LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN

advertisement
LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA
PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
SECOND EASTERN INDONESIA REGION TRANSPORT
PROJECT (EIRTP II)
DISUSUN OLEH :
DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN
SUBDIREKTORAT MONITORING DAN EVALUASI PHLN
DITJEN PENGELOLAAN UTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN
EXECUTIVE SUMMARY
Second Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP II) merupakan
pinjaman Bank Dunia yang bertujuan untuk memelihara sistem jaringan jalan
nasional, provinsi dan kabupaten; memperbaiki/meningkatkan kondisi jaringan
jalan raya yang ada; dan meningkatkan pelayanan transportasi manusia dan
barang antarkota; serta memfasilitasi pengembangan sumber daya yang ada guna
percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan
melalui perjanjian penerusan hibah kepada 10 provinsi dan 36 kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan loan secara nasional selama + 3 tahun setelah loan berlaku
efektif, tingkat penyerapan dana pinjaman relatif kecil yaitu sebesar 20% dari total
pinjaman, sedangkan sisa waktu pelaksanaan pinjaman kurang dari 2 tahun.
Dengan kata lain, 60% waktu yang berjalan hanya mampu menyerap 20%
pinjaman.
Mengingat tingkat penyerapan yang rendah, pada tanggal 26 – 29 Juli 2006 telah
dilakukan kunjungan on-site ke lokasi proyek EIRTP II di kabupaten Donggala dan
Parigi Moutong dan diperoleh informasi bahwa pelaksanaan di lapangan
mengalami berbagai kendala yang nampaknya juga terjadi di daerah lain yaitu
masalah penyediaan dana pendamping pada APBD, proses pelaksanaan lelang dan
penetapan kontrak, NOL dan persyaratan pihak lender khususnya penentuan turn
over kontraktor yang tinggi, dan proses administrasi dokumen anggaran (DIPA)
serta adanya kewajiban pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan pre
financing terhadap tagihan pihak ketiga sebelum diganti dana APBN melalui
KPPN.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan meliputi perlunya pembicaraan lebih
lanjut dengan Bank Dunia mengenai penggunaan mekanisme pre financing dan
penetapan turn over kontraktor. Selain itu perlu mendorong percepatan penyediaan
dana pendamping dari APBD sebagai bahan proses DIPA 2007 di Ditjen Anggaran
dan Ditjen Perbendaharaan.
Berdasarkan hasil monitoring tersebut perlu dilakukan pemantauan yang ketat
sehingga pinjaman dimaksud dapat diselesaikan tepat waktu dan terhadap dana
yang mungkin tidak dapat dimanfaatkan agar segera dilakukan pembatalan
dananya (cancellation of fund).
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY
I
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
…………………………………………………………. 4
2.
Tujuan
……………………………………....……………...… 5
GAMBARAN UMUM
1.
2.
3.
II.
IV
Diskripsi persyaratan pinjaman EIRTP II ………………………. 6
Pelaksanaan Proyek
……………………………………………… 6
Perkembangan Pencairan dan penarikan dana Pinjaman . . 7
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
A.
Implementasi pinjaman EIRTP II di daerah
……………. . 9
B.
Rencana Tindak Lanjut ……………………………...…………. . 13
KESIMPULAN …………………………………………………………....…………
DAFTAR LAMPIRAN
14
LAPORAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA
PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
LOAN IBRD NO. 4744-IND
SECOND EASTERN INDONESIA REGION TRANSPORT PROJECT
(EIRTP II)
III.
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Untuk memenuhi amanat Pasal 23 dan Pasal 24 Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tatacara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan
Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, telah ditetapkan
Sub Direktorat Monitoring dan Evaluasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri,
Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan setelmen berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 466/KMK/01/2006 tanggal 13 Juli 2006. Sesuai pasal 1271 KMK
466 tersebut, Sub Direktorat Monitoring dan Evaluasi PHLN melaksanakan tugas
untuk mengumpulkan bahan bagi pemantauan kinerja perkembangan pelaksanaan
pinjaman dan hibah luar negeri; melakukan analisis terhadap perkembangan
pelaksanaan pinjaman dan hibah luar negeri; melakukan evaluasi terhadap
cakupan pencairan pinjaman dan efektifitas pinjaman dan hibah luar negeri.
Berbagai permasalahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan pengelolaan
pinjaman dan hibah luar negeri adalah relatif rendahnya daya serap dana pinjaman
di awal pelaksanaan dan akan melonjak menjelang berakhirnya suatu
pinjaman/hibah luar negeri. Hal ini berdampak pada potensi adanya perpanjangan
loan/grant closing date, sehingga dari segi biaya (cost of borrowing) akan terjadi
peningkatan di samping keterlambatan penyelesaian kegiatan dan opportunity lost
dalam peningkatan pendapatan nasional. Permasalahan tersebut apabila tidak
segera ditangani secara sistematis akan menjadi hambatan tersendiri yang akan
berakibat pada inefisiensi dan inefektivitas suatu pinjaman/hibah luar negeri.
Untuk mengetahui dan memantau perkembangan dan permasalahan dalam
pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri, maka pada
tanggal 26 – 29 Juli 2007 telah dilaksanakan kunjungan on-site secara sampel ke
lokasi kegiatan pinjaman Bank Dunia No. 4744-IND EIRTP II di Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong, Propinsi Sulawesi Tengah.
2. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan monitoring atas pinjaman Bank
Dunia No. 4744-IND : EIRTP II adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui perkembangan penyerapan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman
luar negeri;
b. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pelaksana
kegiatan yang berakibat pada keterlambatan penyerapan dana pinjaman;
c. Alternatif penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi.
II. GAMBARAN UMUM
1. Diskripsi persyaratan pinjaman EIRTP II
a.
Project Name
:
b.
c.
:
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
IBRD Loan No
Terms and Conditions
- Grace Period
- Maturity
- Font End Fee
- Commitment Charge
- Interest Rate
Signing Date
Effective Date
Closing Date
No. Register
Nomor Reksus
Loan Amount
On Granted Amount
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
k.
Executing Agency
:
Second Eastern Indonesia Region Transport
Project
4744-IND
5 tahun
20 tahun
Menjadi 0.5% (setelah ada waiver)
0.75%
LIBOR Base Rate + LIBOR Total Spread
23 Juli 2004
21 Oktober 2004
30 Juni 2009
10682601
601.238.411
USD 200,000,000 (original)
USD 53,470,000 untuk Provinsi
USD 52,440,000 untuk Kabupaten/kota
Ditjen Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum
2. Pelaksanaan Proyek
2.1 Loan Agreement No. 4744-IND: EIRTP II dengan nilai komitmen (original
commitment) sebesar USD 200.000.000 ditandatangani antara Pemerintah
Indonesia dan Bank Dunia pada tanggal 23 Juli 2004, berlaku efektif pada
tanggal 21 Oktober 2004 dan akan berakhir (closing date) pada tanggal 30
Juni 2009. Berdasarkan surat Bank Dunia Nomor A-364/EIRTP II/XII/2004
tanggal 16 Desember 2004, pinjaman berkurang menjadi USD 199,000,000
akibat adanya waiver atas front-end fee yang semula sebesar USD 2.000.000
(1% dari nilai pinjaman) menjadi USD 1,000,000 dengan rincian dana
pinjaman per kategori sebagai berikut:
Category
1-A
1-B
1-C
2
3
4
5
6
Description
Civil Work Part A.1
Civil Work Part A.2
Civil Work Part A.3
Goods
Incremental Operating Cost
Consultant’s Services
Front end Fee
Unallocated
Total
Amount (in USD)
23,260,000
53,470,000
52,440,000
6,000,000
1,600,000
34,470,000
1,000,000
26,760,000
199,000,000
2.2. Adapun project component yang dibiayai EIRTP II meliputi:
• Part A : Preservation or Improvement of Roads and Transport Facilities
yang terdiri :
1. National Roads and Bridges
2. Provincial Roads and Bridges
3. Kabupaten Roads and Bridges
4. Non-Road Transportation Facilities
• Part B : Project Implementation Support
• Part C : Road Sector Support
2.3. Tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan EIRTP II yang
dibiayai oleh pinjaman Bank Dunia dimaksud adalah:
1. Memelihara sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten;
2. Memperbaiki/meningkatkan kondisi jaringan jalan raya yang ada;
3. Meningkatkan pelayanan transportasi manusia dan barang antarkota;
4. Memfasilitasi pengembangan sumber daya yang ada guna percepatan
pembangunan di Kawasan Timur Indonesia
2.4. Loan EIRTP II dilaksanakan di 10 propinsi dan 36 kabupaten/kota (daftar
propinsi/kabupaten/kota sebagaimana daftar lampiran). Untuk mendukung
pencapaian tujuan dimaksud, Naskah Perjanjian dan Penerusan Hibah
(NPPH) telah ditandatangani antara Departemen Keuangan dengan
Gubernur/Bupati peserta dengan sumber dana penerusan melalui kategori
1-B sebesar USD 53.470.000 untuk propinsi dan Kategori 1-C sebesar USD
52.440.000 untuk kabupaten/kota.
3. Perkembangan Pencairan dan Penarikan Dana Pinjaman
3.1. Berdasarkan data DMFAS, tingkat penyerapan dana EIRTP II adalah
sebesar USD 39.807.191,08 (20%) dari total pinjaman sebesar USD
199.000.000 dengan rincian sebagai berikut:
Cat
1-A
1-B
1-C
2
3
4
5
6
Description
Civil Work Part A.1
Civil Work Part A.2
Civil Work Part A.3
Goods
Incremental
Operating Cost
Consultant’s Services
Front end Fee
Unallocated
Total
Initial Deposit pada
Special Account
Amount
23,260,000
53,470,000
52,440,000
6,000,000
1,600,000
Disbursed
5,998,851.00
2,647,932,53
5,125,432.53
2,977,337.30
257,201.93
%
26
5
10
50
16
Un-disbursed
17,261,149.00
50,822,067.47
47,314,567.47
3,022,662.70
1,342,798.07
%
74
95
90
50
84
34,470,000
1,000,000
26,760,000
199,000,000
3,283,707.43
1,000,000.00
0
21,290,462.72
18,516,728.36
10
100
0
31,186,292.57
0
26,760,000.00
177,709,537.28
90
0
100
39,807,191.08
20
159,192,808.92
80
Dari tabel tersebut di atas, diperoleh informasi bahwa tingkat penyerapan
pinjaman selama + 3 tahun setelah berlaku efektif relatif rendah untuk
semua kategori yang dibiayai. Khusus untuk dana yang diterushibahkan
(baik kepada propinsi maupun kabupetan/kota), penandatanganan Naskah
Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH) telah dilakukan pada tanggal 10
Desember 2004. Dengan demikian, selama 2,5 tahun realisasi pelaksanaan
proyek, tingkat penyerapan dana kurang dari 7%. Hal ini menggambarkan
bahwa dana yang diterushibahkan kepada daerah berjalan sangat lambat.
Untuk kategori tertentu terdapat tingkat penyerapan yang relatif besar
yaitu pada kategori 2 (goods) sebesar + 50%.
3.2. Berkenaan dengan jumlah pagu dana untuk kategori 6 (Unallocated)
sebesar USD 26,760,000 yang dimaksudkan untuk menampung dana
cadangan apabila ada kekurangan dana pada kategori lain, sampai saat ini
belum dapat dimanfaatkan misalnya dengan melakukan realokasi dana.
Jumlah unallocated tersebut berakibat pada peningkatan jumlah
pembayaran commitment fee yang harus dibayar oleh Pemerintah. Hal ini
menggambarkan bahwa rencana pengadaan pinjaman EIRTP II tidak
dilakukan secara cermat dan tepat. Selama kurun waktu pelaksanaan loan
+ 3 tahun (lebih dari ½ waktu perjalanan loan), tingkat realisasi penarikan
dana pinjaman maka Actual Disbursement Ratio (ADR) hanya sebesar 20%,
sedangkan Expected Disbursement Ratio (EDR) sebesar 60.73% sehingga
Progress Varian (PV) sebesar –39.27%. Dalam pelaksanaannya diperoleh
masukan bahwa kabupaten Donggala dan Parigi Moutong belum dapat
menyediakan dana dalam dokumen anggaran (baik dana pusat yang
diterushibahkan maupun dana APBD sebagai counterpart fund) dan masih
dalam proses penentuan kontraktor dan penandatanganan kontrak.
III. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
1. Implementasi pinjaman EIRTP II di daerah kunjungan
1.1. Berdasarkan NPPH yang telah ditetapkan antara Pemerintah Pusat dan
Kabupaten/Kota peserta Loan EIRTP dapat diketahui alokasi dana yang
diterushibahkan kepada Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong yaitu:
1.1.a. Kabupaten Donggala :
Naskah Perjanjian Hibah No. NPH-24/PB/2004 tanggal 10 Desember
2004 dengan nilai sebesar Rp. 22.552.900.000 dengan counterpart
fund dari Pemerintah Kabupaten Donggala sebesar Rp.
2.756.500.000
1.1.b. Kabupaten Parigi Moutong
Naskah Perjanjian Hibah No. NPH-27/PB/2004 tanggal 10 Desember
2004 dengan nilai sebesar Rp. 18.825.100.000 dengan counterpart
fund dari Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong sebesar Rp.
2.300.900.000
1.2. Dalam pelaksanaan kunjungan on-site ke lokasi proyek di Propinsi
Sulawesi Tengah, Tim Monitoring dan Evaluasi PHLN yang beranggotakan
pejabat/staf dari Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen dan
Direktorat Pinjaman dan Hibah Luar Negeri serta dibantu Sekretariat
Project Management Unit (PMU) EIRTP II dari Departemen Pekerjaan
Umum telah melakukan berbagai pertemuan dengan instansi terkait di
daerah baik dari Kabupaten Donggala maupun Kabupaten Parigi Moutong.
Dalam pertemuan dimaksud diperoleh informasi mengenai status
pelaksanaan masing-masing kabupaten/kota yang dikunjungi beserta
permasalahan-permasalahan yang dihadapi yang dapat berakibat pada
terganggunya kelancaran pelaksanaan proyek sebagai berikut:
1.2.1. Kabupaten Donggala
a.
Berdasarkan Kepmenkeu No. 35/KMK.01/2003 tanggal 22
Januari 2003 dalam pelaksanaan penerusan dana hibah
dimaksud, Pemerintah Kab/Kota dipersyaratkan untuk
menyediakan dana pendamping yang harus disediakan dalam
APBD masing-masing daerah. Namun demikian, Pemerintah
Kabupaten Donggala belum dapat menyediakan dana
pendamping dalam APBD-nya karena proses pengesahan APBD
TA 2007 yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini
berakibat pada proses pengurusan dana hibah yang
dialokasikan dalam DIPA TA 2007 menjadi terhambat.
b.
Status paket pekerjaan di Kabupaten Donggala adalah sebagai
berikut:
(i)
Saat ini kontrak untuk paket Peningkatan Jalan dan
Jembatan Kabupaten (ruas Gimpu – Peana dan Labean –
Manimbaya) telah ditandatangani oleh kontraktor dan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
(ii) Namun demikian, Surat Perintah Kerja (SPK) kepada
kontraktor tersebut di atas belum dapat diterbitkan karena
pihak kontraktor tidak bersedia melaksanakan kontrak
dengan alasan harga yang telah disepakati kedua belah
pihak merupakan harga yang diajukan sebelum adanya
kenaikan harga BBM (indeks harga sebelum Oktober 2005)
yang dinilai sudah tidak wajar lagi untuk kondisi saat ini.
(iii) Agar pelaksanaan paket pekerjaan dapat dilaksanakan,
maka kontraktor meminta adanya eskalasi harga atas nilai
kontrak yang telah disepakati kepada Pemerintah
Kabupaten Donggala.
(iv) Selanjutnya permintaan kontraktor tersebut, telah
direspons
oleh
Pemerintah
Kabupaten
Donggala
menindaklanjutinya dengan meminta persetujuan eskalasi
harga kepada Menteri Pekerjaan Umum dan permintaan
tersebut telah mendapat persetujuan dengan keputusan
bahwa eskalasi harga berdasarkan indeks harga bulan
Oktober 2005. Namun demikian pihak kontraktor masih
menilai bahwa harga paket pekerjaan masih dirasa belum
memadai untuk kondisi saat ini.
(v)
Mengingat bahwa paket pekerjaan dimaksud merupakan
salah satu pekerjaan prioritas, maka berdasarkan
permintaan Bupati Donggala, kontraktor bersedia
melaksanakan pekerjaan dimaksud dengan syarat terlebih
dahulu dilakukan review terhadap lingkup pekerjaan.
Review atas lingkup pekerjaan dimaksud telah dimintakan
dan mendapat persetujuan No Objection Letter (NOL) dari
Bank Dunia (awal Juli 2007).
c.
Faktor penghambat yang dihadapi antara lain :
(i)
Berkenaan dengan sumber dana pembiayaan atas paket
pekerjaan di atas yang merupakan alokasi dana DIPA TA
2006 yang sampai dengan akhir tahun anggaran tidak
dapat direalisasikan, maka diperlukan luncuran dana DIPA
2006 dimaksud ke dalam alokasi DIPA TA 2007. Sedangkan
untuk dana pendamping yang disediakan dalam APBD,
berdasarkan konfirmasi dari Penanggung Jawab Kegiatan
EIRTP II Kabupaten Donggala bahwa dana pendamping
yang telah disediakan apabila tidak dapat direalisasikan
pada tahun berkenaan dengan sendirinya akan dapat
diluncurkan dan digunakan di tahun selanjutnya sebagai
Sisa Anggaran Lebih (SAL).
(ii) Adanya persyaratan dari Bank Dunia bahwa annual turn
over kontraktor adalah sebesar 4,5 kali nilai paket. Hal ini
menimbulkan tidak tersedianya kontraktor lokal yang
dapat memenuhi persyaratan dimaksud, sedangkan untuk
kontraktor luar daerah yang memenuhi persyaratan
biasanya tidak bersedia/tidak berminat untuk ikut
melakukan penawaran karena nilai paket yang ditawarkan
relatif kecil nilainya sehingga secara ekonomi kurang
menguntungkan.
(iii) Pencairan dana pinjaman EIRTP II dilaksanakan melalui
perpaduan antara mekanisme Rekening Khusus dan Prefinancing. Pencairan dana yang dialokasikan dalam DIPA
dapat dilaksanakan di KPPN pembayar (menggunakan
Reksus) setelah Pemkab/Kota membayar terlebih dahulu
tagihan pihak ketiga baik porsi pinjaman/loan maupun
pendamping daerah dengan menggunakan kas daerah (prefinancing). Untuk menanggulangi dana talangan dimaksud,
Pemkab Donggala telah menyatakan kesediannya dan
berencana akan menggunakan dana sisa anggaran lebih
APBD terlebih dahulu. Berkenaan dengan penggunaan
mekanisme tersebut di satu sisi diharapkan agar
Pemkab/Kota dapat lebih bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program EIRTP II, namun di sisi lain apabila
pembayaran dana talangan yang harus dibayar relatif
besar, maka dapat mengganggu likuiditas kas daerah,
mengingat penggantian dana pnjaman ke KPPN juga
memerlukan waktu.
1.2.2. Kabupaten Parigi Moutong
a.
Berdasarkan Kepmenkeu No. 35/KMK.01/2003 tanggal 22
Januari 2003 dalam pelaksanaan penerusan dana hibah
dimaksud, Pemerintah Kab/Kota dipersyaratkan untuk
menyediakan dana pendamping yang harus disediakan dalam
APBD masing-masing daerah. Berkenaan dengan hal tersebut,
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong saat ini telah
memproses penyediaan dana pendamping dalam APBD-nya,
sedangkan alokasi dana hibah dalam DIPA TA 2007 masih
dalam proses di Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
b.
Status paket pekerjaan di Kabupaten Donggala adalah sebagai
berikut:
(iv) Saat ini kontrak paket peningkatan jalan dan jembatan
kabupaten (ruas Suli-Malakosa-Mertajati-Peore, OgotionLambanau-Kotaraya-Mensung dan Taopa-Sibatang) telah
ditandatangani dan dalam proses pelaksanaan.
(v)
c.
Berdasarkan informasi Penanggung Jawab Kegiatan
EIRTP II di Parigi Moutong, alokasikan dalam DIPA TA
2006 digunakan untuk pembayaran uang muka saja,
sedangkan untuk pelaksanaan pekerjaan fisik yang
direncanakan akan dilaksanakan pada TA 2007, alokasi
dananya dalam tahap penyelesaian akhir penerbitan DIPA
di Ditjen Anggaran dan Ditjen Perbendaharaan.
Faktor penghambat yang dihadapi antara lain :
(i)
Dalam hal memenuhi prosedur standar atas pelaksanaan
kegiatan yang memerlukan permintaan persetujuan/NOL
sebagaimana yang telah dipersyaratan oleh Bank Dunia,
pihak pelaksana proyek menyampaikan informasi bahwa
proses permintaan persetujuan dimaksud memerlukan
waktu yang relatif lama sehingga berakibat pada
keterlambatan pelaksanaan penetapan kontrak.
(ii) Dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang memerlukan
persetujuan/NOL dari Bank Dunia disarankan agar surat
dimaksud dapat ditembuskan ke instansi terkait, sehingga
apabila ada permasalahan dapat segera ditindaklanjuti
dengan segera;
2. Rencana Tindak Lanjut
1.
Berkenaan dengan pelaksanaan pencairan dana dari porsi pinjaman yang
harus dibayar terlebih dahulu (Pre Financing) akan menjadi beban
tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk itu diperlukan
pembicaraan lebih lanjut dengan Bank Dunia agar mekanisme pencairan
dana porsi pinjaman dapat dilaksanakan secara langsung melalui KPPN
setelah porsi pendamping dari APBD dibayarkan.
2.
Penetapan annual turn over bagi kontraktor sebesar 4,5 kali nilai paket
sebagaimana ditetapkan pihak Bank Dunia, perlu dinegosiasikan kembali
dengan pihak Bank Dunia agar dapat diturunkan dan berpedoman pada
Keppres No. 80 Tahun 2003 sebesar 1,5 dari nilai paket.
3.
Dalam rangka penyediaan dana pendamping APBD yang merupakan
salah satu persyaratan dalam pemprosesan DIPA di Direktorat Jenderal
Anggaran, disarankan agar Pemkab/Kota dapat segera memprosesnya
lebih lanjut.
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi pinjaman dan hibah
luar negeri dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pinjaman IBRD No.
4744-IND : Second Eastern Indonesia Regional Transport Project (EIRTP II) selama
+ 3 tahun pelaksanaannya berjalan lambat. Hal ini tergambar dari perhitungan
Actual Disbursement Ratio (ADR) sebesar 20%, Expected Disbursement Ratio (EDR)
60.73% dan Progress Varian (PV) sebesar – 39.27%. Untuk itu, diperlukan usaha
yang maksimal dari berbagai pihak sesuai dengan wewenang dan bidang tugasnya
agar segera dapat memanfaatkan dana pinjaman yang telah disepakati secara lebih
maksimal antara lain :
1. Ditjen Bina Marga selaku executing agency akan menyampaikan surat
kepada sebagai dukungan kepada masing-masing Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/Kota untuk melakukan percepatan pengalokasian dana
pendamping dalam APBD;
2. Ditjen Pengelolaan Utang bersama-sama executing agency dan Bappenas
untuk melakukan koordinasi dengan pihak lender berkenaan dengan
penetapan besaran turn over dan prefinancing;
3. Ditjen Anggaran dan Ditjen Perbendaharaan untuk segera melakukan
percepatan proses DIPA untuk EIRTP II;
4. Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
bersama-sama
DPRD
menetapkan alokasi dana pendamping EIRTP dalam APBD.
segera
Berkenaan dengan akan berakhirnya pinjaman (loan closing date) pada
tanggal 30 Juni 2009 (kurang dari 2 tahun) dan memperhatikan kendala-kendala
tersebut di atas, serta kegiatan-kegiatan di daerah yang baru akan dimulai dalam
beberapa bulan kedepan (kendala dan kondisi ini nampaknya terjadi pula dihampir
seluruh (36) kabupaten/kota peserta lainnya), maka perlu dilakukan pemantauan
yang ketat atas kinerja pinjaman ini agar kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu
tanpa harus dilakukan loan extension of closing date. Selain itu, untuk
meminamalisir jumlah biaya pinjaman (cost of borrowing) yang akan ditanggung
Pemerintah, perlu dilakukan perhitungan kembali bersama executing agency
terhadap perkiraan jumlah dana yang tidak dapat dimanfaatkan sampai dengan
loan closing date untuk dapat segera diusulkan pembatalan dananya (cancellation
of fund) kepada pihak lender.
Lampiran
Daftar Propinsi/Kabupaten/Kota Penerima Dana Hibah
yang bersumber dari Loan EIRTP II
Dalam ribuan rupiah
No.
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
No.
District
PROPINSI
Maluku Utara
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi
Tenggara
Sulawesi Barat
Maluku
Sulawesi Tengah
Papua
Irian Jaya Barat
Sub Total
Kabupaten/Kota
Barito Utara
Tabalong
Merauke
Fak-fak
Mimika
Paniai
Timteng Utara
Alor
Kapuas
Barito Timur
Hulu Sungai Tgh
Hulu Sungai Utr
Balangan
Toli Toli
Buol
Bulukumba
Bantaeng
Sinjai
Sidrap
Majene
Mamuju
Jaya Wijaya
Nabire
Manokwari
Puncak Jaya
Lombok Tengah
District
NPH No
Signing
Date
NPH-08/PB/2004
NPH-01/PB/2004
NPH-02/PB/2004
10/12/04
10/12/04
10/12/04
NPH-03/PB/2004
NPH-05/PB/2004
10/12/04
10/12/04
NPH-04/PB/2004
NPH-07/PB/2004
NPH-06/PB/2004
NPH-09/PB/2004
NPH-10/PB/2004
NPH-18/PB/2004
NPH-22/PB/2004
NPH-38/PB/2004
NPH-41/PB/2004
NPH-47/PB/2004
NPH-45/PB/2004
NPH-14/PB/2004
NPH-15/PB/2004
NPH-17/PB/2004
NPH-19/PB/2004
NPH-20/PB/2004
NPH-21/PB/2004
NPH-23/PB/2004
NPH-25/PB/2004
NPH-26/PB/2004
NPH-28/PB/2004
NPH-29/PB/2004
NPH-31/PB/2004
NPH-34/PB/2004
NPH-36/PB/2004
NPH-37/PB/2004
NPH-39/PB/2004
NPH-40/PB/2004
NPH-42/PB/2004
NPH-46/PB/2004
NPH-11/PB/2004
NPH No
Hibah
Counter part
Fund
Jumlah
17.250.000
37.908.000
25.731.800
38.525.000
28.769.100
21.481.200
55.775.000
79.538.100
59.389.200
71.255.500
3.145.000
8.709.000
28.876.800
79.964.500
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
33.210.000
121.258.600
59.809.100
32.179.100
14.727.300
464.098.400
4.059.000
14.820.500
7.310.000
3.933.000
1.800.000
132.551.500
37.269.000
136.079.100
67.119.100
36.112.100
16.527.300
596.650.200
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
Signing
4.111.400
3.167.600
7.835.600
5.380.800
4.001.500
4.339.800
21.482.600
13.373.900
11.634.000
10.950.400
5.014.800
7.929.400
7.822.500
10.567.300
14.698.500
19.491.000
10.561.700
9.105.000
11.377.400
11.876.300
12.494.200
10.117.300
17.847.500
17.959.300
13.552.300
18.730.600
Hibah
9.182.100
7.074.400
17.499.600
12.017.100
8.936.700
9.692.200
12.173.500
7.578.600
6.592.600
6.205.200
2.841.700
4.493.300
4.432.800
5.988.100
8.329.200
11.044.900
5.985.000
5.159.500
6.447.200
6.729.900
7.080.100
5.733.100
10.113.600
10.176.900
7.679.600
2.289.300
Counter part
13.293.500
10.242.000
25.335.200
17.397.900
12.938.200
14.032.000
33.656.100
20.952.500
18.226.600
17.155.600
7.856.500
12.422.700
12.255.300
16.555.400
23.027.700
30.535.900
16.546.700
14.264.500
17.824.600
18.606.200
19.574.300
15.850.100
27.961.100
28.136.200
21.231.900
21.019.900
Jumlah
Ket
Batal
Ket
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Dompu
Bima
Ende
Donggala
Parigi Moutong
Takalar
Maros
Bone
Tana Toraja
Yapen Waropen
Biak Numfor
Sub Total
Total
NPH-12/PB/2004
NPH-13/PB/2004
NPH-16/PB/2004
NPH-24/PB/2004
NPH-27/PB/2004
NPH-30/PB/2004
NPH-32/PB/2004
NPH-33/PB/2004
NPH-35/PB/2004
NPH-43/PB/2004
NPH-44/PB/2004
Date
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
10/12/04
22.261.800
16.592.700
22.533.500
22.552.900
18.825.100
10.139.300
17.337.700
17.137.800
11.321.600
11.420.400
147.404.300
469.949.800
934.048.200
Fund
2.720.900
2.028.000
2.754.100
2.756.500
2.300.900
1.239.300
2.119.100
2.094.600
1.383.800
1.395.800
1.760.500
224.029.700
356.581.500
24.982.700
18.620.700
25.287.600
25.309.400
21.126.000
11.378.600
19.456.800
19.232.400
12.705.400
12.816.200
16.164.800
693.979.500
1.290.629.700
Catatan :
d. Prosi Pembiayaan :
a. Hibah untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan kapasitas tinggi sebesar 30%
b. Hibah untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan kapasitas sedang sebesar 60%
c. Hibah untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan kapasitas rendah sebesar 90%
e. Porsi pembiayaan hibah 90% perhitungannya dilakukan dengan system Netto, sedangkan porsi pembiayan
hibah 30% dan 60% perhitungannya dilakukan dengan system Bruto
f. Pembatalan hibah untuk Kabupaten Hulu Sungai Utara dilakukan berdasarkan usulan Direktorat Bina
Program, Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum tanggal 28 Agustus 2005.
Download