Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Galeri Nasional Indonesia “Galeri Hijau” – Arsitektur Hijau BAB IV KONSEP 4.1 Konsep Dasar (Tema) Pengertian Arsitektur Hijau Green dikenal sebagai sustainable (berkelanjutan), ramah lingkungan dan bangunan dengan performa yang baik yang dirancang agar responsive terhadap lingkungan, secara ekonomi cukup profit, dan sebagai tempat yang sehat untuk ditempati dan untuk bekerja. Konsep “hijau” tidak hanya sekedar trend masa kini, namun harus diperlakukan sebagai prinsip dasar ketika kita mulai merancang bangunan (Saraswati, 2011:5-6). Indikasi asrsitektur disebut sebagai “hijau” jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui), dekorasi dan perabotan yang tidak berlebihan, desain hemat energi, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, serta saluran air bersih. Optimalisasi void menciptakan sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alami yang sangat membantu dalam penghematan energi. Desain void yang tepat dapat mengurangi ketergantungan penerangan, lampu listrik terutama di pagi hingga sore hari dan pemakaian kipas angin atau pengondisian udara yang berlebihan, teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya. Jadi, arsitektur hijau bukan hanya menunjukkan banyak tumbuhan dalam sebuah bangunan yang akan kita rancang, tetapi “hijau” yang dimaksud adalah sebagai konsep desain yang dapat berkelanjutan, ramah pada lingkungan sekitar, dan juga mempunyai performa yang sangat baik dengan menggunakan material ramah lingkungan yang tidak merusak alam. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 53 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Galeri Nasional Indonesia “Galeri Hijau” – Arsitektur Hijau Prinsip-prinsip arsitektur hijau menurut Brenda dan Robert Vale, 1991 dalam green Architecture design for Sustainable Future antara lain: 1. Conserving Energy (Hemat Energi) Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik (sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan). 2. Working with climate (memperhatikan kondisi iklim) Mendisain bangunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada. 3. Minimizing new resources (minimalisir sumber daya alam yang baru) Mendesain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumber daya alam yang baru, agar sumber daya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang / penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam. 4. Respect for site (respon pada tapak) Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut. Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah (tidak merusak lingkungan yang ada ). 5. Respect for user (Merespon keadaan tapak dari bangunan) Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya. Strategi Berkelanjutan : 1. Eficiency Energy Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik, memasang lampu listrik dengan intensitas rendah, pemanfaatan cahaya matahari dengan menggunakan Sun Shading, penggunaan HVAC (Heating, Ventilating, and Air Conditioning) yang efisien, serta Material ramah lingkungan yang berkelanjutan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 54 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Galeri Nasional Indonesia “Galeri Hijau” – Arsitektur Hijau 2. Mengurangi Efek Panas Kualitas Udara, Tanaman pohon untuk meneduhkan, penggunaan green roof, koridor hijau, mengurangi pemadatan tanah oleh aspal. 3. Mengurangi Polusi Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim, dengan membuat kolam air di sekitar bangunan. 4. Melestarikan Air Menggunakan kembali air limbah dengan water treatment 5. Melestarikan Tumbuhan Taman untuk hewan dan manusia 4.2 Konsep Pengembangan (Aplikasi dari Konsep Dasar) Gedung Galeri Nasional Indonesia adalah sebuah lembaga yang berada dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 2012 yang lalu dan 2013 telah merencanakan pengembangan bangunan Galeri Nasional Indonesia. GNI berfungsi dalam konteks pelestarian yaitu melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan karya-karya seni rupa baik sebagai aset Negara maupun sebagai karya budaya bangsa. Keberadaan Galeri Nasional Indonesia memberikan ruang sosial untuk masyarakat umum dengan konsep ruang terkesan terbuka. Penerapan tema Arsitektur Hijau pada bangunan galeri ini dilatarbelakangi dengan penggunaan material ramah lingkungan yang tidak merusak alam dan juga dapat menjaga kualitas benda-benda seni yang akan dipamerkan. Istilah “Galeri Hijau” didapatkan dari gedung galeri yang saling terkonektivitas dengan gedung lain karena adanya lorong yang menembus ruang yang sekaligus berfungsi sebagai sirkulasi aliran angin yang dapat mengurangi efek panas pada bangunan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 55 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Galeri Nasional Indonesia “Galeri Hijau” – Arsitektur Hijau 4.2.1 Konsep Pencahayaan Ruang galeri/pameran Menggunakan pencahayaan spotlight dan hidden lamp jenis halogen pada plafon untuk menambah kesan dramatis pada ruangan.. Lampu halogen dipilih karena memiliki nilai UV yang sedang, agar tidak merusak kualitas barang seni (lukisan). Sedangkan pada lobby galeri menggunakan pencahayaan alami (kaca untuk memaksimalkan cahaya yang masuk). Area Komersil Sebagian besar memanfaatkan pencahayaan alami saat pagi hari (sun shading), namun pada malam hari pencahayaan yang digunakan menggunakan general lamp untuk menerangi keseluruhan area komersil pada malam hari (art shop, toko buku, dan café). Area Workshop Memerlukan intensitas cahaya yang dapat mendukung aktivitas yang ada pada area ini, dikarenakan proses pengerjaan karya seni perlu konsentrasi yang tinggi untuk menghasilkan karya seni. Sehingga pencahayaan yang sangat terang diperlukan dengan menggunakan general lamp untuk menerangi keseluruhan area workshop. 4.2.2 Konsep Penghawaan Penghawaan pada galeri nasional ini nantinya diharapkan mampu memberi kenyamanan pengunjung dan dapat melindungi koleksi barang seni yang ada pada galeri tersebut. Konsepnya menggunakan dua jenis penghawaan, dikarenakan terdapat area-area yang membutuhkan penghawaan yang berbeda, penghawaan tersebut yaitu: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 56 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Pengembangan Galeri Nasional Indonesia “Galeri Hijau” – Arsitektur Hijau Penghawaan Buatan Pada konsep penghawaan modern ini dilakukan pada ruang galeri, penyimpanan koleksi, dan workshop yaitu menggunakan listrik seperti HVAC yang disesuaikan untuk menjaga temperature dan kelembaban udara agar mencegah terjadinya pertumbuhan jamur atau tumbuhan-tumbuhan kecil yang dapat merusak bendabenda seni. Penggunaan HVAC juga digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan penghawaan yang stabil dikarenakan bangunan ini terletak pada iklim tropis. Pengahawaan Natural (Alami) Pada konsep penghawaan natural ini dilakukan pada beberapa lobby gedung galeri, area komersil yang memanfaatkan penghawaan alami dengan memanfaatkan pengudaraan alami agar terkesan menyatu pada alam. 4.2.3 Konsep Bentuk Bangunan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 57