Jurnal Sifat Kritis Membangun Keterampilan Berkomunikasi

advertisement
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Sifat Kritis Membangun Keterampilan Berkomunikasi
Erni Hastuti
Fakultas Sastra, Universitas Gunadarma
Email: [email protected]
Abstract
Membangun Indonesia untuk menjadi negara maju, tercermin dalam
membangun daerah melalui penciptaan sikap demokratis dalam berpendapat dan
pengambilan keputusan. Pengalaman membangun karakter bangsa dapat ditunjukkan
melalui keberhasilan sebuah program yang ditentukan oleh konsep, pemikiran kritis
dan dituangkan dalam perencanaan yang tepat.
Proses membangun keterampilan berkomunikasi setelah melakukan
”decoding”, bisa memperoleh konfirmasi tentang pengertian, isi pesan memiliki
maksud yang sama atau tidak. Hal ini lakukan dengan menggunakan mekanisme
umpan balik (feedback). Komunikasi yang memungkinkan adanya umpan balik
disebut komunikasi dua arah (two- way communication). Sedangkan yang tidak
memungkinkan adanya umpan balik disebut komunikasi satu arah (one-way
communication).
Pemilihan kata-kata atau bahasa oleh pengirim pesan menentukan kualitas
komunikasi. Kata-kata yang sama sering diartikan berbeda antara pengirim dan
penerima pesan. Tidak terbuka, cenderung menutup diri. Salah membaca komunikasi
non-verbal. Kebisingan lingkungan. Selektif mendengar dan meniadakan bahasa nonverbal. Unjuk kekuasaan (power struggles). Ketakutan menerima penilaian yang
jelek. Mengasumsikan semua orang sama. Bias dalam mempersepsi: Mempersepsi
menurut pengalaman masa lalu. Ragam budaya. Mengingat bahwa komunikasi efektif
membutuhkan pemahaman tentang nilai, motif, aspirasi dan asumsi, maka adanya
ragam budaya berpeluang untuk terjadinya miskomunikasi.
Kata kunci: sifat kritis, keterampilan, komunikasi
PENDAHULUAN
Otonomi menjadi dasar kebijakan oleh pemerintah dalam membangun
Indonesia untuk menjadi negara maju, tercermin dalam membangun daerah melalui
penciptaan sikap demokratis dalam berpendapat dan pengambilan keputusan.
Pemerintah tidak lagi diharapkan untuk dapat bekerja sendiri, begitu juga di
lingkungan masyarakat bawah. Peranan pemerintah sekarang ini mestinya sudah
bergeser pada peran fasilitator dan menuntut pemerintah untuk tidak mungkin lagi
menentukan secara sepihak berbagai kebijakan yang dihasilkan, akan tetapi bersamasama dengan berbagai konstituen pembangunan yang ada.
Semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam pengambilan keputusan,
maka keputusan tersebut semakin berkualitas dan terakui (legitimate). Peran institusi
non pemerintah baik kelompok maupun individu seperti LSM, ORMAS, Organisasi
Profesi dan lain-lain, harus diperhatikan sebagai mitra pemerintah dalam membangun
di daerahnya.
1
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah program
ditentukan oleh konsep, pemikiran kritis dan dituangkan dalam perencanaan yang
tepat. Perencanaan yang tepat itu lebih mengacu pada: untuk dan oleh siapa rencana
tersebut disusun. Jadi bukan mengacu pada panjang pendeknya rencana, lengkap
tidaknya rencana, serta bukan pula pada jenis yang direncanakan. Oleh sebab itu, yang
perlu mendapat perhatian di sini adalah pada subyek rencana program dan siapa
pelaku utamanya? Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sesungguhnya yang paling
mengetahui kebutuhan masyarakat atau kelompok masyarakat tidak lain adalah
masyarakat itu sendiri. Bukan orang lain atau lembaga lain. Dengan demikian,
merekalah yang paling tepat dalam menentukan kebutuhan serta kepentingan sendiri.
Oleh karena itu, tahap pertama dalam merumuskan perencanaan dalam organisasi
yang sifatnya partisipatif, perlu dikenali terlebih dahulu siapa-siapa saja (pelaku) yang
selayaknya terlibat.
Untuk lebih mengenali secara lebih jauh siapa subyek dalam merumuskan
perencanaan dalam organisasi yang sifatnya partisipatif ini, setidaknya ada empat isu
krusial yang menjadi titik perhatian, yaitu 1) Terkumpulnya informasi berkaitan
dengan stakeholders (pelaku berikut lembaganya) dipahaminya konstelasi sosial
politik lokal. 2) Teridentifikasi minat stakeholders terhadap konsep dan perencanaan
yang bersifat partisipatif, dan 3) Tergalinya berbagai pengalaman dan harapan yang
berkaitan dengan mekanisme perencanaan yang akan diterapkan. Pada umumnya
terdapat 7 (tujuh) macam kesalahan berpikir atau kerancuan berpikir yang sering
diterapkan seseorang.
Fallacy of Dramatically Instance
Kesalahan berpikir ini berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan
over-generalization, yaitu penggunaan satu atau dua kasus untuk mendukung
argumen yang bersifat general atau umum. Kerancuan semacam ini sangat banyak
ditemui di masyarakat dan biasanya over generalized diambil dari satu kasus atau dua
kasus sebagai rujukan dari pengalaman pribadi seseorang, contoh yang sangat konkrit
yang terjadi, "wanita itu disakiti oleh pria sebanyak tiga kali dalam hidupnya, lalu dia
berkesimpulan bahwa semua laki2 itu brengsek", ini adalah contoh konkrit yang
sering di temui dari fallacy of dramatically instance.
Fallacy of Retrospective Determinism
Istilah panjang ini sebenarnya untuk menjelaskan kebiasaan orang yang
menganggap masalah yang ada yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara
historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah
yang cukup panjang. misalanya "mengapa pelacuran itu harus dibasmi karena
pelacuran itu sepanjang sejarah pelacuran itu ada, dan tidak bisa dibasmi, oleh karena
itu yang harus kita lakukan merelokasikan agar tidak ada dampak-dampak yang tidak
diinginkan." Singkatnya determinisme retrospective adalah upaya kembali pada
sesuatu yang seolah-olah sudah ditentukan oleh sejarah.
Post Hoc Ergo Propter Hoc
Istilah ini berasal dari bahasa latin, Post = sesudah Hoc = Demikian Ergo =
karena itu Propter = disebabkan hoc = demikian intinya, sesudah itu - karena itu - oleh
sebab itu memang sulit apabila diterjemahkan secara terminologis, tetapi kata-kata
yang panjang dan sulit dipahami ini intinya bahwa akibat yang dihasilkan tidak sesuai
dengan sebabnya, akan tetapi dipercaya bahwa penyebabnya tidak sesuai itu. contoh
konkritnya "orang tua lebih menyayangi seorang anak dibandingkan anak lainnya
2
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
hanya karena orang tua itu naik pangkat, keadaan ekonominya yang baik setelah
mempunyai anak kesayangannya itu. dulu orang tua ini sengsara dan yang kena getah
anak pertamanya dan berkata "anak pertama ini membawa sial, zaman anak ini kami
sengsara, nah anak yang bungsu ini yang membawa keberuntungan.
Fallacy of Misplaced Concreteness
Kerancuan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak,
misalnya "mengapa Negara A miskin? karena sudah menjadi takdirnya negara A
miskin, Takdir merupakan sesuatu yang abstrak, jika jawabannya seperti itu maka
Negara A tidak bisa dirubah lagi menjadi negara yang sejahtera.
Argumentum Ad Verecundiam
Berargumen dengan menggunakan otoritas, padahal otoritas itu tidak relevan
dan ambigu, otoritas itu sesuatu yang sudah diterima kebenarannya secara mutlak.
Fallacy of Composition
Seseorang yang membudidayakan jamur, sehingga menjadi perusahaan besar
dan mendatangkan uang yang banyak pada orang tersebut, lalu melihat itu seluruh
penduduk menjual kebunnya untuk dijadikan modal berbisnis jamur, akibatnya semua
penduduk kampung saya bangkrut karena merosotnya permintaan dan membludak
pasokan barang. singkatnya terapi yang berhasil untuk satu orang dianggap berhasil
untuk semua orang.
Circular Reasoning
Pemikiran yang berputar - putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung
asumsi yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semua, hal ini sangat sering
ditemui, ketika saya berdiskusi dengan teman saya, teman saya mengemukakan
hipotesis "apabila organisasi dikembangkan dengan baik maka program transmigrasi
akan berjalan lancar." saya tanya " apa buktinya organisasi itu berjalan lancar ?" ia
jawab "kalau programnya berjalan lancar". saya tanya lagi "Program lancar, artinya?"
ia menjawab " artinya pengembangan organisasinya baik." inilah contoh circular
reasoning, ini sama saja membuat hipotesis " apabila seorang manusia laki laki, maka
dia pasti pria". Sasaran yang dapat dicapai adalah 1) Mampu memahami makna
organisasi. 2) Mampu memahami bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu
organisasi. 3) Mampu melibatkan diri dan berkontribusi dalam organisasi.
I. Goleman, D. (1995) mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir yang
menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah
seperti, mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis
informasi. Berpikir kritis memuat kemampuan membaca dengan pemahaman dan
mengidentifikasi materi yang diperlukan dengan yang tidak ada hubungan. Hal ini
juga berarti dapat menggambarkan kesimpulan dengan sempurna dari data yang
diberikan, dapat menentukan ketidakkonsistenan dan kontradiksi di dalam
sekelompok data. Berpikir kritis adalah analitis dan refleksif. Berdasarkan pengertian
berpikir kritis menurut Krulik dan Rudnik yaitu berpikir kritis adalah berpikir analitis
mengandung pengertian bahwa berpikir kitis berlangsung selangkah demi selangkah.
Termasuk dalam berpikir analitis adalah proses berpikir untuk mengklarifikasi,
membandingkan, menarik kesimpulan dan mengevaluasi.
Berpikir refleksif mempunyai karakteristik menangguhkan keyakinan dan
melihat kembali ketercukupan dari premis-premis yang logis. Seseorang yang berpikir
refleksif mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan. Oleh
3
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
karena itu orang yang berpikir refleksif tidak menerima sembarang pendapat, namun
tidak berarti selalu menganggap salah terhadap semua pernyataan orang lain. Berpikir
refleksif bertujuan pada apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Penelitian
pendidikan telah mengidentifikasi beberapa keterampilan yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir kritis yaitu menemukan analogi dan hubungan lainnya antar
informasi, menentukan relevansi dan validitas informasi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah, dan menentukan dan mengevaluasi solusi atau cara-cara
alternatif penyelesaian (I. Goleman, D., 1995).
Menurut Littlejohn, Stephen W. (1996) berpikir kritis adalah suatu proses
berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan
untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Dari definisi Ennis
dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis difokuskan kedalam
pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan
dari berpikir kritis adalah untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang
pada akhirnya memungkinkan kita untuk membuat keputusan. Berpikir kritis berfokus
pada apakah meyakini atau melakukan sesuatu mengandung pengertian bahwa
mahasiswa yang berpikir kritis tidak hanya percaya begitu saja apa yang dijelaskan
oleh dosen. Mahasiswa berusaha mempertimbangkan penalarannya dan mencari
informasi lain untuk memperoleh kebenaran.
Littlejohn, Stephen W. (1996) seorang ahli psikologi kognitif mendefinisikan
berpikir kritis sebagai kemampuan untuk menganalisis fakta, membangkitkan dan
mengatur ide, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik
kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah
suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai,
memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis
asumsi, dan pencarian ilmiah. Berpikir kritis mempunyai kesamaan yaitu proses
mental untuk menganalisis, mengevaluasi, dan memecahan masalah. Melalui proses
berpikir dengan kritis seseorang dapat memperoleh informasi dengan benar,
mengevalusinya dan memproses informasi tersebut sehingga diperoleh suatu
kesimpulan yang terpercaya.
Bobbins dan Jones (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis berarti mencari
dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang
dapat mendukung suatu penilaian. Dengan demikian berpikir kritis sebagian besar
terdiri dari mengevaluasi argumen atau informasi dan membuat keputusan yang dapat
membantu mengembangkan kepercayaan dan mengambil tindakan serta
membuktikan. Berpikir kritis matematis adalah berpikir kritis pada bidang ilmu
matematika. Dengan demikian berpikir matematis adalah proses berpikir kritis yang
melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika dan pembuktian
matematika. Berpikir kritis dalam matematika merupakan kemampuan berpikir kritis
dalam menyelesaikan masalah matematika. Berdasar pada definisi-definisi berpikir
kritis yang dikemukakan para ahli, dalam penelitian ini dikembangkan indikator
berpikir kritis matematis yang diklasifikasikan atas lima komponen berpikir kritis,
yaitu analisis, evaluasi, pembuktian, pemecahan masalah, dan menemukan analogi.
METODE PEMBELAJARAN DENGAN PENEMUAN (DISCOVERY
LEARNING)
Dalam kegiatan belajar-mengajar dosen memegang peranan kunci dalam
usaha pengembangan kemampuan berpikir kritis. Untuk itu dosen perlu memahami
strategi pembelajaran atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang tepat agar
mahasiswa mampu berpikir kritis dan mendorong mahasiswa agar berpikir kritis.
4
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Bobbins dan Jones (2006) menyatakan ada tiga strategi spesifik untuk pembelajaran
kemampuan berpikir kritis, yakni membangun kategori, menentukan masalah, dan
menciptakan lingkungan yang mendukung.
Kategori dibangun berdasarkan konsep yang ingin disampaikan dosen dalam
pembelajaran. Strategi membangun kategori merupakan penalaran induktif yang
membantu mahasiswa mengkategorikan informasi dengan penemuan aturan
dibandingkan hanya dengan mengingat. Melalui pengamatan sifat-sifat bersama yang
dimiliki dan sifat-sifat yang tidak dimiliki mahasiswa membangun pemahaman suatu
konsep. Pembelajaran aktif seperti itu menghasilkan pemahaman konsep yang baik
dan bertahan lama dan lebih memungkinkan untuk mengaitkan materi dibandingkan
dengan metode pengajaran langsung. Untuk mencapai suatu pemahaman konsep,
identifikasi masalah dapat membantu menciptakan suasana berpikir bagi peserta
didik. Keberhasilan dalam pembelajaran ini ditentukan pula oleh terciptanya keadaan
pada saat proses pembelajaran yang menyenangkan.
Strategi yang ketiga menurut Bobbins dan Jones (2006) adalah menciptakan
lingkungan yang mendukung. Berpikir kritis dalam kelas difasilitasi oleh lingkungan
fisik dan intelektual yang mendorong semangat untuk menemukan. Salah satu
lingkungan fisik yang mendukung berpikir kritis dalam kelas adalah susunan tempat
duduk mahasiswa. Bila tempat duduk mahasiswa disusun sedemikian sehingga
mahasiswa dapat saling berinteraksi dengan mahasiswa yang lain dan dengan dosen
ini membantu mahasiswa untuk berpikir kritis. Lingkungan intelektual yang
mendorong mahasiswa untuk menemukan dapat diciptakan melalui pembelajaran
penemuan. Metode penemuan merupakan teknik pengajaran yang dalam
pelaksanaannya mahasiswa diarahkan untuk menemukan informasi dari bahan ajar
yang dipelajarinya. Pembelajaran dengan penemuan merupakan pembelajaran yang
memberikan kesempatan mahasiswa untuk aktif.
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan: sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dengan demikian dalam pembelajaran dengan penemuan, mahasiswa dapat
memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah bukan melalui
transmisi dari dosen. Salah satu tujuan pembelajaran penemuan adalah agar
mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan mahasiswa
melakukan aktivitas mental sebelum materi yang dipelajari dapat dipahami. Aktivitas
mental tersebut misalnya menganalisis, mengklasifikasi, membuat dugaan, menarik
kesimpulan, menggeneralisasi dan memanipulasi informasi. Belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik.
I. Goleman, D. (1995b) menegaskan bahwa penemuan, intuisi, dan memeriksa
kembali (mengecek) adalah hanya permulaan dari serangkaian proses matematika,
tujuaannya tetap memahami hubungan yang abstrak. Oleh karena itu aktivitas
mahasiswa harus dari penemuan, intuisi dan memeriksa kembali (mengecek) menuju
proses-proses yang lebih formal seperti mendefinisikan dan membuktikan.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar
matematika, dosen tidak perlu menjejalkan seluruh informasi kepada mahasiswa.
Dosen perlu membimbing suasana belajar mahasiswa sehingga mencerminkan proses
penemuan bagi mahasiswa. Materi yang disajikan kepada mahasiswa bentuk akhirnya
atau cara mencarinya tidak diberitahukan. Mahasiswa diberi kesempatan untuk
mencari dan menemukan informasi dari bahan ajar yang dipelajari, dosen hanya
sebagai fasilitator saja.
5
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Belajar melalui penemuan berpusatkan pada mahasiswa. Belajar menemukan,
menyebabkan mahasiswa berkembang potensi intelektualnya. Dengan menemukan
hubungan dan keteraturan dari materi yang sedang dipelajari, mahasiswa menjadi
lebih mudah mengerti struktur materi yang dipelajari. Mahasiswa lebih mudah
mengingat konsep, struktur atau rumus yang telah ditemukan.
I. Goleman, D. (1995b) menyatakan beberapa keuntungan belajar menemukan
yaitu 1) pengetahuan bertahan lama atau lebih mudah ingat. 2) hasil belajar penemuan
mempunyai efek transfer yang lebih baik dengan kata lain konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasisituasi baru. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir bebas. Selain beberapa keuntungan dari belajar
menemukan seperti yang dijelaskan di atas, belajar menemukan juga mempunyai
kelemahan yaitu belajar menemukan membutuhkan waktu persiapan dan belajar yang
lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima, kelas tidak terlalu besar agar
mahasiswa mendapat perhatian dosen, dan belajar menemukan tidak menjangkau
seluruh materi yang dianjurkan oleh kurikulum.
Melihat kelemahan belajar penemuan, maka diperlukan kombinasi dalam
pembelajarannya, yaitu dosen tidak sepenuhnya melepas mahasiswa untuk
menemukan konsep, prosedur dan prinsip sendiri melainkan dapat berkolaborasi
dengan teman. Untuk memperkecil (mengurangi) kelemahan-kelemahan tersebut
maka diperlukan bantuan dosen. Terdapat tiga ciri utama belajar menemukan
1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan
dan menggeneralisasi pengetahuan. 2) Berpusat pada mahasiswa dan 3) Kegiatannya
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan yang sudah ada.
Pada metode penemuan konsep dan prosedur yang dipelajari mahasiswa
merupakan hal yang baru, belum diketahui sebelumnya. Oleh karena itu beberapa
instruksi atau petunjuk perlu diberikan kepada mahasiswa apabila mereka belum
mampu menunjukkan ide atau gagasan. Dalam menemukan konsep dan prosedur yang
dipelajari, sebaiknya mahasiswa tidak dilepas begitu saja bekerja untuk menemukan,
tetapi diberikan bimbingan agar mahasiswa tidak tersesat. Bimbingan tersebut dapat
dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi
secara singkat.
Untuk sampai kepada konsep yang harus ditemukan, sangat tergantung kepada
pengetahuan siap mahasiswa dan pengetahuan baru mahasiswa yang baru saja
diperolehnya. Oleh karena itu metode penemuan yang diterapkan dalam proses
pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing dan dibawakan melalui bekerja
dalam kelompok. Dengan kata lain metode penemuan terbimbing dengan setting
belajar kooperatif.
METODE PENGEMBANGAN DIRI
Pengembangan diri menuju kompetensi dapat diidentifikasikan sebagai
keterampilan, pengetahuan dan karakteristik atau perilaku yang dituntut, agar sorang
karyawan dapat menampilkan kinerja superior. Hasil penelitian menunjukan
perusahaan yang sudah menerapkan pendekatan berbasis kompetensi merasakan
dampak yang sangat positif bagi organisasi terutama dalam membangun perilaku
karyawan, budaya organisasi, meningkatkan kinerja karyawan, meningkatkan
kerjasama antar fungsional dan antar tim/unit kerja. Informasi terkini menyatakan
bahwa pendekatan berbasis kompetensi yang paling berhasil adalah dalam bidang
pengembangan SDM seperti penempatan, pembelajaran dan pengembangan serta
manajemen kinerja.
6
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Manfaat pengembangan SDM adalah 1) Memahami peran kompetensi dalam
dunia bisnis. 2) Memahami cara-cara mengidentifikasi dalam mengembangkan model
kompetensi SDM yang dibutuhkan oleh organisasi. 3) Memahami cara
mengimplementasikan Manajemen Sumber Daya Manusia berbasis kompetensi.
Dasar pengembangan organisasi memahami mengapa harus mengarah pada
kompetensi seperti proses rekrutmen dan seleksi agar memperoleh SDM lebih
kompeten, proses pembelajaran dan pengembangan dalam menunjang manajemen
kinerja karyawan. Hal ini melibatkan seluruh pimpinan yang bertanggung jawab
langsung dan tidak langsung dalam pengembangan SDM perusahaan.
Perubahan pribadi seorang pimpinan dan perubahan lingkungan strategik
organisasi yang sangat cepat, akan membuat organisasi menghadapi masalah besar
yang bisa menghancurkan perusahaan, apabila organisasi tidak memiliki kemampuan
inovatif. Oleh karena itu sebuah keharusan bagi pimpinan suatu organisasi untuk
membangun pribadi sebagai modal organisasi yang membuatnya memiliki inovasi
yang tiada akhir.
Perubahan lingkungan strategik yang luar biasa dahsyatnya merupakan
tantangan baru, yang tidak bisa dijawab dengan cara-cara manajemen yang lama.
Manajemen dan organisasi lama hanya cocok untuk zaman lama, sedangkan untuk
zaman baru menuntut manajemen dan organisasi yang lebih adaptif pada kebutuhan
lingkungan yang baru. Oleh karena itu, diperlukan adanya cara pandang yang baru
dalam melihat keseluruhan modal yang bisa mendukung proses inovasi dalam sebuah
organisasi.
Inovasi sebagai nilai tambah dalam berkarya, memang diperlukan oleh semua
orang. Pada umumnya para pakar sependapat bahwa proses inovasi yang memerlukan
adanya akumulasi pengetahuan. Konteks sebuah organisasi baru yang berbasis
pengetahuan, pada dasarnya memiliki tiga komponen modal yang sangat menentukan
kinerja organisasi. Modal ini adalah sesuatu yang akhirnya memunculkan berbagai
inovasi yang mendukung kinerja keuangan perusahaan (financial performance).
Kinerja keuangan ini disebabkan oleh kemampuan untuk menghasilkan produk dan
jasa yang inovatif yang disertai oleh pelayanan prima pada pelanggan yang akhirnya
membuat para pelanggan mau membeli produk dan jasa dan memiliki loyalitas pada
produk dan jasa. Secara garis besar ada tiga komponen modal organisasi yang
mendukung inovasi, yakni: 1) Modal Manusia (Human Capital). 2) Modal Struktural
(Structural Capital). 3) Modal Kepemimpinan (Leadership Capital). Ibarat sebuah
gunung es, yang muncul dipermukaan adalah kinerja keuangan perusahaan,
sedangkan pendukung munculnya kinerja keuangan tersebut berada dibawah air.
Secara skematik hubungan antara ketiga modal ini dalam memunculkan kinerja
keuangan perusahaan terlihat dalam gambar 1. berikut.
7
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Financial Capital
Structure Capital
Leadership Capital
Human Capital
Gambar.1 Flow Kinerja Keuangan Perusahaan
PEMBAHASAN
Sasaran dalam membangun keterampilan berkomunikasi adalah 1) Mampu
mengidentifikasi proses komunikasi. 2) Mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk
komunikasi. 3) Mampu melakukan komunikasi dengan baik. Keberhasilan suatu
organisasi atau perusahaan, sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Lingkaran pusat
kepemimpinan adalah komunikasi. Komunikasi merupakan seni atau cara untuk
menyampaikan sesuatu, agar orang lain memahami kita. ”Komunikasi merupakan
ketrampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam
bangun kita untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah keterampilan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi
pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung
satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya.
Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan isyarat yang
banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Komunikasi memiliki arti sama atau menjadikan milik bersama. Jika kita
berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan
kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Beberapa definisi komunikasi adalah 1)
Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang
perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi. 2)
Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi
tentang pikiran atau perasaan. 3) Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi
dan pengertian dari satu orang ke orang lain. 4) Komunikasi adalah berusaha untuk
mengadakan persamaan dengan orang lain.
Bobbins dan Jones (2006), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi
secara spesifik sebagai berikut: 1) Mempelajari atau mengajarkan sesuatu, 2)
Mempengaruhi perilaku seseorang, 3) Mengungkapkan perasaan, 4) Menjelaskan
perilaku sendiri atau perilaku orang lain, 5) Berhubungan dengan orang lain, 6)
Menyelesaian sebuah masalah, 7) Mencapai sebuah tujuan, 8) Menurunkan
ketegangan dan menyelesaian konflik dan 9) Menstimulasi minat pada diri sendiri
atau orng lain.
8
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Gangguan
Gangguan
Balikan
Pengirim
Pesan
Simbol/
Isyarat
Penerima
Pesan
Media
(Saluran)
Mengartikan
Kode/Pesan
Gambar 2. Proses Komunikasi
Terdapat tiga hal yang harus dilakukan jika ingin menjadi seorang active
listener, yaitu: 1) Targetkan dapat melakukan paraphrasing (mengulang pesan dengan
kata-kata sendiri); 2) Mengecek kembali (perseption check), ini penting dilakukan
agar persepsi kita pas dengan yang dimaui pengirim; dan 3) Behaviour discription
(gambaran perilaku sender), maksudnya adalah agar kita bisa menilai apakah sang
pembicara saat itu sedang marah atau hanya bercanda saat mengeluarkan suatu
statemen sehingga kita dapat menyesuaikan tanggapan yang kita berikan dengan
kondisi si pengirim. Pada dasarnya ada 6 unsur mendengarkan secara aktif, yakni
hearing, understanding, remembering, intrepreting, evaluating, responding. Uruturutan keenam unsur proses mendengarkan aktif tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
Hearing
Langkah pertama dari mendengarkan secara aktif adalah dengan cara
mendengarkan dengan sungguh-sungguh pesan yang disampaikan oleh seorang
komunikator. Noice atau gangguan komunikasi yang sering muncul adalah suara
bising dari lingkungan sekitar oleh karena itu, hindari membicarakan sesuatu yang
penting atau dengan seseorang yang penting di tempat-tempat ramai yang dapat
mengganggu konsentrasi dalam menerima informasi
Understanding
Kita perlu melakukan paraphrasing atau melakukan pengulangan isi pesan
dengan kata-kata sendiri guna menghindari kesalahan dalam menerima isi pesan.
Disamping itu untuk meningkatkan daya konsentrasi, kita perlu bersikap emphaty
selama mendengarkan dalam arti berusahalah mendengarkan dengan hati dan kepala
dan cobalah merasakan perasaan lawan bicara kita.
9
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Remembering
Kalau perlu saat melakukan pembicaraan penting, perlu disiapkan kertas
catatan kecil guna mencatat poin-poin penting dari isi informasi yang diberikan oleh
komunikator sehingga tidak ada alasan keluar dari mulut bahwa lupa dengan
informasi yang disampaikan itu. Di dunia kerja, pernyataan lupa terhadap sesuatu
adalah pernyataan yang tidak pernah ingin didengar oleh seorang pemimpin.
Intrepreting
Langkah selanjutnya adalah berusaha mengintrepretasikan maksud seorang
pembicara. Menurut pengamatan saya, seorang pemimpin di organisasi pemerintahan
biasanya berbicara serba sedikit saat memberikan petunjuk kerja pada
bawahan….entah karena merasa sudah tahu dengan maksudnya atau sekedar mencari
sebuah respon yang bagus dari sekaligus menguji kapabilitas atau dia sendiri malah
kurang begitu mengerti dengan informasi tersebut yang mungkin juga berasal dari
atasannya.
Evaluating
Tetapi memang hal terpenting dari sebuah proses mendengarkan secara aktif
adalah mengevaluasi apakah persepsi kita sudah pas dengan yang diinginkan
pimpinan, sehingga sebuah pertanyaan kecil yang menanyakan kembali kebenaran
pesan yang disampaikan (perception chek).
Responding
Akhirnya muara dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah respon
dari pendengarnya. Disini kita perlu melakukan respon dengan secepat mungkin,
mengingat seorang pimpinan akan lebih senang jika anak buahnya cekatan dalam
bekerja. Tetapi harus ingat bahwa kecepatan memang baik, tetapi ketepatan adalah
segala-galanya cobalah mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tatap mata lawan
bicara dengan secukupnya, perlihatkan perhatian dengan ekspresi wajah, kalau perlu
dengan tersenyum serta lengkapi dengan bahasa tubuh semisal anggukan serta hindari
menginterupsi saat komunikator sedang berbicara.
Apa yang Anda pikirkan tentang suatu
pokok pikiran?
Apakah ini baru atau Anda mempunyai
banyak pengalaman tentang itu?
Apakah sulit dimengerti atau sederhana?
Apakah penting untuk Anda atau hanya
suatu lelucon?
Apakah pembicara berpengalaman
atau gelisah?
Apa isyarat yang digunakan pembicara?
Apa kerangka pikirannya?
Bagaimana minat, ancaman, kecerdasan,
dan seterusnya, dan seterusnya.?
10
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
Apakah pesan diilustrasikan
secara visual atau dengan contoh?
Apakah teknologi digunakan secara
efektif (berdaya guna)?
Apakah konsep-konsep dikenalkan secara
bertahap, atau dengan contoh?
Apakah ruang cukup mendukung
untuk mendengar?
Bagaimana berinteraksi atau bertukar
pikiran dengan pembicara?
Apakah ada gangguan yang dapat
dihindarkan?
Gambar.3 Hal-hal yang Mempengaruhi Proses Mendengar
Membangun keterampilan berbicara efektif menjadi modal dasar dalam
melakukan interaksi dalam banyak hal, seperti mendeskripsi, presentasi, lobi dan lainlain. Berikut adalah prinsip dasar berbicara efektif. Respect merupakan sikap hormat
dan sikap menghargai terhadap lawan bicara kita. Kita harus memiliki sikap (attitude)
menghormati dan menghargai lawan bicara kita karena pada prinsipnya manusia ingin
dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik seseorang, lakukan
dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan orang tersebut.
Empati merupakan kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan mendorong kita untuk
dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerimanya. Sebelum kita membangun komunikasi atau
mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon
penerima pesan kita. Pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerima. Prinsip dasar dari hukum kedua ini adalah
”perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan”. Makna dari audible adalah
dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Tentukan tujuan denga jelas,
Organisasikan ide, Format bahasa yang kita pakai, Pesan jelas, tepat, meyakinkan dan
fleksibel. Menghargai orang lain, memerlukan sikap rendah hati. Tidak menganggap
diri penting ketika berbicara dan mudah menangkap respon yg positif dari si penerima
pesan.
Komunikasi penting karena, 1) Mempengaruhi penilaian orang tentang kita
(berujung pada citra dan keberhasilan). 2) Mempengaruhi pemahaman pesan yang
disampaikan. Beberapa penilaian dalam komunikasi adalah 1) Gaya, struktur , dan isi
pesan yang disampaikan akan menunjukkan jati diri pembawa pesan. 2) Penerima
pesan akan memberikan penilaian citra pembawa pesan. 3) Keberhasilan awal akan
tampak dari gaya komunikasi pembawa pesan.
Gangguan Komunikasi yang muncul adalah: 1) Wawasan terbatas (tulalit). 2)
Pesan tidak menarik. 3) Istilah tidak dimengerti (bahasa/jargon). 4) Salah pilih
media/jalur penyampaian. 5) Psikologis (emosi/mood). 6) Kurang terampil
mengartikan pesan. 7) Terlalu sibuk/fokus pada hal lain. 8) Terlalu banyak pesan yang
diterima. 9) Jalur/Media Komunikasi dan Lingkungan. 10) Terlalu sedikit jalur
komunikasi yang tersedia. 11) Noise (bising). 12) Suhu (terlalu dingin/panas) dan 13)
Space (ruang dan jarak).
ANALISA TERHADAP SEMBILAN LANGKAH KOMUNIKASI EFEKTIF
Kemampuan berbicara sangat penting dalam kegiatan bekerja maupun
kehidupan sehari-hari. Selain kualitas pesan yang disampaikan, cara berbicara patut
diperhatikan. Pasalnya itu akan mencerminkan kepribadian kita sebenarnya. Agar
karier dan hubungan personal berhasil, kuasai sembilan langkah bicara efektif: 1)
Sebelum bicara, pikirkan dulu apa yang ingin disampaikan. rangkai kata-kata sebaik
11
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
mungkin agar pesan anda mudah di cerna oleh lawan bicara. Bertuturlah dengan gaya
bahasa yang pantas, santun, dan beerbasa-basilah seperlunya. 2) Saat berbicara,
sesuaikan volume dengan kondisi lingkungan. Jangan terlalu lirih, tetapi tidak pula
terlalu keras bila anda duduk berdekatan. 3) Perhatikan nada suara. Usahakan
berbicara dengan nada bervariasi, dan sesekali siselingi humor tanpa menyinggung
pribadi seseorang. Nada yang monoton membuat perhatianlawan bicara teralih dari
focus pembicaraan atau kemungkinan bosan. 4) berbicara terlalu cepat didepan
umum, karena bisa jadi maksud Anda tak tercerna dengan baik. Berdiskusi di telepon
yang sistematis dan tidak berlambat-lambat. 5) Perhatikan siapa yang diajak berbicara
dalam suasana apa, materinya apa, dan sebagainya. Ini penting, terutama bila
urusannya berkaitan dengan pekerjaan. 6) Saat berbincang, perhatikan bahasa tubuh .
Anda dapat duduk atau berdiri, tetapi yang pasti tatap mata lawan bicara agar ia
menangkap kesungguhan Anda. Meski sepele, efeknya sangat besar. Ketahuilah,
sungguh tidak sopan Jika tengah berbicara mata memandang ketempat lain. 7) Gerak
tangan dan tubuh, serta ekpresi wajah yang tepat akan membantu menyampaikan
maksud pembicaraan Anda. 8) Bila tidak sedang berbicara di depan umum, lakukan
pembicaraan dua arah. Artinya, saling merespons dengan menyampaikan argumen
untuk menghasilkan buah pembicaraan yang positif. 9) Lakukan pembicaraan yang
positif, jangan berbohong, dan usahakan apa yang katakan memiliki nilai positif dan
membawa manfaat bagi orang lain.
Komunikator yang Efektif diawali dengan mensederhanakan pesan,
pandanglah lawan bicara, tunjukkanlah kebenaran, berikanlah respon dan
penerapannya adalah sampaikan pesan sejelas mungkin, perhatian yang fokus dan
latihlah setiap hari dan evaliasi.
Pemindahan atau penyampaian informasi mengenai pikiran dan perasaanperasaan, meliputi Komuknikasi tidak sukar, setiap orang melakukannya karena
komunikasi ini telah dilakukan secara alamiah (seperti halnya bernapas), sehingga kita
cenderung tidak melihat lagi adanya hal-hal yang kompleks yang perlu dipelajari dan
dilatihkan dalam berkomunikasi. Setiap orang mengetahui apa komunikasi itu.
Komunikasi mempunyai berbagai dimensi, bukan sekedar menyampaikan pesan atau
informasi yang sederhana. Komunikasi itu berhubungan dengan emosi, sikap, moral,
motivasi, suasana hati, keadaan fisik, situasi dan banyak lagi hal lain. Saya berbicara:
karena itu dengan sendirinya saya berkomunikasi. Kata-kata yang diucapkan tidaklah
mempunyai arti jika orang yang mendengar tidak memberi arti. Komunikasi terjadi
hanya jika saya menghendakinya. Banyak orang menganggap bahwa mereka
berkomunikasi pada saat berbicara. Namun segala tindakan atau gerakan tubuh (nonverbal) mengandung arti dalam komunikasi. Keterampilan komunikasi adalah bakat
atau sifat bawaan. Jika anda mempercayai pengertian salah ini, maka sedikit
kemungkinan anda bertambah baik dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah
keterampilan atau tingkah laku yang diperoleh atau dipelajari. Oleh karena itu dapat
diubah dan diperbaiki.
KESIMPULAN
Tahap pertama pada diri pengirim (sender) terdapat keinginan untuk
melakukan komunikasi. Keinginan tersebut disusun kedalam lambang-lambang atau
kata-kata yang dapat dimengerti. Proses inilah yang disebut ”encoding” yakni
memilih atau menyeleksi tanda-tanda yang dapat mengantarkan pesan. Kemudian
pesan-pesan tersebut disalurkan (transmitted) melalui gelombang udara yang menjadi
perantara (kalau komunikasi melalui tulisan, maka kertas dan pensil menjadi media).
Selanjutnya penerima yang mendengar/membaca pesan tersebut akan melakukan
12
UG Jurnal, ISSN: 1978-4783, Volume 5, No. 11 September 2011
”decoding” atau memberi arti kepada tanda-tanda itu sehingga menjadi pikiran yang
berarti atau bermakna kepadanya. Karena pengirim dan penerima mempunyai latar
belakang pengalaman yang sama maka komunikasi itu memungkinkan terjadi. Makin
besar persamaan bidang-bidang pengalaman antara pengirim dan penerima maka
makin besar pula kemungkinan untuk terjadinya komunikasi.
Dalam proses komunikasi, penerima pesan setelah melakukan ”decoding”,
bisa meminta konfirmasi apakah pengertian dia tentang pesan tadi sama dengan yang
dimaksud oleh pengirim pesan. Hal ini lakukan dengan menggunakan mekanisme
umpan balik (feedback). Komunikasi yang memungkinkan adanya umpan balik
disebut komunikasi dua arah (two- way communication). Sedangkan yang tidak
memungkinkan adanya umpan balik disebut komunikasi satu arah (one-way
communication).
Pemilihan kata-kata atau bahasa oleh pengirim pesan menentukan kualitas
komunikasi. Kata-kata yang sama sering diartikan berbeda antara pengirim dan
penerima pesan. Tidak terbuka, cenderung menutup diri. Salah membaca komunikasi
non-verbal. Kebisingan lingkungan. Selektif mendengar dan meniadakan bahasa nonverbal. Unjuk kekuasaan (power struggles). Ketakutan menerima penilaian yang jelek.
Mengasumsikan semua orang sama. Bias dalam mempersepsi: Mempersepsi menurut
pengalaman masa lalu. Ragam budaya. Mengingat bahwa komunikasi efektif
membutuhkan pemahaman tentang nilai, motif, aspirasi dan asumsi, maka adanya
ragam budaya berpeluang untuk terjadinya miskomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
I. Goleman, D. 1995a. Emosional intelegence. Bantam, books, 1540 Broadway, New
York. 10036.
I. Goleman, D. 1995b. Emotional intelligence: Why It Can Matter More than IQ. New
York: Bantam Books.
J. G. Bobbins dan B.S. Jones. 2006. Effective communication for today’s manager.
Alih Bahasa: Drs. R. Turman Sirait. Cetakan kelima, C.V. Pedoman Ilmu Jaya.
Littlejohn, Stephen W. 1996, Theories of Human Communication, Wadsworth
Publishing Company, California, USA.
New
student-new
learning
styles.
2006.
http://www.virtualschool.edu/
mon/academia.html Social support- http://www.odin.chemistry.nakron.edu/
classroom.htm.
13
Download