BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Efekifitas Supervisi Pembelajaran Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan tingkat tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti, misalnya usaha X adalah 60% efektif dalam mencapai tujuan Y. Jadi pengertian efektivitas supervisi pembelajaran adalah pengaruh yang ditimbulkan/disebabkan oleh adanya suatu kegiatan supervisi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap kegiatan supervisi yang dilakukan. B. Konsep Dasar Supervisi Pembelajaran 1. Pengertian Supervisi pembelajaran Pengawasan dan supervisi merupakan dua istila yang merupakan terjemahan dari salah satu fungsi manajemen, yaitu fungsi controlling. Terdapat dua pandangan yang berbeda terhadap makna dua istila ini. Di satu sisi ada yang berpendapat bahwa kedua istila ini sama makna dan pendekatannya. Di sisi lain ada yang mengatakan istila pengawasan lebih bersifat otoriter atau direktif, sedangkan supervisi lebih bersifat demokratis. Istila-istila yang biasa digunakan di dalam lembaga pemerintah termasuk departemen pendidikan nasional adalah inspektorat, pengaeas, penilik, dan supervisor. Ditingkat pusat, fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Inspekturat Jendral, di tingkat profinsi dan tingkat kabupaten/kota disebut pengawas. Hanya saja dalam perkembangan terahir istila yang banyak digunakan adalah pengawas. Adapun orang orang yang melakukan pengawasan disebut pengawas/supervisor/ penyelia. Sekalipun berbagai istila yang digunakan dalam menjalankan fungsi controlling, tetapi yang perlu dipahami adalah fungsi controlling (pengawasan)itu sendiri dan cara pendekatannya serta keterkaitannya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Untuk itu, dalam rangka pengembangan wacana perlu dikemukakan secara ringkas tentang pengawasan yang memungkinkan prinsiprinsip demokrasi berjalan didalamnya. Secara etimologis supervisi (supervisi) berasal dari bahasa Ingris yang terdiri atas dua kata, yaitu super dan vision, super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. Dengan demikian, supervisi dalam pengertian sederhana bermakna melihat, meninjau atau melihat dari atas, yang dilakukan oleh atasan (pengawas/kepala sekolah) terhadap perwujudan kegiatan pembelajaran. Atas bermakna orang-orang yang memiliki kelebihan dari segi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman terhadap masalah-masalah yang akan dinilai dalam ha linin proses pembelajaran. Secara luas, Nawawi (1981:3) berpendapat bahwa supervisi pembelajaran diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru agar menjadi guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya, agar mampu meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar disekolah. Soetopo (1982:3) mendevinisikan supervisi pembelajaran sebagai usaha menstimulasi, mengoordinasi, dan membimbing pertumbuhan guru-guru disekolah, baik secara individual maupun kelompok, dengan tenggang rasa dan tindakan-tindakan pedagogis yang efektif sehingga mereka lebih mampu menstimulasi dan membimbing pertumbuhan masing-masing siswa agar lebih mampu berpartisifasi di dalam masyarakat yang demokratis. Sergiovanni (1988:4) mengartikan supervisi pembelajaran sebagai usaha mendorong, mengoordinasi, dan menstimulasi serta menuntun pertumbuhan guruguru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi pembelajaran. Boardman et. Menyebutkan Supervisi pembelajaran adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi modern. Dalam bukunya: Basic Principle of supervision, Adams dan Dickey (1959 :2) mendefinisikan supervisi pembelajaran adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal belajar dan mengajar. Dalam Dictionary of Education Good carter (1959) memberikan pengertian bahwa supervisi pembelajaran adalah usaha daris petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran,termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahkan pengajaran dan metode-metode serta evaluasi pengajaran Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan tersebut, dapat disimpulkan beberapa aspek penting supervisi, sebagai berikut: 1) Supervisi pembelajaran bersifat bantuan dan pelayanan kepada staf/guru, 2) Untuk pengembangan kualitas diri guru, 3) Untuk pengembangan professional guru, 4) Untuk memotifasi guru, 5) Untuk menstimulasi dan menyeleksi pertumbuhan jabatan guru. Aspek-aspek tersebut menuntut pengetahuan tentang konsep-konsep dan pendekatan supervisi yang ditunjang dengan kinerja akuntabilitas yang tinggi dari supervisor. Hal ini yang dimaksudkan agar kegiatan supervisi sebagai layanan professional dapat meningkatkan kompotensi guru dalam pembelajaran yang bermuara pada perwujudan hasil belajar peserta didik secara optimal. Dewasa ini, kegiatan supervisi oleh sebagian supervisor masih berorientasi pada pengawasan (kontrol) sehingga suasana kemitraan antara guru dan supervisor tidak tercipta dan bahkan guru secara psikologis merasa terbebani dengan fikiran akan dinilai. Padahal kegiatan supervisi akan efektif jika perasaan terbebas dari berbagai tekanan diganti dengan suasana pemberian layanan dan pemenuhan kebutuhan yang bersifat informal. Aspek lain yang mengakibatkan kegiatan supervisi menjadi kurang bermanfaat menurut Semiawan Imron (1996:5) adalah bahwa sistem supervisi kurang memadai dan sikap mental dari supervisor yang kurang sehat. Kurang memadainya sistem supervisi dipengaruhi ileh beberapa aspek, antara lain sebagai berikut: 1) Supervisi masih menekankan pada aspek administrasi dan mengabaikan aspek professional. 2) Tatap muka antara supervisor dan guru-guru sangat sedikit, 3) Supervisor banyak yang sudah lama tidak mengajar sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru, 4) Pada umumnya masih menggunakan jalur satu arah dari atas kebawah, 5) Potensi guru sebagai pembimbing kurang dimanfaatkan Jika dikaji dari sikap mental supervisor yang kurang sehat terlihat beberapa indikasi, berikut ini. 1) Hubungan professional yang kakuh dan kurang akrap akibat sikap otoriter dari supervisor sehingga guru takut bersifat terbuka kepada supervisor, 2) Banyak supervisor dan guru merasa sudah berpengalaman sehingga merasa tidak perlu lagi belajar. 3) Supervisor dan guru merasa cepat puas dengan jasil belajar siswa 2. Tujuan Supervisi Pembelajaran Supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan professional guru dalam proses dan hasil pembelajaran melalui pemberian layanan pembinaan professional kepada guru. Willes Imron (1996:6) mengatakan bahwa secara umum supervisi pembelajaran bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Adapun Nawai mengatakan bahwa supervisi pembelajaran bertujuan untuk menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan jika diperlukan untuk menunjukan kekurangankekurangan untuk diperbaiki sendiri. Tujuan utama supervisi pembelajaran adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990) Tujuan umum Supervisi pembelajaran adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar. Pembahasan secara rinci tentang tujuan supervisi pembelajaran dikemukakan oleh Rivai (1987:6) sebagai berikut. a. Membantu guru / staf agar lebih mengerti / menyadari tujuan-tujuan pendidi kan disekolah dan fungsi sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan itu. b. Untuk melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dala m rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional disekolah dan hubungan antar staf yang kooperatif untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan. c. Menemukan kemampuan dan kelebihan setiap guru /staf dan memanfaatkan serta mengembangkan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya. d. Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya didepan kelas. e. Membantu guru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal. f. Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-muridnya dan merencanakan tindakan-tindakan perbaikannya. g. Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru/staf yang diluar batas atau tidak wajar, baik tuntutan itu datangnya dari dalam sekolah maupun dari luar (masyarakat) Selain itu tujuan supervisi pembelajaran bukan menyodorkan suatu teori, tetapi menganjurkan sesuai kebutuhan dan untuk mengungkapkan beberapa karakteristik esensial teori. Supervisi pendidikan sebagai salah satu instrument yang dapat mengukur dan menjamin terpenuhinya kualitas penyelenggaraan pendidikan mampu menyelenggarakan pembelajaran tujuan untuk membantu guru untuk lebih memenuhi peranannyan disekolah dan memperbaiki caranya mengajar, kemudian membantu kepala sekolah memperbaiki manajemen sekolah. Bantuan yang diberikan tersebut akan meningkatkan kualitas situasi dan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan sekolah dan juga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Para ahli pendidikan mempunyai pandangan masing-masing mengenai tujuan supervisi pendidikan sesuai sudut pandang masing-masing, namun mereka sepakat tujuan inti dari supervisi pengajaran adalah membantu meningkatkan kualitas profesionalnya dalam mengajar. Glickman 1985:104) mengatakan tujuan supervisi pengajaran untuk membantu guru-guru mengajar bagaimana meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya, agar murid-muridnya dapat mewujudkan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Peter F. Olivia (1894:104) mengatakan tujuan supervisi pendidikan adalah (1) membantu guru dalam mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar; (2) menerjemahkan dan mengembangkan kurikulum dalam proses belajar mengaja; dan (3) membantu guru dalam mengembangkan staf sekolah. Penekanan penting dari tujuan supervisi ini adalah menjamin proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum dalam pembelajaran dan pengembangan staf semakin berkualitas. Sementara itu Sahertian dan Mataheru (1981:104) mengemukakan bahwa tujuan supervisi pengajaran (1) membantu para guru melihat dengan jela tujuan-tujuan pendidikan; (2) membantu para guru dalam membimbing pengalaman belajar; (3) membantu para guru menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar; (4) membantu para guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid; (5) para guru dalam menggunakan alat-alat, metode, dan model mengajar; (6) membantu para guru dalam menilai kemajuan muridmurid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri; (7) membantu para guru membina reaksi mental atau moral para guru dalam rangka pertumbuhan pribadi jabatannya; (8) membantu para guru disekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diembannya; (9) membantu para guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan smber belajar dari masyarakat dan seterusnya; dan (10) membantu para guru agar waktu dan tenaga guru dicurahkan sepenuhnya didalam membantu peserta didik belajar dan membina sekolah. Sedangkan Nawawi (1981:104) berpandangan bahwa tujuan supervisi adalah menolong para guru dengan kesadarannya sendiri, sehingga dapat berkembang dan tumbuh menjadi guru yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan tugas-tugasnya. Hariwung (1989:104) mengemukakan tujuan supervisi pengajaran adalah membantu guru untuk bertumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup mengajar dan kehidupan kelas, memperbaiki keterampilan mengajar dalam memperluas pengetahuan mereka serta menggunakan persiapan mengajar. Amatembun (1981:28) merumuskan tujuan-tujuan supervisi pendidikan dengan memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, sehingga dapat memebantu mencari dan menentukan kegiatan supervisi yang lebih efektif, yaitu kegiatan yang betul-betul dapat membantu guru mrningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas mengajar sebagai tugas utamanya. Dari pandangan para ahli pendidik diatas maka dapat ditegaskan bahwa tujuan supervisi pendidikan antara lain membantu guru-guru (1) mengembangkan proses belajar mengajar, lebih memahami mutu, pertumbuhan dan peranan sekolah; (2) menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar; (3) melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman belajar mengajar, menggunakan sumber dan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar dan nilai kemajuan belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri dengan mansyarakat, dan membina sekolah; dan (4) membantu mengembangkan professional guru dan staf sekolah. Mencermati pandangan para ahli mengenai tujuan-tujuan supervisi pendidikan, maka dapat ditegaskan bahwa seorang supervisor khususnya yang diperankan oleh pengawas sekolah, penting sekali baginya mempunyai kemampuan yang cukup dalam: (1) membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenaenya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu; (2) memperbesar kesanggupa kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didinya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat; (3) membantu kepala sekolah dan guru-guru mengadakan diagnosis secara krits terhadap aktifitas-aktifitasnya dan kesulitankesulitan belajar mengajar, serta menolong merencanakan perbaikan-perbaikan; (aktifitas-aktifitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar mengajar, serta menolong merencanakan perbaikan-perbaikan; (4) meningkatkan kesadara kepala sekolah dan guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratif dan koperatif, dengan memperbesar kesediaan untuk tolong menolong; (5) memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam bidang profesinya; (6) membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam pengembangan programprogram pendidikan; (7) melindungi orang-orang yang di supervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang sehat dari masyarakat; (8) membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktifitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktifitas perkembangan peserta didik; dan (9) mengembangkan “spirit the korps” guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru. Berkaitan dengan tujuan supervisi pembelajaran ini, tampaklah bahwa ada peran pengawas sekolah yang secara tegas membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu. Agar bantuan yang diberikan memenuhi kualitas yang dipersaratkan, maka dalam memberikan bantuan supervisor lebih dulu melakukan penilaian (evaluation) dengan jalan penelitian (research) dan merupakan usaha perbaikan (improvement) dalam berbagai aktifitasnya. Caranya, supervisor turut sebagai partisipan, sebagai pimpinan (leadership) dan menstimulasi kerja sama antar anggota. Focus tujuan ini adalah pada pencapaian tujuan pendidikan yang menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah. Dengan demikian secara umum tujuan supervisi pendidikan dapat dirumuskan adalah “untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam melaksanakan pengajaran”. Jadi dapat ditegaskan bahwa tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan situasi dan proses belajar mengajar berada dalam rangka mencapai tujuan sekolah dan juga mencapai tujuan pendidikan nasional. 3. Prinsip-Prinsip Supervisi pembelajaran Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan pembinaan dan menghalangi beragam masalah dan faktor-faktor penyebab dari masalah itu. Oleh karena itu, supervisor hendaknya bertumpuh pada prinsip-prinsip supervisi untuk dijadikan landasan, pegangan, dan pedoman bagi tindakan dan kebijakan yang akan diambilnya. Menurut Kadim Masaong (2010:16-17) Prisip-prinsip supervisi tersebut adalah sebagai berikut: a) Prinsip ilmiah (scientific) dengan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. b)Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana, dan kontinu. c) Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.d) Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. e) Demokratis, menjunjung tinggi atas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain. f) Kooperatif /kemitraan, seluruh staf dapat bekerja bersam a, mengembangkan usaha “menciptakan” situasi pembelajaran suasana kerja yang lebih kondusif. g) Konstruktif dan kreatif, membina insiatif staf/guru serta mendorong untuk aktif menciptakan suasana agar setiap orang merasa aman dan dapat mengembangkan potensi-potensinya. Sebagai bahan pertimbangan dapat disimak prinsip yang mengatur pelaksanaan supervisi yang dikemukakan oleh Sergiovini dan Starratt (1983:8) yakni (1) administrasi biasanya berkenaan dengan pemberian pasilitas material dan pelaksanaanya: (2) supervisi pendidikan biasanya berkenaan dengan perbaikan pembelajaran:(3) secara fungsional administrasi dan suvervisi tidak terpisakan satu sama lain, keduanya dalam sistem pendidikan saling berkoordinasi, saling melengkapi, saling berhubungan, dan mempertemukan fungsi-fungsinya dalam operasional pendidikan: (4) superpisi yang baik didasarkan pada filsafat, demokrasi, dan ilmu pengetahuan; (5) supervisi yang baik akan mengembangkan metode dan sikap ilmiah sejauh hal itu dapat diaplikasikankedalam proses social pendidikan yang dinamis, menggunakan ilmu pengetahuan dalam proses belajar dan pembelajaran; (6) supervisi yang baik akan mengembangkan proses pemecahan masalahyang dinamis yang mempelajari, memperbaiki, dan mengevaluasi proses dan produknya: (7) survisi yabg baik adalah yang kreatif, tidak preskriptif, dilaksanakan dengan tertib, direncanakan secara koperatif, dan dilakukan dalam rangkaian aktivitas: dan (8) supervisi yang baik dilakukan secara professional, dan penilain berdasarkan hasil yang berjanmin. Dilihat dari tujuannya menurut Sergionanni dan Starratt (1983:9) prinsipprinsip supervisi adalah (1) tujuan ahir supervisi adalah pertumbuhan murid sebagai pembinaan sumberdaya manusia dan pada ahirnya perbaikan masarakat: (2) tujuan umum supervisi pendidikan adalah menyuplai kepemimpinan dalam menjamin kelanjutan dan kekonstanan adaptasi ulang dalam program pendidikan melalui suatu tahun periode: dan (3) tujuan jangka menengah supervisi adalah kerjasama untuk mengembangkan suasana yang menyenangkan bagi pembelajaran. Artinya pelaksanan supervisi menggunakan metode-metode yang efektif dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan juga kualitas pengjaran dan kualitas belajar murid. Prinsip ini sesuai dengan pandangan John Lovell dan Robert Alfonso (1975:96) bahwa supevisi itu pada prisifnya adalah suatu sistim perilaku pengajaran yang berinteraksi dengan konseling sekolah, pengajaran, administrasi, dan sistem perilaku siswa dengan ciri kesederhanaan dan kesehajaan. Jika dicermati prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan pengajaran tersebut memberi makna bahwa supervisi dilaksanakan secara demokratis yang berarti menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu maupun kelompok dalam aktifitas pembelajaran. Selain prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, Rivai (1981:17) membagi prinsip supervisi atas dua bagian, yaitu prinsip positif dan prinsif negatif. 1. Prinsip-prinsip positif Adapun prinsip-prinsip positif sebagai berikut: a) Supervisi harus konstruktif dan kreatif, b) Supervisi harus lebih berdasarkan pada sumber kolektif dari kelompok dari pada usaha-uasaha supervisi sendiri, c) Supervisi harus didasarkan atas hubungan professional, bukan atas dasar hubungan pribadi, d) Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan pada yang dipimpin, e) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada anggota-anggota kelompoknya, f) Supervisi harus progresif, g) Supervisi harus didasarkan pada keadaan yang riil dan sebenarnya, h)Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya, i) Supervisi harus objektif dan sanggup mengadakan self evaluation. 2. Prinsip-prinsip negatif Sedangkan prinsip-prinsip negatif adalah: a) tidak boleh bersifat mendesak/direktif, b) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat/kedudukan atau atas dasar kekuasaan pribadi, c) Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran (the ultimate educative goals), d) Supervisi tidak boleh terlalu banyak mengenai soal-soal yang mendetail mengenai cara-cara mengajar dan bahan pengajaran, e) Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan dan kekurangan staf/guru, h) Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil dan lekas kecewa. Dari pendapat-pendapat diatas tentang prinsip-prinsip supervisi peneliti dapat menarik kesimpulan yaitu, karena prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi, maka hal itu mendapat perhatian yang sungguhsungguh dari para supervisor, baik dalam konteks hubungan supervisor-guru, maupun di dalam proses pelaksanaan supervisi. 4. Fungsi Supervisi pembelajaran Supervisi pembelajaran berfungsi untuk memperbaiki situasi pembelajaran melalui pembinaan kemampuan guru. Briggs (dalam sahertian, 1986:16) menyebutkan fungsi supervisi sebagai upaya mengkoordinasi, menstimulasi, dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Adapun Swearingen mengemukakan delapan fungsi utama supervisi pendidikan, sebagai berikut: (1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah, (2) Melengkapi kepemimpinan sekolah, (3) Memperluas pengalaman guru-guru/staf, (4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, (5) Memberikan fasilitas dan penilaian yang kontinu, (6)Menganalisis situasi belajar mengajar, (7) Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf, (8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan staf dan kemampuan mengajar guru Supervisi pendidikan mempunyai fungsi penilaian (evaluation) yaitu penilaian kinerja guru dengan jalan penelitian (research) yaitu pengumpulan informasi dan fakta-fakta mengenai kinerja guru dengan cara melakukan penelitian. Kegiatan evaluasi dan research ini merupakan usaha perbaikan (improvement), sehingga berdasarkan data dan informasi yang diperoleh oleh supervisor dapat dilakukan perbaikan kinerja guru sebagaimana mestinya dan ahirnya dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Masih berkaitan dengan fungsi supervisi pendidikan, menurut Swearingen merinci fungsi supervisi sebagai berikut (1) mengoordinasikan semua usaha sekolah; (2) melengkapi kepemimpinan kepala sekolah; (3) memperluas pengalaman guru; (4) menstimulasi usaha-usaha yang kreatif dalam pengajaran; (5) memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus; (6) menganalisis situasi belajar mengajar; (7) memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf; dan (8) mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru mengajar (Sahertian dan Mataheru, 1981:106). Lebih lanjut menurut Wiles dan Lovel (1975:106) ada tujuh fungsi supervisi pengajaran, yaitu (1) pengembangan tujuan; (2) pengembangan program; (3) koordinasi dan pengawasan; (4) motivasi;(5) pemecahan masalah; (6) pengembangan profesional; (7) penilaian keluaran pendidikan. Hal pokok disini adalah mengoordinir semua usaha sekolah dalam mengembangkan program untuk mencapai tujuan, kegiatan ini tentu akan lebih banyak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor dan pengawas sekolah sebagai supervisor. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa fungsi dan spesifikasi supervisi pengajaran adalah memberikan pelayanan supervisi pengajaran kepada guru untuk menumbuhkan proses belajar mengajar yang berkualitas baik, menyenangkan, inovatif dan dapat menjaga keseimbangan pelaksanaan tugas staf mengajar. Fungsi dan tugas supervisor tersebut memberi petunjuk bahwa manajemen pendidikan pada intinyaadalah mengelolah pembelajaran dan memberikan layanan belajar yang berkualitas. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran memenuhi kualitas yang dipersaratkan, maka peran kepala sekolah secara otomatis berfungsi sebagai supervisor, dibantu oleh para supervisor (pengawas sekolah) yang ditunjuk oleh pemerintah. Tanggung jawab mereka sebagai supervisor adalah memajukan pengajaran dan menjamin kualitas pelayanan belajar memenuhi standar yang dipersyaratkan, dan melakukan kegiatan administrasi dengan terkontrol baik dan benar. Fungsi-fungsi utama supervisi harus dijalankan agar tujuannya dapat tercapai secara optimal dengan cara: 1) Menetapkan masalah yang betul-betul mendesak untuk ditanggulangi, yang sebelumnya mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut, kuesioner, dan sebagainya.; 2) Menyelenggarakan inspeksi, yaitu sebelum memberikan pelayanan kepada guru, supervisor lebih dulu perlu mengadakan inspeksi sebagai usaha mensurvai seluruh sistem pendidikan yang ada, guna menemukan masalahmasalah, kekurangan-kekurangan baik pada guru maupun murid, perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode pengajaran, da perangkat lain sekitar proses pembelajaran dengan menghimpun data yang aktual, bukan informasi yang kadaluarsa; 3) Penilaian data informasi hasil inspeksi yang telah dihimpun diolah sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku dalam penelitian. Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedeur yang efektif dalam memberi pertimbangan bantuan mengajar, sampai pada taraf supervisi dipandang telah memberi solusi problematika pembelajaran yang memuaskan bagi guru. Langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian kegiatan supervisi adalah (a) menemukan masalah yang ada pada situasi pembelajaran, (b) mencari dan menentukan teknik pemecahan masalah yang dipandang efektif, (c) menyusun alternatif program perbaikan, (d) mencoba cara baru dengan melakukan inovasi pendekatan pembelajaran, dan (e) merumuskan dan menentukan pola perbaikan yang lebih standar untuk pemakaian yang lebih luas; 4) Penilaian, yaitu usaha mengetahui segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, perencanaan dan program, penyelenggaraan, dan evaluasi hasil pengajaran. Dari kesimpulannya, maka supervisor harus melaksanakan penilaian terhadap situasi tersebut, tidak memfokuskan pada hal negatif saja, tetapi juga hal yang dinyatakan sebagai kemajuan; 5) Latihan, yaitu berdasarkan hasil penelitian dan penilaian mungkin ditemukan hal-hal yang dirasa kurang dilihat dari kemampuan guru terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan pengajaran. Kekurangan itu diatasi dengan mengadakan pelatihan sebagai pemecahan atas masalah-masalah yang dihadapi sesuai kebutuhan dan keperluannya, serta untuk memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan dan atau peningkatan kualitas pembelajaran. Bentuknya dapat berupa lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi, atau cara lainnya dipandang efektif; dan 6) Pembinaan atau pengembangan, yaitu kelajutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara baru untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara baru. 5. Teknik Supervisi pembelajaran Teknik-teknik supervisi yang digunakan oleh supervisor bukan berdasarkan jenis dan model teknik yang digunakan, tetapi berdasarkan masalahmasalah pokok yang dihadapi oleh guru yang harus diperbaiki dalam mengajar. Teknik supervisi yang digunakan oleh supervisor tergantung pada masalah dan tantangan apa yang dihadapi pendidik dalam kegiatan dalam mengajar. Seperti masalah yang berkaitan dengan menyusun dokumen pengajaran yaitu mengelaborasi standar isi menjadi silabus yang sering dikenal dengan penyusunan silabus atau kurikulum, menyusun rencana pembelajaran, menyusun evaluasi hasil belajar menggunakan tes yang standar, menyusun kontrak belajar, dan dokumen pengajaran lainnya yang diperlukan oleh pendidik melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sahertian dan Mataheru (1981:173) menyebutkan teknik supervisi pembelajara terdiri atas: (1 ) teknik kelompok diterapkan jika banyak guru mengalami masalah yang sama pada mata pelajaran yang sama atau berbeda. Teknik yang dapat diterapkan antara lain: a) rapat para guru; b) workshop; c)seminar; d) kepemimpinan; e) konseling kelompok; f) bulletin board; g) melaksanakan karya wisata; h) questionaire; dan i) penataran atau penyegaran. (2) teknik perorangan atau individual dipergunakan apabila masalah khusus yang dihadapi seorang guru meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik yang dapat digunakanantara lain: a) orientasi guru baru; b) kunjungan kelas; c) individual conference atau pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru bersangkutan; d) kunjungan rumah; e) intervisitation atau saling mengunjungi. 1. Teknik Supervisi Individual Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor atau pengawas hanya berhadapan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: a. Kunjungan Kelas Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan kelas ini adalah untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, pengawas akan membantu permasalahan yang dialaminya.kunjungan kelas dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bias juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri. Dalam melaksanakan kunjungan kelas, terdapat tiga tahap, yaitu: (1) Tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas, (2) Tahap pengamatan, yaitu menga mati jalannya proses pembelajaran berlangsung, (3) Tahap akhir kunjungan, pada tahap akhir ini pengawas bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, setelah itu dilakukan tindak lanjut. Ada beberapa criteria kunjungan kelas yang baik, yaitu; ( a) Memiliki tujuan-tujuan tertentu. (b) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru. (c) Menggunakan instrument observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif. (d) Terjadi interaksi antara Pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian. (e) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar. (f) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut. b. Observasi Kelas Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitankesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum yang diamati selama proses pembelajaran adalah: a) Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran. b) Cara penggunaan media pengajaran. c) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar. d) Keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya. Dalam pelaksanaan observasi kelas dilakukan beberapa tahap, yaitu: (1) Persiapan observasi kelas. (2) Pelaksanaan observasi kelas. (3) Penutupan pelaksanaan observasi kelas. (4) Penilaian hasil observasi. (5) Tindak lanjut. c. Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara Pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan professional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan masalah yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan. d. Kunjungan Antar Kelas (inter visitasi) Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Melalui kunjungan antarkelas ini diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya. Agar kunjungan antarkelas ini dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat, maka harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain: (1) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Diupayakan agar mencari guru yang berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman baru bagi guruguru yang akan mengunjungi, (2) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi, (3) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas, (4) Supervisor/pengawas hendaknya mengikuti acara ini denbgan cermat. Amatilah apa-apa yang ditampilakn secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu, (5) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Missal, dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu, (6) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi, (7) Adakan perjanjianperjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya. e. Menilai diri Sendiri Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Dengan demikian guru akan terdorong untuk mengembangkan diri secara professional. Ada beberapa cara/alat untuk menilai diri sendiri yaitu: a) Buat suatu pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas (buat dalam bentuk pertanyaan bias pertanyaan tertutup atau terbuka dan tidak perlu menyebut nama). b) Menganalisis tes-tes terhadap unit kerja. c) Mencatat murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok. 2. Teknik Supervisi Kelompok Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi. Sahertian, (2008 : 86 ) Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik supervisi yang bersifat kelompok yang dielaborasi dari pendapat para ahli supervisi pendidikan antara lain adalah Pertemuan orientasi merupakan pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki ruang kerja yang baru, rapat guru yang bertujuan untuk membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan disekolah, supervisi sebaya merupakan sejumlah guru yang berhadapan dengan supervisor, teknik diskusi kelompok (group discusion). merupakan suatu pertukaran fikiran atau pendapat melalui proses percakapan antara dua atau lebih individu tentang suatu masalah untuk dicari alternative pemecahannya, Seminar, merupakan pertemuan ilmiah untuk menyajikan karya tulis baik berupa makalah maupun hasil-hasil penelitian, Workshop (Lokakarya), dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang mempunyai masalah yang relatif sama ingin dipecahkan bersama melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perseorangan, tukar menukar pengalaman (sharing of experience). Suatu teknik perjumpaan dimana guru saling memberi dan menerima, saling belajar satu dan lainnya, simposium (simposium) adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan itu ada beberapa pembicara menyampaikan fikirannya secara singkat mengenai suatu topik pendidikan, atau topik-topik yang berkaitan dengan problematika mengajar. 6. Bentuk Proses Supervisi pembelajaran Supervisi pembelajaran merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan pendidikan. Proses supervisi pembelajaran terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya pengajaran. Supervisi pembelajaran oleh Lovell dan Wiles (1983:171) sering disamakan sebagai susunan model dengan langkah tertentu atau sebagai satu susunan proses pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahap. Goldhammaer dan kawan-kawan (1980, pp.31-44) mendefinisikan lima langkah supervisi pembelajaran (1) pertemuan praobservasi antara supervisor dengan guru (2) melakukan observasi saat guru mengajar dikelas; (3) strategi dan analisa menggunakan instrument yang telah disepakati bersama; (4) melakukan pertemuan supervisi setelah melakukan pengamatan terhadap guru saat mengajar dikelas, dalam pertemuan ini dibahas umpan balik dan alternative pemecahan masalah yang ditemukan; dan (5) analisa sesudah pertemuan sekaligus merumuskan solusi yang dapat mengatasi kesulitan guru dalam mengajr. Cogan (1973.pp.10-13) mendefinisikan delapan fase supervisi pembelajaran dalam bentuk tahap-tahap yaitu: (1) membangun hubungan antara guru dan pengawas untuk mencapai kesepakatan tertentu; (2) membuat perencanaan dengan guru apa saja ynag dilakukan; (4) menginstrusikan observasi sebagai umpan balik; (5) menganalisis proses pembelajaran yang dilakukan guru; (6) merencanakan strategi pertemuan; (7) pertemuan dan tahap; (8) memperbaharui/mengulang perencanaan. Ada lima bentuk proses supervisi pembelajaran yang kita ketahui, yaitu: (1) Supervisi korektif, adalah suatu bentuk bimbingan dan bantuan yang berkaitan dengan upaya perbaikan (koreksi); (2) Supervisi Preventif, kegiatan bimbingan dan bantuan dalam rangka mengantisipasi suatu dampak (bisa kebijakan, ataupun kondisi) agar efektivitas pencapaian tujuan bisa dicapai, (3) Supervisi Konstruktif, adalah suatu kegiatan supervisi yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu operasionalisasi pencapaian tujuan pendidikan menjadi lebih baik dan lengkap, (4) Supervisi Kooperatif, adalah bentuk supervisi yang dilakukan bersama antara supervisor dengan guru. Satu sama lain memiliki insiatif untuk memperbaiki proses, meningkatkan kualitas, dan produktivitas, (5) Supervisi Kreatif, bentuk supervisi yang mencoba mengembangkan hal yang betul-betul baru, inovatif. C. Perencanaan Supervisi Pembelajaran 1. Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan supervisi pembelajaran a. Tidak ada rencana yang standar untuk supervisi Setiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan yang berbeda, memerlukan bantuan yang berbeda dari guru-guru lainnya dalam keadaan yang tidak sama dengan guru-guru lainnya. Supervisi merupakan usaha untuk membantu guru meningkatkan kemampuan dan penampilannya, sesuai dengan kebutuhan dalam sitiasi bekerjanya. Karena itu setiap bantuan harus diberikan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan situasi tersebut. b. Perencanaan supervisi memerlukan kreatifitas Supervisi tidak dapat direncanakan dan dilaksanakan menurut satu pola tertentu yang dapat diberlakukan untuk segala macam tujuan dan keadaan.setiap sekolah mempunyai situasi tersendiri dengan keadaan yang berbeda dan masalah yang berlainan. Peningkatan pendidikan disekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan murid-murid dengan tujuan khusus sekolah itu,dengan keadaan dan kemamapuan anggota-anggota stafnya,dengan kemampuan sekolah untuk mengadakan fasilitas yang diperlukan. c. perencanaan supervisi harus komprehensif Usaha peningkatan kegiatan belajar mengajar mencakup berbagai segi yang sukar dipisah-pisahkan. Guru, alat, metode, keadaan fisik, murid, sikap kepala sekolah, semuanya itu bersangkut paut dan saling memengaruhi. Supervisor harus dapat mengatur kegiatan supervisinya agar tujuan-tujuan dapat tercapai sebaik-baiknya, satu per satu, secara berurutan, dan bertahap. Setiap tahapan yang dicapai harus berada dalam rangka pencapaian tujuan yang lebih jauh lagi. Semua segi-segi dan tahapan yang dicapai harus merupakan satu keseluruhan, suatu kesatuan yang utuh. Karena itu, perencanaannya harus bersifat komprehensif, yaitu bersifat menyeluruh dan memerhatikan semua segi-segi dari proses belajar mengajar,meskipun dalam pencapaiannya harus bertahap. d. Perencanaan supervisi harus kooperatif Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan supervisi seorang supervisor akan memerlukan bantuan orang lain, anggota staf yang lainnya, dan karena itu dalam perencanaannya pun diperlukan bantuan dari orang-orang yang kemudian akan turut dalam pelaksanaannya, lagi pula untuk menyusun rencana yang komprehensif, diperlukan pengetahuan dan pandangan luas yang mencakup semua segi-segi proses belajar mengajar. Karena itu pulalah perencanaan supervisi harus kooperatif, mengikutsertakan sebanyak mungkin pihak-pihak yang berhubungan dengan proses belajar mengajar disekolah. e. Perencanaan supervisi harus pleksibel Rencana supervisi harus memberikan kebebasan untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan keadaan dan perubahan yang terjadi. Sifat perencanaan yang pleksibel ini tidak berarti bahwa tujuan yang dirumuskan dalam rencana tidak jelas dan tidak konkret. Tujuannyan harus jelas dan konkret, terperinci, dan cara-cara penyampaiannya harus diperhitungkan dengan seksama. 2. Faktor- faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi Berbagai pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam penyusunan rencana supervisi yang efektif. Hal-al yang diperlukan dalam perencanaan supervisi adalah sebagai berikut. a. kejelasan tujuan pendidikan Faktor yang penting perlu disadari sejelas-jelasnya oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah apa yang harus dicapai oleh murid-muridnya disekolah. Semua tindakan disekolahnya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya. Demikian pula bantuan yang diberikan kepada guru-gurunya usaha peningkatan kemampuan guru-guru, semua itu adalah untk membantu murid-muridnya mencapai tujuan pendidikan disekolah. Karena itu, tujuan pendidikan disekolah harus jelas bagi kepala sekolah dan guru-guru. Kejelasan itu akan meningkatkan perkembangan profesional kepala sekolah dan guru-gurunya. b. Pengetahuan tentang mengajar yang efektif Perhatian pokok seorang supervisor adalah peningkatan proses belajar mengajar dan hasil mengajar muridnya. Karena itu kepala sekolah sebagai supervisor harus benar-benar menguasai prinsip-prinsip yang dipakai dalam proses belajar mengajar, harus dapat memilih dan menggunakan metode yang sesuai untuk mengaktifkan murid belajar. Dengan kata lain, seorang supervisor haruslah seorang guru yang baik, yang dapat dan selalu ingin mengajar dengan baik. Kepala sekolah harus menyadari bahwa kegiatan supervisi apapun, apakah peran guru dalam bidang studi tertentu atau usaha peningkatan penampilan guru didepan kelas, akhirnya harus menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih baik. Akhirnya kegiatan supervisi harus sampai pada penggunaan metode belajar yang lebih baik dan lebih efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar muridnya. Rencana supervisi tidak akan memadai jika tidak dilandasi dengan pengetahuan tentang mengajar yang efektif. c. Pengetahuan tentang anak (peserta didik) Perencanaan supervisi harus didasari pengetahuan tentang anak. Supervisor dan guru harus mengetahui benar, kebutuhan anak pada umumnya, perbedaan kebutuhan pada setiap anak masing-masing, kemampuan anak pada umumnya dan perbedaan yang terdapat pada anak-anak yang berbeda-beda, dan sebagainya. Tujuan akhir supervisi bukan hanya meningkatkan kemampuan guru, tetapi peningkatan kegiatan belajar dan hasil belajar murid. d. Pengetahuan tentang guru Guru adalah peserta dan teman usaha supervisor untuk meningkatkan situasi belajar mengajar dan hasil belajar murid. Peningkatan belajar dilaksanakan melalui guru-gurunya. Untuk dapat bekerja sama secara efektif, supervisor harus benar-benar mengenal guru-guru yang diajak bekerja sama itu. Supervisor harus mengetahui dimana kemampuan dan ketidak kemampuan guru, apa kebutuhannya untuk menjadi guru yang lebih baik. Kegiatan supervisi yang direncanakan harus didasarkan pada kemampuan, minat, dan kebutuhan guru. Untuk itu perlu juga diketahui pandangan dan sikap guru terhadap pendidikan, terhadap tugasnya sebagai pendidik, dan sikapnya terhadap masarakat. e. pengetahuan tentang sumber-sumber potensi untuk kegiatan supervisi Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang diperlukan dan apa yang harus digunakan, tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya, siapa yang diikut sertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa biaya yang diperlukan dan sebagainya. Rencana tidak akan dapat dilaksanakan, jika semua fasilitas, alat, biaya, dan manusia yang disebut dalam rencana itu, tidak dapat diadakan pada waktu yang diperlukan. Karena itu, supervisor bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga harus mengetahui bagaimana dapat memperoleh yang diperlukan itu, dari mana sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya. f. kemampuan memperhitungka faktor waktu Supervisi memerlukan waktu, kadang-kadang cukup lama, bergantung pada tujuan yang akan dicapai dan situasi serta kondisinya. Penyusunan rencana oleh supervisor tidak boleh mengabaikan faktor waktu. Ia tidak boleh terlalu cepat menentukan batas waktu untuk suatu kegiatan yang sifatnya jangka panjang. Diapun harus berani mengahiri kegiatan tertentu jika dinggapnya sudah harus menghasilkan sesuatu. Seorang administrator, sebaiknya adalah kepala sekolah yang melaksanakan supervisi dan juga berpegang pada jadwal tertentu. Namun, jika kita harus selalu menyadari bahwa kitalah yang mengatur waktu, dan bukan kita yang diatur. D. Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Prosedur supervisi pembelajaran berlangsung dalam suatu proses berbentuk siklus, terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan lanjutan. a. Tahap Pertemuan Pendahuluan Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama guru, kemudian menterjemahkannya kedalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung. Suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor dan guru sebagai mitra didalam suasana kerja sama yang harmonis. Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu: 1) Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum langkah -langkah selanjutnya dibica rakan. 2) Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran. 3) Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati. 4) Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya. 5) Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan bersama antara guru dan supervisor. b. Tahap Pengamatan/Observasi Mengajar Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Di pihak lain supervisor mengamati dan mencatat atau merekam tingkah laku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa. Kunjungan dan observasi yang dilaksanakan supervisor bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi tersebut antara lain dapat: (1) Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut, (2) Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran; (3) Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, (4) Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan program pembinaan profesinal secara terinci; (5) Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik; serta (6) Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar-mengajar. Dalam proses pelaksanaannya, supervisor seharusnya memperhatikan halhal sebagai berikut: (1) Menciptakan situasi yang wajar, mengambil tempat didalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru, (2) Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting, (3) Bukan melihat kelemahan, m elainkan melihat bagaimana memperbaikinya, (4) Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar. c. Tahap Pertemuan Lanjutan Sebelum pertemuan lanjutan dilaksanakan supervisor mengadakan analisis pendahuluan tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini. Dalam hal ini supervisor harus mengusahakan data yang obyektif, menganalisis dan menginterpretsikan secara koperatif dengan guru tentang apa yang telah berlangsung dalam mengajar. Setelah melakukan kunjuangan dan observasi kelas, maka supervisor seharusnya dapat menganalisis data-data yang diperolehnya tersebut untuk diolah dan dikaji yang dapat dijadikan pedoman dan rujukan pembinaan dan peningkatan guru-guru selanjutnya. Masalah-masalah professional yang berhasil diidentifikasi selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut dengan maksud untuk memahami esensi masalah yang sesungguhnya dan faktor-faktor penyebabnya, selanjutnya masalahmasalah tersebut diklasifikasi dengan maksud untuk menemukan masalah yang mana yang dihadapi oleh kebanyakan guru di sekolah atau di wilayah itu. Ketepatan dan kehati-hatian supervisor dalam menimbang suatu masalah akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembinaan professional guru yang bersangkutan selanjutnya. Dalam proses pengkajian terhadap berbagai cara pemecahan yang mungkin dilakukan, setiap alternatif pemecahan masalah dipelajari kemungkinan keterlaksanaannya dengan cara mempertimbangkan factor-faktor peluang yang dimiliki, seperti fasilitas dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi. Alternatif pemecahan masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling mungkin dilakukan, dalam arti lebih banyak faktor-faktor pendukungnya dibandingkan dengan kendala yang dihadapi. Disamping itu, alternatif pemecahan yang terbaik memiliki nilai tambah yang paling besar bagi peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Langkah-langkah utama pada tahap pertemuan lanjutan adalah: (1) Me nanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan. (2) Mengkaji ulang tujuan pelajaran. (3) Mengkaji ulang target keterampilan serta perhatian utama guru. (4) Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya. (5) Menunjukan serta mengkaji data). (6) Menanyakan perasaan bersama guru guru setelah hasil observasi melihat (Rekaman rekaman data tersebut. (7) Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target tercapai. (8) Menentukan guru dan apa bersama-sama yang dan sebenarnya mendorong terjadi guru atau untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya. E. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Implementasi model manajemen berbasis sekolah (MBS) bertujuan menjamin semakin rendahnya control pemerintah pusat dan rendahnya intervensi pemerintah daerah kesekolah. Rendahnya intervensi ini, dimaksudkan agar otonomi sekolah semakin meningkat untuk mengembangkan kreatifitas, berinovasi dan menentukan sendiri apa yang perlu dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dan mengelola sumberdaya yang ada disekolah. Lebih spesifik lagi bahwa tujun MBS (1) menjamin terselenggarakannya layanan belajar bermutu; (2)meningkatkan kualitas transfer ilmu pengetahuan; (3) memantapkan kemandirian, kreatifitas, insiatif, dan inovatif; (4) meningkatkan kepedulian warga sekolah, masyarakat, dan stakeholder mewujudkan sekolah yang efektif dan berkualitas; (5) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat tentang mutu; dan (6) meningkatkan kompetitif yang sehat antar sekolah yang sejenis. Konsep kepala sekolah sebagai supervisor menunjukan adanya perbaikan pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya, perbaikan ini tampak setelah dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan mengatasi kesulitan guru dalam mengajar. Untuk itulah kepala sekolah perlu memahami program dan strategi pengajaran, sehingga ia mampu memberi bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan misalnya dalam menyusun program dan strategi pengajarnnya masingmasing. Hasil-hasil penelitian Lipham (1985:129) berkaitan dengan kinerja kepala sekolah menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran. Komitmen yang kuat menggambarkan adanya kemauan dengan kemampuan melakukan monitoring pada semua aktifitas personel sekolah. Misalnya dalam pengajaran dilakukan dengan cara memonitor waktu-waktu dan proses pengajaran dikelas, sehingga menjamin efektifitas pelaksanaan program pengajaran dan layanan belajar yang berkualitas dikelas. Berkaitan dengan tanggung jawab profesional kependidikan tersebut paling tidak ada empat fase proses pembinaan pengajaran yang direkomendasikan oleh Lipham (1985:135) yaitu (1) assessing program objectives, penilaian terhadap sasaran program, kepala sekolah perlu menguji apakah program pengajaran sudah sesuai kebutuhan belajar peserta didik; (2) planning program improvement, perbaikan program-program yang direncanakan dengan cara membentuk struktur kerja yang tepat.; (3) implementing program change, melakukan program-program perubahan dengan cara memotivasi para guru untuk menggunakan strategi pengajaran yang lebih menarik dan interaktif, memotivasi stap sekolah bukan guru untuk memberikan layanan yang terbaik mendukung lancarnya kegiatan belajar dan mengajar, dan memotivasi masyarakat sekitar sekolah untuk memberi dukungan penuh terhadap program-program peningkatan mutu pembelajaran disekolah dan sebagainya; dan (4) evaluation of program change, melakukan evaluasi terhadap program-program apakah telah terjadi perubahan dengan cara mengukur outcomes dari pengajaran yang telah dilakukan. Tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah sebagai supervisor (Hendiyat Soetopo dan Wasty 1998 : 42) bertugas mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan target yang telah ditentukan. Adapun aspek-aspek kurikulum tersebut, meliputi : a) Membantu guru-guru dalam me rencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan program satuan pelajaran. b) Membantu guru dalam menyusun kegiatan belajar mengajar. c) Membantu guru dalam menilai proses dan hasil belajar mengajar. d) Membantu guru dalam menilai hasil belajar siswa. e) Membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum ke dalam pengajaran Neagley, sebagaimana dikutip Made Pidarta (1997 : 67 ) menulis 10 (sepuluh) tugas supervisor sebagai berikut: a) Mengembangkan kurikulum b) Mengorganisasi pengajaran c) Menyiapkan staf pengajaran. d) Menyiapkan fasilitas belajar. e) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran. f) Menyelenggarakan penataran-penataran guru. g) Memberikan konsultasi dan membina anggota staf pengajar. h) Mengkoordinasi layanan terhadap para siswa. i) Mengembangkan hubungan dengan masyarakat. j) Menilai pengajaran. F. Kerangka Berfikir Supervisi pembelajaran merupakan suatu jenis supervisi yang sangat menuntut kemampuan seorang kepala sekolah dalam mengaplikasikannya dengan baik. Kemampuan seorang kepala sekolah dalam mengaplikasikan tugas yang berhubungan dengan supervisi pembelajaran sangat menentukan kompotensi yang tinggi dari supervisor. Untuk dapat mengaktualisasikan tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi pembelajaran seorang kepala sekolah perlu memahami tahapan dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran mulai dari pra observasi, observasi dan umpan balik agar prilaku guru dalam proses belajar mengajar secara aspek diperbaiki secara intensif sehingga peningkatan kualitas pembelajaran tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam kegiatan supervisi dilaksanakan pertemuan awal melalui pra observasi kepala sekolah bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan supervisi dikelas dengan titik aksentuasi pada kesulitan yang dihadapi guru dalam mengajar. Tahapan perencanaan harus berlangsung dalam suasana manusiawi sehingga guru akan terbuka dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam pembelajaran dikelas. Pada tahapan pelaksanaan yaitu berupa observasi kelas, kepala sekolah mengadakan pengamatan berdasarkan kontrak yang telah disepakati. Dalam kegiatan observasi mengajar ini kepala sekolah mengamati penampilan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil observasi kemudian dibahas secar bersamasama oleh guru dan supervisor dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Dalam pertemuan tersebut guru akan mengetahui kelemahan- kelemahannya dalam mengajar, dan supervisor akan memberikan alternatifalternatif pemecahan agr kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi. Penerapan supervisi pembelajaran secara optimal oleh kepala sekolah dapat membantu mengatasi kelemahan guru dalam mengajar sekaligus membantu peningkatan profesionalismenya secara menyeluruh.