Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut perusahaan
untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Terwujudnya efisiensi bagi
perusahaan sangat bergantung pada kemampuan manajer dalam melaksanakan
fungsi-fungsinya yaitu perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian berbagai
aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Salah satu pelaku usaha yang terlibat dalam persaingan bisnis adalah
perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi
sorotan saat ini adalah BUMN. Badan Usaha Milik Negara ini merupakan salah
satu penyumbang bagi perekonomian nasional dan penerimaan negara pada
khususnya. Hal ini ditegaskan dalam UU RI No.13 tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara.
Terdapat beberapa perusahaan pada Badan Usaha Milik Negara di
Indonesia antara lain Perusahaan Perseroan, Perusahaan Umum, Perusahaan
Jawatan. Salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa dan
telekomunikasi pos dan giro adalah PT Pos Indonesia (Persero). PT. Pos
Indonesia (Persero) Bandung adalah salah satu Badan Usaha Milik Nergara
(BUMN) yang bergerak di bidang pos yang memberikan pelayanan jasa dengan
cakupan nasional dan internasional. Untuk itu dibutuhkan dan diperlukan
karyawan yang berkompeten diberbagai bidangnya. Hal ini disebabkan karena
1
2
tugas jasa pelayanan pos dan produk-produk pelayanan lainnya yang diberikan
oleh PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung sangat kompleks.
Disisi lain perusahaan juga harus memperhatikan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki karyawan dengan terus berusaha mengarahkan,
membina, dan mengembangkan karyawan di dalam bekerja. Salah satu cara yang
dapat dilakukan perusahaan adalah dengan terus meningkatkan motivasi karyawan
agar dapat bekerja optimal dan memberikan kontribusi yang maksimal dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Tentunya setiap karyawan dituntut untuk dapat
bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan baik sehingga mampu
menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dengan munculnya pesaingpesaing dibidang yang sama.
Rasa tidak puas akibat rendahnya motivasi kerja bisa menyebabkan
kemangkiran, ketidakhadiran meningkat, keterlambatan, mengeluh dalam bekerja,
kurang
penghargaan
terhadap
perusahaan
dan
sebagainya.
Hal
ini
menggambarkan bahwa ketidakpuasan akan kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat
berpengaruh terhadap motivasi kerja seseorang. Namun dalam pengaplikasiannya
proses memotivasi karyawan bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
terkadang perusahaan mengalami kesulitan dalam upaya peningkatan motivasi
kerja karyawan seperti yang diungkap oleh Hasibuan (2010:93) yang mengatakan:
“memotivasi ini sangat sulit karena pimpinan sulit untuk mengetahui kebutuhan
(needs) dan keinginan (wants) yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaannya.
Para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan motivasi kerja, keamanan,
kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi dalam suatu organisasi. Hal
3
tersebut memberi arti bahwa kepemimpinan memiliki faktor penting bagi
organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh
pimpinan dapat mempengaruhi pegawainya dalam melakukan pekerjaan sesuai
dengan apa yang di arahkan dan diinginkan dalam mencapai tujuan organisasi.
Untuk mencapai tujuan itu peranan pemimpin untuk menciptakan motivasi kerja
pegawai yang tinggi yang merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh organisasi
tersebut. Menurut salah satu karyawan PT Pos Indoneisa (Persero) Cilaki
Bandung bahwa sedang terjadi pergantian struktur organisasi hal ini tentu
mempengaruhi motivasi kerja karyawan karena terdapat kesimpangsiuran
informasi dalam penyelesaian pekerjaan yang diinstruksikan pemimpin. Adanya
pergantian pimpinan akan berdampak pada kondisi kerja, sehingga menimbulkan
perubahan sikap perilaku kerja yang dibawa oleh pemimpin yang baru yang
berdampak pada motivasi kerja.
Kendala ini dialami juga oleh PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung pada
Divisi Pelayanan Sumber Daya Manusia Pada Bagian Kinerja dan Administrasi.
Bagian Kinerja dan Administrasi memiliki tupoksi yang penting bagi perusahaan
sehingga kecenderungan motivasi kerja yang rendah akan menjadi penghambat
pencapaian tujuan di PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung.
Menurut Arep & Tanjung (2004:43), indikator motivasi karyawan adalah
dari tingkat absensi (ketidakhadiran), disiplin dalam melaksanakan pekerjaan,
prestasi
kerja
yang
telah
dicapai,
tanggung
jawab
atas
pelaksanaan
tugas/pekerjaan, serta dalam hal kerjasama antar karyawan. Untuk itu indikasi
rendahnya motivasi karyawan Divisi Pelayanan Sumber Daya Manusia salah
5
ketidakhadiran karyawan sempat turun menjadi 12 orang tetapi di bulan Desember
jumlah ketidakhadiran karyawan kembali meningkat menjadi 14 orang.
Pada
dasarnya
menurut
Ivancevich
(2007:333)
apapun
bentuk
ketidakhadiran dapat menyebabkan gangguan dan menimbulkan banyak biaya
bagi perusahaan karena bisa menyebabkan jadwal dan program yang telah
direncanakan harus dimodifikasi ulang atau pengurangan output pekerjaan karena
itu rendahnya motivasi kerja karyawan dapat pula diamati dari ketercapaian
kinerja. Karyawan yang memiliki motivasi kerja tinggi tentu akan memiliki upaya
yang tinggi didalam bekerja sehingga pada akhirnya akan menghasilkan kinerja
yang tinggi. Sebaliknya karyawan dengan tingkat motivasi kerja yang rendah akan
menghasilkan kinerja yang rendah karena karyawan tidak terdorong untuk
melakukan usaha terbaiknya didalam bekerja.
Hal ini mengindikasikan bawah tingkat motivasi kerja karyawan pada PT
Pos Indonesia (Persero) bermasalah. Berdasarkan masalah tersebut diperlukan
suatu perbaikan, sehingga diharapkan periode selanjutnya motivasi kerja
karyawan yang tidak terlalu bagus tersebut tidak terulang kembali dan kegiatan
operasional dan tujuan perusahaan akan tercapai. Dalam pencapaian tujuan
perusahaan banyak unsur-unsur yang menjadi hal penting dalam pemenuhannya,
diantaranya adalah unsur kepemimpinan atau pemimpin. Sumber daya yang telah
tersedia jika tidak dikelola dengan baik maka tidak akan memperoleh tujuan yang
telah direncanakan, sehingga peranan pemimipin sangat penting yang dapat
mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mencapai suatu tujuan.
Syafiie (2009:1) mengasumsikan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan
6
kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar
melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang
bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.
Kepemimpinan atau leadership adalah gaya dalam melaksanakan
tugasnya.
Dimana
dalam
melaksanakan
kepemimpinannya
harus
dapat
menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas dan internal motivasi para
bawahan secara peruasip. Semua hal itu dapat diperoleh karena kecakapan,
kemampuan dan perilakunya. Menurut Hersey dan Blanchard (2004:114) gaya
kepemimpinan terdiri dari kombinasi perilaku tugas dan perilaku hububungan.
Perilaku tugas yang dimaksudkan sebagai kadar upaya pemimpin mengorganisasi
dan menetapkan peranan anggota kelompok (pengikut) ; menjelaskan aktivitas
setiap anggota serta kapan, dimana dan bagaimana cara menyelesaikan ; dicirikan
dengan upaya menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi dan cara
penyelesaian pekerja secara rinci dan jelas. Sedangkan perilaku hubungan pribadi
diantara mereka sendiri dan dengan para anggota kelompok mereka (pengikut)
denga membuka lebar saluran komunikasi dan menyediakan dukungan sosioemosional, psikologis, dan pemudahan perilaku. Sedangkan menurut Thoha
(2003:303) gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
seperti ia lihat. Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan
pegawai dalam berprestasi, dengan kata lain gaya kepemimpinan atasan dapat
berpengaruh pada kinerja pegawai dalam suatu organisasi. Cara atau gaya
kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis berbeda, tetapi makna dan
7
hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, keputusan kerja, dan
produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi
yang maksimal. Ada tiga tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh White dan
Lippit dalam Reksohadiprodjo dan handoko (2001:298), yaitu :
1. Otokratis
Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin, teknik-teknik
dan langkah-langkah diatur oleh atasan setiap waktu, sehingga langkahlangkah yang akan dating selalu tidak pasti utnuk tingkat yang luas,
pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap
anggota, pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam pujian dan
kecamannya terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari
partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya.
2. Demokratis
Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat
dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua
atu lebih alternative prosedur yang dapat dipilih, para anggota bebas
bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas
ditentukan oleh kelompok, pemimpin adalah obyektif atau “fack-mainded”
dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota
kelompok biasa dalam jiwa dn semangat tanpa melakukan banyak
pekerjaan.
3. Laissez-faire
8
Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan
partisipasi minimal dari pemimpin, bahan-bahan yang bermacam-macam
disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan
memberikan informasi pada saaat ditanya. Dia tidak mengambil bagian
dari diskusi kerja, sama seklai tidak ada pasrtisipasi dari pemimpin dalam
penentuan tugas, kadang-kadang memberi komentar sponsor terhadap
kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak ada maksud menilai atau
mengatur suatu kejadian.
Sedangkan menurut Buchari (2003:134), mengemukakan beberapa tipe
kepemimpinan, yaitu:
1. Tipe kharismatik
Merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan
diikuti oleh para pengikutnya. Pimpinan ini mempunyai kekuatan gaib,
manusia super, berani dan sebagainya.
2. Tipe laissez faire
Tipe ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri, semua
pekerjaan dan tanggung jawab.
3. Tipe demokratis
Tipe ini berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan kepada
pengikutnya.Tipe ini menekankan pada rasa tanggung jawab dan kerja
sama antara karyawan.Kekuatan organisasi tipe ini pada partisipasi
aktif dari para karyawan.
9
4. Tipe populistis
Yaitu mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada nilainilai masyarakat.
5. Tipe administrasi
Yaitu
pemimpin
yang
mampu
menyelenggarakan
tugas-tugas
administrasi secara efektif. Dengan kepemimpinan administratif
diharapkan muncul perkembangan teknis, manajemen modern dan
perkembangan sosial.
6. Tipe peternalistis
Yaitu bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau
seorang ibu yang penuh kasih sayang. Pemimpin tipe ini kurang
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berinisiatif dalam
mengambil keputusan.
7. Tipe otokratis
Yakni berdasarkan kekuatan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.
Pemimpin berperan sebagai pemain tunggal, dia menjadi raja. Setiap
perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat absolut.
8. Tipe militeristis
Banyak menggunakan sistem perintah, sistem komandodari atasan ke
bawahan, sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar
selalu patuh, penuh secara formalitas. Tipe kepemimpinan yang
dikemukakan merupakan karakter dari pimpinan dalam menjalankan
kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus dapat menilai dan
10
menganalisis apa yang dibutuhkan oleh para karyawan sehingga ia
dapat mengkombinasikan tipe-tipe kepemimpinan dalam pelaksanaan
kepemimpinannya dalam mencapai totalitas kepemimpinan.
Pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaan dengan baik memerlukan
motivasi, tugas pemimpin dalam hal ini ialah membuat lingkungan kerja yang
baik sedemikian rupa sehingga pegawai dalam organisasi termotivasi dengan
sendirinya (Mas’ud, 2004). Untuk itu diperlukan pemahaman motivasi yang baik,
baik dalam diri bawahan atau pegawai guna membantu dalam meningkatkan
kinerjanya. As’ad dalam Roesyadi (2012:24) mengemukakan bahwa motivasi
sering sekali diartikan sebagai dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut
merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku di
dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Adapun motivasi sebagai
keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada
pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa
produktivitas, kehadiran atau perilaku kerja kreatif lainnya (Sopiah, 2008-170).
Menurut Siagian dalam Kartika (2010:102) definisi dari motivasi adalah
keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian
rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis. Berdasarkan pengertian tentang motivasi
diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan atau semangat
yang timbul dalam diri seseorang atau pegawai untuk melakukan sesuatu atau
bekerja, karena adanya rangsangan dari luar baik itu dari atasan dan lingkungan
11
kerja, serta adanya dasar untuk memenuhi kebutuhan dan rasa puas, serta
memenuhi tanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan dan dilakukan dalam
organisasi.
Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap motivasi
sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tergantung pada bagaimana pemimpin itu menciptakan
motivasi di dalam diri setiap karyawan (Kartono, 2008). Pemimpin berusaha
mempengaruhi atau memotivasi bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan
tujuan yang diharapkan pemimpin. Motivasi kerja yang tinggi dapat didukung
oleh gaya kepemimpinan yang tepat, sehingga gaya kepemimpinan yang kurang
tepat dalam penerapannya akan kurang memotivasi bawahannya dalam
melakukan aktivitasnya-aktivitasnya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis melakukan penelitian
dengan maksud mengidentifikasi pengaruh tipe kepemimpinan terhadap motivasi
kerja karyawan pada PT POS Indonesia (Persero). Dengan demikian penulis
mengetahui tipe kepemimpinan apa yang digunakan dan mengetahui pengaruh
tipe kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan PT Pos Indonesia (Persero)
Bandung.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang melatarbelakangi penelitian ini, maka dapat
dirumuskan identifikasi sebagai berikut :
12
1. Apakah tipe kepemimpinan yang dominan di PT Pos Indonesia (Persero)
Cilaki Bandung
2. Bagaimana pengaruh tipe kepemimpinan terhadap motivasi kerja
karyawan di PT Pos Indonesia (Persero) Cilaki Bandung
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penyusun
tuliskan diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan
informasi untuk menganalisis dan menilai pengaruh dari tipe kepemimpinan
terhadap motivasi kerja karyawan.
Sedangkan tujuan dari penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tipe kepemimpinan yang dominan di
PT Pos Indonesia (Persero) Cilaki Bandung.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tipe kepemimpinan
terhadap motivasi kerja karyawan di PT Pos Indonesia (Persero) Cilaki
Bandung.
1.4
Kegunaan Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk PT. Pos
Indonesia (Persero) CIlaki Bandung di masa yang akan datang.
2. Bagi peneliti yang akan datang
13
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
mengenai teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dan
penerapannya dalam perusahaan tentang topik yang telah dipilih dalam
penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh
ujian Sarjana pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Widyatama.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitan
Penelitian ini dilakukan pada PT Pos Indonesia (Persero) Jalan Cilaki
No.73 Bandung, dimana data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner.
Download