincin aromatik yang terikat pada tiga atom karbon dan mengandung gugus karbonil dengan sistem α,β–tak jenuh dilaporkan memiliki berbagai aktivitas biologis, seperti sebagai senyawa antibakteri (Ansari dkk., 2005 dan Atsiri dan Khan, 2011), antikanker (Syam dkk., 2012; Kumar dkk., 2013), antiradang (Chen dkk., 2013), dan lain – lain. Salah satu senyawa turunan kalkon 3 yang telah dilaporkan memiliki sifat antibakteri adalah turunan senyawa 2’-hidroksikalkon (Ansari dkk., 2005) yang disintesis dari 4-metoksibenzaldehida dengan 2’–hidroksiasetofenon dalam kondisi basa NaOH 4M dan direfluk selama 6 jam. Hasil uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disk diffusion, memperlihatkan adanya efek penghambatan terhadap bakteri Gram positif (S. aureus) sebesar 9,70 mm. Penelitian sintesis senyawa pirazolina dari senyawa intermediet kalkon sebagai senyawa antibakteri telah banyak dilakukan dan dilaporkan mampu meningkatkan aktivitas antibakteri. Salah satunya senyawa pirazolina yang telah disintesis oleh Venkataraman dkk. (2010), yakni mengembangkan senyawa 2’-hidroksikalkon menjadi senyawa pirazolina, yang direaksikan dengan hidrazin monohidrat. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap senyawa pirazolina memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas sebesar 0,3 mm dari senyawa 2’-hidroksikalkon sebelumnya. Hasil uji antibakteri yang dilakukan oleh Bajia dan Srivastava (2007) dengan mereaksikan 2’–hidroksikalkon dengan hidrazin monohidrat dan asam format menggunakan gelombang mikro melaporkan bahwa penambahan gugus formil pada cincin N pirazolina tidak memberikan efek penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri, terutama bakteri S. aureus. Sebelumnya pada tahun 2003, Vibhute dan Baseer telah melaporkan bahwa penambahan gugus pendonor elektron (–OH) posisi para pada cincin aromatik mampu meningkatkan aktivitas biologis senyawa. Oleh karena itu, kajian lanjut sintesis turunan pirazolina dari turunan senyawa 4’-hidroksikalkon perlu dikembangkan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan pirazolina dari turunan 2’-hidroksikalkon yang telah dikembangkan sebelumnya. Sintesis senyawa turunan 4’-hidroksikalkon telah banyak dilakukan, tetapi belum banyak dilaporkan aktivitas biologisnya, terutama sebagai antibakteri. Pada sintesis senyawa 4’-hidroksikalkon terjadi melalui reaksi kondensasi aldol Claisen – Schmidt antara senyawa 4’-hidroksiasetofenon dan turunan aldehida alifatik atau aromatik. Sintesis senyawa kalkon bergantung dari katalis yang digunakan, baik katalis asam maupun basa. Perkembangan sintesis senyawa 4 turunan 4’-hidroksikalkon yang telah dilakukan masih dalam kondisi asam. Efektivitas katalis asam dalam sintesis senyawa 4’-hidroksikalkon telah banyak dilakukan dan dilaporkan. Francis dkk, (2004) telah mensintesis 4’-hidroksikalkon yang disintesis melalui reaksi antara 4-hidroksi-3metoksibenzaldehida dengan 4-hidroksiasetofenon pada kondisi asam, HCl dan diperoleh rendemen sebesar 85%. Narender dan Reddy (2007) juga telah berhasil mensintesis senyawa turunan 4’-hidroksikalkon, di mana mereaksikan 3,4-dimetoksibenzaldehida dengan 4-hidroksiasetofenon dalam kondisi asam menggunakan BF3–ET2O yang direfluk selama 2 jam dan diperoleh rendemen sebesar 90%. Perkembangan sintesis senyawa 4’-hidroksikalkon menggunakan katalis basa masih belum banyak dilakukan dan perolehan rendemen yang masih rendah. Sultan dkk. (2013) telah mensintesis senyawa turunan 4’-hidroksikalkon menggunakan 1,15 ek NaOH dan hasil penelitian dilaporkan hanya memperoleh rendemen sebesar 32%. Susanti dkk. (2014) telah mensintesis 2’-hidroksikalkon dengan mereaksikan 0,01 mol 3,4– dimetoksibenzaldehida dan 0,01 mol 2-hidroksiasetofenon pada kondisi basa NaOH 50% dan pengadukan suhu ruang selama 24 jam, diperoleh rendemen sebesar 75%. Oleh karena itu, efisiensi dalam sintesis senyawa 4-hidroksikalkon bergantung pada konsentrasi katalis basa. Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti menunjukkan bahwa penggunaan refluk dianggap lebih efisien dibandingkan metode lainnya dalam sintesis senyawa. Bajia dan Srivastava (2007) telah menggunakan metode modern, yakni microwave dalam mensintesis senyawa pirazolina dan mampu meminimalisir waktu reaksi hingga 6 menit. Jauhari dkk. (2012) meneliti bahwa penggunaan gelombang mikro untuk sintesis senyawa organik kurang efisien dan memiliki kelemahan, yakni penggunaan energi panas yang terlalu tinggi sehingga sulit untuk dikontrol dan ruang yang tertutup rapat sangat berbahaya sehingga menimbulkan ledakan yang mengakibatkan kebakaran, mengingat senyawa kimia organik merupakan senyawa volatil yang mudah terbakar. Oleh karena itu, penggunaan refluk lebih efisien, terutama proses reaksi sintesis senyawa dapat terpantau dengan baik dan didapatkan perolehan yang efisien. 5 I.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mensintesis senyawa 4’-hidroksikalkon dari 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida, 3,4-dimetoksibenzaldehida, dan 4-metoksibenzaldehida dengan 4- hidroksiasetofenon dalam kondisi basa NaOH dan refluk melalui metode reaksi kondensasi Claisen – Schmidt. 2. Mensintesis senyawa turunan pirazolina dari senyawa 4’-hidroksikalkon yang telah disintesis. 3. Mempelajari pengaruh subtituen pada senyawa turunan 4’-hidroksikalkon dan pirazolina hasil sintesis terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. I.3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan manfaat dan nilai guna dari ketiga bahan alam yang digunakan. 2. Mendapatkan senyawa baru sebagai kandidat senyawa antibakteri. 3. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pengobatan dengan ditemukannya senyawa antibakteri yang baru.