BAB V PENUTUP A. Simpulan

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam penilitian “Refleksif dengan Kata Diri, Dirinya, Dan Diriya Sendiri
dalam Bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan” ini dapat disimpulkan
tiga hal yang merupakan jawaban dari ketiga rumusan yang telah dipaparkan
sebelumnya. Berikut ini simpulan dari penelitian ini.
1. Bentuk refleksif diri, dirinya, dan dirinya sendiri pada kalimat bahasa
Indonesia tidak sepenuhnya memiliki distribusi yang sama. Dikatakan tidak
sepenuhnya memiliki distribusi yang sama karena pada kalimat tertentu unsur
refleksif diri, dirinya, dan dirinya sendiri dapat saling menggantikan. Pada
kalimat bahasa Indonesia, bentuk refleksif dengan kata-kata tersebut memiliki
distribusi yang sama atau tidak ditentukan dari verba dan anteseden. Dalam
kalimat bahasa Indonesia yang mengandung refleksif, verba merupakan
central, karena tidak semua verba dapat diikuti dengan unsur refleksif diri,
dirinya, dan dirinya sendiri. Sesuai data yang ditemukan dalam bahasa
Indonesia, berikut ini beberapa contoh verba yang dapat diikuti dan tidak dapat
diikuti dengan unsur refleksif diri, dirinya, dan dirinya sendiri, yaitu: verba
prefiks meN- verba mengoreksi (diri, dirinya, dan dirinya sendiri), verba
menarik (diri, dirinya), verba mengajukan(diri, dirinya, dan dirinya sendiri),
verba membatah (dirinya), verba mengakui (dirinya, diri, dan dirinya sendiri),
verba mengobati ( diri, dirinya, dan dirinya sendiri), verba mengungkapkan (
commit to user
dirinya, dirinya sendiri), verba merasa (dirinya, dirinya sendiri); verba prefiks
134
perpustakaan.uns.ac.id
135
digilib.uns.ac.id
ber- pada verba bersiap (diri), verba berharap (dirinya, dirinya sendiri), verba
beruntung (dirinya), verba tidak berdaulat (dirinya, dirinya sendiri); verba Ø
pada verba unjuk (diri); dan verba prefiks ter- pada verba terperajat (dirinya).
Dalam kalimat bahasa Indonesia yang mengandung refleksif dengan
kata diri, yakni unsur refleksif diri harus mengacu pada anteseden persona
pertama, kedua, dan ketiga (baik tunggal maupun jamak). Kalimat bahasa
Indonesia yang mengandung refleksif dengan kata dirinya dan dirinya sendiri,
unsur refleksif tersebut harus mengacu pada anteseden persona ketiga (tunggal,
jamak).
2. Kata diri pada kalimat (76), (77), (78), (79), dan (80) merupakan kategori
anafora karena kata tersebut dapat ditafsirkan sama dengan antesedennya
dalam hal persona, gender, dan jumlah. Sesuai dengan data yang ditemukan,
kata diri yang terdapat pada kalimat bahasa Indonesia selalu mengandung
refleksif. Kata diri tersebut selalu terikat dengan anteseden, serta merupakan
bentuk anafora netral yang dapat mengacu pada subjek persona pertama,
kedua, dan ketiga.
Kata dirinya di samping berfungsi sebagai anafor dapat juga berdiri
sebagai nomina bebas yang tidak terikat dalam kategori pengikatan. Anafora
dengan kata dirinya dapat dilihat pada data (81), (82), (83), (84), dan (85).
Sedangkan, kata dirinya tanpa pengikatan dilihat pada data (86) dan (87). Kata
dirinya yang terdapat pada kalimat bahasa Indonesia tidak selalu menjadikan
kalimat tersebut mengandung refleksif, karena bentuk dirinya dapat berdiri
sebagai subjek, sehingga menjadikan kalimat tidak refleksif. Syarat kalimat
bahasa Indonesia mengandung refleksif dengan kata dirinya adalah unsur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
136
digilib.uns.ac.id
refleksif dirinya memiliki anteseden dan unsur refleksif dirinya dapat
ditafsirkan sama dengan anteseden, serta unsur refleksif dirinya mengacu pada
persona ketiga. Kata dirinya yang termasuk kategori anafora adalah kata
dirinya yang memiliki anteseden di dalam ranah klausa yang sama.
Refleksif kata dirinya sendiri ada yang tergolong sebagai anafor dan
bukan anafor. Kata dirinya sendiri yang tergolong sebagai anafor dapat dilihat
pada kalimat (88) dan (89). Sementara, kata dirinya sendiri yang bukan anafor
karena menyerupai pronomina dapat dilihat pada kalimat (90). Pada kalimat
(90), meskipun kalimatnya mengandung refleksif, tetapi kata dirinya sendiri
tidak terikat dalam kategori yang menguasainya.
3. Dalam refleksif bahasa Indonesia syarat persona sangat diperhatikan. Bentuk
refleksif dirinya dan dirinya sendiri merupakan bentuk refleksif yang terikat
oleh persona, sementara bentuk refleksif diri merupakan bentuk netral.
Refleksif dengan kata dirinya dan dirinya sendiri merupakan bentuk yang
terikat pada persona ketiga. Sedangkan refleksif diri merupakan bentuk netral
yang dapat mengacu pada ketiga persona (pertama, kedua, dan ketiga).
Refleksif bahasa Indonesia memperhatikan syarat jumlah. Bentuk
refleksif dengan kata diri mengacu pada persona pertama, kedua, dan ketiga
baik tunggal maupun jamak. Sementara bentuk refleksif dirinya dan dirinya
sendiri mengacu pada persona ketiga tunggal dan jamak.
Refleksif bahasa Indonesia untuk syarat gender tidak dibedakan,
terutama dalam tataran gramatikal. Pada kalimat bahasa Indonesia yang
mengandung refleksif dengan kata diri, dirinya, dan dirnya sendiri untuk
masalah gender tidak dibedakan atau tidak begitu diperhatikan, artinya
commit to user
137
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penafsiran bersifat netral yakni dapat digunakan untuk gender maskulin
ataupun femenin.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran hal-hal yang
belum dibahas di dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Dalam penelitian ini belum dibahas tentang nominalisasi klausa dengan
kata diri, dirinya, dan dirinya sendiri. Misal, Tanggal 16 Maret lalu,
rakyat Crimea menggelar referendum pemisahan diri dari Ukraina yang
diakui Moskwa tetapi dianggap ilegal oleh Kiev dan negara-negara Barat.
Bentuk pemisahan diri merupakan nominalisasi dari memisahkan diri.
Proses nominalisasi tersebut merupakan hal menarik untuk diteliti, yakni
bagaimana proses nominalisasi terjadi, selain itu bentuk pemisahan diri
pada contoh kalimat tersebut apakah temasuk kategori refleksif? Untuk itu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
2. Penelitian ini juga belum dibahas tentang bentuk kata diri seperti: diri
sendiri, diriku sendiri, dan dirimu sendiri. Kalimat bahasa Indonesia yang
menggunakan kata-kata tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,
misal kalimat mengandung refleksif atau tidak.
commit to user
138
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Haegeman, Liliane. 1991. Introduction to Government and Binding Theory.
Oxford: Blackwell.
Kardana, I Nyoman. 2014. “Tipe Konstruksi Refleksif dalam Bahasa Indonesia
dan Struktur Verba Pembangunnya” dalam e-journal Linguistika Universitas
Udayana tahun 2014. Denpasar: Udayana University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Muadz, Husni. 1994. “Teori Pengikatan (Binding Theory): dari Chomsky 1973
sampai 1986” dalam Bambang Kaswanti Purwo. (ed). 1994. PELLBA 7.
Yogyakarta: Kanisius.
Riyanto, Sugeng. 1987. Tinjauan Sintaksis dan Semantis Pronomina Refleksif
dalam Bahasa Belanda. Skripsi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia: Tidak Diterbitkan.
Sawardi, F.X. 2004. Refleksif Tanpa Pengikatan. Makalah Simposium
Internasional III Bahasa, Sastra, dan Budaya Austronesia Fakultas Sastra
Universitas Udayana: Tidak Diterbitkan.
Sawardi, F.X. 2008. “Teori Pengikatan (Binding) dan Persoalan dalam Bahasa
Jawa” dalam Linguistik Indonesia/ Tahun ke 26/ No 21/ Agustus 2008. Jakarta:
Masyarakat Linguistik Indonesia.
Silitonga, Mangasa. 1990. “Tata Bahasa Transformasional Sesudah Teori
Standar” dalam Bambang Kaswanti Purwo. (ed). 1990. PELLBA 3.
Yogyakarta: Kanisius.
Subroto, D. Edi. 2010. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.
Surakarta: UNS Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sugono, Dendy, dkk. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
commit to user
139
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user
Download