retorik dalam siaran berita “trang sandyakala“ di terang abadi

advertisement
RETORIK DALAM SIARAN BERITA “TRANG SANDYAKALA“
DI TERANG ABADI TELEVISI SURAKARTA
Bayu Indrayanto, S.S., Hum.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah
FKIP - Unwidha Klaten
1. Pendahuluan
Bahasa Jawa dalam siaran berita Trang Sandyakala (selanjutnya TS) di Terang Abadi
Televisi (selanjutnya TATV) Surakarta merupakan ragam bahasa tersendiri yang berbeda
karakteristiknya dengan bahasa Jawa (BJ) ragam-ragam lainnya, oleh karena itu, karakteristik
pemakaian BJ tersebut menarik dan perlu diulas lebih lanjut. Secara garis besar ada dua teori
yang relevan dengan topik ini yakni teori retorika, diksi
Dori Wuwur Hendrikus (2006 : 14) menjelaskan pengertian retorika. Menurutnya yang
menjadi titik tolah retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat
kepada seseorang/sekelompok orang, untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya memberi
informasi atau memberi motivasi. Siaran berita termasuk salah satu bentuk retorika, yaitu
pembaca berita menyampaikan berita secara singkat, jelas, padat/efektif, dan mengesankan
kepada kalayak dengan tujuan untuk menyampaiakan informasi-informasi penting yang
diperlukan oleh masyarakat.
Diksi (diction) ialah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu
dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang (Kridalaksana, 1983 : 53). Diksi
dberkaitan dengan pemakaian bahasa baik secara tertulis maupun secara lisan untuk kajian
tertentu. Siaran berita, baik melalui media audio (radio) maupun media audio-visual (TV)
termasuk bagian dari berbicara di depan umum, dan dengan demikian perlu memperhatikan
bagaimana pilihan kata secara tepat serta pelafalan kata secara benar dan jelas.
Menurut Keraf (1994 : 24), pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian
kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak
merusak suasana yang ada. Masyarakat yng diikat oleh berbagai norma, menghendaki agar
setiap kata yang dipergunakan harus cocok atau serasi dengan norma-norma masyarakat dan
sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Dilihat dari bentuknya, kata dapat dibagi menjadi kata dasar dan kata jadian. Kata-kata,
baik kata dasar, kata turunan (kata berafiks, kata majemuk, kata ulang, dan kata-kata yang
mengalami prubahan bunyi), kata monomorfemis, maupun kata polimorfemis, semuanya
digunakan dalam siaran berita TS di TATV Surakarta.
2. Pembahasan
a. Retorika Siaran Berita
Siaran berita termasuk salah satu bentuk retorik, yakni pembaca berita menyiarkan berita
secara singkat, jelas, padat/efektif, dan mengesankan kepada khalayak dengan tujuan untuk
menyampaikan informasi-informasi penting yang diperlukan oleh masyarakat.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
159
Trang Sandyakala adalah salah satu program berita on-air (siaran langsung) yang
menggunakan bahasa Jawa. Secara harafiah, trang berarti ‘terang’, dan sandyakala berarti
‘waktu senja’. Jadi Trang Sandyakala artinya terang di waktu senja. Judul Trang Sandyakala
itu pada dasarnya diambil dari ‘terang abadi’. Oleh karena berita tersebut disiarkan pada waktu
sore, maka diberi nama Trang Sandyakala. Bahasa yang digunakan yaitu BJ bsku ragam krama.
Disamping itu, terdapat istilah-istilah baik dari bahasa Indonesia maupun bahasa asing yang
tidak ada padanan katanya dalam BJ.
Berita bahasa Jawa TS di TSTV Durakarta disiarkan setiap hari Senin sampai dengan
hari Sabtu sore, pukul 17.00 WIB. Di dalam berita itu terdapat sepuluh berita dengan durasi
waktu 30 menit yang dibagi menjadi tiga segmen. Segmen pertama memerlukan waktu 9
menit, segmen kedua 6 menit, dan segmen ketiga 6 menit. Sementara itu, 9 menit sisanya
digunakan untuk pembacaan tunjauan pers (tiga berita penting dari harian/koran nasional)
oleh penyiar selama 5 menit dan 4 menit untuk jeda iklan.
Secara garis besar, retorika siaran berita TS di TATV Surakarta tertiri dari tiga bagian,
sebagaimana retorika pada umumnya, yakni bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.
Bagian pembuka dari seluruh berita disebut Opening Host Program (OHP), bagian isi terbagi atas
tiga segmen berita (tiap segmen juga ada pembuka dan penutup), dan bagian penutup dari seluruh
berita disebut Closing Host Program (CHP). Selanjutnya, khusus pada bagian isi terdiri atas sepuluh
berita yang terdistribusi ke dalam Tinjauaan Pers (tiga berita) dengan durasi waktu siar 5 menit ;
segmen 1 terdiri atas tiga berita (berita 1, 2, dan 3) dengan durasi waktu siar 9 menit; Segmen-2
terdiri atas dua berita (berita 4 dan 5) dengan durasi waktu siar 6 m3nit ; dan Segmen-3 terdiri
atas dua berita (berita 6 dan 7) dengan durasiwaktu siar 6 menit. Di antara berita pada segmen-1
dan segmen-2 ada jedaiklen pertama (break-1), sedangkan antara berita segmen-2 dan segmen-3
ada iklan kedua (break-2). Break-1 dan break-2 memerlukan durasi waktu siar 4 menit. Dengan
demikian, tiap break durasi waktu siarnya 2 menit..
Tiap segmen berita diawali dengan pembukaan dan diakhiri dengan penutupan yang
disebut Opening Host Segmen (OHS) dan Closing Host Segmen (CHS), kecuali pada segmen
terakhir (segmen-3) pada bagian penutupan langsung diakhiri dengan CHS. Dengan demikian,
pada segmen-1 diawali dengan OHS-1 dan diakhiri dengan CHS-1; pada segmen-2 diawali
OHS-2 dan diakhiri dengan CHS-2, sedangkan pada segmen-3 diawali dengan OHS-3 dan
langsung diakhiri dengan CHS sebagai penutup program siaran berita.
Berikut ini adalah beberapa contoh representasi tuturan retorika siaran BJ TS di TATV
Surakarta.
Reprensi Tuturan OHP
Reprensi tuturan pembuka program (OHP) pada siaran berita BJ TS di TATV Surakarta
terdiri atas lima pernyataan sebagai berikut.
Pamirsa, ing sonten menika panjengan katembenmirsani program pawartos basa jawi “Trang
Sandyakala” (dilanjutkan dengan keterangan waktu, misalnya: Selasa paing, sedasa Besar,
sewu sangangatus patangdasa gangsal, utawi sedasa Januari kalih ewu tiga welas). ‘Pemirsa,
pada sore hari ini Anda sedang menyaksikan program berta bahasa jawa “Trang Sandyakala”,
Selasa Paing, 10 Besar 1945, atau 10 Januari 2013.’
160
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
Pamirsa saget mersani pawartos inking enggal tur wigati, mliginipun saking saindhenging
wewengkon Karishedanan Surakarta.’ Pemirsa dapat menyaksikan berita baru dan penting,
khususnya dari sekitar wilayah Karisidenan Surakarta.’
Pawartos kaaturaken kanthi gambling, imbang, lan wicaksana.’Berita disampaikan secara
jelas, seimbang, dan bijaksana.’
Saderengipun, mugi Panjenengan migatosaken pethilan pawartos-pawartos wigati
saking ariwarti utawi karon nasional miturut pamawasing pers, ingkang martakaken
kawontenan social-politik nasional paling enggal.’Sebelumnya, silahkan anda memperhatikan
petikan berita-berita penting dari harian dari Koran nasional menurut tinjauan pers, yang
memberitakan kondisi social-politik nasional terkini.’
Makten ugi sampun ngantos ketinggalan, keparenga migatosaken tigang pawartos wigati ingkang
sampun sumadya saking wewengkon Subosukawonosraten.’Demikian juga jangan sampai
terlewatkan, silahkan anda memperhatikan tiga buah berita penting yang sudah disediakan
dari wilayah Subosukawonosraten.’
Setelah lima reprentasi tuturan OHP selesai dibacakan, segera dilanjutkan dengan
pembacaan Tinjauan Pers dengan High Light yang memberikan beberapa berita penting yang
disiarkan dari daerah Subosukawonosraten, kemudian dilanjutkan dengan representasi tutran
OHS-1 seperti tesebut dibawah ini.
Representasi Tuturan OHS-1
Representasi tuturan pembuka segmen-1 (OHS-1) siaran berita BJ TS di TATV Surakarta
tampak pada dua contoh berikut.
Pamirsa makaten kalawau tigang pawartos wigati “Trang Sandyakala” ing sonten
menika.’Pemirsa, demikian tadi tiga berita penting “Trang Sandyakala” pada sore (hari)
ini.’
Salajengpun kula pun Sruti Respati, badhe sesarengan kaliyan panjenengan sadangunipun
tigangdasa menit.’Selanjutnya saya Surti Respati, akan bersama-sama dengan anda selam 30
menit.’
Setelah OHS-1 selesai dibacakan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tiga berita
secara berturut-turut, yakni berita-1, 2, dan 3, lalu disusul dengan representasi tuturan penutup
segmen -1 (CHS-1) sebagai berikut.
Representasi Tuturan CHS-1
Pamirsa, sampun nilaraken papan palenggahan, awit sasampunipun pariwara taksih
wonten pawartos-pawartos ingkan wigati.’Pemirsa, jangan beranjak dari tempat duduk, karena
sesudah jeda iklan masih ada berita-berita penting.’
Mugi Panjenengan tansah manunggal nyawiji kaliyan “Trang Sandyakala”.’Semoga
anda tetep menyatu bersama “Trang Sandyakala”
Setelah disampaikan CHS-1 segera disusul dengan jeda iklan pertama (Break-1), dan
kemudian dilanjutkan dengan representasi tuturan pembuka segmen-2 (OHS-2).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
161
Representasi Tuturan OHS-2
Representasi tuturan pembuka segmen-2 (OHS-2) berupa ucapan terima kasih karena
pemirsa masih bersama-sama dengan program berita BJ TS, seperti tuturan di bawah ini.
Matur nuwun, Panjenengan taksih sesarengan ing pawartos basa jawi “Trang
Sandyakala”.’Terima kasih, Anda masih bersama dengan berita bahasa jawa “Trang
Sandyakala”
Setelah OHS-2 selesai disampaikan maka segera dilanjutkan dengan berita pada
segmen-2 yang terdiri atas dua berita, yakni berita-4 dan 5. setelah berita pada segmen-2 selesai
dibacakan maka diakhiri dengan representasi tuturan penutup segmen-2 (CHS-2). Representai
tuturan penutup segmen-2 ini mirip dengan representasi tuturan penutup segmen-1, terdiri
atas dua tuturan.
Setelah CHS-2 segera disusul dengan jeda iklan kedua (Break-2), dan dilanjutkan dengan
representasi segmen-3 (OHS-3).
Representasi Tuturan OHS-3
Tuturan ini berupa ucapan terima kasih karena pemirsa masih setia bersama “Trang
Sandyakala”, seperti di bawah ini.
Matur nuwun, Panjenengan taksih setya kaliyan “Trang Sandyakala” .’Terima kasih,
Anda masih setia dengan Trang Sandyakala.’
Sesudah OHS-3 segera dibacakan dua berita bertutur-turut, yakni berita-6 dan berita -7.
usai pembacaan berita-6 dan 7 langsung ditutup dengan tuturan penutup program siaran berita
secara keseluruhan (CHP). Tuturan CHP sebagai penutup program cukup panjang yang dapat
dibagi menjadi tiga bagian dan tiap bagian terdiri atas beberapa bagian lagi. Representasi
CHP secara lengkap dapat diperhatikan pada tuturan berikut.
Representasi Tuturan CHP
1. a. Pamirsa, makaten pawartos Trang Sandyakala ing sonten menika.’Pemirsa, demikianlah
berita Trang Sandyakala pada sore hari ini.’
b. Pungkasaning atur, kula kaliyan tim redhaksi ingkang ngayahi jejibahan, ngaturaken
panuwun awit kawigatosan Panjenengan.’akhir kata, saya bersama tim redaksi yang
bertugas, menyampaikan terima kasih atas perhatian Anda.
c. Mugi Panjenengan tetep setya ing cenel informasi ingkang aktual, akurat, saha
mbangun menika. ‘ Semoga anda tetap setia pada chenel informasi yang aktual, akurat,
dan membangun ini.’
2. a. TATV tetep ngleluri lestarining basa lan budaya jawi.’TATV tetep menjaga lestarinya
bahasa dan budaya Jawa.’
b. Pamirsa, mugi rahayu ingkang sami pinanggih, winantu ing suka basuki.’Pemirsa,
semoga keselamatan anda dan kebahagian selalu bersama kita.’
c. Jaya-jaya wijayanti, sirna memala pinayungan sih ing Gusti. ‘Semoga tetap jaya,
terhindar dari bahaya, mendapat perlindungan dan kasih Tuhan.’
3. a. Kula Sruti Respati / Satriyo Kusumo ngaturaken sugeng sonten, lan salam TATV.’
Saya Sruti Respati / Satriyo Kusumo mengucapkan selamat sore, dan salam TATV.’
b. Nuwun.’Permisi’
162
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
a. Diksi
Pilihan kata yang dilakukan oleh tim redaksi dalam menyusun informasi yang kemudian
disiarkan oleh pembaca berita ada yang sudah tepat dan ada pula yang kurang tepat. Pilihan
kata dan berita BJ TS di TATV yang sudah tepan antaranya kata pamirsa ‘pemirsa’ dan
Subasukawonosraten. Kata pamirsa ‘pemirsa’ digunakan sebagai kata sapaan kepada para
pendengar berita yang disampaikan melalui media audio-visual, sepertitelevisi. Kata yang
dipilih bukanlah pamiyarsa ‘pendengar’ karena kata pamiyarsa ‘pendengar’ hanya khusus
digunakan untuk menyapa para pendengar berita di radio sebagai media audio. Ketepatan
pilihan dan penggunaan kata pamirsa ‘pemirsa’ juga terbukti dipilih dan digunakannya
kata mirsani ‘melihat, menyaksikan’ sebagai pasangannya, seperti tampak pada tuturan
“Panjenengan katemben mirsani pragram pawartos basa Jawi Trang Sandyakala” ’Anda
sedang menyaksikan program berita bahasa Jawa Trang Sandyakala’.
Subasukawonosraten sebagai sebuah akronim yang dipilih dan digunakan untuk
penyebutan wilayah-wilayah yang menjadi tempat/objek berita TS di TSTV sungguh sangat
tepat. Akronim tersebut mengacu pada tujuh wilayah kota/kabupaten di eks-Karesidenan
Surakarta, yakni Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.
Terang Abadi Televisi sebagai TV lokal yang berada di wilayah Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta memang lebih mengekspos berita-berita dan peristiwaperistiwa yang terjadi di tujuh wilayah tersebut.
“makaten ugi sampun ngantos ketinggalan, kaparenga mogatosaken tigang pawartos
wigati ingkang sampun sumadya saking wewengkon Subosukawonosraten”. ‘Demikian juga
jangan sampai terlewatkan, silahkan Anda memperhatikan tiga buah berita penting yang sudah
disediakan dari wilayah Subosukawonosraten.’
Kelompok kata pasuryan ingkang gembira ‘wajah yang gembira’ merupkan salah satu
contoh diksi yang kurang tepat. Kekurangtepatanya terletak pada dua hal. Pertama, kata
pasuryan ‘muka, wajah, biasanya berkolokasi dengan kata sumringah ‘cerah ceria’, atau
sumunar ‘bersinar’ bukan dengan gambira ‘gembira’. Kedua, pilihan kata gambira untuk
arti ‘gembira’ kurang tepat karena Gambira adalah bahasa Sansekerta atau bahasa kawi
yang berarti ‘dalam’ ; gambiralya artinya ‘tempat yang dalam’ atau ‘lautan’ (Prawiroatmojo,
1981:127). Kata yang berarti senang, riang, gembira’ dalam bahasa Jawa adalah gembira
(Prawiroatmaja, 1981:138), bukan gambira. Kata gembira’ senang, riang, gembira’ ini biasa
berkolokasi dengan kata ati, manah atau penggalih yang berarti’hati’. Dengan demikian,
dimungkinkan terdapat kelompok kata atau ungkapan manah / penggalih ingkang gembira
‘hati yang riang gembira’.
Diksi yang berupa ungkapan dapat dikelompokan menjadi dua, yakni ungkapan yang
berifat tetap dan ungkapan yang berifat temporer. Ungkapan tetap adalah ungkapan-ungkapanungkapan yang isi dan reaksinya relatif tetap dan selalu digunakan di dalam setiap siaran
berita TS di TATV. Tuturan pada OHP, OHS, CHS, dan CHP, dapat dikategorikan sebagai
pernyataan yang berupa ungkapan tetap. Contohnya dapat diamati kemnali tuturan-tuituran
yang telah dipaparkan terdahulu. Ungkapan tetap yang sangat mencolok dan yang sekaligus
menjadi ciri khas (karakteristik) bagi Ts di TATV Surakarta, misalnya ungkapan yang terdapat
pada tuturan penutupan program (CHP) berikut ini.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
163
TATV tetap ngleluri lestarining basa lan budaya Jawi.
Pamirsa, mugi rahayu ingkang sami pinanggih, winantu ing suka basuki.
Jaya-jaya wijayanti, sirna memala pinayungan sih ing Gusti.
‘TATV tetap menjaga lestarinya bahasa dan budaya Jawa’
‘Pemirsa, semoga keselamatan dan kebahagiaan selalu bersama kita.’
‘Semoga tetap jaya, terhindar dari bahaya, mendapatkan perlindungan dan kasih Tuhan.’
Ketiga ungkapan tersebut merupakan ungkapan tetap yang selalu disampaikan oleh
pembaca berita dalam siaran BJ TS di TATV Surakarta. Tuturan pertama merupakan ungkapan
pernyataan sikap TATV dalam upayanya untuk tetap memelihara dan melestarikan bahasa
dan budaya Jawa. Tuturan kedua dan ketiga ungkapan pernyataan pembaca berita dan
semua tim redaksi yang selalu menyampaikan doanya agar para pemirsa selalu mendapatkan
keselamatan dan kebahagiaan; serta memohon agar TATV tetap jaya, terhindar dari bahaya,
dan mendapatkan perlindungan dan kasih tuhan.
Ungkapan temporer adalah ungkapan yang bersifat sementara, sporadis, dan tidak tetap.
Ungkapan temporer ada dua macam, yaitu yang kontekstual adalah tuturan pernyataan yang
bergantung pada konteks dan isi berita pada saat itu. Misalnya, pemberitaan pada tanggal
10 besar 1938 atau 10 Januari 2006 konteksnya adalah kontek Idul Adha, seperti tuturan di
bawah ini.
Kulawarga ageng TATV ngaturaken ari raya Idul Adha tahun kalih ewu enem, dhumateng
pamirsa ing saindinening papan.’ Keluarga besar TATV mengucapkan selamat hari raya Idul
Adha 2006, Kepada pemirsa di mana pun berada.’
Tuturan tersebut merupakan ucapan selamat hari raya Idul Adha tahun 2006, yang di
ucapkan oleh keluarga besar TATV kepada para pemirsa.
Ungkapan temporer yang non-kontekstual tampak pada ungkapan atau kata-kata bijak
yang disampaikan pada bagian pentup program (CHP). Hamper tiap penutupan program selalu
disampaikan kata-kata bijak, misalnya:
Mungguh urip kang yekti iku, dhasare dudu pira suwening urip, nanging kapriye anggone
urip. (Jumat Paing, 20 Januari 2006) ‘ Sebenere hidup sejati itu, dasarnya bukan beberapa
lamanya hidup, tetapi bagaimana cara hidup.’
Ungkapan tersebut dikategorikan sebagaia ungkapan temporer non-kontekstual karena
dua alasan. Pertama, ungkapan tersebut merupakan ungkapan yang sifatnya sementara,
sporadis, dan tidak tetap. Artinya, ungkapan tersebut berbeda-beda bentuknya atau wujudnya
tuturannya pada tiap siaran berita TS di TATV. Kedua, isi atau maksud ungkapan tersebut
tidak bergantung pada konteks; tidak sesuai dengan konteks pemberitaan. Dari hasil wawancar
dengan pembuat / penyusun kata-kata bijak diketahui bahwa kata-kata bijak yang ditampilkan
memang tidak / belum dikaitkan dengan isi berita yang disampaikan pada hari itu. Penulis
kata-kata bijak menyusun sejumlah ungkapan, lebih kurang 30-an ungkapan kemudian
ditampilkan secara urut satu persatu setiap hari tanpa mempertimbangkan konteks ungkapan
tersebut dengan isi berita yang disiarkan.
164
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
3. Simpulan
Retorika siaran berita BJ TS di TATV Surakarta terdiri atas tiga bagian, bagian pembuka
disebut Opening Host Program (OHP), bagian isi terbagi atas tiga segmen berita, dan bagian
penutup disebut Closing Host Program (CHP).
Bagian isi terdiri atas sepuluh berita, yaitu tinjauan pers (tiga berita); Segmen-1 tiga
berita (berita 1, 2, dan 3); Segmen-2 dua berita (berita 4 dan 5); dan Segmen-3 dua berita
(berita 6 dan 7). Di antara berita pada segmen-1 dan 2 terdapat jeda iklan pertama (Break-1),
dan pada segmen-2 dan 3 terdapat jeda iklan kedua (Break-2). Secara keseluruhan, durasi
waktu siaran berita BJ TS di TATV Surakarta 30 menit.
Tiap segmen berita diawali dengan pembukaan dan diakhiri dengan penutupan yang
disebut Opening Host Segmen (OHS) dan Closing Host Segmen (CHS), kecuali pada
segmen terakhir (segmen-3) pada bagian penutupan langsung diakhiri dengan Closing Host
Program (CHP).
Secara umum, pilihan kata dan kelompok kata dalam siaran berita BJ TS di TATV
Surakarta sudah tepat. DIksi yang beruoa ungkapan diklasifikasikan menjadi dua macam,
ungkapan tetap dan ungkapan temporer. Ungkapan tetap bersifat konstan dan selau muncul
dalam setiap siaran berita, sedangkan ungkapan temporer bersifat sporadic dan situasional.
Di dalam siaran berita TS di TATV ditemukan adanya ungkapan temporer kontekstual dan
ungkapan temporer non-kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Dori Wuwur Hendrikus. 2005. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,
Bernegosiasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Gorys Keraf. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Harimurti Kridalaksana, et al. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Prawiroatmojo, S. 1981. Bausastra Jawa-Indonesia I dan II. Jakarta: Gunung Agung.
Biodata Penulis
Bayu Indrayanto, S.S., M.Hum. Lahir di Grobogan, 20 Juni 1984. Saat ini
penulis tinggal di Jl. Manahan II No. 42, Jonggrangan RT 03/07, Klaten Utara,
Klaten, Jawa Tengah 57435. Pendidikan Sekolah Dasar s.d. SMU diselesaikan di
Grobogan, yakni SD N III Purwodadi (1996), SMP N I Purwodadi (1999), dan
SMU N I Grobogan (2002). Gelar Sarjana Sastra (S-1) di raih di Jurusan Bahasa
Jawa (daerah), bidang linguistik, Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS (2006)
dengan Skripsi “Pemakaian Bahasa Jawa Oleh Etnik Batak di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta.” Lulus S-2 dari Progdi Linguistik Program Pascasarjana UNS
(2011).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
165
Penulis saat ini mengajar di Progdi PBSID FKIP Universitas Widya Dharma
Klaten sejak tahun 2008 sampai sekarang. Mata kuliah yang pernah diampu di
perguruan tinggi antara lain : Wacana, Sosiolinguistik, Psikolinguistik, Sintaksis
Bahasa Jawa. Penulis senantiasa berharap dapat berdiskusi, belajar dan sharing
ideas dengan berbagai praktisi bahasa dan sastra di mana pun berada. Bagi yang
berminat untuk menjalin silaturahmi dengan penulis dapat hubungi di HP 081 393 113
131 atau surel : [email protected]. Marilah kita berkerja sama dan berkarya untuk
kemaslahatan bersama sebagai bekal di dunia dan akhirat. Amin.
166
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
”Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”
Download