BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Efekifitas Supervisi

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Efekifitas Supervisi Pembelajaran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif
yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai
kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga
bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,
dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil
yang dicapai. Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti
berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan tingkat tercapainya suatu
tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara
ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti,
misalnya usaha X adalah 60% efektif dalam mencapai tujuan Y.
Jadi pengertian efektivitas supervisi pembelajaran adalah pengaruh yang
ditimbulkan/disebabkan oleh adanya suatu kegiatan supervisi untuk mengetahui
sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap kegiatan supervisi
yang dilakukan.
B. Konsep Dasar Supervisi Pembelajaran
1. Pengertian Supervisi pembelajaran
Pengawasan dan supervisi merupakan dua istila yang merupakan terjemahan
dari salah satu fungsi manajemen, yaitu fungsi controlling. Terdapat dua
pandangan yang berbeda terhadap makna dua istila ini. Di satu sisi ada yang
berpendapat bahwa kedua istila ini sama makna dan pendekatannya. Di sisi lain
ada yang mengatakan istila pengawasan lebih bersifat otoriter atau direktif,
sedangkan supervisi lebih bersifat demokratis.
Istila-istila yang biasa digunakan di dalam lembaga pemerintah termasuk
departemen pendidikan nasional adalah inspektorat, pengaeas, penilik, dan
supervisor. Ditingkat pusat, fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Inspekturat
Jendral, di tingkat profinsi dan tingkat kabupaten/kota disebut pengawas. Hanya
saja dalam perkembangan terahir istila yang banyak digunakan adalah pengawas.
Adapun orang orang yang melakukan pengawasan disebut pengawas/supervisor/
penyelia.
Sekalipun berbagai istila yang digunakan dalam menjalankan fungsi
controlling, tetapi yang perlu dipahami adalah fungsi controlling (pengawasan)itu
sendiri dan cara pendekatannya serta keterkaitannya dengan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Untuk itu, dalam rangka pengembangan wacana perlu
dikemukakan secara ringkas tentang pengawasan yang memungkinkan prinsiprinsip demokrasi berjalan didalamnya.
Secara etimologis supervisi (supervisi) berasal dari bahasa Ingris yang
terdiri atas dua kata, yaitu super dan vision, super berarti atas atau lebih,
sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. Dengan demikian, supervisi
dalam pengertian sederhana bermakna melihat, meninjau atau melihat dari atas,
yang dilakukan oleh atasan (pengawas/kepala sekolah) terhadap perwujudan
kegiatan pembelajaran. Atas bermakna orang-orang yang memiliki kelebihan dari
segi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman terhadap masalah-masalah yang
akan dinilai dalam ha linin proses pembelajaran.
Secara luas, Nawawi (1981:3) berpendapat bahwa supervisi pembelajaran
diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu
guru-guru agar menjadi guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya,
agar mampu meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar disekolah.
Soetopo (1982:3) mendevinisikan supervisi pembelajaran sebagai usaha
menstimulasi,
mengoordinasi,
dan
membimbing
pertumbuhan
guru-guru
disekolah, baik secara individual maupun kelompok, dengan tenggang rasa dan
tindakan-tindakan pedagogis yang efektif sehingga mereka lebih mampu
menstimulasi dan membimbing pertumbuhan masing-masing siswa agar lebih
mampu berpartisifasi di dalam masyarakat yang demokratis.
Sergiovanni (1988:4) mengartikan supervisi pembelajaran sebagai usaha
mendorong, mengoordinasi, dan menstimulasi serta menuntun pertumbuhan guruguru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara individual maupun
kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi pembelajaran.
Boardman et. Menyebutkan Supervisi pembelajaran adalah salah satu
usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan
guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan
demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap
murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat
demokrasi modern.
Dalam bukunya: Basic Principle of supervision, Adams dan Dickey
(1959 :2) mendefinisikan supervisi pembelajaran adalah program yang berencana
untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal
belajar dan mengajar.
Dalam Dictionary of Education Good carter (1959) memberikan
pengertian bahwa supervisi pembelajaran adalah usaha daris petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam
memperbaiki
pengajaran,termasuk
menstimulasi,
menyeleksi
pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahkan pengajaran dan metode-metode serta evaluasi pengajaran
Berdasarkan pengertian
yang telah dikemukakan tersebut,
dapat
disimpulkan beberapa aspek penting supervisi, sebagai berikut: 1) Supervisi
pembelajaran bersifat bantuan dan pelayanan kepada staf/guru, 2) Untuk
pengembangan kualitas diri guru, 3) Untuk pengembangan professional guru, 4)
Untuk memotifasi guru, 5) Untuk menstimulasi dan menyeleksi pertumbuhan
jabatan guru.
Aspek-aspek tersebut menuntut pengetahuan tentang konsep-konsep dan
pendekatan supervisi yang ditunjang dengan kinerja akuntabilitas yang tinggi dari
supervisor. Hal ini yang dimaksudkan agar kegiatan supervisi sebagai layanan
professional dapat meningkatkan kompotensi guru dalam pembelajaran yang
bermuara pada perwujudan hasil belajar peserta didik secara optimal.
Dewasa ini, kegiatan supervisi oleh sebagian supervisor masih berorientasi
pada pengawasan (kontrol) sehingga suasana kemitraan antara guru dan
supervisor tidak tercipta dan bahkan guru secara psikologis merasa terbebani
dengan fikiran akan dinilai. Padahal kegiatan supervisi akan efektif jika perasaan
terbebas dari berbagai tekanan diganti dengan suasana pemberian layanan dan
pemenuhan kebutuhan yang bersifat informal.
Aspek lain yang mengakibatkan kegiatan supervisi
menjadi kurang
bermanfaat menurut Semiawan Imron (1996:5) adalah bahwa sistem supervisi
kurang memadai dan sikap mental dari supervisor yang kurang sehat. Kurang
memadainya sistem supervisi dipengaruhi ileh beberapa aspek, antara lain sebagai
berikut: 1) Supervisi
masih
menekankan
pada
aspek
administrasi
dan
mengabaikan aspek professional. 2) Tatap muka antara supervisor dan guru-guru
sangat sedikit, 3) Supervisor banyak yang sudah lama tidak mengajar sehingga
banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru, 4)
Pada umumnya masih menggunakan jalur satu arah dari atas kebawah, 5) Potensi
guru sebagai pembimbing kurang dimanfaatkan
Jika dikaji dari sikap mental supervisor yang kurang sehat terlihat
beberapa indikasi, berikut ini. 1) Hubungan professional yang kakuh dan kurang
akrap akibat sikap otoriter dari supervisor sehingga guru takut bersifat terbuka
kepada supervisor, 2) Banyak supervisor dan guru merasa sudah berpengalaman
sehingga merasa tidak perlu lagi belajar. 3) Supervisor dan guru merasa cepat
puas dengan jasil belajar siswa
2. Tujuan Supervisi Pembelajaran
Supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
professional guru dalam proses dan hasil pembelajaran melalui pemberian
layanan pembinaan professional kepada guru. Willes Imron (1996:6) mengatakan
bahwa secara umum supervisi pembelajaran bertujuan untuk memberikan bantuan
dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Adapun Nawai
mengatakan bahwa supervisi pembelajaran bertujuan untuk menilai kemampuan
guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu
mereka melakukan perbaikan dan jika diperlukan untuk menunjukan kekurangankekurangan untuk diperbaiki sendiri.
Tujuan utama supervisi pembelajaran adalah memperbaiki pengajaran
(Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi,
1986; Glickman, 1990)
Tujuan umum Supervisi pembelajaran adalah memberikan bantuan teknis
dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan
kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar
mengajar.
Pembahasan secara rinci tentang tujuan supervisi pembelajaran dikemukakan
oleh Rivai (1987:6) sebagai berikut.
a. Membantu guru / staf agar lebih mengerti / menyadari tujuan-tujuan pendidi
kan disekolah dan fungsi sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan itu.
b. Untuk melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dala
m rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional disekolah dan
hubungan antar staf yang kooperatif untuk bersama-sama meningkatkan
kemampuan.
c. Menemukan kemampuan dan kelebihan setiap guru /staf dan memanfaatkan
serta mengembangkan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan
tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya.
d. Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya didepan kelas.
e. Membantu guru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan
diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara
maksimal.
f. Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-muridnya dan
merencanakan tindakan-tindakan perbaikannya.
g. Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru/staf yang diluar batas atau tidak
wajar, baik tuntutan itu datangnya dari dalam sekolah maupun dari luar
(masyarakat)
Selain itu tujuan supervisi pembelajaran bukan menyodorkan suatu teori,
tetapi menganjurkan sesuai kebutuhan dan untuk mengungkapkan beberapa
karakteristik esensial teori. Supervisi pendidikan sebagai salah satu instrument
yang dapat mengukur dan menjamin terpenuhinya kualitas penyelenggaraan
pendidikan mampu menyelenggarakan pembelajaran tujuan untuk membantu guru
untuk lebih memenuhi peranannyan disekolah dan memperbaiki caranya
mengajar, kemudian membantu kepala sekolah memperbaiki manajemen sekolah.
Bantuan yang diberikan tersebut akan meningkatkan kualitas situasi dan proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan sekolah dan juga dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Para ahli pendidikan mempunyai pandangan masing-masing mengenai
tujuan supervisi pendidikan sesuai sudut pandang masing-masing, namun mereka
sepakat tujuan inti dari supervisi pengajaran adalah membantu meningkatkan
kualitas profesionalnya dalam mengajar. Glickman 1985:104) mengatakan tujuan
supervisi
pengajaran
untuk
membantu
guru-guru
mengajar
bagaimana
meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya, agar murid-muridnya dapat
mewujudkan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Peter F. Olivia (1894:104)
mengatakan tujuan supervisi pendidikan adalah (1) membantu guru dalam
mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar; (2) menerjemahkan dan
mengembangkan kurikulum dalam proses belajar mengaja; dan (3) membantu
guru dalam mengembangkan staf sekolah.
Penekanan penting dari tujuan supervisi ini adalah menjamin proses
belajar
mengajar,
pengembangan
kurikulum
dalam
pembelajaran
dan
pengembangan staf semakin berkualitas. Sementara itu Sahertian dan Mataheru
(1981:104) mengemukakan bahwa tujuan supervisi pengajaran (1) membantu para
guru melihat dengan jela tujuan-tujuan pendidikan; (2) membantu para guru
dalam membimbing pengalaman belajar; (3) membantu para guru menggunakan
sumber-sumber pengalaman belajar; (4) membantu para guru dalam memenuhi
kebutuhan belajar murid; (5) para guru dalam menggunakan alat-alat, metode,
dan model mengajar; (6) membantu para guru dalam menilai kemajuan muridmurid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri; (7) membantu para guru membina
reaksi mental atau moral para guru dalam rangka pertumbuhan pribadi jabatannya;
(8) membantu para guru disekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas
yang diembannya; (9) membantu para guru agar lebih mudah mengadakan
penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan smber belajar dari
masyarakat dan seterusnya; dan (10) membantu para guru agar waktu dan tenaga
guru dicurahkan sepenuhnya didalam membantu peserta didik belajar dan
membina sekolah.
Sedangkan Nawawi (1981:104)
berpandangan bahwa tujuan supervisi
adalah menolong para guru dengan kesadarannya sendiri, sehingga dapat
berkembang dan tumbuh menjadi guru yang lebih cakap dan lebih baik dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Hariwung (1989:104) mengemukakan tujuan
supervisi pengajaran adalah membantu guru untuk bertumbuh dan berkembang
dalam ruang lingkup mengajar dan kehidupan kelas, memperbaiki keterampilan
mengajar dalam memperluas pengetahuan mereka serta menggunakan persiapan
mengajar. Amatembun (1981:28) merumuskan tujuan-tujuan supervisi pendidikan
dengan memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, sehingga dapat
memebantu mencari dan menentukan kegiatan supervisi yang lebih efektif, yaitu
kegiatan yang betul-betul dapat membantu guru mrningkatkan kinerja guru dalam
melaksanakan tugas mengajar sebagai tugas utamanya.
Dari pandangan para ahli pendidik diatas maka dapat ditegaskan bahwa
tujuan supervisi pendidikan antara lain membantu guru-guru (1) mengembangkan
proses belajar mengajar, lebih memahami mutu, pertumbuhan dan peranan
sekolah; (2) menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar; (3)
melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman
belajar mengajar,
menggunakan sumber dan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar dan
nilai kemajuan belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri dengan
mansyarakat, dan membina sekolah; dan (4) membantu mengembangkan
professional guru dan staf sekolah.
Mencermati pandangan para ahli mengenai tujuan-tujuan supervisi
pendidikan, maka dapat ditegaskan bahwa seorang supervisor khususnya yang
diperankan oleh pengawas sekolah, penting sekali baginya mempunyai
kemampuan yang cukup dalam: (1) membina kepala sekolah dan guru-guru untuk
lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenaenya dan peranan sekolah
mencapai tujuan itu; (2) memperbesar kesanggupa kepala sekolah dan guru-guru
untuk mempersiapkan peserta didinya menjadi anggota masyarakat yang berguna
dan bermanfaat bagi masyarakat; (3) membantu kepala sekolah dan guru-guru
mengadakan diagnosis secara krits terhadap aktifitas-aktifitasnya dan kesulitankesulitan belajar mengajar, serta menolong merencanakan perbaikan-perbaikan;
(aktifitas-aktifitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar mengajar, serta menolong
merencanakan perbaikan-perbaikan; (4) meningkatkan kesadara kepala sekolah
dan guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratif dan
koperatif, dengan memperbesar kesediaan untuk tolong menolong; (5)
memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara
maksimal dalam bidang profesinya; (6) membantu pimpinan sekolah untuk
mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam pengembangan programprogram pendidikan; (7) melindungi orang-orang yang di supervisi terhadap
tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang sehat dari masyarakat;
(8) membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi
aktifitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktifitas perkembangan peserta didik;
dan (9) mengembangkan “spirit the korps” guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan
dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.
Berkaitan dengan tujuan supervisi pembelajaran ini, tampaklah bahwa ada
peran pengawas sekolah yang secara tegas membantu dan turut serta dalam
usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu. Agar bantuan yang diberikan
memenuhi kualitas yang dipersaratkan, maka dalam memberikan bantuan
supervisor lebih dulu melakukan penilaian (evaluation) dengan jalan penelitian
(research) dan merupakan usaha perbaikan (improvement) dalam berbagai
aktifitasnya. Caranya, supervisor turut sebagai partisipan, sebagai pimpinan
(leadership) dan menstimulasi kerja sama antar anggota. Focus tujuan ini adalah
pada pencapaian tujuan pendidikan yang menjadi tanggung jawab guru dan kepala
sekolah. Dengan demikian secara umum tujuan supervisi pendidikan dapat
dirumuskan adalah “untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar
menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam melaksanakan pengajaran”.
Jadi dapat ditegaskan bahwa tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan situasi
dan proses belajar mengajar berada dalam rangka mencapai tujuan sekolah dan
juga mencapai tujuan pendidikan nasional.
3. Prinsip-Prinsip Supervisi pembelajaran
Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam
melaksanakan pembinaan dan menghalangi beragam masalah dan faktor-faktor
penyebab dari masalah itu. Oleh karena itu, supervisor hendaknya bertumpuh
pada prinsip-prinsip supervisi untuk dijadikan landasan, pegangan, dan pedoman
bagi tindakan dan kebijakan yang akan diambilnya.
Menurut Kadim Masaong (2010:16-17) Prisip-prinsip supervisi tersebut
adalah sebagai berikut: a) Prinsip ilmiah (scientific) dengan unsur-unsur yang
terkandung didalamnya. b)Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur,
berencana, dan kontinu. c) Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada
observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.d) Menggunakan alat (instrumen) yang
dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian
terhadap proses belajar mengajar. e) Demokratis, menjunjung tinggi atas
musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima
pendapat orang lain. f) Kooperatif /kemitraan, seluruh staf dapat bekerja bersam
a, mengembangkan usaha “menciptakan” situasi pembelajaran suasana kerja yang
lebih kondusif. g) Konstruktif dan kreatif, membina insiatif staf/guru serta
mendorong untuk aktif menciptakan suasana agar setiap orang merasa aman dan
dapat mengembangkan potensi-potensinya.
Sebagai bahan pertimbangan dapat
disimak prinsip yang mengatur
pelaksanaan supervisi yang dikemukakan oleh Sergiovini dan Starratt (1983:8)
yakni (1) administrasi biasanya berkenaan dengan pemberian pasilitas material
dan pelaksanaanya: (2) supervisi pendidikan biasanya berkenaan dengan
perbaikan pembelajaran:(3) secara fungsional administrasi dan suvervisi tidak
terpisakan satu sama lain, keduanya dalam sistem pendidikan saling
berkoordinasi, saling melengkapi, saling berhubungan, dan mempertemukan
fungsi-fungsinya dalam operasional pendidikan: (4) superpisi yang baik
didasarkan pada filsafat, demokrasi, dan ilmu pengetahuan; (5) supervisi yang
baik akan mengembangkan metode dan sikap ilmiah sejauh hal itu dapat
diaplikasikankedalam proses social pendidikan yang dinamis, menggunakan ilmu
pengetahuan dalam proses belajar dan pembelajaran; (6) supervisi yang baik akan
mengembangkan proses pemecahan masalahyang dinamis yang mempelajari,
memperbaiki, dan mengevaluasi proses dan produknya: (7) survisi yabg baik
adalah yang kreatif, tidak preskriptif, dilaksanakan dengan tertib, direncanakan
secara koperatif, dan dilakukan dalam rangkaian aktivitas: dan (8) supervisi yang
baik dilakukan secara professional, dan penilain berdasarkan hasil yang
berjanmin.
Dilihat dari tujuannya menurut Sergionanni dan Starratt (1983:9) prinsipprinsip supervisi adalah (1) tujuan ahir supervisi adalah pertumbuhan murid
sebagai pembinaan sumberdaya manusia dan pada ahirnya perbaikan masarakat:
(2) tujuan umum supervisi pendidikan adalah menyuplai kepemimpinan dalam
menjamin kelanjutan dan kekonstanan adaptasi ulang dalam program pendidikan
melalui suatu tahun periode: dan (3) tujuan jangka menengah supervisi adalah
kerjasama
untuk
mengembangkan
suasana
yang
menyenangkan
bagi
pembelajaran. Artinya pelaksanan supervisi menggunakan metode-metode yang
efektif dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan juga kualitas pengjaran dan
kualitas belajar murid.
Prinsip ini sesuai dengan pandangan John Lovell dan Robert Alfonso
(1975:96) bahwa supevisi itu pada prisifnya adalah suatu sistim perilaku
pengajaran yang berinteraksi dengan konseling sekolah, pengajaran, administrasi,
dan sistem
perilaku siswa dengan ciri kesederhanaan dan kesehajaan. Jika
dicermati prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan pengajaran tersebut memberi
makna bahwa supervisi dilaksanakan secara demokratis yang berarti menghargai
harkat dan martabat manusia sebagai individu maupun kelompok dalam aktifitas
pembelajaran.
Selain prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, Rivai (1981:17) membagi
prinsip supervisi atas dua bagian, yaitu prinsip positif dan prinsif negatif.
1. Prinsip-prinsip positif
Adapun prinsip-prinsip positif sebagai berikut: a) Supervisi harus
konstruktif dan kreatif, b) Supervisi harus lebih berdasarkan pada sumber kolektif
dari kelompok dari pada usaha-uasaha supervisi sendiri, c) Supervisi harus
didasarkan atas hubungan professional, bukan atas dasar hubungan pribadi, d)
Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan pada yang dipimpin,
e) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada anggota-anggota
kelompoknya, f) Supervisi harus progresif, g) Supervisi harus didasarkan pada
keadaan yang riil dan sebenarnya, h)Supervisi harus sederhana dan informal
dalam pelaksanaannya, i) Supervisi harus objektif dan sanggup mengadakan self
evaluation.
2. Prinsip-prinsip negatif
Sedangkan prinsip-prinsip negatif adalah: a) tidak boleh bersifat
mendesak/direktif,
b) Supervisi
tidak
boleh
didasarkan
atas
kekuasaan
pangkat/kedudukan atau atas dasar kekuasaan pribadi, c) Supervisi tidak boleh
dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran (the ultimate educative goals),
d) Supervisi tidak boleh terlalu banyak mengenai soal-soal yang mendetail
mengenai cara-cara mengajar dan bahan pengajaran, e) Supervisi tidak boleh
mencari-cari kesalahan dan kekurangan staf/guru, h) Supervisi tidak boleh terlalu
cepat mengharapkan hasil dan lekas kecewa.
Dari pendapat-pendapat diatas tentang prinsip-prinsip supervisi peneliti
dapat menarik kesimpulan yaitu, karena prinsip-prinsip supervisi di atas
merupakan kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan di
dalam melakukan supervisi, maka hal itu mendapat perhatian yang sungguhsungguh dari para supervisor, baik dalam konteks hubungan supervisor-guru,
maupun di dalam proses pelaksanaan supervisi.
4. Fungsi Supervisi pembelajaran
Supervisi pembelajaran berfungsi untuk memperbaiki situasi pembelajaran
melalui pembinaan kemampuan guru. Briggs (dalam sahertian, 1986:16)
menyebutkan fungsi supervisi sebagai upaya mengkoordinasi, menstimulasi, dan
mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Adapun Swearingen mengemukakan
delapan fungsi utama supervisi pendidikan, sebagai berikut: (1) Mengkoordinasi
semua usaha sekolah, (2) Melengkapi kepemimpinan sekolah, (3) Memperluas
pengalaman guru-guru/staf, (4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, (5)
Memberikan fasilitas dan penilaian yang kontinu, (6)Menganalisis situasi belajar
mengajar, (7) Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf, (8)
Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan
staf dan kemampuan mengajar guru
Supervisi pendidikan mempunyai fungsi penilaian (evaluation) yaitu
penilaian kinerja guru dengan jalan penelitian (research) yaitu pengumpulan
informasi dan fakta-fakta mengenai kinerja guru dengan cara melakukan
penelitian. Kegiatan evaluasi dan research ini merupakan usaha perbaikan
(improvement), sehingga berdasarkan data dan informasi yang diperoleh oleh
supervisor dapat dilakukan perbaikan kinerja guru sebagaimana mestinya dan
ahirnya dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam melaksanakan tugas
mengajar.
Masih berkaitan dengan fungsi supervisi pendidikan, menurut Swearingen
merinci fungsi supervisi sebagai berikut (1) mengoordinasikan semua usaha
sekolah; (2) melengkapi kepemimpinan kepala sekolah; (3) memperluas
pengalaman guru; (4) menstimulasi usaha-usaha yang kreatif dalam pengajaran;
(5) memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus; (6) menganalisis
situasi belajar mengajar; (7) memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap
anggota staf; dan (8) mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu
meningkatkan kemampuan guru mengajar (Sahertian dan Mataheru, 1981:106).
Lebih lanjut menurut Wiles dan Lovel (1975:106) ada tujuh fungsi
supervisi pengajaran, yaitu (1) pengembangan tujuan; (2) pengembangan
program; (3) koordinasi dan pengawasan; (4) motivasi;(5) pemecahan masalah;
(6) pengembangan profesional; (7) penilaian keluaran pendidikan. Hal pokok
disini adalah mengoordinir semua usaha sekolah dalam mengembangkan program
untuk mencapai tujuan, kegiatan ini tentu akan lebih banyak dilakukan oleh
kepala sekolah sebagai supervisor dan pengawas sekolah sebagai supervisor.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa fungsi dan spesifikasi supervisi
pengajaran adalah memberikan pelayanan supervisi pengajaran kepada guru untuk
menumbuhkan proses belajar mengajar yang berkualitas baik, menyenangkan,
inovatif dan dapat menjaga keseimbangan pelaksanaan tugas staf mengajar.
Fungsi dan tugas supervisor tersebut memberi petunjuk bahwa manajemen
pendidikan pada intinyaadalah mengelolah pembelajaran dan memberikan layanan
belajar yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran memenuhi
kualitas yang dipersaratkan, maka peran kepala sekolah secara otomatis berfungsi
sebagai supervisor, dibantu oleh para supervisor (pengawas sekolah) yang
ditunjuk oleh pemerintah. Tanggung jawab mereka sebagai supervisor adalah
memajukan pengajaran dan menjamin kualitas pelayanan belajar memenuhi
standar yang dipersyaratkan, dan melakukan kegiatan administrasi dengan
terkontrol baik dan benar.
Fungsi-fungsi utama supervisi harus dijalankan agar tujuannya dapat
tercapai secara optimal dengan cara:
1) Menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi, yang
sebelumnya mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut, kuesioner,
dan sebagainya.;
2) Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan kepada
guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha
mensurvai seluruh sistem pendidikan yang ada, guna menemukan masalahmasalah,
kekurangan-kekurangan
baik
pada
guru
maupun
murid,
perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode pengajaran, da perangkat
lain sekitar proses pembelajaran dengan menghimpun data yang aktual, bukan
informasi yang kadaluarsa;
3) Penilaian data informasi hasil inspeksi yang telah dihimpun diolah sesuai
dengan prinsip-prinsip yang berlaku dalam penelitian. Dengan cara ini dapat
ditemukan teknik dan prosedeur yang efektif dalam memberi pertimbangan
bantuan mengajar, sampai pada taraf supervisi dipandang telah memberi solusi
problematika pembelajaran yang memuaskan bagi guru. Langkah-langkah
dalam melaksanakan penelitian kegiatan supervisi adalah (a) menemukan
masalah yang ada pada situasi pembelajaran, (b) mencari dan menentukan
teknik pemecahan masalah yang dipandang efektif, (c) menyusun alternatif
program perbaikan, (d) mencoba cara baru dengan melakukan inovasi
pendekatan pembelajaran, dan (e) merumuskan dan menentukan pola
perbaikan yang lebih standar untuk pemakaian yang lebih luas;
4) Penilaian, yaitu usaha mengetahui segala fakta yang mempengaruhi
kelangsungan persiapan, perencanaan dan program, penyelenggaraan, dan
evaluasi hasil pengajaran. Dari kesimpulannya, maka supervisor harus
melaksanakan penilaian terhadap situasi tersebut, tidak memfokuskan pada hal
negatif saja, tetapi juga hal yang dinyatakan sebagai kemajuan;
5) Latihan, yaitu berdasarkan hasil penelitian dan penilaian mungkin ditemukan
hal-hal yang dirasa kurang dilihat dari kemampuan guru terhadap beberapa
aspek yang berkaitan dengan pengajaran. Kekurangan itu diatasi dengan
mengadakan pelatihan sebagai pemecahan atas masalah-masalah yang
dihadapi sesuai kebutuhan dan keperluannya, serta untuk memperkenalkan
cara-cara baru sebagai upaya
perbaikan dan atau peningkatan kualitas
pembelajaran. Bentuknya dapat berupa lokakarya, seminar, demonstrasi
mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi, atau cara lainnya
dipandang efektif; dan
6) Pembinaan atau pengembangan, yaitu kelajutan dan kegiatan memperkenalkan
cara-cara baru untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar
guru-guru mau menerapkan cara-cara baru.
5. Teknik Supervisi pembelajaran
Teknik-teknik
supervisi
yang
digunakan
oleh
supervisor
bukan
berdasarkan jenis dan model teknik yang digunakan, tetapi berdasarkan masalahmasalah pokok yang dihadapi oleh guru yang harus diperbaiki dalam mengajar.
Teknik supervisi yang digunakan oleh supervisor tergantung pada masalah dan
tantangan apa yang dihadapi pendidik dalam kegiatan dalam mengajar. Seperti
masalah
yang berkaitan dengan menyusun
dokumen pengajaran
yaitu
mengelaborasi standar isi menjadi silabus yang sering dikenal dengan penyusunan
silabus atau kurikulum, menyusun rencana pembelajaran, menyusun evaluasi hasil
belajar menggunakan tes yang standar, menyusun kontrak belajar, dan dokumen
pengajaran lainnya yang diperlukan oleh pendidik melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Sahertian dan Mataheru (1981:173) menyebutkan teknik supervisi
pembelajara terdiri atas: (1 ) teknik kelompok diterapkan jika banyak guru
mengalami masalah yang sama pada mata pelajaran yang sama atau berbeda.
Teknik yang dapat diterapkan antara lain: a) rapat para guru; b) workshop;
c)seminar; d) kepemimpinan; e) konseling kelompok; f) bulletin board; g)
melaksanakan karya wisata; h) questionaire; dan i) penataran atau penyegaran.
(2) teknik perorangan atau individual dipergunakan apabila masalah khusus yang
dihadapi seorang guru meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik yang
dapat digunakanantara lain: a) orientasi guru baru; b) kunjungan kelas; c)
individual conference atau pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru
bersangkutan; d) kunjungan rumah; e) intervisitation atau saling mengunjungi.
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan
kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Supervisor atau pengawas hanya berhadapan seorang guru yang dipandang
memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai
teknik individual meliputi:
a. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas, dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses
belajar mengajar, sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka
pembinaan guru. Tujuan kunjungan kelas ini adalah untuk menolong guru dalam
mengatasi kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas,
pengawas akan membantu permasalahan yang dialaminya.kunjungan kelas dapat
dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan
bias juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Dalam melaksanakan kunjungan kelas, terdapat tiga tahap, yaitu: (1)
Tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan
cara mengobservasi selama kunjungan kelas, (2) Tahap pengamatan, yaitu menga
mati jalannya proses pembelajaran berlangsung, (3) Tahap akhir kunjungan, pada
tahap akhir ini pengawas bersama guru mengadakan perjanjian untuk
membicarakan hasil-hasil observasi, setelah itu dilakukan tindak lanjut.
Ada beberapa criteria kunjungan kelas yang baik, yaitu; ( a) Memiliki
tujuan-tujuan tertentu. (b) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki
kemampuan guru. (c) Menggunakan instrument observasi tertentu untuk
mendapatkan daya yang obyektif. (d) Terjadi interaksi antara Pembina dan yang
dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian. (e) Pelaksanaan kunjungan
kelas tidak menganggu proses belajar mengajar. (f) Pelaksanaannya diikuti
dengan program tindak lanjut.
b. Observasi Kelas
Observasi
kelas
secara
sederhana
dapat
diartikan
melihat
dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi kelas adalah
teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran
yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif
mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitankesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar
mengajar. Secara umum yang diamati selama proses pembelajaran adalah: a)
Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran. b) Cara
penggunaan media pengajaran. c) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar
mengajar. d) Keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Dalam pelaksanaan observasi kelas dilakukan beberapa tahap, yaitu: (1)
Persiapan observasi kelas. (2) Pelaksanaan observasi kelas. (3) Penutupan
pelaksanaan observasi kelas. (4) Penilaian hasil observasi. (5) Tindak lanjut.
c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara Pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha
meningkatkan kemampuan professional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan masalah yang
dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki
segala kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri; dan (4) menghilangkan atau
menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
d. Kunjungan Antar Kelas (inter visitasi)
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi
secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang satu berkunjung ke kelas
yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Melalui kunjungan antarkelas ini
diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya
mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya.
Agar kunjungan antarkelas ini dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat, maka
harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain: (1) Guru-guru yang akan
dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Diupayakan agar mencari guru
yang berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman baru bagi guruguru yang akan mengunjungi, (2) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi,
(3) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas, (4)
Supervisor/pengawas hendaknya mengikuti acara ini denbgan cermat. Amatilah
apa-apa yang ditampilakn secara cermat, dan mencatatnya pada format-format
tertentu, (5) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Missal,
dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu, (6)
Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi, (7) Adakan perjanjianperjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
e. Menilai diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi
pendidikan. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada
guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru
mempelajari metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Dengan
demikian guru akan terdorong untuk mengembangkan diri secara professional.
Ada beberapa cara/alat untuk menilai diri sendiri yaitu: a) Buat suatu
pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai
pekerjaan atau suatu aktivitas (buat dalam bentuk pertanyaan bias pertanyaan
tertutup atau terbuka dan tidak perlu menyebut nama). b) Menganalisis tes-tes
terhadap unit kerja. c) Mencatat murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
2. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga
sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi
satu/bersama-sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi
sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi.
Sahertian, (2008 : 86 ) Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah
teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama – sama
oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
Teknik-teknik supervisi yang bersifat kelompok yang dielaborasi dari
pendapat para ahli supervisi pendidikan antara lain adalah Pertemuan orientasi
merupakan pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk
memasuki ruang kerja yang baru, rapat guru yang bertujuan untuk membicarakan
segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan disekolah, supervisi sebaya
merupakan sejumlah guru yang berhadapan dengan supervisor, teknik diskusi
kelompok (group discusion). merupakan suatu pertukaran fikiran atau pendapat
melalui proses percakapan antara dua atau lebih individu tentang suatu masalah
untuk dicari alternative pemecahannya, Seminar, merupakan pertemuan ilmiah
untuk menyajikan karya tulis baik berupa makalah maupun hasil-hasil penelitian,
Workshop (Lokakarya), dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang
mempunyai masalah yang relatif sama ingin dipecahkan bersama melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan, tukar
menukar pengalaman (sharing of experience). Suatu teknik perjumpaan dimana
guru saling memberi dan menerima, saling belajar satu dan lainnya, simposium
(simposium) adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan itu ada beberapa
pembicara menyampaikan fikirannya secara singkat mengenai suatu topik
pendidikan, atau topik-topik yang berkaitan dengan problematika mengajar.
6. Bentuk Proses Supervisi pembelajaran
Supervisi pembelajaran merupakan suatu proses memberi dan menerima
yang dinamis. Dalam hal ini supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan
mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan pendidikan. Proses
supervisi pembelajaran terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis
jalannya pengajaran.
Supervisi pembelajaran oleh Lovell dan Wiles (1983:171) sering disamakan
sebagai susunan model dengan langkah tertentu atau sebagai satu susunan proses
pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahap. Goldhammaer dan kawan-kawan
(1980, pp.31-44) mendefinisikan lima langkah supervisi pembelajaran (1)
pertemuan praobservasi antara supervisor dengan guru (2) melakukan observasi
saat guru mengajar dikelas; (3) strategi dan analisa menggunakan instrument yang
telah disepakati bersama; (4) melakukan pertemuan supervisi setelah melakukan
pengamatan terhadap guru saat mengajar dikelas, dalam pertemuan ini dibahas
umpan balik dan alternative pemecahan masalah yang ditemukan; dan (5) analisa
sesudah pertemuan sekaligus merumuskan solusi yang dapat mengatasi kesulitan
guru dalam mengajr.
Cogan (1973.pp.10-13) mendefinisikan delapan fase supervisi pembelajaran
dalam bentuk tahap-tahap yaitu: (1) membangun hubungan antara guru dan
pengawas untuk mencapai kesepakatan tertentu; (2) membuat perencanaan dengan
guru apa saja ynag dilakukan; (4) menginstrusikan observasi sebagai umpan balik;
(5) menganalisis proses pembelajaran yang dilakukan guru; (6) merencanakan
strategi pertemuan; (7) pertemuan dan tahap; (8) memperbaharui/mengulang
perencanaan.
Ada lima bentuk proses supervisi pembelajaran yang kita ketahui, yaitu:
(1) Supervisi korektif, adalah suatu bentuk bimbingan dan bantuan yang
berkaitan dengan upaya perbaikan (koreksi); (2) Supervisi Preventif, kegiatan
bimbingan dan bantuan dalam rangka mengantisipasi suatu dampak (bisa
kebijakan, ataupun kondisi) agar efektivitas pencapaian tujuan bisa dicapai, (3)
Supervisi Konstruktif, adalah suatu kegiatan supervisi yang dimaksudkan untuk
mengembangkan
suatu
operasionalisasi
pencapaian
tujuan
pendidikan
menjadi lebih baik dan lengkap, (4) Supervisi Kooperatif, adalah bentuk supervisi
yang dilakukan bersama antara supervisor dengan guru. Satu sama lain memiliki
insiatif untuk memperbaiki proses, meningkatkan kualitas, dan produktivitas, (5)
Supervisi Kreatif, bentuk supervisi yang mencoba mengembangkan hal
yang betul-betul baru, inovatif.
C. Perencanaan Supervisi Pembelajaran
1. Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan supervisi pembelajaran
a. Tidak ada rencana yang standar untuk supervisi
Setiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan yang berbeda,
memerlukan bantuan yang berbeda dari guru-guru lainnya dalam keadaan yang
tidak sama dengan guru-guru lainnya. Supervisi merupakan usaha untuk
membantu guru meningkatkan kemampuan dan penampilannya, sesuai dengan
kebutuhan dalam sitiasi bekerjanya. Karena itu setiap bantuan harus diberikan dan
direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan situasi tersebut.
b. Perencanaan supervisi memerlukan kreatifitas
Supervisi tidak dapat direncanakan dan dilaksanakan menurut satu pola
tertentu yang dapat diberlakukan untuk segala macam tujuan dan keadaan.setiap
sekolah mempunyai situasi tersendiri dengan keadaan yang berbeda dan masalah
yang berlainan. Peningkatan pendidikan disekolah harus disesuaikan dengan
kebutuhan murid-murid dengan tujuan khusus sekolah itu,dengan keadaan dan
kemamapuan anggota-anggota stafnya,dengan kemampuan sekolah untuk
mengadakan fasilitas yang diperlukan.
c. perencanaan supervisi harus komprehensif
Usaha peningkatan kegiatan belajar mengajar mencakup berbagai segi
yang sukar dipisah-pisahkan. Guru, alat, metode, keadaan fisik, murid, sikap
kepala sekolah, semuanya itu bersangkut paut dan saling memengaruhi.
Supervisor harus dapat mengatur kegiatan supervisinya agar tujuan-tujuan
dapat tercapai sebaik-baiknya, satu per satu, secara berurutan, dan bertahap.
Setiap tahapan yang dicapai harus berada dalam rangka pencapaian tujuan yang
lebih jauh lagi. Semua segi-segi dan tahapan yang dicapai harus merupakan satu
keseluruhan, suatu kesatuan yang utuh. Karena itu, perencanaannya harus bersifat
komprehensif, yaitu bersifat menyeluruh dan memerhatikan semua segi-segi dari
proses belajar mengajar,meskipun dalam pencapaiannya harus bertahap.
d. Perencanaan supervisi harus kooperatif
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan supervisi seorang supervisor akan
memerlukan bantuan orang lain, anggota staf yang lainnya, dan karena itu dalam
perencanaannya pun diperlukan bantuan dari orang-orang yang kemudian akan
turut dalam pelaksanaannya, lagi pula untuk menyusun rencana yang
komprehensif, diperlukan pengetahuan dan pandangan luas yang mencakup semua
segi-segi proses belajar mengajar. Karena itu pulalah perencanaan supervisi harus
kooperatif, mengikutsertakan sebanyak mungkin pihak-pihak yang berhubungan
dengan proses belajar mengajar disekolah.
e. Perencanaan supervisi harus pleksibel
Rencana supervisi harus memberikan kebebasan untuk melaksanakan
sesuatu sesuai dengan keadaan dan perubahan yang terjadi.
Sifat perencanaan yang pleksibel ini tidak berarti bahwa tujuan yang dirumuskan
dalam rencana tidak jelas dan tidak konkret. Tujuannyan harus jelas dan konkret,
terperinci, dan cara-cara penyampaiannya harus diperhitungkan dengan seksama.
2. Faktor- faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi
Berbagai pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam penyusunan
rencana supervisi yang efektif. Hal-al yang diperlukan dalam perencanaan
supervisi adalah sebagai berikut.
a. kejelasan tujuan pendidikan
Faktor yang penting perlu disadari sejelas-jelasnya oleh kepala sekolah
sebagai supervisor adalah apa yang harus dicapai oleh murid-muridnya disekolah.
Semua tindakan disekolahnya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya.
Demikian pula bantuan yang diberikan kepada guru-gurunya usaha peningkatan
kemampuan
guru-guru, semua itu adalah untk membantu murid-muridnya
mencapai tujuan pendidikan disekolah. Karena itu, tujuan pendidikan disekolah
harus jelas bagi kepala sekolah dan guru-guru. Kejelasan itu akan meningkatkan
perkembangan profesional kepala sekolah dan guru-gurunya.
b. Pengetahuan tentang mengajar yang efektif
Perhatian pokok seorang supervisor adalah peningkatan proses belajar
mengajar dan hasil mengajar muridnya. Karena itu kepala sekolah sebagai
supervisor harus benar-benar menguasai prinsip-prinsip yang dipakai dalam
proses belajar mengajar, harus dapat memilih dan menggunakan metode yang
sesuai untuk mengaktifkan murid belajar. Dengan kata lain, seorang supervisor
haruslah seorang guru yang baik, yang dapat dan selalu ingin mengajar dengan
baik.
Kepala sekolah harus menyadari bahwa kegiatan supervisi apapun, apakah
peran guru dalam bidang studi tertentu atau usaha peningkatan penampilan guru
didepan kelas, akhirnya harus menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih
baik. Akhirnya kegiatan supervisi harus sampai pada penggunaan metode belajar
yang lebih baik dan lebih efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar
muridnya. Rencana supervisi tidak akan memadai jika tidak dilandasi dengan
pengetahuan tentang mengajar yang efektif.
c. Pengetahuan tentang anak (peserta didik)
Perencanaan supervisi
harus didasari pengetahuan tentang anak.
Supervisor dan guru harus mengetahui benar, kebutuhan anak pada umumnya,
perbedaan kebutuhan pada setiap anak masing-masing, kemampuan anak pada
umumnya dan perbedaan yang terdapat pada anak-anak yang berbeda-beda, dan
sebagainya. Tujuan akhir supervisi bukan hanya meningkatkan kemampuan guru,
tetapi peningkatan kegiatan belajar dan hasil belajar murid.
d. Pengetahuan tentang guru
Guru adalah peserta dan teman usaha supervisor untuk meningkatkan
situasi belajar mengajar dan hasil belajar murid. Peningkatan belajar dilaksanakan
melalui guru-gurunya. Untuk dapat bekerja sama secara efektif, supervisor harus
benar-benar mengenal guru-guru yang diajak bekerja sama itu. Supervisor harus
mengetahui dimana kemampuan dan ketidak kemampuan guru, apa kebutuhannya
untuk menjadi guru yang lebih baik. Kegiatan supervisi yang direncanakan harus
didasarkan pada kemampuan, minat, dan kebutuhan guru.
Untuk itu perlu juga diketahui pandangan dan sikap guru terhadap
pendidikan, terhadap tugasnya sebagai pendidik, dan sikapnya terhadap
masarakat.
e. pengetahuan tentang sumber-sumber potensi untuk kegiatan supervisi
Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang diperlukan dan
apa yang harus digunakan, tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya, siapa yang
diikut sertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa biaya yang diperlukan dan
sebagainya.
Rencana tidak akan dapat dilaksanakan, jika semua fasilitas, alat, biaya,
dan manusia yang disebut dalam rencana itu, tidak dapat diadakan pada waktu
yang diperlukan. Karena itu, supervisor bukan saja harus mampu merencanakan
apa yang diperlukan, tetapi juga harus mengetahui bagaimana dapat memperoleh
yang diperlukan itu, dari mana sumbernya dan dengan cara bagaimana
mendapatkannya.
f. kemampuan memperhitungka faktor waktu
Supervisi memerlukan waktu, kadang-kadang cukup lama, bergantung pada
tujuan yang akan dicapai dan situasi serta kondisinya. Penyusunan rencana oleh
supervisor tidak boleh mengabaikan faktor waktu. Ia tidak boleh terlalu cepat
menentukan batas waktu untuk suatu kegiatan yang sifatnya jangka panjang.
Diapun harus berani mengahiri kegiatan tertentu jika dinggapnya sudah harus
menghasilkan sesuatu. Seorang administrator, sebaiknya adalah kepala sekolah
yang melaksanakan supervisi dan juga berpegang pada jadwal tertentu. Namun,
jika kita harus selalu menyadari bahwa kitalah yang mengatur waktu, dan bukan
kita yang diatur.
D. Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran
Prosedur supervisi pembelajaran berlangsung dalam suatu proses
berbentuk siklus, terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap
pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut
memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu pertemuan pendahuluan
dan pertemuan lanjutan.
a. Tahap Pertemuan Pendahuluan
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana
tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan
kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama
guru, kemudian menterjemahkannya kedalam bentuk tingkah laku yang dapat
diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang
akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung. Suatu komunikasi
yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor dan
guru sebagai mitra didalam suasana kerja sama yang harmonis.
Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya
pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu: 1) Menciptakan suasana intim
antara supervisor dengan guru sebelum langkah -langkah selanjutnya dibica
rakan. 2) Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran. 3) Mengkaji
ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati. 4) Memilih atau
mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam
tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya. 5) Instrumen observasi
yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan bersama antara guru dan
supervisor.
b. Tahap Pengamatan/Observasi Mengajar
Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen
keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Di pihak lain
supervisor mengamati dan mencatat atau merekam tingkah laku guru ketika
mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk
direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku
siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.
Kunjungan dan observasi yang dilaksanakan supervisor bermanfaat untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi tersebut
antara lain dapat: (1) Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut, (2)
Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan
pembaharuan pengajaran; (3) Secara langsung mengetahui keperluan dan
kebutuhan masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, (4)
Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan
program pembinaan profesinal secara terinci; (5) Menumbuhkan kepercayaan diri
pada guru untuk berbuat lebih baik; serta (6) Mengetahui secara lengkap dan
komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar-mengajar.
Dalam proses pelaksanaannya, supervisor seharusnya memperhatikan halhal sebagai berikut: (1) Menciptakan situasi yang wajar, mengambil tempat
didalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri
guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan
prasangka dari pihak guru, (2) Harus dapat membedakan mana yang penting
untuk dicatat dan mana yang kurang penting, (3) Bukan melihat kelemahan, m
elainkan melihat bagaimana memperbaikinya, (4) Harus diperhatikan kegiatan
atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.
c. Tahap Pertemuan Lanjutan
Sebelum pertemuan lanjutan dilaksanakan supervisor mengadakan analisis
pendahuluan tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam
pembicaraan tahap ini. Dalam hal ini supervisor harus mengusahakan data yang
obyektif, menganalisis dan menginterpretsikan secara koperatif dengan guru
tentang apa yang telah berlangsung dalam mengajar.
Setelah melakukan kunjuangan dan observasi kelas, maka supervisor
seharusnya dapat menganalisis data-data yang diperolehnya tersebut untuk diolah
dan dikaji yang dapat dijadikan pedoman dan rujukan pembinaan dan peningkatan
guru-guru selanjutnya. Masalah-masalah professional yang berhasil diidentifikasi
selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut dengan maksud untuk memahami esensi
masalah yang sesungguhnya dan faktor-faktor penyebabnya, selanjutnya masalahmasalah tersebut diklasifikasi dengan maksud untuk menemukan masalah yang
mana yang dihadapi oleh kebanyakan guru di sekolah atau di wilayah itu.
Ketepatan dan kehati-hatian supervisor dalam menimbang suatu masalah akan
berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembinaan professional guru yang
bersangkutan selanjutnya.
Dalam proses pengkajian terhadap berbagai cara pemecahan yang
mungkin dilakukan, setiap alternatif pemecahan masalah dipelajari kemungkinan
keterlaksanaannya dengan cara mempertimbangkan factor-faktor peluang yang
dimiliki, seperti fasilitas dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi. Alternatif
pemecahan masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling mungkin
dilakukan, dalam arti lebih banyak faktor-faktor pendukungnya dibandingkan
dengan kendala yang dihadapi. Disamping itu, alternatif pemecahan yang terbaik
memiliki nilai tambah yang paling besar bagi peningkatan mutu proses dan hasil
belajar siswa.
Langkah-langkah utama pada tahap pertemuan lanjutan adalah: (1) Me
nanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar
serta memberi penguatan. (2) Mengkaji ulang tujuan pelajaran. (3) Mengkaji
ulang target keterampilan serta perhatian utama guru. (4) Menanyakan perasaan
guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya. (5)
Menunjukan
serta
mengkaji
data). (6) Menanyakan
perasaan
bersama
guru
guru
setelah
hasil
observasi
melihat
(Rekaman
rekaman
data
tersebut. (7) Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan
keinginan
atau
target
tercapai. (8) Menentukan
guru
dan
apa
bersama-sama
yang
dan
sebenarnya
mendorong
terjadi
guru
atau
untuk
merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan
berikutnya.
E. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Sebagai
Supervisor
Implementasi model manajemen berbasis sekolah (MBS) bertujuan
menjamin semakin rendahnya control pemerintah pusat dan rendahnya intervensi
pemerintah daerah kesekolah. Rendahnya intervensi ini, dimaksudkan agar
otonomi sekolah semakin
meningkat untuk mengembangkan kreatifitas,
berinovasi dan menentukan sendiri apa yang perlu dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar dan mengelola sumberdaya yang ada disekolah.
Lebih spesifik lagi bahwa tujun MBS (1) menjamin terselenggarakannya
layanan belajar bermutu; (2)meningkatkan kualitas transfer ilmu pengetahuan; (3)
memantapkan kemandirian, kreatifitas, insiatif, dan inovatif; (4) meningkatkan
kepedulian warga sekolah, masyarakat, dan stakeholder mewujudkan sekolah
yang efektif dan berkualitas; (5) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada
masyarakat tentang mutu; dan (6) meningkatkan kompetitif yang sehat antar
sekolah yang sejenis.
Konsep kepala sekolah sebagai supervisor menunjukan adanya perbaikan
pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya, perbaikan ini tampak setelah
dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan mengatasi kesulitan guru dalam
mengajar. Untuk itulah kepala sekolah perlu memahami program dan strategi
pengajaran, sehingga ia mampu memberi bantuan kepada guru yang mengalami
kesulitan misalnya dalam menyusun program dan strategi pengajarnnya masingmasing.
Hasil-hasil penelitian Lipham (1985:129) berkaitan dengan kinerja kepala
sekolah menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah
yang memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran.
Komitmen yang kuat menggambarkan adanya kemauan dengan kemampuan
melakukan monitoring pada semua aktifitas personel sekolah. Misalnya dalam
pengajaran dilakukan dengan cara memonitor waktu-waktu dan proses pengajaran
dikelas, sehingga menjamin efektifitas pelaksanaan program pengajaran dan
layanan belajar yang berkualitas dikelas.
Berkaitan dengan tanggung jawab profesional kependidikan tersebut
paling tidak ada empat fase proses pembinaan pengajaran yang direkomendasikan
oleh Lipham (1985:135) yaitu (1) assessing program objectives, penilaian
terhadap sasaran program, kepala sekolah perlu menguji apakah program
pengajaran sudah sesuai kebutuhan belajar peserta didik; (2) planning program
improvement, perbaikan program-program yang direncanakan dengan cara
membentuk struktur kerja yang tepat.; (3) implementing program change,
melakukan program-program perubahan dengan cara memotivasi para guru untuk
menggunakan strategi pengajaran yang lebih menarik dan interaktif, memotivasi
stap sekolah bukan guru untuk memberikan layanan yang terbaik mendukung
lancarnya kegiatan belajar dan mengajar, dan memotivasi masyarakat sekitar
sekolah untuk memberi dukungan penuh terhadap program-program peningkatan
mutu pembelajaran disekolah dan sebagainya; dan (4) evaluation of program
change, melakukan evaluasi terhadap program-program apakah telah terjadi
perubahan dengan cara mengukur outcomes dari pengajaran yang telah dilakukan.
Tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah sebagai supervisor
(Hendiyat Soetopo dan Wasty 1998 : 42) bertugas mengatur seluruh aspek
kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat berjalan dengan lancar dan dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan target yang telah ditentukan. Adapun
aspek-aspek kurikulum tersebut, meliputi : a) Membantu guru-guru dalam me
rencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan program satuan pelajaran. b)
Membantu guru dalam menyusun kegiatan belajar mengajar. c) Membantu guru
dalam menilai proses dan hasil belajar mengajar. d) Membantu guru dalam
menilai hasil belajar siswa. e) Membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum
ke dalam pengajaran
Neagley, sebagaimana dikutip Made Pidarta (1997 : 67 ) menulis 10
(sepuluh) tugas supervisor sebagai berikut: a) Mengembangkan kurikulum
b) Mengorganisasi pengajaran c) Menyiapkan staf pengajaran. d) Menyiapkan
fasilitas belajar. e) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran. f) Menyelenggarakan
penataran-penataran guru. g) Memberikan konsultasi dan membina anggota staf
pengajar. h) Mengkoordinasi layanan terhadap para siswa. i) Mengembangkan
hubungan dengan masyarakat. j) Menilai pengajaran.
F. Kerangka Berfikir
Supervisi pembelajaran merupakan suatu jenis supervisi yang sangat
menuntut kemampuan seorang kepala sekolah dalam mengaplikasikannya dengan
baik. Kemampuan seorang kepala sekolah dalam mengaplikasikan tugas yang
berhubungan dengan supervisi pembelajaran sangat menentukan kompotensi yang
tinggi dari supervisor.
Untuk dapat mengaktualisasikan tugas yang berhubungan dengan
pelaksanaan supervisi pembelajaran seorang kepala sekolah perlu memahami
tahapan dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran mulai dari pra observasi,
observasi dan umpan balik agar prilaku guru dalam proses belajar mengajar secara
aspek diperbaiki secara intensif sehingga peningkatan kualitas pembelajaran
tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam kegiatan supervisi dilaksanakan pertemuan awal melalui pra
observasi kepala sekolah bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan
supervisi dikelas dengan titik aksentuasi pada kesulitan yang dihadapi guru dalam
mengajar. Tahapan perencanaan harus berlangsung dalam suasana manusiawi
sehingga guru akan terbuka dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam
pembelajaran dikelas.
Pada tahapan pelaksanaan yaitu berupa observasi kelas, kepala sekolah
mengadakan pengamatan berdasarkan kontrak yang telah disepakati. Dalam
kegiatan observasi mengajar ini kepala sekolah mengamati penampilan guru
dalam proses belajar mengajar. Hasil observasi kemudian dibahas secar bersamasama oleh guru dan supervisor dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Dalam
pertemuan
tersebut
guru
akan
mengetahui
kelemahan-
kelemahannya dalam mengajar, dan supervisor akan memberikan alternatifalternatif pemecahan agr kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi. Penerapan
supervisi pembelajaran secara optimal
oleh kepala sekolah dapat membantu
mengatasi kelemahan guru dalam mengajar sekaligus membantu peningkatan
profesionalismenya secara menyeluruh.
Download