10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .A Kinerja Seseorang akan mendambakan penghargaan terhadap hasil pekerjaanya dan mengharapkan imbalan yang adil. Penilaiaan kinerja perlu dilakukan seobyektif mungkin dalam karena akan memotivasi karyawan melakukan kegiatannya. Disamping itu, penilaian kinerja dapat memberikan informasi untuk kepentingan pemberian gaji, promosi dan melihat perilaku karyawan. Faustino C. Gomes (1995) mengemukakan definisi kinerja karyawan sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektifitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Kinerja (performance) mengacu pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Menurut Mangkunegara (2005), dalam Kusumah (2009) kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer atau pengusaha. Kinerja merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota oranisasi, Gibson (1998), dalam Soedjono (2005). Jadi kinerja organisasi merupakan hasil yang diinginkan organisasi dari perilaku orangorang didalamnya. 10 Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 11 Soeprihantono (1988), dalam Koesmono (2005) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standard, target/sasran/kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Dengan demikian kinerja berarti hasil kerja seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan rasa tanggungjawab. Berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan , tentunya membutuhkan kriteria yang jelas, karena masing-masing jenis pekerjaan tentunya mempunyai pencapaian hasilnya. Makin standar rumit jenis yang berbeda-beda pekerjaan, maka tentang standard operating procedure yang ditetapkan akan menjadi syarat mutlak yang harus dipatuhi. .B Budaya Organisasi Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah budaya Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 12 dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya Soedjono (2005). Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan kompetitif yang utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Lain halnya dengan Robbins (2008), budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, dan merupakan suatu sistem makna bersama. Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah lahirya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan dipengaruhi oleoh keanekaragaman sumber-sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak. Kreitner dan Kinicki (1995), dalam Koesmono (2005) mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah perekat sosial yang mengingat anggota dari organisai. Nampaknya agar suatu karakteristik atau kepribadian yang Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 13 berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain dapat disatukan dalam suatu kekuatan organisasi maka perlu adanya perekat sosial. Kartono (1994), mengatakan bahwa bentuk kebudayaan yang muncul pada kelompok-kelompok kerja di perusahaan-perusahaan berasal dari macam-macam sumber, antara lain : dari stratifikasi kelas sosial asal buruh–buruh/pegawai, dari sumber-sumber teknis dan jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan sendiri yang diciptakan oleh majikan, para direktur dan manajer-manajer yang melatarbelakangi iklim kultur buruh-buruh dalam kelompok kecil-kecil yang informal. Buchanan dan Huczyski (1997), dalam Koesmono (2005) elemenelemen budaya organisasi atau perusahaan adalah nilai-nilai, kepercayaankepercayaan, pendapat-pendapat, sikap-sikap dan norma-norma. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang tentunya berbeda-beda dalam bentuk perilakunya. Dalam organisasi implementasi budaya dirupakan dalam bentuk perilaku artinya perilaku individu dalam organisasi akan diwarnai oleh budaya organisasi yang bersangkutan. .C Motivasi Ekstrinsik Berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, namun agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa usaha yang maksimal. Mengingat kebutuhan orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda tentunya cara untuk memperolehnya akan berbeda pula. Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 14 Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam diri seseorang ada kekuatan yang mengarah kepada tindakannya. Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukkan arah tindakannya. Robbins (2008) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Unsur kunci dalam definisi diatas adalah intensitas, arah dan ketekunan. Intensitas menyangkut seberapa kerasnya seseorang berusaha. Akan tetapi intensitas yang tinggi tidak akan membawa hasil yang diinginkan kecuali kalau upaya itu diarahkan ke suatu tujuan yang menguntungkan organisasi. Akhirnya motivasi memiliki dimensi ketekunan, ini adalah ukuran tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Individu – individu yang termotivasi tetap bertahan pada pekerjaan cukup lama untuk mencapai tujuan mereka. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan.. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 15 konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Motivasi dapat berasal dari dalam (Intrinsik) dan dari luar diri seseorang (Ekstrinsik). Motivasi yang berasal dari dalam diri yaitu yang didorong oleh faktor kepuasan dan ingin tahu. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.yang kemudian disebut juga dengan motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar yaitu perangsang ataupun stimulus dari luar (sebagai contohnya ialah nilai, hadiah serta bentuk-bentuk penghargaan lainnya) adalah ‘motivasi ekstrinsik’. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu. .1 Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri daripada dorongan dan minat individu untuk melakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun meminta ganjaran. Sebagaimana yang sudah dibicarakan, Bruner (1966) mengaitkan motivasi intrinsik ini dengan naluri ingin tahu dan dorongan mencapai kemudahan belajar bagi murid yang baru masuk sekolah. Bagaimanapun, bukan semua motivasi intrinsik diwujudkan secara nyata, akan tetapi ada juga motivasi intrinsik yang dibentuk melalui pembelajaran dan pengalaman yang membawa kepuasan. Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 16 .2 Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik, karena hal tersebut dapat mendorong seorang pelajar untuk lebih giat belajar. Contoh motivasi ekstrinsik yaitu, penghargaan yang diberikan oleh atasan kepada karyawan karena pekerjaannya yang baik akan menyebabkan daya usaha atau motivasi karyawannya tersebut meningkat. Dalam hal ini berlakulah apa yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya (konsekuensi positif) dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan (konsekuensi negatif). Konsekuensi positif ialah stimulus atau peristiwa yang menyebabkan kemajuan dalam pembelajaran ataupun perubahan kelakuan kearah yang positif. Konsekwensi ini lazimnya menggembirakan dan dapat disebut sebagai ganjaran. Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru ketik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 17 teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekuensi positif lagi di kemudian hari. Konsekuensi yang tidak menyebabkan kemajuan dalam pembelajaran adalah konsekuensi negatif. Konsekuensi negatif adalah stimulus atau peristiwa yang dimungkinkan diberikan akan setelah suatu mengakibatkan respons berlaku, peningkatan sehingga respons itu. (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/teori-motivasi-4/). Teori-teori Motivasi Teori motivasi dipahami agar pimpinan mampu mengidentifikasi apa yang memotivasi karyawan bekerja, hubungan perilaku kerja dengan motivasi dan mengapa karyawan berprestasi tinggi. 1. Teori Dua Faktor Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia menggunakan teori Abraham Maslow sebagai teori acuannya. Penelitian Herzberg diadakan dengan melakukan wawancara terhadap subyek insinyur dan akuntan. Masing-masing subyek diminta menceritakan kejadian yang dialami oleh mereka baik yang menyenangkan (memberikan kepuasan) maupun yang tidak menyenangkanatau tidak memberikan kepuasan. Kemudian, hasil wawancara tersebut dianalisis dengan analisis isi (content analysis) untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan. Dua faktor yang menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 18 (maintenance factors) dan faktor pemotivasian (motivational factors). Faktor pemeliharaan disebut pula dissatifiers, hygiene factors, job content, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan kebijakan perushaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan kondisi kerja, dan status. Sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satisfier, motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan (advancement), work it self, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab. 2. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow Kebutuhan merupakan fundamental yang mendasari perilaku pegawai. Kita tidak mungkin memahami perilaku pegawai tanpa mengerti kebutuhannya. Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut : a) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar. b) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup. c) Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 19 d) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. e) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dan mengemukakan ide-ide member penilaian dan kritik terhadap sesuatu. 3. Teori David McClelland McClelland seorang ahli psikologi dan masyarakat dari Universitas Harvard dalam teori motivasi berprestasinya mengemukakan bahwa prestasi seseorang sangat ditentukan oleh “Virus Mental” yang ada pada diri seseorang. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasi secara maksimal. Virus mental yang dimaksud adalah Achievement Motivation. Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya. .4 Teori ERG-Alderfer Teori Alderfer menghipotesiskan bahwa himpunan kebutuhan yang berkisar mulai dari yang paling nyata sampai kurang nyata, teori ini mengasumsikan jika usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat tertentu terus menerus tidak berhasil, maka pribadi tersebut mungkin mundur ke belakang pada perilaku yang memenuhi kebutuhan yang lebih nyata. Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 20 Teori ini berdasarkan atas tiga aspek dasar kebutuhan, yaitu : a. Existence Needs, kebutuhan ini berhubungan dengan fisik atau keberadaan dari individu tersebut. b. Relatedness Needs, kebutuhan interpersonal yang mengangkut kepuasan dalam berinteraksi dalam lingkungannya. c. Growth Needs, kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Masing-masing teori kebutuhan berusaha menjelaskan perilaku dari sudut pandang yang berbeda. Tidak ada satupun teori yang itu yang diterima sebagai dasar tunggal untuk menjelaskan motivasi. Berikut adalah bagan yang menggambarkan pemahaman dari empat buah teori motivasi tersebut: Maslow Aldefer Self –actualization Esteem Need defi Belongingness ciency social and love Growth Satisfier or Motivating Condition Relatedness Safely and security Physiological Herzberg Existence Disatifiers Or hygiene Condition Mc. CLELLAND Need for The work it selft Respon Stability advancement growth Achieveme Achievement trrcognition power Qualoty of interpersonal Relation among peers With supervisions with Subordinate Need for Alifitation nt Need for Job security Working condition salary Gambar 2 Sinopsis dari empat kebutuhan teori motivasi Maslow, Alderfer, Herzberg, dan Mc Clelland. Gibson et al.(1996) dalam Kusumah (2009). Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 21 D. Kepuasan Kerja Pada dasarnya seseorang dalam bekerja akan merasa nyaman dan tinggi kesetiannya pada perusahaan apabila dalam bekerjanya memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Kepuasan adalah sesuatu perasaan yang dialami oleh seseorang, dimana apa yang diharapkan telah terpenuhi atau bahkan apa yang diterima melebihi apa yang diharapkan, sedangkan kerja merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan dengan memperoleh pendapatan atau kompensasi dari kontribusinya kepada tempat pekerjaannya. Robbins (2008) kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara orang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan negatif tentang pekerjaan tersebut. Dole and Schroeder (2001), dalam Koesmono (2005) kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan pekerjaannya, sedangkan menurut Handoko (1992), dalam Soedjono (2005) kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi dan lingkungannya. Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 22 Sebaliknya, karyawan yang tidak puas akan bersikap negatif terhadap pekerjaan dan bentuk yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Berdasarkan analisis yang terdahulu oleh Kusmono, (2005) disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja pada karyawan industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur dapat diterima. Keempat variabel tersebut merupakan faktor-faktor dalam perilaku organisasi yang harus mendapatkan perhatian khusus bagi semua pihak yang terkait dengan proses produksi. Penelitian ini dapat memberikan informasi pada manajemen dalam mengelola sumber daya manusia, artinya bahwa mengelola sumber daya manusia tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Pada prinsipnya tujuan mengelola sumber daya manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan bersama antara perusahaan dan semua karyawan yang terlibat dengan aktivitas perusahaan. E. Hubungan Budaya Organisasi, Motivasi Ekstrinsik, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja. Adanya keterkaitan hubungan antara budaya korporat dengan kinerja karyawan yang dapat dijelaskan dalam model diagnosis budaya organisasi Tiernay bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi makin baik kinerja organisasi tersebut. Karyawan yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilainilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 23 tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Didukung dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas, sistem dan teknologi yang tersedia, strategi perusahaan yang telah direncanakan serta logistik yang dibutuhkan, yang terdapat dalam organisasi tersebut, maka masing-masing kinerja individu diharapkan lebih maksimal, karena kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi yang baik pula. Dampak budaya organisasi terhadap kinerja dapat dilihat pada beberapa contoh perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi, seperti Singapore Airlines yang menekankan pada perubahan-perubahan yang berkesinambungan, inovatif dan menjadi yang terbaik. Baxter International, salah satu perusahaan terbesar di dunia, memiliki budaya respect, responsiveness dan result, dan nilai-nilai yang tampak disini adalah bagaimana mereka berperilaku ke arah orang lain, kepada customer, pemegang saham, supplier dan masyarakat. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai haruslah diperhatikan dari kumpulan sikap-sikap individu dalam hubungannya dengan kelompok dalam suatu organisasi, kinerja pegawai yang maksimal karena adanya hubungan antara individu dari kelompok kerja maupun terhadap organisasinya, oleh sebab itu apabila tujuan untuk mendapatkan kepuasan-kepuasan individu tersebut dapat terpenuhi. Dengan demikian pegawai akan bertingkah laku tertentu untuk mencapai tujuan organisasi dimana ia bekerja. Pegawai akan memberikan reaksi terhadap Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 24 kekuatan yang menggerakkan tingkah laku mereka yang ditujukan pada pencapaian tujuan organisasi. Seorang pimpinan haruslah dapat memberikan perhatian dan menaruh minat terhadap pegawai serta harus pula memberikan pengakuan kepada mereka atas hasil-hasil yang telah dicapai didalam proses usaha kerjasama tersebut.Untuk itu maka dapatlah disimpulkan bahwa dengan pemberian motivasi kepada para pegawai maka hal ini akan meningkatkan kinerja pegawai tersebut. Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologik dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi. Jika kepuasan kerja karyawan meningkat maka perputaran karyawan dan absensi menurun. Pengaruh kepuasan kerja organisasi terhadap kinerja karyawan terjadi karena kebanggaan karyawan atas keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen kinerja adalah suatu proses yang dirancang untuk menghubungkan pencapaian tujuan organisasi dengan tujuan individu karyawan. Mereka merasa ikut serta dalam pencapaian tujuan organisasi Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010 25 maka karyawan benar-benar termotivasi dalam pencapaian tujuan organisasi dan mendapatkan kepuasan yang lebih besar. Pengaruh Budaya Organisasi..., Aprilia Dwi Setiyani, Ekonomi UMP, 2010